Formulasi Sediaan Losio Tangan dan Badan Menggunakan Sari Kentang (Solanum tuberosum L.) Sebagai Bahan Pelembab

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kentang

Tanaman kentang telah banyak dibudidayakan di berbagai benua, negara, provinsi, dan daerah. Menurut beberapa literatur dan catatan, tanaman kentang diduga berasal dari Amerika Selatan. Pada waktu bangsa Spanyol menduduki Amerika Tengah, mereka membawa spesies-spesies kentang liar tersebut. Selanjutnya, tanaman kentang menyebar tanpa dibudidayakan (Pitojo, 2004).

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umurnya relatif pendek, hanya 90-180 hari (Samadi, 2007).

2.1.1 Sistematika tanaman kentang

Taksonomi kentang adalah sebagai beriku (Samadi, 2007): Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Solanum


(2)

2.1.2 Manfaat dan kandungan kentang

Hasil utama tanaman kentang adalah umbi, bahan pangan yang kaya akan vitamin dan mineral. Komposisi utama umbi kentang terdiri atas 78% air, 19% karbohidrat, 2% protein, vitamin C, dan vitamin B1. Komposisi gizi umbi kentang dan tepung kentang dalam 100 g bahan ditunjukkan pada Tabel 2.1. Selain kalsium, fosfor, dan zat besi, umbi kentang juga mengandung beberapa mineral lain, yaitu magnesium, kalium, natrium, klorin, sulfur, tembaga, mangan, dan kobalt (Pitojo, 2004).

Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Sebagai sumber utama karbohidrat, kentang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi di dalam tubuh. Karbohidrat juga sangat penting untuk meningkatkan proses metabolisme dalam tubuh, seperti proses pencernaan, pernapasan dan lain-lain. Protein bermanfaat sebagai pembangun jaringan tubuh, seperti otot-otot, kulit, daging, dan lain-lain. Kandungan vitamin C dan vitamin B1 yang cukup tinggi berperan aktif sebagai antioksidan (Samadi, 2007).

Asam askorbat (Levo-Ascorbic Acid) yang terkandung dalam vitamin C dapat melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV yang dapat menyebabkan penuaan dini bahkan kanker kulit. Selain itu, asam askorbat juga mampu memblokir terjadinya oksidasi DOPA sehingga mencegah pembentukan melanin. Kemampuan lainnya adalah merangsang pembentukan kolagen dan memperbaiki kulit yang luka (Tranggono dan Latifah, 2007).


(3)

Vitamin B1 selain berperan sebagai antioksidan juga berperan dalam merangsang pembentukan jaringan kolagen, menjaga keseimbangan minyak dalam kulit, dan mencegah kulit kering (Putriyanti, 2009).

Umbi kentang dapat digunakan dalam perawatan kecantikan dan pengobatan, antara lain sebagai berikut (Pitojo, 2004):

a. Menghaluskan kulit b. Menghilangkan jerawat c. Melembabkan kulit d. Mengobati bisul kepala

e. Menghilangkan bengkak di bagian mata f. Mencerahkan kulit.

Tabel 2.1 Komposisi Gizi Umbi Kentang dan Tepung Kentang (per 100 g) :

Jenis Zat Gizi Umbi Pati

Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (SI)

Vitamin C (SI) Air (g) 83 2,0 0,1 19,1 11 56 0,7 0,11 17 77,8 347 0,3 0,1 85,6 20 30 0,5 0,04 0 13,0 2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Wasitaatmadja, 1997).


(4)

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis (subkutan) (Guyton dan Hall, 1996).

a. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan epitel yang berasal dari ektoderm. Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, tetapi juga mengandung tiga jenis sel yang jumlahnya tidak sebanyak jumlah sel epitel yaitu melanosit, sel langerhans, dan sel merkel. Sel epidermis yang mempunyai lapisan tanduk disebut keratinosit (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Epidermis terdiri atas lima lapisan sel penghasil keratin (keratinosit), antara lain sebagai berikut (Junquiera dan Carneiro, 2007):

− Stratum basale / germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin.

− Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

− Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.


(5)

− Stratum lusidum (lapisan jernih)

Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

− Stratum korneum (lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar (Tranggono dan Latifah, 2007). b. Dermis

Dermis merupakan suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis). Ketebalan dermis bervariasi, bergantung pada daerah tubuh, dan mencapai tebal maksimum 4 mm di daerah punggung. Permukaan dermis sangat tidak teratur dan memiliki banyak tonjolan. Dermis mengandung jalinan serat elastin dan serat yang lebih tebal. Jalinan elastis ini berfungsi bagi kelenturan kulit. Selain itu, dermis kaya dengan jaring-jaring pembuluh darah dan limfe, kelenjar keringat, kelenjar sabasea dan serabut saraf. (Janquiera dan Carneiro, 2007).


(6)

c. Hypodermis (Subkutan)

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit bergeser di atasnya. Hipodermis sering mengandung sel-sel lemak yang jumlahnya bervariasi sesuai daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi yang bersangkutan (Janquiera dan Carneiro, 2007).

Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh (Guyton dan Hall, 1996).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelindung Tubuh / Proteksi

Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin (Wirakusumah, 1994).

Fungsi proteksi terjadi karena beberapa hal (Dwikarya, 2003):

1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.

2. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan dan menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di sekitar kulit.


(7)

3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan.

b. Pengatur Suhu Tubuh / Termoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar (tetap tertahan) (Wirakusumah, 1994).

c. Sistem Pancaindera

Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut (Wirakusumah,1994).

d. Menjaga Kelembaban Tubuh

Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak maka daya ikat terhadap air akan berkurang (Wirakusumah, 1994).


(8)

e. Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Pentingnya melembabkan kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit


(9)

yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3 Emulsi

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi “a/m”. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying agent) (Ansel, 2005).

Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi dalam farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat). Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair bisa dipakai secara oral, topikal atau parenteral; emulsi semisolid digunakan secara topikal. Banyak preparat farmasi yang mungkin sebenarnya emulsi tidak digolongkan sebagai emulsi karena cocok untuk masuk dalam kategori sediaan farmasi lainnya yang lebih tepat. Misalnya, lotio-lotio tertentu, liniment, krim, dan salep (Ansel,2005).


(10)

2.3.1 Stabilitas emulsi

Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya terpisah menjadi 2 fase. Secara umum, ada 3 pola kerusakan emulsi, yaitu:

Kriming adalah proses mengembangnya partikel dispersi karena pengaruh gravitasi, sehingga masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krim dan emulsi yang lebih encer, masing-masing mengandung lemak berkisar 30 – 35% dan 8 – 10% (Ditjen POM, 1985).

Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya inversi fase antara lain adalah konsentrasi volume kedua fase, sifat, dan jumlah zat pengemulsi (Ditjen POM, 1985).

De-emulsifikasi adalah proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masing-masing komponen cair. Proses pemisahan tersebut dapat terjadi dalam dua tahap, yaitu :

a) Mula-mula terjadi flokulasi, partikel dispersi saling berikatan membentuk kelompok yang lebih besar, tetapi jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi sempurna (Ditjen POM, 1985).

b) Selanjutnya terjadi koalesensi, kelompok partikel dispersi membentuk kelompok yang lebih besar, yang sifatnya ireversibel (Ditjen POM, 1985).


(11)

Sumber ketidakstabilan lainnya adalah pertumbuhan mikroorganisme. Emulsi m/a yang dibuat dengan bahan alam seperti gom, karbohidrat, dan protein sangat cepat ditumbuhi bakteri pembusuk, jamur, dan bakteri lain (Rawlins, 1977).

2.4 Kosmetik untuk Kulit

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan diseluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.1 Kosmetik pelembab

Umumnya losio pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau di kurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).


(12)

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

A. Syarat kosmetik pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Nyaman dan mudah dipakai

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit.


(13)

B. Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya

Humektan adalah preparat yang bersifat higroskopis yang memiliki kemampuan untuk menyerap uap air dari lingkungan. Humektan ditambahkan pada krim kosmetik dengan tipe minyak dalam air untuk mengurangi laju penguapan air dari kulit. Dikarenakan sifat higroskopis lapisan humektan yang


(14)

tetap melekat pada kulit setelah pemakaian, struktur dan kondisi dari kulit akan terpengaruhi sebagai contoh perannya sebagai emolien.

Humektan berperan sebagai pelembab kulit dengan menstabilkan bagian air dari krim atau losio selama absorbsi atau mengeringnya kulit. Humektan yang umum digunakan adalah gliserol, sorbitol, propilen glikol, polietilenglikol (PEG), dan sorbeth-30 (Polo, 1998).

2.5 Losio Tangan dan Badan

Krim tangan dan badan adalah suatu sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik dan tidak mudah pecah. Biasanya dibuat dalam bentuk krim dan losio atau emulsi (Ditjen POM, 1985).

Formula krim tangan konvensional adalah modifikasi vanishing cream dengan tipe m/a, komposisi dasar menggunakan sabun stearat sebagai pengemulsi, humektan seperti gliserol, dan jumlah air yang tinggi. Formula losio bisa sangat mirip, yang membedakan hanya jumlah bahan padatnya (Balsam, 1972).

Suatu sediaan losio tangan dan badan (hand and body lotion) dikatakan baik apabila fungsinya dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan mudah dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak meninggalkan selaput yang retak-retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi pengeluaran keringat, mempunyai bau, warna, dan kestabilan fisik yang baik (Balsam, 1972).


(15)

2.5.1 Bahan-bahan dalam sediaan losio tangan dan badan

Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barrier), zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol (Ditjen POM, 1985).

Asam stearat memiliki struktur yang keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69°C-70°C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1%-20%, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa (Rowe, dkk., 2009).

Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul, atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol (95%) dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan padat dengan titik lebur 45°C -52°C. Dalam losion, krim, dan salep, digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi. Sebagai emolien dan emulgator digunakan dalam konsentrasi


(16)

2%-5%. Sebagai pengental dalam krim dan losion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1% (Rowe, dkk., 2009).

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap (Ditjen POM, 1985).

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil, tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel. (Balsam, 1972).

Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20°C-25°C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan konsentrasi 0,5%-3%, menambah kebasaan, dan sebagai humektan (Rowe, dkk., 2009).


(17)

e. Pengawet dan antioksidan

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman yang menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil dan antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi yang juga dapat menstabilkan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 70°C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 (Rowe, dkk., 2009).

Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan oral, parenteral dan topikal, pada konsentrasi 0,01-1,0% b/v dan pada konsentrasi sekitar 27% b/v pada sediaan injeksi intramuskular. Natrium metabisulfit juga memiliki aktivitas antibakteri, yang berperan lebih baik pada pH asam, dan juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada preparat oral seperti sirup (Rowe, dkk., 2009).

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman, dkk., 1994).


(1)

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

A. Syarat kosmetik pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Nyaman dan mudah dipakai

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit.


(2)

B. Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya

Humektan adalah preparat yang bersifat higroskopis yang memiliki kemampuan untuk menyerap uap air dari lingkungan. Humektan ditambahkan pada krim kosmetik dengan tipe minyak dalam air untuk mengurangi laju penguapan air dari kulit. Dikarenakan sifat higroskopis lapisan humektan yang


(3)

tetap melekat pada kulit setelah pemakaian, struktur dan kondisi dari kulit akan terpengaruhi sebagai contoh perannya sebagai emolien.

Humektan berperan sebagai pelembab kulit dengan menstabilkan bagian air dari krim atau losio selama absorbsi atau mengeringnya kulit. Humektan yang umum digunakan adalah gliserol, sorbitol, propilen glikol, polietilenglikol (PEG), dan sorbeth-30 (Polo, 1998).

2.5 Losio Tangan dan Badan

Krim tangan dan badan adalah suatu sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik dan tidak mudah pecah. Biasanya dibuat dalam bentuk krim dan losio atau emulsi (Ditjen POM, 1985).

Formula krim tangan konvensional adalah modifikasi vanishing cream dengan tipe m/a, komposisi dasar menggunakan sabun stearat sebagai pengemulsi, humektan seperti gliserol, dan jumlah air yang tinggi. Formula losio bisa sangat mirip, yang membedakan hanya jumlah bahan padatnya (Balsam, 1972).

Suatu sediaan losio tangan dan badan (hand and body lotion) dikatakan baik apabila fungsinya dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan mudah dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak meninggalkan selaput yang retak-retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi pengeluaran keringat, mempunyai bau, warna, dan kestabilan fisik yang baik (Balsam, 1972).


(4)

2.5.1 Bahan-bahan dalam sediaan losio tangan dan badan

Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barrier), zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol (Ditjen POM, 1985).

Asam stearat memiliki struktur yang keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69°C-70°C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1%-20%, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa (Rowe, dkk., 2009).

Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul, atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol (95%) dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan padat dengan titik lebur 45°C -52°C. Dalam losion, krim, dan salep, digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan


(5)

5%. Sebagai pengental dalam krim dan losion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1% (Rowe, dkk., 2009).

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap (Ditjen POM, 1985).

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil, tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel. (Balsam, 1972).

Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20°C-25°C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan konsentrasi 0,5%-3%, menambah kebasaan, dan sebagai humektan (Rowe, dkk., 2009).


(6)

e. Pengawet dan antioksidan

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman yang menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil dan antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi yang juga dapat menstabilkan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 70°C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 (Rowe, dkk., 2009).

Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan oral, parenteral dan topikal, pada konsentrasi 0,01-1,0% b/v dan pada konsentrasi sekitar 27% b/v pada sediaan injeksi intramuskular. Natrium metabisulfit juga memiliki aktivitas antibakteri, yang berperan lebih baik pada pH asam, dan juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada preparat oral seperti sirup (Rowe, dkk., 2009).

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang