Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan
berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan kepada konsumen
di Tanah Air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran secara
langsung. 1Ini menyebabkan semakin banyaknya barang dan/atau jasa di pasaran.
Kondisi ini sebenarnya memberi keuntungan bagi konsumen karena kebutuhan
konsumen akan barang dan/atau jasa yang diinginkan akan terpenuhi. Selain itu,
mereka juga dapat memilih barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan
kemampuannya.
Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia saat ini, seperti juga
yang dialami konsumen di negara-negara lainnya, yaitu mengenai kesadaran
semua pihak, baik dari pelaku usaha, pemerintah maupun konsumen sendiri
tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pelaku usaha menyadari bahwa
mereka harus menghargai hak-hak konsumen dengan memproduksi barang dan
jasa yang berkualitas, aman dimakan/digunakan, mengikuti standar yang berlaku,
serta harga yang sesuai (reasonable). 2 Ada beberapa masalah atau kasus yang
bermunculan dan mendapat perhatian di bidang perlindungan konsumen yaitu

1


Happy Susanto,
Pustaka,2008), hal. 1.
2
Ibid.

Hak-Hak

Konsumen

Jika

Dirugikan,

(Jakarta:Transmedia

Universitas Sumatera Utara

mengenai pelanggaran terhadap hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku
usaha.

Pelanggaran terhadap hak-hak konsumen memberi dampak yang sangat
negatif terhadap diri dan juga keselamatan konsumen. Pelanggaran tersebut
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor sikap pelaku usaha yang masih
memandang konsumen sebagai pihak yang lemah. Konsumen dipandang sebagai
pihak yang dengan mudah dipengaruhi untuk memakai atau mengkonsumsi segala
bentuk barang atau jasa yang ditawarkan, baik melalui iklan-iklan, atau bentuk
penawaran lainnya. 3
Secara umum, masalah-masalah yang sering dikeluhkan konsumen
berkaitan dengan pelanggaran hak konsumen adalah sebagai berikut : 4
1. Keluhan terhadap keterlambatan pengiriman barang.
2. Barang yang dikirim sering kali berbeda dengan apa yang sudah
dipesan.
3. Kualitas barang yang tidak bagus.
4. Pelayanan barang/jasa yang buruk.
5. Manipulasi produk barang/jasa yang ditawarkan dengan berbagai cara.
Jika dicermati lebih lanjut, konsumen ternyata tidak hanya dihadapkan
pada persoalan lemahnya kesadaran dan ketidakmengertian (pendidikan) mereka
terhadap hak-haknya sebagai konsumen. Hak-hak yang dimaksud, misalnya
bahwa konsumen tidak mendapatkan penjelasan tentang manfaat barang atau jasa
yang dikonsumsi. Lebih dari itu, konsumen ternyata tidak memiliki bargaining

position (posisi tawar) yang berimbang dengan pihak pelaku usaha. Hal ini terlihat
3

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 1.
4
Happy Susanto, Op. Cit., hal. 12.

Universitas Sumatera Utara

sekali pada perjanjian baku yang siap untuk ditandatangani dan bentuk klausula
baku atau ketentuan baku yang tidak informatif dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. 5
Prinsip yang digunakan para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
perekonomiannya adalah prinsip ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan
semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Artinya, dengan
pemikiran seperti ini, sangat mungkin pihak konsumen akan dirugikan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. 6
Hukum Perlindungan Konsumen merupakan masalah yang menarik dan
menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peraturan
perundang-undangan yang mengatur hal ini, yaitu Undang-Undang Nomor 8

Tahun

1999

tentang

Perlindungan

Konsumen.

Perlindungan

Konsumen

merupakan hal yang sangat perlu untuk terus dilakukan karena berkaitan dengan
upaya mensejahterakan masyarakat dalam kaitan dengan semakin berkembangnya
transaksi perdagangan pada zaman modern saat ini. Perhatian mengenai
perlindungan konsumen ini bukan hanya di Indonesia tetapi juga telah menjadi
perhatian dunia. 7
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

dirumuskan pengertian perlindungan konsumen sebagai berikut “segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

5

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit., hal. 3.
Happy Susanto, Op. Cit., hal. 4.
7
M.Sadar, Moh. Taufik Makarao, dan Habloel Mawadi, Hukum Perlindungan Konsumen
di Indonesia, (Jakarta : Akademia, 2012), hal. 1.
6

Universitas Sumatera Utara

konsumen”. 8 Akan tetapi, kehadiran Undang-Undang ini belum menyelesaikan
segala masalah mengenai perlindungan konsumen secara tuntas.
Masalah perlindungan konsumen tanpa disadari sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai salah satu subjek hukum juga sebagai
konsumen yang memakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat.
Hal ini dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2 yang menyatakan : “Konsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan”. 9
Faktor yang memperparah masalah perlindungan konsumen yakni kurang
mengertinya masyarakat umum sebagai konsumen terhadap hak-haknya. Banyak
konsumen yang belum mengetahui hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Jika
haknya diabaikan, konsumen tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak
tahu dan tidak sadar. Ketika sadar, mereka justru tidak mengerti bagaimana tata
cara atau prosedur

pengaduan dan penuntutan atas hak-haknya yang

dilanggar. 10Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun
formal makin terasa sangat penting.
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen secara umum mengatakan, “Pembangunan dan
8

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, Pasal 1, Angka 1.
9
Happy Susanto, Op.Cit., hal.1.
10
Ibid, hal. iii.

Universitas Sumatera Utara

perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian
dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau
jasa yang dapat dikonsumsi”. 11
Adanya undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak
dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Undang-Undang
Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha yang sehat serta
mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam persaingan yang ada dengan
menyediakan barang/jasa yang berkualitas. 12
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, pengertian barang adalah “setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau

dimanfaatkan oleh konsumen”. 13 Sedangkan pengertian produk adalah “semua
benda bergerak atau tidak bergerak/tetap”.

14

Penggunaan istilah produk

mengandung makna yang sama dengan pengertian barang dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen digunakan istilah barang sebagai pengganti istilah
produk sebagaimana yang sudah lazim digunakan. 15

11

M.Sadar, Moh. Taufik Makarao, dan Habloel Mawadi, Op. Cit., hal. 2.
Happy Susanto, Op.Cit., hal. 2.
13
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
14

Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,
(Jakarta : Rajawali Pers, 2013),hal. 24.
15
Ibid., hal.25.
12

Universitas Sumatera Utara

Dalam kehidupan sehari-hari pastinya ada orang yang membeli produk
baik barang atau jasa. Tapi khususnya pada barang yang dibeli tidak ada jaminan
bahwa produk tersebut dalam kondisi yang baik atau cacat. Adakalanya barang
yang dibeli memiliki cacat tersembunyi yang tidak terlihat oleh mata.
Cacat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
“kekurangan yang menyebabkan berkurangnya nilai atau mutunya kurang baik
atau kurang sempurna”. 16 Suatu produk dapat dikatakan cacat (tidak dapat
memenuhi tujuan pembuatannya) karena : 17
1. Cacat produk atau manufaktur, dimana keadaan produk umumnya
berada di bawah tingkat harapan konsumen. Dapat pula cacat itu
demikian rupa sehingga dapat membahayakan harta bendanya.
2. Cacat desain, dimana desain produk tidak dipenuhi sebagaimana

semestinya, sehingga merugikan konsumen.
3. Cacat peringatan atau industri, dimana produk tidak dilengkapi dengan
peringatan-peringatan tertentu atau instruksi penggunaan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan pengertian produk cacat adalah setiap produk yang
tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya baik karena kesengajaan atau
kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi
dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi
manusia atau harta benda dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan
orang. 18 Barang cacat menurut sifat cacatnya dapat dibagi menjadi barang cacat
yang kelihatan dan barang cacat yang tersembunyi.

16

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal.249.
17
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), hal. 103-104.
18
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Diadit Media, 2001), hal.248.


Universitas Sumatera Utara

Barang cacat yang kelihatan seperti yang telah dijelaskan pada paragraf
sebelumnya, sedangkan barang cacat tersembunyi memiliki arti barang cacat yang
tidak mudah dilihat oleh seorang pembeli yang terlampau teliti, sebab adalah
mungkin sekali bahwa orang yang sangat teliti akan menemukan adanya cacat
tersebut. 19
Dalam kaitan dengan penjelasan umum yang telah dikemukakan di
halaman-halaman sebelumnya, untuk mempelajari lebih khusus tentang tanggung
jawab hukum pelaku usaha terhadap barang yang memiliki cacat produk, maka
dipilihlah sebuah perusahaan yang bernama PT. Indocare Pacific Cabang Medan
untuk dipelajari secara mendalam.
PT. Indocare Pacific bergerak di bidang support services, terutama
hygiene service di ruang toilet. PT. Indocare Pacific mengeluarkan produk yang
dinamakan Ecocare. Produk Ecocare terdiri dari rangkaian produk ruangan dan
toilet hygiene system. Contoh beberapa produk Ecocare antara lain : 20
1. Eco LCD yaitu produk penyegar ruangan dengan sistem spray otomatis.
2. Eco Soap Dispenser yaitu unit pelepas sabun pencuci tangan.
3. Eco Hand Dryer yaitu unit pengering tangan secara otomatis.
Karena kebanyakan produk Ecocare menggunakan sistem otomatis,
adakalanya produk tidak bekerja sesuai dengan sistem tersebut. Bisa juga ketika
produk telah dipasang di tempat konsumen dan melewati pengecekan tidak
19

R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Pradnya
Paramita,2001).
20
PT. Indocare Pacific, diakses dari http://www.ecocare.co.id , pada tanggal 1 Desember
2015 pukul 21.05

Universitas Sumatera Utara

terdapat masalah, namun setelah beberapa waktu digunakan konsumen, produk
tersebut tidak bekerja sebagaimana mestinya. Berbagai kemungkinan masalah
lainnya yang dapat dialami oleh konsumen produk Ecocare, walaupun produk
Ecocare diproduksi oleh pabrik, namun pengawasan dan pengecekan produk
dilakukan oleh manusia sehingga ada kemungkinan terjadi human error.
Permasalahan yang dialami konsumen produk Ecocare pada umumnya
yaitu salah satu unit produk Ecocare yang dipakai konsumen rusak sehingga unit
tersebut tidak bekerja dengan efektif. Berdasarkan keluhan pihak konsumen
produk Ecocare yang ada pada PT. Indocare Pacific Cabang Medan, beberapa
permasalahan yang pernah dialami oleh konsumen, antara lain :
1. Produk Eco LCDyang menggunakan sistem spray otomatis tidak bekerja
dengan efektif dikarenakan baterai dalam produk lemah.
2. Kebocoran sabun pada produk Eco Soap Dispenser.
Suatu produk dikualifikasi mengandung kerusakan apabila produk itu
tidak memenuhi keamanan (safety) seseorang dengan mempertimbangkan aspek
sebagai berikut : 21
1. Penampilan produk ;
2. Maksud penggunaan produk ;
3. Ketika produk ditempatkan di pasaran.

21

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal. 102.

Universitas Sumatera Utara

Berkaitan dengan hal diatas, dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen Pasal 19 ayat (1) menyatakan :
“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”. 22
Berkaitan dengan barang yang memiliki cacat produk yang dapat diminta
pertanggungjawaban pelaku usaha dapat dikategorikan sebagai berikut : 23
1. Kesalahan Produksi, dimana kesalahan yang meliputi kegagalan proses
produksi, pemasangan produk, kegagalan pada sarana inspeksi, serta
produk-produk yang terbukti tidak aman dalam pemakaian normal.
2. Cacat desain, dimana terjadi cacat pada desain, komposisi atau konstruksi.
3. Informasi yang tidak memadai, meliputi pemberian label produk, cara
penggunaan, peringatan atas risiko tertentu atau hal lainnya yang dapat
memberikan jaminan produk-produk tersebut dapat dipergunakan
sebagaimana yang dimaksudkan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dianggap penting
untuk mengangkat topik penulisan skripsi dengan judul :“Tanggung Jawab
Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare
yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen”.

22

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
23
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, ( Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2011), hal.160-161.

Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka terdapat tiga
pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimana pengaturan tentang cacat produk dalam UU No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dan bagaimana bentuk-bentuk cacat
produk yang terdapat pada produk Ecocare ?
2. Bagaimana tanggung jawab hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan
terhadap konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk
berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?
3. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa terhadap kerugian konsumen
barang Ecocare yang memiliki cacat produk?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari membahas masalah tanggung jawab hukum
PT.Indocare Pacific Cabang Medan terhadap konsumen barang Ecocare yang
memiliki cacat produk ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan tentang cacat produk dalam UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan bentuk-bentuk cacat
produk yang terdapat pada produk Ecocare.

Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum PT.Indocare Pacific Cabang
Medan terhadap konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk
berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa terhadap kerugian
konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan skripsi berjudul Tanggung Jawab Hukum
PT.Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang
Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan
pertimbangan atau ide pemikiran bagi penyempurnaan peraturan
perundang-undangan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan barang
yang memiliki cacat produk. Selain itu, hasil penulisan skripsi ini juga
akan dapat menambah kepustakaan di bidang perlindungan konsumen
secara umum, serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat
data empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan masukan
bagi PT. Indocare Pacific Cabang Medan terhadap masalah seputar

Universitas Sumatera Utara

perlindungan konsumen yang berkaitan dengan barang yang memiliki
cacat produk.

E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di kepustakaan di lingkungan
Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang membahas
tentang “ Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap
Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen” sampai dengan penulisan skripsi
ini dilakukan. Skripsi ini disusun berdasarkan referensi buku-buku, koran, media
cetak maupun elektronik, juga tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Penulisan skripsi ini berdasarkan ide dan pemikiran pribadi yang muncul
karena melihat kondisi yang berkembang saat ini mengenai ketidakjelasan nasib
konsumen terhadap barang yang mengandung cacat produk. Oleh karena itu,
tulisan ini bukanlah merupakan hasil ciptaan atau penulisan orang lain sehingga
keaslian penulisan ini terjamin adanya. Adapun beberapa penulisan tentang
perlindungan konsumen yang hampir menyerupai, seperti :
1. Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Kerugian atas Pengguna
Barang yang Mengandung Cacat Tersembunyi Ditinjau dari UU
Perlindungan Konsumen dan KUH Perdata ( Nopika Sari Aritonang,
100200365)

Universitas Sumatera Utara

Rumusan Masalah :
a. Bagaimana perlindungan hukum dan tanggung jawab pelaku usaha
terhadap kerugian konsumen berdasarkan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Kitab UndangUndang Hukum Perdata?
b. Bagaimana peranan Pemerintah dan Lembaga Perlindungan
Konsumen dalam mengawasi peredaran barang yang mengandung
cacat tersembunyi?
c. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa atas kerugian konsumen
terhadap penggunaan barang yang mengandung cacat tersembunyi?
2. Penerapan Prinsip Product Liability Oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtanadi dalam Meningkatkan Kualitas Air Minum yang
Didistribusikan Kepada Konsumen,Studi di PDAM Tirtanadi Provinsi
Sumatera Utara (Fenny Uli Ceami, 090200311)
Rumusan Masalah :
a. Bagaimana pengaturan prinsip product liability dalam UndangUndang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
maupun dalam peraturan peraturan perundang-undangan lainnya
dalam kaitannya dengan kualitas air minum yang dihasilkan oleh
PDAM Tirtanadi?
b. Bagaimana PDAM Tirtanadi menerapkan prinsip product liability
tersebut

dalam

meningkatkan

kualitas

air

minum

yang

didistribusikan kepada konsumen?

Universitas Sumatera Utara

c. Bagaimana pertanggungjawaban PDAM Tirtanadi apabila kualitas
air minum yang didistribusikannya kepada konsumen ternyata
tidak mememuhi standar kualitas air minum?

F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Berdasarkan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk
menganalisa Tanggung Jawab Hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan
Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau
dari UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka jenis
penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah kombinasi antara
penelitian yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis
normatifmenggunakan konsep legis-positivis yang menyatakan bahwa hukum
identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh
lembaga-lembaga atau pejabat yang berwenang. 24 Metode yuridis normatif
yang digunakan dalam skripsi ini mengacu pada norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen yang
berlaku dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. 25 Serta untuk
memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur

24

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Gahlia
Indonesia, 1988), hal. 11.
25
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, hal. 44, dalam Bambang Sunggono,
Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2011), hal. 41.

Universitas Sumatera Utara

perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet, dan
sebagainya. 26
Sementara penelitian yuridis sosiologis menggunakan konsep hukum
yang lebih luas, dimana hukum tidak saja diartikan sebagai norma hukum
melainkan sebagai perilaku dan sikap dari masyarakat. 27
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif-analitis, yaitu
mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teoriteori hukum yang menjadi objek penelitian. 28
2. Sumber Data
Penulisan skripsi ini akan menganalisis objek penelitian dengan
menggunakandata primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh

dan

dikumpulkan

sendiri

melalui

wawancara,

angket,

dsb. 29 Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, situs
internet, kamus dan sebagainya. 30
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk hasil
wawancara dengan sejumlah informan yang berasal dari PT. Indocare Pacific
Cabang Medan.

26

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung
: Alumni, 1994), hal. 139.
27
Bambang Sunggono,Op.Cit., hal. 76.
28
Sunaryati Hartono,Op.Cit., hal. 105-106.
29
Bambang Sunggono,Op.Cit., hal. 37.
30
Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit., hal. 24.

Universitas Sumatera Utara

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari : 31
a. Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan perundangundangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini, seperti
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang
Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian,Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Menteri lainnya, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan
konsumen.
b. Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber
pertama. Data ini dapat diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik
berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, surat kabar,
harian elektronik, dan sebagainya yang memiliki relevansi dengan skripsi
ini.
c. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia,
dan sebagainya.

31

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya,
1996), hal. 22.

Universitas Sumatera Utara

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Library Research(Penelitian Kepustakaan) yaitu penulisan yang
dilakukan dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data
berupa bahan hukum primer dan sekunder dari berbagai bahan-bahan
bacaan, buku-buku, peraturan-peraturan dan media elektronik seperti
internet dan sebagainya yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas dalam skripsi ini.
b. Field Research (Penelitian Lapangan)
Field Research (Penelitian Lapangan) dilakukan untuk mendapatkan
data lapangan dengan cara melakukan wawancara dengan informan,
yaitu pihak PT. Indocare Pacific Cabang Medan. Dalam skripsi ini,
lokasi penelitian dilakukan di PT. Indocare Pacific Cabang Medan.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan serta pedoman
wawancara yang dilakukan di PT. Indocare Pacific Cabang Medan.
4. Analisis Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah
dikumpulkan dan disusun secara sistematis akan dianalisis dengan pendekatan
secara kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan data yang deskriptif, yang bersumber dari tulisan atau ungkapan
dan tingkah laku yang dapat diobservasi manusia. 32 Serta penelitian pada
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. 33
Data primer dalam bentuk hasil wawancara akan dikonstruksikan
sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.Penarikan kesimpulan terhadap data
yang dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan metode penarikan
kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara
deduktif adalah suatu proporsi umum yang kebenarannya telah diketahui dan
berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih
khusus. 34 Sementara metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah
penarikan kesimpulan berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil
pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) berupa
asas umum . 35 Penarikan kesimpulan secara induktif didasarkan pada faktafakta yang diperoleh melalui pengalaman langsung, untuk ditarik suatu
kesimpulan umum. 36
Hasil

penelitian

akan

dianalisis

dengan

cara

penguraian,

menghubungkan dengan peraturan-peraturan perlindungan konsumen yang

32

Burhan Asshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal. 6.
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 105.
34
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 11.
35
Ibid., hal.10.
36
Ibid., hal.32.
33

Universitas Sumatera Utara

berlaku dan juga pendapat para pakar hukum, dan hasil analisis ini berbentuk
deskripsi, yang akan dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. 37
G. Sistematika Penulisan
Dalam suatu pembahasan atau penyajian suatu hasil penelitian harus
terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik, yaitu diuraikan
secara sistematis. Oleh karena itu, skripsi ini terbagi dalam beberapa bab yang
saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini bersifat sistematis dan
berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dikelompokkan ke dalam bab
demi bab sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, bab ini merupakan bagian awal dari penulisan skripsi
ini. Dalam bab ini diuraikan latar belakang untuk mengangkat judul ini,
perumusan masalah yakni permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini,
tujuan dan manfaat penulisan yaitu maksud penulisan skripsi ini, metode
penelitian yaitu metode yang digunakan dalam mengkaji permasalahan, dan
sistematika penulisan serta keaslian penulisan yang menegaskan bahwa skripsi
tentang Tanggung Jawab Hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap
Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen belum pernah dibahas sebelumnya
di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
37

Zainuddin Ali, Op. Cit., hal. 107.

Universitas Sumatera Utara

Bab II : Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen Dan Eksistensi
PT. Indocare Pacific Cabang Medan. Bab ini merupakan awal dari pembahasan
terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam pendahuluan.
Yang dibahas dalam bab ini adalah pengertian konsumen, pelaku usaha serta
hukum perlindungan konsumen, pengaturan hukum perlindungankonsumen,hakhak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan pelaku usaha, hubungan hukum
antara pelaku usaha dengan konsumen, asas dan tujuan perlindungan konsumen
serta profil dan produk-produk PT. Indocare Pacific Cabang Medan.
Bab III :Tinjauan Umum Mengenai Cacat Produk, Prinsip-prinsipdan
Bentuk-bentuk Pertanggungjawaban Pelaku Usaha. Bab ini akan membahas
pengertian cacat produk, jenis-jenis cacat produk dan prinsip-prinsip serta bentukbentuk pertanggungjawaban pelaku usaha.
Bab IV : Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan
Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari
UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, merupakan pembahasan
pokok dan utama dalam penulisan skripsi ini. Pada bab ini akan membahas
pengaturan dan bentuk-bentuk cacat produk yang terdapat pada produk Ecocare,
tanggung jawab hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan terhadap konsumen
produk Ecocare yang memiliki cacat produk, dan upaya penyelesaian sengketa
terhadap kerugian konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk.
Bab V : Penutup, bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi
ini. Bab ini berisi kesimpulan dari ketiga pembahasan yang telah dibahas

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya. Setelah mendapat kesimpulan dari pembahasan sebelumnya, maka
dapat ditarik poin-poin yang berisi saran-saran yang dapat dipertimbangkan dalam
kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

ASPEK YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP BARANG DAN ATAU JASA ( DITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN )

1 5 90

Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

0 33 111

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 44 104

TANGGUNG GUGAT PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG TERHADAP KONSUMEN YANG KEHILANGAN BARANG DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus Di BPSK Kota Surabaya).

2 8 67

Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

0 1 8

Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

0 0 1

Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

0 0 32

Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

0 0 2

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB PDAM TIRTA MOEDAL SEMARANG TERHADAP KONSUMEN DITINJAU DARI UU. NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Unika Repository

0 0 13