Peran Politik UNHCR Dalam Menangani Etnis Rohingya di Medan

BAB II
PROFIL UNHCR

2.1 UNHCR Sebagai Organisasi Internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah suatu organisasi internasional
terbesar di dunia yang beranggotakan hampir semua negara di dunia. Sejak berdiri
hingga saat ini, PBB telah memiliki 193 negara anggota yang juga merupakan
Negara Berdaulat dan diakui oleh dunia Internasional. Saat ini PBB memiliki
beberapa badan organisasi yang bergerak di berbagai aspek kehidupan manusia,
yaitu:


Food and Agriculture Organization (FAO)



International Atomic Energy Agency (IAEA)



International Civil Aviation Organization (ICAO)




International Labour Organisation (ILO)



International Fund for Agricultural Development (IFAD)



International Monetary Fund (IMF)



InterGovernmental Maritime Consultative Organization (IMCO)



International Telecommunication Union (ITU)




United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)



United Nations Development Programme (UNDP)



United Nations International Drug Control Program (UNDCP)

Universitas Sumatera Utara



United Nations Environment Programme (UNEP)




nited Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO)



United Nations Fund for International Partnerships (UNFIP)



United Nations Population Fund (UNFPA)



United Nations Human Settlements Programme (UN–HABITAT)



United Nations Children's Fund (UNICEF)




United Nations Industrial Development Organization (UNIDO)



United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in
the Near East (UNRWA)



World Tourism Organization (WTO)



United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)

Salah satu badan organisasi PBB yang saat ini sangat diakui dan
kinerjanya tampak jelas adalah UNHCR atau (United Nation High Commisioner
for Refugee/ Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi).

UNHCR adalah sebuah organisasi internasional yang merupakan badan PBB
untuk urusan pengungsi. Badan itu diberi mandat untuk memimpin dan
mengkoordinasikan langkah-langkah internasional untuk melindungi pengungsi
dan menyelesaikan permasalahan pengungsi di seluruh duniaUNHCR didirikan
pada 14 Desember 1950 oleh Majelis Umum PBB dan resmi mulai bekerja pada
tanggal 1 Januari 1951.

Universitas Sumatera Utara

Organisasi ini memiliki tugas untuk memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan internasional dalam melindungi pengungsi, pencari suaka maupun orangorang tanpa kewarganegaraan dan menyelesaikan permasalahan pengungsi di
dunia. UNHCR ini juga memastikan setiap pengungsi mendapatkan hak untuk
memperoleh perlindungan. Dalam melaksanakan fungsinya, UNHCR berpedoman
kepada Konvensi Jenewa tahun 1951 dan Protokol Tambahan 1967 sebagai
pedoman acuhan.

2.2 Sejarah Berdirinya UNHCR
UNHCR atau Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Uursan
Pengungsi


merupakan

organisasi

internsional

yang

berlandaskan

asas

kemanusiaan (humanity). Sesuai dengan namanya organisasi ini didirikan untuk
membantu para pengungsi-pengungsi yang menjadi korban akibat adanya perang,
bencana alam, penganiayaan, kekerasan dan lainnya yang membuat seseorang
harus mengalami penderitaan dan membutuhkan perlindungan.
Sejak awal didirikan sebenarnya organisasi ini hanya difokuskan pada
penanganan terhadap orang-orang yang menjadi korban pengungsi akibat konflik
Perang Dunia II, dimana wilayah penanganannya hanya terkonsentrasi di kawasan
Benua Eropa saja. Pada dasarnya organisasi ini hanya diberi mandat selama 3

tahun untuk menjalankan tugasnya dalam membantu korban-korban pengungsian
pasca Perang Dunia II. Namun ternyata, kehadiran UNHCR dirasakan sangat

Universitas Sumatera Utara

membantu dalam melindungi umat manusia yang membutuhkan perlindungan
dikarenakan konflik-konflik negara yang terjadi.
Setelah lewat masa kerja UNHCR yang awalnya hanya dimandatkan 3
tahun, PBB merasa badan organisasi ini cukup penting mengingat semakin
banyaknya konflik-konflik yang terjadi di dunia, semakin banyaknya perang,
penganiayaan, pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang menjadikan rakyat
yang tidak bersalah menjadi korban, maka UNHCR tidak dibubarkan melainkan
tetap menjalankan tugasnya dalam memberikan perlindungan kepada orang-orang
yang menjadi korban pengungsian akibat adanya konflik maupun perang.

2.3 Perkembangan UNHCR


14 Desember 1950 Majelis Umum PBB mendirikan organisasi Komisaris
Tinggi untuk Pengungsi (UNHCR). Sesuai dengan kepengurusan nya,

organisasi ini bersifat kemanusiaan dan sosial guna membantu orangorang yang menjadi pengungsi.



Tahun 1951 Majelis Umum PBB mengadakan konferensi dengan WakilWakil Negara Berkuasa Penuh untuk menyusun suatu dokumen tentang
kepengurusan pengungsi dan menandatangani dokumen tersebut yang
dirangkum dalam Konvensi Mengenai Status Pengungsi. Konvensi ini
dilatarbelakangi banyaknya korban pengungsi pasca Perang Dunai II di
Eropa.

Universitas Sumatera Utara



Tahun 1954, UNHCR berhasil memenangkan penghargaan Nobel Peace
atas peran dan kerja kerasnya ikut andil dalam membantu pengungsi di
Eropa.




Tahun 1956, terjadi peristiwa runtuhnya Revolusi Hungaria yang
disebabkan oleh penyerangan Soviet. Karena peristiwa tersebut jumlah
korban-korban pengungsi mengalami penaikan drastis, hal ini membuat
UNHCR kesulitan dalam menangani banyaknya jumlah pengungsi saat itu.
Melalui peristiwa tersebut, peran UNHCR dalam menangani pengungsi
semakin tidak dapat dipandang sebelah mata, karena organisasi ini
sangatlah dibutuhkan.



Tahun 1960, peristiwa Dekolonisasi di Afrika menyebabkan krisis
pengungsi dalam jumlah yang besar sehingga membutuhkan intervensi dan
peran langsung dari UNHCR.



Tahun 1967, dilakukan revisi terhadap Konvensi 1951 yang dikenal
dengan Protokol Tambahan 1967. Dalam isi Protokol 1967 memperluas
penerapan Konvensi 1951. Protokol 1967 menghapuskan batasan-batasan
letak geografis dimana yang awalnya Konvensi 1951 membatasi

pengakuan Konvensi atas pengungsi hanya kepada orang-orang di Eropa
yang menjadi korban pengungsi dikarenakan kejadian pasca Perang Dunia
II. Hal ini berlandaskan atas semakin banyaknya terjadi peristiwaperistiwa yang menyebabkan krisis pengungsi yang semakin banyak tidak

Universitas Sumatera Utara

hanya di Eropa namun juga di berbagai wilayah seperti kawasan Asia dan
Afrika.


Tahun 1980 terjadi peperangan di wilayah Asia-Afrika yang menimbulkan
banyak korban pengungsi (Libanon, Somalia, Srilanka, Afghanistan,
Urganda). UNHCR melalui Konvensi 1951 dan Protokol 1967
melaksanakan fungsinya dalam penanggulangan pengungsi di kawasan
Asia-Afrika tersebut.



Tahun


1981

UNHCR

kembali

mendapatkan

penghargaan

atas

kontribusinya berupa bantuan global dalam membantu para pengungsi.


Selama 2 dekade dari tahun 1980an sampai awal tahun 2000an UNHCR
membantu mengatasi pergerakan manusia di Asia dan Latin Amerika.



Tahun 2000an UNHCR tetap terus menjalankan tugas untuk membantu
para pengungsi di berbagai wilayah. Saat itu juga UNHCR dimintai
bantuannya untuk membantu para pengungsi internal yang disebabkan
oleh konflik. Peran UNHCR semakin meluas tidak hanya sebatas
membantu pengungsi namun juga ditunjuk oleh Sidang Umum PBB agar
UNHCR

dapat

menangani

bantuan

bagi

orang-orang

tanpa

kewarganegaaran yaitu dengan memberikan bantuan hukum kepada orangorang yang tidak berkewarganegaraan dan membantu menghindari serta
menghapus adanya orang tanpa status kewarganegaraan di dunia.
Dalam penanganan orang tanpa kewarganegaraan, bertolak dari Konvensi
1954 mengenai Status Warga Tanpa Negara, UNHCR akan memberikan

Universitas Sumatera Utara

bantuan kepada individu dengan membantu menyelesaikan masalah
hukum mereka dan membantu memperoleh dokumen yang diperlukan,
membantu negara untuk melaksanakan dan meperkuat hukumnya,
menyebarkan informasi terkait serta menyusun dokumen pengawasan
global. 34


Sampai saat ini UNHCR tetap menjalankan fungsinya dalam membantu
pengungsi maupun orang-orang tanpa kewarganegaraan. Akhir tahun 2014
tercatat sekitar 9330 orang yang tergabung sebagai karyawan UNHCR
yang tersebar di 125 negara di dunia, baik di daerah pusat maupun daerah
terpencil, termasuk 702 orang yang bekerja di kantor pusat UNHCR di
Geneva,Swiss. Saat ini UNHCR mengurus 36,4 juta orang yang
diantaranya terdiri dari: 15,6 juta pengungsi internal, 10,4 juta pengungsi,
sekitar 2,5 juta orang yang kembali ke negara asalnya, 6,5 juta orang tanpa
kewarganegaraan, lebih dari 980,000 orang yang mencari suaka
(perlindungan) dan lebih dari 400,000 orang yang menjadi perhatian
UNHCR lainnya. 35

2.4 Fungsi dan Wewenang UNHCR 36
Dalam praktiknya, UNHCR di bawah naungan PBB memiliki fungsi
memberikan perlindungan internasional kepada para pengungsi serta pencarian
34

UNHCR. September 2006. Orang Tanpa Kewarganegaraan di Seluruh Dunia. Hlm. 14
History of UNHCR. Diakses dari laman www.unhcr.org tanggal 04 April 2016 pkl. 22.00
36
UNHCR. September 2007. Statuta Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi. Hlm.10-15

35

Universitas Sumatera Utara

solusi permanen masalah pengungsi dengan bekerja sama dengan pemerintahpemerintah negara dalam menangani urusan pengungsi. Jika di dalam
melaksanakan fungsinya, UNHCR menemukan kesulitan misalnya tentang suatu
kontroversi mengenai status internasional orang tersebut, maka UNHCR akan
meminta kominte penasehat pengungsi jika komite itu dibentuk.
Selama bekerja UNHCR akan selalu mengikuti petunjuk-petunjuk
kebijakan yang diberikan oleh Majelis Umum atau Dewan Ekonomi dan Sosial
PBB. Dewan Ekonomi dan Sosial nantinya dapat memutuskan setelah mendengar
pendapat UNHCR terkait pokok yang bersangkutan guna membentuk sebuah
komite penasehat tentang pengungsi yang akan terdiri dari wakil-wakil negara
Anggota dan Negara-negara bukan anggota PBB yang nantinya akan diseleksi
oleh Dewan Ekonomi dan Sosial atas dasar perhatian nyata dan pengabdian
negara-negara tersebut pada solusi masalah kepengurusan pengungsi.
Yang menjadi wewenang UNHCR dalam penanganan pengungsi meliputi:
A. (i) Seseorang yang telah dianggap sebagai pengungsi menurut Pengaturan
12 Mei 1926 dan 30 Juni 1928 atau menurut Konvensi 20 Oktober 1933
dan 10 Februari 1938. Protokol 14 September 1939 atau Konstitusi
Organisasi Internasional.
(ii) Seseorang yang sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi
sebelum 1 Januari 1951 dan yang disebabkan oleh kecemasan yang
sungguh-sungguh mendasar, mengalami persekusi-persekusi karena

Universitas Sumatera Utara

alasan-alasan ras, agama, kebangsaan, atau opini politik, berada di luar
negara kewarganegaraannya dan tidak dapat atau karena kecemasan
tersebut atau karena alasan-alasan yang bukan alasan-alasan kenikmatan
pribadi, tidak mau memanfaatkan perlindungan negara itu; atau seseorang
yang tidak bekewarganegaraan dan berada di luar negara dimana ia
sebelumnya bertempat tinggal tidak dapat atau karena kecemasan itu atau
karena alasan-alasan yang bukan alasan-alasan kenikmatan pribadi tidak
mau kembali ke negara itu.
Keputusan mengenai terpenuhinya persyaratan yang diambil oleh
organisasi pengungsi internasional dalam periode kegiatannya tidak akan
mencegah status pengungsi yang diberikan kepada orang-orang yang
memenuhi syarat-syarat paragraf ini;

Wewenang UNHCR akan berhenti berlaku bagi seseorang yang ditetapkan
dalam seksi A di atas jika:
a.) Ia secara sukarela telah memanfaatkan kembali perlindungan negara
kewarganegaraannya; atau
b.) Setelah kehilangan kewarganegaraannya ia secara sukarela telah
memperolehnya kembali; atau
c.) Ia

telah

memperoleh

kewarganegaraan

baru,

dan

menikmati

perlindungan negara kewarganegaraan barunya; atau

Universitas Sumatera Utara

d.) Ia secara sukarela telah menetap kembali di negara yang telah
ditinggalkannya atau di luar negara itu dimana ia tetap tinggal karena
kecemasan akan perskusi; atau
e.) Ia tidak dapat lagi lebih lama karena keadaan-keadaan yang
berhubungan dengan pengakuan atas dirinya sebagai pengungsi sudah
tidak ada lagi, mengajukan alasan-alasan yang bukan alasan-alasan
kenikmatan pribadi untuk tetap menolak memanfaatkan perlindungan
negara kewarganegaraannya. Alasan yang semata-mata bersifat
ekonomis tidak dapat diajukan; atau
f.) Sebagai seorang yang tidak mempunyai kewarganegaraan, ia tidak
dapat lagi dan ia dapat lagi kembali ke negara dimana ia sebelumnya
biasa bertempat tinggal, karena keadaan-keadaan yang berhubungan
dengan pengakuan atas dirinya sebagai pengungsi sudah tidak ada lagi
bertempat tinggal, mengajukan alasan-alasan yang bukan alasan
kenikmatan pribadi untuk tetap menolak kembali ke negara tersebut.

B.

Seseorang lain yang berada di luar negara kewarganegaraanya atau
ia tidak mempunyai kewarganegaraan dimana ia sebelumnya bertempat
tinggal, karena ia mempunyai atau pernah mempunyai kecemasan yang
sungguh-sungguh berdasar akan persekusi karena alasan ras, agama,
kebangsaan atau opini politik dan tidak dapat atau karena kecemasan
tersebut, tidak mau memanfaatkan perlindungan pemerintah negara

Universitas Sumatera Utara

kewarganegaraannya, atau jika ia tidak mempunyai kewarganegaraan
kembali ke negara dimana ia sebelumnya biasa bertempat tinggal.

Dengan ketentuan bahwa wewenang UNHCR sebagaimana ditetapkan di
atas tidak akan meliputi:
a.) Yang merupakan warga negara lebih dari satu negara kecuali pabila ia
memenuhi ketentuan paragraf terdahulu dalam hubungannya dengan
tiap negara dimana ia adalah warga negara; atau
b.) Yang diakui oleh instansi-instansi yang berwewenang dari negaranegara itu dimana ia telah bertempat tinggal mempunyai hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang terkait pada kewarganegaraan yang dimiliki
negara itu; atau
c.) Yang tetap menerima dari organ-organ atau badan-badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa lainnya perlindungan atau bantuan; atau
d.) Yang

mengenai

dirinya

terdapat

alasan-alasan

serius

untuk

menganggap bahwa ia telah melakukan tindak pidana yang diliput oleh
ketentuan-ketentuan perjanjian-perjanjian ekstradisi atau tindak pidana
yang disebut dalam Pasal VI Piagam London dari Mahkamah Militer
Internasional atau oleh ketentuan-ketentuan Pasal 14, paragraf 2, dari
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
UNHCR akan memberikan perlindungan kepada para pengungsi yang
berada di bawah wewenang Komisariatnya dengan :

Universitas Sumatera Utara

a.) Menggalangkan

pembuatan

dan

internasional

bagi

perlindungan

pelaksanaan

konvensi-konvensi

pengesahan
para

konvensi-konvensi

pengungsi,

tersebut

dan

mengawasi
mengusulkan

amandemen-amandemen terhadap konvensi itu;
b.) Menggalangkan melalui persetujuan-persetujuan khusus dengan
pemerintah-pemerintah pelaksanaan tiap tindakan yang diperkirakan
akan memperbaiki keadaan pengungsi dan untuk mengurangi jumlah
yang membutuhkan perlindungan;
c.) Membantu upaya pemerintah dan swasta untuk menggalangkan
repatriasi sukarela dalam komunitas-komunitas nasional baru.
d.) Menggalangkan diterima masuknya para pengungsi, tidak terkecuali
mereka yang termasuk dalam kategori-kategori paling kekurangan ke
dalam wilayah-wilayah Negara-negara;
e.) Berusaha keras untuk memperoleh izin bagi para pengungsi untuk
memindahkan aset mereka dan terutama aset yang perlu bagi
pemukiman mereka;
f.) Memperoleh dari pemerintah-pemerintah informasi mengenai jumlah
dan kondisi-kondisi para pengungsi dalam wilayah-wilayah mereka
serta

undang-undang

dan

peraturan-peraturan

mengenai

para

pengungsi tersebut;
g.) Berhubungan erat dengan pemerintah-pemerintah dan organisasiorganisasi antar pemerintah yang bersangkutan;

Universitas Sumatera Utara

h.) Membina kontak dengan cara yang dianggapnya terbaik dengan
organisasi-organisasi

swasta

yang

menangani

masalah-masalah

pengungsi;
i.) Memudahkan koordinasi upaya-upaya organisasi-organisasi swasta
yang memperhatikan kesejahteraan para pengungsi.
UNHCR akan melakukan kegiatan-kegiatan tambahan termasuk
repatriasi dan pemukiman, yang mungkin ditetapkan oleh Majelis Umum
dalam batas-batas sumber-sumber yang disediakan baginya. Juga akan
mengelola tiap dana, publik atau privat, yang diterimanya untuk bantuan
bagi para pengungsi dan akan membagikannya diantara badan-badan
privat dan apabila dianggap tepat, badan-badan publik yang dianggapnya
mempunyai kemampuan terbaik untuk mengelola bantuan termaksud.
UNHCR dapat menolak setiap tawaran yang tidak dianggapnya
tepat atau yang tidak dapat dipergunakan. UNHCR juga tidak akan
meminta dana kepada pemerintah-pemerintah atau menyampaikan
permintaan umum, tanpa persetujuan lebih dulu dari Majelis Umum.
UNHCR akan memasukkan ke dalam laporan tahunannya pernyataanpernyataan dari kegiatannya di bidang ini.
UNHCR akan berjak menyampaikan pandangan-pandangannya di
depan Majelis Umum, Dewan Ekonomi dan Sosial dan badan-badan kedua
organ tersebut. UNHCR juga akan melapor setiap tahun kepada Majelis

Universitas Sumatera Utara

Umum melalui Dewan Ekonomi dan Sosial; laporannya akan dibahas
sebagaimana acara terpisah dalam agenda Majelis Umum. UNHCR juga
dapat meminta kerjasama berbagai badan khusus.

2.5 Sistem Keorganisasian dan Keuangan UNHCR 37
1. Komisaris Tinggi (pemimpin) UNHCR akan dipilih oleh Majelis Umum
PBB atas pencalonan dari Sekretaris Jenderal. Persyaratan pengangkatan
Komisaris Tinggi akan diusulkan oleh Sekretaris Jenderal dan disetujui
oleh Majelis Umum. Komisaris Tinggi akan dipilih untuk masa jabatan 3
tahun terhitung mulai 1 Januari 1951.

2. Komisaris Tinggi akan mengangkat (untuk masa jabatan yang sama)
seorang Wakil Komisaris Tinggi yang bekewarganegaraan lain dari
kewarganegaraannya sendiri.

3. a.) Dalam batas-batas penyediaan anggaran yang diberikan, staf
Komisariat Tinggi (UNHCR) akan diangkat oleh Komisaris Tinggi dan
akan bertanggung jawab kepadanya dalam pelaksanaan fungsi-fungsi
mereka.

37

Ibid. Hlm.16-18

Universitas Sumatera Utara

b.) Staf termaksud akan dipilih dari orang-orang yang setia pada tujuantujuan Komisariat Tinggi.
c.) Kondisi-kondisi pengerjaan mereka adalah kondisi-kondisi pengerjaan
yang diatur menurut peraturan staf yang diterima oleh Majelis Umum dan
ketentuan yang ditetapkan berdasarkan peraturan tersebut oleh Sekretaris
Jendral.
d.) Ketentuan dapat juga dibuat untuk memperkerjakan personel tanpa
kompensasi.

4. Komisaris Tinggi akan berkonsultasi dengan pemerintah negara-negara
tempat tinggal para pengungsi mengenai perlunya pengangkatan wakilwakil di negara-negara tersebut. Di negara yang mengakui keperluan
termaksud dapat diangkat seorang wakil yang disetujui oleh pemerintah
negara itu. Dengan ketentuan sebagaimana disebut terdahulu, wakil yang
sama dapat bertugas di lebih dari satu negara.

5. Komisaris Tinggi dan Sekretaris Jenderal akan membuat pengaturan yang
tepat bagi penyelenggaraan hubungan dan konsultasi mengenai masalahmasalah yang merupakan kepentingan bersama.

6. Sekretaris Jenderal akan memberikan kepada Komisaris Tinggi segala
fasilitas yang perlu dalam batasan-batasan anggaran.

Universitas Sumatera Utara

7. Komisaris Tinggi akan berkedudukan di Jenewa Swiss.

8. Komisaris Tinggi akan dibiayai dari anggaran Perserikatan BangsaBangsa, kecuali Majelis Umum kemudian memutuskan lain, tidak ada
pengeluaran selain pengeluaran administratif yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi Komisariat Tinggi akan dibebankan pada anggaran
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan segala pengeluaran lain yang berkaitan
dengan kegiatan Komisaris Tinggi akan dibiayai oleh sumbangan sukarela.

9. Administrasi Komisariati Tinggi akan ditundukkan pada Peraturan
Keuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pada ketentuan keuangan yang
ditetapkan atas dasar itu oleh Sekretaris Jenderal.

10. Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan dana Komisaris Tinggi akan
dikenakan audit oleh dewan Auditor Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan
ketentuan bahwa Dewan tersebut dapat menerima laporann-laporan yang
sudah diaudit dari badan-badan yang mendapat alokasi dana. Pengaturan
administratif bagi penahanan dana termaksud dan alokasinya akan
disepakati antara Komisaris Tinggi dan Sekretaris Jenderal sesuai dengan
peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta ketentuan yang ditetapkan
atas dasar peraturan tersebut oleh Sekretaris Jenderal.

Universitas Sumatera Utara

Daftar nama-nama Orang yang menjabat sebagai Komisaris Tinggi (Ketua)
UNHCR:
NO

Nama

1 Gerrit Jan van Heuven

Awal Jabatan

Akhir Jabatan

Asal Negara

1951

1956

Belanda

2 Auguste Lindt

1956

1960

Swiss

3 Félix Schnyder

1960

1965

Swiss

4 Sadruddin Aga Khan

1965

1967

Iran

5 Poul Hartling

1978

1985

Denmark

6 Jean-Pierre Hocké

1986

1989

Swiss

Goedhart

7 Thorvald Stoltenberg

Jan 1990

November 1990 Norwegia

8 Sadako Ogata

1991

2000

Jepang

9 Ruud Lubbers

2001

2005

Belanda

2005

Sekarang

Portugal

10 António Guterres

Tabel 1. Komisaris Tinggi UNHCR

2.6 Instrumen Hukum Dalam Perlindungan Pengungsi
Sepanjang abad ke-20 masyarakat internasional secara terus menerus
berusaha untuk menciptakan seperangkat pedoman, hukum, dan konvensi untuk
memastikan adanya perlakuan yang layak bagi para pengungsi untuk melindungi

Universitas Sumatera Utara

hak asasi mereka. 38 Realita akan adanya konflik, kekerasa, penganiayaan serta
perkusi di berbagai wilayah menjadikan angka pengungsi semakin meningkat.
Perlindungan terhadap hak-hak daripada kaum pengungsi telah diatur dalam
berbagai instrumen hukum internasional. Instrumen hukum utama yang bersifat
secara global mencakup segala aspek kehidupan pengungsi diatur dalam dokumen
The 1951Convention Relating to the Status of Refugee (Konvensi Pengungsi
1951) dan 1967 Protocol Relating to the Status of Refugee (Protokol Tambahan
1967). 39
Selain Konvensi 1951 dan Protokol 1967, juga ada beberapa Konvensi
dan Dekklarasi yang relevan terkait pengungsi di wilayah tertentu, ada beberapa
instrumen hukum yang berlaku di Afrika, Amerika Latin dan Uni Eropa, serta isi
hukum hak asasi manusia internasional yang melengkapi hak pengungsi dalam
Konvensi 1951. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 pada prinsipnya hampir sama.
Ada tiga hal pokok yang merupakan isi konvensi tersebut, yaitu :
1. Pengertian dasar pengungsi.
Pengertian dasar Pengungsi diartikan dalam Konvensi 1951 dan Protokol
1967 penting diketahui sebab diperlukan untuk menetapkan status
pengungsi seseorang (termasuk pengungsi atau bukan). Penetapan ini
ditetapkan oleh negara tempat orang itu berada dan bekerja sama dengan

38

UNHCR. September 2011. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 Tentang Status Pengungsi
Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI. 2015. Penanganan Pencari
Suaka dan Pengungsi dalam Konteks Hukum dan Kebijakan. Hlm. 6
39

Universitas Sumatera Utara

UNHCR

(United Nation High Commissioner For Refugee), yang

menangani masalah pengungsi dari PBB.
2. Status hukum Pengungsi, hak dan kewajiban pengungsi di negara tempat
pengungsian (hak dan kewajiban berlaku di tempat pengungsian itu
berada).
3. Implementasi (pelaksanaan) perjanjian, terutama menyangkut administrasi
dan hubungan diplomatik. Di sini titik beratnya administrasi dan hubungan
diplomatik. Di sisni titik beratnya ialah pada hal-hal yang menyangkut
kerja sama dengan UNHCR. Dengan demikian, UNHCR dapat melakukan
tugasnya sendiri dan melakukan tugas pengawasan, terutama terhadap
negara-negara tempat pengungsi itu berada.

Ada sekitar 146 negara di dunia yang setuju dan ikut menandatangani
Konvensi 1951 dan Protokol Tambahan 1967 terkait urusan pengungsi. Negaranegara Pihak tersebut nantinya akan menjadi negara tujuan akhir dari para
pengungsi atau yang biasa disebut negara ketiga. Negara ketiga berkewajiban
untuk menampung para pengungsi yang telah ditempatkan di negara ketiga
tersebut setelah pengungsi tersebut melewati berbagai proses yang dilakukan oleh
UNHCR sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam Konvensi
1951.

Universitas Sumatera Utara

2.6.1 Konvensi Pengungsi 1951
Konvensi pengungsi 1951 merupakan sebuah dokumen mengikat secara
global yang di dalamnya berisikan tentang urusan pengungsi. Konvensi ini
disahkan di Jenewa, Swiss pada 28 Juli 1951 dan mulai diberlakukan pada 22
April 1954. Awalnya Konvensi Pengungsi 1951 dibuat secara khusus hanya
sebagai penanganan terhadap orang-orang yang menjadi pengungsi pasca
terjadinya Perang Dunia II. Tetapi seiring berjalannya waktu semakin disadari
bawa jumlah pengungsi akibat konflik di berbagai belahan dunia semakin
meningkat. Isu pengungsi tidak hanya menjadi permasalahan di kawasan Eropa
namun juga telah menjadi masalah global di seluruh dunia
Dalam isi Konvensi 1951 ini selain menerangkan hak-hak pengungsi, juga
dijabarkan kebebasan beragama dan kebebasan untuk bekerja, memperoleh
pendidikan dan dokumen-dokumen perjalanan. Konvensi juga menggaris bawahi
kewajiban-kewajiban pengungsi terhadap pemerintah negara tuan rumah yang
ditempatinya. Persyaratan penting yang menjadi kunci perjanjian ini adalah bahwa
pengungsi tidak boleh dikembalikan atau diperlakukan salah dan dikirim ke suatu
negara dimana ia takut diganggu keselamatannya. Konvensi juga menjelaskan
tentang golongan orang atau kelompok yang tidak berhak memperoleh
perlindungan Konvensi. 40
Isi Pasal 1 dari Konvensi mendefenisikan pengungsi sebagai;

40

UNHCR. September 2007. Konvensi Pengungsi 1951, Pertanyaan dan Jawaban. Hlm. 6

Universitas Sumatera Utara

“orang yang berada di luar negara asalnya atau tempat tinggal aslinya;
mempunyai dasar ketakutan yang beralasan akan diganggu keselamatannya
sebagai akibat kesukuaan, agama, kewarganegaraan, keanggotaan dalam
kelompok sosial tertentu atau pendapat politik yang dianutnya; serta tidak mampu
atau tidak ingin memperoleh perlindungan bagi dirinya dari negara asal tersebut,
ataupun kembali kesana, karena mengkhawatirkan dirinya.”
Konvensi menjabarkan dengan rinci pokok-pokok dasar hak asasi manusia
yang setidaknya harus sama dengan kebebasan yang dinikmati kaum ekspatriat
yang hidup dengan sah di suatu negara dan juga dalam banyak hal harus sama
dengan penduduk negara itu sendiri. Selain secara garis besar menerangkan arti
istilah pengungsi dan menjabarkan hak-hak pengungsi termasuk kebebasan
beragama dan kebebasan untuk bekerja, memperoleh pendidikan dan dokumendokumen perjalanan, konvensi juga menggaris bawahi kewajiban-kewajiban
pengungsi terhadap pemerintah negara tuan rumah yang ditempatinya. 41
Adapun negara-negara pihak yang telah meratifikasi Konvensi 1951 ini
antara lain 42 :
No

Negara

Aksesi (a)

No

Negara

Aksesi (a),

Suksesi (d),

Suksesi (d),

Ratifikasi)

Ratifikasi

1

Afganistan

30 Aug 2005 a 73

Kyrgistan

08 Okt 1966 a

2

Albania

18 Aug 1992 a 74

Latvia

31 Jul 1997 a

41
42

Ibid, Hlm.7
Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI. Opcit. Hlm 14-19

Universitas Sumatera Utara

3

Algeria

21 Feb 1963 d

75

Lesotho

14 Mei 1981 a

4

Angola

23 Jun 1981 a

76

Liberia

15 Okt 1964 a

5

Antingua and

07 Sept 1995 a 77

Liechteinsein

08-Mar-57

Barbuda
6

Argentina

15 Nov 1961 a 78

Lithunia

28 Apr 1997 a

7

Armenia

06 Jul 1993 a

79

Luxemburg

23-Jul-53

8

Australia

22 Jan 1954 a

80

Madagaskar

18 Des 1967 a

9

Austria

01 Nov 1954

81

Malawi

10 Des 1987 a

10

Azeirbaijan

12 Feb 1993 a

82

Mali

02 Feb 1973 d

11

Bahamas

15 Sept 993 a

83

Malta

17 Jun 1971 a

12

Belarus

23 Aug 2001 a 84

Mauritania

05 Mei 1987 a

13

Belgium

22 Jul1953 a

85

Mexico

07 Juni 2000 a

14

Belize

27 Jun 1953 a

86

Monaco

18 Mei 1954 a

15

Benin

4 Apr 1962 d

87

Montenegro

10 Okt 2006 d

16

Bolivia

9 Feb 1982 a

88

Morocco

07 Nov 1956 d

17

Bosnia and

1 Sept 1993 d

89

Mozambique

16 Des 1983 a

Herzegovina
18

Botswana

06 Jan 1969 a

90

Nambia

17 Feb 1995 a

19

Brazil

16 Nov 1960

91

Nauru

28 Jun 2011 a

20

Bulgaria

12 Mei 1993 a

92

Netherlands

03-Mei-56

21

Burkina Faso

18 Juni 1980 a

93

New Zealand

30 Jun 1960 a

Universitas Sumatera Utara

22

Burundi

19 Juli 1963 a

94

Nicaragua

28 Mar 1980 a

23

Cambodia

15 0kt 1992 a

95

Niger

25 Aug 1961 d

24

Cameroon

23 Okt 1961 d

96

Nigeria

23 Okt 1967 a

25

Canada

4 Juni 1969 a

97

Norway

23 Mar 1953 a

26

Cent African

4 Des 1962 d

98

Panama

02 Aug 1978 a

Replubic
27

Chad

19 Aug 1981 a 99

Papua NeGuinea

17 Jul 1986 a

28

Chili

28 Jan 1972 a

100

Paraguay

01 Apr 1970 a

29

China

24 Sep 1982 a

101

Peru

21 Des 1964 a

30

Columbia

10 Okt 1961 a

102

Philiphines

22 Jul 1981 a

31

Congo

15 Okt 1962 d

103

Poland

27 Sept 1991 a

32

Costarica

28 Mar 1978 a

104

Portugal

22 Des 1960 a

33

Cote d'Ivore

8 Des 1961 d

105

Korea

03 Des 1992 a

34

Croatia

12 Okt 1992 d

106

Moldova

31 Jan 2002 a

35

Cyprus

16 Mei 1963 d

107

Romania

07 Aug 1991 a

36

Czech

11 Mei 1993 d

108

Russian

02 Feb 1993 a

Republic
37

Democratif

Federation
19 Jul 1965 a

109

Rwanda

03 Jan 1980 a

110

Samoa

21 Sept 1988 a

Sao Tome Princ

01 Feb 1978 a

Chongo
38

Denmark

04-Des-52

39

Djibouti

09 Aug 1977 d 111

Universitas Sumatera Utara

40

Dominica

17 Feb 1994 a

112

Senegal

02 Mei 1963 d

41

Dominican

04 Jan 1978 a

113

Serbia

12 Mar 2001 d

Republic
42

Equador

17 Aug 1955 a 114

Seychelles

23 Apr 1980 a

43

Egypt

22 Mei 1981 a

115

Sierra Leone

22 Mei 1981 a

44

El Salvador

28 Apr 1983 a

116

Slovakia

04 Feb 1993 d

45

Equatorial

07 Feb 1986 a

117

Slovenia

06 Jul 1992 d

118

Solomon Island

10 Okt 1978 a

Guinea
46

Estonia

10 Apr 1997 a

47

Ethiopia

10 Nov 1969 a 119

Somalia

12 Jan 1996 a

48

Fiji

12 Jun 1972 d

120

South Afrika

14 Aug 1978 a

49

Finland

10 Okt 1968 a

121

Spain

14 Aug 1978 a

50

France

23 Jun 1954

122

St. Kitts and

01 Feb 2002 a

Navis
51

Gabon

27 Apr 1964 a

123

St. Vincent

03 Nov 1993 a

52

Gambia

07Sept 1966 d

124

Sudan

22 Feb 1974 a

53

Georgia

09 Aug 1999 a 125

Suriname

29 Nov 1978 d

54

Germany

01 Des 1953

126

Swaziland

14 Feb 2000 a

55

Ghana

18 Mar 1963 a

127

Sweden

26 Okt 1954

56

Greece

05 Apr 1960

128

Switzeland

21 Jan 1955

57

Guatemala

22 Sep 1983 a

129

Tajikistan

07 Des 1993 a

Universitas Sumatera Utara

58

Guinea

28 Des 1965 d

130

The Yugoslav

18 Jan 1994 d

Macedonia
59

Guinea Bissau

11 Feb 1976 a

60

Haiti

61

131

Timor Leste

07 Mei 2003 a

25 Sept 1984 a 132

Togo

27 Feb 1962 d

Holy See

15 Mar 1956

133

Trinidad Tobago

10 Nov 2000 a

62

Honduras

23 Mar 1992 a

134

Tunisia

24 Okt 1957 d

63

Hungary

14 Mar 1989 a

135

Turkey

30 Mar 1962

64

Iceland

30 Nov 1955 a 136

Turkmenistan

02 Mar 1998 a

65

Iran

28 Jul 1976 a

Tuvalu

07 Mar 1986 d

66

Ireland

29 Nov 1956 a 138

Urganda

27 Sept 1976 a

67

Israel

01 Okt 1954

139

Ukraine

10 Jun 2002 a

68

Italy

15 Nov 1954

140

UK of Great

11 Mar 1954 a

137

Britain&Nort
Ireland
69

Jamaica

30 Jul 1964 d

141

United Republic

12 Mei 1964 a

of Tanzania
70

Japan

03 Okt 1981 a

142

Uruguay

22 Sept 1970 a

71

Kazakhstan

15 Jan 1999 a

143

Yemen

18 Jan 1980 a

72

Kenya

16May 1966 a

144

Zambia

24 Sept 1969 d

145

Zimbabwe

25 Aug 1981 a

Tabel 2. Negara Pihak Konvensi Pengungsi 1951

Universitas Sumatera Utara

Konvensi 1951 berisikan sejumlah hak-hak yang diperoleh pengungsi
juga menekankan kapa saja yang menjadi kewajiban-kewajiban bagi para
pengungsi terhadap negara penerimanya. Dasar utama dari Konvensi 1951 ini
adalah prinsip non-rerefoulement yang tertuang dalam Pasal 33 Konvensi 1951.
Pasal 33: Larangan Pengusiran atau Pengembalian (“Refoulement”)
1.Tidak ada negara Pihak yang akan mengusir atau mengembalikan (refouler)
pengungsi dengan cara apapun ke perbatasan wilayah-wilayah dimana hidup atau
kebebsannya akan terancam karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada
kelompok sosial tertentu atau opini politiknya.
2. Namun, keuntungan ketentuan ini tidak boleh diklaim oleh pengungsi dimana
terdapat alasan-alasan yang layak untuk menganggapnya sebagai bahaya terhadap
keamanan negara dimana ia berada, atau karena telah dijatuhi hukuman oleh
putusan hakim yang bersifat final atas tindak pidana sangat berat ia merupakan
bahaya bagi masyarakat negara itu.
Menurut prinsip ini jelas dikatakan bahwa seorang pengungsi sebaiknya
tidak dikembalikan ke negara dimana ia akan menghadapi ancaman serius
terhadap kelangsungan hidupnya, tetapi perlindungan seperti ini bisa tidak
didapatkan oleh pengungsi yang dirinya terbukti dianggap sebagai ancaman,
teroris, orang jahat yang merupakan suatu ancaman bahaya bagi keamanan
negara, atau orang tersebut telah didakwa/tersangka melakukan kejahatan serius
yang berbahaya bagi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Beberapa pasal yang penting terkait keberadaan pengungsi yang
dituliskan dalam Konvensi 1951 adalah 43:


Hak untuk tidak dihukum karena masuk secara ilegal ke negara tertentu.
(Pasal 31: Pengungsi yang Berada Secara Tidak Sah di Negara
Pengungsian)

1. Negara-negara Pihak tidak akan mengenakan hukuman pada para
pengungsi, karena masuk atau keberadaannya secara tidak sah, yang
datang langsung dari wilayah dimana hidup atau kebebasannya terancam
dalam arti Pasal I, masuk ke atau berada di wilayah negara-negara pihak
tanpa izin, asalkan mereka segera melaporkan diri kepada instansi-instansi
setempat dan menunjukkan alasan yang layak atas masuk atau keberadaan
mereka secara tidak sah.
2. Negara-negara pihak tidak akan mengenakan pembatasan-pembatasan
terhadap perpindahan para pengungsi termaksud kecuali pembatasanpembatsan yang perlu dan pembatasan-pembatasan demikian hanya akan
diberlakukan sampai status mereka di negara itu disahkan atau mereka
mendapat izin masuk ke negara lain. Negara-negara Pihak akan
memberikan waktu yang layak dan segala kemudahan yang perlu kepada
para pengungsi tersebut untuk medapatkan izin masuk ke negara lain.

43

UNHCR. September 2011. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 Tentang Status Pengungsi, Hlm4,
dengan melihat Isi Konvensi dan Protokol Mengenai Status Pengungsi

Universitas Sumatera Utara



Hak untuk bekerja
(Pasal 17: Pekerjaan yang Menghasilkan Upah)

1. Negara Pihak akan memberikan kepada para pengungsi yang tinggal
secara sah di wilayah negara tersebut, perlakuan yang paling baik yang
diberikan kepada warga negara dari negara asing dalam keadaan yang
sama mengenai hak untuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan upah.
2. Biar bagaimanapun, tindakan-tindakan pembatasan yang diterapkan pada
orang-orang asing atau pada penggunaan tenaga kerja orang asing untuk
melindungi pasar kerja nasional tidak akan diterapkan pada pengungsi
yang sudah bebas dari tindakan-tindakan pembatasan tersebut pada tanggal
mulai berlakunya Konvensi ini bagi Negara Pihak yang bersangkutan, dan
atau yang memenuhi salah satu dari syarat berikut :
a. Ia telah bertempat tinggal selama 3 tahun di Negara Pihak
tersebut.
b. Ia mempunyai suami atau istri yang bekewarganegaraan negara
setempat tinggalnya. Seorang pengungsi tidak boleh memohon
keuntungan-keuntungan dari keuntungan ini jika ia telah
meninggalkan istri atau suaminya.
c. Ia mempunyai seorang anak atau lebih yang memiliki
kewarganegaraan negara tempat tinggalnya.
3. Negaranegara Pihak akan mempertimbangkan secara simpatik asimilasi
hak-hak semua pengungsi mengenai pekerjaan yang menghasilkan upah

Universitas Sumatera Utara

dengan hak-hak warga negara mengenai hal tersebut, dan terutama
pengungsi yang masuk ke dalam wilayah Negara-negara Pihak sesuai
dengan program-program perekrutan pekerja atau berdasarkan rencanarencana keimigrasian.
(Pasal 18: Swakarya)
Negara-negara Pihak akan memberikan kepada pengungsi yang berada
secara sah di wilayahnya perlakuan yang sebaik mungkin dan biar
bagaimanapun tidak kurang baiknya daripada perlakuan yang diberikan
kepada orang-orang asing pada umumnya dalam keadaan yang sama,
mengenai hak untuk melakukan usaha sendiri dalam pertanian, industri \,
kerajinan dan perdagangan dan untuk mendirikan perusahaan dagang dan
perusahaan industri.
(Pasal 19: Profesi Bebas)
1. Tiap negara Pihak akan memberikan kepada pengungsi yang tinggal
secara sah di wilayahnya yang mempunyai ijazah yang diakui oleh
instansi yang berwewenang Negara tersebut, dan yang ingin
menjalankan profesi bebas perlakuan yan sebaik mungkin dan biar
bagaimana pun tidak kurang baiknya daripada perlakuan yang
diberikan kepada orang-orang asing umumnya dalam keadaan yang
sama.
2. Negara-negara Pihak akan berusaha sebaik-baiknya sesuai dengan
Undang-undang dan Konstitusinya untuk memukimkan para pengungsi

Universitas Sumatera Utara

termaksud di wilayah-wilayah, selain wilayah metropolitan yang
hubungan internasionalnya menjadi tanggung jawab Warga negara
tersebut.



Hak atas rumah
(Pasal 21: Perumahan)
Mengenai perumahan, negara-negara Pihak sejauh masalah itu diatur oleh
undang-undang atau peraturan-peraturan atau ditempatkan di bawah
pengawasan instansi-instansi publik, akan memberikan kepada para
pengungsi yang tinggal secara sah di wilayahnya perlakuan yang sebaik
mungkin dan biar bagaimanapun tidak kurang baiknya daripada perlakuan
yang diberikan kepada orang-orang asing umumnya dalam keadaan yang
sama.



Hak atas pendidikan
(Pasal 22: Pendidikan Umum)

1. Negara-negara Pihak akan memberikan kepada para pengungsi perlakuan
yang sama dengan perlakuan yang diberikan kepada warga negara
mengenai pendidikan dasar.
2. Negara-negara Pihak akan memberikan kepada para pengungsi perlakuan
yang sebaik mungkin dan bagaimana pun tidak kurang baiknya daripada
perlakuan yang diberikan kepada orang-orang asing umumnya dalam

Universitas Sumatera Utara

keadaan yang sama, mengenai pendidikan selain pendidikan dasar dan
terutama mengenai akses ke studi, pengakuan sertifikat-setifikat sekolah
asing, ijazah dan gelar, pembebasan baiaya-biaya dan pungutan-pungutan
suara pemberian beasiswa-beasiswa.



Hak atas bantuan dan pertolongan publik
(Pasal 23; Pertolongan Publik)
Negara-negara Pihak akan memberikan kepada para pengungsi yang
tinggal secara sah di wilayahnya, perlakuan yang sama mengenai
pertolongan dan bantuan publik seperti yang diberikan kepada negaranegaranya.



Hak kebebasan beragama
(Pasal 4: Agama)
Negara-negara Pihak akan memberikan kepada para pengungsi yang
berada di dalam wilayahnya, perlakuan yang setidak-tidaknya sama
dengan perlakuan yang diberikan kepada warganegaranya mengenai
kebebasan-kebebasan

menjalankan

agama

dan

kebebasan

tentang

pendidikan anak-anak mereka.

Universitas Sumatera Utara



Hak untuk mengakses pengadilan.
(Pasal 16: Akses ke Pengadilan)

1. Seorang pengungsi akan mempunyai akses bebas ke pengadilanpengadilan di wilayah semua Negara Pihak.
2. Seorang pengungsi akan menikmati di Negara Pihak dimana ia biasanya
bertempat tinggal perlakuan yang sama seperti warga negara dalam hal-hal
yang berkaitan dengan akses ke Pengadilan-pengadikan termasuk bantuan
hukum dan pembebasan dari cautio judicatum solvi.
3. Seorang pengungsi akan diberikan dalam hal-hal sebagaimana disebut
dalam ayat 2 di negara-negara selain negara dimana ia biasanya bertempat
tinggal perlakuan yang diberikan kepada warga dari negara dimana ia
biasanya bertempat tinggal.



Hak atas kebebasan bergerak dalam suatu wilayah.
(Pasal 26; Kebebasan Berpindah Tempat)
Tiap Negara Pihak akan memberikan kepada para pengungsi yang berada
secara sah di wilayahnya hak untuk memilih tempat tinggal mereka dan
untuk berpindah tempat secara bebas dalam wilayahnya sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku bagi orang-orang asing umumnya dalam
keadaan yang lama.

Universitas Sumatera Utara



Hak untuk diberikan dokumen identitas dan perjalanan.
(Pasal 27: Surat Identitas)
Negara-negara Pihak akan mengeluarkan surat-surat identitas untuk tiap
pengungsi di wilayahnya yang tidak memiliki dokumen perjalanan yang
berlaku.
Pasal 28: Dokumen Perjalanan)

1. Negara –negara Pihak akan mengeluarkan untuk para pengungsi yang
tinggal secara sah di wilayahnya, dokumen-dokumen perjalanan untuk
maksud bepergian keluar wilayahnya, kecuali apabila alasan-alasan
keamanan nasional atau ketertiban umum yang memaksa mengharuskan
lain, dan ketentuan-ketentuan skedul yang terlampir pada Konvensi ini
akan berlaku bagi dokumen-dokumen termaksud. Negara-negara pihak
dapat mengeluarkan dokumen perjalanan termaksud untuk tiap pengungsi
lain yang berada di wilayahnya yang tidak dapat memperoleh dokumen
perjalanan di negara tempat tinggal mereka yang sah.
2. Dokumen-dokumen perjalanan yang dikeluarkan untuk pengungsi
berdasarkan persetujuan-persetujuan internasional sebelumnya oleh pihakpihak pada persetujuan-persetujuan Internasional tersebut akan diakui dan
diperlakukan oleh negara-negara Pihak secara seakan-akan perjalan itu
dikeluarkan berdasarkan Pasal ini.

Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Protokol 1967
Protokol Tambahan 1967 merupakan penyempurnaan dari Konvensi
1951 yang telah ada. Pada Konvensi mengenai Status Pengungsi yang
ditandatangani di Jenewa tanggal 28 Juli 1951 tersebut hanya mencakup orangorang yang menjadi pengungsi sebagaiakibat dari dampak peristiwa-peristiwa
yang terjadi di tahun 1950-an tepatnya di wilayah Eropa, dimana saat itu telah
terjadi Perang Dunia II yang menimbulkan banyak para pengungsi yang
membutuhkan perlindungan.
Dalam isi dokumen Protokol Tambahan 1967 menghilangkan faktor
keterbatasan lokasi secara geografis dimana awalnya hanya mencakup kawasan
Eropa saja yang khususnya terlibat dalam peristiwa di Eropa saat itu. Sehingga
dalam dokumen Protokol 1967 ini tidak lagi membatasi perlindungan wilayah
keberadaan para pengungsi. Semua orang yang dikategorikan sebagai pengungsi
dan membutuhkan perlindungan atas adanya ancaman terhadap hidupnya di
wilayah negara manapun, maka orang tersebut harus dilindungi sesuai dengan
ketentuan Konvensi 1951 dan Protokol 1967 sebagai penyempurnaan konvensi
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Adapun negara yang telah meratifikasi Protokol 1967 ini antara lain 44:

N

Negara

o

Aksesi(a),

No

Negara

Aksesi(a),

Suksesi (d)

Suksesi

1

Afganistan

30 Aug 2005 a 74

Kyrgistan

8 Okt 1996 a

2

Albania

18 Aug 1992 a 75

Latvia

31 Jul 1997 a

3

Algeria

08 Nov 1967 a 76

Lesotho

14 Mei 1981 a

4

Angola

23 jun 1981 a

Liberia

27 Feb 1980 a

5

Antingua and 07 Sept 1995 78

Liechteinsein

20 Mei 1986 a

77

Barbuda

a

6

Argentina

06 Des 1967 a

79

Lithunia

28 Apr 1997 a

7

Armenia

06 Jul 1993 a

80

Luxemburg

22 Ap 1971 a

8

Australia

13 Des 1973 a

81

Malawi

10 Des 1987 a

9

Austria

05 Sept 1973 82

Mali

02 Feb 1973 a

Malta

15 Sept 1971 a

a
10 Azeirbaijan

12 Feb 1993 a

83

44

Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI. Op.cit. Hlm 20-26

Universitas Sumatera Utara

11 Bahamas

15 Sept 1993 84

Mauritania

05 Mei 1987 a

a
12 Belarus

23 Aug 2001 a 85

Mexico

07 Jun 2000 a

13 Belgium

08 Apr 1969 a

86

Monaco

16 Jun 2010 a

14 Belize

27 Jun 1990 a

87

Montenegro

10 Okt 2006 d

15 Benin

06 Jul 1970 a

88

Morocco

20 Apr 1971 a

16 Bolivia

9 Feb 1982 a

89

Mozambique

01 Mei 1989 a

90

Nambia

17 Feb 1995 a

17 Bosnia

and 1 Sept 1993 d

Herzegovina
18 Botswana

06 Jan 1969 a

91

Nauru

28 Jun 2011 a

19 Brazil

07 Apr 1972 a

92

Netherlands

29 Nov 1968 a

20 Bulgaria

12 Mei 1993 a

93

New Zealand

06 Aug 1973 a

21 Burkina Faso

18 Jun 1980 a

94

Nicaragua

28 Mar 1980 a

22 Burundi

15 Mar 1971 a

95

Niger

02 Feb 1970 a

23 Cabo Verde

09 Jul 1987 a

96

Nigeria

02 Mei 1968 a

Universitas Sumatera Utara

24 Cambodia

15 Okt 1992 a

97

Norway

28 Nov 1967 a

25 Cameroon

19 Sept 1967 98

Panama

02 Aug 1978 a

a
26 Canada

04 Jun 1969 a

99

Papua

New 17 Jul 1986 a

Guinea
27 Central

30 Aug 1969 a 100

Paraguay

01 Apr 1970 a

28 Chad

19 Aug 1981 a 101

Peru

21-Des-64

29 Chili

27 Apr 1972 a

Philiphines

22 Jul 1981 a

30 China

24 Sept 1982 103

Poland

27 Sept 1991 a

African
Replubic

102

a
31 Columbia

04 Mar 1980 a

104

Portugal

22 Des 1960 a

32 Congo

10 Jul 1970 a

105

Korea

03 Des 1992 a

33 Costarica

28 Mar 1978 a

106

Moldova

31 Jan 2002 a

34 Cote d'Ivore

16 Feb 1970 a

107

Romania

07 Aug 1991 a

Universitas Sumatera Utara

35 Croatia

12 Okt 1992 d

108

Russian

02 Feb 1993 a

Federation
36 Cyprus

09 Jul 1968 a

109

Rwanda

03 Jan 1980 a

37 Czech

11 Mei 1993 d

110

Samoa

21 Sept 1988 a

13 Jan 1975 a

111

Sao Tome and 01 Feb 1978 a

Republic
38 Democratic
Rep

of

Principe

Chongo
39 Denmark

29 Jan 1968 a

112

40 Djibouti

09 Aug 1977 113

Senegal

02 Mei 1963 d

Serbia

12 Mar 2001 d

d
41 Dominica

17 Feb 1994 a

114

Seychelles

23 Apr 1980 a

42 Dominican

04 Jan 1978 a

115

Sierra Leone

22 Mei 1981 a

43 Equador

06 Mar 1969 a

116

Slovakia

04 Feb 1993 d

44 Egypt

22 Mei 1981 a

117

Slovenia

06 Jul 1992 d

45 El Salvador

28 Apr 1983 a

118

Solomon Island

12 Apr 1995 a

Republic

Universitas Sumatera Utara

46 Equatorial

07 Feb 1986 a

119

Somalia

10 Okt 1978 a

47 Estonia

10 Apr 1969 a

120

South Afrika

12 Jan 1996 a

48 Ethiopia

10 Nov 1969 a 121

Spain

14 Aug 1978 a

49 Fiji

12 Jun 1972 d

122

St. Vincent

03 Nov 2003 a

50 Finland

10 Okt 1968 a

123

Sudan

23 Mei 2003 a

51 France

03 Feb 1971 a

124

Suriname

29 Nov 1978 d

52 Gabon

28 Aug 1973 a 125

Swaziland

28 Jan 1969 a

53 Gambia

29 Sept 1967 126

Sweden

04 Okt 1976 a

Guinea

a
54 Georgia

09 Aug 1999 a 127

Switzeland

20 Mei 1986 a

55 Germany

05 Nov 1969 a 128

Tajikistan

07 Des 1993 a

56 Ghana

30 Okt 1968 a

The

129

Yugoslav 18 Jan 1994 d

Macedonia
57 Greece

07 Aug 1968 a 130

Timor Leste

07 Mei 2003 a

58 Guatemala

22 Sept1983 a

Togo

01 Des 1969 a

131

Universitas Sumatera Utara

59 Guinea

16 Mei 1968 a

132

Trinidad

and 10 Nov 2000 a

Tobago
60 Guinea Bissau

11 Feb 1976 a

133

Tunisia

16 Okt 1968 a

61 Haiti

25 Sept 1984 134

Turkey

31 Jul 1968 a

a
62 Holy See

08 Jun 1967 a

135

Turkmenistan

02 Mar 1998 a

63 Honduras

23 Mar 1992 a

136

Tuvalu

07 Mar 1968 d

64 Hungary

14 Mar 1989 a

137

Urganda

27 Sept 1976 a

65 Iceland

26 Apr 1968 a

138

Ukraine

04 Apr 2002 a

66 Iran

28 Jul 1976 a

139

UK

of

Great 04 Sept 1968 a

Britain&Nort
Ireland
67 Ireland

06 Nov 1968 a 140

United Republic 04 Sept 1968 a
of Tanzania

68 Israel

14 Jun 1968 a

141

United State of 01 Nov 1968 a
America

69 Italy

26 Jan 1972 a

142

Uruguay

22 Sept 1970 a

Universitas Sumatera Utara

70 Jamaica

30 Okt 1980 a

143

Venezuela

19 Sept 1968 a

71 Japan

01 Jan 1982 a

144

Yemen

18 Jan 1980 a

72 Kazakhstan

15 Jan 1999 a

145

Zambia

24 Sept 1969 a

73 Kenya

13 Nov 1981 a 146

Zimbabwe

25 Aug 1981 a

Tabel 3. Negara Pihak Protokol Tambahan 1967
Ada beberapa pasal yang terdapat di Protokol 1967 sebagai bentuk
penyempurnaan terhadap Konvensi 1951, yaitu :


Pasal I (Ketentuan Umum)
1. Negara-negara Pihak pada Protokol ini berjanji untuk menerapkan
Pasal 2 sampai dengan Pasal 34 Konvensi pada para pengungsi
sebagaimana didefenisikan berikut ini.
2. Untuk maksud Protokol ini, istilah “pengungsi” kecuali mengenai
pelaksanaan ayat 3 Pasal ini akan berarti tiap orang yang termasuk
dalam definisi Pasal 1 Konvensi seakan-akan kata-kata”Sebagai akibat
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum 1 Januari 1951dan...” dan
kata-kata “... sebagai akibat peristiwa-perisstiwa termaksud”, dalam
pasal 1A (2) ditiadakan.
3. Protokol ini akan dilaksanakan oleh Negara-negara Pihak pada
Protokol ini tanpa suatu pembatasan geografis, kecuali apabila
deklarasi-deklarasi yang ada yang dibuat oleh Negara-negara yang

Universitas Sumatera Utara

telah menjadi pihak pada Konvensi sesuai dengan Pasal 1B Konvensi,
kecuali apabila; diperluas berdasarkan Pasal 13 Konvensi, akan
berlaku juga berdasarkan Protokol ini.



Pasal V (Aksesi)
Protokol ini akan terbuka untuk aksesi bagi semua negara Pihak pada
Konvensi dan tiap Negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa lainnya
atau tiap anggota badan khusus atau tiap negara yang mungkin diundang
oleh Majelis Umum PBB untuk beraksesi. Aksesi akan diakukan dengan
penyimpanan piagam aksesi pada Sekretari Jenderal PBB.



Pasal VI (Klausul Federal)
Dalam hal Negara Federal atau Negara yang bukan negara kesatuan akan
berlaku ketentuan-ketentuan berikut:
a.) Mengenai pasal-pasal Konvensi yang akan diterapkan sesuai
dengan Pasal 1 , ayat 1 Protokol ini yang termasuk dalam
yuridiski legislatif kekuasaan legislatif federal, kewajibankewajiban Pemerintah Federal pada Tingkat ini sama dengan
kewajiban-kewajiban Negara-negara Pihak yang bukan negaranegara Federal.
b.) Mengenai pasal-pasal Konvensi yang akan diterapkan sesuai
dengan Pasal I ayat 1 Protokol ini yang termasuk dalam

Universitas Sumatera Utara

yuridiksi legislatif negara-negara bagian, provinsi-provinsi atau
kantor,

yang

menurut

sistem

konstitusional

federasi,

Pemerintah Federal akan menyampaikan pasal-pasal termaksud
dengan rekomendasi yang baik kepada instansi-instansi yang
cocok dari Negara-negara bagian, provinsi-provinsi atau kanton
secepat mungkin untuk diperhatikan;
c.) Negara Federal Pihak pada Protokol ini atas permintaan Negara
pihak lain pada Protokol ini yang disampaikan melalui
Sekretaris Jenderal PBB akan memberikan keterangan tentang
undang-undang dan praktik Federasi dan unit-unit bagiannya
mengenai ketentuan tertentu Konvensi yang akan dilaksanakan
sesuai dengan Pasal I ayat 1 Protokol ini yang menunjukkan
jangkauan berlakunya ketentuan itu yang ditentukan oleh
tindakan legislatif atau tindakan lain.

2.6.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara Pihak 45
Negara-negara yang telah mengesahkan Konvensi Pengungsi dan
Protokol wajib melindungi pengungsi di wilayah mereka sesuai dengan ketentuan
konvensi itu. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain:

45

Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI.Op.cit. Hal 11-12

Universitas Sumatera Utara



Kerjasama dengan UNHCR – Pasal 35 Konvensi Pengungsi dan Pasal 11
Protokol 1967 memuat kesepakatan bagi Negara Pihak untuk bekerjasama
dengan UNHCR dalam melaksanakan fungsinya dan terutama untuk
membantu UNHCR mengawasi pelaksanaan ketentuan yang terdapat
dalam konvensi tersebut.



Informasi tentang Peraturan Perundang-Undangan Nasional – Negara
Pihak pada Konvensi Pengungsi sepakat untuk menginformasikan
Sekretaris