Peran Politik UNHCR Dalam Menangani Etnis Rohingya di Medan

(1)

Lampiran 1.

Daftar Pertanyaan dan Jawaban atas Wawancara yang Dilakukan Kepada Beberapa Narasumber:

1. Bapak Ardi Sofinar (Perwakilan UNHCR Medan) Pertanyaan yang diajukan seputar:

• Keberadaan UNHCR di dunia

UNHCR diresmikan 14 Desember 1950 oleh PBB yang awalnya hanya dimandatkan selama 3 tahun guna untuk membantu korban-korban pengungsian di Eropa pasca Perang Dunia II. Namun seiring berjalannya waktu keberadaan UNHCR dianggap penting bagi peradaban hak asasi manusia di dunia. Hingga saat ini UNHCR telah memiliki 9330 karyawan yang tersebar di seluruh kantor UNHCR yang berada di 125 negara di seluruh dunia

• Keberadaan UNHCR di Indonesia dan di Medan.

UNHCR berada di Indonesia sejak 15 Juni 1979 dan telah wakil UNHCR tersebar di berbagai daerah di Indonesia diantaranya Medan, Tanjung Pinang, Surabaya, Kupang,Makasar dan Pontianak.

• Siapa saja orang-orang yang dibantu oleh UNHCR?

Yang dibantu oleh UNHCR ada beberapa golongan yaitu : pencari suaka (assylum seeker), pengungsi (refugee), orang tanpa kewarganegaraan (stateless person), pengungsi di negara sendiri (IDP’s).

• Pihak mana saja yang bekerjasama dengan UNHCR dalam penanganan pada pengungsi?


(2)

Di Medan UNHCR bekerja sama dengan berbagai pihak antara lain IOM (International Organization for Migration), Kantor Imigrasi Medan.

• Berasal dari mana saja pengungsi yang ada di Medan?

Orang yang mencari suaka sebelum ditentukan statusnya sebagai pengungsi yang datang ke Indonesia berasal dari berbagai negara antara lain Arab, Afghanistan, Sri Lanka, Bangladesh dan Myanmar (etnis Rohingya).

• Dimana saja lokasi pengungsian etnis Rohingyaa di Medan?

Ada beberapa lokasi penampungan etnis Rohingya antara lain Hotel Beraspati di bawah tanggung jawab Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan dan Hotel Pelangi yang berada di bawah Kantor Imigrasi Polonia.

• Kendala apa yang dihadapi UNHCR dalam penanganan pengungsi Rohingya?

Ada beberapa kendala dalam menangani etnis Rohingya diantaranya penyesuaian bahasa serta tingkat pendidikan etnis Rohingya yang rendah, pernah juga terjadi demo yang dilakukan etnis Rohingya ke kantor UNHCR Medan guna untuk mendapatkan penempatan mereka ke negara ke-3.

2. Bapak Muhammad Yunus (salah satu pengungsi etnis Rohingya yang berada di tempat penampungan pengungsi, Hotel Pelangi Jl. Djamin Ginting Medan)


(3)

• Apa sebenarnya yang terjadi di negara Myanmar sehingga etnis Rohingya mengungsi ke negara lain?

Di Myanmar kondisinya sangat buruk, tepatnya tanggal 10 Juni 2012 merupakan kondisi paling buruk yang pernah terjadi. Banyak pemerintah Myanmar yang membunuh etnis Rohingya. Terjadi penindasan, pembunuhan, dan pembersihan etnis (genosida) terhadap etnis Myanmar. Etnis Rohingya dianggap bukanlah bagian dari etnis-etnis yang diakui di Myanmar, sehingya orang-orang Rohingya harus keluar dari Myanmar.

• Bagaimana keadaan etnis Rohingya selama terdampar di laut sebelum sampai ke Indonesia?

Selain lewat jalur udara (menaiki pesawat) kebanyakan etnis Rohingya keluar dari Myanmar melalui jalur laut. Dengan berbekal seadanya orang-orang Rohingya menaiki perahu untuk pergi dari negara Myanmar, berharap angin dapat membawa perahu tersebut ke negara lain agar orang-orang Myanmar dapat mencari perlindungan.

Selama di laut, orang-orang Rohingya berbagi bekal seadanya yang dipunya, misalnya berbagi nasi dan air yang sangat sedikit jumlahnya untuk dibagikan kepada banyak orang yang ada di dalam perahu. Kondisinya sangat mengenaskan. Banyak juga orang-orang Rohingya yang meninggal selama di perahu. Bahkan tidak sedikit orang-orang yang masih hidup di perahu memakan bangkai dari temannya sendiri yang sudah meninggal guna untuk mengisi perut yang sudah kelaparan agar dapat bertahan hidup.


(4)

• Selama di pengungsian apa saja peran UNHCR yang dirasakan oleh pengungsi Rohingya?

Selama di pengungsian, kami merasakan UNHCR sangat baik dalam membantu kami. Mereka melindungi kami dan memberikan bantuan kepada kami baik dari segi tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari, perlindungan, kepengurusan dokumen-dokumen kami, serta membantu kami mencarikan negara ketiga untuk tempat tujuan terakhir kami.

• Bagaimana UNHCR dalam menjalankan tugasnya? Baik atau buruk?

Kami sangat bersyukur atas adanya organisasi UNHCR di dunia guna untuk membantu orang-orang seperti kami. Menurut kami UNHCR dalam menjalankan tugasnya sudah sangat baik. Mereka peduli kepada kami dan walaupun tidak setiap hari mereka datang kesini tetapi mereka selalu mengontrol apa yang kami lakukan melalui laporan yang diberikan oleh Ibu Dame selaku pengawas kami kepada UNHCR.

• Apa pendapat anda tentang negara Indonesia sebagai negara yang mau menampung sementara etnis Rohingya ini?

Kepada negara Indonesia kami sangat berterima kasih karena rasa sosial yang tinggi dan rasa penghormatan terhadap hak asasi manusia sehingga sudah memberikan ijin untuk kami orang-orang Rohingya yang mengungsi boleh masuk dan menetap sementara di negara transit ini semasa kami menunggu proses penempatan kami ke negara ketiga.


(5)

3. Bapak Herawan Sukoaji (Ketua Bagian Wasdakim, Penanganan dan Penindakan Imigrasi, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan)

Pertanyaan yang diajukan seputar:

• Bagaimana peran Kantor Imigrasi dalam membantu UNHCR menangani pencari suaka dan pengungsi di Medan?

Kantor Imigrasi membantu UNHCR dengan menjalankan prosedur yang ada yaitu; jika ditemukan orang asing (baik yang didapat oleh warga, petugas, maupun yang menyerahkan diri) nantinya akan didata oleh imigrasi yang bekerjasama dengan UNHCR.

• Berapa orang pengungsi yang menjadi tanggung jawab Kantor Imigrasi Kelas I Medan?

Saat ini ada sekitar 660 orang pencari suaka dan pengungsi di bawah Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, dan sekitar 1500an orang pencari suaka dan pengungsi di bawah Kantor Imigrasi Polonia.

• Bagaimana proses yang dilakukan Kantor Imigrasi dalam penempatan pengungsi ke kamp pengungsian?

Masuknya orang asing (imigran ilegal) akan didata akan diperiksa lebih lanjut, lalu diidentifikasi, selanjutkan dilakukan proses klarifikasi dan koordinasi oleh pihak UNHCR. Pihak UNHCR nantinya akan mengeluarkan surat pernyataann (statement letter) bagi orang asing tersebut apakah ia tergolong ke dalam pencari suaka atau pengungsi. Sebelum ditetapkan statusnya, imigran ilegal tersebut akan ditempatkan sementara di Rumah Detensi Imigrasi (Rudensi) yang beradai di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan dan Rudensi Belawan.


(6)

• Dimana saja tempat-tempat pengungsian yang menjadi tanggung jawab Kantor Imigrasi Kelas I Medan?

Ada beberapa tempat pengungsi di bawah tanggung jawab kami yaitu: Hotel Beraspati, Wisma Virgo, Hotel Riski, Hotel Rajawali, Wisma Keluarga dan Blessing House.

4. Ibu Dame (pengawas terhadap pengungsi di Hotel Pelangi Medan) Pertanyaan yang diajukan seputar:

• Bagaimana keadaan para pengungsi Rohingya yang berada di Hotel Pelangi ini?

Yang berada di Hotel ini kebanyakan laki-laki yang belum menikah dan ada beberapa yang merupakan family (keluarga). Keadaan mereka disini aman-aman saja dan melakukan aktifias sehari-hari dengan wajar.

• Apa saja kegiatan yang dilakukan para pengungsi sehari-hari? Mereka melakukan kegiatan sebagaimana warga biasa, mereka memasak sendiri, mereka membersihkan kamar maupun lingkungan hotel ini dan juga mereka menjalin hubungan yang baik dengan warga sekitar.

• Apakah pernah terjadi konflik diantara para pengungsi di Hotel Pelangi ini?

Pernah sesekali terjadi konflik tetapi bukan konflik besar dan masih bisa ditanggulangi. Mereka tidak pernah sampai bertengkar hebat dan saling membahayakan satu sama lain.

• Aturan apa saja yang ada di kawasan Hotel Pelangi yang menjadi pedoman bagi para pengungsi di tempat ini?


(7)

Bagi para pengungsi di Hotel Pelangi ini semuanya sudah memiliki ID Pengungsi yang telah dikeluarkan oleh UNHCR. ID itu seperti KTP bagi kita, dengan ID itu mereka boleh keluar dari kawasan hotel untuk melakukan aktifitas seperti berbelanja ke pasar, berinteraksi dengan warga sekitar maupun mengunjungi saudaranya di tempat penampungan lain di Medan. Hanya saja mereka tidak boleh keluar dari wilayah Medan. Dan mereka harus sudah di Hotel ini sebelum jam 10 malam setiap harinya.

• Bagaimana UNHCR dalam menjalankan tugasnya terhadap etnis Rohingya yang ada di Hotel Pelangi ini?

Sejauh ini UNHCR menjalankan tugasnya dengan baik sesuai prosedur, mulai dari pendataan para pengungsi, melakukan wawancara, mengeluarkan kartu identitas pengungsi, serta membantu pengungsi dalam urusan persiapan dokumen-dokumen perjalanan yang diperlukan pengungsi untuk nantinya akan diberangkat ke negara ketiga/negara tujuan. UNHCR juga selalu mengontrol para pengungsi Rohingya yang ada di tempat ini.

• Seberapa sering UNHCR datang mengunjungi pengungsi yang ada di Hotel Pelangi ini?

Karena orang Rohingya yang ada disini sudah termasuk orang lama maka UNHCR tidak begitu sering untuk mengunjunginya. Barangkali dalam sebulan hanya 3-4 kali UNHCR datang kemari. Orang lama yang saya maksud adalah orang-orang Rohingya disini sudah beberapa tahun ditempatkan disini, bahkan ada yang sudah 5 tahun masih disini sambil menunggu waktunya mereka satu per satu diberangkatkan ke negara ketiga.


(8)

5. Bapak Nur Ibrahim (perwakilan Kasie Pengungsi dan IDP’s Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Indonesia)

Pertanyaan yang diajukan seputar:

• Apa yang dikerjakan oleh Kasie Pengungsi dan IDP’s Direktorat HAM dan Kemanusiaan ini menyangkut kepengurusan pengungsi Rohingya?

Direktorat HAM dan Kemanusian Kementerian Luar Negeri RI mempunyai beberapa bagian bidang, salah satunya adalah Bagian Pengungsian dan IDP’s. Dalam proses kepengurusan orang-orang asing (yang termasuk dalam kategori imigran gelap dan tidak memiliki dokumen-dokumen kenegaraan yang lengkap) yang datang ke Indonesia, UNHCR selaku organisasi internasional urusan pengungsi menjalin kerjasama dengan pihak kami dalam menjalankan tugasnya.

Pada dasarnya Dirjen HAM tidak menangani urusan pengungsi terlalu mendalam, hanya saja bagian Dirjen HAM mendukung penuh proses-proses yang dilakukan UNHCR maupun IOM dalam menangani pengungsi. Dirjen HAM juga menunjukkan keikutsertaanya dalam rapat-rapat nasional maupun internasional terkait kepengurusan pengungsi.

• Apa kontribusi dari Dirjen HAM dan Kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya?

Adapun kontribusi Dirjen HAM dan Kemanusian bagi pengungsi Rohingya antara lain Dirjen HAM turut serta dalam mengkoordinir posisi Pemerintah Indonesia dalam forum internasional (khususnya dalam bidang pengungsi). Dalam praktiknya, bagian Dirjen HAM dan Kemanusiaan juga ikut serta dalam mendampingi kunjungan-kunjungan yang datang dari luar


(9)

negeri untuk melihat keadaan pengungsi internasional yang ada di Indonesia, serta Dirjen HAM dan Kemanusiaan berpartisipasi dalam menyaksikan wawancara yang dilakukan oleh UNHCR terhadap pengungsi Rohingya.

• Mengapa Indonesia mengizinkan pencari suaka dan pengungsi untuk boleh ditempatkan sementara di negara Indonesia (negara transit)?

Harus kita ketahui bahwa Negara Indonesia belum termasuk ke dalam kategori negara ketiga (belum ikut meratifikasi Konvensi dan Protokol Urusan Pengungsi) yang menjadi negara tujuan akhir dari para pengungsi. Namun Indonesia membuka diri untuk menjadi negara transit bagi para pengungsi yang datang untuk meminta perlindungan pada UNHCR yang ada di Indonesia. Indonesia menerima masuknya pencari suaka dan pengungsi semata-mata karena dilandasi rasa sosial yang tinggi serta Indonesia sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia.

• Mengapa sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi/belum ikut ke dalam golongan negara ketiga?

Banyak alasan yang menjadi pertimbangan bagi Pemerintah Indonesia untuk sampai saat ini belum ikut ke dalam golongan negara ketiga, antara lain Indonesia masih merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Tingkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia yang relatif masih kecil membuat Indonesia lebih fokus untuk menangani keadaan masyarakatnya terlebih dahulu dibandingkan urusan penampungan para pengungsi yang datang dari negara lain, serta alasan lainnya


(10)

yang mendukung sehingga Indonesia belum ikut dalam Konvensi Urusan Pengungsi.

• Bagaimana hubungan Indonesia dengan Myanmar?

Seperti yang kita ketahui bahwa kasus yang menimpa etnis Rohingya yang berasal dari Myanmar adalah terjadi penganiayaan dan pembersihan etnis (genosida) yang dilakukan oleh Pemerintah Myamnar. Melihat hal itu, Indonesia selaku negara yang menjunjung tinggi HAM merasa perlu untuk mengingatkan Pemerintah Myanmar agar menghentikan aksi pelanggaran HAM kepada etnis Rohingya tersebut.

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri yaitu Ibu Retno Marsudi mendorong Pemerintah Myanmar untuk melakukan pencegahan dan berhenti melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan etnis Rohingya, Pemerintah Indonesia juga mendesak Myanmar untuk menverifikasi etnis Rohingya sebagai warga negaranya agar tidak terjadi lagi tindakan dari etnis Rohingya keluar dari negaranya untuk mencari perlindungan ke negara lain.


(11)

LAMPIRAN 2.

DOKUMENTASI SELAMA MELAKUKAN PENELITIAN

Gambar 1: Foto bersama pengungsi Rohingya (wanita) Di Hotel Beraspati


(12)

Gambar 3: Foto bersama anak-anak etnis Rohingya di Hotel Beraspati Medan


(13)

Gambar 5: Foto lokasi pengungsi di Hotel Beraspati Medan

Gambar 6: Foto bersama dengan pengungsi Rohingya di Hotel Pelangi Medan


(14)

Gambar 7: Keadaan para pengungsi di Ruang Detensi Imigrasi Kelas I Khusus Medan


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Basri,Hasnil Siregar. 1994. Hukum Organisasi Internasional. Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group

Effendi, Mashyur. 2005. Perkembangan Dimensi HAM & Proses Dinamika Penyusunan Hukum HAM (HAKHAM). Bogor: Ghalia Indonesia

___________. 1993. Dimensi Dinamika HAM dalam Hukum Nasional dan Internasional. Bogor: Ghalia Indonesia

Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasution, Buyung Adnan. Intsrumen Internasional Pokok HAM. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Yayasan LBHI

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Romsan Achmad, 2003 Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan Prinsip-prinsip Perlindungan Internasional Jakarta: UNHCR


(16)

Setianingsih, Sri. 2004. Pengantar Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: Universitas Indonesia,UI Press

Sulaiman Hamid. 2002. Lembaga suaka dalam hukum internasional. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada

Sumaryo, Suryokusumo. 1990. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wagiman. 2012. Hukum Pengungsi Internasional. Jakarta: Sinar Grafika

Majalah:

UNHCR. September 2006. Orang Tanpa Kewarganegaraan di Seluruh Dunia.

UNHCR. September 2007. Statuta Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi

UNHCR. September 2011. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 Tentang Status Pengungsi

UNHCR. Penyelamatan di Laut oleh IMO dan UNHCR. UNHCR

UNHCR. September 2007. Konvensi Pengungsi 1951, Pertanyaan dan Jawaban

UNHCR.September 2007.Pengungsi dalam Negeri Sendiri. Switzerland; Relasi Media dan Pelayanan Informasi Publik


(17)

Situs Internet :

Informasi Seputar Proses Resettlement, Pertanyaan dan Jawaban, diakses dari

Dokumen Resettlement, diakses dari

Sumber lain :

www.unhcr .or.id

Suluh Kaos,Jeremia. 2012. Skripsi: Perlindungan dan Penegakan HAM di Asean terhadap Manusia Perahu Rohingya dalam Status Sebagai Pengungsi Menurut Hukum Internasional. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(18)

BAB III

PERAN POLITIK UNHCR DALAM MENANGANI ETNIS ROHIGNYA DI MEDAN

UNHCR sebagai organisasi internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan bervisi misi untuk menciptakan keamanan dunia dan menciptakan kehidupan manusia yang lebih bermartabat. UNHCR ini dapat dikatakan sebagai aktor politik dalam melaksanakan tugasnya dimana terlihat peran aktif organisasi internasional ini dalam kepengurusan pengungsi guna memperjuangkan hak asasi manusia di berbagai wilayah di seluruh dunia. Untuk menangani urusan pengungsi sudah pasti UNHCR juga bekerjasama dengan pihak-pihak lain. Dalam pelaksanaannya UNHCR dibantu oleh pihak-pihak seperti IOM, Kantor Imigrasi, Pemerintahan suatu Negara maupun pihak Kepolisian.

Di Indonesia keberadaan UNHCR terletak di beberapa wilayah, salah satunya adalah di Medan. Dalam melakukan penelitian, peneliti sudah datang ke kantor UNHCR Medan guna memperoleh informasi dan data-data terkait penelitian. Namun peneliti tidak dapat untuk memperoleh data berupa dana / keuangan pihak UNHCR secara mendalam dan rinci yang dipakai dalam proses pelaksanaan tugas karena hal itu dianggap merupakan privasi dari UNHCR tersebut dan tidak dapat diberitahukan kepada umum guna untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


(19)

Secara rinci UNHCR di Medan menangani sekitar 2000-an orang pencari suaka dan pengungsi yang datang ke wilayah Indonesia terkhusus Medan. Orang-orang itu masuk ke Indonesia kebanyakan lewat jalur laut. Mereka banyak ditemukan di daerah Pangkalan Susu, Langkat, perairan Aceh dan Pelabuhan Belawan Medan. Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan secara jelas informasi dan data yang peneliti temukan selama melakukan penelitian berupa observasi langsung ke lokasi pengungsi Rohingya dan juga wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.

Untuk membantu memahami secara jelas mengenai pembahasan peran politik UNHCR dalam menangani etnis Rohingya di Medan, maka peneliti membuat suatu peta gambaran yang jelas guna memudahkan dalam memahami dan mengerti isi dari bab ini.


(20)

UNHCR

PENAMPUNGAN PENGUNGSI SEMENTARA (NEGARA KE-II)

Menempuh perjalanan meninggalkan negara ke-I

ETNIS ROHINGYA MYANMAR

(NEGARA KE-I)

CALO BIRO PERJALANAN

(SMUGGLER PEOPLE)

JALUR LAUT JALUR UDARA


(21)

3.1 Etnis Rohingya Myanmar

Etnis yang paling teraniaya di dunia saat ini adalah Etnis Muslim Rohingya. Rohingya adalah etnis yang kebanyakan beragama Islam di Negara Bagian Rakhine Utara di Myanmar Barat. Populasi Rohingya terkonsentrasi di dua kota utara Negara Bagian Rakhine sebelumnya disebut Arakan.

Etnis Rohingya adalah masyarakat muslim yang hidup tanpa kewarganegraan di Myanmar. Muslim Myanmar hanya berjumlah 4% dari total populasi Myanmar dan menjadikan etnis Rohingya minoritas. Terjadi pembantaian dan penindasan besar-besaran yang dilakukan pemerintahan Myanmar terhadap etnis Rohingya ini. Tidak hanya itu etnis Rohingya ini juga dipaksa untuk keluar dari negara Myanmar.

Selama ini secara turun temurun telah terjadi perseteruan antara kelompok etnis Rohingya yang Muslim dan etnis lokal yang beragama Buddha. Rohingya tidak mendapat pengakuan oleh pemerintah setempat. Ditambah lagi agama yang berbeda. Beberapa laporan menyebutkan hingga saat ini sudah terjadi tragedi pembantaian lebih dari 6000 warga etnis Rohingya yang mayoritas beragama Islam.

Lebih menyedihkan lagi pemerintah Myanmar mengusir Muslim Rohingya sebagai penyelesaian konflik bernuasa etnis dan agama di negara itu. Bahkan dia menawarkan kepada PBB jika ada negara yang bersedia menampung mereka.


(22)

Nasib Muslim Rohingnya semakin mengkhawatirkan. Di negaranya sendiri dianggap sebagai warga negara illegal dan di luar negara tidak diterima. Ribuan orang Muslim Rohingya menjadi korban pembantaian.

Terjadinya pembantaian, penindasan dan kekerasan terhadap orang Rohingya tersebut mengakibatkan banyak orang Rohingya yang meninggal dunia. Dan bagi orang Rohinngya yang masih hidup harus berupaya keras untuk bertahan hidup dengan mencari perlindungan. Karena itu, banyak etnis Rohingya yang harus meninggalkan negara Myanmar agar terhindar dari ancaman yang membahayakan dirinya.

3.2 Calo Biro Perjalanan (People Smuggler) Bagi Para Pengungsi Rohingya Selama di Myanmar, etnis Rohingya berusaha sekuat tenaga untuk melakukan berbagai cara agar dapat melangsungkan hidupnya. Banyaknya kejadian penganiayaan, pembunuhan dan pemerkosaan, pembersihan etnis (tindakan genosida) serta tindakan pelanggaran HAM lainnya membuat etnis ini tidak tahan untuk melangsungkan hidupnya di Myanmar. Etnis Rohingya tersebut pun pergi melarikan diri keluar dari negaranya. Mereka berharap dapat keluar dari Myanmar untuk pergi ke negara lain guna mencari perlindungan atas kehidupan mereka.

Dalam upaya keluar dari Myanmar, etnis Rohingya harus mencari pihak atau orang yang dapat membantu mereka untuk keluar dari negara tersebut.


(23)

Pihak/orang yang membantu proses tersebut disebut people smuggler atau calo biro perjalanan. Namun calo biro perjalanan di Myanmar tersebut juga bukanlah suatu jasa yang gratis dan tidak memungut biaya. Biro perjalanan tersebut bahkan memungut biaya yang melampaui batas kewajaran terkhusus untuk etnis Rohingya yang ingin keluar dari Myanmar.

Dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, etnis Rohingya terpaksa meninggalkan rumahnya di Myanmar untuk pergi ke negara lain. Mereka membawa semua harta benda nya yang dapat dibawa. Biasanya orang-orang Rohingya ini membawa seluruh uang tabungannya, bekal makanan dan pakaian seadanya, koin-koin emas maupun emas batangan yang dimilikinya. Dengan berbekal seperti itu calo biro perjalanan pun mengambil kesempatan untuk mengambil apa yang dipunya orang-orang Rohingya tersebut. Apalagi didukung dengan keadaan orang Rohingya yang tidak memiliki dokumen-dokumen perjalanan yang lengkap (paspor, visa, dll) membuat calo biro perjalanan tersebut memiliki alasan untuk menguras semua harta yang dimiliki oleh orang-orang Rohingya untuk ditukarkan dengan tiket perjalanan keluar dari Myanmar ke negara lain.

Karena tidak adanya pilihan lain orang-orang Rohingya tersebut pun terpaksa harus mau memenuhi permintaan para calo biro perjalanan tersebut. Mereka menganggap lebih baik memberikan seluruh harta mereka kepada calo biro perjalanan tersebut agar bisa dibantu keluar dari negara Myanmar daripada harus tetap tinggal di Myanmar yang nantinya mereka akan disiksa, dipaksa


(24)

untuk bekerja tanpa diberikan upah dan berbagai tindakan yang melanggar hak asasi mereka dan mengancam hidup mereka.

Jika sudah terjadi kesepakatan antara orang Rohingya dan calo biro perjalanan tersebut dengan pemberian harta orang Rohingya (berupa uang, koin emas, emas batangan) kepada calo biro perjalanan maka calo tersebut akan memberangkatkan mereka untuk keluar dari negara Myanmar. Dengan bekal seadanya etnis Rohingya dapat berangkat meninggalkan negara Myanmar. Mengenaskan bagi orang-orang Rohingya yang tidak memiliki cukup uang maupun harta untuk membayar perjalanannya maka orang tersebut tidak akan diberangkatkan dan akan tetap di Myanmar.

3.3. Jalur Perjalanan yang Ditempuh Etnis Rohingya Hingga Sampai di Medan

Dalam proses perjalanan keluar dari Myanmar menuju negara lain guna mencari perlindungan atas hak asasi manusianya, orang-orang Rohingya menempuh 2 jalur perjalanan lewat bantuan calo biro perjalanan. Kedua jalur tersebut adalah jalur udara dan jalur laut. Dalam prosesnya, kebanyakan orang-orang Rohingya diberangkatkan lewat jalur laut menuju negara-negara lain. Kebanyakan negara yang didatangi oleh etnis Rohingya ini adalah Thailand, Malaysia dan Indonesia.


(25)

3.3.1 Jalur Udara

Orang-orang Rohingya yang terpaksa harus keluar dari Negara Myanmar yang menempuh jalur laut biasanya akan masuk ke negara-negara seperti Thailand dan Malaysia. Pada dasarnya orang-orang Rohingya tersebut tidak dapat memilih negara mana yang hendak mereka tuju. Mereka cenderung pasrah kepada calo biro perjalanan yang akan memberangkatkan mereka keluar dari Myanmar, asalkan mereka dapat keluar dari Myanmar negara manapun yang akan mereka datangi bukanlah menjadi masalah.

3.3.2 Jalur Laut

Kebanyakan orang-orang Rohingya yang pergi dari Myanmar dengan melalui jalur laut. Mereka menumpang kapal-kapal kargo ataupun menaiki perahu seadanya. Mereka berada di laut beberapa hari bahkan beberapa minggu atau bulan dengan keadaan yang mengenaskan dimana mereka hanya mempunyai bekal makanan yang sedikit. Tidak sedikit dari mereka yang jatuh sakit bahkan meninggal dunia di laut karena tidak tahan akan panas dan dinginnya cuaca serta ancaman kelaparan. Julukan manusia perahu (boat people) sudah melekat di dalam diri mereka atas apa yang menimpa mereka.

Selama berada di laut, kapal ataupun perahu yang mereka tumpangi bahkan sampai ada yang kelebihan muatan (overload) sehingga ada kapal atau perahu mereka yang tenggelam di tengah laut. Adapun orang-orang Rohingya yang meninggal selama berada di kapal/perahu maka bangkainya akan dimakan


(26)

oleh saudara-saudaranya yang masih hidup guna untuk dimakan demi keberlangsungan hidup mereka.48

Namun lewat jalur laut ini ada juga orang-orang Rohingya yang dapat selamat sampai ke negara lain. Untuk orang-orang Rohingya yang masuk ke dalam zona Indonesia sering ditemukan di daerah perairan Aceh, Pangkalan Susu, Langkat maupun Pelabuhan Belawan di Medan. Berlandaskan dengan apa yang tertulis dalam Konvensi Internasional 1979 tentang Upaya Pencarian dan Penyelamatan di Laut (Konvensi SAR) yaitu:

Pantaslah jika etnis Rohingya ini dikatakan sebagai etnis yang paling menyedihkan di seluruh dunia.

49

48

Informasi diperoleh langsung lewat wawancara dengan Orang Rohingya yaitu Bpk.Mhmd Yunus

49

Dikutip dari Buku Penyelamatan di Laut oleh IMO dan UNHCR. Diterbitkan oleh UNHCR

“...memastikan agar bantuan dapat diberikan kepada setiap orang yang mengalami keadaan bahaya di laut...tanpa mempedulikan kebangsaan atau status orang tersebut, atau keadaan dimana orang tersebut ditemukan (Bab 2.1.10) dan ...memberikan perawatan medis atau kebutuhan lainnya, serta mengirim mereka ke tempat yang aman” (Bab 1.3.2)

Dengan adanya ketentuan di atas maka jika ditemukan seorang imigran ilegal / pencari suaka di pelabuhan maka orang tersebut haruslah mendapatkan perlindungan, termasuk etnis Rohingya yang datang ke Indonesia untuk mencari perlindungan. Sesuai dengan prosedur, tindakan yang perlu dilakukan oleh pihak pimpinan kapal atau bagian pelabuhan adalah


(27)

• Mencari tau identitas kapal/perahu yang membawa orang-orang Rohingya masuk ke wilayah Indonesia.

• Mendata identitas orang-orang Rohingya yang diselamatkan • Mencari tau tindakan yang dilakukan oleh nahkoda kapal • Memberi bantuan kepada orang-orang Rohingya tersebut

• Memberitahu kepada PKP (Pusat Koordinasi Penyelamatan) yang terdekat

• Jangan menawarkan untuk menurunkan mereka di negara asal atau negara darimana individu itu melarikan diri

• Jangan berbagai informasi pribadi para pencari suaka dengan aparat negara mereka atau kepada orang yang dapat menyampaikan informasi ke pihak negara Myanmar.

• Hubungi UNHCR, IOM dan Kantor Imigrasi untuk menindak lanjuti keberadaan status orang-orang Rohingya yang datang ke Medan.

3.4 Peran Politik UNHCR dalam Penanganan Etnis Rohingya di Medan

Sebagai aktor politik yang menjunjung tinggi hak asasi dan kemanusiaan, UNHCR yang notabane nya adalah organisasi internasional yang dibentuk khusus oleh PBB guna menangani permasalahan pengungsi di seluruh dunia, memiliki berbagai mandat yang harus dilaksanakan dalam proses


(28)

perlindungan terhadap orang-orang yang terancam hak asasinya dan mencari perlindungan guna keberlangsungan hidupnya. Tidak terkecuali kepada etnis Rohingya yang datang ke Indonesia khususnya ke Medan untuk mengungsi sejak beberapa tahun silam.

Secara umum, peran politik yang dilakukan organisasi ini adalah:

• Melakukan perlindungan dengan tidak memulangkan etnis Rohingya ke negara asalnya

• Memberikan bantuan berupa pakaian, makanan dan tempat tinggal untuk dihuni sementara di Indonesia

• Memberikan rasa keamanan bagi para pengungsi Rohingya

• Menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah Indonesia sebagai negara transit bagi para pengungsi

• Menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga lain seperti IOM, Keimigrasian dan Kepolisian

• Menjalankan tugas untuk mencarikan negara ketiga (negara tujuan) bagi para pengungsi Rohingya tersebut.

Saat ini UNHCR di Medan menangani kurang lebih 2000 orang pencari suaka dan pengungsi dari berbagai negara yang di dalamnya termasuk etnis Rohingya yang berjumlah sekitar 200-an orang yang tersebar di berbagai lokasi penampungan yang ada di Medan. Perlu diketahui bahwa selama menjalankan tugasnya UNHCR tidak memungut biaya apapun (free of charge)


(29)

terhadap para pengungsi, serta pihak UNHCR juga tidak menerima dana dari pemerintah Indonesia guna menjalankan tugasnya. Semua pendanaan berasal dari pihak UNHCR dan IOM yang dinaungi oleh PBB.

Proses yang dilakukan oleh UNHCR dalam menangani pengungsi Rohingya di Medan adalah:

A. Pemberian status kepada pengungsi

Sejak awal orang-orang Rohingya datang ke Medan mereka belum dapat dikategorikan sebagai pengungsi. Orang-orang Rohingya tersebut masih disebut sebagai pencari suaka/asylum seeker (orang-orang yang meninggalkan negara asalnya menuju negara lain guna mendapatkan perlindungan dan keamanan karena di negaranya terjadi berbagai tindakan yang mengancam keberlangsungan hidupnya). Namun walaupun belum memperoleh status pengungsi (refugee) orang-orang Rohingya tersebut sudah diberikan bantuan berupa makanan, pakaian dan juga sudah diberikan tempat tinggal sementara. Biasanya dalam menunggu proses status sebagai pengungsi, orang-orang Rohingya ini ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi kurang lebih 30 hari sampai proses selanjutnya.

Dalam memperoleh status pengungsi dibutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan adanya proses-proses yang dilakukan dan banyaknya jumlah orang-orang Rohingya yang harus diidentifikasi. Proses-proses tersebut meliputi dilakukannya beberapa tahap wawancara


(30)

guna mengetahui keadaan orang Rohingya tersebut. Biasanya wawancara meliputi pertanyaan seperti:

• Apa alasan datang ke Indonesia? • Apa yang terjadi di negara asal?

• Apakah memiliki keluarga dan bagaimana keadaan keluarga? • Melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan pada orang Rohingya,

dll.

Jika proses wawancara telah selesai, maka pihak UNHCR mengeluarkan surat pernyataan (statement letter) yang menyatakan orang Rohingya tersebut resmi sebagai pengungsi dan diberikan izin untuk menetap di negara Indonesia (di tempat pengungsian yang ada di Medan) selama menunggu adanya proses pemindahan menuju ke negara ketiga.

B. Penanganan oleh UNHCR pada Pengungsi Rohingya selama di Medan Orang-orang Rohingya yang sudah melewati tahap penentuan status pengungsi sudah dapat dikatakan pengungsi secara resmi dan memperoleh ID Card Refugee (Kartu Tanda Pengenal Pengungsi) yang berlaku untuk 1 tahun dan akan dilakukan masa perpanjangan kartu bilamana pengungsi Rohingya belum ditempatkan ke negara ketiga.

Di Medan, UNHCR yang bekerjasama dengan IOM dan Imigrasi menenpatkan pengungsi Rohingya ini di beberapa tempat, yaitu :


(31)

 Di Hotel Beraspati, Jalan Djamin Ginting Medan (di bawah pengawasan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan)

 Di Hotel Pelangi, Jalan Djamin Ginting Medan (di bawah pengawasan Kantor Imigrasi Polonia Medan)

Selama di tempat pengungsian, orang-orang Rohingya ini tetap diawasi dengan ketat walaupun mereka sudah diperbolehkan untuk beraktivitas secara normal. Menurut informasi yang diberikan oleh salah seorang pengungsi Rohingya di Hotel Pelangi yaitu Bapak Mhd.Yunus, pengungsi Rohingya yang sudah memiliki ID Card Refugee sudah mendapatkan bantuan dana sebesar Rp.1.250.000 bagi orang dewasa dan Rp.500.000 bagi anak-anak yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

C. Proses Penempatan ke Negara Ketiga (resettlement)

Penempatan di negara ketiga atau “Resettlement” memiliki arti bahwa pengungsi meninggalkan negara suaka tempat mereka menetap sementara dan secara sah berpindah ke negara lain. Di Indonesia, UNHCR membantu pengungsi, atas dasar kasus per kasus, untuk mencari negara tujuan akhir dimana mereka dapat tinggal dan

memperoleh suaka secara tetap50

Ruang atau tempat untuk resettlement sangatlah terbatas dan jumlah pengungsi yang dapat diterima setiap tahunnya ditentukan oleh

.

50


(32)

masing – masing negara penerima (negara ketiga), bukan oleh UNHCR. Pada tahun 2011, dari 10,5 juta orang pengungsi di dunia, 805.000 orang diantaranya dikategorikan sebagai orang-orang yang membutuhkan penempatan di negara ketiga. Meskipun demikian, hanya ada 80,000 tempat resettlement yang ditawarkan oleh negara penerima. Di tahun yang sama, UNHCR mengirimkan 92.000 permohonan resettlement pengungsi untuk dijadikan pertimbangan oleh 22 negara penerima. Dari jumlah tersebut, hanya 62,000 pengungsi diterima dan diberangkatkan ke 22 negara penerima dengan bantuan UNHCR.51

Dalam proses resettlement UNHCR tidak memiliki otoritas ataupun wewenang untuk menetukan negara mana yang akan menjadi negara penampung bagi pengungsi Rohingya. Peran UNHCR disini adalah Perlu diketahui bahwa orang-orang yang dipertimbangkan untuk boleh datang ke negara ketiga (resettlement) adalah orang-orang yang dirinya teridentifikasi sebagai pengungsi (refugee), jika masih berstatus pencari suaka (asylum seeker) maka orang tersebut belum bisa untuk dilakukan proses resettlement pada dirinya. Untuk dapat izin ditempatkan ke negara ketiga pun harus dilalui berbagai tahap pemeriksaan dan wawancara. Diberikan wewenang penuh bagi negara ketiga untuk menentukan kriteria-kriteria pemilihan mereka dalam proses menetukan pengungsi mana yang akan dipertimbangkan untuk proses resettlement.

51


(33)

membantu segala urusan proses baik dari mempersiapkan dokumen, melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan kepada pengungsi Rohingya, serta menyampaikan hasil laporan dan pemeriksaan terhadap pengungsi Rohingya kepada negara ketiga. Keputusan untuk menerima pengungsi Rohingya di negara ketiga semuanya bergantung kepada Pemerintah Negara tersebut.

Proses resettlement meliputi:

 Selama proses resettlement pengungsi Rohingya akan diwawancarai oleh UNHCR yang bekerjasama dengan IOM dan Bagian Pengungsi Dirjen HAM dan Kemanusiaan serta perwakilan dari negara penerima / negara ketiga. Kepada pengungsi Rohingya akan diinformasikan mengenai jadwal wawancara, tempat dan waktu, dokumen-dokumen yang harus dibawa (foto, ID Card, surat permohonan dll) untuk kepentingan proses wawancara.

Negara penerima yang mengikuti proses wawancara bagi pengungsi Rohingya biasanya tidak hanya satu negara saja. Contohnya dalam suatu kesempatan wawancara, akan dihadiri oleh negara Amerika, Australia dan Jerman. Nantinya ketiga negara itu dengan kriteria yang berbeda satu sama lain akan menyeleksi pengungsi Rohingya yang diwawancari tersebut.

 Setelah diadakan wawancara pada pengungsi Rohingya, maka pihak negara ketiga akan meminta kepada UNHCR hasil


(34)

rekapitulasi wawancara pengungsi Rohingya tersebut. Negara penerima akan meminta data berupa kondisi pemeriksaan kesehatan si pengungsi tersebut, keahlian yang dimiliki, hasil pemeriksaan karakter termasuk catatan kriminalitas yang mungkin pernah dilakukan pengungsi Rohingya tersebut. Nantinya semua hal itu akan menjadi pertimbangan bagi negara ketiga untuk menentukan keputusannya.

 Setelah proses wawancara, pengungsi Rohingya diminta untuk menunggu beberapa waktu guna diproses hasil dari wawancara tersebut. Tidak selamanya pengungsi Rohingya bisa langsung lulus dalam tahap wawancara tersebut. Ada juga beberapa yang gagal dan harus menunggu kembali giliran wawancara pada dirinya. Dalam tahap ini UNHCR berperan untuk menyampaikan kepada pengungsi Rohingya apakah pengungsi Rohingya tersebut diterima atau ditolak sesuai dengan pemenuhan kriteria yang ada. Namun penentuan keputusan diterima atau tidaknya pengungsi tersebut menjadi wewenang penuh bagi pihak negara ketiga.

 Jika pengungsi Rohingya dinyatakan diterima untuk diberangkatkan ke negara ketiga maka nantinya pengungsi tersebut akan diurus keberangkatannya. Dalam suatu kesempatan, ada pengungsi Rohingya yang diterima lebih dari satu negara penerima. Misalnya ia diterima di negara Australia dan Jerman,


(35)

jika seperti itu maka pengungsi Rohingya diberikan hak untuk memilih kemana ia akan ditempatkan. Oleh UNHCR yang bekerjasama dengan IOM nantinya akan mengurus segala perlengkapan yang dibutuhkan oleh si pengungsi seperti dokumen berupa paspor, visa serta tiket pesawat menuju negara ketiga, semuanya itu tidak dipungut biaya dan disediakan oleh IOM dan UNHCR.

Perlu diketahui bahwa selama diadakannya proses resettlement pengungsi Rohingya bertanggung jawab untuk melaporkan kepada UNHCR jika ada terjadi perubahan waktu dan tempat wawancara dengan alasan yang masuk akal seperti misalnya karena sakit, keadaan darurat, serta komposisi dari keadaan keluarga si pengungsi Rohingya tersebut (misalnya jika ia memiliki anak dan istri) kepada pihak UNHCR agar pihak UNHCR dapat menginformasikan kepada negara ketiga.

Hal yang paling penting yang harus diingat dan dilaksanakan oleh pengungsi Rohingya dalam proses resettlement adalah untuk memberitahukan informasi yang sejujur-jujurnya mengenai keadaan dirinya. Jika setelah dibuktikan ternyata pengungsi Rohingya tersebut melakukan pemalsuan atau penipuan dalam proses resettlement maka tindakan itu termasuk ke dalam golongan tindakan yang melanggar hukum dan dapat berakibat


(36)

tidak hanya penutupan kasus/file resettlement namum juga berakibat hukuman kriminalitas bagi pengungsi Rohingya yang sedang melakukan proses resettlement.

Ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh pengungsi terkait proses resettlement yang dilakukan pada dirinya, yaitu52

1. Kapankah saya dapat melakukan interview resettlement saya dengan UNHCR?

:

Interview untuk resettlement akan dijadwalkan sesuai dengan tanggal diberikannya pengakuan status pengungsi oleh UNHCR.

2. Kapankah saya dapat diwawancara oleh negara penerima?

Interview resettlement oleh negara penerima akan dilakukan sesuai dengan tanggal pengakuan status pengungsi oleh UNHCR, kebutuhan khusus kasus tersebut, dan kriteria pemenuhan syarat lainnya yang ditentukan oleh negara penerima.

3. Apabila kasus saya diterima, berapa lama saya harus menunggu hingga keberangkatan kenegara penerima?

Tanggal keberangkatan Anda akan bergantung pada hasil pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan latar belakang keamanan oleh negara penerima.

52

Informasi Seputar Proses Resettlement, Pertanyaan dan Jawaban diakses dari tgl 08 April 2016 pkl 20.40


(37)

Negara penerima juga perlu mempersiapkan kedatangan Anda, terutama dalam hal sponsors, akomodasi, kursus bahasa dan orientasi kebudayaan. Pada umumnya, keberangkatan dilakukan enam bulan setelah penerimaan, namun hal ini dapat bergantung pada kondisi kasus yang berbeda – beda.

4. Anak dan isteri saya baru saja sampai di Indonesia. Apa yang selanjutnya harus saya lakukan?

Mohon melapor kepada kantor UNHCR untuk mendaftarkan keluarga Anda. Bagian registrasi akan membuatkan jadwal dengan bagian Penentuan Status Pengungsi sebagai langkah berikutnya.

5. Saya sakit dan tidak memiliki tempat tinggal, membutuhkan bantuan financial dan merasa tidak aman. Apa yang dapat UNHCR lakukan untuk saya?

Mohon menyampaikan permasalahan Anda kepada bagian Pelayanan Komunitas/ Community Services UNHCR.

6. Mengapa kasus saya memakan waktu yang lama sementara kasus teman saya yang datang setelah saya sudah selesai dan dapat diberangkatkan ke negara ketiga?

Waktu pemrosesan bergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk berbagai pemeriksaan yang berbeda - beda antara satu kasus dengan yang lainnya serta bergantung pada kesiapan negara penerima untuk menginterview kasus Anda.


(38)

7. Bagaimana caranya saya bergabung dengan anggota keluarga saya yang sudah mendapatkan resettlement?

Apabila Anda baru datang, harap melapor pada bagian registrasi UNHCR. Bagian registrasi akan membuatkan jadwal dengan bagian Penentuan Status Pengungsi sebagai langkah berikutnya. Apabila Anda sudah memegang status pengungsi, mohon memberikan informasi detil mengenai keluarga Anda yang berada di negara penerima tersebut kepada UNHCR. Namun, hal ini bukan berarti Anda akan secara otomatis diajukan atau dipertimbangkan untuk diterima oleh negara penerima.

8. Saya sebelumnya ditolak oleh negara penerima, apa yang selanjutnya perlu saya lakukan?

UNHCR akan mencoba mengirimkan kasus Anda ke negara penerima lainnya, tapi mohon diingat bahwa proses tersebut akan memakan waktu.

9. Saya mendapatkan sponsor pribadi dari negara penerima. Apa yang UNHCR dapat lakukan untuk saya?

Program tersebut berada diluar mandat UNHCR dan kami tidak dapat menangani permintaan resettlement semacam itu. Penyedia sponsor harus menindak lanjuti proses tersebut dengan pemegang wewenang di negara penerima.


(39)

10.Saya meminta untuk ditempatkan di suatu negara secara spesifik, namun UNHCR mengirimkan kasus saya ke negara lain yang tidak saya inginkan.

Mohon diingat bahwa meskipun Anda dapat menolak tawaran untuk penempatan di suatu negara, Anda tidak dapat memilih negara penerimanya. Negara yang mau menerima pengungsi belum tentu merupakan negara pilihan pengungsi yang bersangkutan. Meskipun demikian, UNHCR akan mencoba untuk memperhitungkan faktor hubungan keluarga pada saat negosiasi dengan negara penerima.

3.5 Penampungan Sementara Pengungsi Etnis Rohingya di Medan

Dalam menaganani pengungsi Rohingya di Medan, UNHCR bersama IOM dan Kantor Imigrasi Medan menjalankan kerjasama guna untuk menangani urusan pengungsi Rohingya tersebut. Orang-orang Rohingya yang baru sampai di Medan dan belum diidentifikasi sementara waktu ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi (yang ada di Belawan dan Kantor Imigrasi Medan) sedangkan yang sudah teridentifikasi ditempatkan di Hotel Beraspati Medan dan Hotel Pelangi Medan.

3.5.1 Lokasi Penampungan Hotel Beraspati Medan

Hotel Beraspati Medan yang berlokasi di Jalan Djamin Ginting Medan adalah salah satu tempat yang dijadikan tempat penngungsian bagi pengungsi Rohingya. Hotel ini berada di bawah pengawasan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus


(40)

Medan. Lewat informasi yang didapatkan, Hotel ini disewa untuk beberapa waktu lamanya oleh UNHCR dan IOM guna untuk menampung pengungsi Rohingya yang ada di Medan.

Saat dilakukan observasi ke lokasi hotel, ternyata di kawasan hotel tersebut tidak hanya pengungsi Rohingya saja yang berada di tempat itu melainkan ada pengungsi-pengungsi lain yang ada di tempat itu, diantaranya adalah pengungsi yang berasal dari Sri Lanka dan Bangladesh. Pengungsi Rohingya yang ada di Hotel Beraspati ini merupakan pengungsi yang baru tiba di Medan dan masih dalam proses penentuan status kepengungsiannya.

Di Hotel Beraspati ini ada sekitar 43 orang pencari suaka dan pengungsi Rohingya. Ke-43 orang tersebut terdiri dari 9 orang perempuan dan 34 orang laki-laki. Hanya beberapa orang saja yang sudah memperoleh status sebagai pengungsi (refugee) sebebihnya masih dikategorikan pencari suaka (asylum seeker) dan sedang menunggu proses diidentifikasi status kepengungsiannya.

Orang-orang etnis Rohingya yang berada di Hotel Beraspati ini kebanyakan masih sulit untuk berkomunikasi dengan pengawas hotel yang notabene nya pengawas hotel adalah orang Indonesia. Kebanyakan mereka menggunakan bahasa isyarat/bahasa tubuh untuk dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Keadaan pengungsi Rohingya di tempat ini pun juga tergolong masih memprihatinkan karena mereka belum terbiasa dengan kehidupan


(41)

sehari-hari karena terbawa-bawa akan adanya trauma yang mendalam atas apa yang telah mereka alami selama di Myanmar.

Etnis Rohingya di lokasi ini masih harus banyak belajar tentang kehidupan sehari-hari, bahkan untuk makan saja mereka tidak mengerti cara makan yang benar, mereka juga harus diajari untuk cuci tangan, harus diajari untuk mandi 2 kali sehari, diajari kebersihan, diajari membuang sampah pada tempatnya, diajari untuk membersihkan kamar tidur dan kamar mandi serta etika-etika lainnya.

Karena tergolong pengungsi baru, maka pihak UNHCR beserta IOM sering datang mengunjungi lokasi Hotel ini guna untuk keperluan-keperluan dalam kepengurusan pengungsi. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh pihak UNHCR kepada para pengungsi di Hotel Beraspati ini adalah:

 Memberikan bantuan pokok berupa pakaian, makanan dan kebutuhan sehari-hari yang diperlukan pengungsi Rohingya

 Melakukan pendataan bagi para etnis Rohingya (berupa dokumen-dokumen dan kegiatan wawancara)

 Memberikan pendidikan bagi anak-anak (baca tulis) lewat adanya pengajar yang disediakan oleh UNHCR

 Memberikan kursus berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia

 Memberikan pelatihan-pelatihan guna untuk melatih keahlian yang dimiliki pengungsi Rohingya


(42)

 Melakukan kontrol terhadap pengungsi Rohingya lewat pengawas Hotel

3.5.2 Lokasi Penampungan Hotel Pelangi Medan

Hotel Pelangi Medan yang terletak tidak jauh dari Hotel Beraspati Medan yang juga terletak di Jalan Djamin Ginting Medan ini juga disewa oleh pihak UNHCR dan IOM untuk dipergunakan sebagai lokasi penampungan pengungsi Rohingya. Hotel Pelangi ini di bawah naungan Kantor Imigrasi Polonia Medan. Menurut informasi yang didapat dari seorang narasumber yang bernama Ibu Dame, Hotel ini sudah digunakan sebagai lokasi penampungan pengungsi selama kurang lebih 4 tahun lamanya.

Di Hotel Pelangi ini ada sekitar 101 orang pengungsi Rohingya. Berbeda dengan Hotel Beraspati yang di dalamnya terdapat pengungsi dari negara lain (Sri Lanka, Bangladesh) di Hotel Pelangi ini semuanya dihuni oleh pengungsi Etnis Rohingya dari Myanmar. Dan hampir semua etnis Rohingya yang ditampung di hotel Pelangi sudah berada di Medan dalam waktu yang cukup lama bahkan ada yang sudah sampai 3 tahun.

Berbeda dengan di Hotel Beraspati, pengungsi Rohingya di Hotel Pelangi ini sudah kebanyakan mengerti berbahasa Indonesia dan tidak mengalami kesulitan untuk berbicara dengan para pengawas Hotel. Keadaan pengungsi Rohingya di tempat ini cenderung baik dan aman. Pengungsi di Hotel Pelangi ini pun sudah mengerti etika-etika dan sudah dapat menjalankan aktifitas kehidupannya sehari-hari dengan baik.


(43)

Pengungsi Rohingya di Hotel Pelangi ini rata-rata sudah melewati proses identifikasi status pengungsi dan sudah memiliki Kartu Tanda Pengenal Pengungsin (ID Card Refugee). Dengan adanya kartu tersebut, maka orang Rohingya di hotel ini diberikan kelonggaran dapat keluar dari lokasi Hotel Pelangi dan dibebaskan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Menurut informasi yang didapatkan dari informan orang Rohingya yaitu Bapak Mhd.Yunus, mereka yang sudah memiliki ID diberi uang saku oleh pihak UNHCR dan IOM sebesar Rp.1.250.000 kepada orang dewasa dan Rp.500.000 kepada anak-anak yang dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari.

Diberikannya uang saku tersebut maka pengungsi Rohingya dipercayakan untuk mengurus kehidupannya sendiri. Pihak UNHCR tidak lagi memberikan bantuan berupa makanan,pakaian dan kebutuhan pokok lainnya kepada pengungsi Rohingya. Uang saku yang telah diberikan boleh dipergunakan para pengungsi Rohingya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk ongkos pergi ke pasar, membeli makanan,pakaian dan kebutuhan pokok lainnya, membeli alat komunikasi, dll selama masih di dalam batas kewajaran. Pengungsi Rohingya di Hotel Pelangi ini juga diperbolehkan untuk bepergian keluar dari wilayah hotel asalkan mereka tidak pergi keluar dari Medan dan harus sudah di Hotel sebelum jam 10 malam.

Karena adanya kebebasan yang masih dalam pengawasan, membuat terjadi beberapa keadaan dimana ada pengungsi Rohingya yang menjalin hubungan dengan masyarakat Medan yang ada di sekitar hotel, dan ada juga yang


(44)

telah menikah dengan masyarakat lokal. Pada dasarnya hal ini sebenarnya tidak diperbolehkan, namun mengingat adanya hak asasi yang harus dihormati termasuk hak untuk menikah maka pengungsi Rohingya tersebut diperbolehkan untuk menikah dengan masyarakat lokal. Walaupun sudah menikah, masyarakat lokal yang dinikahi oleh pengungsi Rohingya tersebut tidak boleh tinggal bermalam di kawasan Hotel Pelangi, hanya boleh mengunjungi. Nantinya jika pengungsi Rohingya tersebut ditempatkan ke negara ketiga maka pasangannya yang merupakan warga Indonesia tersebut juga akan dibawa ke negara ketiga.

Pengungsi Rohingya yang berada di Hotel Pelangi ini statusnya sedang menunggu untuk proses terakhir yaitu proses resettlement (proses penempatan ke negara penerima/negara ketiga). Karena itu hal-hal yang dilakukan oleh UNHCR dalam menangani pengungsi di Hotel ini antara lain:

 Melakukan kunjungan untuk melihat keadaan pengungsi di tempat ini  Memberikan uang saku kepada pengungsi Rohingya di Hotel ini  Memberikan pendidikan bagi anak-anak pengungsi Rohingya  Melakukan tahap wawancara terkait proses resettlement.

 Mempersiapkan hasil wawancara dan dokumen-dokumen terkait pengungsi

 Mempersiapkan pengungsi Rohingya dalam memberangkatkan ke Negara Ketiga bagi pengungsi Rohingya yang sudah lolos proses resettlement.


(45)

3.6 Negara Ketiga (Negara Penerima)

Negara ketiga atau negara penerima adalah negara-negara pihak yang telah meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967. Seperti yang sudah diuraikan pada bab II, negara ketiga memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk bekerjasama dengan UNHCR dan berbagai lembaga lainnya dalam menagani kasus pengungsi yang ada di seluruh dunia.

Sebelum pengungsi diberangkatkan ke negara ketiga, maka diadakan proses resettlement oleh UNHCR dan negara ketiga mempunyai wewenang untuk menentukan kriteria-kriteria dalam menyeleksi pengungsi Rohingya yang nantinya akan ditempatkan di negaranya. Kriteria-kkriteria yang diberlakukan oleh negara ketiga dibuat semata-mata agar pengungsi yang masuk ke negaranya adalah benar-benar orang baik dan tidak mempunyai catatan kriminalitas sehingga nantinya tidak membahayakan bagi warga negaranya.

Jika dinyatakan lulus proses resettlement maka untuk diberangkatkan ke negara ketiga pengungsi Rohingya harus menunggu sekitar 6 bulan untuk belajar bagaimana keadaan di negara ketiga tersebut. Pengungsi harus mempelajari bahasa yang dipakai di negara ketiga serta pengungsi harus mengetahui tata krama dan norma-norma maupun peraturan yang berlaku di negara ketiga tersebut.

Oleh pihak UNHCR dibantu IOM penngungsi Rohingya diberangkatkan ke negara ketiga. Setibanya di negara ketiga, pengungsi Rohingya masih berstatus pengungsi (refugee) dan belum berubah statusnya menjadi warga negara ketiga


(46)

(citizenship), namun pengungsi Rohingya tersebut sudah menjadi tanggung jawab dari negara ketiga dan tidak lagi berada di dalam pengawasan UNHCR. Apa yang menjadi kebutuhan dan hal-hal yang diperlukan pengungsi Rohingya di negara ketiga, haruslah dipenuhi oleh negara ketiga.

Akan dilakukan berbagai tahap oleh negara ketiga terhadap pengungsi Rohingya yang nantinya akan diubah statusnya dari pengungsi (refugee) menjadi warga negara (citizenship). Namun proses tersebut tentunya memakan waktu. Negara ketiga juga akan menyekolahkan pengungsi Rohingya dan memberikan pelatihan khusus bagi orang-orang Rohingya yang memiliki keahlian dan kemampuan yang nantinya akan dipekerjakan dengan layak di negara tersebut. Jika status warga negara (citizenship) sudah diperoleh maka pengungsi Rohingya resmi menjadi warga negara di pihak ketiga tersebut dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara di negara ketiga tersebut.

3.7. Indonesia Sebagai Negara Transit

Indonesia merupakan negara transit (negara kedua) bagi kisah perjalanan pengungsi dimana negara pertama adalah negara asal, dalam penelitian ini negara pertama adalah negara Myanmar sebagai negara asal etnis Rohingya. Negara kedua atau negara transit adalah Indonesia yang merupakan negara yang didatangi para etnis Rohingya untuk mencari perlindungan, serta yang menjadi negara


(47)

ketiga adalah negara tujuan akhir para pengungsi Rohingya yaitu negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi dan Protokol mengenai Kepengungsian.

Penanganan etnis Rohingya di Indonesia didasarkan atas pertimbangan sosial yang tinggi dan karena adanya pertimbangan kemanusiaan (humanitarian reason). Dalam konteks ini pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya keras dan lebih (goes extra mile) di luar tanggung jawab yang menjadi beban bagi negara pihak Konvensi 19511 guna memberikan perlindungan sementara kepada orang-orang Rohingya yang datang ke Indonesia serta memberikan tempat penampungan sementara (shelter).

Indonesia sampai saat ini belum ikut menjadi negara yang meratifikasi Konvensi Pengungsi (negara ketiga). Sehingga proses registrasi dan penentuan status pengungsi (Refugees Status Determination) sesuai dengan norma internasional yang berlaku dilakukan oleh pihak UNHCR yang ada di Indonesia. Hal-hal yang membuat Indonesia belum mengikutkan diri dalam negara ketiga adalah sebagai berikut53

 Indonesia masih termasuk ke dalam negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat banyak.

:

 Ada rasa ketakutan jika menerima pengungsi sebagai warga negara resmi nantinya dikhawatirkan mengganggu kemanan warga negara Indonesia.

53

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Nur Ibrahim, Kasie Pengungsi Dirjen HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Indonesia.


(48)

 Efek jangka panjang yaitu mengganggu keadaan sosial dan ekonomi negara Indonesia.

 Di Indonesia masih terdapat banyak orang-orang yang menganggur tidak bekerja, dikhawatirkan jika Indonesia menerima pengungsi sebagai warga negara akan menambah jumlah angka pengangguran di Indonesia.

 Di Indonesia masih mempunyai anak-anak terlantar dan kaum miskin yang jauh harus lebih diprioritaskan dibandingkan pengungsi dari negara lain.

 Lebih baik mendahulukan membantu korban-korban pengungsi yang ada di negara Indonesia, misalnya pengungsi yang ada di Sinabung, pengungsi kasus Lumpur Lapindo, dan pengungsi-pengungsi yang diakibatkan bencana alam lainnya.

 Tidak mudah melakukan kewajiban sebagai negara ketiga seperti pemenuhan kebutuhan para pengungsi, lapangan pekerjaan bagi para pengungsi dan kewajiban lainnya.

 Jika Indonesia menjadi negara ketiga maka akan terjadi tingkat kedatangan pengungsi yang sangat melonjak tinggi. Hal ini dapat disimpulkan seperti itu dengan melihat kenyataan dimana masih menjadi negara transit saja sudah banyak pengungsi yang masuk ke Indonesia, apalagi jika sudah menjadi negara ketiga otomatis akan semakin banyak yang datang ke Indonesia.


(49)

 Pertimbangan lain yang tidak kalah penting berhubungan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya, akan banyak terjadi pro kontra jika Indonesia memutuskan menjadi negara ketiga. Dipastikan banyak masyarakat Indonesia yang tidak setuju dikarenakan alasan-alasan seperti lebih baik membantu warga negara sendiri dahulu dibandingikan membantu warga negara lain, apalagi keadaan Indonesia dengan jumlah penduduk yang sudah sangat banyak.

Namun walaupun belum menjadi negara ketiga, Indonesia tetap berupaya ikut andil dalam menangani kasus pengungsi termasuk kasus pengungsi Rohingya. Hal yang dilakukan Indonesia seperti memberikan bantuan kemanusiaan secara sukarela, memberikan izin UNHCR untuk menggunakan lokasi penampungan sementara bagi para pengungsi serta proses identifikasi titik pendaratan dan pengaturan penerimaan pencari suaka dan pengungsi.

Indonesia berkesimpulan bahwa dalam upaya penanganan pencari suaka dan pengungsi di kawasan, mencakup hal-hal berikut54

a. Peningkatan kerjasama antara negara asal, negara transit dan negara tujuan guna mencari solusi komprehensif jangka panjang (comprehensive, long-term, and durable solution) termasuk yang paling penting menyelesaikan akar permasalahan yang dimaksud.

:

54


(50)

Dalam konteks ini, Menlu RI yaitu Retno Marsudi telah bertemu Menlu Myanmar yaitu H.E. Mr. U Wuna Maung Lwin di Kantor Kementerian Luar Negeri Myanmar di Nay Pyi Taw pada tanggal 21 Mei 2015, yang menyepakati kesiapan Pemerintah Myanmar untuk memperkuat langkah dalam rangka mencari akar permasalahan yang ada. Indonesia juga mendorong Myanmar untuk melakukan pencegahan dan penghentian terhadap pelanggaran hak asasi pada orang-orang Rohingya, serta menyarankan Myanmar agar melakukan verfikasi bahwa orang Rohingya adalah termasuk warga negaranya. b. Pentingnya kerjasama antar negara yang terkena dampak (affected

countries) dengan masyarakat internasional, guna membantu dan meringankan beban negara-negara yang terkena dampak berdasarkan prinsip burden sharing and shared responsibilility.

c. Pentingnya kerjasama dengan organisasi internasional khususnya UNHCR dan IOM serta organisasi region khususnya ASEAN untuk berkontribusi dan mempercepat penyelesaian masalah pencari suaka dan pengungsi secara komprehensif.

d. Mempertimbangkan sifat permasalahan yang multidimensional, kiranya penanganan dan pendekatan komprehensif yang mencakup penegakkan hukum, kejahatan lintas negara, penghormatan HAM dan kemanusiaan, pengungsi dan pembangunan harus dipertimbangkan untuk solusi di masa depan.


(51)

e. ASEAN dituntut untuk meningkatkan dimensi HAM dan kemanusiaan dalam kerjanya di masa depan agar dapat mengantisipasi kecenderungan meningkatnya arus pencari suaka dan pengungsi.

f. ASEAN harus dapat menjamin stabilitas di kawasannya. Untuk itu, pendekatan kepada negara Myanmar terkait isu Rohingya harus mengedepankan pendekatan konstruktif agar tidak mengganggu proses demokratisasi dan reformasi di negara tersebut.

g. Pendekatan komprehensif di ASEAN dapat dilakukan melalui penigkatan dan keterpaduan mandat dan kapasitas mekanisme ASEAN yang telah ada.


(52)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini keadaan dunia semakin kejam, dimana terjadi banyak peperangan, penindasan, tindakan kriminal, konflik antar negara maupun konfik di dalam negara sendiri serta berbagai tindakan-tindakan yang membahayakan nyawa seseorang akibat dari terdapat permasalahan ideologi, perbedaan pendapat politik, sosial kultural maupun karena perbedaan suku, ras agama. Situasi dan kondisi ini menyebabkan ketidakamanan yang berujung pada ancaman terhadap jiwa manusia dan membuat manusia tersebut harus meninggalkan negaranya.

Kasus yang saat ini menjadi pembicaraan dunia adalah penindasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar sehingga etnis tersebut harus keluar dari negaranya dan menjadi pengungsi di negara lain. Salah satu negara yang didatangi oleh etnis Rohingya ini adalah negara Indonesia khususnya wilayah Medan.

UNHCR sebagai organisasi internasional yang bergerak di bidang kepengurusan pengungsi hadir sebagai jawaban atas pertanyaan kemana para pengungsi tersebut akan mengadu serta menjadi media pelindung bagi para pengungsi-pengungsi internasional, termasuk kepada etnis Rohingya yang ada di Medan.


(53)

Ada 3 peran yang dimainkan oleh UNHCR terhadap etnis Rohingya yang ada di Medan yaitu:

1. Melakukan pendataan dan registrasi terhadap orang-orang Rohingya yang datang ke Indonesia khususnya ke Medan

2. Memberikan kehidupan yang layak kepada pengungsi Rohingya di Medan, hal tersebut meliputi pemberian bantuan yang diperlukan pengungsi Rohingya di Medan

3. Melaksanakan tahap-tahap resettlement (proses penempatan) ke negara ketiga bagi para pengungsi Rohingya

Dalam menjalankan perannya tersebut UNHCR dapat digolongkan telah menjalankan tugasnya dengan baik sesuai prosedur. Namun dalam menjalankan tugasnya tersebut terdapat juga beberapa hambatan yang dialami oleh UNHCR antara lain:

1. Meningkatnya angka persentasi kedatangan orang-orang Rohingya ke Medan guna untuk mencari perlindungan sehingga membuat UNHCR di Medan kewalahan dalam melaksanakan proses-proses yang harus dilaksanakan.

2. Banyak orang Rohingya yang tidak sabar dan mendesak pihak UNHCR untuk segera menempatkan dirinya ke negara ketiga, padahal penempatan dan penerimaan negara ketiga sepenuhnya berada pada keputusan negara tersebut dan bukan menjadi wewenang UNHCR.


(54)

3. Terjadi beberapa kali demonstrasi yang dilakukan oleh orang Rohingya di Medan. Orang-orang Rohingya tersebut mendatangani kantor UNHCR di Medan untuk mendapatkan kepastian penempatan ke negara ketiga.

Namun kendala-kendala yang dihadapi UNHCR di atas tidak membuat UNHCR urung dalam menjalankan tugasnya dalam penanganan pengungsi. Bahkan menurut data UNHCR hingga 31 Oktober 2015, pihak UNHCR Indonesia telah menempatkan (resettlement ) sebanyak 487 orang pengungsi ke negara ketiga.

4.2 Kritik dan Saran

Tidak banyak kritik dan saran yang diberikan peneliti terhadap UNHCR dalam menjalankan tugasnya untuk menagani pengungsi Rohingya di Medan. Adapun yang bisa peneliti sampaikan adalah:

1. Agar UNHCR lebih sigap dan cepat dalam melakukan proses registrasi status pengungsi terhadap orang-orang Rohingya karena peneliti menemukan informasi bahwa ada orang Rohingya yang sampai beberapa bulan lamanya belum memiliki status pengungsi padahal mereka datang ke Indonesia semata-mata bukan untuk mencari kehidupan yang layak saja melainkan karena adanya ancaman bagi dirinya di negara asalnya.


(55)

2. UNHCR sebaiknya lebih cepat melakukan proses resettlement, dengan cara menjalin kerjasama yang lebih baik dengan negara ketiga, karena ada juga beberapa etnis Rohingya yang sudah lebih dari 5 tahun berada di Indonesia (negara transit) dan belum mendapat kejelasan untuk ditempatkan di negara ketiga.


(56)

BAB II PROFIL UNHCR

2.1 UNHCR Sebagai Organisasi Internasional

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah suatu organisasi internasional terbesar di dunia yang beranggotakan hampir semua negara di dunia. Sejak berdiri hingga saat ini, PBB telah memiliki 193 negara anggota yang juga merupakan Negara Berdaulat dan diakui oleh dunia Internasional. Saat ini PBB memiliki beberapa badan organisasi yang bergerak di berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu:

• Food and Agriculture Organization (FAO) • International Atomic Energy Agency (IAEA) • International Civil Aviation Organization (ICAO) • International Labour Organisation (ILO)

• International Fund for Agricultural Development (IFAD) • International Monetary Fund (IMF)

• InterGovernmental Maritime Consultative Organization (IMCO) • International Telecommunication Union (ITU)

• United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) • United Nations Development Programme (UNDP)


(57)

• United Nations Environment Programme (UNEP)

• nited Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)

• Fund for International Partnerships (UNFIP) • United Nations Population Fund (UNFPA)

• United Nations Human Settlements Programme (UN–HABITAT) • United Nations Children's Fund (UNICEF)

• United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) • United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in

the Near East (UNRWA)

• World Tourism Organization (WTO)

• United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)

Salah satu badan organisasi PBB yang saat ini sangat diakui dan kinerjanya tampak jelas adalah UNHCR atau (United Nation High Commisioner for Refugee/ Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi). UNHCR adalah sebuah organisasi internasional yang merupakan badan PBB untuk urusan pengungsi. Badan itu diberi mandat untuk memimpin dan mengkoordinasikan langkah-langkah internasional untuk melindungi pengungsi dan menyelesaikan permasalahan pengungsi di seluruh duniaUNHCR didirikan pada 14 Desember 1950 oleh Majelis Umum PBB dan resmi mulai bekerja pada tanggal 1 Januari 1951.


(58)

Organisasi ini memiliki tugas untuk memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan internasional dalam melindungi pengungsi, pencari suaka maupun orang-orang tanpa kewarganegaraan dan menyelesaikan permasalahan pengungsi di dunia. UNHCR ini juga memastikan setiap pengungsi mendapatkan hak untuk memperoleh perlindungan. Dalam melaksanakan fungsinya, UNHCR berpedoman kepada Konvensi Jenewa tahun 1951 dan Protokol Tambahan 1967 sebagai pedoman acuhan.

2.2 Sejarah Berdirinya UNHCR

UNHCR atau Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Uursan Pengungsi merupakan organisasi internsional yang berlandaskan asas kemanusiaan (humanity). Sesuai dengan namanya organisasi ini didirikan untuk membantu para pengungsi-pengungsi yang menjadi korban akibat adanya perang, bencana alam, penganiayaan, kekerasan dan lainnya yang membuat seseorang harus mengalami penderitaan dan membutuhkan perlindungan.

Sejak awal didirikan sebenarnya organisasi ini hanya difokuskan pada penanganan terhadap orang-orang yang menjadi korban pengungsi akibat konflik Perang Dunia II, dimana wilayah penanganannya hanya terkonsentrasi di kawasan Benua Eropa saja. Pada dasarnya organisasi ini hanya diberi mandat selama 3 tahun untuk menjalankan tugasnya dalam membantu korban-korban pengungsian pasca Perang Dunia II. Namun ternyata, kehadiran UNHCR dirasakan sangat


(59)

membantu dalam melindungi umat manusia yang membutuhkan perlindungan dikarenakan konflik-konflik negara yang terjadi.

Setelah lewat masa kerja UNHCR yang awalnya hanya dimandatkan 3 tahun, PBB merasa badan organisasi ini cukup penting mengingat semakin banyaknya konflik-konflik yang terjadi di dunia, semakin banyaknya perang, penganiayaan, pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang menjadikan rakyat yang tidak bersalah menjadi korban, maka UNHCR tidak dibubarkan melainkan tetap menjalankan tugasnya dalam memberikan perlindungan kepada orang-orang yang menjadi korban pengungsian akibat adanya konflik maupun perang.

2.3 Perkembangan UNHCR

• 14 Desember 1950 Majelis Umum PBB mendirikan organisasi Komisaris Tinggi untuk Pengungsi (UNHCR). Sesuai dengan kepengurusan nya, organisasi ini bersifat kemanusiaan dan sosial guna membantu orang-orang yang menjadi pengungsi.

• Tahun 1951 Majelis Umum PBB mengadakan konferensi dengan Wakil-Wakil Negara Berkuasa Penuh untuk menyusun suatu dokumen tentang kepengurusan pengungsi dan menandatangani dokumen tersebut yang dirangkum dalam Konvensi Mengenai Status Pengungsi. Konvensi ini dilatarbelakangi banyaknya korban pengungsi pasca Perang Dunai II di Eropa.


(60)

• Tahun 1954, UNHCR berhasil memenangkan penghargaan Nobel Peace atas peran dan kerja kerasnya ikut andil dalam membantu pengungsi di Eropa.

• Tahun 1956, terjadi peristiwa runtuhnya Revolusi Hungaria yang disebabkan oleh penyerangan Soviet. Karena peristiwa tersebut jumlah korban-korban pengungsi mengalami penaikan drastis, hal ini membuat UNHCR kesulitan dalam menangani banyaknya jumlah pengungsi saat itu. Melalui peristiwa tersebut, peran UNHCR dalam menangani pengungsi semakin tidak dapat dipandang sebelah mata, karena organisasi ini sangatlah dibutuhkan.

• Tahun 1960, peristiwa Dekolonisasi di Afrika menyebabkan krisis pengungsi dalam jumlah yang besar sehingga membutuhkan intervensi dan peran langsung dari UNHCR.

• Tahun 1967, dilakukan revisi terhadap Konvensi 1951 yang dikenal dengan Protokol Tambahan 1967. Dalam isi Protokol 1967 memperluas penerapan Konvensi 1951. Protokol 1967 menghapuskan batasan-batasan letak geografis dimana yang awalnya Konvensi 1951 membatasi pengakuan Konvensi atas pengungsi hanya kepada orang-orang di Eropa yang menjadi korban pengungsi dikarenakan kejadian pasca Perang Dunia II. Hal ini berlandaskan atas semakin banyaknya terjadi peristiwa-peristiwa yang menyebabkan krisis pengungsi yang semakin banyak tidak


(61)

hanya di Eropa namun juga di berbagai wilayah seperti kawasan Asia dan Afrika.

• Tahun 1980 terjadi peperangan di wilayah Asia-Afrika yang menimbulkan banyak korban pengungsi (Libanon, Somalia, Srilanka, Afghanistan, Urganda). UNHCR melalui Konvensi 1951 dan Protokol 1967 melaksanakan fungsinya dalam penanggulangan pengungsi di kawasan Asia-Afrika tersebut.

• Tahun 1981 UNHCR kembali mendapatkan penghargaan atas kontribusinya berupa bantuan global dalam membantu para pengungsi. • Selama 2 dekade dari tahun 1980an sampai awal tahun 2000an UNHCR

membantu mengatasi pergerakan manusia di Asia dan Latin Amerika. • Tahun 2000an UNHCR tetap terus menjalankan tugas untuk membantu

para pengungsi di berbagai wilayah. Saat itu juga UNHCR dimintai bantuannya untuk membantu para pengungsi internal yang disebabkan oleh konflik. Peran UNHCR semakin meluas tidak hanya sebatas membantu pengungsi namun juga ditunjuk oleh Sidang Umum PBB agar UNHCR dapat menangani bantuan bagi orang-orang tanpa kewarganegaaran yaitu dengan memberikan bantuan hukum kepada orang-orang yang tidak berkewarganegaraan dan membantu menghindari serta menghapus adanya orang tanpa status kewarganegaraan di dunia.

Dalam penanganan orang tanpa kewarganegaraan, bertolak dari Konvensi 1954 mengenai Status Warga Tanpa Negara, UNHCR akan memberikan


(62)

bantuan kepada individu dengan membantu menyelesaikan masalah hukum mereka dan membantu memperoleh dokumen yang diperlukan, membantu negara untuk melaksanakan dan meperkuat hukumnya, menyebarkan informasi terkait serta menyusun dokumen pengawasan global.34

• Sampai saat ini UNHCR tetap menjalankan fungsinya dalam membantu pengungsi maupun orang-orang tanpa kewarganegaraan. Akhir tahun 2014 tercatat sekitar 9330 orang yang tergabung sebagai karyawan UNHCR yang tersebar di 125 negara di dunia, baik di daerah pusat maupun daerah terpencil, termasuk 702 orang yang bekerja di kantor pusat UNHCR di Geneva,Swiss. Saat ini UNHCR mengurus 36,4 juta orang yang diantaranya terdiri dari: 15,6 juta pengungsi internal, 10,4 juta pengungsi, sekitar 2,5 juta orang yang kembali ke negara asalnya, 6,5 juta orang tanpa kewarganegaraan, lebih dari 980,000 orang yang mencari suaka (perlindungan) dan lebih dari 400,000 orang yang menjadi perhatian UNHCR lainnya.35

2.4 Fungsi dan Wewenang UNHCR36

Dalam praktiknya, UNHCR di bawah naungan PBB memiliki fungsi memberikan perlindungan internasional kepada para pengungsi serta pencarian

34

UNHCR. September 2006. Orang Tanpa Kewarganegaraan di Seluruh Dunia. Hlm. 14

35

History of UNHCR. Diakses dari laman

36


(63)

solusi permanen masalah pengungsi dengan bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah negara dalam menangani urusan pengungsi. Jika di dalam melaksanakan fungsinya, UNHCR menemukan kesulitan misalnya tentang suatu kontroversi mengenai status internasional orang tersebut, maka UNHCR akan meminta kominte penasehat pengungsi jika komite itu dibentuk.

Selama bekerja UNHCR akan selalu mengikuti petunjuk-petunjuk kebijakan yang diberikan oleh Majelis Umum atau Dewan Ekonomi dan Sosial PBB. Dewan Ekonomi dan Sosial nantinya dapat memutuskan setelah mendengar pendapat UNHCR terkait pokok yang bersangkutan guna membentuk sebuah komite penasehat tentang pengungsi yang akan terdiri dari wakil-wakil negara Anggota dan Negara-negara bukan anggota PBB yang nantinya akan diseleksi oleh Dewan Ekonomi dan Sosial atas dasar perhatian nyata dan pengabdian negara-negara tersebut pada solusi masalah kepengurusan pengungsi.

Yang menjadi wewenang UNHCR dalam penanganan pengungsi meliputi:

A. (i) Seseorang yang telah dianggap sebagai pengungsi menurut Pengaturan 12 Mei 1926 dan 30 Juni 1928 atau menurut Konvensi 20 Oktober 1933 dan 10 Februari 1938. Protokol 14 September 1939 atau Konstitusi Organisasi Internasional.

(ii) Seseorang yang sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum 1 Januari 1951 dan yang disebabkan oleh kecemasan yang sungguh-sungguh mendasar, mengalami persekusi-persekusi karena


(64)

alasan-alasan ras, agama, kebangsaan, atau opini politik, berada di luar negara kewarganegaraannya dan tidak dapat atau karena kecemasan tersebut atau karena alasan-alasan yang bukan alasan-alasan kenikmatan pribadi, tidak mau memanfaatkan perlindungan negara itu; atau seseorang yang tidak bekewarganegaraan dan berada di luar negara dimana ia sebelumnya bertempat tinggal tidak dapat atau karena kecemasan itu atau karena alasan-alasan yang bukan alasan-alasan kenikmatan pribadi tidak mau kembali ke negara itu.

Keputusan mengenai terpenuhinya persyaratan yang diambil oleh organisasi pengungsi internasional dalam periode kegiatannya tidak akan mencegah status pengungsi yang diberikan kepada orang-orang yang memenuhi syarat-syarat paragraf ini;

Wewenang UNHCR akan berhenti berlaku bagi seseorang yang ditetapkan dalam seksi A di atas jika:

a.) Ia secara sukarela telah memanfaatkan kembali perlindungan negara kewarganegaraannya; atau

b.) Setelah kehilangan kewarganegaraannya ia secara sukarela telah memperolehnya kembali; atau

c.) Ia telah memperoleh kewarganegaraan baru, dan menikmati perlindungan negara kewarganegaraan barunya; atau


(65)

d.) Ia secara sukarela telah menetap kembali di negara yang telah ditinggalkannya atau di luar negara itu dimana ia tetap tinggal karena kecemasan akan perskusi; atau

e.) Ia tidak dapat lagi lebih lama karena keadaan-keadaan yang berhubungan dengan pengakuan atas dirinya sebagai pengungsi sudah tidak ada lagi, mengajukan alasan-alasan yang bukan alasan-alasan kenikmatan pribadi untuk tetap menolak memanfaatkan perlindungan negara kewarganegaraannya. Alasan yang semata-mata bersifat ekonomis tidak dapat diajukan; atau

f.) Sebagai seorang yang tidak mempunyai kewarganegaraan, ia tidak dapat lagi dan ia dapat lagi kembali ke negara dimana ia sebelumnya biasa bertempat tinggal, karena keadaan-keadaan yang berhubungan dengan pengakuan atas dirinya sebagai pengungsi sudah tidak ada lagi bertempat tinggal, mengajukan alasan-alasan yang bukan alasan kenikmatan pribadi untuk tetap menolak kembali ke negara tersebut.

B. Seseorang lain yang berada di luar negara kewarganegaraanya atau ia tidak mempunyai kewarganegaraan dimana ia sebelumnya bertempat tinggal, karena ia mempunyai atau pernah mempunyai kecemasan yang sungguh-sungguh berdasar akan persekusi karena alasan ras, agama, kebangsaan atau opini politik dan tidak dapat atau karena kecemasan tersebut, tidak mau memanfaatkan perlindungan pemerintah negara


(66)

kewarganegaraannya, atau jika ia tidak mempunyai kewarganegaraan kembali ke negara dimana ia sebelumnya biasa bertempat tinggal.

Dengan ketentuan bahwa wewenang UNHCR sebagaimana ditetapkan di atas tidak akan meliputi:

a.) Yang merupakan warga negara lebih dari satu negara kecuali pabila ia memenuhi ketentuan paragraf terdahulu dalam hubungannya dengan tiap negara dimana ia adalah warga negara; atau

b.) Yang diakui oleh instansi-instansi yang berwewenang dari negara-negara itu dimana ia telah bertempat tinggal mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terkait pada kewarganegaraan yang dimiliki negara itu; atau

c.) Yang tetap menerima dari organ-organ atau badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya perlindungan atau bantuan; atau

d.) Yang mengenai dirinya terdapat alasan-alasan serius untuk menganggap bahwa ia telah melakukan tindak pidana yang diliput oleh ketentuan-ketentuan perjanjian-perjanjian ekstradisi atau tindak pidana yang disebut dalam Pasal VI Piagam London dari Mahkamah Militer Internasional atau oleh ketentuan-ketentuan Pasal 14, paragraf 2, dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

UNHCR akan memberikan perlindungan kepada para pengungsi yang berada di bawah wewenang Komisariatnya dengan :


(67)

a.) Menggalangkan pembuatan dan pengesahan konvensi-konvensi internasional bagi perlindungan para pengungsi, mengawasi pelaksanaan konvensi-konvensi tersebut dan mengusulkan amandemen-amandemen terhadap konvensi itu;

b.) Menggalangkan melalui persetujuan-persetujuan khusus dengan pemerintah-pemerintah pelaksanaan tiap tindakan yang diperkirakan akan memperbaiki keadaan pengungsi dan untuk mengurangi jumlah yang membutuhkan perlindungan;

c.) Membantu upaya pemerintah dan swasta untuk menggalangkan repatriasi sukarela dalam komunitas-komunitas nasional baru.

d.) Menggalangkan diterima masuknya para pengungsi, tidak terkecuali mereka yang termasuk dalam kategori-kategori paling kekurangan ke dalam wilayah-wilayah Negara-negara;

e.) Berusaha keras untuk memperoleh izin bagi para pengungsi untuk memindahkan aset mereka dan terutama aset yang perlu bagi pemukiman mereka;

f.) Memperoleh dari pemerintah-pemerintah informasi mengenai jumlah dan kondisi-kondisi para pengungsi dalam wilayah-wilayah mereka serta undang-undang dan peraturan-peraturan mengenai para pengungsi tersebut;

g.) Berhubungan erat dengan pemerintah-pemerintah dan organisasi-organisasi antar pemerintah yang bersangkutan;


(68)

h.) Membina kontak dengan cara yang dianggapnya terbaik dengan organisasi-organisasi swasta yang menangani masalah-masalah pengungsi;

i.) Memudahkan koordinasi upaya-upaya organisasi-organisasi swasta yang memperhatikan kesejahteraan para pengungsi.

UNHCR akan melakukan kegiatan-kegiatan tambahan termasuk repatriasi dan pemukiman, yang mungkin ditetapkan oleh Majelis Umum dalam batas-batas sumber-sumber yang disediakan baginya. Juga akan mengelola tiap dana, publik atau privat, yang diterimanya untuk bantuan bagi para pengungsi dan akan membagikannya diantara badan-badan privat dan apabila dianggap tepat, badan-badan publik yang dianggapnya mempunyai kemampuan terbaik untuk mengelola bantuan termaksud.

UNHCR dapat menolak setiap tawaran yang tidak dianggapnya tepat atau yang tidak dapat dipergunakan. UNHCR juga tidak akan meminta dana kepada pemerintah-pemerintah atau menyampaikan permintaan umum, tanpa persetujuan lebih dulu dari Majelis Umum. UNHCR akan memasukkan ke dalam laporan tahunannya pernyataan-pernyataan dari kegiatannya di bidang ini.

UNHCR akan berjak menyampaikan pandangan-pandangannya di depan Majelis Umum, Dewan Ekonomi dan Sosial dan badan-badan kedua organ tersebut. UNHCR juga akan melapor setiap tahun kepada Majelis


(69)

Umum melalui Dewan Ekonomi dan Sosial; laporannya akan dibahas sebagaimana acara terpisah dalam agenda Majelis Umum. UNHCR juga dapat meminta kerjasama berbagai badan khusus.

2.5 Sistem Keorganisasian dan Keuangan UNHCR37

1. Komisaris Tinggi (pemimpin) UNHCR akan dipilih oleh Majelis Umum PBB atas pencalonan dari Sekretaris Jenderal. Persyaratan pengangkatan Komisaris Tinggi akan diusulkan oleh Sekretaris Jenderal dan disetujui oleh Majelis Umum. Komisaris Tinggi akan dipilih untuk masa jabatan 3 tahun terhitung mulai 1 Januari 1951.

2. Komisaris Tinggi akan mengangkat (untuk masa jabatan yang sama) seorang Wakil Komisaris Tinggi yang bekewarganegaraan lain dari kewarganegaraannya sendiri.

3. a.) Dalam batas-batas penyediaan anggaran yang diberikan, staf Komisariat Tinggi (UNHCR) akan diangkat oleh Komisaris Tinggi dan akan bertanggung jawab kepadanya dalam pelaksanaan fungsi-fungsi mereka.

37


(70)

b.) Staf termaksud akan dipilih dari orang-orang yang setia pada tujuan-tujuan Komisariat Tinggi.

c.) Kondisi-kondisi pengerjaan mereka adalah kondisi-kondisi pengerjaan yang diatur menurut peraturan staf yang diterima oleh Majelis Umum dan ketentuan yang ditetapkan berdasarkan peraturan tersebut oleh Sekretaris Jendral.

d.) Ketentuan dapat juga dibuat untuk memperkerjakan personel tanpa kompensasi.

4. Komisaris Tinggi akan berkonsultasi dengan pemerintah negara-negara tempat tinggal para pengungsi mengenai perlunya pengangkatan wakil-wakil di negara-negara tersebut. Di negara yang mengakui keperluan termaksud dapat diangkat seorang wakil yang disetujui oleh pemerintah negara itu. Dengan ketentuan sebagaimana disebut terdahulu, wakil yang sama dapat bertugas di lebih dari satu negara.

5. Komisaris Tinggi dan Sekretaris Jenderal akan membuat pengaturan yang tepat bagi penyelenggaraan hubungan dan konsultasi mengenai masalah-masalah yang merupakan kepentingan bersama.

6. Sekretaris Jenderal akan memberikan kepada Komisaris Tinggi segala fasilitas yang perlu dalam batasan-batasan anggaran.


(71)

7. Komisaris Tinggi akan berkedudukan di Jenewa Swiss.

8. Komisaris Tinggi akan dibiayai dari anggaran Perserikatan Bangsa-Bangsa, kecuali Majelis Umum kemudian memutuskan lain, tidak ada pengeluaran selain pengeluaran administratif yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi Komisariat Tinggi akan dibebankan pada anggaran Perserikatan Bangsa-Bangsa dan segala pengeluaran lain yang berkaitan dengan kegiatan Komisaris Tinggi akan dibiayai oleh sumbangan sukarela.

9. Administrasi Komisariati Tinggi akan ditundukkan pada Peraturan Keuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pada ketentuan keuangan yang ditetapkan atas dasar itu oleh Sekretaris Jenderal.

10.Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan dana Komisaris Tinggi akan dikenakan audit oleh dewan Auditor Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan ketentuan bahwa Dewan tersebut dapat menerima laporann-laporan yang sudah diaudit dari badan-badan yang mendapat alokasi dana. Pengaturan administratif bagi penahanan dana termaksud dan alokasinya akan disepakati antara Komisaris Tinggi dan Sekretaris Jenderal sesuai dengan peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta ketentuan yang ditetapkan atas dasar peraturan tersebut oleh Sekretaris Jenderal.


(72)

Daftar nama-nama Orang yang menjabat sebagai Komisaris Tinggi (Ketua) UNHCR:

NO Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan Asal Negara

1

1951 1956 Belanda

2 1956 1960 Swiss

3 1960 1965 Swiss

4 Sadruddin Aga Khan 1965 1967 Iran

5 1978 1985 Denmark

6 1986 1989 Swiss

7 Jan 1990 November 1990 Norwegia

8 1991 2000 Jepang

9 2001 2005 Belanda

10 2005 Sekarang Portugal

Tabel 1. Komisaris Tinggi UNHCR

2.6 Instrumen Hukum Dalam Perlindungan Pengungsi

Sepanjang abad ke-20 masyarakat internasional secara terus menerus berusaha untuk menciptakan seperangkat pedoman, hukum, dan konvensi untuk memastikan adanya perlakuan yang layak bagi para pengungsi untuk melindungi


(73)

hak asasi mereka.38 Realita akan adanya konflik, kekerasa, penganiayaan serta perkusi di berbagai wilayah menjadikan angka pengungsi semakin meningkat. Perlindungan terhadap hak-hak daripada kaum pengungsi telah diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional. Instrumen hukum utama yang bersifat secara global mencakup segala aspek kehidupan pengungsi diatur dalam dokumen The 1951Convention Relating to the Status of Refugee (Konvensi Pengungsi 1951) dan 1967 Protocol Relating to the Status of Refugee (Protokol Tambahan 1967).39

1. Pengertian dasar pengungsi.

Selain Konvensi 1951 dan Protokol 1967, juga ada beberapa Konvensi dan Dekklarasi yang relevan terkait pengungsi di wilayah tertentu, ada beberapa instrumen hukum yang berlaku di Afrika, Amerika Latin dan Uni Eropa, serta isi hukum hak asasi manusia internasional yang melengkapi hak pengungsi dalam Konvensi 1951. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 pada prinsipnya hampir sama. Ada tiga hal pokok yang merupakan isi konvensi tersebut, yaitu :

Pengertian dasar Pengungsi diartikan dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967 penting diketahui sebab diperlukan untuk menetapkan status pengungsi seseorang (termasuk pengungsi atau bukan). Penetapan ini ditetapkan oleh negara tempat orang itu berada dan bekerja sama dengan

38

UNHCR. September 2011. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 Tentang Status Pengungsi

39

Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI. 2015. Penanganan Pencari Suaka dan Pengungsi dalam Konteks Hukum dan Kebijakan. Hlm. 6


(1)

4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Ardi Sofinar dan staff yang bekerja di UNHCR Medan atas waktu dan informasi serta data yang diberikan kepada penulis

6. Bapak Nur Ibrahim selaku Direktur HAM dan Kemanusiaan Kasie Pengungsi dan IDP’s Kementrian Luar Negri Republik Indonesia yang telah bersedia untuk diwawancarai dan memberikan informasi terkait penelitian penulis

7. Bapak Lilik Bambang selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan dan Bapak Heriyanto, SE,SH, M.si selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan observasi di kamp pengungsi di Medan

8. Bapak Muhammad Yunus selaku narasumber dari perwakilan etnis Rohingya di Medan

9. Keluarga saya yaitu orangtua saya Bapak Binsar Manalu dan Ibu Megawati Hutagaol, abang Judika Manalu, SP dan adik Ade Hendro Manalu yang selalu menyemangati penulis

10. Seluruh teman-teman stambuk 2012 Ilmu Politik Usu khususnya teman terbaik Clara Bella, Widya Aulia, Hasnatul Dina, Suci Rahmadani, Maulida Ulfa, Fara, Kerin, dll. Terimakasih untuk suka dan duka yang kita lalui bersama.

Medan, 12 April 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iv

Halaman Persetujuan ... vi

Halaman Pengesahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Lampiran ... xiii

Daftar Gambar dan Tabel ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Batasan Masalah... 12

1.4 Tujuan Penelitian ... 13

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Kerangka Teori... 14

1.6.1 Konsep Peran Politik ... 14


(3)

1.6.3 Konsep Pengungsi Internasional ... 24

1.7 Metode Penelitian... 29

1.7.1 Jenis Penelitian ... 30

1.7.2 Lokasi Penelitian ... 30

1.7.3 Sumber Data ... 31

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

1.7.5 Teknik Analisa Data ... 34

1.8 Alur Pemikiran ... 35

1.9 Sistem Penulisan ... 36

BAB II PROFIL UNHCR 2.1 UNHCR Sebagai Organisasi Internasional ... 38

2.2 Sejarah Berdirinya UNHCR ... 40

2.3 Perkembangan UNHCR ... 41

2.4 Fungsi dan Wewenang UNHCR ... 44

2.5 Sistem Keorganisasian dan Keuangan UNHCR ... 51

2.6 Instrumen Hukum dalam Perlindungan Pengungsi ... 54

2.6.1 Konvensi Pengungsi 1951 ... 57

2.6.2 Protokol Tambahan 1967 ... 71

2.6.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara Pihak ... 80


(4)

2.8 UNHCR di Indonesia ... 84

2.9 UNHCR di Medan ... 86

BAB III PERAN POLITIK UNHCR DALAM MENANGANI ETNIS ROHINGYA DI MEDAN ... 88

3.1 Etnis Rohingya di Medan ... 91

3.2 Calo Biro Perjalanan (People Smuggler) Bagi Pengungsi Rohingya .... 92

3.3 Jalur Perjalanan yang Ditempuh Etnis Rohingya ... 94

3.3.1 Jalur Udara ... 95

3.3.2 Jalur Laut ... 95

3.4 Peran Politik UNHCR Dalam Menangani Etnis Rohingya di Medan ... 97

3.5 Penampungan Sementara Pengungsi Rohingya di Medan ... 109

3.5.1 Lokasi Penampungan Hotel Beraspati Medan ... 109

3.5.2 Lokasi Penampungan Hotel Pelangi Medan ... 112

3.6 Negara Ketiga (Negara Penerima) ... 115

3.7 Indonesia Sebagai Negara Transit ... 116

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 122

4.2 Kritik dan Saran ... 124


(5)

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Narasumber


(6)

DAFTAR TABEL dan GAMBAR

Tabel 1. Komisaris Tinggi UNHCR ... 54 Tabel 2. Negara Pihak Konvensi 1951 ... 58 Tabel 3. Negara Pihak Protokol 1967 ... 72 Gambar 1. Peta Proses Masuknya Pengungsi Ke Indonesia Hingga Ke Negara Ketiga ... 90