Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai
dengan adanya peningkatan mutu pelayan rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat
dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang paling dominan adalah sumber daya
manusia yang salah satunya adalah perawat. Defenisi perawat berdasarkan
keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MenKes/SK/
XI/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan perawat baik dalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku (MenKes, 2010).
Menurut WHO (2009), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyrakat. Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009
tentang rumah sakit,yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dibagi

menjadi dua bagian rumah sakit, yaitu rumah sakit umum (tipe A, B, C dan D)

Universitas Sumatera Utara

dan rumah sakit kusus (rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit ibu dan
anak, rumah sakit bersalin dan lain-lainnya).
Rumah sakit jiwa adalah rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam
perawatan gangguan mental yang serius.Pelayanan kesehatan dirumah sakit jiwa
dilakukan oleh perawat jiwa.Perawat jiwa adalah bagian dari perawat umum,
tetapi khusus menangani pasien gangguan jiwa dan umumnya bekerja dirumah
sakit jiwa.Ada perbedaan antara perawat umum dan perawat jiwa, perawat umum
lebih menitikberatkan pada kebutuhan biologis pasien (seperti merawat luka)
meskipun kebutuhan psikisnya tidak dilupakan, sedangkan perawat jiwa lebih
menitikberatkan pada kebutuhan psikis pasien (seperti memberikan terapi dengan
petunjuk dokter) tanpa mengesampingkan kebutuhan biologisnya.Selain itu
perawat kesehatan jiwa juga dituntut untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam
memberikan perawatan karena kondisi perawat jiwa yang labil dan sulit
diperediksikan (Pangastiti, 2011).
WHO (2008), mengatakan gangguan jiwa diseluruh dunia telah menjadi
masalah serius. Peningkatan angka penderita gangguan terjadi di Indonesia dan

dunia. Sedikitnya 20% penduduk desa di Indonesia saat ini menderita gangguan
jiwa, dengan 4 jenis penyakit langsung yang ditimbulkan yaitu depresi, gangguan
alkohol, gangguan bipolar, dan skizophrenia. Berdasarkan hasil riset Kesehatan
Dasar Prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) pada penduduk
Indonesia 1,7 per mil. Proporsi rumah tangga yang memiliki anggota rumah
tangga psikosis dan pernah melakukan pemasungan 14,3%. Prevalensi gangguan
mental emosional pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 6,0% (95% CI 5,87;

Universitas Sumatera Utara

6,08). Proporsi RT yang pernah membawa anggota rumah tangga psikosis
mendapatkan pengobatan 61,8%. Proporsi anggota rumah tanggagangguan mental
emosional pernah berobat 26,6% sedangkan berobat 2 minggu terakhir 11,9%.
(RISKESDAS, 2013).
Perawat sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang paling
sering berhadapan dengan pasien yang penyakitnya beragam juga harus
menghadapai keluarga pasien. Situasi ini memungkinkan perawat untuk
mengalami stres yang akan berdampak pada pelayanan yang akan diberikan dan
juga akan mempengaruhi perilaku kerja mereka (Iswanto & Purwanti, 2008). Hal
tersebut didukung oleh hasil wawancara non-formal yang dilakukan oleh peneliti

pada 7 orang perawat di Rumah Sakit Jiwa, terkait stress yang terjadi di
lingkungan kerja. Beberapa perawat mengeluh harus merawat banyak pasien
karena jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah pasien. Selain itu mereka
juga harus selalu memperhatikan berbagai kebutuhan pasien gangguan jiwa,
seperti member makan dan memberi obat pasien, mengawasi pasien dan serta
mandi juga merupakan tugas perawat jiwa. Sebagian juga mengeluh ada perasaan
cemas ketika harus menghadapi pasien gangguan jiwa dengan tingkah laku yang
tidak dapat diprediksikan.
Stres kerja yang dihadapi perawat sangat mempengaruhi kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Stres yang dialami oleh
perawat nantinya bisa berdampak pada aspek fisiologis (berupa keluhan seperti
sakit kepala, tekanan darah tinggi), psikologis (berupa keluhan seperti cemas,
bosan, ketidakpuasan dalam kerja) dan perilaku (berupa tingkat absensi meningkat

Universitas Sumatera Utara

dan performansi kerja menurun, gelisah dan mengalami gangguan tidur), (Robin,
2008).
Berdasarkan wawancara pada 7 orang perawat yang berada dirumah sakit
Jiwa Prof. Dr. Muhammad ildrem Provinsi Sumatera Utara mengatakan bahwa

mereka merasa pusing dan sakit kepala jika harus melayani banyak pasien setiap
hari.
Perawat yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi senantiasa mampu
mengendalikan emosinya dan cenderung akan lebih mudah bergaul dengan orangorang baru, sehingga akan dapat mudah menurunkan stres kerja yang tinggi.
Mengendalikan emosi berarti mampu mengetahui kapan saatnya ia harus
mengambil tindakan yang tepat dalam situasi tertentu (Bahaudin, 2003).
Sedangkan perawat yang tidak mampu menguasai emosinya kemungkinan besar
akan berdampak pada pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
Adanya kecerdasan emosi membuat seseorang dapat menghindari
kelelahan emosi seperti mudah marah, mudah tersinggung sampai tindakan agresif
maupun verbal. Kecerdasan emosi membantu manusia untuk menentukan kapan
dan dimana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya. Kecerdasan emosi
juga membantu manusia mengarahkan dan mengendalikan emosinya (Mubayidh,
2006).
Kecerdasan emosi yang tinggi mempunyai kemampuan untuk menerima
kelebihan dan kekurangan diri, mampu mengekpresikan perasaan dengan tepat,
mampu memahami diri sendiri dan orang lain, mampu mengelola emosi dalam

Universitas Sumatera Utara


menghadapi peristiwa sehari-hari dan mempunyai hubungan sosial yang baik
dengan orang lain, hal ini akan menyebabkan rendahnya stres kerja. Namun pada
orang yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah akan menyebabkan tingginya
stres kerja perawat.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara
Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara tahun 2015”.
1.2 Perumusan Masalah
Perawat yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi senantiasa mampu
mengendalikan emosinya dan cenderung akan lebih mudah bergaul dengan orangorang baru, sehingga akan mudah menurunkan stres kerja yang tinggi.
Data yang didapat oleh peneliti dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara yaitu berjumlah 126 perawat yang
bekerja di ruang rawat inap, sedangkan jumlah pasien yang dirawat di pada tahun
2014 sebanyak 2.070 pasien.
Berdasarkan dari data diatas rasio perawat terhadap pasien yang ideal
untuk rumah sakit tipe A adalah 1:3 (Kepmenkes RI/Menkes/7/1979 tentang
jumlah perawat berdasarkan perbandingan tempat tidur rumah sakit. Namun hal
ini belum dapat dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem

Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wawancara pada 7 orang perawat yang
berada di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera
Utara mengatakan bahwa mereka merasa pusing dan sakit kepala jika harus

Universitas Sumatera Utara

melayani banyak pasien setiap hari. Dengan demikian kondisi tersebut akan
mempengaruhi kecedasan emosi dengan tingkat stres kerja dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dengan tidak idealnya antara rasio perawat-pasien.

1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan paparan dan latar belakang diatas, maka yang menjadi
pertanyaan penelitian dalam pembuatan proposal ini adalah:
1.3.1 Bagaimana kecerdasan emosi pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara?
1.3.2

Bagaimana tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara?


1.3.3

Apakah ada hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara?

1.3.4

Aspek kecerdasan emosi manakah yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap rendahnya perilaku stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara?

1.4 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah
ada hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara?

]

Universitas Sumatera Utara


1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat

di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara.
1.5.2
1.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi pada perawat di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera.

2.

Untuk mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Uatara.


3.

Untuk mengetahui aspek kecerdasan emosi manakah yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap rendahnya perilaku stres kerja pada perawat di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1

Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu program matakuliah

tambahan agar dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi untuk mata kuliah
keperawatan jiwa tentang hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat.
1.6.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan mampu menghadapi stres
sehingga meningkatnya mutu pelayanan serta sebagai informasi tambahan bagi
perawat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa.


Universitas Sumatera Utara

1.6.3

Bagi Penelitian Keperawatan
Agar hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi

mahasiswa yang ingin meneliti terkait dengan hubungan kecerdasan emosi dengan
stres kerja perawat.

Universitas Sumatera Utara