Karoushi dalam Kehidupan Sararimandi Jepang Dewasa Ini

,

BAB II
GAMBARAN UMUM MENGENAI KAROUSHI DALAM KEHIDUPAN
SARARIMAN DI JEPANG DEWASA INI

2.1

Sarariman dan Perusahaan Jepang
Jepang merupakan salah satu dari negara maju yang ada di dunia,

dan kemajuan jepang diakui terlebih dalam bidang teknologi. Suatu negara
dapat maju karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Meskipun negara
Jepang tidak memiliki sumber daya alam yang lebih baik dari negara-negara
lain, tetapi Jepang memiliki sumber daya manusia yang lebih baik dari
kebanyakan negara lain. Hal itu dikarenakan akan kesadaran dengan jiwa
yang giat dan gigih oleh bangsa Jepang itu sendiri dalam melakukan suatu
pekerjaan atau hal yang dianggap suatu kewajiban.
Warga Jepang sejak berabad-abad memang memiliki tradisi kerja keras
dan jiwa pantang


menyerah

yang sudah tertanam dari dahulu hingga

sekarang. Hal ini dapat dilihat dari kerja keras yang dilakukan bangsa
Jepang untuk melakukan kewajibannya. Terlebih disuatu bidang pekerjaan
pada perusahaan tempat bekerja. Bagi bangsa Jepang, tempat kerja adalah
rumah dan

saat

melakukan

kewajiban kepada

Jepang

selalu

mengerjakan pekerjaan mereka sama

Sang

memberikan yang

halnya dengan

Budha. Maka dari itu, bangsa

terbaik untuk

pekerjaannya

tanpa

memperdulikan diri sendiri, terlebih pada kondisi dirinya.
Menurut survei di Tokyo, orang-orang yang baru lulus kuliah
cenderung memilliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan ketika

15
Universitas Sumatera Utara


,

mereka sedang menghadapi ujian terakhir di kampus.Semakin hari semakin
banyak lulusan baru yang bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan.
Ketika jumlah pesaing semakin banyak, maka semakin banyak pula orang
yang rela digaji rendah dan bekerja larut, sehingga tingkat kesehatan
mereka semakin menurun. Berdasarkan data dari pemerintah Jepang, terdapat
lebih dari 10 juta oarang yang hidup dengan penghasilan kurang dari
standar

normal

Jepang,

yaitu

1.600,000 yen/tahun

(sekitar


Rp155

juta/tahun).http://www.jepang.net/search/label/Budaya%20Jepang.
Di dalam sistem perekrutan tenaga kerja perusahaan menginginkan pekerja
yang baru lulus universitas, mereka akan dididik dan dilatih oleh perusahaan
secara teknis maupun secara moral. Karir mereka tidak tergantung pada
kemampuan personal yang dimiliki, tetapi tergantung sepenuhnya pada
perusahaan. Kesempatan kerja diberikan perusahaan adalah sistem kerja seumur
hidup, dimana ia akan mengutamakan kepentingan komunitas (perusahaan). Bagi
keduanya ini membawa rasa aman dan bangga dan loyalitas yang kuat terhadap
perusahaan.
Kesetiaan pada perusahaan ini merupakan jaminan bagi perusahaan akan
adanya angkatan kerja yang produktif, yang merasa bangga dan puas dalam
pekerjaanya. Baik pekerja kasar maupun pegawai kantoran gembira bekerja
lembur, bahkan tidak menggunakan sepenuhnya masa libur yang diberikan.
Mereka semua adalah pekerja yang tekun dan bisa dipercaya akan menjaga mutu
pekerjaan mereka sendiri.
Perusahaan-perusahaan Jepang yang lebih mementingkan keuntungan
perusahaan dan memanfaatkan keluguan para pekerja baru dan tidak mau


16
Universitas Sumatera Utara

,

membuang-buang peluang, sehingga terciptalah sarariman. Sarariman muncul
akibat adanya perkembangan masyarakat jepang, khususnya dalam lingkungan
kantor

atau

perusahaan,

mengakibatkan

timbul

kelompok


baru

yang

dinamakan sarariman.Sarariman adalah karyawan atau pekerja yang hidupnya
100% tergantung dari gaji. Jadisarariman adalah karyawan yang secara teratur
menerimagaji/orang yang bekerja hanya dengan mengharapkan gaji semata
walaupun gaji itu kecil, bekerja setengah mati tanpa uang lembur dan tanpa
kepastiaan peningkatan karier walaupun mereka telah bekerja puluhan tahun
lamanya.Istilah sarariman merujuk hampir secara eksklusif kepada laki-laki.
Sarariman sering bekerja selama 12-14 jam sehari selama seminggu dan
ada juga yang bekerja selama 80 hari berturut-turut dan lebih dari 100 jam selama
berbulan-bulan pada suatu waktu. Pola kerja seperti ini mengakar karena adanya
budaya yang menjunjung tinggi kerja keras dan pengorbanan diri.Selain itu,
ledakan ekonomi pada tahun 1980 mendorong sarariman untuk semakin
produktif.Sehari-hari sarariman hanya tidur selama 4 jam,maka jangan heran
apabila melihat banyaksarariman jepang yang tertidur pulas di kereta saat mereka
dalam perjalanan pulang ke rumah.Aktivitas tersebut diulang terus dari senin
sampai jumat, untuk hari sabtubiasanya pulang lebih awal (kalau ada
lemburmereka juga akan bekerja seperti biasa).

Para awalnyasarariman ini memiliki niat baik, yaitu ingin memajukan
perusahaannya. Ditambah lagi dengan kebudayaan Jepang yang selalu
menekankan disiplin tinggi, mereka berpikiran bahwa dengan bekerja lebih lama
dan lebih keras daripada karyawan lain dan tanpa meminta bayaran apapun, atasan
mereka bisa memberikan posisi yang lebih baik. Tapi kenyataan tidak seperti itu.

17
Universitas Sumatera Utara

,

Setelah perang dunia kedua, Jepang menjadi negara dengan tenaga kerja
murah melimpah. Untuk mempertahankan eksitensinya, para sarariman harus
bekerja lebih keras dan lebih panjang. Untuk menghindarkan konflik perburuhan,
parasarariman di Jepang menerima sistem gaji berdasarkan senioritas. Prestasi
kerja dan loyalitas diukur dari panjangnya jam kerja. Faktor-faktor inilah yang
mendorong sarariman bekerja lebih keras dan panjang, yang menyebabkan
terjadinyaKaroushi.
Dalam sistem bekerja sama dalam kelompok pada masyarakat Jepang,
tempat kerja merupakan satu kesatuan unit keluarga. Kesatuan unit keluarga

sebagai tempat kerja ini dibentuk oleh orang-orang yang sebelumnya tidak
memiliki suatu keterampilan atau keahlian dan mereka bekerja sesuai dengan
tugas

dan

kewajibannya

masing-masing

di

dalam

kelompok

yang

mengikatnya.Tugas dan kewajiban ini dilakukan dengan sikap loyal sebagai
pengetahuan dan pengalamannya.Setiap anggota dalam kelompok dengan

sendirinya mempunyai keinginan yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan
kelompoknya atau mensuksekan kelompoknya.(Hamaguchi, 1994:19).
Menurut Hasegawa (1998:167) mengatakan perusahaan adalah komunitas
seorang pekerja, sedangkan rumah hanyalah sebagai tempat ia tidur. Perusahaan
tidak dianggap semata-mata sebagai satu organisasi dimana seorang terikat
dengannya melalui kontrak, tetapi dianggap sebagai tempat dimana seorang
pekerja merupakan bagian darinya bahkan dianggap sebagai miliknya. Sebagai
contoh, orang Jepang selalu memperkenalkan dirinya kepada orang lain, dengan
terlebih dahulu menyebutkan tempat dimana ia bekerja, bukan posisi dia bekerja.
Seorang pekerja akan berhati-hati terhadap perkataannya dan tidak akan

18
Universitas Sumatera Utara

,

mengatakansesuatu yang dapat memperburuk image perusahaan tempat ia bekerja.
Apabila ia sakit, maka perusahaan akan berusaha untuk menutupi dan tidak
akanmembocorkannya kepada rekan bisnis dari perusahaan lainnya karena hal ini bisa
membuat perusahaan kelihatan buruk. Bila klien mencarinya, maka perusahaan akan

mengatakan bahwa pegawai yang sakit itu sedang keluar atau sedang dalam
perjalanan bisnis .

Tuntutan hidup yang tinggi membuat sararimandi Jepang harus bekerja
dengan keras untuk mencukupi kebutuhannya tersebut.Tetapi bukan semata-mata
hanya untuk memenuhi tuntutan hidup, maka pekerja di Jepang banyak menjadi
menjadi korban karoushi. Masih banyak negara-negara lain yang tingkat
kesejahteraannya jauh berada di bawah Jepang, dan mempunyai tuntutan hidup
yang lebih keras, tetapi fenomena karoushi tidak terjadi di negara tersebut, bahkan
rekor korban karoushi pun hingga saat ini masih dipegang oleh Jepang dan
bahkan menjadi pusat perhatian dunia.
Menurut Chie Nakane (1981:21), masyarakat Jepang adalah masyarakat
yang menonjolkan kelompok kerja sama berdasarkan tempat, maksudnya jika
seseorang telah menjadi anggota suatu kelompok, termasuk di dalamnya
kelompok bekerja (perusahaan) maka orang tersebut akan mendahulukan
kepentingan kelompoknya itu. Chie Nakane juga menyatakan perusahaan bagi
orang Jepang ibarat satu keluarga, pimpinan adalah kepalakeluarga dan bawahan
sebagai anggota keluarga. Perusahaan adalah komunitas seorang pekerja,
sedangkan rumah hanyalah sebagai tempat dimana ia tidur, perusahaan tidak
dianggap semata-mata sebagai satu organisasi dimana seseorang terikat

dengannya

melalui

kontrak,

tetapi

dianggap

sebagai

tempat

dimana

19
Universitas Sumatera Utara

,

sararimanmerupakan bagian darinya bahkan dianggap sebagai miliknya. Sebagai
contoh, orang Jepang selalu memperkenalkan dirinya kepada orang lain dengan
terlebih dahulu menyebutkan tempat dimana ia bekerja, bukan sebagai apa dia
bekerja.
Sebagai satu keluarga, perusahaan tidak hanya memperhatikansarariman
saja, tetapi juga keluarga sarariman tersebut, perusahaan menjamin kesejahteraan
sararimandan keluarganya dengan menyediakan berbagai fasilitas, dan tentu saja
hal ini menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Dengan adanya jaminan ini
sararimanakan mendahulukan kepentingan perusahaan, mereka rela untuk bekerja
ekstra meskipun tidak sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelum
mulai bekerja. Mereka terbiasa untuk bekerja melebihi jam kerja yang telah diatur
oleh undang-undang yang sah. Lagi pula sarariman yang pulang tepat pada
waktunya tanpa lembur akan merasa malu karena seolah-olah itu menunjukkan
kurangnya loyalitas mereka terhadap kelompok (perusahaan) dan ia pun akan
terkucilkan. Bahkan sarariman yang telah bekerja melebihi jam kerja yang telah
disepakati melalui kontrak, bisa tidak memperoleh bayaran sesuai dengan lembur
yang telah dilakukannya.
Merupakanhal yang biasa bagi para sararimanpada perusahaanperusahaan di Jepang untuk bekerja minimal 12 jam sehari. Mereka bahkan lebih
memilih tidur di tempat yang telah disediakan oleh perusahaan daripada memilih
pulang dan tidur di rumah, karena terlalu larut dan melelahkan untuk pulang ke
rumah.
Kebiasaan kerja 12 jam sehari ini tentu saja telah melanggar ketentuan jam
kerja yang telah ditentukan di dalam rodou kijunhou (UU Standar Perburuhan).

20
Universitas Sumatera Utara

,

Kebiasaan kerja 12 jam sehari ini terus berlangsung dan akhirnya secara tidak
tertulis, kebiasaan ini dimaklumi dan diperbolehkan,sampai akhirnya mengganggu
ritme kerja yang normal atau yang seharusnya.Kebiasaan kerja yang seperti ini
mengakibatkan kelelahan yang akhirnya terjadi kerusakan fatal pada pekerja
(sarariman menderita penyakit karena kelelahan bekerja,bahkan sampai
menyebabkan kematian) (http://www.workhealth.org/whatsnew/lpkarosh.html).

2.1.1

Sejarah Perusahaan-Perusahaan Besar

1. Mitsubishi
Tahun 1870 merupakan permulaan dari lahirnya Mitsubishi.Pada tahun ini,
pendirinyaIwasaki Yataro mendirikan perusahaan perkapalan (Tsukumo Shokai)
di Osaka.Perusahaan ini merupakan perusahaan setengah milik pemerintah karena
adanya bantuan dari pemerintah propinsi Tosa.Tetapi dengan dihapuskannya
tanah pinjaman, pendirian perfektur, dan perubahan-perubahan sosial-politik
lainnya dalam beberapa tahun sesudahnya, menyebabkan pemerintah Tosa
menarik diri dari perusahaan, lalu Yataro mengambil alih perusahaan menjadi
swasta. Pada tahun 1873, ia menamakan kembali perusahaan tadi dengan nama
Mitsubishi Shokai (Mitsubishi Trading Co.) dan mengambil alih lambang tiga
berlian itu sebagai merk dagang Mitsubishi (Kunio,1987:38).
Lewat hubungannya dengan para pemimpin Meiji, seperti Okuba
Toshimichi dan Okuma Shigenobu, ia mampu memperoleh bantuan keuangan dan
perlindungan dari pemerintah.Ia mampu menjadi agen perkapalan yang utama

21
Universitas Sumatera Utara

,

untuk pemerintah. Hal ini memungkinkan Mitsubishi untuk menjadi perusahaan
perkapalan terbesar di Jepang.
Pada awal tahun 1880-an, pemerintah pro Mitsubishi jatuh dan Mitsui
serta perusahaan lain yang kesal atas dominasi Mitsubishi dalam bisnis
perkapalan, berhasil membujuk pemerintah yang baru untuk mendirikan
perusahaan perkapalan yang baru sebagai balas keseimbangannya. Akhirnya
karena persaingan antara Mitsui dan Misubishi mengancam industri perkapalan,
kemudian pemerintah memutuskan untuk menggabungkan keduanya dan
mendirikan suatu perusahaaan baru bernama Nippon Yusen Kaisha (NYK)
sebagai suatu perusahaan dari kebijakan nasional pemerintah. Merger ini
membuat Mitsubishi kehilangan monopolinya atas bisnis perkapalan, sehingga
perusahaan ini membangun usaha-usaha lain yang berkaitan dengan perkapalan
seperti perbankan, asuransi laut, galangan kapal, dan reparasi, usaha ini dibawah
satu perusahaan baru bernama Mitsubishi Goshi Kaisha (Mitsubishi & Co).

2. Yamaha
Yamaha didirikan pada tahun 1887, ketika Torakusu Yamaha mendirikan
perusahaan Yamaha Corp Nippon Gakki yang membuat alat musik piano organ,
tidak lama kemudian Yamaha dikenal sebagai pembuat berbagai instrumen musik
terbesar di dunia, Logonya pun dibuat Pada 1 Juni 1955, berdirilah Yamaha Motor
Corp. yang terpisah dari dari Yamaha Corp. namun masih tetep dalam satu grup.
Motor produksi pertama yamahaadalah single cylinder 2 stroke dengan kapasitas
125cc, dimana motor ini plek-plek copy dari DKW 125cc, Pabrikan Inggris BSA
juga dari pabrikan Jerman ini dikenal dengan Bantam, Motor 125cc tersebut

22
Universitas Sumatera Utara

,

dikenal sebagai YA1 alias Atakombo dan dikenal juga sebagai Red DragonFly,
Motor ini lumayan sukses dan laris dipasaran dan diproduksi berikutnya
menggunakan mesin dengan kapasitas 175cc. Produksi motor berikutnya adaah
twin cylinder YDI dibuat pada tahun 1957, sanggup mengeluarkan power 20
BPH, dan memenangkan race Mount Asama di Jepang, produksinya sekitar
15.811 sepeda motor yamaha dan jumlah ini masih dibawah Honda ataupun
Suzuki.
Selanjutnya Yamaha berkembang dengan cukup pesat dan ditahun 1959
keluarlah motor sport Yamaha pertamanya yang dikenal sebagai YDSI, dengan 5
speed gearbox. tahun 1960, produksinya meningkat 6 kali lipat menjadi 138 rebu
motor.Setelah berakhirnya Perang Korea,perekonomian Amerika Serikat begitu
booming dan ini mendorong eksport Jepang khususnya motor ke Amerka
Serikat.Tahun

1962

ekspor

yamaha

ke

US

sebanyak

12

ribu

motorcyclez.Kemudian tahun 1962 sudah mencaoai 12 ribu unit.Demikian pula
untuk tahun1963, kurang lebih sebanyak 36 ribu unit dan puncaknya ditahun
1964, ekspornya mencapai 87 ribu unit. Tahun 1963, Yamaha membuat motor
250cc, twin cylinder dan air cooled. Sejak saat itu, Yamaha lumayan dikenal di
seantero Jepang. Tahun 1965, produksi Yamaha sudah mencapai 244 ribu unit dan
peruntukkannya 50:50, dimana sebagian untuk eksport sedangkan sebagian
lainnya konsumsi dalam negeri.
Yamaha mulai mengembangkan sayapnya dengan membuka pabrik diluar
negara Jepang.Pabrik yamaha di luar Jepang yang pertama kali dibuka adalah di
Thailand di tahun 1966.Pelan tapi pasti Yamaha mulai melewati Suzuki dalam hal
produksi motor, dimana pada tahun 1967 telah mencapai 406 ribu unit

23
Universitas Sumatera Utara

,

motor.Jumlah ini melewati saingan terdekatnya Suzuki dengan selisih sekitar 4
ribu

unit.

Selanjutnya Yamaha mulai mengembangkan untuk pertama kalinya yaitu Yamaha
motor trail. Motor trail pertama menggunakan engine 250cc single cylinder.
Disamping itu Yamaha juga mengembangkan sport car unit 2000cc, 6 cylinder
dan DOHC untuk Toyota Motor, dan ini akan membantu Yamaha dalam
mengembangkan high performance bikers nantinya.

3. Toyota
Toyota Motor Corporation (TMC) adalah sebuah pabrikan mobil yang
berasal dari Jepang, yang berpusat di Toyota Aichi.Saat ini, Toyota merupakan
pabrikan penghasil mobil terbesar di dunia.Toyota Motor Corporation didirikan
pada September1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda. Divisi
mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus1937 untuk
menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini.Toyota Motor Corporation
didirikan pada September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis
Toyoda.
Toyota merupakan pabrikan mobilterbesar di dunia dalam unit sales dan
net sales. Pabrikan terbesar di Jepang ini menghasilkan 8-8,5 juta unit mobil di
seluruh dunia tiap tahunnya.Dibandingkan dengan industri-industri otomotif lain
yang menggunakan nama pendirinya sebagai merek dagang seperti Honda yang
didirikan oleh Soichiro Honda, Daimler-Benz (Gottlieb Daimler dan Karl Benz),
Ford (Henry Ford), nama Toyoda tidaklah dipakai sebagai merek. Karena
berangkat dari pemikiran sederhana dan visi waktu itu, penyebutan Toyoda

24
Universitas Sumatera Utara

,

kurang enak didengar dan tidak akrab dikenal sehingga diplesetkan menjadi
Toyota.
Sakichi Toyoda lahir pada bulan Februari 1867 di Shizuoka, Jepang. Pria
ini dikenal sebagai penemu sejak berusia belasan tahun. Toyoda mengabdikan
hidupnya mempelajari dan mengembangkan perakitan tekstil. Dalam usia 30
tahun Toyoda menyelesaikan mesin tenun. Ini kemudian mengantarnya
mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda Automatic Loom Works,
Ltd. pada November 1926.
Pada tahun 1936 Toyota meluncurkan mobil penumpang pertama mereka,
Toyoda AA Model ini dikembangkan dari prototipe model A1 dan dilengkapi
bodi dan mesin A. Kendaraan ini dari awal diharapkan menjadi mobil rakyat.
Semangat inovasi Kiichiro Toyoda tidak pernah redup. Toyota kemudian
berkembang menjadi penghasil kendaraan tangguh. Di era 1940-an, Toyota sibuk
mengembangkan permodalan termasuk memasukkan perusahaan di lantai bursa di
Tokyo, Osaka dan Nagoya. Pada tahun 1947, penjualan mobil Toyota di dalam
negeri sudah mencapai 100.000 kendaraan.
SetelahPerang Dunia II berakhir, tahun 1950-an merupakan pembuktian
Toyota sebagai penghasil kendaraan serba guna tangguh. Waktu itu kendaraan
Jeep akrab di Jepang. Terinspirasi dari mobil ini, Toyota kemudian
mengembangkan prototipe Land Cruiser yang keluar tahun 1950. Pada tahun yang
sama pula Toyota mendirikan Toyota Motor Sales co., Ltd, anak perusahaan
Toyota Motor Co., Ltd yang menangani penjualan, pemasaran dan distribusi
Toyota. Setahun kemudian meluncurkan secara resmi model awal Land Cruiser
yakni model BJ.

25
Universitas Sumatera Utara

,

Pada tahun 1990-an, Toyota semakin membuktikan bahwa mobil Jepang
dapat bersaing dengan mobil Eropa dan Amerika. Toyota Celica berhasil menjadi
juara rally dunia, dan Toyota Camry menjadi mobil paling laris di Amerika.

4. Mitsui Bussan

Pada tahun 1874, Mitsui yang dikenal sebagai agen perlengkapan pakaian
dan bankir yang berpengaruh, memutuskan untuk memperluas usahanya dan
mendirikan suatu perusahaan perdagangan umum partai besar. Perusahaan yang
bernama Kokusan Kata (National Products Co.) ini beroperasi dari kantor
pusatnya di Tokyo dan Yokohama. Kantor di Tokyo menangani sutera mentah,
beras, sedangkan kantor di Yokohama menangani teh dan sutera mentah, yang
diperdagangkan ke wisma-wisma dagang asing yang terletak disana. Mitsui, yang
bertindak selaku bendaharawan untuk pemerintahan Meiji yang baru, mempunyai
tabungan pemerintah yang bebas bunga di dua puluh tujuh tempat di seluruh
Jepang, yang dapat dipergunakan dalam perdagangan beras.
Setelah perdagangan dengan barat dimulai, pada akhir periode Tokugawa,
Mitsui mendirikan sebuah toko di Yokohama untuk menjual sutera dan teh kepada
pedagang-pedagang asing. Usaha ini diambil alih oleh kantor di Yokohama dari
Kokusan Kata, yang sebagai tambahan, menangani ekspor beras. Ekspor beras
dimasuki sebagian untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan promosi ekspor
dari pemerintah untuk mengurangi defisit perdagangan dan menghentikan arus
devisa keluar, tetapi lebih penting lagi karena ekspor tadi penting untuk bisnis
beras Mitsui secara menyeluruh. Pada tahun 1876 Mitsui mengakuisisi perusahaan
niaga lainnya bernama Senshu Kaisha, dan di mergerkan dengan Kokusan Kata

26
Universitas Sumatera Utara

,

dalam suatu perusahaan baru, Mitsui Bussan. Keputusan ini untuk sebagian
didasarkan pada pertimbangan politik. Okuma Shigenobu, menteri keuangan pada
saat itu, mendesak Mitsui agar bergerak dalam perdagangan langsung.

5. Sumitomo group
Sumitomo Group adalah perusahaan konglomerat selama 400 tahun dan
salah satu bisnis terbesar di seluruh Jepang. Group ini telah berkembang dalam
berbagai bidang logam, permesinan dan kimia dan sangat besar pengaruhnya serta
dukungannya untuk industri modern di Jepang.
Sebagai salah satu inti dari Grup Sumitomo, Sumitomo Heavy Industries
membaur

menjadi bisnis tingkat tinggi di Jepang. Dengan mengembangkan

teknologi yang mutakhir dan menciptakan berbagai macam variasi dalam mesin
dan peralatan yang tergabung dalam infrastruktur, kapal, pabrik, elektronik dan
peralatan industri lain.

Sejarah Sumitomo

1955 Mendirikan perusahaan Modern Machinery Co., Ltd. dan mulai
memproduksi Blown Film di Pabrik Kawasaki
1969 Memulai produksi mesin casting film dan benang pita
1975 Memulai produksi mesin coating extrusi
1978 Memulai produksi Extruder performa tinggi Delser Series
1980 Membangun laboratorium riset dan membuka kantor pemasaran di Osaka
1989 Memulai produksi mesin blown film bekerja penuh secara otomatis tanpa

27
Universitas Sumatera Utara

,

pekerja
1997 Memulai produksi FLEX ROLL dalam pembuatan film PP transparan
1999 Menggunakan mesin Multi In One dengan kecepatan tinggi casting,
molding laminasi untuk kebutuhan tes internal
2000 Mengganti nama perusahaan menjadi SHI Modern Machinery, Ltd.
2002 Meluncurkan DMA automatic pengaturan ketebalan film dengan air ring
2003 RMengganti nama perusahaan menjadi Sumitomo Heavy Industries
Modern, Ltd.
Penggabungan dan integrasi kerja dari Film Processing Group dan
Plastics Machinery Division of Sumitomo Heavy Industries, Ltd.
Membuka kantor perwakilan di Shanghai
2008 Membuka pabrik di Futtsu, Chiba
2011 Membuka kantor Cina (Shanghai) and kantor Indonesia (Jakarta)
2014 Membuka kantor Thailand (Bangkok)

2.1.2

Etika Kerja di Perusahaan Jepang
Mayoritas perusahaan di Jepang menerapkan jam kerja mulai dari jam

08.00-17.00. Namun belakangan ini makin marak perusahaan yang menerapkan
jam kerjafleksibel. Ini adalah sistem dimana karyawan punya kebebasan pada
batas tertentu untuk menetapkan waktu kerja mereka sendiri.Sistem waktu
fleksibel ini menjadi populer karena karyawan dapat menghindari jam-jam pulang
pergi yang paling sibuk dan dapat bekerja sesuai dengan pola kehidupan mereka.
Dari sisi lain, memang benar banyak orang yang merasa tidak enak untuk pulang

28
Universitas Sumatera Utara

,

kantor lebih dulu dibandingkan rekan-rekan atau para bos, meskipun pekerjaan
mereka hari itu sudah selesai.
Perusahaan-perusahaan di Jepang sering menggelar pesta untuk para
karyawannya. Yang paling umum antara lain adalah pesta untuk karyawan baru,
pesta perpisahan saat ada pergantian karyawan, dan pesta akhir tahun sebagai
bentuk terima kasih atas hasil kerja dan dukungan selama setahun terakhir.
Diantara rekan sekerja juga merupakan hal biasa untuk makan malam bersama
seusai kerja, sambil minum minuman beralkohol atau teh.
Suatu pekerjaan bagi pekerja di Jepang tidak hanya merupakan
persetujuan dalam kontrak untuk mendapat bayaran, mereka terkadang melakukan
lembur yang tidak mendapat bayaran dari perusahaan. Keadaan ini terjadi karena
pekerja seringkali melaporkan jam lembur mereka lebih sedikit daripada yang
sebenarnya, mereka seolah-olah menganggap jika menyebutkan jam lembur yang
sebenarnya, karena dengan begitu kredibilitas kerjanya akan dipertanyakan.
Bentuk loyalitas ini terwujud dalam etika kerja bangsa Jepang yaitu
pekerja keras yang lebih mengutamakan kepentingan perusahaannya di atas
kepentingan pribadinya. Frekuensi jam kerja yang sangat tinggi merupakan
dampak dari rasa loyalitas terhadap perusahaan guna kemajuan perusahaannya,
para pekerja bisa bekerja mencapai 16 jam dalam sehari yang terus berlangsung
secara berkesinambungan, hal ini menimbulkan dampak negatif yaitu stres karena
kelelahan atas kerja yang berlebihan sehingga menimbulkan penyakit yang
berujung kepada kematian pekerja itu sendiri (karoushi).

29
Universitas Sumatera Utara

,

2.2

Karoushi di Jepang

2.2.1

Pengertian Karoushi
Negara Jepang sejak berabad-abad yang lalu telah memiliki budaya kerja

keras yang sangat tinggi.Maka dari itu, bangsa Jepang selalu memberikan yang
terbaik untuk pekerjaannya tanpa memperdulikan diri sendiri, terlebih pada
kondisi dirinya.Budaya ini makin diperkuat setelah kekalahan dalam perang dunia
kedua.Setelah perang dunia kedua, Jepang menjadi negara dengan tenaga kerja
murah melimpah.Untuk mempertahankan eksitensinya, para pekerja harus bekerja
lebih keras dan lebih panjang.Untuk menghindarkan konflik perburuhan, para
pekerja di Jepang menerima sistem gaji berdasarkan senioritas. Prestasi kerja dan
loyalitas diukur dari panjangnya jam kerja. Faktor-faktor inilah yang mendorong
pekerja bekerja lebih keras dan panjang, yang menyebabkan terjadinyaKaroushi.
Karoushiditulis dengan kanji (過労死) berasal dari tiga kata yaitu Ka(過)
yang artinyalebih, Rou (労) yang artinya bekerja dan Shi (死) yangartinya mati.
Jadi dapat disimpulkanKaroushi(過労死) adalah mati akibat bekerja berlebihan.
Karoushi merupakan bekerja dengan tekananpekerjaan yang besar dengan jam
kerjayang berlebih dari jam kerja yangsudah ditetapkan serta jam lembur dan
shiftkerja

yang

panjang

dansedikitnya

hari

libur

atau

istirahat

sehinggamengakibatkan kematian, disertaijuga dengan beban mental dan penyakit
fisik.
Secara harafiah karoushi mempunyai arti kematian yang disebabkan karena
terlalu banyak bekerja.Karoushi adalah istilah sosio-medis yang digunakan terutama
pada aplikasi untukkompensasi pekerja, terutama dalam kasus-kasus penyakit cardio-

30
Universitas Sumatera Utara

,

vascular disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan dan stres kerja. Dr Tetsunojo
Uehata, yang menciptakan kata karoushi, telah mendefinisikan sebagai "sebuah cacat
tetap atau kematian yang disebabkan oleh memburuknya tekanan darah tinggi atau
arteriosklerosis

menyebabkan

penyakit

pembuluh

darah

di

otak,

seperti

pendarahanotak, perdarahan dan otak subarachnoidal miokard, dan gagal jantung akut
dan mycardial miokard yang disebabkan oleh kondisi seperti penyakit jantung
iskemik” (Uehata, 1990:98).

Jadi Karoushi merupakan budaya dalam masyarakat Jepang yang berarti
kematian seseorang karena kelelahan yang disebabkan oleh penyakit fisik
maupunmental yang dipicu oleh kerja berlebihan yang ditandai dengan frekuensi
jam kerja yang terlalu tinggi. Dari pengertian di atas, muculnya permasalahan
karoushi disebabkan oleh frekuensi jam kerja yang tinggi. Seperti dikatakan oleh
Murphy, (2001:37), “Kematian yang dikategorikan ke dalam karoushi selalu
berhubungan dengan frekuensi jam kerja yang tinggi, shift kerja, dan jadwal yang
tidak teratur”.

2.2.2

Sejarah karoushi
Fenomena Karoushi di Jepang bukan sesuatu hal yang baru dan masih

sering terjadi.Biasanya fenomena karoushiterjadi pada pekerja kantoran yang
umumnya laki-laki yang berusia 25-45 tahun.Fenomena ini sangat jarang terjadi
pada perempuan Jepang,karena jam kerja laki-laki lebih banyak daripada jam
kerja perempuan. Pekerja perempuan di Jepang, untuk sebagian besarbekerja
hanya paruh waktu.
Wanita memiliki jam kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah

31
Universitas Sumatera Utara

,

pekerja laki-laki. Biasanya perempuan hanya mengambil jam kerja paruh waktu
atau part time, karena mereka masih harus mengurus anak dan rumah. Sehingga
korban karoushi lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Sedangkan untuk
pekerja pria kebanyakan mereka bekerja full time dan memiliki lebih banyak
pekerjaan dan beban di dalam perusahaan karena ketika melihat jenis kelamin dan
kelompok usia, persentase bekerja berjam-jam meningkat, terutama pada pria, hal
ini terjadi karena adanya peningkatan variasi dalam jam kerja dan jenis pekerjaan.
Jenis pekerjaan mereka sangat berpengaruh sekali terhadap jam kerja sehingga
membuat para pekerja di Jepang harus bekerja melebihi batas jamkerja normal
dan menimbulkan fenomena karoushi, hubungan kekerabatan dan kebersamaan
diantara satu pekerja dengan pekerja lainnya juga sangat baik sehingga membuat
mereka rela berlama-lama bekerja demi kemajuan perusahaannya. Dari tahun ke
tahun jumlah korban karoushi terus mengalami peningkatan. Ini dikarenakan
jumlah jam kerja yang terlalu tinggi,
Perdebatan mengenai kematian akibat kerja berlebihan sudah mencuat di
Jepang sejak tahun 1970-an. Kasus resmi pertama Karoushi dilaporkan tahun
1969, berupa kematian seorang pekerja laki-laki-laki berumur 29 tahun.Saat itu,
kematian pekerja akibat kelebihan kerja, menjadi materi penelitian ilmiah yang
menarik.Penelitian selama tiga dekade menunjukkan, kematian pekerja akibat
kelebihan

kerja,

terutama

disebabkan

oleh

serangan

jantung

atau

stroke.Pemicunya, stress karena kerja yang berlebihan.
Orang Jepang menghabiskan waktu sekitar 2.152 jam dalam setahun untuk
bekerja. Angka itu lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata jam kerja dari
orang Amerika yang mencapai 1.898 jam setahun namun di atas dari jumlah rata-

32
Universitas Sumatera Utara

,

rata jam kerja orang Jerman 1.613. Tapi angka statistik tersebut bisa salah
terutama belum melibatkan jam lembur yang tidak dibayar, yang banyak
dilakukan oleh oleh pekerja Jepang.
Gambar 2.1 Tabel Frekwensi Jam Kerja di Jepang dengan NegaraNegara lain

Negara
Jepang
Amerika
Uk
French
Germany

1988
2,152
1,898
1,938
1,657
1,613

1991
2,139
1,847
1,835
1,619
1,499

1992
2,107
1,957
1,911
1,682
1,567

1997
1,942
2,005
1,934
1,677
1,517

1999
1,942
1,991
1,942

Sumber: Kawanishi, 2005:72

Menurut analisis pada tahun 1988 perbedaan jam kerja antara Jepang
dengan pekerja Amerika sekitar 200 jam dan 500 jam untuk Jerman dan Perancis.
Perbedaan jam kerja selama beberapa jam dalam seminggu tidak terlalu terlihat
perbedaannya, perbedaan antara Jepang dan Amerika Serikat sebesar 5,6 jam
seminggu, berarti perbedaan tahunan 291 jam per pekerja. Ini berarti bahwa setiap
tahun para pekerja Jepang bekerja empat sampai enam minggu lebih dari negaranegara lainnya.Para pekerja di Jepang secara tradisional maupun struktural
memang bekerja lebih panjang, dibanding rekannya di Amerika Serikat, Perancis
atau Jerman.
Para pekerja Jepang selalu didorong untuk meningkatkan pendapatan
dengan

bekerjalembur.Hubungan

kerja industrialnya juga

terpusat

pada

perusahaan. Selain itu gaya manajemen kepegawaian di Jepang juga amat kaku.
Sebagian perusahaan tidak memaksa pegawai bekerja lebih panjang, akan

33
Universitas Sumatera Utara

,

tetapipegawai secara sukarela melakukanya demi prestasi. Perusahaan menjadi lebih
penting dari keluarga.

Teknologi dan industrialisasi yang pesat juga menciptakan suatu perubahan
penting dalam sifat ancaman dan stres itu sendiri.Dalam laporan Buruh Dunia ILO
tahun 1993 mengatakan, bahwa para pekerja Jepang menderita stres berat yang
terkait dengan jam kerja yang panjang, yang menyebabkan karoushi (kematian
karena terlalu banyak bekerja.

Gambar 3.2 Grafik Jumlah Korban Karoushi

Sumber :hotline karoushi, 2000

Dari grafik karoushi di atas, pada tahun 1949 sampai tahun 1953 untuk
korban karoushi perempuan, mengalami peningkatan sebesar 1000 korban dari
5000 korban menjadi 6000 korban. Tahun berikutnya juga mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu pada tahun 1957 mencapai 9000 korban.Lalu
megalami penurunan sedikit demi sedikit sampai tahun 1969, setelah itu pada
tahun 1973 mulai mengalami peningkatan tetapi tidak terlalu tinggi.Pada tahun

34
Universitas Sumatera Utara

,

1973 sampai tahun 1977 tidak terlalu banyak mengalami peningkatan dan juga
penurunan jumlah korban karoushi.Sampai pada tahun 1997 mengalami
peningkatan hingga mencapai 10.000 ribu korban.Bila dibandingkan dengan
pekerja laki-laki sangat jauh perbedaannya. Pada grafik pekerja laki-laki setiap
tahunnya mengalami peningkatan, walaupun pada tahun 1957 sampai pada tahun
1969 mengalami penurunan yang cukup drastis. Jumlah korban karoushi yang
mengalami peningkatan yang cukup drastis yaitu dari tahun1973 sampai tahun
1985 hingga mencapai 16.000 ribu jiwa. Kemudian mengalami penurunan lagi
dari tahun 1989 sampai 1993 hingga 13.000 ribu jiwa, dan mengalami
peningkatan hingga mencapai 23.000 ribu jiwa.
Jumlah rata-rata jam lembur di Jepang bisa mencapai 30-40 jam per
bulannya. Bahkan pada perusahaan-perusahaan yang persaingannya sangat ketat
seperti perusahaan-perusahaan elektronik, jam lembur per bulannya bisa mencapai
100-150 jam. (Higashii,1990:90). Lembur ini dapat mencapai hingga 100 jam per
bulan untuk pejabat bank. Menurut survei resmi lain melalui wawancara pada para
pekerja oleh Badan Koordinasi Pengelolaan dan Pemerintah, diketahui rata-rata
jam kerja per tahun lebih dari 2.400 jam. Dari angka ini kita dapat memperkirakan
bahwa jumlah jam rata-rata pekerja lembur adalah sekitar 350 jam per tahun.
Apabila seseorangingin mempekerjakan karyawannya lebih dari jam kerja
yang telah ditentukan oleh undang-undang mengenai lembur, maka perusahaan
harus membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan serikat buruh di dalam
perusahaan itu, atau setidak-tidaknya perusahaan harus membuat kesepakatan jam
kerja dengan orang yang dianggap dapat mewakili lebih dari separuh jumlah
pekerja. Lalu kesepakatan ini harus dilaporkan dan disetujui oleh kepala

35
Universitas Sumatera Utara

,

pengawas pelaksanaan Undang-Undang Standar Perburuhan. Peraturan mengenai
jam kerja lembur harus disepakati melalui perjanjian sarikat buruh dengan
perusahaan, tetapi para pekerja hampir tidak bisa berbuat apa-apa karena adanya
pemutusan hubungan kerja dan tersisihkan dari kelompok. Mereka terpaksa atau
secara sukarela harus bekerja lebih lama, baik untuk menunjukan prestasi atau
meraih pendapatan lebih tinggi.Ironisnya, dalam masa resesi seperti saat ini, para
pekerja yang berisiko tinggi terserang Karoushi, harus bekerja lebih keras
lagi.Karyawan pabrik atau perusahaan yang terancam bangkrut, seringkali kerja
lembur tanpa dibayar, demi menyelamatkan tempat kerjanya.
Statistik resmi ini, belum menunjukkan tingginya frekuensi jam kerja yang
berlaku di Jepang, hal-hal tersebut dikarenakan, statistik ini berasal dari rata-rata
perusahaan dengan lebih dari lima karyawan, karena besar dan kecil mengenai
kesenjangan antara perusahaan dan pekerja sangat signifikan. Di Jepang banyak
perusahaan-perusahaan

kecil

dengan

pekerja

kurang

dari

tiga

puluh

karyawan.Bahkan orang-orang yang bekerja untuk perusahaan kecil terdiri dari
60% pekerja.Para pekerja ini sering bekerja lebih lama daripada pekerja di
perusahaan besar yang memiliki banyak pekerja. Karena banyak perusahaan
bisnis kecil tidak dapat beroperasi selama lima hari kerja dalam seminggu,
perusahaan-perusahaan kecil harus buka bahkan pada hari libur.
Diperkirakan, satu dari tiga pekerja laki-laki yang berusia 30-40 tahun
telah menghabiskan waktu hingga 60 jam dalam seminggu. Separuh dari jumlah
pekerja itu, tidak mendapatkan uang lembur alias tidak dibayar.Nasib pekerja
pabrik lebih parah.Mereka datang ke tempat kerja lebih awal dan pulang paling
akhir.Juga tanpa upah tambahan atau ganti rugi, termasuk ketika mereka harus

36
Universitas Sumatera Utara

,

mengikuti pelatihan pada akhir pekan.
Banyak perusahaan di Jepang selama dua puluh tahun terakhir telah
menerapkan sebuah sistem kerja baru dengan menempatkan pekerja paruh waktu
untuk menggantikan pekerja tetap.Para staf regular itu tetap dipertahankan dengan
kewajiban bekerja lembur dan secara perlahan posisi mereka dibuat tidak
tetap.Faktor budaya turut menguatkan kecenderungan ini.Kerja keras merupakan
perilaku yang terhormat di Jepang dan pengorbanan untuk orang banyak dianggap
lebih berharga daripada pengorbanan untuk pribadi Jepang (Mathari, 2007).
Para pekerja dituntut untuk bekerja keras agar mendapatkan penilaian
prestasi kerja termasuk dengan bekerja di luar jam kantor. Tetapi mereka sama
sekali tidak mendapatkan upah lembur. Jam kerja yang berlebihan mengakibatkan
peningkatan stress yang akan berdampak pada penurunan daya tahan tubuh.
Sehingga pekerja yang memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah yang dapat
mengganggu kinerjanya.
Walaupun beberapa peneliti mengatakan bahwa tingginya jumlah jam
kerja di Jepang salah satunya dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi Jepang pada
saat itu, namun jam kerja Jepang dalam kondisi kapan pun cukup tinggi bahkan
paling tinggi bila dibandingkan dengan Negara-negara maju lainnya di dunia.

2.2.3

Proses Terjadi dan Contoh Kasus Karoushi
Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja, dengan

mempertimbangkan

rata-ratanya

secara

keseluruhan,

karyawan

yang

merasakanbahwa kehidupan ini adalah paling berharga pada saat mereka sedang

37
Universitas Sumatera Utara

,

mencurahkan perhatian kepada pekerjaan mereka dan pada saat mereka
memperoleh pengakuan dari orang-orang lain karena pekerjaannya itu
berjumlahsampai 37 %, mereka beranggapan bahwa kemampuan mereka
terungkap dalam pekerjaan mereka, tanpa memandang besarnya perusahaan
tempat mereka bekerja dan apakah mereka itu adalah buruh kasar atau pegawai
(Fukutake, 1988:120).
Pada umumnya para pekerja di Jepang mulai bekerja sejak pukul 08:00
pagi dan pulang pada pukul 17:00 sore, namun sebagian pegawai di Jepang lebih
senang melanjutkan sisa pekerjaannya (zangyo) di kantor, kadang-kadang mereka
bekerja hingga larut malam dan bahkan tidur di tempat mereka bekerja.
Haltersebut menyebabkan terjadinya 過 労 死 karoushi (kematian pekerja
yangdisebabkan oleh stress dan kelelahan akibat kerja yang berlebihan) dan
karōshi ini membuktikan bahwa frekuensi jam kerja di Jepang masih sangat tinggi
dan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kematian yang dikategorikan
dengan karōshi selalu berhubungan dengan jam kerja yang tinggi, shift kerja dan
jadwal kerja yang tidak teratur yang kebanyakan mereka telah bekerja lebih dari
3000 jam per tahunnya sampai akhirnya kelelahan dan meninggal dunia.
Menurut ILO (1993:65-67) jam kerja yang panjang pasti membawa
korban. Seorang psikiater pada tahun 1992 melaporkan, bahwa jumlah pasien
yang konsultasi kepadanya untuk masalah stres sudah empat kali lipat lebih dari
sepuluh tahun sebelumnya. Menurut Uehata (2001:20) (yang menciptakan istilah
karoushi), fenomena karoushi pertama kali muncul pada tahun 1949-an. Dan
masalah karoushi terbesar timbul pada akhir tahun 1970-an ketika perusahaan-

38
Universitas Sumatera Utara

,

perusahaan Jepang memotong gaji mereka dalam menanggapi oil crisis (krisis
minyak) dan terjadi peningkatan beban kepada kayawan.
Karoushi adalah kematian seseorang yang disebabkan oleh penyakit fisik
maupunmental yang dipicu oleh kerja berlebihan yang ditandai dengan frekuensi
jam kerja yang terlalu tinggi. Kasus resmiKaroushi yang sempat menghebohkan
masyarakat dilaporkan tahun 1969, berupa kematian seorang pekerja laki-laki-laki
berumur 29 tahun. Saat itu, kematian pekerja akibat kelebihan kerja, menjadi
materi

penelitian

ilmiah

yang

menarik.Penelitian

selama

tiga

dekade

menunjukkan, kematian pekerja akibat kelebihan kerja, terutama disebabkan oleh
serangan jantung atau stroke.Pemicunya, stress karena kerja yang berlebihan.
Pada tahun 2001, komisi ISTC (Industrial Safety Training Council)
menemukan bukti yang kuat bahwa aspek psikososial dalam bekerja seperti
lamanya waktu kerja, beban kerja yang berat, ketidakmampuan dalam
penyelesaian tugas, ketidakmampuan dalam hubungan sosial, kurangnya
kesempatan dalam peningkatan karir berpengaruh terhadap kesehatan mental dan
fisik pekerja. Stress menyebabkan gangguan pada sistem otot dan sirkulasi, serta
meningkatkan resiko penyumbatan darah pada jantung. Hal tersebut berpengaruh
besar terhadap suplai darah ke otak. Stress yang timbul dari akibat bekerja secar
berlebihan atau melampaui jam kerja yang seharusnya selain dapat menurunkan
daya tahan tubuh pekerja dan produktivitas kerjanya, mengakibatkan kerugian di
pihak perusahaan, karena ada biaya yang harus perusahaan bayar sebagai akibat
dari penurunan produktivitas kinerja pekerjanya.

39
Universitas Sumatera Utara

,

Kerja lembur yang terus menerus dilakukan mengakibatkan para pekerja
kelelahan, stres dan timbul berbagai macam penyakit hingga akhirnya berujung pada
kematian pekerja itu sendiri (karoushi).

Suatu pekerjaan bagi pekerja di Jepang tidak hanya merupakan
persetujuan dalam kontrak untuk mendapat bayaran, mereka terkadang melakukan
lembur yang tidak mendapat bayaran dari perusahaan (saabisu zangyo). Keadaan
ini terjadi karena pekerja seringkali melaporkan jam lembur mereka lebih sedikit
daripada

yang

sebenarnya,

mereka

seolah-olah

menganggap

tabu

jika

menyebutkan jam lembur yang sebenarnya, karena dengan begitu kredibilitas
kerjanya akan dipertanyakan.
Bentuk loyalitas ini terwujud dalam etos kerja bangsa Jepang yang pekerja
keras yang lebih mengutamakan kepentingan perusahaannya di atas kepentingan
pribadinya. Frekuensi jam kerja yang sangat tinggi merupakan dampak dari rasa
loyalitas terhadap perusahaan guna kemajuan perusahaannya, para pekerja bisa
bekerja mencapai 16 jam dalam sehari yang terus berlangsung secara
berkesinambungan, hal ini menimbulkan dampak negatif yaitu stres karena
kelelahan atas kerja yang berlebihan sehingga menimbulkan penyakit yang
berujung kepada kematian pekerja itu sendiri (karoushi).
Kasus karoushi banyak terjadi pada pekerja di Jepang karena frekuensi jam
kerja yang sangat tinggi sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap perusahaannya.
Berikut ini contoh-contoh kasus karoushi yangpernah terjadi di Jepang baik oleh
pekerja perusahaan maupun pejabat pemerintahan :

40
Universitas Sumatera Utara

,

1. Keizo Obuchi
Keizo Obuchi merupakan perdana menteri Jepang, ia tiba-tiba masuk
rumah sakit karena serangan stroke hingga akhirnya meninggal dunia, sehingga
masalah karoushi menjadi fokus pembicaraaan dunia. Penyebab kematiannya
diakibatkan karena Obuchi terlalu memaksakan diri untuk kerja terlalu keras. Di
laporkan bahwa sebelum terkena serangan stroke, ia mengalami hari-hari yang
sangat sibuk berkenaan dengan meletusnya gunung berapi di Hokkaido, Jepang
bagian utara. Kematiannya mengingatkan dunia tentang dampak buruk yang
terjadi karena terlalu banyak bekerja, suatu kebiasaan yang seolah-olah telah
mendarah daging pada orang Jepang sebagai etos kerja.
Yoshihiro Mori, penerusnya pun diberitakan mewarisi pekerjaannya
selama 18 jam sehari, yang dijadwalkan berdasarkan menit, bukan jam. Tomi
Murayama, perdana menteri Jepang pada pertengahan tahun 90-an juga mengakui
bahwa ia tidak pernah dibiarkan sendiri kecuali pada saat di kamar mandi dan
hanya tidur 4 atau 5 jam sehari.

2. Ichiro Oshima
Ada juga fenomena yang berhubungan dengan karoushi yaitu karojisatsu
(bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang akibat tekanan mental yang disebabkan
oleh pekerjaan yang harus dilakukan yang berlebihan).Kasus ini terjadi pada
pegawai Dentsu Corporation, perusahaan iklan raksasa yang menguasai
25%pangsa pasar di Jepang.Pegawainya Ichiro Oshima 24 tahun, memutuskan
untuk bunuh diri dalam kamar mandi setelah menyelesaikan program promosi
radio yang dibebankan kepadanya. Dilaporkan, sejak bergabung dengan

41
Universitas Sumatera Utara

,

perusahaan ini, ia harus menyelesaikan jadwal promosi radio untuk 40 klien dan
untuk menyelesaikannya ia terpaksa pulang jam 2 pagi. Ini terjadi 4 kali dalam
sebulan.Setahun berikutnya, frekuensi jam kerja yang dilakukannya terus
meningkat.Seringkali ia masih berada di kantor sampai jam 6 pagi dan hanya tidur
antara 0 menit sampai 2 jam saja. Begitu lelahnya, ia juga sampai harus
memasang 3 buah alarm agar bisa terbangun dan mulai bekerja lagi.

3. Kenichi Uchino
Kenichi Uchino menduduki jabatan sebagai quality control atau berada di
level menengah dalam jajaran menajemen Toyota Motor Corporation. Bekerja
sebagai quality control di Toyota memang cukup berat, setiap setelah jam kantor
ada sesi quality control yang bersifat volunter, yang cukup menentukan kecepatan
promosi seseorang sehingga bagi sebagian karyawan sulit untuk dilewatkan.
Kenichi Uchino bekerja melebihi waktu normal, hingga akhirnya meninggal pada
jam 4 pagi karena kelelahan bekerja pada Februari 2002 lalu, Ia meninggal di usia
30 tahun. Kenichi Uchino bekerja dengan waktu tambahan 80 jam dalam waktu 6
bulan berturut-turut. Saat meninggal, waktu overwork-nya mencapai 114
jam.Sebagai manajer pengendali mutu, tanggung jawab Uchino memang tidak
kecil. Dia antara lain bertanggungjawab untuk memberikan pelatihan kepada
pekerja, menghadiri pertemuan-pertemuan dan menulis laporan bagian produksi.
Namun perusahaan Toyota memperlakukan semua waktu secarafakultatif dan
tidak ada uang lembur bagi karyawan yang bekerja melampaui jam kantor. Kerja
lembur yang dilakukan Uchino itu dianggap sebagai bagian dari tanggung jawab
pekerjaan yang harus dilakukannya.

42
Universitas Sumatera Utara