Posisi Auditing dalam Lembaga Pendidikan
Sulanam, M.Pd.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Tahun 2017
Posisi Auditing dalam Lembaga Pendidikan 1
Sulanam 2 Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sulanam@uinsby.ac.id
Mendiskusikan posisi auditing bagi lembaga pendidikan, tentu tidak bisa dilepaskan dari diskusi tentang mutu, penjaminan mutu, dan pengendalian mutu pendidikan. Kenapa demikian? Audit erat kaitannya dengan kegiatan komparasi antara standar yang ditetapkan dengan fakta yang terjadi di lapangan. Standar- standar tersebut merupakan acuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan. Biasanya pemerintah telah menentapkan sejumlah standar yang harus dicapai, dan pada giliran berikutnya lembaga pendidikan dapat menetapkan standar sesuai dan atau melampaui standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Lembaga pendidikan tidak diperkenankan menetapkan standar, kurang dari standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara nasional.
Standar ini kemudian dikenal sebagai baku mutu pendidikan, yang keberadaannya harus diikuti dan atau didetailkan lebih banyak lagi (secara kuantitas) dan lebih dalam atau tinggi lagi (secara kualitas). Mutu standar ini disusun sedemikian rupa dan dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan. Secara internal lembaga pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menterjemahkan secara baik dan melampaui dari apa yang telah ditetapkan secara nasional oleh pemerintah. Ketetapan-ketetapan terstandar yang disusun oleh
1 Makalah ini merupakan bab dari rencana modul matakuliah Auditing pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, disusun sebagai bahan presentasi pada forum “Peer Teaching
Calon Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya” pada 16 Mei 2017 di Ruang Rapat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya.
2 Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dra. Mukhlishah AM, M.Pd dan Ali Mustofa, M.Pd atas masukan awal dalam penyusunan peta ide keseluruhan modul Auditing. Terimakasih juga
kepada Dr Phil. Khoirun Niam atas masukannya pada bagian landasan hukum dan kebijakan auditing pendidikan di Indonesia. Terimakasih kepada Dr. Nur Fitriyatin Yamin, Dr. H. Ibnu Ansori, Dr. H. Moh. Thohir, dan Dr. Asep Saepul Hamdani atas waktu yang diluangkan bagi penulis di sela rapat mingguan kantor LPM. Terimakasih juga penulis sampaikan pada Faradillah Sulaiman, SE, Kantor Satuan Pemeriksa Intern atas berbagai bahan dan referensi auditing.
penyelenggara pendidikan ini selanjutnya dijamin dengan cara menyusun standar- standar mutu, dan dikendalikan dengan cara dikontrol secara ketat agar mutu standar dapat dicapai.
Tulisan ini bertujuan memberi konteks posisi auditing bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk memahami posisi auditing, perlu kiranya disajikan terlebih dahulu pembahasan mengenai penjaminan mutu. Pembahasan mengenai penjaminan mutu ini tidak lain bahwa auditing merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan penjaminan mutu. Audit merupakan bagian dari fungsi
penjaminan mutu. 3 Audit merupakan hal yang penting karena digunakan untuk mengkomparasikan fakta lapangan dengan standar yang ditetapkan. Selain itu,
hasil audit juga berguna sebagai laporan kepada pihak manajemen dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan.
A. Penjaminan dan Pengendalian Mutu Pendidikan
Seiring dengan perkembangan zaman, diskusi tentang mutu pendidikan semakin intensif mengemuka. Hal ini dilandasi oleh semangat untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan, pengguna, ataupun pemakai jasa pendidikan, baik yang secara langsung maupun tidak langsung.
Bermutu adalah terpenuhinya kebutuhan pelanggan, 4 tak terkecuali lembaga pendidikan. Baik pendidikan dasar menengah maupun pendidikan tinggi,
memiliki tanggungjawab yang sama dalam memberikan layanan yang terbaik bagi penggunanya (siswa, mahasiswa). Meski keberadaan lembaga pendidikan yang notabene adalah penyedia layanan jasa non profit, tanggungjawab terhadap mutu yang baik mutlak diperhatikan guna menghasilkan layanan paripurna bagi penggunanya. Dalam diskursus kekinian lembaga pendidikan kemudian menggunakan konsep manajemen mutu, yang telah lebih dahulu digunakan oleh dunia perusahaan.
3 Ibid.
4 J.P. Russell, ed., The ASQ Auditing Handbook; Principles, Implementation, and Use, 3rd ed. (Wisconsin: ASQ Quality Press, 2005)., 2.
Dalam sistem manajemen mutu, terdapat dua aspek mutu yang saling berkaitan yakni antara penjaminan mutu (quality assurance) dengan
pengendalian mutu (quality control). 5 Penjaminan mutu atau biasa dikenal dengan quality assurance berorientasi pada proses. Artinya, proses yang
berlangsung diharapkan sesuai dengan standar yang ditentukan, sehingga diperoleh jaminan (perlindungan) bahwa pelanggan terhindar dari kemungkinan terjadinya kerugian/cacat mengenai suatu produk atau
pelayanan/jasa (pendidikan). 6 Sedangkan pengendalian mutu atau quality control merupakan konsep yang berorientasi pada output. Pengendalian mutu
merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas unsur output dilihat dari standar yang ditetapkan. pengendalian mutu berfungsi sebagai validasi (alat ukur yang tepat) untuk menetapkan rentang kemajuan
suatu lembaga dalam mencapai tingkat kematangan atau kemandiriannya. 7 Pengendalian mutu merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan
bahwa suatu output dapat memenuhi tujuan dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya yang diwujudkan dengan mengunakan pedoman atau
standar yang telah ditetapkan. 8 Penjaminan mutu berfokus memastikan ketercapaian standar mutu,
memastikan bahwa syarat-syarat terjadinya sebuah kualitas unggul akan dapat tercapai dengan baik. 9 Sedangkan pengendalian mutu berfokus pada proses
pemenuhan standar mutu, berfokus pada pemenuhan syarat-syarat kualitas yang baik.
5 Ibid., 3. 6 “Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah Dasar,” accessed May 3, 2017, http://file.upi.edu/Direk-
tori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195908141985031- JOHAR_PERMANA/Manaj_Mutu_Terpadu.pdf.
7 Ibid.
8 Lukito Fauji, Made Sudarma, and M Achsin, “Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) Dalam Meningkatkan Kualitas Audit,” Jurnal Akuntansi Multiparadigma 6, no. 1 (2015): 38–53.
9 Russell, The ASQ Auditing Handbook; Principles, Implementation, and Use., 3.
B. Aspek Yuridis Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia
Dalam konteks perguruan tinggi, mutu perguruan tinggi dapat dinyatakan sebagai kesesuaian antara penyelenggaraan perguruan tinggi dengan Standar Nasional Pendidikan, maupun standar yang ditetapkan oleh
perguruan tinggi sendiri berdasarkan visi dan kebutuhan dari stakeholders. 10 Pendidikan tinggi yang bermutu diharapkan dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang memiliki daya saing tinggi, yang setara bahkan lebih baik dari standar kualitas yang telah ditetapkan dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat sesuai kemampuannya untuk mengembangkan potensi diri sendiri dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk urusan ini, pemerintah juga turut ambil bagian dalam memberikan standar-standar yang tersistem sebagai payung penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Beberapa payung hukum berkaitan dengan mutu, peningkatan mutu, penjaminan mutu, dan pengendalian mutu pendidikan— utamanya yang berkaitan dengan pendidikan tinggi—secara terurut dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
Dalam Undang-undang ini disebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan penjaminan mutu sebagai berikut:
a. Pasal 1 ayat 21 menyebutkan: Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan
10 Apriansyah Putra, “Sistem Audit Mutu Akademik Internal Berbasis Web Pada Universitas Sriwijaya,” in Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer, 2014.
b. Pasal 4 ayat 6 menyebutkan: Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
c. Pasal 11 ayat 1 menyebutkan: Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi
d. Pasal 35 ayat 3 menyebutkan: Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan
e. Pasal 50 ayat 2 menyebutkan: Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional
f. Pasal 51 ayat 2 menyebutkan: Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan
g. Pasal 57 ayat 1 menyebutkan: Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
2. Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; Dalam Undang-undang ini, penjaminan mutu secara spesifik dibahas
dalam bab III. Bab ini terdiri dari: bagian kesatu tentang sistem penjaminan mutu yang berisi tiga pasal (51, 52, 53) dengan delapan ayat. Bagian kedua tentang standar pendidikan tinggi yang berisi satu (54) pasal dengan delapan ayat. Bagian ketiga tentang akreditasi yang berisi satu (55) pasal dengan delapan ayat. Bagian keempat tentang pangkalan data pendidikan tinggi berisi satu (56) pasal dengan empat ayat. Bagian kelima, dalam bab III. Bab ini terdiri dari: bagian kesatu tentang sistem penjaminan mutu yang berisi tiga pasal (51, 52, 53) dengan delapan ayat. Bagian kedua tentang standar pendidikan tinggi yang berisi satu (54) pasal dengan delapan ayat. Bagian ketiga tentang akreditasi yang berisi satu (55) pasal dengan delapan ayat. Bagian keempat tentang pangkalan data pendidikan tinggi berisi satu (56) pasal dengan empat ayat. Bagian kelima,
Secara spesifik kata pengendalian yang berhubungan dengan mutu muncul sebanyak dua kali yakni:
a. Pasal 6 huruf (j) menyebutkan: pemberdayaan semua komponen Masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan Pendidikan Tinggi
b. Pasal 52 ayat 2 menyebutkan: Penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan peningkatan standar Pendidikan Tinggi.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
Secara spesifik kata pengendalian yang berhubungan dengan mutu dalam peraturan pemerintah ini sebut sebanyak:
a. Pasal 4 ayat 1 huruf (e) menyebutkan: Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a), Menteri memiliki tugas dan wewenang mengatur mengenai … (e) mutu pendidikan Tinggi
b. Pasal 6 ayat 1 menyebutkan: Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang pengawasan, pemantauan, dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, Menteri memiliki tugas dan wewenang meliputi: (a) menetapkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi; (b) menyusun dan menetapkan sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi, yang terdiri atas: (1) sistem penjaminan mutu internal oleh setiap Perguruan Tinggi; dan (2) sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi dan/atau lembaga akreditasi mandiri; dan (c) mengelola pangkalan data Pendidikan Tinggi. 11
c. Pasal 13 ayat 1 menyebutkan: Pengaturan mengenai Program Studi dan program Pendidikan Tinggi pada jenis pendidikan akademik dan vokasi paling sedikit mencakup: (a) Standar Nasional Pendidikan Tinggi; (b) tata cara pembukaan dan penutupan; dan (c) penjaminan mutu.12
d. Pasal 23, 25 menyebutkan: penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan organisasi bagi Otonomi pengelolaan pada PTN (pasal 23) dan Otonomi pengelolaan pada PTN Badan Hukum (pasal
25) terdiri atas (antara lain) Sistem Penjaminan Mutu Internal.
e. Pasal 28 menyebutkan: Organisasi PTN dan PTS paling sedikit terdiri atas unsur: (a) penyusun kebijakan; (b) pelaksana akademik; (c) pengawas dan penjaminan mutu; (d) penunjang akademik atau sumber belajar; dan (e) pelaksana administrasi atau tata usaha.
f. Pasal 29 ayat 3 menyebutkan: Unsur pengawas dan penjaminan mutu, unsur penunjang akademik atau sumber belajar, dan unsur pelaksana administrasi atau tata usaha, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c, huruf d, dan huruf e di dalam organisasi PTN, serta unsur lain yang menjalankan fungsi komplementer ditetapkan dalam Peraturan Menteri tentang Statuta masing-masing PTN
g. Pasal 30 ayat 6 meyebutkan: Unsur pengawas dan penjaminan mutu, unsur penunjang akademik atau sumber belajar, dan unsur pelaksana administrasi atau tata usaha, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c, huruf d, dan huruf e di dalam organisasi PTN Badan Hukum,
11 Dalam Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi sudah disebutkan secara
jelas mengenai SPME, SPMI, dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi PD-DIKTI). Pasal ini menjadi dasar implementasi SPMI di Perguruan Tinggi dan SPME yang diterjemahkan melalui BAN-PT.
12 Pasal 14 juga menyebutkan hal yang sama, tetapi untuk pendidikan bidang profesi dan spesialis.
serta organ lain yang menjalankan fungsi komplementer ditetapkan dalam Statuta masing-masing PTN Badan Hukum
h. Pasal 32 ayat 1 menyebutkan: Statuta Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (10) dan Pasal 30 ayat (9) paling sedikit memuat: (a) ketentuan umum; (b) identitas; (c) penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi; (d) sistem pengelolaan; (e) sistem penjaminan mutu internal; (f) bentuk dan tata cara penetapan peraturan; (g) pendanaan dan kekayaan; (h) ketentuan peralihan; dan (i) ketentuan penutup.
i. Pasal 33 ayat 1 huruf (c) menyebutkan: Akuntabilitas publik Perguruan Tinggi diwujudkan melalui pemenuhan atas … (c) Standar Nasional Pendidikan Tinggi melalui penerapan sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Menteri
4. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Dalam peraturan ini mutu disebut dan dirumuskan sebagai berikut:
a. Pasal 3 ayat 2 huruf (e) dan (f) menyebutkan: standar nasional pendidikan tinggi wajib (e) dijadikan dasar pengembangan dan penyelenggaraan system penjaminan mutu internal; dan (f) dijadikan
dasar penetapan kriteria 13 sistem penjaminan mutu eksternal melalui akreditasi.
b. Pasal 39 ayat 1 menyebutkan: Pelaksana standar pengelolaan dilakukan oleh Unit Pengelola program studi dan perguruan tinggi. Sedangkan ayat 2 huruf (c) menyebutkan: Unit Pengelola program
13 Kata “kriteria” selanjutnya menggantikan kata “standar” dalam instrumen akreditasi terbaru yang diterbitkan oleh BAN-PT. Ada 9 kriteria yang ditetapkan oleh BAN-PT dalam memotret
perguruan tinggi antara lain: (1) Visi, misi, tujuan, dan strategi; (2) Tata pamong dan kerjasama; (3) Mahasiswa; (4) Sumber Daya Manusia; (5) Keuangan, Sarana, dan Prasarana; (6) Pendidikan; (7) Penelitian; (8) Pengabdian kepada Masyarakat; dan (9) Luaran dan Capaian: hasil pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lihat “Tabel 1. Titik berat penilaian APS dan APT berdasarkan kriteria akreditasi” dalam BAN-PT, Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Penyusunan Instrumen Akreditasi, 2017.
studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib: … (c) melakukan kegiatan sistemik yang menciptakan suasana akademik dan budaya mutu yang baik . ayat 3 huruf (c) dan (e) menyebutkan: Perguruan tinggi dalam melaksanakan standar pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib: … (c) menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan program studi dalam melaksanakan program pembelajaran secara berkelanjutan dengan sasaran yang sesuai dengan visi dan misi perguruan tinggi; … (e) memiliki panduan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, penjaminan mutu, dan pengembangan kegiatan pembelajaran dan dosen; dan
c. Bab VI ketentuan peralihan pasal 66 huruf (a) menyebutkan: rumusan pengetahuan dan keterampilan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) yang belum dikaji dan ditetapkan oleh Menteri, perguruan tinggi dapat menggunakan rumusan pengetahuan dan keterampilan khusus yang disusun secara mandiri untuk proses penjaminan mutu internal di perguruan tinggi dan proses penjaminan mutu eksternal melalui akreditasi
5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 62 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
Dalam peraturan ini, 14 secara spesifik sudah dijelaskan mengenai sistem penjaminan mutu, SPME, dan SPMI, dengan penjelasan sebagai
berikut:
a. Pasal 1 ayat 2 menyebutkan: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi yang selanjutnya disingkat SPM Dikti adalah kegiatan sistemik
14 Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga menerbitkan buku pedoman sistem
penjaminan mutu. Lihat Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (Jakarta: Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016).
untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
b. Pasal 1 ayat 3 menyebutkan: Sistem Penjaminan Mutu Internal yang selanjutnya disingkat SPMI, adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan
c. Pasal 1 ayat 4 menyebutkan: Sistem Penjaminan Mutu Eksternal, yang selanjutnya disingkat
SPME, adalah kegiatan penilaian melalui akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu program studi dan perguruan tinggi.
d. Pasal 5 ayat 1 menyebutkan: SPMI memiliki siklus kegiatan yang terdiri atas: (a) penetapan Standar Pendidikan Tinggi; 15 (b)
pelaksanaan Standar Pendidikan Tinggi; 16 (c) evaluasi pelaksanaan Standar Pendidikan Tinggi; 17 (d) pengendalian pelaksanaan Standar
18 Pendidikan Tinggi; 19 dan (e) peningkatan Standar Pendidikan Tinggi
15 “Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk merumuskan dan menetapkan sendiri berbagai Standar Dikti (yang ditetapkan perguruan tinggi sendiri), yang secara kuantitatif lebih banyak
dan/atau secara kualitatif lebih tinggi daripada SN Dikti”. Lihat Ibid., 34.
16 “Pelaksanaan isi Standar Dikti menjadi tugas dari setiap pihak yang mengelola perguruan tinggi, baik sebagai pejabat struktural, bukan pejabat struktural, dosen, tenaga kependidikan yang bukan
dosen, dan juga mahasiswa, sesuai dengan isi masing-masing standar. Tidak benar jika pelaksanaan Standar Dikti atau dokumen SPMI secara keseluruhan hanya menjadi tugas dan tanggungjawab Lembaga atau Kantor Penjaminan Mutu”. Lihat Ibid., 37.
17 “Dalam konteks pelaksanaan Standar Dikti, evaluasi dilakukan pertama-tama oleh pejabat struktural pada setiap unit kerja dalam suatu perguruan tinggi. Kemudian, untuk menjamin
obyektivitas, evaluasi internal dilanjutkan dengan Audit Mutu Internal yang lazim dilakukan oleh para auditor internal yang dapat berada di bawah koordinasi Lembaga atau Kantor Penjaminan Mutu yang terdapat pada perguruan tinggi bersangkutan. Hasil dari audit internal ini jika buruk maka tentu diperlukan langkah atau tindakan perbaikan, jika baik maka praktik baik tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan mutunya. Pada akhirnya, berdasarkan hasil audit internal ini perguruan tinggi tersebut dapat meminta pihak eksternal untuk melakukan akreditasi atau SPME”. Lihat Ibid., 39
18 “Pengendalian merupakan tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi. Terdapat beberapa jenis tindakan korektif sebagai langkah Pengendalian Pelaksanaan Standar
Dikti, yaitu mulai dari penyelenggaraan rapat pimpinan yang khusus membahas hasil evaluasi hingga penjatuhan tindakan korektif tertentu, misalnya instruksi, teguran, peringatan, penghentian perbuatan/kegiatan, investigasi atau pemeriksaan mendalam, dan penjatuhan sanksi ringan, sedang, hingga berat. Pengendalian Pelaksanaan Standar Dikti tidak tepat jika dilakukan oleh Lembaga Dikti, yaitu mulai dari penyelenggaraan rapat pimpinan yang khusus membahas hasil evaluasi hingga penjatuhan tindakan korektif tertentu, misalnya instruksi, teguran, peringatan, penghentian perbuatan/kegiatan, investigasi atau pemeriksaan mendalam, dan penjatuhan sanksi ringan, sedang, hingga berat. Pengendalian Pelaksanaan Standar Dikti tidak tepat jika dilakukan oleh Lembaga
f. Pasal 5 ayat 3 menyebutkan: SPMI diimplementasikan pada semua bidang kegiatan perguruan tinggi, yaitu bidang: (a) akademik, meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; dan (b) non-akademik, antara lain sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana.
6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 32 tahun 2016 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi
Peraturan ini tidak secara spesifik dan langsung menyebutkan Standar Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), namun demikian dalam pasal-pasalnya disebutkan secara jelas bahwa akreditasi adalah system penjaminan mutu eksternal:
a. Pasal 2 ayat 1 menyebutkan: Akreditasi merupakan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal sebagai bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
b. Pasal 2 ayat 2 menyebutkan: Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: (a) menentukan kelayakan Program Studi dan Perguruan Tinggi berdasarkan kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi; dan (b) menjamin mutu Program Studi dan Perguruan Tinggi secara eksternal baik bidang akademik maupun
atau Kantor Penjaminan Mutu, sebab unit ini tidak memiliki kewenangan eksekutorial. Jika hasil evaluasi atau audit internal yang dilakukan oleh unit ini menunjukkan perlu tindakan pengendalian, maka informasi itu harus disampaikan ke pimpinan unit yang dievaluasi atau diaudit dan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk ditindaklanjuti”. Lihat Ibid., 40-41.
19 “Peningkatan Standar Dikti harus dilakukan karena terjadi perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu dan teknologi, serta peningkatan tuntutan kebutuhan pemangku kepentingan internal dan/atau
eksternal perguruan tinggi”. Lihat Ibid., 41.
20 Secara yuridis, pasal ini menjadi dasar bagi pelaksanaan audit di lingkungan pendidikan tinggi Indonesia. Penjelasan mengenai pelaku audit (auditor) dapat ditemukan dalam buku pedoman
sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi. Lihat Ibid.
non akademik untuk melindungi kepentingan mahasiswa dan masyarakat
7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 61 tahun 2016 tentang Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
Keterkaitan antara peraturan ini dengan SPME dan SPMI adalah terletak pada basis data tunggal dan terintegrasi. Proses pemantauan dan pengendalian mutu perguruan tinggi juga dapat dilakukan secara mudah, mengingat data yang terintegrasi. Pada konsideran peraturan ini disebutkan “dalam rangka menyelenggarakan dan mengelola sistem pendidikan tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi perlu mengembangkan dan mengelola sistem informasi pendidikan tinggi nasional yang memuat basis data pendidikan tinggi yang berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi berupa Pangkalan Data Pendidikan Tinggi”. Beberapa istilah kunci yang dapat dikemukakan dari peraturan ini berkaitan dengan penjaminan mutu adalah:
a. Pasal 1 ayat 1 menyebutkan: Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, yang selanjutnya disebut PDDikti adalah sistem yang menghimpun data pendidikan tinggi dari seluruh perguruan tinggi yang terintegrasi secara nasional.
b. Pasal 1 ayat 2 menyebutkan: Data Pendidikan Tinggi adalah kumpulan fakta mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi yang dimanfaatkan untuk pembangunan pendidikan tinggi.
c. Pasal 1 ayat 5 menyebutkan: Data Pokok Pendidikan Tinggi adalah variabel minimal yang merepresentasikan sejumlah orang, unit organisasi atau objek sebagai syarat untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi
d. Pasal 1 ayat 14 menyebutkan: PDDikti Feeder adalah perangkat lunak yang ditempatkan di Perguruan Tinggi dan memiliki struktur basis data replika dari basis data PDDikti yang digunakan sebagai sarana d. Pasal 1 ayat 14 menyebutkan: PDDikti Feeder adalah perangkat lunak yang ditempatkan di Perguruan Tinggi dan memiliki struktur basis data replika dari basis data PDDikti yang digunakan sebagai sarana
e. Pasal 2 huruf (a) menyebutkan: PDDikti bertujuan untuk (a) mewujudkan basis data tunggal dalam perencanaan, pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pendidikan tinggi.
f. Pasal 2 huruf (d) menyebutkan: PDDikti bertujuan untuk (d) menyediakan data, informasi penerapan, dan luaran sistem penjaminan mutu internal yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi.
g. Pasal 2 huruf (e) menyebutkan: PDDikti bertujuan untuk (e) menyediakan data, informasi penerapan, dan luaran sistem penjaminan mutu eksternal atau akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dan/atau lembaga akreditasi mandiri.
C. Posisi Auditing dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Berdasarkan uraian diatas posisi penjaminan mutu pendidikan tinggi sungguh strategis. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal-pasal diatas, utamanya dalam pasal Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa SPMI memiliki siklus kegiatan yang terdiri atas: (a) penetapan Standar Pendidikan Tinggi; (b) pelaksanaan Standar Pendidikan Tinggi; (c) evaluasi pelaksanaan Standar Pendidikan Tinggi; (d) pengendalian pelaksanaan Standar Pendidikan Tinggi; dan (e) peningkatan Standar Pendidikan Tinggi. Ayat selanjutnya menyebutkan bahwa evaluasi dilakukan melalui audit mutu internal.
Dari ayat 2 pasal 5 tersebut, tapak jelas bahwa audit berada pada posisi evaluasi, sebagaimana terjelaskan dalam gambar 1.
Gambar 1. Siklus Kegiatan SPMI 21
Berbeda dengan teori penjaminan mutu diatas, audit pada gambar 1 digunakan untuk melakukan penjaminan mutu pada saat melakukan proses evaluasi. Pada konsep penjaminan mutu disebutkan bahwa Audit merupakan
bagian dari fungsi penjaminan mutu. 22 Audit digunakan untuk
mengkomparasikan fakta lapangan dengan standar yang ditetapkan. Hal ini dapat dibenarkan karena salah satu cara melakukan penjaminan mutu adalah dengan menetapkan seperangkat standar dan memastikan bahwa pada saat pelaksanaan nantinya, sudah sesuai dengan standar-standar yan telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan standar- standar tersebut. Jadi jelas bahwa penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik melalui serangkaian evaluasi. Dalam evaluasi salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui audit.
Lalu dimana posisi pengendalian mutu? Pengendalian mutu secara yuridis didefinisikan sebagai tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi. 23 Posisi pengendalian berada pada setelah evaluasi. Evaluasi dilakukan melalui serangkaian proses audit mutu dan hasilnya
dilaporkan kepada pengambil kebijakan tingkat satuan pendidikan guna ditindaklanjuti. Kenapa gugus, kantor, ataupun lembaga penjaminan mutu
21 Kemenristek Dikti Tim Pengembang SPMI, Bahan Presentasi Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu Internal (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016). 22 Lihat footnote no 3.
23 Lihat footnote no 18.
pendidikan (SPMI) tidak dapat melakukan pengendalian mutu? Karena unit ini bukanlah unit yang ditugasi sebagai penyelenggara standar pendidikan. Unit ini hanya sebagai unit yang bertugas melakukan penjaminan mutu dengan cara menetapkan standar mutu, manual mutu, dan evaluasi (termasuk di dalamnya adalah audit mutu) terhadap standar mutu. Unit ini bukanlah lembaga eksekutorial, bukan lembaga yang bertugas melaksanakan standar.
Kajian-kajian kebijakan diatas merupakan sistem logis yang disusun oleh pemerintah dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia. Secara umum ada dua jenis audit, yakni audit internal dan audit eksternal. Audit internal berarti proses indentifikasi atau komparasi antara standar yang ditetapkan dengan pelaksanaan nyata yang terjadi di organisasi. Audit internal umumnya dipakai oleh pihak manajemen organisasi untuk melihat sejauhmana pelaksanaan-pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan dapat dijalankan dengan baik, juga untuk melihat secara dini faktor-faktor apa saja yang berpotensi sebagai resiko dan dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan program suatu organisasi.
Audit internal merupakan satuan independen, penjamin mutu yang obyektif, dan dan satuan aktifitas konsultatif yang bertujuan untuk menambah
nilai dan memperbaiki kinerja operasional suatu organisasi. 24 Jenny Goodwin- Stewart dan Pamela Kent menyebutkan bahwa audit internal dapat membantu
organisasi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko, serta mengubahnya menjadi bagian penting yang harus diperhatikan dalam
manajemen resiko suatu organisasi. 25 Dalam konteks pendidikan, audit internal dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu yang dibentuk oleh satuan
unit pendidikan. Jika di perguruan tinggi, tim audit internal berada di bawah kendali lembaga pejaminan mutu (LPM).
24 Jenny Stewart and Nava Subramaniam, “Internal Audit Independence and Objectivity: Emerging Research Opportunities,” Managerial Auditing Journal January (2010).
25 Jenny Goodwin-Stewart and Pamela Kent, “The Use of Internal Audit by Australian Companies,” Managerial Auditing Journal 21, no. 1 (2006): 81–101.
Hasil-hasil yang dilakukan selama pelaksanaan audit internal digunakan oleh pengambil kebijakan lembaga pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan mutu. Hasil ini juga dipakai oleh pengambil kebijakan sebagai langkah awal untuk melakukan proses audit eksternal.
Audit eksternal merupakan audit yang dilakukan oleh pihak-pihak luar di luar lembaga tersebut berada. Audit eksternal berupaya melakukan penjaminan mutu secara terstandar berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang umumnya dimiliki oleh asosiasi-asosiasi atau lembaga mutu. Dalam dunia pendidikan audit eksternal (SPME) dilakukan melalui proses akreditasi baik yang diselenggaraan oleh Negara berupa lembaga BAN-PT maupun LAM-PT bagi perguruan tinggi dan oleh BAN-S/M bagi sekolah/madrasah.
Kesemua hal yang dilakukan melalui serangkaian proses audit ini semata-mata adalah untuk penjaminan mutu pendidikan. Agar kualitas pendidikan semakin baik dan sesuai dengan harapan stakeholder pendidikan. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang khusus mengatur penjaminan mutu internal maupun penjaminan mutu eksternal. Berikut adalah gambaran tentang hubungan antara SPMI, SPME dan SN Dikti.
Gambar 2. Keterhubungan SPMI, SPME, PDikti dengan SNDikti
Gambar diatas menjelaskan bahwa SPMI memiliki keterkaitan dan hubungan dengan SPME, keduanya sebagai penjamin mutu pendidikan tinggi harus mengacu pada SNDikti. Keduanya diandaikan sebagai gugus kendali Gambar diatas menjelaskan bahwa SPMI memiliki keterkaitan dan hubungan dengan SPME, keduanya sebagai penjamin mutu pendidikan tinggi harus mengacu pada SNDikti. Keduanya diandaikan sebagai gugus kendali
Adapaun posisi PDDikti yang berada di bawah piramida terbalik diandaikan sebagai unit pandkalan data secara nasional yang keberadaannya menopang validitas audit mutu perguruan tinggi. Maknanya, PDDikti dapat dijadikan rujukan bagi proses auditing secara internal dan secara eksternal karena data-data yang ada didalamnya terintegrasi. Pada fakta lapangan, auditor dapat memanfaatkan pangkalan data ini untuk kegiatan komparasi auditing. Bagi pengambil kebijakan tingkat nasional, data yang ada di PDDikti juga berguna sebagai akselerasi mutu pendidikan tinggi secara nasional.
Ketiganya, baik SPMI, SPME, maupun PDDIkti selanjutnya secara sinergis memantau pendidikan tinggi dalam pencapaian standar nasional. Lebih jelas lagi, gambaran mengenai keterkaitan SPMI, SPME, PDDikti dengan SNDikti dalam menjamin mutu pendidikan sebagaimana tampak pada gambar 3, berikut:
Gambar 3. Penjaminan Mutu dan keterkaitannya dengan SPMI, SPME, PDikti 26
Jika melihat gambaran keterkaitan diatas, dapat dikatakan bahwa proses penjaminan mutu pendidikan telah didesain secara baik. Auditing sebagai salah satu fungsi evaluasi dan penjaminan mutu diharapkan dapat berperan
26 Intan Ahmad, “Materi Annual Meeting BAN-PT; Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi” (Jakarta: BAN-PT, 2016).
maksimal dalam rangka memberikan informasi yang akurat, apa adanya, dan faktual. []
D. Daftar Pustaka
Ahmad, Intan. “Materi Annual Meeting BAN-PT; Pengembangan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi,” 2016. BAN-PT. Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 4
Tahun 2017 Tentang Kebijakan Penyusunan Instrumen Akreditasi, 2017. Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016.
Fauji, Lukito, Made Sudarma, and M Achsin. “Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) Dalam Meningkatkan Kualitas Audit.” Jurnal Akuntansi Multiparadigma 6, no. 1 (2015): 38–53.
Goodwin-Stewart, Jenny, and Pamela Kent. “The Use of Internal Audit by
Australian Companies.” Managerial Auditing Journal 21, no. 1 (2006): 81–101.
Putra, Apriansyah. “Sistem Audit Mutu Akademik Internal Berbasis Web
Pada Universitas Sriwijaya.” In Prosising Seminar Nasional Ilmu Komputer, 2014.
Russell, J.P., ed. The ASQ Auditing Handbook; Principles, Implementation,
and Use. 3rd ed. Wisconsin: ASQ Quality Press, 2005. Stewart, Jenny, and Nava Subramaniam. “Internal Audit Independence and
Objectivity: Emerging Research Opportunities.” Managerial Auditing Journal January (2010).
Tim Pengembang SPMI, Kemenristek Dikti. Bahan Presentasi Kebijakan
Nasional Sistem Penjaminan Mutu Internal. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016.
“Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah Dasar.” Accessed May 3, 2017.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/ 195908141985031-JOHAR_PERMANA/Manaj_Mutu_Terpadu.pdf.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
KURIKULUM KKNI Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
Mata Kuliah
: Auditing Pendidikan
SKS
Kode MK
Prasyarat
: Pengantar Ilmu Manajemen; Filsafat Ilmu Manajemen Pendidikan Islam
Program Studi
: Manajemen Pendidikan Islam
: Sulanam, M.Pd
: sulanam@uinsby.ac.id
No. Hp.
Capaian Pembelajaran
A-01
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius.
Lulusan
A-02
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika.
A-03
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila.
A-04
Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa.
A-08
Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik
A-09
Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara mandiri
A-14
Mampu menunjukkan kesanggupan untuk tanggung jawab dan sikap terbuka, demokratis, serta berpikir logis dan Mampu menunjukkan kesanggupan untuk tanggung jawab dan sikap terbuka, demokratis, serta berpikir logis dan
B-02
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
B-06
Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya
B-09
Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi dan atau kecurangan kerja
B-11
Menguasai pengetahuan konseptual dan praktis tentang konsep, teori dan perkembangan bidang kepemimpinan, manajemen, supervisi, perencanaan dan auditing sistem pendidikan berbasis Islam untuk memecahkan masalah pada pada tingkat mikro dengan menggunakan pendekatan interdisiplin dan atau multidisiplin
B-12
Menguasai pengetahuan konseptual dan praktis tentang pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data dalam bidang kebijakan,kepemimpinan, manajemen, supervisi dan auditing pendidikan berbasis Islam yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan Islam dan atau kebutuhan masyarakat.
B-14
Menguasai dasar-dasar auditing dalam lembaga pendididikan Islam
B-15
Mampu mengidentifikasi masalah manajerial dan fungsi organisasi pada level operasional, serta mengambil tindakan solutif yang tepat berdasarkan alternatif yang dikembangkan, dengan menerapkan prinsip- prinsip manajemen mutu pendidikan Islam yang berakar pada karakter satuan dan penyelenggaran pendidikan
B-16
Menguasai prosedur auditing di lembaga pendidikan Islam untuk mendukung kemampuan manajerial
B-19
Menganalisis prosedur audit internal dan eksternal di lembaga pendidikan Islam
C-1
Memiliki kemampuan praktis dalam menerapkan teori, nilai-nilai, dan hasil-hasil riset yang terkait dengan kepemimpinan, manajemen, supervisi, perencanaan dan auditing pendidikan berbasis Islam melalui riset yang berimplikasi pada kebutuhan aktual pengelolaan sistem pendidikan nasional
C-2
Memiliki kemampuan praktis menerapkan model dasar, strategi, dan atau metode yang inovatif dan unggul dalam kepemimpinan, manajemen, supervisi, perencanaan dan auditing Pendidikan berbasis Islam
C-14
Mengoperasikan penjaminan mutu pada lembaga pendidikan Islam
C-20
Mengevaluasi progam penyelenggaraan pendidikan
Kemampuan Akhir Menguasai teori auditing pendidikan, memiliki sikap mental seorang auditor, serta mampu mengaplikasikannya dalam Mata Kuliah
pengelolaan lembaga pendidikan.
Penilaian Ke-
Pengalaman Belajar
Kemampuan yang
Indikator
Bahan Kajian
Bentuk Kriteria Bobot (1)
(Deskripsi Tugas)
Mampu memahami
20% posisi matakuliah
Memiliki pemahaman
Dosen memperkenalkan diri,
Tugas
tentang posisi matakuliah
dan
Tanya jawab
dilanjutkan dengan
auditing dalam
auditing bagi mahasiswa
Orverview
penjelasan konteks
matakuliah bagi mahasiswa
matakuliah-
Memiliki pemahaman
Posisi
MPI dan bagi lembaga
matakuliah di Prodi
tentang alur dan proses
matakuliah
pendidikan secara umum.
MPI
perkuliahan auditing
auditing bagi
Dilanjutkan dengan kontrak
mahasiswa MPI
belajar, pembagian tugas dan tanggungjawab, serta
Kontrak belajar
penilaian dan tagihan
Tugas dan
matakuliah.
tanggungjawab mahasiswa dalam perkuliahan
Penilaian matakuliah
Ke-2 Mampu memahami
20% pentingnya Auditing
Memahami pentingnya
Pendahuluan:
Brainstorming 3x50” Perkuliahan dilanjutkan
Tugas
Auditing bidang
Mengapa
Tanya jawab
dengan brainstorming
bagi pengem-
pendidikan
auditing bidang
tentang konsep auditing
bangan lembaga
Diskusi
Menguasai landasan
pendidikan?
bidang pendidikan.
pendidikan
hokum auditing bidang
Ceramah
Mahasiswa mengidentifikasi
Landasan
pendidikan
produk hokum terkait
hukum auditing
kebijakan auditing di
Memahami sejarah
bidang
Indonesia. Di akhir
kebijakan auditing bidang
pendidikan
perkuliahan mahasiswa
pendidikan di Indonesia
Kabijakan
bersama dosen
auditing bidang
menyimpulkan hasil
pendidikan di
pertemuan perkuliahan
Indonesia
Ke-3 Mampu
20% menjelaskan
Menjelaskan pengertian
Apa itu
Diksusi
3x50” Mahasiswa secara
berkelompok mendiskusikan
pengertian, tujuan,
Mendeskripsikan tujuan
Pengertian
Brainstorming
pengertian, tujuan, manfaat
manfaat, dan
auditing secara umum dan
dan sasaran auditing.
Ke-
Kemampuan yang Diharapkan
Indikator
Bahan Kajian
Metode Pembelajaran
Waktu Belajar
Pengalaman Belajar Mahasiswa (Deskripsi Tugas)
Penilaian Rujukan
Bentuk Kriteria Bobot (1)
(9) (10) (11) sasaran auditing
tujuan auditing dalam bidang pendidikan
Menjelaskan manfaat auditing bagi pengembangan lembaga pendidikan
Mengidentifikasi sasaran auditing bidang pendidikan
auditing Tujuan auditing Manfaat
auditing Sasaran
auditing
Mahasiswa menyusun peta sasaran auditing kemudian dipresentasikan ke kelompok lainnya. Dosen memberi penguatan dilanjutkan dengan simpulan perkuliahan
Ke-4 Mampu mempresentasikan posisi auditing bagi lembaga pendidikan
Menjelaskan posisi mutu dan hubungannya dengan audit bagi lembaga pendidikan
Menjelaskan aspek yuridis penjaminan mutu di indonesia
Menjelaskan posisi auditing dalam system penjaminan mutu pendidikan
Posisi auditing dalam lembaga pendidikan:
Penjaminan dan Pengen- dalian mutu pendidikan
Aspek Yuridis Penjaminan Mutu Pendidikan
Posisi auditing dalam system penjaminan mutu pendidikan
Brainstorming Reading book Diskusi
kelompok Demonstrasi
3x50” Dosen memandu brainstorming tentang tuntutan lembaga pendidikan yang bermutu. Dosen mempersilahkan mahasiswa membaca buku/artikel/aturan yang telah dipersiapkan tentang penjaminan mutu (SPME-SPMI). Mahasiswa dipersilahkan mengutarakan pendapat terkait mutu, SPME-SPMI. Sebagai penguatan awal, mahasiswa mempresentasikan makalah terkait posisi auditing bagi lembaga pendidikan. Setelah proses reading book dan presentasi kelas, mahasiswa dibagi ke beberapa kelompok untuk melakukan identifikasi posisi auditing dalam SPME- SPMI. Di akhir, dosen memberi simpulan tentang posisi auditing, SPME dan SPMI.
Perfor mance
Ke-5 Mampu menjelaskan audit
Menjelaskan audit produk, audit proses, dan audit
Jenis-jenis Audit:
Diskusi kelompok
3x50” Mahasiswa mempresentasikan makalah
Tugas
Penilaian Kemampuan yang
Pengalaman Belajar
Metode
Ke-
Bahan Kajian
Bentuk Kriteria Bobot (1)
(Deskripsi Tugas)
(9) (10) (11) berdasarkan jenis-
Audit produk,
Brainstorming
tentang jenis-jenis audit.
jenisnya
Menjelaskan audit internal
audit proses,
Studi kasus
Antar mahasiswa secara
dan audit eksternal
dan audit
berkelompok menyusun peta
sistem
ide masing-masing jenis
Menjelaskan audit
audit. Mahasiswa
berdasarkan tujuan
Audit internal dan audit
mengemukakan hasil
Menjelaskan audit
eksternal
susunan peta ide jenis audit.
berdasarkan ruang
Dosen membagi mahasiswa
lingkup
Audit
ke beberapa kelompok untuk
berdasarkan
memecahkan kasus audit.
tujuan
Mahasiswa mendiskusikan
Audit
kasus-kasus audit. Dosen
berdasarkan
memberi simpulan akhir
ruang lingkup
perkuliahan
Ke-6 Mampu
20% mengidentifikasi
Mempresentasikan
Audit mutu
Brainstorming 3x50” Melalui presentasi kelas,
Tugas
standar mutu pendidikan
pendidikan:
Studi kasus
mahasiswa melakukan
menganalisis mutu
Mendemonstrasikan
Standar mutu
identifikasi standar mutu
pendidikan melalui
proses audit mutu
pendidikan
pendidikan. Selanjutnya,
prosedur audit
pendidikan
secara berkelompok,
Audit mutu
mahasiswa merumuskan
pendidikan
sasaran audit mutu berdasarkan standar mutu yang telah dibahas. Masing- masing kelompok mempresentasikan sasaran audit mutu pendidikan. Dosen memberi penguatan di akhir perkuliahan.
Ke-7 Mampu
20% mengidentifikasi
Mempresentasikan
Audit kinerja
Brainstorming 3x50” Melalui presentasi kelas,
Tugas
standar kinerja lembaga
lembaga
Studi kasus
mahasiswa melakukan
identifikasi standar kinerja
kinerja lembaga
Mendemonstrasikan
Standar kinerja
lembaga pendidikan.
pendidikan melalui
proses audit kinerja
lembaga
Selanjutnya, secara
prosedur audit
pendidik dan tenaga
pendidikan
berkelompok, mahasiswa
kependidikan
(Tupoksi, Urjab,
merumuskan sasaran audit
Mendemonstrasikan
SOP, dan
kinerja, audit keuangan, dan audit tujuan khusus
Penilaian Kemampuan yang Ke-
Pengalaman Belajar
Bahan Kajian
Metode
Waktu
Bentuk Kriteria Bobot (1)
(Deskripsi Tugas)
proses audit keuangan
standar biaya)
berdasarkan standar yang
lembaga pendidikan
Audit kinerja
telah dibahas. Masing-
Mendemonstrasikan
pendidik dan
masing kelompok
proses audit tujuan
tenaga
mempresentasikan proses
khusus di lembaga
kependidikan
dan sasaran audit kinerja
pendidikan (audit barang,
lembaga pendidikan. Dosen
Audit keuangan
audit kegiatan)
memberi penguatan di akhir
Audit tujuan
perkuliahan.
khusus
Ke-8 Mampu mengenali
20% pelaku auditing dan
Menjelaskan jenis-jenis
Mengenal
Diskusi kelas
3x50” Mahasiswa melakukan
presentasi kelas tentang
memahami peran,
Menjelaskan peran, tugas, Siapa yang
auditor. Selanjutnya
tugas dan
dan tanggungjawab
disebut auditor?
dilakukan diskusi tentang
tanggungjawab
auditor
peran dan tanggungjawab
auditor
Peran dan
auditor
tanggungjawab auditor
Ke-9
3x50” Ujian Tengah Semester
Ke-10 Mampu mengenali
20% pelaku auditing
Menjelaskan auditor
Mengenal
Diskusi kelas
3x50” Mahasiswa melakukan
presentasi kelas tentang
internal dan
Menjelaskan peran, tugas, internal:
auditor internal. Selanjutnya
memahami peran,
dan tanggungjawab
Siapa yang
dilakukan diskusi tentang
tugas dan
auditor internal
disebut auditor
peran dan tanggungjawab
tanggungjawab
internal?
auditor internal
auditor internal
Peran dan tanggungjawab auditor internal
Ke-11 Mampu mengenali
20% pelaku auditing
Menjelaskan auditor
Mengenal
Diskusi kelas
3x50” Mahasiswa melakukan
presentasi kelas tentang
eksternal dan
Menjelaskan peran, tugas, eksternal:
auditor eksternal.
memahami peran,
dan tanggungjawab
Siapa yang
Selanjutnya dilakukan diskusi
tugas dan
auditor eksternal
disebut auditor
tentang peran dan
tanggungjawab
eksternal?
tanggungjawab auditor
auditor eksternal
eksternal
Penilaian Kemampuan yang Ke-
Pengalaman Belajar
Mahasiswa
Bentuk Kriteria Bobot (1)
Diharapkan
Indikator
Bahan Kajian
(Deskripsi Tugas)
Peran dan tanggungjawab auditor eksternal
Ke-12 Mampu berpikir
20% kritis terhadap
Mengkritisi profesi auditor
Profesi
Diskusi kelas
3x50” Mahasiswa melakukan
presentasi kelas tentang
profesi auditor
Auditor
profesi auditor. Selanjutnya
professional
dilakukan diskusi tentang kriteria auditor professional,
Asosiasi profesi
asosiasi-asosiasi auditor, dan
auditor
kode etik auditor. Dosen
Kode etik
membagi tiga kelompok,
auditor
dengan tema kriteria auditor professional, asosiasi auditor dank ode etik auditor.
Ke-13 Mampu
20% merencanakan dan
Memiliki kemampuan
Merencanakan
Diksusi kelas
3x50” Mahasiswa mendiskusikan
Perfor-
merencanakan proses
dan
Demonstrasi
dan mengidentifikasi
mance
menyiapkan berkas, audit
menyiapkan
kebutuhan persiapan audit.
bahan, maupun alat
Memiliki kemampuan
audit:
Mahasiswa
untuk proses audit
memilih dan menyiapkan
Komponen
mendemonstrasikan hasil-
bahan pendukung audit
proses
hasil persiapan audit.
perencanaan audit
Memilih auditor Bahan
pendukung bagi auditor
Alat-alat audit Strategi audit Mengkomunika-
sikan dan mendis- tribusikan rencana audit
Penilaian Kemampuan yang Ke-
Pengalaman Belajar
Bahan Kajian
Bentuk Kriteria Bobot (1)
(Deskripsi Tugas)
20% mendemonstrasikan audit
Mampu
Demonstrasi pelaksanaan
Pelaksanaan
Diksusi kelas
3x50” Mahasiswa mendiskusikan
dan mengidentifikasi
mance
pelaksanaan audit
Pertemuan
kebutuhan pelaksanaan
awal
audit. Mahasiswa dibagi menjadi enam kelompok
Pengumpulan
untuk membuat simulasi
data
tentang (1) Pertemuan awal;
Menyusun
(2) Pengumpulan data; (3)
kertas kerja
Menyusun kertas kerja; (4) Mengklasifikasi hasil
Mengklasifikasi
observasi; (5) Pengelolaan
hasil observasi
proses audit; dan (6)
Pengelolaan
Pertemuan akhir. Masing-
proses audit
masing kelompok
Pertemuan
mendemonstrasikan hasil
akhir
diskusi dan simulasi.
Ke-15 Mampu menyusun
20% laporan hasil audit
Menyusun laporan hasil
Laporan Hasil
Diskusi kelas
3x50” Mahasiswa mendiskusikan
Perfor-
audit
Audit dan
Demosntrasi
dan mengidentifikasi
mance
dan tindaklanjut
Mengkomunikasikan hasil
Tindaklanjut:
kebutuhan laporan audit.
audit
Penyusunan
Mahasiswa dibagi menjadi
Laporan
empat kelompok untuk membuat simulasi tentang
Hal-hal yang
(1) laporan hasil audit; (2)
harus
rekomendasi hasil audit; (3)
diperhatikan
tindaklanjut perbaikan; dan
Rekomendasi
(4) tindaklanjut pencegahan.
Hasil Audit
Mahasiswa mendemonstrasikan cara
Tindaklanjut
menyampaikan hasil audit
Perbaikan
dan tindaklanjut hasil audit.
Tindaklanjut Pencegahan
Ke-16
3x50” Ujian Akhir Semester (UAS)
Tes
tulis
Bahan Bacaan: Arens, Alvin A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley. Auditing and Assurance Services. 14nd ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2012.
Ayers, Jerry B., and Mary F. Berney, eds. A Practical Guide to Teacher Education Evaluation. Boston, Dordrecht, London: Kluwer Academic Publisher, 1989. Cleveland, Frederick A. “The Relation of Auditing to Public Control.” The Annals of the American Academy of Political and Social Science 26, no. November
(1905): 53–68. Coleman, Lance B. Advanced Quality Auditing. Milwauke, Wisconsin: ASQ Quality Press, 2015. Collins, Charles Wallace. “The Problem of an Independent National Audit Author.” Journal of Political Economy 28, no. 1 (1920): 37–45.