SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM OLEH

MAKALAH
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
“Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam Oleh K.H Ahmad Dahlan”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Pendidikan
Islam
Pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : PAI 2/Semester V
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Muh. Idris, S.Ag., M. Ag

Disusun Oleh :
Mita Maku (15.2.3.054)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) MANADO
1437 H/ 2017 M

BAB I
PENDAHULUAN
A.


Latar Belakang
Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui

sebagai kekuatan yang dapat membuat masyarakat mencapai kemegahan dan
kemampuan peradaban. Tidak ada satu prestasipun tanpa peranan pendidikan.
Kejayaan islam dimasa Klasik, telah meninggalkan jejak kebesaran islam di
bidang Ekonomi, Politik, Intelektualisme, Tradisi-tradisi, Keagamaan, Seni, dan
sebagainya, tidak terlepas dari dunia pendidikan, dan begitu pula dengan
kemunduran pendidikan Islam, telah membawa Islam berkubang dalam
kemunduran.
Dengan mempelajari kehidupan masa lalu umat Islam, akan membantu
untuk memahami sebab-sebab kemajuan dan kemunduran pendidikan Islam.
Pemahaman tersebut dapat dijadikan pijakan dalam mengembangkan kesalahankesalahan pada masa lalu. Sebagaimana pepatah mengatakan “jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah” atau “Belajarlah dari Sejarah”.
Pendidikan merupakan salah satu wilayah yang menjadi perhatian para
pemikir dan aktivis muslim diseluruh Dunia Islam. Tokoh-tokoh dan aktivis
Gerak itu salah satunya adalah K.H Ahmad Dahlan. K.H Ahmad Dahlan tidak
hanya mendirikan lembaga-lembaga

pendidikan Islam, lebih dari itu yaitu


mentranformasi lembaga-lembaga pendidikan islam lebih bercorak moderen.
B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana Biografi dan Latar Belakang K.H Ahmad Dahlan?

2.

Bagaimana Pemikiran Pendidikan K.H Ahmad Dahlan?

1

BAB II
PEMBAHASAN
A.


Biografi dan Latar Belakang K.H Ahmad Dahlan
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868

dan Meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923. Ia adalah
seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya adalah K.H. Abu Bakar, seorang
ulama dan Khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa
itu. Ibunya Putri H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu kesultanan Yogyakarta
pada masa itu. 1
Nama kecil K.H Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merpakan
anak keempat dari ketujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya
perempuan kecuali adik bungsunya. Dalam silsilahnya, ia termasuk keturunan
yang kedua belas dari maulana malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang
yang terkemuka di antara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari
penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa.
Adapun silsilahnya ialah Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadha bin Kyai
Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan
bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin
Maulana Malik Ibrahim.
Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di mekkah
selama lima tahun. Pada periode ini, ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan

pemikiran-pemikiran pembaharu dalam islam, seperti Muhammad Abduh, AlAfghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekkah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, K.H Hasyim Asyari. Pada 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
1

Junus salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah , (Tangerang : Al-Wasat Publising
House, 2009) h.56.

2

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan siti Walidah, sepupunya sendiri,
anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan,
seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan
Sitti Walidah, K.H Ahmad Dahlan mendapat seorang anak, yaitu Djohanah, Siradj
Dahlan, Sitti Busyroh, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah. Disamping itu
K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.Abdullah. ia
juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. K.H Ahmad

Dahlan juga mempunyai putra perkawinannya dengan ibu Nyai Aisyah (adik
Adjeng Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah
dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. K.H Ahmad Dahlan dimakamkan di
Karang Kajen, Yogyakarta.
Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan
menjadi tenaga pengajar agama di kampungnya. Di samping itu, ia juga mengajar
di sekolah negeri, seperti Kweekschool ( Sekolah Pendidikan Guru) di Jetis
Yogyakarta dan Opleiding School voor inlandhsche Ambtenaren (OSVIA,
sekolah untuk pegawai pribumi) di Magelang. Sambil mengajar, beliau juga
berdagang dan bertabligh.2
Disamping aktif dalam mengulirkan gagasanya tentang gerakan dakwah
Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang
mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Disamping itu ia juga dikenal
sebagai seorang Wirausahaan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang
saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di
masyarakat.3
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai
gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterimah dan dihormati
ditengah kalangan masyarakat sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat
di Organisasi Jam’iyatul Khair Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Comite Pembela

Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
2

Syamsul Kurniawan, Jejak pemikiran Tokoh Pendidikan Islam , (Jogjakarta : Ar-ruzz
Media, 2011) h. 193-195
3
Hasan Basri, Filasafat Pendidikan Islam, (Bandung : Cv. Pustaka Setia, 2009) h. 234239

3

K.H. Ahmad Dahlan diakui sebagai salah seorang tokoh pembaru dalam
pergerakan Islam Indonesia, antara lain, karena ia mengambil peran dalam
mengembangkan pendidikan Islam dengan pendekatan-pendekatan yang lebih
modern. Ia berkepentingan dengan pengembangan pendidikan Islam masyarakat

yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran Al –Qur’an dan Hadits.4
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan Organisasi Muhammadiyah
untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad
Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal
menurut tuntutan agama islam. Ia ingin mengajak Umat Islam Indonesia untuk

kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Perkumpulan ini
berdiri pada tanggal 18 November 1912. Sejak awal, Dahlan telah menetapkan
bahwa Muhammadiyah bukan Organisasi Politik, tetapi bersifat sosial dan
bergerak dibidang Pendidikan.
Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan
mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk
kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering
mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola.5
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak DR. Muh Idris Tunru
“Bahwasannya setiap orang-orang yang hebat dan sukses selalu memiliki
Musuh”.6 Begitu pula dengan K.H Ahmad Dahlan Gagasan pendirian
Muhammadiyah-Nya mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari
masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubitubi kepadanya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama
Islam. Ada yang menuduhnya Kyai palsu karena sudah meniru bangsa Belanda
yang Kristen serta dengan macam-macam tuduhan yang lain. Bahkan adapulah
orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut
dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan
4

Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,

(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011) h. 193
5

Mif Baihaqi, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, (Bandung : Penerbit Nuansa, 2008) h. 36
Muh. Idris Tunru, Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Sem. V. Fakultas Tarbiyah Ilmu
Keguruan, Pendidikan Agama Islam 2.
6

4

perjuangan pembaharuan Islam di tanah Air bisa mengatasi semua rintangan
tersebut.7
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan Hukum.
Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat ketetapan
Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu bergerak didaerah
Yogyakarta. Daerah Pemerintahan Hindia Belanda, timbul kekawatiran akan
perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya, kegiatan dibatasi. Walaupun
Muhammadiyah dibatasi didaerah lain seperti srandakan, Wonosari dan Imogiri
dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas

bertentangan

dengan

keinginana

Pemerintah

Hindiah

Belanda.

Untuk

mengatasinya, K.H Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan Menganjurkan agar
cabang Muhammadiyah diluar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul
Islam di pekalongan, di Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan
nama Ahmadiyah, sedangkan di solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh
Fathonah (SATF) yang mendapat Pimpinan dari cabang muhammadiyah.


Bahakan, dalam kota Yogyakarta sendiri, ia menganjurkan adanya Jama’ah dan
perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan islam.
Perkumpulan dan Jama’ah ini mendapat bimbingan dari Myhammadiyah, yang
diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, HambudiSuci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Tharatul Qulub, Thaharatul-

Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’ruf bima kanu Wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul
Muslim, Syahratul Mubtadi.

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan
dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui relasirelasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang
besar dari masyarakat diberbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai
daerah lain berdatangan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan

7

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Cet. IV, Jakarta : Mutiara
Sumber widya, 1995) h. 268-269

5


cabang-cabang Muhammadiyah diseluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan
oleh Peerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1912.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan
dakwah

Muhammadiyah,

Dahlan

juga

memfasilitasi

para

anggota

Muhammadiyah untuk proses Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan
pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas
gerakan dakwa Muhammadiyah, telah diselenggarakan duabelas kali pertemuan
anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai Istilah Algemeene
Vergadering (Persidangan Umum).

Bagi Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan
pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapapun bagusnya suatu
program, menurut Dahlan, jika tidak dipraktikkan, tak bakal bisa mencapai tujuan
bersama. Karena itu, Ahmad Dahlan tak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat
Al-Qur’an, tapi ia lebih banyak mempraktekkannya dalam amal nyata.8
Atas jasa-jasa K. H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran
bangsa ini melalui pembaharuan islam dan pendidikan, Pemerintah Republik
Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat keputusan
Presiden No. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah :
1.

K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat islam untuk
menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan
berbuat;

2.

Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan
ajaran islam yang murni

kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut

kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar
iman dan islam.
3.

Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial
dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan
bangsa, dengan jiwa ajaran islam; dan

8

Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20, (Cet.1, Jakarta :
Gema Insani Press, 2006) h.11

6

4.

Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah
memelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan
berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
Usaha-usaha dan Jasa-jasa Ahmad Dahlan yang sangat muliah adalah

sebagai berikut9 : Mengubah danmembetulkan arah kiblat yang tidak tepat
menurut mestinya. Umunya masjid-masjid dan llanggar-langgar di Yogyakarta
menghadapt Timur dan Orang-orang shalat menhgadap ke arah Barat lurus.
Padahal arah kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah dari Tanah Jawa harus
miring Utara ±24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan
tentang tentang ilmu falak itu, orang tidak boleh mengahadap Kiblat menuju barat
lurus, melainkan harus miring ke utara ±24 derajat. Oleh sebab itu, K.H Ahmad
Dahlan mengubah bangunan pesantrennya supaya menuju ke arah kiblat yang
betul. Perubahan itu mendapatkan tantangan keras dari pembesar-pembesar
masjid dan kekuasaan keajaan, Mengajarkan dan menyiarkan agama islam dengan
populer, bukan saja dipesantren, melainkan pergi ke tempat-tempat lain dan
mendatangi berbagai golongan. Bahkan, dapat dikatak bahwa K.H Ahmad Dahlan
adalah bapak mubaliqh islam di Jawa tengah, Memberantas Bid’ah-bid’ah dan
khurafat serta adat-sitiadat yang bertentangan dengan ajaran agama islam dan
Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912 M yang tersebar
seluruh Indonesia sampai sekarang. Pada permulaan berdirinya, Muhammadiyah
mendapat halangan dan Rintangan yang sangat berat, bahkan K.H. Ahmad Dahlan
dikatakan telah keluar dari madzhab, meninggalkan Ahli Sunnah Wal-jamaah.
Bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan kepada dirinya
diterimanya dengan sabar dan tawakal sehingga Muhammadiyah menjadi satu
perkumpulan yang terbesar di Indonesia serta berjasa kepada Rakyat dengan
mendirikan sekolah-sekolah, sejak Taman Kanak-kanak sampai sekolah Tinggi.
Perkumpulan Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 Zulhijjah 1330 H atau 18 Noveber 1912 M berpusat di Yogyakarta.
9

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta Pusat : Mutiara Sumber
Widya, 1995) h. 267-268

7

Maksud dan tujuannya ialah menegakan dan menjunjung tinggi agama islam
sehingga dapat mewujudkan masyarakat islam yang sebanr-benarnya.
Usaha untuk mencapai Maksud dan Tujuan itu ialah dengan :
1.

Mengadakan dakwa Islam

2.

Memajukan pendidikan da pengajaran

3.

Menghidup-suburkan masyarakat tolong-menolong

4.

Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf

5.

Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda supaya menjadi
orang islam yang berarti

6.

Berusaha dengan segala kebijaksanaan supaya kehendak dan peraturan
Islam berlaku dalam masyarakat

7.

Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan
ajaran islam.
Diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua Ialah :

1.

Kweekschool Muhammadiyah Yogya

2.

Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta

3.

Mualimmat Muhammadiyah Jakarta

4.

Zuama/Zaimat Yogyakarta

5.

Tablighschool , Yogyakarta

6.

Kulliyah Muballigh/Muballighat, Padang panjang (Sumatera Tengah)

7.

HIK Muhammadiyah Yogya
Muhammadiyah terus bergerak mengembangkan dunia pendidikan. Jasa-

jasa Ahmad Dahlan sangat besar, hingga Muhammadiyah bukan hanya memiliki
banyak lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak hingga pergururan tinggi,
Muhamamdiyah [un memiliki fasilitas bisnis yang beraneka ragam.
K.H Ahmad Dahlan berpulang Ke rahmatullah pada tanggal 23 Februari
1923 dalam usia 55 Tahun. Semangat perjuangannya perlu kita tiru, terutama
dalam mengembangkan pendidikan Islam di tanah Air Tercinta.

8

B.

Pemikiran Pendidikan K.H Ahmad Dahlan
Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang

masih mencampur-baurkan adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan
ajaran umat islam, inilah yang menjadi latar belakang pemikiran K.H. ahmad
Dahlan untuk melakukan pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya
Muhammadiyah. Selain faktor lain diantaranya, yaitu pengaruh pemikiran
pembaruan dari para gurunya di Timur Tengah.10
Hampir

seluruh

pemikiran

K.H.

Ahmad

Dahlan

berangkat

dari

keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat
merugikan bangsa Indonesia.11
Tanpa mengurangi pemikiran para intelektual muslim lainnya, paling tidak
pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai awal
kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia. Gagasan pembaruannya sempat
mendapat tantangan dari masyarakat waktu itu, terutama dari lingkunagan
pendidikan tradisional. Kendati demikian, bagi Dahlan, tantangan tersebut bukan
merupakan hambatan, melainkan tantangan yang perlu dihadapi secara arif dan
bijaksana. 12
Pandangan K.H Ahmad Dahlan dapat dilihat pada kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan di Muhammadiyah, juga bisa dilihat ide-ide pendidikan yang
dikelurakan oleh Ahmad Dahlan, antara lain : Ia membawa pembaharuan dalam
bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula sistem pesantren
menjadi sistem sekolah., Ia telah memasukan pelajaran umum pada sekolahsekolah agama dan Madrasah, Ia telah engadakan perubahan dalam metode
pengajaran dari semula pengajaran sorongan kepada metode pengajaran yang
10

Syamsul kurniawan-Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta
: Ar-Ruzz Media, 2011) h.195-196
11

Ramayulis-Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh pendidikan Islam, (Jakarta : Quantum
Teaching, 2010) h. 193
12
Syamsul kurniawan-Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011) h. 200

9

lebih bervariasi, Ia telah mengajarkan sikap hidup terbuka dan toleran, Ia dengan
organisasinya Muhammadiyah termasuk Organisasi islam yang paling pesat
dalam menegmbangkan lembaga pendidikan yang lebih bervariasi, ia juga
memperkenalkan manajemen yang moderen ke dalam sistem pendidikan. Cita-cita
dan Usaha Ahmad Dahlan ini makin brkembang pada saat ini, dan telah
menunjukan kemajuan yang amat pesat.13
Menurut Dahlan upaya Strategis untuk menyelamatkan dari Pola berpikir
yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui Pendidikan.
Penddikan hendaknya dididik agar cerdas, kritis dan memiliki daya analisis yang
tajam dalam memeta dinamika kehidupannya pada masa depan. Adapun kunci
dari bagi meningkatkan kemajuan umat islam adalah dengan kembali pada AlQur’an dan Hadits, mengarahkan umat pada pemahaman ajaran islam secara
Komprehensif, dan menguasai segala disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara
Strategis dapat dilakukan melalui pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan hendaknya dilakukan menurut Dahlan didasarkan
pada landasan yang kokoh, yaitu sebgai Abd Allah dan Khalifah fi al-ardh. Dalam
proses kejadiannya, manusia diberi Allah dengan Al-ruh dan Al-Aql.14 Untuk itu
pendidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh
untuk menalar petunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada
sang Khaliq.
Islam menekankan kepada umatnya untuk mendayagunakan semua
kemampuan yang ada pada dirinya dalam rangka memahamifenomena alam
semesta. Meskipun dalam banyak tempat al-qur’an senantiasa menekankan
pentingnya menggunakan akal, akan tetapi Al-Qur’an juga mengakui akan
keterbatasan kemampuan akal. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan dalam Islam
hendaknya

memeberikan

kemungkinan

yang

sebesar-besarnya

bagi

pengembangan kesemua dimensi. Menurut Dahlanpengembangan merupakan
proses Integrasi Ruh dan Jasad. Konsep ini diketengahkannya dengan

13

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008) h.90-91
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Insiklopedia Pendidikan Islam, (Ciputat : Kuantum
Teaching, 2005) h. 205-206
14

10

menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung, sesuai
dengan prinsip al-qur’an dan as-sunnah, bukan semata-mata dari Kitab Tertentu.
Islam merupakan agama taqhayyir yang menghendaki Moderenisasi
(Tajdid). Prinsip ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-qur’an bahwa tidak akan

terjadi Moderenisasi pada suatu kaum, kecuali mereka sendiri berupaya kearah
tersebut (Q.S. 13 : 11).15 Menurut Dahlan proses perumusan kerangka yang Ideal
adalah disebut dengan proses ijtihad, yaitu mengarahkan otoritas intelektual untuk
sampai pada suati Konklusi tentang berbagai persoalan. Dalam hal ini Dahlan
menyadari bahwa umat islam telah deikian lama terpasung oleh faham dan amal
agama yang menyimpang

dari Universalitas ajaran agama. Dahlan mencoba

menggugat praktek pendidikan islam pada masanya. Pada waktu itu pelaksanaan
pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi pelaku
individu maupun sosial yang telah menjadi model baku dalam masyarakat.
Pendidikan tidak memberkan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan
mengambil prakarsa. Kondisi yang demikian menyebabkan pelaksanaan
pendidikan berjalan searah dan tidak bersifat dialogis. Menghargai potensi akal
dan hati yang suci, merupakan cara strategis bagi peserta didik mencapai
pengetahuan tertinggi.16
Menurut dahlan pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, ‘alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah keduniaan, serta bersedia untuk kemajuan
masyarakatnya. Serta materi pendidikan menurut pemikiran Dahlan adalah
pengajaran Al-Qur’an dan Hadits, membaca menulis berhitung, ilmu bumi dan
menggambar.
Untuk perlu mewujudkan ide-ide pembaharuan dalam bidang pendidikan,
Dahlan merasa perlu mendirikan lembaga pendidikan yang berorientasi pada
pendidikan moderen, yaitu dengan menggunakan sistem klasikal. Apa yang
dilakukan Ia ada waktu itu adalah sesuatu yang masih cukup laangkah dilakukan

15
16

Al-Qur’an Karim, Surah Ar-Ra’d Ayat 11
Syamsul Nizar, Filsafat Pendiidkan Islam,, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) h. 104-109

11

oleh lembaga pendidikan Islam pada waktu itu. Dahlan menggabungkan antara
sitem pendidikan belanda dengan sistem pendidikan Tradisional secara integral.
Tampa mengurangi pemikiran para intelektual muslim lainnya, paling tidak
pemikiran Dahlan tentang pendidikan islam dapat dikatakan sebagai awal
kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia.
Dengan demikian, peranan peranan pendidikan Islam menjadi semakin
penting dan strategis untuk senantiasa mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini
disebabkan, karena pendidikan merupakan media yang sangat strategis untuk
mencerdaskan umat. Dalam konteks ini pemikiran Dahlan dapat diletakan untuk
memberikan insprirasi pembentukan dan pembinaan peradaban umat islam yang
lebih proporsional.17
Menurut Abudin Nata, ada beberapa catatan yang perlu diikemukakan.
Pertama,

Ahmad Dahlan telah membawa Pembaharuan dalam bentuk

kelembagaan pendidikan, yang semula sistem pesantren menjadi sekolah. Kedua,
Ahmad Dahlan memasukan mata pelajaran umum kepada sekolah-sekolah
keagamaan atau Madrasah. Ketiga, Ahmad Dahlan mengadakanperubahan dalam
metode pengajaran, dari yang semula menggunakan metode weton dan Sorogan
menjadi lebih bervariasi. Keempat, Ahmad Dahlan mengajarkan sikap hidup
terbuka dan toleran dalam pendidikan. Kelima, Ahmad Dahlan dengan
Muhammadiyahnnya berhasil mengembangkan lembaga pendidikan yang
beragam, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dan dari yang berbentuk
sekolah agam hingga berbentuk sekolah umum. Keenam, Ahmad Dahlan berhasil
memperkenalkan manajemen pendidikan moderen kedalam sistem pendidikan
dirancangnya.18
Menurut K.H Ahmad Dahlan bahwa kunci kemajuan ada pada Al-qur’an
dan Hadits. Maka K.H Ahmad Dahlan mangatakan untuk mengaktualisasikannya
bahwa harus mengetahui terlebih dahulu Tujuan dari Pendidikan Islam yaitu
hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi
pekerti luhur, yaitu alim dalam agama, luas pandangan, yaitu alim dalam ilmu17
18

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz, 2006) h. 306
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet: I, Jakarta : Logos, 1997) h. 208

12

ilmu umum dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat, hal ini berarti
bahwa pendidikan Islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang
bertaqwa baik sebagai hamba Allah maupun khalifah dimuka bumi. Untuk
mencapai tujuan ini proses pendidikan Islam hendaknya mengakomodasi berbagai
ilmu pengetahuan baik umum maupun agama, untuk mempertajam daya
intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas peserta didik.
Menurut Ahmad Dahlan upaya ini akan terealisasikan manakala proses
pendidikan bersifat integral yang mampu menghasilkan manusia yang lebih
berkualitas. Untuk menciptakan peserta didik yang demikian, maka sumber ilmu
pengetahuan Islam hendaknya dijadikan landasan metodologis dalam kurikulum
dan bentuk pendidikan yang dilaksanakan.
Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan
yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan
sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk
menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama. Sebaliknya,
pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang
didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan
tersebut lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama
tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu
umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.19
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa
tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh
menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan
akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, materialspritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan
pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah. K.H
Ahmad Dahlan mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh
lembaga pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap
19

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet: I, Jakarta : Logos, 1997) h. 212

13

dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan
metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang
didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah
sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini
tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda
dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini.20
Kemudian dalam Materi yang diajarkan dalam Pendidikan K.H Ahmad
Dahlan mengadopsi pendidikan barat atau umun dan dipadukan dengan
pendidikan Islam, namun tetap berpegang teguh pada Al-qur’an dan Assunnah.
Dengan begitu K.H Ahmad Dahlan mengemukakan bahwa Kurikulum yang ada
dalam sekolah itu harus meliputi Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha
menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah,
Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu
yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan,
antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat, dan Pendidikan
kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan
keinginan hidup bermasyarakat. K.H. Ahmad Dahlan telah membawa
pembaharuan pendidikan waktu itu melalui Muhammadiyah baik dengan
memasukkan mata pelajaran agama di sekolah-sekolah umum dan menyerap
ilmu-ilmu yang datang dari Barat, serta memasukkan kitab-kitab ulama baru ke
dalam kurikulumnya.21
Selanjutnya yang membuat Pendidikan Islam maju pada saat itu yaitu K.H
Ahmad Dahlan menggunakan Metode Pembelajaran yang efektif diana dikatakan
pada masa itu Metode Pembelajran yang dipakai Kiyai atau Guru tidak efektif
yaitu : Pertama, dalam proses belajar-mengajar, sistem yang dipakai masih
menggunakan sorogan (khalaqah), ustadz/kiyai dianggap sebagai sumber
kebenaran yang tidak boleh dikritisi. Kondisi ini membuat pengajaran nampak

20

Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, (Jember :
Mutiara Offset, 1985) h. 92
21
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia,
2001) h. 276

14

tidak demokratis. Fasilitas-fasilitas modern yang sebenarnya baik untuk
digunakan dilarang untuk dipakai karena menyamai orang kafir.
Kedua, materi dan kurikulum yang disajikan masih berkisar pada studi
Islam klasik, misalnya, fikih, tasawuf, tauhid, dan sejenisnya. Ilmu-ilmu itu wajib
syar'i untuk dipelajari. Sementara ilmu modern tidak diajarkan karena ilmu itu
termasuk ilmu Barat yang haram hukumnya bagi orang Islam untuk
mempelajarinya. Ilmu-ilmu selain studi Islam klasik tersebut dianggap bukan ilmu
Islam. Padahal kalau diteliti, ilmu-ilmu yang berkembang di Barat itu merupakan
pengembangan lebih lanjut dari ilmu yang sudah dikembangkan oleh umat Islam
pada zaman keemasan Islam.
Ketiga, pendidikan modern hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di
dunia Barat. Metode pengajaran sudah menggunakan metode modern. Pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda ini tidak diajarkan ilmuilmu keislaman. Kebanyakan siswa yang bisa masuk dalam pendidikan ala Barat
ini adalah orang-orang priyayi atau pegawai pemerintah Belanda.
Melihat masalah yang ada maka K.H Ahmad Dahlan mengadakan Metode
Pembelajaran dengan cara yaitu : Metode pembelajaran yang dikembangkan K.H.
Ahmad Dahlan bercorak kontekstual melalui proses dialogis dan penyadaran.
Contoh klasik adalah ketika beliau menjelaskan surat al-Ma’un kepada santrisantrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu
menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong fakir-miskin, dan harus
mengamalkan isinya.22
Hal ini karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami
secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Adapun
perbedaan model belajar yang digunakan antara pendidikan di pesantren dengan
pendidikan yang diajarka oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut: Cara
belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah
yang dibangun Ahmad Dahlan menggunakan sistem masihal seperti sekolah
Belanda, Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan
22

Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia,
2001) h. 280

15

di madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan bahan pelajarannya diambil dari bukubuku umum, dan Hubungan antara guru-murid, di pesantren hubungan guru-murid
biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap
sakral.

Sedangkan

madrasah

yang

dibangun

Ahmad

Dahlan

mulai

mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.23
Dan terakhir K.H Ahmad Dahlan menerapkan Pendidikan Integralistik
yakni K.H Ahmad Dahlan adalah tipe man of action sehingga sudah pada
tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh
sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan beliau musti
lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan, hal
ini sebagaimana dijelaskan oleh Amir Hamzah Wirjosukarto dalam bukunya yang
berjudul Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam .
Amir Hamzah Wirjosukarto, melanjutkan memaparkan mengenai pribadi
K.H. Ahmad Dahlan yang merupakan pencari kebenaran hakiki yang menangkap
apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manar sehingga meskipun tidak punya latar
belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas
melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid. 24
Dia dapat dikatakan sebagai suatu “model” dari bangkitnya sebuah generasi
yang merupakan “titik pusat” dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan
dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan
tokoh-tokoh nasional pada zamannya yang lebih menaruh perhatian pada
persoalan politik dan ekonomi, K.H. Ahmad Dahlan mengabdikan diri
sepenuhnya dalam bidang pendidikan.
Pendidikan di Indonesia pada saat itu terpecah menjadi dua, pendidikan
sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, yang tak mengenal ajaran-ajaran yang
berhubungan dengan agama; dan pendidikan di pesantren yang hanya mengajar
ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama saja. Kondisi internal pendidikan
23

Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20 , (Cet.1, Jakarta:
Gema Insani Press, 2006) h. 9
24
Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam,( Jember :
Mutiara Offset, 1985) h. 202

16

pesantren di satu pihak, model penyelenggaraan, krakter dan produk alumni
model ala Barat di pihak lain, seperti dijelaskan di atas mendorong Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah.
Melalui Muhammadiyah Ahmad Dahlan ingin mendirikan lembaga
pendidikan yang memadukan dua karakter dari dua model lembaga pendidikan
yang berkembang saat itu, mengajarkan semangat Islam dan semangat modern.
Dengan demikian, umat Islam tidak hanya fasih berbicara tentang Islam, seperti
alumni pesantren, tetapi juga berwawasan luas tentang perkembangan modern.25

25

Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam,( Jember :
Mutiara Offset, 1985) h. 204

17

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya K.H.

Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya
bagi dunia pendidikan di Indonesia ini.
Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman,
Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah,
K.H. Ahmad Dahlan mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir,
Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad
Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola. Pada
tahun 1912 beliau mendirikan Muhammadiyah yang semata-mata bertujuan untuk
mengadakan

dakwah

Islam,

memajukan

pendidikan

dan

pengajaran,

menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah dan wakaf,
mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang berarti,
berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan
ajaran Islam
Ide-ide yang di kemukakan K.H. Ahmad Dahlan telah membawa pembaruan
dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula bersistem
pesantren menjadi system klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal tersebut
dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah. Meskipun demikian,
K.H. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan moral atau ahlak,
pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.

18

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Karim, Surah Ar-Ra’d Ayat 11.
Baihaqi, Mif. 2008. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, Bandung: Penerbit Nuansa.
Basri, Hasan. 2009. Filasafat Pendidikan Islam. Bandung : Cv. Pustaka Setia.
Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Setia.
Kurniawan, Syamsul, dan Erwin Mahrus. 2011. Jejak pemikiran Tokoh
pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-ruzz media.

Muhammad, Herry, dkk. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20.
Cet.1. Jakarta: Gema Insani Press,
Nata,Abudin. 1997Filsafat Pendidikan Islam. Cet: I; Jakarta: Logos.
Nizar, Syamsul. 2002. Filsafat Pendiidkan Islam. Jakarta : Ciputat Pers.
Ramayulis dan Syamsul Nizar. 2010. Ensiklopedi Tokoh pendidikan Islam.
Jakarta: Quantum teaching.
Salam, Junus. 2009. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah. Tangerang: AlWasat Publising House.
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Tunru, Muh. Idris. Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Sem. V. Fakultas
Tarbiyah Ilmu Keguruan, Pendidikan Agama Islam 2.
Wirjosukarto, Amir Hamzah. 1985 Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran
Islam. Jember: Mutiara Offset.

Yunus, Mahmud. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. IV; Jakarta:
Mutiara Sumber Widya.
19

BIODATA MAHASISWA
Nama

: Mita Maku

Nim

: 15.2.3.054

Jurusan/Prodi

: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/
Pendidikan Agama Islam (PAI 2)

Email

: Mithamaku12@gmail.com

No HP

: 082348849846

Alamat

: Bolaang Mongondow Utara (Bintauna)

20