KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN UNI ERO

1 | Page

KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN UNI EROPA DALAM
MENANGANI & MENANGGULANGI CYBERCRIME

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam
Mata Kuliah Analisa Politik Luar Negeri

oleh
Muhammad Darmawan Ardiansyah
NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013/2014

2 | Page

Pendahuluan

I. Latar Belakang Masalah.
Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang menjadi kiblat teknologi dunia.
Perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat signifikan membuatnya selalu menjadi
negara yang terdepan dalam bidang apapun. Sejalan dengan perkembangan teknologinya,
cybercrime-pun meningkat dengan sangat cepat tiap tahunnya. New York Times, salah satu
media terbesar di AS melaporkan bahwa serangan malware jumlahnya terus mengalami
peningkatan. Tercatat sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 telah terjadi kenaikan serangan
malware sebesar 17%.1 Washington Post, juga melaporkan bahwa telah terjadi sebuah
serangan hacker yang telah meng-hack twitter yang dimiliki oleh Associated Press. Serangan
ini menyebabkan pasar saham AS merugi sebesar 136 miliar USD hanya dalam kurun waktu
kurang lebih 10 menit.
Symantec, perusahaan yang bergerak dibidang antivirus dan pengamanan sistem
komputer melaporkan bahwa ada kenaikan pelaku kejahatan cybercrime yang sangat
signifikan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2012 AS menjadi negara
kedua setelah China sebagai negara konsumen cybercrime terbesar yang menghabiskan total
21 miliar USD.2 Dan pada tahun 2013 AS menjadi negara pertama konsumen cybercrime
terbesar di dunia yang menghabiskan total 38 miliar USD dalam 12 bulan terakhir. 3 Pada 15
November 2011 website facebook jatuh akibat dari penyerangan yang dilakukan oleh pelaku
cybercrime. Metro UK melaporkan bahwa serangan tersebut dilancarkan melalui “linkspam
virus”. Apabila pengguna meng-klik website facebook maka yang muncul bukanlah halaman

facebook, melainkan tampilan beberapa gambar perempuan yang sedang berbuat tidak
senonoh.4
Apple yang disebut-sebut sebagai perusahaan gadget terbaik dalam mengatasi
serangan-serangan hacker pun tidak mampu menahan serangan yang dilakukan terhadap
produk buatannya. Dari laporan BBC menyebutkan bahwa ada sekitar 600 ribu unit komputer
1 David E. Sanger & Eric Schmitt,”Rise Is Seen Cyberattacks Targeting U.S. Infrastructure”,
http://www.nytimes.com/2012/07/27/us/cyberattacks-are-up-national-security-chief-says.html?_r=1&. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014
pukul 06:09.
2 Paganinip,” 2012 Norton Cybercrime report, a worrying scenario”, http://securityaffairs.co/wordpress/8458/cyber-crime/2012-nortoncybercrime-report-a-worrying-scenario.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 06:46.
3 Symantec,”2013 Norton Report”, http://www.symantec.com/about/news/resources/press_kits/detail.jsp?pkid=norton-report-2013.
Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 06:47.
4 Metro UK Reporter,“Facebook investigates virus displaying hardcore porn on users’ newsfeeds”,
http://metro.co.uk/2011/11/15/facebook-investigates-virus-displaying-hardcore-porn-on-users-newsfeeds-221073/. Diakses pada tanggal 20
Mei 2014 pukul 07:40.

3 | Page

Macs yang telah terinfeksi virus. Virus yang menyerang komputer-komputer ini dikenal
dengan Flashback Trojan. Dan diperkirakan bahwa jumlah komputer yang terinfeksi akan
terus bertambah.5 Motif/tujuan dari serangan tersebut adalah sebagai aksi balas dendam,

perlawanan terhadap pemerintah, serta bentuk aksi protes terhadap sebuah perusahaan atau
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Pada bulan Oktober 2012, Leon Panetta yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan
Amerika Serikat memberikan pernyataan terkait tentang cybercrime. Pernyataannya adalah
bahwa pembangkit listrik, pengolahan air bersih, dan sistem transportasi AS yang telah
terintegrasi dengan jaringan komputer telah di-hack.6 Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
terdapat keresahan yang sangat mendalam bagi seorang Panetta akan ketidaksiapan AS dalam
menghadapi serangan-serangan yang mungkin bisa saja terjadi setiap saat. Dia juga
menyatakan bahwa serangan yang dilakukan oleh para hacker bisa menimbulkan kerusakan
setara bahkan lebih parah dari apa yang telah terjadi di Pearl Harbour7.
Pernyataan Panetta menggambarkan bahwa cybercrime adalah ancaman yang sangat
serius dan bisa menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi AS. Para peneliti di
Massachusetts Institute of Technology (MIT) juga mempunyai pendapat yang sama bahwa,
infrastruktur di AS rawan sekali terhadap serangan cybercrime8. Kerawanan ini disebabkan
oleh adanya indikasi bahwa sistem pengamanan yang dipakai telah usang dan ketinggalan
zaman.
II. Pertanyaan Masalah.
1) Bagaimana dinamika perkembangan cybercrime di dunia, khususnya AS dan Uni
Eropa?
2) Apa yang melatarbelakangi AS untuk bekerjasama dengan Uni Eropa dalam

menangani dan menanggulangi cybercrime?
3) Bagaimana peran faktor internal dan eksternal dalam mempengaruhi kebijakan luar
negeri AS?
III. Manfaat Penelitian.
5 Katia Moskvitch,”The World’s Five Biggest Cyber Threats”, http://www.bbc.com/news/technology-17846185. Diakses pada tanggal 20
Mei 2014 pukul 09:08.
6 Tom Simonite,”Old-Fashioned Control Systems Make U.S. Power Grids, Water Plants a Hacking Target”,
http://www.technologyreview.com/news/429611/old-fashioned-control-systems-make-us-power-grids-water-plants-a-hacking-target/.
Diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 20:58.
7 Daily Mail Reporter,”CIA chief Panetta warns cyber attack could be ‘next Pearl Harbour’”, http://www.dailymail.co.uk/news/article2003160/CIA-chief-Panetta-warns-cyber-attack-Pearl-Harbor.html. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 21:07.
8 Geoffrey Ingersoll,”MIT: The US Really Should Be Freaking Out About Possible Cyber Attacks”, http://www.businessinsider.com/hereswhy-the-us-is-incredibly-vulnerable-to-cyber-attacks-2012-10?IR=T&#ixzz2D8DpQK59. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 21:12.

4 | Page

1) Memenuhi tugas yang telah diamanahkan dosen kepada mahasiswa.
2) Menambah wawasan dalam mata kuliah ini.
3) Sebagai latihan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori yang telah dipelajari.
IV. Kerangka Teori.
Setiap penelitian yang dilakukan oleh akademisi memerlukan kerangka teori/pemikiran
sebagai alat analisis dalam meneliti sebuah kasus. Hal ini sangat diperlukan bagi seorang

akademisi untuk memudahkannya dalam meneliti kasus tersebut. Dalam sub-bab ini penulis
akan memaparkan beberapa istilah dari teori-teori yang penulis gunakan. Yang pertama
adalah kebijakan luar negeri, merupakan cara sebuah negara dalam memperoleh keuntungan
dan usahanya untuk mengatasi lingkungan eksternalnya. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup negara tersebut.9
Ada berbagai unsur penting yang memberikan pengaruh bagi suatu negara dalam
menentukan kebijakan luar negerinya. Unsur-unsur tersebut dapat berupa faktor internal dan
eksternal yang mempunyai pengaruh dalam setiap pengambilan keputusan kebijakan luar
negeri suatu negara. Faktor internal itu sendiri adalah, partai politik, kelompok penekan,
organisasi birokrasi yang saling bersaing, media massa, opini publik, budaya politik dan lainlain. Sedangkan faktor eksternal dapat dibagi menjadi negara superpower, organisasi
internasional dan organisasi regional.10
Alex Mintz membagi faktor domestik menjadi 4 bagian:11Diversionary Tactics,
Economic Interests, The Role of Public Opinion, Electoral Cycles. Sedangkan Rosenau
membaginya menjadi:12Societal Sources (Economic Development, Cultural and history,
Social Structure, and Moods of Opinion), Govermental Sources (Political Accountability and
Governmental Structure). Faktor eksternal menurut Alex Mintz dibagi menjadi 4,
yaitu:13Deterrence and Arm Races, Strategic Surprise, Alliances, Regime Type of the
Adversary. Rosenau membaginya dalam 5 bagian, yaitu:14Size, Geography, Great Power
Structure, Alliances, Technology. Kerangka pemikiran ini akan penulis kombinasikan satu
dengan yang lain, dalam analisis yang penulis lakukan pada bab selanjutnya.


9 Rosenau, James N, Boyd Gavin, Thompson, Kenneth W,”World Politics: An Introduction”, The Free Press, New York: 1976, Hal 27-32.
10 VK Malhotra,”International Relations”, Anmol Publications Pvt Ltd, New Delhi: 2004, Hal 186.
11 Debbie Affianty,”Determinants of Foreign Policy Decision Making: Internal or Domestic Factors”, Presentasi disampaikan pada mata
kuliah Analisa Politik Luar Negeri pertemuan ke-6.
12 Ibid.
13 Debbie Affianty,”Determinants of Foreign Policy Decision Making: International or External Factors”, Presentasi disampaikan pada
mata kuliah Analisa Politik Luar Negeri pertemuan ke-10.
14 Ibid.

5 | Page

Pembahasan
I. Pengertian Cybercrime & Macam-Macam Serangannya.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kasus cybercrime yang terjadi di AS, terlebih
dahulu penulis ingin menjelaskan mengenai definisi dari cybercrime serta menjelaskan
macam-macam dari cybercrime itu sendiri yang penulis kutip dari beberapa sumber. Menurut
The U.S. Department of Justice cybercrime adalah “Any illegal act requiring knowledge of
computer technology for its perpetration, investigation, or prosecution.”15 Artinya sendiri
kurang lebih adalah segala kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan computer, yang

dimana membutuhkan keahlian dan komputer merupakan instrumen utama dari kejahatan
tersebut. Dalam melakukan aksinya, pelaku kejahatan akan selalu terlibat kontak dengan
jaringan internet. Karena instrumen utama kejahatan itu sendiri adalah jaringan internet.
Macam-macam cybercrime dapat berupa sebagai berikut, yaitu16:
a) Unauthorized Access to Computer System and Service: Kejahatan ini dilakukan
dengan cara memasuki jaringan sistem komputer milik orang lain tanpa
sepengetahuannya.
b) Illegal Contents: Kejahatan ini dapat berupa hoax atau penyeberan berita bohong,
memuat konten pornografi tanpa seizin yang berwenang, pembocoran data, khususnya
rahasia negara.
c) Data Forgery: Kejahatan yang berupa pemalsuan data yang dilakukan oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab. Biasanya kejahatan ini berorientasi untuk profit
seeking.
d) Cyber Espionage: Kejahatan ini dilakukan untuk memata-matai pihak tertentu yang
dianggap mempunyai informasi-informasi penting.
e) Cyber Sabotage and Extortion: kejahatan ini dilakukan untuk menciptakan sebuah
kerusakan pada sistem komputer yang dimiliki oleh pihak korban dengan virus.
f) Offense against Intellectual Property: kejahatan ini dilakukan untuk mendapatkan hak
kekayaan intelektual pihak lain tanpa melalui persetujuan dari pihak pemilik kekayaan
tersebut.

g) Infringements of Privacy: Pencurian atau pembocoran data pribadi yang dimiliki oleh
seseorang.
II. Data serangan Cybercrime di Amerika Serikat & Beberapa Negara Uni Eropa.
15Petrus

Reinhard Golose,“Perkembangan Cybercrime & Upaya Penanganannya di Indonesia Oleh Polri”, Hal 34, Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional Mengenai “Penanganan Cybercrime di Indonesia ke arah Pengembangan Kebijakan yang Menyeluruh
dan Terpadu”, 10 Agustus 2006.
16Ibid, Hal 35-37.

6 | Page

a) Data Jumlah keluhan terhadap serangan cybercrime dari tahun 2000-2013 di AS.17

b) Daftar 5 negara terbesar penerima keluhan terhadap serangan cybercrime.18

c) 10 negara bagian AS penerima keluhan terbesar terhadap serangan cybercrime.19

17Federal


Bureau of Investigation by Internet Crime Complaint Center,“2013
https://www.ic3.gov/media/2013.aspx. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014 pukul 20:56.
18 Ibid, Hal 7.
19 Ibid, Hal 7.

Internet

Crime

Report”,

Hal

3

7 | Page

d) Total Biaya Cybercrime di AS dan 24 Negara (Uni Eropa).20

e) Jumlah pengguna internet yang pernah mengalami cybercrime di AS dan 24 Negara

(Uni Eropa).21

f) Tipe Cybercrime yang sering digunakan dalam penyerangan di AS dan 24 Negara
(Uni Eropa).22

20Symantec,”Cybercrime Report 2011”, http://us.norton.com/content/en/us/home_homeoffice/html/cybercrimereport/. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2014 pukul 10:49.
21 Ibid.
22 Ibid.

8 | Page

g) Data cybercrime yang terjadi di lingkungan keluarga di AS dan 24 Negara (Uni
Eropa).23

23 Ibid.

9 | Page

h) Negara dengan kerugian terbesar (sampel berasal dari organisasi/perusahaan yang ada

di negara tersebut) akibat serangan cybercrime.24

24 Ponemon Institute,“2013 Cost of Cyber Crime Study: United States”,

http://www.hpenterprisesecurity.com/ponemon-2013-cost-ofcyber-crime-study-reports. penelitian disponsori oleh HP Enterprise Security, Oktober 2013, Hal 2. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014

10 | P a g e

Data statistik yang penulis paparkan di atas bermaksud untuk menggambarkan tentang
cybercrime yang terjadi di AS. Apabila kita perhatikan secara seksama, AS benar-benar telah
mengalami ancaman yang sangat serius akibat dari cybercrime ini. Kedigdayaan AS tidak
berarti apa-apa, hal ini dapat kita lihat pada saat dilakukan simulasi serangan yang dinamai
Cyber Shockwave.25 Serangan berlangsung selama 4 jam, yang diawali dengan penginfeksian
program malware dalam aplikasi “March Madness” yang sedang naik daun pada saat itu
dikalangan pengguna smartphone. Saat serangan dimulai, tiba-tiba saja 20 juta smartphone
tidak dapat dioperasikan seperti sedia kala dan mengakibatkan kelumpuhan yang sangat
serius pada sektor publik seperti, jaringan listrik, sistem perairan, dan transportasi.
Pemaparan data di atas juga sedikit menyinggung tentang kejahatan cyber yang terjadi
di negara-negara Eropa. Sebagai rekan kerjasama AS dalam menangani kasus cybercrime.
Wilayah Eropa juga tidak luput dari serangan-serangan cybercrime yang sangat mengancam
stabilitas negara-negara di Eropa, khususnya negara-negara maju yang ada di wilayah
tersebut. Adanya persamaan kasus ancaman cybercrime di antara kedua belah pihak menjadi
pendorong utama bagi keduanya dalam melakukan kerjasama.
Untuk mengantisipasi serangan serupa di masa yang akan datang, AS membentuk
sebuah lembaga khusus yang dibentuk secara resmi pada tanggal 21 Mei 2010 bernama US
Cyber Command.26 Lembaga ini hanya berfokus pada kejahatan dunia maya, dengan harapan
25Eileen McMenamin,”Cyber ShockWave Shows U.S. Unprepared For Cyber Threats.”

http://bipartisanpolicy.org/news/pressreleases/2010/02/cyber-shockwave-shows-us-unprepared-cyber-threats. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014 pukul 19:58.
26 Siobhan Gorman & Yochi Dreazen,”Military Command Is Created for Cyber Security”,
http://online.wsj.com/news/articles/SB124579956278644449. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 12:59.

11 | P a g e

bahwa dibentuknya lembaga ini dapat mengurangi frekuensi tingginya intensitas kejahatan
dunia maya.
III. Fact Sheet: U.S.-EU Cyber Cooperation
Dalam sub-bab ketiga ini penulis akan menjelaskan tentang apa saja poin-poin dan
kesimpulan yang dihasilkan dari kerjasama ini. Kerjasama ini diselenggarakan di Brussels,
Belgia pada tanggal 26 Maret 2014.27 Dalam pertemuan ini AS dan Uni Eropa banyak
menandatangani kontrak kerjasama, salah satunya adalah kerjasama dalam menangani kasus
cybercrime dan membangun cybersecurity di dua wilayah tersebut.
Kerjasama AS-Uni Eropa dalam menangani dan menanggulangi cybercrime membicarakan
tentang:
a) Perkembangan dunia maya internasional.
b) Promosi dan perlindungan Hak Asasi Manusia di dunia maya.
c) Masalah keamanan internasional, seperti norma-norma perilaku yang berlaku di dunia
maya, membangun kepercayaan dengan peningkatan keamanan cyber, dan penerapan
hukum internasional yang berlaku dalam dunia maya.
d) Peningkatan kapasitas cybersecurity di negara-negara ketiga.
IV. Analisis Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat.
1. Faktor Internal.
a. Economic Interest.
Dalam faktor economic interest ini terlebih dahulu penulis akan mengutip
pernyataan presiden AS, Barack Obama yaitu,” “Cyber threat is one of the most
serious economic and national security challenges we face as a nation” and that
“America's economic prosperity in the 21st century will depend on
cybersecurity.”
Dari pernyataannya dapat kita simpulkan bahwa ekonomi menjadi faktor
internal yang sangat penting bagi AS sebelum national security untuk dilindungi
dari cybercrime. Dari contoh-contoh kasus yang telah saya paparkan di atas,
sasaran dari cybercrime itu sering menargetkan sektor-sektor perekonomian,
seperti sektor perbankan, pasar saham, dsb. Hal ini dikarenakan sektor-sektor
tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kestabilitasan sebuah
negara.
b. The Role of Public Opinion.
27U.S. Government Reporter,“U.S.-EU Summit in Brussels”, http://useu.usmission.gov/useu_summit_brussels_032614.html. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2014 pukul 16:28.

12 | P a g e

Peran opini publik dalam mempengaruhi kebijakan AS untuk menangani
kasus cybercrime sangatlah besar sekali. Hal ini dapat kita lihat pada data statistik
yang penulis paparkan di atas menunjukkan bahwa banyak sekali masyarakat AS
yang mengeluhkan banyaknya serangan cybercrime yang ditujukan kepada
mereka. Hal ini dapat kita lihat dari data keluhan yang penulis paparkan di atas.
Terlihat bahwa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2013 ada peningkatan yang
sangat signifikan atas keluhan cybercrime yang terjadi di AS.
c. Economic Development.
Pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung berbasis

pada sektor

perindustrian yang terintegrasi dengan jaringan komputer menjadikan sektor
perindustrian AS rawan akan serangan cybercrime. Seperti yang telah kita ketahui,
banyak sekali industri-industri besar di AS yang diserang oleh para pelaku
cybercrime. Google dan Apple adalah salah satu contoh industri yang menjadi
target serangan cybercrime.
d. Political Accountability.
AS yang menganut sistem demokrasi mungkin akan lebih lama dalam
menentukan kebijakan luar negerinya. Akan tetapi, dalam kasus ini ada
pengecualian tersendiri bagi kebijakan yang dihasilkan. Seluruh struktur birokrasi,
baik pemerintahan maupun militer sepakat bahwa cybercrime adalah ancaman
terbesar bagi seluruh sektor kehidupan masyarakat AS, khususnya sektor
pemerintahan dan militer.
Adanya persamaan persepsi di antara seluruh birokrasi pemerintahan dan
militer, menjadikan kebijakan ini dapat dengan mudah disetujui oleh semua pihak
dan tidak memerlukan waktu lama dalam memutuskannya. Walaupun pada
dasarnya dalam setiap pengambilan keputusan luar negeri ada yang pro dan kontra
dalam menentukannya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah adanya kesadaran
dari semua pihak elemen masyarakat dan pemerintah AS bahwa apabila
cybercrime ini tidak langsung ditangani, akan menimbulkan kekhawatiran
tersendiri, yang akan selalu membayang-bayangi AS dengan ketakutan yang luar
biasa.
e. Governmental Structure.
Struktur pemerintahan di AS yang hanya terdiri dari 2 partai mungkin akan
menghasilkan keputusan kebijakan luar negeri yang saling berseberangan. Akan
tetapi apabila kita pahami kasus ini secara seksama, cybercrime merupakan
ancaman nasional yang nyata bagi AS. Adanya kepentingan bersama, yaitu
melindungi perekonomian dan keamanan nasional AS dari serangan cybercrime,

13 | P a g e

menghasilkan kebijakan luar negeri tanpa adanya keputusan yang berseberangan,
diakibatkan adanya persamaan persepsi tersebut.
f. Media Massa.
Media massa, sebagai salah satu pihak yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan luar negeri menjadikannya sebagai salah satu faktor
terpenting dalam menentukan arah kebijakan tersebut. Banyaknya media yang
memberitakan kasus-kasus cybercrime membuat kejahatan ini menjadi salah satu
fokus utama pemerintah untuk menanganinya.
Padahal cybercrime pada beberapa tahun yang lalu belum dianggap sebagai
kejahatan yang benar-benar serius untuk ditangani. Cybercrime dianggap sebagai
kejahatan yang sangat serius dan harus cepat ditangani setelah banyaknya
serangan-serangan yang menargetkan instalasi publik, seperti jaringan listrik,
transportasi, dan sistem pengairan, serta sektor-sektor finansial, yang dapat
dengan mudah mengguncang stabilitas keamanan dan perekonomian sebuah
negara.
g. Organisasi Birokrasi.
Telah saya jelaskan sebelumnya bahwa organisasi birokrasi/birokrasi
pemerintahan dalam sebuah negara demokrasi pasti mempunyai pengaruh dalam
pembuatan kebijakan luar negeri. Apalagi seluruh birokrasi pemerintahan
mempunyai persepsi yang sama dalam memandang sebuah peristiwa. Dalam
kasus ini seluruh birokrasi pemerintahan, khususnya militer di AS sangat
mendukung sekali dalam pembuatan kebijakan ini.
Hal ini dapat kita lihat dari adanya pembagian tugas dalam menangani kasus
cybercrime.28 Dengan adanya pembagian tersebut, penanganan kasus cybercrime
dapat lebih efektif dan efisien, karena adanya pengelompokkan kasus cybercrime
yang dimana setiap kasus tersebut menjadi fokus perhatian birokrasi berbeda-beda
sesuai cakupan bidang yang dikuasai oleh birokrasi tersebut.
h. Kelompok Penekan.
Kelompok penekan/Interest group juga mempunyai peran yang sangat besar
dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri AS. Kelompok penekan
yang paling dominan dalam kasus ini adalah Anonymous29. Kelompok ini dikenal
sebagai kelompok yang banyak melakukan serangan-serangan cyber terhadap
sektor-sektor pemerintahan dan militer. Sesuai dengan namanya kelompok ini

28 The U.S. Department of Justice Reporter,”Reporting Computer Hacking, Fraud, and Other Internet-Related Crime”,
http://www.justice.gov/criminal/cybercrime/reporting.html. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014 pukul 13:46.
29 Doug Aamoth,”Anonymous”, http://content.time.com/time/specials/packages/article/0,28804,2098471_2098472_2098514,00.html.
Diakses pada tanggal 21 Mei 2014 pukul 14:08.

14 | P a g e

tidak diketahui bagaimana struktur organisasinya, dan bagaimana mereka
menjalankan organisasi tersebut.
Serangan tersebut bertujuan untuk mengguncang stabilitas sebuah negara,
sebagai aksi protes terhadap kebijakan pemerintah. Akibat adanya seranganserangan yang sangat intensif dari kelompok ini terhadap AS, membuat AS
menjadi khawatir akan terjadi serangan yang lebih parah di masa mendatang. Hal
ini mendorong AS untuk melakukan kerjasama dengan Uni Eropa dalam
menangani kasus ini.
2. Faktor Eksternal.
a. Deterrence and Arm Races.
Pembuatan kebijakan luar negeri ini bertujuan untuk mengantisipasi dan
menangkal serangan-serangan yang ditujukan kepada AS. Keuntungan dari
kebijakan luar negeri ini adalah kekuatan AS dalam menangkal serangan
cybercrime akan bertambah karena adanya dukungan dari Uni Eropa dalam
menangkal serangan tersebut.
Arm Races dalam konteks ini saya kaitkan dengan teknologi. Teknologi
merupakan satu-satunya instrumen/senjata yang bisa digunakan untuk
melawan cybercrime. Dalam teori arm races ada payoff yang didapatkan oleh
sebuah negara. AS mendapatkan kerjasama dengan Uni Eropa akibat adanya
Arm Races antara dua pihak tersebut dengan pelaku cybercrime.
b. Alliances.
Alliances merupakan salah satu faktor eksternal yang

dapat

diperhitungkan keuntungannya. Kebijakan luar negeri AS yang memutuskan
untuk bekerjasama dengan Uni Eropa merupakan strategi AS untuk mengatasi
serangan cyber yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan adanya
kerjasama ini kedua negara berharap dapat mengurangi intensitas serangan
dan mengamankan sektor-sektor penting mereka dari serangan yang
berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar.
c. Regime Type of Adversary.
Mayorita negara-negara Uni Eropa menganut sistem demokrasi.
Kerjasama AS dengan Uni Eropa dilakukan karena ada faktor persamaan
sistem pemerintahan yang dianut. Adanya persamaan ideologi tersebut
membuat AS dan Uni Eropa akan lebih terikat secara emosional, karena
menurut teori negara-negara yang mempunyai persamaan ideologi akan lebih
cenderung bekerjasama daripada berkonflik dalam hubungan internasional.
d. Size.

15 | P a g e

Kebijakan Luar Negeri AS yang memutuskan untuk bekerjasama dengan
Uni Eropa akan menimbulkan kesan tersendiri bagi keduanya. AS akan lebih
memilih Uni Eropa daripada negara atau organisasi regional yang lainnya,
karena disebabkan oleh besarnya citra Uni Eropa dimata dunia yang dianggap
sebagai salah satu pusat dari kemajuan dunia di abad ke 21 ini.
Hal ini akan menimbulkan gengsi tersendiri bagi AS, karena apabila
mereka bekerjasama dengan negara-negara yang tergolong sebagai periphery
state mungkin citra AS dimata dunia akan menurun dan bebannya dalam
menangani kasus cybercrime bukan semakin berkurang malah bertambah,
akibat dari kasus tambahan yang ada di negara periphery yang menjadi mitra
kerjasamanya.
e. Technology.
Faktor selanjutnya adalah faktor teknologi. Kenapa teknologi menjadi
faktor eksternal yang sangat berpengaruh bagi kebijakan ini? Hal ini
dikarenakan kebijakan yang diputuskan mempunyai kaitan dengan teknologi.
Uni Eropa sebagai mitra AS dalam kerjasama cyber ini dipilih karena AS
menganggap bahwa Uni Eropa mempunyai tingkat pertumbuhan teknologi
yang sangat pesat yang sebanding dengan AS. Sehingga AS dan Uni Eropa
dapat saling melengkapi teknologi diantara mereka untuk mengatasi serangan
cyber di wilayah kedua belah pihak.
f. Super Power State.
Sebagai negara yang tergolong super power, AS akan selalu mencoba
untuk mempertahankan citra tersebut apapun caranya. Cybercrime yang saat
ini dianggap sebagai ancaman serius dan berbahaya bagi AS akan berpotensi
menjatuhkan pamornya sebagai negara yang super power. Hal ini dapat kita
lihat dari lemahnya pertahanan cyber AS dalam simulasi serangan cyber yang
dinamai dengan Cyber ShockWave yang telah saya paparkan di atas.
Salah satu cara untuk mempertahankan pamornya adalah dengan
membangun kerjasama cyber dengan negara super power lainnya, yakni
negara-negara maju yang tergabung dalam Uni Eropa untuk meningkatkan
kemampuan pertahanan cyber AS dalam mengatasi dan mengantisipasi
serangan cyber di wilayahnya.

16 | P a g e

Kesimpulan
Setiap bentuk kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh negara-negara di dunia tidak
hanya terpaku pada respon aksi-reaksi atas kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh
negara yang lain. Kemajuan teknologi di abad ke-21 ini mempunyai dampak yang sangat
besar bagi perubahan arah kebijakan luar negeri suatu negara, yang semula ditujukan
sebagai tanggapan atas kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh negara lain diperluas lagi
menjadi tanggapan atas sebuah peristiwa potensial yang dapat mengancam stabilitas
keamanan sebuah negara.
AS dalam setiap pembuatan kebijakan luar negerinya yang sering ditujukan untuk
mempengaruhi negara lain dan agar negara lain menyesuaikan dengan kebijakan luar
negerinya, sekarang berbalik menjadi AS harus membuat kebijakan luar negeri akibat
pengaruh kasus cybercrime yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembuatan
kebijakan luar negeri AS untuk bekerjasama dengan Uni Eropa dalam menangani kasus
cybercrime, dapat kita simpulkan bahwa AS sangat takut terhadap ancaman ini, karena daya
rusaknya yang sangat tinggi bagi sektor publik, khususnya sektor perekonomian dan

17 | P a g e

pertahanan sebuah negara. Karena hampir seluruh sektor publik, sistem birokrasi
pemerintahan, dan militer telah terintegrasi dengan jaringan internet.
Pandangan presiden Barack Obama yang telah penulis sertakan di atas melalui katakatanya berpendapat bahwa, “Cyber security adalah kunci terpenting bagi stabilitas
perekonomian dan keamanan AS, dan cyber security adalah kunci utama kemakmuran
ekonomi AS di abad 21 ini”. Pandangan Obama patut dibenarkan adanya, karena apabila
tidak dilakukan eskalasi keamanan cyber di AS, serangan-serangan cyber akan dapat dengan
mudah mengacaukan stabilitas AS dan citranya sebagai negara super power akan pudar
akibat dari ketidakmampuannya dalam mengatasi serangan ini.
Di akhir tulisan ini penulis ingin memberikan saran bahwa cybercrime bisa disebut
sebagai dimensi baru dari bentuk perang. Yang membedakannya dari perang biasa adalah
cybercrime hanya butuh sedikit personel, dana yang tidak terlalu besar, serta tidak
memerlukan lahan perang, lebih efisien dan efektif. Cukup dengan seperangkat komputer,
jaringan internet, dan keahlian khusus, dapat membuat kekacauan yang berdampak besar bagi
sebuah negara. Maka dari itu, setiap negara hendaknya bersiap dan waspada untuk
menghadapi serangan ini yang dapat saja menyerang setiap waktu tanpa diketahui.

Daftar Pustaka
Buku:
Malhotra, VK,”International Relations”, Anmol Publications Pvt Ltd, New Delhi: 2004, Hal
186.
Rosenau, James N, Boyd Gavin, Thompson, Kenneth W,”World Politics: An Introduction”,
The Free Press, New York: 1976, Hal 27-32.
Sumber lain:
Affianty Debbie,”Determinants of Foreign Policy Decision Making: Internal or Domestic
Factors”, Presentasi disampaikan pada mata kuliah Analisa Politik Luar Negeri
pertemuan ke-6
Affianty Debbie,”Determinants of Foreign Policy Decision Making: International or
External Factors”, Presentasi disampaikan pada mata kuliah Analisa Politik Luar
Negeri pertemuan ke-10.

18 | P a g e

Golose Reinhard Petrus,“Perkembangan Cybercrime & Upaya Penanganannya di Indonesia
Oleh Polri”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Mengenai “Penanganan
Cybercrime di Indonesia ke arah Pengembangan Kebijakan yang Menyeluruh dan
Terpadu”, 10 Agustus 2006.
Internet:
Aamoth Doug,”Anonymous”,
http://content.time.com/time/specials/packages/article/0,28804,2098471_2098472_2098514,0
0.html. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014 pukul 14:08.
Daily Mail Reporter,”CIA chief Panetta warns cyber attack could be ‘next Pearl Harbour’”,
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2003160/CIA-chief-Panetta-warns-cyber-attackPearl-Harbor.html. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 21:07.
Federal Bureau of Investigation by Internet Crime Complaint Center,“2013 Internet Crime
Report”, Hal 3 https://www.ic3.gov/media/2013.aspx. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014
pukul 20:56.
Gorman Siobhan & Yochi Dreazen,”Military Command Is Created for Cyber Security”,
http://online.wsj.com/news/articles/SB124579956278644449. Diakses pada tanggal 20 Mei
2014 pukul 12:59.
Ingersoll Geoffrey,”MIT: The US Really Should Be Freaking Out About Possible Cyber Attacks”,
http://www.businessinsider.com/heres-why-the-us-is-incredibly-vulnerable-to-cyber-attacks2012-10?IR=T&#ixzz2D8DpQK59. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 21:12.
McMenamin Eileen,”Cyber ShockWave Shows U.S. Unprepared For Cyber Threats.”
http://bipartisanpolicy.org/news/press-releases/2010/02/cyber-shockwave-shows-usunprepared-cyber-threats. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014 pukul 19:58.
Metro UK Reporter,“Facebook investigates virus displaying hardcore porn on users’ newsfeeds”,
http://metro.co.uk/2011/11/15/facebook-investigates-virus-displaying-hardcore-porn-onusers-newsfeeds-221073/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 07:40.
Moskvitch Katia,”The World’s Five Biggest Cyber Threats”,
http://www.bbc.com/news/technology-17846185. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul
09:08.
Paganinip,” 2012 Norton Cybercrime report, a worrying scenario”,
http://securityaffairs.co/wordpress/8458/cyber-crime/2012-norton-cybercrime-report-aworrying-scenario.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 06:46.

19 | P a g e

Ponemon Institute,“2013 Cost of Cyber Crime Study: United States”,
http://www.hpenterprisesecurity.com/ponemon-2013-cost-of-cyber-crime-study-reports.
penelitian disponsori oleh HP Enterprise Security, Oktober 2013, Hal 2. Diakses pada tanggal
21 Mei 2014 pukul 21:03.
Sanger E. David & Eric Schmitt,”Rise Is Seen Cyberattacks Targeting U.S. Infrastructure”,
http://www.nytimes.com/2012/07/27/us/cyberattacks-are-up-national-security-chiefsays.html?_r=1&. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 06:09.
Simonite Tom,”Old-Fashioned Control Systems Make U.S. Power Grids, Water Plants a Hacking
Target”, http://www.technologyreview.com/news/429611/old-fashioned-control-systemsmake-us-power-grids-water-plants-a-hacking-target/. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014
pukul 20:58.
Symantec,”Cybercrime Report 2011”,
http://us.norton.com/content/en/us/home_homeoffice/html/cybercrimereport/. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2014 pukul 10:49.
Symantec,”2013 Norton Report”,
http://www.symantec.com/about/news/resources/press_kits/detail.jsp?pkid=norton-report2013. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 06:47.
U.S. Department of Justice Reporter,”Reporting Computer Hacking, Fraud, and Other InternetRelated Crime”, http://www.justice.gov/criminal/cybercrime/reporting.html. Diakses pada
tanggal 21 Mei 2014 pukul 13:46.
U.S. Government Reporter,“U.S.-EU Summit in Brussels”,
http://useu.usmission.gov/useu_summit_brussels_032614.html. Diakses pada tanggal 20 Mei
2014 pukul 16:28.