PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami
vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo
termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di
Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria.
Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau
trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma
tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani,
karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat
merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo
ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena
terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.


Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat
penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan
keperawatan

yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan

masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar mahasiswa mampu
secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan keperawatan pada klien vertigo.
Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara
komprehensif sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan

mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem
diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut
diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar
namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak
ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya

menjadi

serasa

'berputar'

ataupun


melayang.

Vertigo

menunjukkan

ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
(www.wikipedia.com)

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan
benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan
pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

B. Etiologi
1. Otologi 24-61% kasus
a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease


c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f)

Multiple sklerosis

g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e)


< glikemia

f)

Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

4. . Psikiatrik > 50% kasus
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
5. Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu
makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,

lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien
akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi
atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat
mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang
dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar
secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala
dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan
berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan
THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa,

lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan
nistagmus posisi dengan gejala :
1.

Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau
lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

D. Komplikasi
1. Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk
berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.

E. Patofisiologi dan Pathway
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis
media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan
keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis
media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus,
multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII
yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.


Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi
diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan
terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat
mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N
VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan
vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
F. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e)


Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus

a) ENG
b)

Audiometri dan BAEP

c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a) Anti kolinergik

 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im


 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b) Simpatomimetika

 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
 Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
i.
ii.

Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a)

Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam
kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b)

Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo
pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat
merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya
sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.

c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka
rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum
dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat
dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah
pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa
kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f)

Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk
rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
(http://niarahayu9.blogspot.com)

H. Asuhan Keperawatan sesuai teori

1. Pengkajian data keperawatan
a)

Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

b)

Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan

c) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala,
mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur,
daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah,
anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi,
trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap
cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore,
perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan
refleks tendon dalam, papiledema.
f)

Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster,
tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g)

Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

h)

Interaksi sosial

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i)

Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain
termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
a.

Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)

b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c.

Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e.

Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh dapat
teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien 1. Energi yang besar dapat memberikan
2. Berikan terapi ringan untuk

keseimbangan

mempertahankan kesimbangan

tubuh

saat

istirahat

3. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif 2.

4.

pada

Salah satu terapi ringan adalah

dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas

menggerakan bola mata, jika sudah

klien.

terbiasa

Berikan pengobatan nyeri (pusing)
sebelum aktivitas

dilakukan,

pusing

akan

berkurang.
3.

Mengantisipasi dan meminimalkan
resiko jatuh.

4.

Nyeri

yang

berkurang

meminimalisasi terjadinya jatuh.

dapat

b) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktivitas
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Meyadari keterbatasan energi
2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi
1. Kaji respon emosi, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
2. Berikan motivasi pada klien untuk
melakukan aktivitas

Rasional
1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
mempengaruhi kehendak klien dalam
melakukan aktivitas
2. Klien dapat bersemangat untuk melakukan

3. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk 3. Energi yang tidak stabil dapat menghambat
mencegah kelelahan.
4. Kolaborasi dengan ahli terapi
okupasi

dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu
dilakukan manajemen waktu
4. Terapi okupasi dapat menentukan tindakan
alternatif dalam melakukan aktivitas.

c) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang nutrisi dapat
sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasa mual muntah
2) Nafsu makan meningkat
3) BB stabil atau bertahan
Intervensi

Rasional

1. Kaji kebiasaan makan yang disukai 1. Kebiasaan makan yang disukai dapat
klien

meningkatkan nafsu makan

2. Pantau input dan output pada klien 2. Untuk memantau status nutrisi pada klien
3. Ajarkan untuk makan sedikit tapi 3. Mempertahankan status nutisi pada klien
sering

agar dapat meningkat atau stabil.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi

4. Ahli gizi dapat menentukan makanan yang
tepat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi
pada klien.

d) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan perepsi
sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat memfokuskan pendengaran
2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3) Pendengaran adekuat
Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat pendengaran pada klien1. Mengetahui tingkat kemaksimalan
2. Lakukan tes rinne, weber, atau
swabah untuk mengetahui
keseimbangan pendengaran saat
terjadi tinitus
3. Ajarkan untuk memfokuskan
pendengaran saat terjadi tinitus

pendengaran pada klien untuk menentukan
terapi yang tepat.
2. Mengetahui keabnormalan yang terjadi
akibat tinitus
3. Mempertahankan keadekuatan pendengaran
4. Memaksimalkan pendengaran pada klien

4. Kolaborasi penggunaan alat bantu
pendengaran

e) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping individu
tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri

Intervensi

Rasional

1. Kaji kemampuan klien dalam

1. Mengetahui batas maksimal kemampuan

mempertahankan keadekuatan
pendengaran

pendengaran klien
2. Klien tidak mengalami depresi akibat

2. Berikan motivasi dalam menerima
keadaan fisiknya

keadaan fisiknya
3. Pusing yang terjadi dapat memunculkan

3. Ajarkan cara mengatasi masalah
pendengaran akibat pusing yang

tinitus
4. Obat untuk mengatasi tinitus.

diderita
4. Kolaborasi pemberian antidepresan
sedatif, neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada
22 oktober 2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta :
Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

BAB III
ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR
PADA Tn.S DENGAN VERTIGO DI RUANG MAWAR I
RSUD KARANGANYAR

Tgl/Jam MRS

: 20 Oktober 2012/10.00 WIB

Tgl/Jam Pengkajian

: 22 Oktober 2012/09.30 WIB

Metode Pengkajian

: Autoanamnesa dan Alloanamnesa

Diagnosa Medis

: Vertigo dan Hipertensi

I.

BIODATA

1. Identitas Klien
Nama Klien

: Tn.S

Alamat
Umur

: Supan 2/14 Tegalgedhe, Karanganyar
: 58 th

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Kawin

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Peternak

2. Identitas Penanggung jawab
Nama

: Ny.S

Umur

: 54 th

Pendidikan

: Tamat SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Supan 2/14 Tegal Gede, Karanganyar

Hubungan dengan klien

: Istri

II.

RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan Utama
Pusing seperti berputar-putar, panas dingin, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.

2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala pusing berputar,
nyeri kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien menunduk dan duduk, badan
panas dingin, dan leher terasa cengeng/pegel-pegel.
Kemudian dibawa ke puskesmas dan hasilnya tidak ada perubahan dan akhirnya dibawa ke
RSUD Karanganyar melalui UGD. Pasien terpasang infus Rl 20tpm, dan diambil sempel darah,
TD : 225/120 mmHg, S : 38°C, RR : 24x/menit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya Tn.S belum pernah mengalami penyakit ini, namun dulu pernah menderita penyakit
hipertensi dan pernah berobat ke THT untuk operasi sinus maksilaris.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga Tn.S tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti yang Tn.S derita
saat ini. Namun untuk hipertensi diduga didapatkan melalui keturunan, karena ayah dari Tn.S
juga mengalami penyakit hipertensi.
Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Memiliki riwayat hipertensi
: Pasien (Tn.S)
: Tinggal serumah

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan Tn.S cukup terawat dan orang-orang disekitarnya paling umum memiliki
penyakit hipertensi namun untuk penyakit pusing hebat yang diderita Tn.S tidak ada yang
mengalami.

III.

PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengatakan sehat itu sangat berarti bagi kehidupan. Tanpa kesehatan orang tidak akan bisa
melakukan kegiatan sehari-hari, maka keluarga Tn.S selalu membawa anggota keluarga yang
sakit ke tempat dokter untuk diperiksa, bahkan sampai kerumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan yang rutin.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
KETERANGAN

SEBELUM SAKIT

SELAMA SAKIT

Frekuensi

3 x sehari

3 x sehari

Jenis

Nasi putih, sayur,

Bubur, kuah, air putih,

gorengan, buah kadangkadang, air putih.
Porsi

1 porsi habis

¼ porsi

Keluhan

Tidak ada

Mual, tidak nafsu makan,
dan lidah terasa pahit serta
tidak makan selama 3 hari
terhitung saat 1 hari
sebelum masuk RS

Antropometri : BB : 64 kg, TB : 163 cm, IMT : 24,08 Kg/BB
Biochemical : Hct : 42 % Hb : 12,8 g/dL


Clinical sign :



Mata : konjugtiva tidak anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik



Rambut

: sedikit lengket, kusam, terdapat ketombe.



Kulit : lembab, turgor kurang elastis.
Pasien merasa mual muntah
Dietary history

: Pasien tidak memiliki diet khusus. Selain itu pasien suka
makan kangkung dan sayur lodeh.

3. Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi (BAB)
KETERANGAN

SEBELUM SAKIT

SELAMA SAKIT

Frekuensi

1x sehari

3 hari sekali

Konsistensi

Lunak berbentuk

Sedikit Keras

Bau

Khas

Khas

Warna

Kuning

Kuning kecoklatan, tidak
ada darah

Keluhan

Tidak ada

Sulit BAB

Eliminasi Urin
KETERANGAN

SEBELUM SAKIT

SELAMA SAKIT

Frekuensi

4-6x/hari

3-5x/hari

Pancaran

Kuat

lemah

Jumlah

±200 cc sekali BAK

±200 cc sekali BAK

Bau

Khas

Amoniak

Warna

Kuning jernih

Kuning kecoklatan

Perasaan setelah BAK

Lega

Lega

Keluhan

Tidak ada

Tidak ada

Total produksi urin

± 800-1200 cc/hari

±600-1000 cc/hari

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN
Intake

Output

Analisa

Minum ±1200 cc

Urine 1000 cc

Intake 1900 cc

Makanan ±200 cc

Feses 100 cc

Output 1740 cc

Infus 500 cc

IWL 10 x 64 kg = 640 cc

Total 1900 cc

Total 1740 cc

Balance : intake > output

4. Pola Aktifitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri

0

Makan/minum

V

Mandi

V

Toileting

V

Berpakaian

V

1

2

3

4

Mobilitas ditempat tidur

V

Berpindah

V

Ambulasi/ROM

V

5. Pola Istrahat Tidur
KETERANGAN

SEBELUM SAKIT

SELAMA SAKIT

Jumlah jam tidur siang

-

± ½ jam

Jumlah jam tidur malam

8 jam

3-5 jam

Pengantar tidur

Tidak ada

Ada

Tidak ada

sering terbangun karena

(penggunaan obat tidur)
Gangguan tidur

nyeri pada pipi,
lingkungan kurang tenang.
Perasaan waktu bangun

Nyaman

Masih merasa ngantuk

Kondisi mata

Tidak berkantung

Berkantung

6. Pola Kognitif – Perseptual
Klien dapat berbicara dengan lancar, melihat seperti berputar-putar, menjawab pertanyaan
dengan tepat saat ditanya, penciuman baik, lidah terasa pahit, merasa mual-mual, dapat
mengidentifikasi tes raba, merasa badannya panas dingin. Selain itu klien juga merasa nyeri.
P : nyeri karena vertigo,
Q :seperti ditarik-tarik,
R: kedua pipi sampai sekitar mata,
S:9
T : saat menundukkan dan duduk
7. Pola persepsi Konsep Diri
a.

Gambaran diri/citra tubuh
Pasien tidak suka dengan pusing yang seakan menarik wajahnya.

b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat segera pulang.

c.

Harga diri
Tn.S mengatakan malu dengan istrinya karena tidak bisa menafkahi istrinya karena keadaan sakit
yang dia alami saat ini.

d. Peran diri
Tn.S mengatakan saya tidak bisa bekerja lagi. Untuk saat ini justru istri saya yang harus bekerja
untuk biaya perawatan di rumah sakit.
e.

Identitas diri
Tn.S mengatakan dia sebagai kepala keluarga didalam keluarganya, yang seharusnya dapat
memberikan sandang, papan, dan pangan.

8. Pola Seksual dan Seksualitas
Tn.S mengatakan terkadang masih melakukan hubungan dengan istrinya jika kondisi mereka
memungkinkan.
9. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan dengan kelurga harmonis dan tidak ada maslah yang mengakibatkan kekacauan dalam
rumah tanggannya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik sehingga saat salah satu
anggota warga ada yang sakit mereka saling menjenguk.
10. Pola Manajemen dan Koping Stres
Saat terjadi nyeri pasien hanya mampu menahan nyeri dan berusaha untuk tidur. Karena Tn.S
sakit yang berusaha membayar biaya perawatan adalah istrinya.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Ny.S mengatakan yakin bahwa suaminya dapat sembuh, Ny.S selalu berdoa agar suaminya lekas
diberikan kesembuhan.

IV.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan/Penampilan Umum
Kesadaran
TTV

: Composmentis
:

a) TD : 170/100 mmHg
b) Pernafasan :
-

Frekuensi : 22x/menit

-

Irama : teratur

c) Suhu : 38°C
d) Nadi :
-

Frekuensi

: 96x/menit

-

Irama : teratur

-

Kekuatan

: kuat

2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a.

Kepala, Rambut

: warna hitam sedikit beruban, rambut lengket, dan kusam, tidak ada kutu,

terdapat ketombe.
b. Mata

:

-

Palpebra

-

Konjungtiva : konjungtiva tidak anemis

-

Pupil

-

Sclera

-

Reflek terhadap cahaya : +

-

Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

c.

Hidung

d. Mulut

: tidak udem, tidak petosis

: isokor
: tidak ikterik

: lembab, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
: bibir lembab, mukosa mulut sedikit kotor, tidak ada sariawan

tidak ada gigi berlubang.
e.

Telinga

f.

Leher

: sedikit kotor, sedikit serumen, kadang-kadang terjadi tinitus.
: tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku

Kuduk
g. Dada

:

1) Paru-paru
-Inspeksi

: Bentuk dada simetris

-Palpasi

: Vocal premitus getaran kanan kiri sama

-Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru

-Auskultasi : Vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada suara nafas tambahan, inspirasi lebih
pendek dari ekspirasi.
2) Jantung
-Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

-Palpasi

: IC teraba di ICS 5 mid clavicula

-Perkusi

: Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal

-Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.

h. Abdomen

:

-Inspeksi

: warna sawo matang, jaringan parut tidak

terlihat, umbilicus kotor.

i.

Ekstremitas



Atas



ROM kanan dan kiri



-Auskultasi

: 30x/menit

-Perkusi

: thympani

-Palpasi

: tidak ada nyeri tekan



Kekuatan otot kanan dan kiri



Perubahan bentuk tulang

: Tidak ada perubahan bentuk tulang

Perabaan Akral

: Hangat

Pitting edema

: tidak ada

Analisa

:4
: Aktif

: tidak ada kelainan pada ekstremitas.



Bawah



ROM kanan dan kiri





Kekuatan otot kanan dan kiri



Perubahan bentuk tulang

: Tidak ada perubahan bentuk tulang

Perabaan Akral

: Hangat

Pitting edema

: tidak ada

Analisa

V.

:4
: Aktif

: tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal/ Jenis
Jam
Senin, 22

Keterangan Hasil

Pemeriksaan
1. Ro Thorax

oktober 20122. Ro Sinus

Tidak ada bercak-bercak, tidak ada fraktur ic
Penebalan mukosa sinus maksilaris duplek

09.00 WIB

Paranasal
3. EKG

Tidak ada kelainan jantung

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nilai Normal
Hari/Tgl/Jam
Jenis
dan satuan
Pemeriksaan
Senin, 22

GDS

Oktober 2012

Hb

09.00 WIB

Hasil

100 s/d 150 mg

Keterangan

127 mg

Normal

14-18 g/dL

12.8 g/dL

Turun

Leukosit

5000-10000/mm³

6000/mm³

Normal

Eritrosit

4,5-5,5 juta/mm³

4800000/

Normal

40-43 %

mm³

Normal

1-3 %

42 %

Turun

0%

Normal

Hct
Eosinofil
Basofil

0-1 %

Batang

2-6 %

0%

Turun

Segmen

50-70 %

0%

Normal

Limfosit

20-40 %

69

Normal

Monosit

2-8 %

27 %

Normal

Trombosit

150000-300000 mm³ 4 %

Normal

MCV

82-92 mikron 3

214000 mm³

Normal

MCH

27-32 piko gram

88 mikron 3

Normal

32-37 %

31 Piko gram

Normal

MCHC

36 %

VI.

TERAPI MEDIS
Hari/

Jenis Terapi

Dosis

Tangga Jam
Senin,

Cairan IV :

22/10/2012

Infus RL

16 tpm

Golongan &

Fungsi &

Kandungan

Farmakologi

Cairan elektrolit

Keseimbangan

cairan dan
elektrolit dalam
tubuh

Ranitidin

25 mg

Obat saluran cerna Terapi tukak
lambung,
mengatasi mual

Obat Peroral :

- Captopril

25 mg

Antihipertensi

Mengobati
hipertensi ringan
s/d sedang

e)
- Sohobion

100 mg Vitamin B

Terapi defisiensi
Vit B1, B6, &
B12

- Mertigo

6 mg

Antineoplastik,
Imunosupresan

Mengobati vertigo
dan yang
berhubungan
dengan gangguan
keseimbangan

Obat Parenteral
Obat Topikal

VII.

ANALISA DATA
No

Hari/tgl/ja

Data Fokus

Problem

Etiologi

DS:

Gangguan

Agen cedera

rasa

biologi

m
1

Senin,

22-10-2012 pasien mengatakan pusing

TTD

09.30 WIB

berputar-putar.

nyaman

P: nyeri karena vertigo

(nyeri akut)

Q : seperti ditarik-tarik
R : kedua pipi sampai sekitar
mata
S:9
T : Saat duduk / menunduk
DO:
1. TD : 170/100 mmhg
2. S : 380C
3. N : 96x/mnit
4. RR : 22x/mnit
5. Pasien tampak meringis
kesakitan
6. Pasien tampak resah
2

Senin, 22- DS :

Resiko

Tidak

10-2012

Pasien mengatakan nafsu makan nutrisi

adekuatnya

09.30 WIB

berkurang, mual muntah, dan

kurang dari

intake

lidah terasa pahit serta tidak

kebutuhan

makanan

makan selama 3 hari dan hanya

tubuh

minum air putih.
DO :
A : BB : 64kg, TB : 163 cm,
IMT : 24,08 kgBB
B:
Hct : 42 %
Hb : 12,8 g/dL
C:
1. Pasien tampak mual muntah
2. Turgor kurang elastis
3. Pasien tampak lemas

4. Konjungtiva tidak anemis
D : Menghabiskan ¼ porsi
makan

3

Senin,

DS :

22-10-2012 Pasien mengatakan susah tidur,
09.30 WIB

Gangguan

Fisiologi

pola tidur

(pusing

tidur siang ±1/2 jam dan tidur

seperti

malam hanya 3-5 jam dan

berputar-

mudah terbangun karena nyeri,

putar)

perasaan setelah bangun masih
mengantuk
DO :
1. TD : 170/100mmhg
2. S : 38oC
3. N : 96 x/ mnit
4. Mata berkantung
5. Pasien tampak mengantuk

4.

Senin,

DS :

22-10-2012 Pasien mengatakan pusing
09.30 WIB

Resiko

Gangguan

Jatuh

kesesimbanga

seperti berputar-putar dan

n

tambah parah jika digunakan

N VIII

untuk menunduk dan duduk.
DO :
1. Kerusakan keseimbangan
2. 170/100 mmHg
3. Agen antihipertensi
4. Tidak familiar terhadap ruangan
5. Tidak ada pengawasan saat ke
kamar mandi
6. Tidak ada pegangan menuju

kamar mandi
5.

Senin,

DS :

Hipertermi

Ketidakefektif

22-10-2012 Pasien mengatakan badanya

an kerja

09.30 WIB

hipotalamus

merasa panas dingin.

DO :
1. Suhu : 38°C
2. Akral hangat
3. Banyak berkeringat
4. AL : 6000/mm³

VIII.

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.

IX.

RENCANA KEPERAWATAN

No

Hari/

Diagnosa

Tujuan dan KH

Intervensi

Rasional

.

Tgl/Jam

Keperawatan

1.

Senin/

Resiko jatuh

Setelah

22

b.d Gangguan

dilakukan

aktivitas yang

kategori aktivitas

oktober

keseimbangan

tindakan

dijalani pasien

yang dijalani pasien.

2012/

N VIII

keperawatan

selama di

10.00

selama 2x24 jam

rumah sakit.

WIB

masalah resiko 2. Observasi

keadaan pasien,

jatuh dapat

perilaku jalan

memerlukan bantuan

teratasi dengan

pasien

atau tidak

TT
D

1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi

kriteria hasil sbb3. Observasi

2. Karakteristik jalan
dapat menentukan

3. Keadaan tempat

:
1.

tempat yang

yang kurang baik

biasa dilalui

dapat menimbulkan

jatuh atau cidera

pasien untuk

jatuh

fisik

beraktivitas

Tidak terjadi

2. Pasien dapat

4. Mengantisipasi

4. Naikkan

terjadinya jatuh saat

beraktivitas dan

restrain jika

pasien banyak

atau ambulasi

perlu

bergerak

dengan tenang 5. Dampingi
3. Pasien terjaga
keamanannya
dalam
beraktivitas
4. TD : 140/90
mmHg
5. Pasien dapat

5. Saat pasien akan

pasien saat

jatuh ada yang

berjalan

membantu

. Beritahu pasien menopang tubuhnya
dan keluarga 6. Pasien dan keluarga
akibat dari

dapat memahami

jatuh

bahaya jatuh

7. Beritahu pada 7. Mengidentifkasi

mengenali

keluarga pasien

tanda-tanda

lingkungan

untuk tetap

terjadinya jatuh

diruangan

menjaga atau 8. Pasien dapat
mengawasi

menggunakan

aktivitas pasien

perantara untuk

8. Ajarkan pada
pasien untuk

berjalan seperti
kursi, bed, dll

menggunakan 9. Keselamatan pasien
alat-alat

saat beraktifitas

alternatif dalam

terjaga.

beraktivitas
9. Kolaborasi
penggunaan
alat bantu
untuk
beraktivitas

2.

Senin/

Hipertermi

Setelah

22

b.d

dilakukan

oktober

Ketidakefektif tindakan 2x24

2012/

an kerja

jam masalah

10.00

hipotalamus

hipertermi dapat

WIB

1. Observasi VS 1. Tanda-tanda kejang
pasien 4 jam

demam dapat

sekali

diketahui dari VS

2. Lakukan

2. Agar tubuh terjadi

kompres hangat vasodilatasi dan suhu

teratasi dengan 3. Anjurkan

dapat turun

kriteria hasil sbb

untuk memakai3. Memudahkan

:

baju tipis

1. Suhu turun

sirkulasi udara untuk

4. Anjurkan

menurunkan suhu

menjadi 36-

asupan cairan 4. Dehidrasi dapat

37,5°C

oral

2. Pasien tidak

memperparah

5. Kolaborasi

merasa resah

hipertermi

penggunaan 5. Obat penurun suhu

3. RR dalam batas

obat antipiretik

tubuh.

normal 1824x/menit dan
tidak mengalami
distres dalam
pernafasan
3.

Senin/

Gangguan

Setelah

22

rasa nyaman

dilakukan

(PQRST)

oktober

(nyeri akut)

tindakan

2. Kaji keluhan

2012/

b.d Agen

keperawatan

10.00

cidera biologi

selama 3x24 jam3.

WIB

1. Kaji nyeri

1. Mengetahui skala
nyeri dan keadaan
nyeri secara holistik

pasien tiap hari2. Mengetahui tingkat
Berikan posisi penurunan nyeri

masalah

nyaman sesuai untuk sembuh

keperawatan

dengan

gangguan rasa

kebutuhan

dapat sedikit

nyaman nyeri

pasien

mengubah persepsi

dapat

3. Posisi yang nyaman

4. Ajarkan terapi

nyeri yang dirasa

diminimalkan

untuk

pasien

dengan KH sbb :

pengurangan 4. Kebiasaan

1. Pasien sudah

nyeri

mengubah posisi

tidak meringis

(mengubah

kepala secara

kesakitan

posisi kepala)

bertahap dapat

2. Skala nyeri

5.

Ajarkan menurunkan nyeri

menjadi 6

tekhnik

atau pusing.

3. TD : 140/70

relaksasi

5. Dengan teknik

mmHg

6.

Kolaborasi relaksasi dapat

4. S : 36-37,50C

dengan

5. N : 60-

pemberian obat nyeri

100x/menit

analgesik

6. RR : 18-

mengurangi rasa

dan
6. Obat penghilang

mertigo

rasa nyeri dan obat

24x/menit

untuk vertigo

7. Pasien merasa
nyaman
4.

Senin/

Gangguan

Setelah

22

pola tidur b.d

dilakukan

jam tidur

oktober

Fisiologi

tindakan

pasien

2012/

(pusing yang

keperawatan

10.00

berputar-

selama 2x24 jam

intensitas tidur3. Menciptakan

WIB

putar)

masalah

pasien

suasana rileks yang

3. Ciptakan

bisa mempermudah

keperawatan

1. Kaji jumlah 1. Mengetahui berapa
jam tidur pasien
2. Mengetahui tingkat

2. Mengobservasi

insomnia pasien

gangguan pola

lingkungan

tidur

tidur dapat

yang nyaman 4. Karena saat tidur

teratasi dengan 4. Jelasakan

tubuh melakukan

KH sbb:

pentingnya

metabolisme

1. Konjungtiva

tidur yang

tidak anemis
2. Mata tidak
berkantung
3. Dapat tidur 4-6
jam

5. Kenyamanan tubuh

adekuat untuk

pasien dapat

kesehatan

membantu proses

5. Beritahu pada

memulai tidur

keluarga untuk6. Untuk membantu
memberikan

tidur pasien

4. Tidur nyenyak

pijatan yang 7. Tidur dapat stabil

tidak mudah

nyaman saat

dan obat tidak

terbangun

memulai tidur

membahayakan bagi

5. Nadi : 60-100 6. Kolaborasi
mmHg

tubuh pasien

dengan

6. TD : 140/90

pemberian

mmHg

sedatif
7. Diskusikan
dengan dokter
tentang
perlunya
meninjau
kembali
program
pengobatan jika
berpengaruh
pada pola tidur.

5.

Senin/

Resiko nutrisi

Setelah

22

kurang dari

dilakukan

dan output pada keseimbangan nutrisi

oktober

kebutuhan

tindakan

pasien

2012/

tubuh b.d

keperawatan

10.00

tidak

selama 3x24 jam

WIB

adekuatnya

masalah nutrisi 3. Anjurkan

intake

kurang dari

makan sedikit

makanan

kebutuhan tubuh

tapi sering

dapat teratasi

1. Pantau intake 1. Mengetahui

2. Timbang BB 2. Untuk memantau

bertambah
2. BB tidak
berkurang

pasien

BB pasien
3. Menaikkan BB
pasien
4. Agar nafsu makan

4. Beritahu pada

dengan KH sbb :
1. Nafsu makan

pada tubuh pasien

pasien dan

pasien bertambah
5. Selain mendapatkan

keluarga untuk

gizi yang baik hal ini

makan

dapat pula

makanan yang

menghemat biaya

disukai pasien 6. Melakukan hal-hal

3. Turgor elastis 5. Beritahu pasien yang biasa klien
4. Pasien tidak
merasa lemas
5. Makan 1 porsi
habis

lakukan saat makan

tentang

agar nafsu makan

makanan yang

meningkat

bergizi dan

6. Tidak ada mual
muntah

atau keluarga

7. Mengetahui diet

tidak mahal

pasien dan

6. Ajarkan

menentukan

metode untuk

makanan yang

perencanaan

banyak mengandung

makan

gizi yang cukup

7. Kolaborasi

8. Dokter dapat

dengan ahli gizi menentukan obat
8. Laporkan pada

pengganti nutrisi

dokter jika

yang cukup dan atau

pasien menolak

dokter memberikan

makan

obat penambah nafsu
makan.

X.

TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
N

Tgl/jam

o
1

No.

Implementasi

Respon klien

Mengkaji nyeri (PQRST)

S : pasien mengatakan pusing

Dx
Senin,

3

22-10-

berputar-putar

2012

P : nyeri karena vertigo

10.30

Q : seperti di tusuk-tusuk

WIB

R : nyeri kedua pipi hingga
sekitar mata
S:9
T : saat duduk/ menunduk
O : -Pasien tampak meringis

TTD

kesakitan

10.45

3

WIB

Memberikan posisi yang S : pasien mengatakan lebih
nyaman

nyaman dengan posisi yang
diberikan perawat
O: -Pasien terlihat lebih
nyaman
-Pasien tampak tenang

2

Memberikan kompres air
hangat

S : Pasien mengatakan mau
dikompres
O : Suhu 38,3°C
Pasien tampak resah

1

Mengkaji tingkat
aktivitas yang dijalani

S : Pasien mengatakan saat

pasien selama di rumah

dirumah sakit hanya tidur dan

sakit.

ke kamar mandi
O : Pasien tampak ingin
melakukan aktivitas secara
mandiri

11.30

1, 2,

WIB

3,4

Melakukan pemeriksaan

S:-

TTV

O : suhu 37,9°C
TD : 170/100 mmHg
RR : 22x/menit
N : 86x/menit

5
Menganjurkan makan

S : pasien mengatakan mau

sedikit tapi sering

melakuakam
O : pasien tampak kooperatif.

13.00

4

WIB

Menjelaskan pentingnya

S : klien mengatakan ingin

tidur

tidur tapi sulit.
O : klien tampak mengantuk
Adanya kantung mata

13.10

3

WIB

Mengajarkan mengubah

S : Pasien mengatakan mau

posisi kepala sesering

mencobanya

mungkin sebagai terapi

O : pasien tampak kooperatif

penghilang pusing
2

Selasa,

3

23-10-

Memvalidasi nyeri pada

S : pasien mengatakan

pasien

nyerinya masih terasa hebat

2012

dan seperti berputar-putar

09.00

O : Wajah pasien tampak

WIB

meringis kesakitan
-Qualitas seperti ditariktarik
-Skala 8

10.00

5

WIB

Memantau intake dan
output pada pasien

S : pasien mengatakan sudah
minum sekitar 3 gelas

Memberitahu pada

O : input cairan ±900 cc

pasien dan keluarga

S : Pasien mengatakan ya

untuk makan makanan

O : Pasien tampak kooperatif

yang disukai pasien
11.30

1,2,

Melakukan pemeriksaan

WIB

3,4

TTV

S : Pasien mengatakan ya
O : suhu 36,4°C
TD : 150/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit

13.00

4

Mengobservasi intensitas

WIB

tidur pasien

S : pasien mengatakan belum
bisa tidur
O : mata pasien masih terlihat
berkantung, pasien tampak

4

15.10

Memberitahu pada

mengantuk.

keluarga untuk

S : Istri pasien mengatakan

memberikan pijatan yang

sudah melakukan pijatan

nyaman saat memulai

O : Pasien dan keluarga

tidur

tampak resah

Mengajari teknik

S : Pasien mengatakan mau

relaksasi

diajari

3

WIB

O : pasien terlihat kooperatif,
wajah tampak meringis
kesakitan karena nyeri.
16.00

1

WIB

S : Pasien mengatakan sudah
Mengajarkan pada pasien mengerti

16.30

1,2,

WIB

3,4

untuk menggunakan alat-

O : Pasien tampak sudah

alat alternatif dalam

melakukan dan sudah paham

beraktivitas
S:Melakukan pemeriksaan
TTV

O : Suhu 38,2 °C
N : 84x/menit
TD : 140/80 mmHg

17.55

5

RR : 22x/menit

WIB

S : Pasien mengatakan sedikit
Memberikan injeksi

sakit saat diinjeksi

Ranitidin. Menganjurkan

O : Ranitidin masuk 25mg/ml

untuk minum

Paracetamol masuk

parasetamol per oral.

500mg/oral

3

Rabu,

3

24-12-

Memvalidasi nyeri pada

S : Pasien mengatakan masih

pasien

nyeri pada wajahnya dan

2012

terasa berputar-putar serta

10.00

seperti ditarik-tarik

WIB

O : Pasien tampak bingung
dan kesakitan
Quality : seperti ditarik-tarik
Skala 8
4

Memvalidasi

S : Pasien mengatakan

kemampuan tidur pasien

semalam bisa tidur tapi dengan
bantuan obat tidur
O : Pasien tampak segar,
kantung mata tidak ada

11.20

5

WIB

Memberitahu pasien

S : Pasien mengatakan sudah

tentang makanan yang

cukup mengerti atau paham

banyak mengandung

tentang jenis-jenis makanan

karbohidrat dan gizi yang tersebut.
cukup

O : pasien tampak mengerti,

12.00

1,2,

Melakukan pemeriksaan

S : Pasien mengatakan

WIB

3,4

TTV

berkenan untuk dilakukan
pemeriksaan TTV
O : suhu 37°C ,
TD : 110/70 mmHg
RR : 22X/menit
N : 88x/menit

13.20
WIB

5

Memotivasi pasien untuk

S : pasien mengatakan ya

tetap makan sesering

O : Pasien tampak kooperatif.

mungkin.

21.10

1, 5

WIB

Memberikan injeksi

S:-

Mecobalamin 500µg

O : Pasien tampak kesakitan
saat
diinjeksi
-Mecobalamin masuk
500µg
- Pasien tidak alergi obat

3, 4

Menciptakan lingkungan

Mecobalamin

yang nyaman
(membaringkan pasien

S : Pasien merasa lebih baik

tanpa bantal ditempat

tapi tetap merasa sedikit nyeri

tidur dan membersihkan

O : Skala nyeri 7

seprei)

Quality : seperti ditariktarik
Sprei bersih

XI.

CATATAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Jam No.Dx
Senin, 22-

1

Evaluasi
S : Pasien mengatakan belum bisa ke kamar mandi

10-2012

karena pusing

14.00 WIB

O: Pasien tampak lemah
Kekuatan otot ekstremitas bawah 3
Pasien menggunakan bantuan minimal
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2

S : Pasien mengatakan badannya masih panas
O : Suhu 38°C
N : 86x/menit
RR : 22x/menit
TD : 170/100 mmHg

Ttd

Akral teraba hangat
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 5)

3

S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri atau pusing
seperti berputar-putar dan mata seakan-akan tertarik
kedalam
O : Pasien tampak bingung, takut, dan cemas
TD : 170/100 mmHg, Suhu 38°C
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

4

S : pasien mengatakan masih tidak bisa tidur
O : klien tampak mengantuk, mata berkantung
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

5

S : Pasien mengatakan makan selalu tidak habis
O : makan hanya habis ¼ porsi saja (±150 cc/tiap kali
makan)
A : Masalah nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (5,6,7)

Selasa, 23-

1

S : Pasien mengatakan sudah berjalan sendiri ke kamar

10-2012

mandi

20.00 WIB

O : kekuatan otot pasien 4
Pasien tampak semangat dalam berjalan meski
menahan
nyeri/pusing
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi (2,5,6,7,8)

2
S : Pasien mengatakan badanya panas lagi
O : Suhu 38,2°C
Nadi 84x/menit
RR : 22x/menit
TD : 140/80 mmHg
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (2, 5)
3
S : Pasien mengatakan masih nyeri di wajah seperti
ditarik-tarik
O : klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 8
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)
4
S : Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering
terbangun
O : Pasien tampak bingung dan resah
TD : 140/80 mmHg
Suhu 38,2 °C
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,5,6)
5
S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
O : makan habis ½ porsi, tidak ada mual
A : masalah resiko nutrisi sedikit teratasi
P : pertahankan intervensi

Rabu, 24-10-

1

S : Pasien mengatakan ke kamar mandi minta

2012

didampingi istrinya karena takut jatuh

08.00 WIB

O : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah resiko jatuh teratasi
P : pertahankan intervensi

2

S : Pasien mengatakan badanya sudah tidak panas
O : Suhu 37°C
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah hipertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi

3

S : Pasien mengatakan masih nyeri dan pusing, apalagi
saat digunakan duduk atau berdiri
O : Pasien tampak resah, skala nyeri 7
TD : 110/60 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)

4

S : Pasien mengatakan sudah dapat tidur meskipun
hanya 5
jam
O : Pasien tampak tidak mengantuk lagi, tidak ada
kantung
mata
TD : 110/70 mmHg

A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
5

P : Pertahankan intervensi

S : Pasien mengatakan jika makan sudah habis 1 porsi
dan tidak mual.
O : Intake meningkat dari ¼ porsi menjadi 1 porsi
A : masalah resiko nutrisi teratasi
P : Pertahankan intervensi

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

13 162 19

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

6 92 18

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (SD)

2 94 23

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100

KAJIAN ASPEK HYGIENE SANITASI TERHADAP KONDISI KANTIN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung)

40 194 64