Peran Kapitalisme Global dalam Kemiskina

iii

PERAN KAPITALISME GLOBAL DALAM KEMISKINAN
MASYARAKAT DUNIA KETIGA : KASUS INDONESIA
“Global Capitalism’s Role In Third World’s Poverty :
Indonesian Case”

KARYA TULIS

disusun dalam rangka seleksi pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas

Oleh
WILDAN ABDUL AZIZ
NIM 130910101046
wildanabdulaziz@ymail.com

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2015


2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1.

Latar Belakang........................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3.

Uraian Singkat.........................................................................................3

1.4.


Tujuan.......................................................................................................3

1.5.

Manfaat....................................................................................................4

1.6.

Metode Studi Pustaka.............................................................................4

Bab II : LANDASAN BERPIKIR........................................................................5
2.1.

Landasan Konsep....................................................................................5

BAB III : PEMBAHASAN....................................................................................6
3.1.

Indonesia Macan Asia [?]........................................................................6


3.2.

Kapitalisme..............................................................................................7

3.3.

Kapitalisme di Indonesia........................................................................9

3.4.

Masyarakat Miskin : Korban-Korban Pembangunan......................13

3.5.

Solusi Untuk Menghadapi Kapitalisme Global..................................15

3.5.1.

Reformasi Sistem Ekonomi : Sistem Ekonomi Pancasila...........15


BAB IV : PENUTUP............................................................................................18
4.1.

Kesimpulan............................................................................................18

4.2.

Rekomendasi..........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia Ketiga adalah istilah untuk menyebut negara - negara berkembang
yang dalam tatanan dunia selama ini dianggap sebagai kasta paling rendah dan
seringkali menjadi obyek pasar ekonomi. Menurut Goldthorpe, istilah ini muncul
sekitar tahun 1950-an negara-negara Dunia Ketiga dengan bermacam perbedaan

memiliki tiga ciri yang sama yaitu: mereka itu miskin, mereka negara bekas
jajahan, dan pada Perang Dingin mereka tidak memihak pada Blok Timur maupun
Blok Barat. Istilah “Dunia Ketiga” menjadi hal yang umum di Eropa sejak Irving
Horowitz menyebarkan pandangan tentang tiga kasta di perkembangan negaranegara dunia dalam bukunya Three Worlds of Development. Namun sejatinya
istilah ini sudah tidak pas karena dengan perkembangan beberapa negara dan
semakin kompleksnya keadaan negara-negara. Misalnya saja kemajuan pesat pada
Singapura, Korea Selatan, dan Jepang yang melesat dalam pembangunannya. Jadi
negara Dunia Ketiga yang dimaksud dalam tulisan ini adalah negara Dunia Ketiga
yang sedang berkembang. Indonesia sendiri menurut penulis masih layak untuk
disebut sebagai negara Dunia Ketiga
Kemiskinan menjadi label yang melekat pada negara Dunia Ketiga selama
ini. Hal ini seakan menjadi wajar karena negara-negara ini adalah bekas jajahan
dan masih tertinggal dalam banyak hal dibanding negara-negara maju. Namun
benarkah semua anggapan negara-negara maju bahwa kemiskinan indikatornya
sesuai dengan apa yang ditetapkan IMF. Jadi Indonesia akan termasuk negara
miskin?. Ir.Soekarno pernah berpidato, “… kita tidak bodoh, tapi dibodohi. Kita
tidak miskin, tapi dimiskinkan oleh sistem yang ada”. Ungkapan tersebut menjadi
bentuk protes pemimpin Indonesia kala itu terhadap sistem yang dibawa negaranegara maju dengan dalih pembangunan kapitalisme global. Masyarakat yang
tadinya merdeka telah diperbudak. Masyarakat yang tadinya mandiri didikte
kembali. Inilah penjajahan kembali Dunia Ketiga.


1

2

Kapitalisme yang telah menguasai dunia atau istilahnya kapitalisme global.
Dalam sistem kapitalisme pemilik modal adalah puncak kekuasaan. Pemilik
modal dapat melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Mungki Keynesian akan menyelisihi pendapat Adam Smith, mereka beranggapan
bahwa moneter adalah katalisator pembangunan, bukan sektor riil. Namun
kapitalisme awalnya muncul dari ide Adam Smith dalam The Wealth of Nations
bahwa memang sejatinya individu itu sangat individualis dan lebih mengusahakan
kepentingannya. Namun akan ada “the invisible hand” yang bisa menuntun
mereka untuk tidak hanya mengejar kehendak pribadi tapi untuk lingkungannya
juga. Jadi pasar akan tetap memeliki kebebasan dari intervensi pemerintah.
Pemerintah hanya bertugas mengawasi apa yang dilakukan rakyatnya.
Pada kenyataannya negara-negara yang menerapkan sistem kapitalisme
justru semakin menggerogoti negara-negara lemah. Negara-negara ini
mementingkan kepentingan sendiri dan belum merasa dituntun oleh “the invisible
hand”. Meskipun terkadang dengan dalih ingin membantu. Parahnya lagi negaranegara “elit” yang sedikit itu telah menguasai hampir seluruh dunia lewat pasar

bebas. Hal tersebut juga menjadi masalah bagi Indonesia, dimana saat ini kapitalis
dunia telah berhasil masuk untuk kemudian menguasai perekonomian di
Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan masalah, antara
lain;
1. Bagaimana peran kapitalisme global terhadap kemiskinan yang ada di
Indonesia?
2. Bagaimana keadaan masyarakat sebagai korban utama pembangunan sistem
kapitalisme?
3. Apa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan
Indonesia akibat sistem kapitalisme global?

2

3

1.3. Uraian Singkat
Masyarakat adalah aspek penting dalam negara. Akan jadi sia-sia negara

kaya tetapi masyarakatnya miskin. Oleh karena itu kemiskinan adalah
permasalahan utama yang selalu coba dientaskan oleh setiap negara, khususnya
negara-negara dunia ketiga. Negara-negara berkembang ini masyarakatnya identik
dengan kata miskin. Termasuk Indonesia yang masih mengisi daftar panjang
negara pengutang terbesar di dunia. Sehingga kemudian muncul usaha-usaha
untuk mengentaskan kemiskinan yang ditawarkan oleh negara-negara maju.
Negara-negara dunia ketiga sejatinya tidak berpotensi miskin. Namun
kehadiran kapitalisme global yang dianggap bisa menjadi solusi kemiskinan,
justru menjadi blunder bagi negara dunia ketiga. Dalam kapitalisme global ada
hubungan saling keterkaitan antara negara dunia pertama dan dunia ketiga.
Dimana hubungan itu tidaklah selalu saling menguntungkan, namun justru hanya
menguntungkan negara dunia pertama dan negara dunia ketigalah yang banyak
dirugikan. Sejatinya jika pembangunan yang dilakukan di negara dunia ketiga
adalah People-Centered Development akan membantu membangun negara secara
mandiri. Tulisan ini mencoba memaparkan keadaan Indonesia yang semakin
miskin dengan hadirnya kapitalisme global, lalu bagaimana peran pembangunan
manusia menjadi krusial. Dan prospek alternatif pembangunan ekonomi pancasila
dan ekonomi syariah bagi Indonesia.

1.4. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan karya tulis ini,
antara lain;
1. Mengetahui peran kapitalisme global dalam kemiskinan dunia ketiga,
khsusnya Indonesia.
2. Mengetahui keadaan masyarakat sebagai korban utama pembangunan
sistem kapitalisme.
3. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
kemiskinan Indonesia akibat sistem kapitalisme global.

3

4

1.5. Manfaat
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar semua pihak, baik pemerintah
dan masyarakat dapat memahami permasalahan yang menjadikan kemiskinan di
Indonesia. Harapannya semua pihak dapat mendorong pemerintah untuk
memperbaiki keadaan yang ada saat ini. Sehingga kemiskinan yang dipicu oleh
kapitalisme global dapat segera diatasi, dan menciptakan Indonesia yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Hal tersebut bisa dicapai dengan

menggunakan solusi yang ditawarkan dalam karya tulis ini.

1.6. Metode Studi Pustaka
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah studi
pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari sumber-sumber data yang
relevan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Sumber data tersebut berupa
buku, jurnal/atikel, suraat kabar, serta dokumen lainnya. Adapun penulis dalam
penngumpulan data menggunakan beberapa fasilitas kepustakaan, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Perpustakaan pusat Universtas Jember
Perpustakaan FISIP Universtas Jember
Media Massa
Website Internet

Adapun analisis data yang dilakukan menggunakan konsepsi awal Karl Marx
dalam Das Kapital tentang pertarungan kelas antara proletar dan borjuis. Dalam

persaingan pasar global pun kapital masih menjadi puncak kekuasaan. Dimana
negara maju sebagai pemilik kapital dapat menguasai perekonomian negaranegara dunia ketiga.

4

5

Bab II
LANDASAN BERPIKIR
2.1. Landasan Konsep
Dalam pembahasan nantinya akan menggunakan konsep awal Karl Marx
tentang pertarungan kelas antara proletar dan borjuis Dalam konsepsi Marx
setidaknya ada tiga unsur umum pokok yang coba dipecahkan olehnya :
1. Materialisme dialektik untuk menggerakkan perubahan sosial yang ada
dalam masyarakat kala itu.
2. Pertarungan kelas (battle of classes) khususnya dalam perekonomian
antara kaum borjuis atau pemilik modal dan kaum proletar atau buruh.
3. Nilai tambah (additional values) dalam perekonomian.
Konsepsi Marx ini coba dikaitkan dengan kapitalisme global, dimana pertarungan
yang terjadi adalah antara negara maju dan negara berkembang.
Selain itu, ada beberapa konsepsi Marx lain yang juga membantu
memcahkan masalah yang ada, antara lain;
1. Pertarungan kelas, dimana setiap negara saling bertarung dengan kelaskelas negara lainnya
2. Pemilik modal (kapitalis) dapat menguasai semua atau sebagian besar.
Dalam hal ini kapitalis adalah negara dunia pertama yang dapat
mendominasi dan memanfaatkan negara dunia ketiga.
Pembahasannya secara rinci akan dibahas dalam bab selanutnya.

5

6

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Indonesia Macan Asia [?]
Indonesia adalah negara besar, tidak hanya wilayahnya saja, kekayaan
alamnya serta penduduknya juga begitu melimpah. Namun yang mengherankan
adalah dengan kebesaran tersebut Indonesia masih terus tidak bisa lepas dari
kemiskinan masyarakatnya. Apakah ini bekas jajahan? Lalu mengapa bangsa yang
besar ini bisa terjajah oleh Belanda yang bahkan sepersepuluh wilayahnya pun
tidak ada, atau bahkan Jepang. Indonesia saat ini tengah dihibur oleh Dunia
dengan sebutan “The Sleeping Giant” mengingat potensi yang dimiliki Indonesia
untuk menjadi “Macan Asia” sebagaimana yang sejak dulu didengungkan Mantan
Presiden Soeharto. Ironisnya justru di masanya itulah potensi Indonesia untuk
menjadi macan Asia tergadaikan dengan kebijakan ekonomi bebas. Jadi masa itu
adalah ketika Indonesia terbuka untuk luar tapi membutakan masyarakatnya
dengan depeolitisasi masyarakatnya, bahkan hingga saat ini masih banyak
masyarakat yang belum sadar tentang pembutaan tersebut. Kerjasama-kerjasama
sama-sama suka pemerintahan Soeharto dengan Dunia Barat khususnya Kerajaan
Inggris dan Amerika Serikat kala itu memang menguntungkan kedua pihak,
negara investor bisa memasukkan modalnya, elitis di kalangan Presiden kala itu
semakin kaya. Tapi pihak ketiga, yaitu masyarakat sangat dirugikan dengan
diambilnya potensi-potensi yang bisa mereka kembangkan. Negara kaya semakin
kaya. Masyarakat miskin semakin miskin. Potensi alam yang tadinya bisa diolah
sendiri justru digadaikan pada negara asing dengan kekayaan sementara. Inilah
kapitalisme.
Rezim developmentalisme1 Orde Baru sangatlah bertentangan dengan apa
yang telah lama dibangun oleh pendahulunya, Bung Karno tentang nasionalisme
yang memiliki tiga prinsip: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang
ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Rezim Orba bahkan
1 Developmentalisme adalah istilah alternatif untuk menyebut pembangunan kapitalisme.

6

7

membuat kebijakan floating mass untuk membutakan politik masyarakatnya.
Dalam hal ekonomi masanya lah yang menjadi pelopor ketergantungan negara ini
pada negara asing, khususnya Barat. Sehingga ketika ketika di AS atau Eropa
terjadi krisis akan berdampak sangat besar pada ekonomi Indonesia. Dalam
bidang budaya kepribadian masyarakat telah digerogoti oleh budaya Barat melalui
globalisasi. Bahkan budaya asli yang ditanamkan kurang kuat akan tergerus
seiring dengan waktu. Masyarakat Indonesia lebih menyukai menonton Piala
Dunia dibandingkan menonton wayang. Masyarakat Indonesia mulai
meninggalkan budaya “yang muda menghormati yang tua, yang tua menyayangi
yang muda”. Dan ini semua ada setelah keterbukaan pasar oleh rezim orde baru.

3.2. Kapitalisme
Pada awalnya sistem kapitalisme digunakan untuk membangun Eropa pasca
Perang Dunia II sebagai suatu teori pembangunan. Dimulai dari kebijakan luar
negeri AS Point Four Program yang dimulai Januari 1949 yang dilancarkan
Presiden AS, Harry Truman. Ide dilandasi atas kekhawatiran Eropa dikuasai
komunisme pasca kehancurannya pada Perang Dunia II. M Dawam Rahardjo
dalam bukunya Pembangunan Pascamodernis (2012) menyebutkan, dengan
asumsi bahwa sumber penyebaran komunisme adalah kemiskinan. Maka dari itu,
penangkal penyebaran komunisme adalah menghapus kemiskinan di Eropa
dengan cara pembangunan ekonomi. Begitulah sehingga kebijakan Truman ini
berhasil memberikan perannya dalam pembangunan di Eropa dengan motif
membendung pengaruh komunisme. Lalu kemudian setelah berhasil di Eropa ide
developmentalisme ini ditujukan ke Dunia Ketiga. Lalu apakah benar untuk
membendung komunisme?. Jika kita menengok tren negatif penyebaran
komunisme setelah runtuhnya Uni Soviet, maka tentu saja ada asumsi lain adanya
developmentalisme untuk Dunia Ketiga. Perbedaan lainnya adalah Eropa kala itu
tidak kaya akan sumber daya alam, sedangkan kebanyakan negara-negara Dunia
Ketiga memiliki kekayaan alam yang melimpah dan menggiurkan bagi negaranegara maju yang menyerukan pembangunan Dunia Ketiga. Termasuk Indonesia
sebagai target utamanya.

7

8

Meskipun hampir tidak ada lagi komunisme, namun yang menjadi hambatan
penyebaran kapitalisme adalah nasionalisme di masing-masing negara Dunia
Ketiga. Sebut saja apa yang terjadi di Kuba, Venezuela, bahkan Brazil. Di
Indonesia sendiri telah kuat nasionalisme politik di Era Orde Lama, hingga
perlunya nasionalisme ekonomi agar perekonomian nasional bisa terbebas dari
ketergantungan asing (foreign dependence). Namun halangan ini tetap bisa diatasi
oleh negara-negara Barat dengan siasat mereka dengan cara penanam modal
secara besar-besaran untuk industrialisasi di Dunia Ketiga. Dengan menanam
modal di perusahaan-perusahaan nasional bahkan sampai meguasai sahamnya,
atau dengan membangun perusahaan dengan menamakannya perusahaan nasional.
Misalnya; Freeport, Danone Aqua, dll. Jadi dari yang tadinya ekspor barang
bergeser ke sektor modal. Bahkan ini akan lebih menguntungkan karena negara
asing pengeluarannya akan semakin diminimalisir. Sehingga dengan ini
pembangunan di Dunia Ketiga tetap berjalan.
Johan Norberg dalam bukunya Das Kapitalische Manifest atau Membela
Kapitalisme Global menyebutkan bahwa Paus Paulus II pernah mengungkapkan
tentang perkembangan dunia sebagai berikut:
Masyarakat di berbagai tempat tengah menyaksikan kebangkitan
kembali neoliberalisme kapitalis tertentu yang menempatkan manusia
di bawah kekuatan pasar yang buta dan mengondisikan perkembangan
masyarakat berdasarkan kekuatan itu…. Maka, di masyarakat
internasional, kita menyaksikan sejumlah kecil negara yang menjadi
terlalu kaya luar biasa dengan memiskinkan sejumlah besar negara
lainnya. Akibatnya, yang kaya menjadi kian kaya, yang miskin
semakin miskin.
Dunia dikatakan semakin tidak adil dengan semakin semaraknya kerakusan
manusia-manusianya dengan jalan menyengsarakan nasib manusia-manusia yang
lainnya. Mereka yang disengsarakan adalah masyarakat Dunia Ketiga. Jurang
antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar dan dalam, kesenjangan antara
dua kelompok yang dibedakan oleh status ekonomi ini semakin besar. Namun
memang status ekonomi di dunia yang semakin satu ini akan menjadi indikator
utama status seseorang dalam masyarakat.

8

9

Masih menurut Johan Norberg, ia menyebutkan bahwa pertumbuhan
kemakmuran dunia dan keberhasilan suatu negara di bidang sosial ekonomi
bukanlah suatu “mukjizat”. Semuanya tidak bisa didapatkan seperti kita mendapat
durian runtuh. Hal-hal itu adalah hasil pemikiran-pemikiran baru dan usaha yang
keras untuk mewujudkan ide-idenya. Ia menyebutkan bahwa di negara-negara
Barat yang telah beberapa abad menerapkan kapitalisme telah berhasil menjadikan
Barat sebagai “bagian dunia yang makmur”. Kapitalisme memberi kebebasan
pasar dan insentif sebagai rangsangan untuk mencipta, memproduksi, menjual
barang sehingga tercipta kemakmuran. Dan sistem ini telah lama tersebar di
penjuru dunia oleh negara-negara “atas” ke negara-negara “bawah” , Timur serta
Dunia Ketiga. Namun tentu saja yang akan menjadi permasalahan adalah ketika
ada duel tinju antara seorang dewasa yang gagah (negara maju yang telah
menerapkan sistem kapitalis sejak lama) dengan seorang bayi yang baru saja lahir
(negara-negara Dunia Ketiga yang baru-baru merdeka) dalam ring tinju yang
dibuat oleh orang dewasa tersebut dengan nama “Kapitalisme Global”, maka kita
sudah barang tentu tahu siapa yang akan jadi pemenangnya. Dan kita pun tidak
yakin ada keajaiban, sebagaimana Kaum Kapitalis pun tidak percaya kemujuran
dan keajaiban bisa menjadi modal kemenangan.

3.3. Kapitalisme di Indonesia
Sudah selayaknya memang Indonesia mengkritisi apa yang datang dari luar
termasuk kapitalisme itu sendiri yang telah menjadi “wabah” global khususnya di
negara-negara sedang berkembang Tan Malaka dalam Aksi Massa (1926)
menyebutkan :
“Kapitalisme di Indonesia adalah cangkokan dari Eropa yang dalam beberapa hal
tak sama dengan kapitalisme yang tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya
sendiri, yakni Eropa dan Amerika Utara.”
Jadi memang kapitalisme di Indonesia perlu dikoreksi jika diterapkan akan
merugikan negara (bukan elitnya) khususnya masyarakat dan para calon penerus
yang kehilangan potensi yang seharusnya dimiliki. Lanjut Tan Malaka :

9

10

“Kapitalisme di Indonesia tidak dilahirkan oleh cara-cara produksi bumiputra
yang menurut kemauan alam. Ia adalah perkakas asing yang dipergunakan untuk
kepentingan asing yang dengan kekerasan mendesak sistem produksi bumiputra.”
Tentu saja kita perlu curiga terhadap perkakas asing yang “pandai” tersebut. Tentu
saja ada alasan dan motivasi tertentu yang membuat mereka rela menggelontorkan
modalnya ke negara ini. Tidak lain adalah karena melimpahnya potensi yang
dimiliki negara ini.
Arief Budiman dalam pengantarnya untuk buku Kapitalisme Semu asia
Tenggara karya Yoshihara Kunio menyebutkan bahwa memang benar argumentasi
tentang kesemuan kapitalisme di negara-negara Asia Tenggara. Hal ini karena
Kapitalisme yang sukses di terapkan di Dunia Barat akan terkendala
penerapannya di Asia Tenggara karena kondisi negara-negara Asia Tenggara
berbeda dengan Amerika Utara dan Eropa yang lebih dahulu menerapkannya.
Mulai dari masyarakatnya, sistem pemerintahan, politikan, serta kebudayaannya,
bahkan sampai masalah moral agama,dsb. Yang perlu disoroti lagi adalah
kapitalisme di Asia Tenggara tidak memadai dalam teknologinya sehingga tidak
terciptanya kapitalisme yang mandiri. Ini semua yang kemudian menimbulkan
permasalahan baru di negara-negara ini. Negara-negara Asia Tenggara kemudian
dalam menerapkan kapitalisme yang ditawarkan barat akan menerapkan
kapitalisme pasar internasional dipadukan dengan pemerintahan yang kuat
(otoriter). Inilah yang menjadi sebutan semu untuk kapitalisme itu sendiri. Pasar
terbuka untuk asing namun di tingkat domestik campur tangan pemerintah terasa
kuat di pasar. Ini yang kemudian menjadi titik lemah bagi negara-negara Asia
Tenggara untuk bisa dimanfaatkan oleh negara-negara yang expert dalam
kapitalisme dengan cara mengeksploitasi sumber dayanya bekerjasama dengan
pemerintah yang otoriter tadi. Sebut saja contohnya : Indonesia era Orde Baru,
Singapura, Malaysia.
Kapitalisme semu ini atau kapitalisme pada umumnya akan memunculkan
kapitalis besar yang menguasai atau bahkan memonopoli pasar dan
menyingkirkan industri-industri kecil. Dan adanya kerjasama dengan pemerintah

10

11

akan memperlancar monopoli tersebut. Contohnya bagaimana keturunan
Tionghoa bisa menguasai pasar, karena memiliki kedekatan dengan pemerintahan
era Soeharto. Munculnya kapitalis-kapitalis seperti Keluarga Bakrie, Keluarga
Cendana, Hary Tanoe, Erick Thohir, dll. Mereka adalah konglomerat-konglomerat
yang membuat Indonesia bisa masuk dalam G-20 dengan pertumbuhan ekonomi.
Apakah kita patut berbangga jika kekayaan negara ini dikuasai oleh segelintir
orang. Inikah kembalinya kaum feodal di Indonesia? Lalu dimana rakyat jelata?
Mereka semakin diperas dan semakin sengsara hidupnya demi memenuhi kekayan
segelintir orang tersebut maupun untuk melayani negara lain. Ini jelas seperti
gambaran Achmad Musyaddad dalam Indonesia : Kapitalisme Yang Tak Kunjung
Utuh bahwa dua faktor yang menyebabkan hal ini, antara lain;
1) Intervensi pusat-pusat kapitalisme yang mengakibatkn kapitalisme Indonesia
memiliki ketergantungan terhadapnya.
Akibatnya ketika terjadi krisis di pasar kapital internasional, Indonesia akan
merasakan dampak yang amat besar. Hal ini tidak lain karena tingkat
ketergantungannya yang tinggi. Contohnya ketika terjadi krisis ekonomi akhir
1990-an perekonomian Indonesia kalut dan lumpuh hingga akhirnya meminta
pertolongan pada simbol kapitalisme global, International Monetary Fund (IMF).
Tidak seperti Malaysia yang walaupun juga dilanda krisis keuangan justru
menolak bantuan IMF. Hal ini karena Malaysia yang telah memiliki pondasi
ekonomi yang kuat dan tidak terlalu bergantung pada Dunia Barat kala itu.
Langkah Indonesia menerima tawaran bantuan IMF tersebut menjadikan
Indonesia terjebak dalam krisis berkepanjangan. Dengan hutangnya itu Indonesia
harus semakin bergantung pada negara-negara “pakar” kapitalisme. Salah satunya
adalah dengan merubah paradigma ekonomi baru sesuai dengan Washington
Consensus2. Ini menjadi genderang pembuka masuknya modal-modal asing di
Indonesia secara deras. Akibatnya : tambang emas di Papua dikuasai Freeport,
tambang minyak dikuasai Exxon, Numon, dan perusahaan asing lainnya. Padahal
seharusnya potensi-potensi alam tersebut dikuasai oleh negara sesuai denga
2 Paradigma ini menyuburkan praktik neoliberalisme di Indonesia. Intinya
adalah paham pasar bebas dan globalisasi ekonomi.

11

12

konstitusi RI. Akibatnya masyarakat kesempatannya untuk mencari nafkah
semakin sempit karena segalanya telah dimonopoli asing, masyarakat akhirnya
dipaksa menjadi buruh bagi perusahaan yang menjajah negeri mereka sendiri,
dengan gaji setara harga sepatu yang dipakai oleh pengangguran di negara Barat.
Ironisnya nasib negara “kaya” ini!
2) Keterlibatan negara yang amat besar dalam pasar. Kerjasama negara dengan
industri besar memang sangat subur sehingga menciptakan monopoli pasar
oleh industri besar.
Disini pasar bebas yang didengungkan kaum kapitalis akan lumpuh karena telah
dimonopoli oleh kaum kapitalis sendiri. Akibatnya industri kecil tidak bisa masuk
pasar, kalaupun bisa tidak akan sanggup bertahan. Faktanya: toko-toko klontong
mulai banyak yang tutup karena tidak mampu bersaing dengan Indomaret,
Alfamart, Hypermart, Giant yang benar-benar raksasa yang mewarisi sifat
manusia, rakus. Tidak adanya usaha serius pemerintah untuk menumbuhkan
industri menjadikan penguasaan kapitalis semakin kuat. Tidak seperti di Malaysia
yang meberikan bantuan untuk industri kecil serta kemudahan izin bagi industri
kecil, sangat kontras dengan Indonesia. Masyarakatnya telah dibiasakan
mengkonsumsi produk-produk yang hanya menguntungkan industri asing.
Indonesia telah menjadi santapan lezat lagi gemuk bagi kapitalis global.
Johan Nornberg juga dalam bukunya diatas : “Keajaiban” Asia Timur
menyebutkan bahwa yang membedakan “macan-macan Asia”3 dengan negara
berkembang lain adalah mereka berkomitmen untuk menegakkan dan melindung
hak kepemilikan, membuat hukum yang melindungi perusahaan dan persaingan.
Namun kenyataannya hal-hal diatas prakteknya hanya menguntungkan kaum
konglomerat yang memiliki modal dan semakin memakmuran mereka. Karena
tentu saja tidaka akan ada persaingan seimbang antara konglomerat dan korporasi
asing dengan usaha-usaha mikro dan menengah yang dimiliki civil society. Lagilagi masyarakat-lah yang paling dirugikan.
3.4. Masyarakat Miskin : Korban-Korban Pembangunan
3 yang dimaksud adalaha Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea
Selatan.

12

13

Sistem kapitalisme memang menekankan pada pemenuhan kepentingankepentingan individu diatas kepentingan jamak. Namun yang dimaksud individu
disini siapa saja? Apakah benar semua indivdu tanpa terkecuali?. Faktanya
masyarakat yang “tidak beruntung” lah yang semakin kehilangan hak-haknya,
kesengsaraan menjadi makan malam mereka setiap malam, penindasan adalah
hadiah mereka sebagai pembantu konglomerat.
Budi Winarno dalam buku Etika Pembangunan menyebutkan bahwa ada
korban-korban pembangunan dalam
sistem kapitalis ini. Ia menyinggung
Piramida Korban Manusia oleh Berger
yang mengkritik pembangunan
kapitalis dalam dua pertanyaan pokok,
yaitu pertumbuhan untuk siapa, dan
pasar untuk siapa? Tentu saja kita
sudah bisa menebak siapa jawabannya.
Hukum dibuat oleh para pemenang.
Begitu juga kapitalisme dibuat oleh
Gambar 1 Piramida Sistem
pemenang pasar (kapitalis) untuk
Kapitalisme
Sumber:http://dontjustvote.org/201 mengeksploitasi market looser, yaitu
4/04/28/great-political-quotationsmasyarakat kecil atau dalam konteks
and-misquotations/

global adalah negara Dunia Ketiga. Masyarakat miskin pada umumnya mereka
berpendidikan rendah, berada di pedesaan yang sarana prasarana, jaringan

komunikasi yang terbatas sehingga mereka akan sangat sulit untuk bersaing dalam
pasar kapitalis. Kesempatan mereka untuk berusaha sangat terbatas karena peran
pemerintah yang seharusnya membantu mereka sesuai dengan konstitusi RI tentan
fakir miskin dipelihara oleh negara. Justru mempersulit kesempatan mereka untuk
berusaha. Dan ironisnya pemerintah seakan lepas tangan dan beberapa
menganggap itu adalah kesalahan masyarakat miskin yang malas.
“Orang miskin itu karena salahnya sendiri dia malas bekerja. Jadi bukan salah
siapapun kalau ada orang miskin.”
Begitu tanggapan Marzuki Alie, Mantan Ketua DPR RI tentang masyarakat yang
dalam garis kemiskinan. Padahal masyarakat miskin adalah korban pembangunan

13

14

yang sejatinya mereka menopang kehidupan, kekayaan para pejabat, kapitalis,
bahkan seluruh elemen pasar, sesuai dengan Piramida Kapitalisme.
Kemiskinan yang mendera masyarakat di negara ini sejatinya bukan
karena negara ini miskin, tapi sebaliknya negara ini kaya akan potensi-potensi
alam serta manusianya. Yang menjadikannya adalah tingginya kesenjangan
anatara miskin dan kaya dikarenakan pendistribusiannya yang kurang tepat.
Padahal salah satu fungsi negara adalah distribusi. Ini adalah akibat dari
penerapan sistem kapitalisme yang memiliki istilah “yang kuatlah yang bertahan”.
Segelintir orang menguasai hampir setengah kekayaan yang ada. Segelintir yaitu
20 % penduduknya menguasai 48 % PDB, sedangkan mayoritas yaitu 80 % dari
penduduk Indonesia hanya menguasai 52 % PDB. Sungguh ironis.
Pengeksploitasian yang menyengsarakan kaum lemah itu seakan melekat di
sistem kapitalisme yang rakus. Di negara-negara Dunia Ketiga di Afrika Barat
yang petaninya menggantungkan hidupnya pada kapas, mereka unggul dalam
budidaya kapas pada masa lalu. Namun sekarang kapas harganya semakin anjlok.
Hal ini karena setiap tahun pemerintah AS memberi subsidi untuk para petani
kapas mereka sebesar 3 miliar US$, sedang pemerintah negara Uni eropa
mensubsidi petani mereka 1 miliar US$. Ini semua agar petani mereka dapat
menjual kapas dengan harga murah di pasar dunia. Ini akan membuat petanipetani miskin di Afrika merugi jika menjual kapas, sehingga mereka semakin
dijerat kemiskinan. Begitulah kerakusan kapitalisme bekerja. Petani kaya
mendapat subsidi, petani miskin mendapat rugi.
Seiring berjalannya waktu dan roda kapitalisme semakin kencang maka
masyarakat miskin akan semakin termarjinalisasi dan semakin tidak berdaya. Lalu
siapkah masyarakat Indonesia menghadapai pasar global?

3.5. Solusi Untuk Menghadapi Kapitalisme Global
Sistem kapitalisme global jika diterapkan negara-negara Dunia Ketiga akan
merugikan negara tersebut. Karena pembangunan kapitalisme menurut pandangan
skeptis globalisasi sejatinya adalah siasat negara-negara Barat untuk melakukan
penjajahan kembali Dunia Ketiga (neo-imperalism and neo-colonialism). Dalam

14

15

Putaran Uruguay General Agreement on Trade and Tariffs Duta Besar Kenya,
Thomas Ogada pernah mengungkapkan tentang pendapatnya dalam Putara
Uruguay, “Kita diundang dalam Putaran Uruguay untuk ikut serta dalam rangka
mencincang Dunia Ketiga”. Duta Besar Brasil, Ruben Ricupero menggambarkan
Dunia Ketiga sebagai ayam yang ditanya sang koki, “Dengan saus apa kau ingin
kulahap?”
Maka dikarenakan kemiskinan yang ada di Indonesia adalah akibat
kesalahan sistem ekonomi yang berjalan saat ini. Sistem ekonomi Indonesia
secara de jure adalah ekonomi kerakyatan namun secara de facto prinsip-prinsip
kapitalisme lah yang digunakan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah
untuk mengembalikan sistem ekonomi yang lebih ramah terhadap Indonesia.
Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penataan ulang sistem
ekonomi yang ada di Indoenesia (reformasi sistem ekonomi).
3.5.1. Reformasi Sistem Ekonomi
Indonesia harus meninggalkan penggunaan sistem ekonomi kapitalisme
sebagai acuan kebijakan ekonomi, karena sesuai yang diapaparkan diatas telah
merugikan rakyat Indonesia. Sebagai gantinya adalah menggunakan dan
melaksanakan sistem ekonomi yang lebih ramah dan lebih familiar dengan
bangsa ini. Sehingga pembangunan ekonomi dapat berjalan efektif dan efisien.
Namun perlu digarisbawahi bahwa tidak hanya dituangkan dalam konstitusi saja
namun juga dijadikan bahan acuan untuk pembuatan kebijakan ekonomi. Sistem
ekonomi yang patut benar-benar dikuatkan kembali adalah sistem ekonomi
pancasila.
 Sistem Ekonomi Pancasila
Indonesia telah mulai jauh meninggalkan jatidirinya. Negara ini perlu
kembali ke pedoman negaranya, salah satunya adalah dengan menerapkan
ekonomi pancasila. Menurut Soekarno intisari Pancasila adalah gotong-royong
dan kekeluargaan. Selain juga monotheisme, artinya memasukkan kembalin moral
agama dalam ekonomi serta sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Nilai-nilai
Pancasila bukanlah kumpulan nilai yang kemudian disebarkan ke masyarakat
Indonesia, namun nilai tersebut telah ada sejak dahulu dalam masyarakat

15

16

Indonesia barulah diambil untuk dirumuskan dalam Pancasila. Ini menciptakan
ideologi yang khas Indonesia. Seperti halnya Pancasila, Ekonomi Pancasila telah
ada dalam masyarakat dan penerapannya akan menguntungkan bagi masyarakat
Indonesia.
Menurut Sri-Edi Swasono, Ekonomi Pancasila adalah pandangan filsafati di
bidang kehidupan ekonomi. Jika Pancasila adalah khas Indonesia, maka Ekonomi
Pancasila adalah ekonomi khas Indonesia4. Praktek perekonomia yang ada di
Indonesia harusnya adalah yang mengusung ekonomi gotong-royong atau
ekonomi yang bisa menjadikan masyarakat luas sebagai pemeran utama dalam
ekonomi, yaitu ekonomi yang pro-rakyat.
UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 menyebutkan, “Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Selain itu Moh.Hatta
beranggapan bahwa di masa mendatang perekonomian akan semakin jauh
daripada dasar individualisme dan semakin dekat pada kolektivisme, yaitu sama
sejahtera. Kolektivisme sudah seharusnya menjadi dasar perekonomian
Indonesia. Dimana persatuan Indonesia dalam hal ekonomi adalah dengan
membangun ekonomi Indonesia bersama-sama, sehingga tidak mebuat ada
kelompok yang mendominasi dan yang didominasi.
Sistem ekonomi Pancasila menurut Emil Salim sesuai dengan kelima sila, yaitu:
Sila I : Mengenal etika dan moral agama.
Sila II : Titik berat pada nuansa manusiawi dalam menggalang hubungan
ekonomi dalam perkembangan masyarakat.
Sila III : Membuka kesempatan ekonomi secara adil bagi semua, lepas dari
kedudukan, suku, agama, ras, dan daerah.
Sila IV : Bermuara pada demokrasi ekonomi dan politik
Sila V : Memberi warna egalitarian dan social equity dalam pembangunan.
Dengan sistem ekonomi Pancasila akan tercipta pembangunan yang memiliki sifat
ke-Indonesiaan, yang akan mencapai puncaknya sesuai sila kelima Pancasila.
Pancasila sebagai suatu sistem pembangunan sudahlah lengkap, dimana
ada input, implementasi, dan output. Sila pertama dan kedua yang berkaitan
ketuhanan dan kemanusiaan adalah output ataupun modal pembangunan
Indonesia. Masyarakat yang robbani akan menciptakan harmoni kehidupan
manusia. Selain hubungan dengan Tuhan juga harus baik hubungan dengan
4 Sri-Edi Swasono. Orientasi Ekonomi Pancasila. dalam Madjid dan Swasono.
1988. Wawasan Ekonomi Pancasila. Jakarta : UI Press .

16

17

manusia lain (kemanusiaan). Kemudian dengan modal pembangunan itu
diperlukan implementasi sistemnya, sesuai asas Pancasila implementasi sistem
pemerintahan untuk pembangunan Indonesia haruslah berpedoman pada dua sila
yang mengusung nilai persatuan dan kerakyatan (sila ketiga dan keempat).
Masyarakat haruslah bahu membahu bersatu dalam membangun Indonesia,
meninggalkan perbedaan yang ada demi pembangunan Indoensia, menanamkan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu pemerintahan juga harus menerapkan
pemerintahan yang hikmat (good governance) yang memegang prinsip bahwa
negara adalah negara rakyat atau negara sosial. Tujuan utama dari pembangunan
ini nantinya akan bermuara sebagaimana pada sila kelima Pancasila, yaitu
keadilan sosial. Keadilan sosial mencakup banyak aspek, karena masyarakat
memiliki banyak keterkaitan. Dalam pembahasan Ekonomi Pancasila keadilan
sosial adalah dengan kesejahteraan rakyat. Dimana negara adalah yang
bertanggungjawab akan kesejahteraan rakyat, berbeda dengan negara liberal
karena Indonesia sejatinya adalah negara kesejahteraan rakyat (welfare state).
Keadilan sosial disini juga bisa berupa kesetaraan politik, hak yang sama di depan
hukum, persamaan hak-hak lainnya, dsb. Keadilan sosial adalah tujuan utama
dalam pembangunan Indonesia. Konsep Pancasila sebagai sistem pembangunan
ini dapat dilustrasikan dibawah ini.
Gambar 2 Ilustrasi konsep Pancasila sebagai sistem pembangunan

1.

3.

Ketuhanan
2.

Persatuan

5.Keadilan
Sosial

Kemanusia

Perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila harus dimulai dari pembentukan
sikap dan perilaku manusia Indonesia. Akan percuma jika masyarakat yang sudah
terbiasa dengan arus kapitalis dipaksa melaksanakan sistem pancasila. Karena

17

18

dalam sistem inipun pusat pembangunan ada di masyarakat itu sendiri (peoplecentered development). Maka dari itu perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila
dapat dilakukan dengan pembangunan manusia pancasila.

18

19

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Karya tulis ini menjelaskan mengapa meskipun Indonesia adalah negara
besar, namun masyarakatnya masih banyak yang miskin. Dari pembahasan dapat
disimpulkan beberapa hal, antara lain;
 Indonesia sejatinya adalah negara yang memiliki potensi kekayaan besar,
namun karena pengelolaan yang salah sehingga potensi ini justru tidak
dinikmati oleh Indonesia sendiri.
 Agen-agen kapitalisme global yang berdalih membantu pembangunan, justru
menjadi masalah bagi negara dunia ketiga, dimana terjadi eksploitasi sumber
daya oleh negara-negara dunia pertama, ini juga terjadi di Indonesia.
 Masyarakat menjadi korban utama dalam sistem kaapitalisme global, sumber
daya yang mereka dikeruk untuk pembangunan yang justru semakin
memiskinkan mereka. Rakyat jelata adalah penyangga gemerlap kapitalisme.
 Solusi yang bisa dilakukan Idonesia adalah dengan membangun masyarakatnya
serta menggunakan sistem perekonomian baru yang lebih merepresentasikan
Indonesia.
4.2. Rekomendasi
Jika berkaca pada kesalahan-kesalahan diatas sudah selayaknya pemerintah
dan masyarakat Indonesia melakukan perbaikan-perbaikan demi kebaikan negara,
khususnya untuk meninggalkan sistem kapitalisme global yang lebih berupa
hegemoni negara Barat. Ada beberapa rekomendasi yang disediakan penulis
disini, antara lain;
 Pemerintah harus melakukan revisi kebijakan dan mengusahakan
menggunakan sistem ekonomi yang lebih merepresentasikan Indonesia.
 Pembangunan Indonesia harus lebih ditekankan pada pembangunan manusia
pancasila, agar dapat diwujudkan Sistem Ekonomi Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

19

20

Buku:
Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila : Jalan Kemaslahatan Berbangsa.
Jakarta: Pustaka LP3ES
Goldthorpe, J.E. 1992. Sosiologi Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Jhamtani, Hira. 2005. WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga. Yogyakarta:
INSIST Press.
Kunio, Yoshihara. 1990. Kapitalisme Semu Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
Nornberg, Johan. 2011. Membela Kapitalisme Global. Jakarta: Freedom Institute.
Peng, Martin Khor Kok. 1993. Imperialisme Ekonomi Baru, Putaran Uruguay dan
Kedaultan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Rahardjo, M. Dawam. 2012. Pembangunan Pascamodernis, esai-esai ekonomi
politik. Yogyakarta: INSIST Press.
Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. Yogyakarta: CAPS.
Madjid dan Swasono. 1988. Wawasan Ekonomi Pancasila. Jakarta : UI Press .
Jurnal/Artikel:
Mugasejati, Nanang, dkk. 2006. Kritik Globalisasi dan Neoliberalisme.
Yogyakarta: Fisipol UGM.
Internet :
HT : Kapitalisme memiskinkan dan menyengsarakan rakyat. http://hizbuttahrir.or.id/2012/07/11/kapitalisme-memiskinkan-dan-menyengsarakanrakyat/
Pyramide of Capitalism. http://dontjustvote.org/2014/04/28/great-politicalquotations-and-misquotations/
Tan Malaka Aksi Massa 1926.
https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/AksiMassa/Bab4.htm
Sistem Ekonomi Syariah. www.kwikku.com/u22615/view/1007967
Sistem Ekonomi Pancasila.http://www.fuad-compi.net/2012/12/sistem-ekonomipancasila.html

20

SUMMARY

Background
Third world countries are identified as poor countries and often became the
object of economies market. The terminology of “third world” became popular in
Europe after Irving Horowitz’s Three World of Development, his main idea is three
types/classes of countries development. Actually third world countries have wealth,
only then impoverished by current world system. The system created by new
colonizers of the world, thus creates colonization comeback in the Third World.
Global capitalism makes first world countries as capital owner can obtain many
benefits from third world countries.
Problem Formulation
Problem formulation of this paper;
1.
2.
3.
4.
5.

How big Indonesia’s potential?
What is capitalism?
What is global capitalism role in the third world poverty, especially Indonesia?
How is society condition after developmentism (capitalist-system)?
What are the solutions to fix problems of global capitalism system?

Methodology
The method used in writing this paper is literature study. Data collection is by
searching for data sources that relevant with existing problems, such as books,
journals, online articles, newspapers, and internet web.
The method of thinking uses Karl Marx's concept about struggle of classes
between proletariat and bourgeoisie. First world countries as capital owners master
third world countries.

Discussion
Indonesia is a big country, its natural resources and its people are so abundant.
But the reality is Indonesian people are still under poverty. Indonesia is considered as
"the sleeping giant". This because although it has potential to become an Asian tiger,
Indonesia never been able to show its fangs. The problem sources are in Soeharto’s
era, where Indonesia potential being mortgaged to foreign countries in the name of
development with capitalist system. New Order developmentalism regime is contrary
to Sukarno’s era.
Capitalism in Indonesia, which is claimed to build it becomes a blunder. Tan
Malaka said, "Capitalism in Indonesia transplanted from Europe which in some ways
not same as capitalism growth in its own countries, Europe and North America." The
condition of Indonesia, which is different from Europe makes this system detriment
Indonesia. The agents of global capitalism not build Indonesia, but instead rub down
Indonesian wealth. There are two factors, that is;
1. Intervention from capitalism centers results capitalism in Indonesia has a reliance
on it. For example, what happens after International Monetary Fund (IMF) debt
policy.
2. Involvement of big country in the market. Many cooperation from big countries
are being very fertile, thus creating a market monopoly by big industries.
People are the main victims in development using capitalism system. In
Pyramid of Human Victims by Berger who criticize development with capitalism, the
poor people are in the lowest position and became the backbone of life for who exist
on it. Poverty that plagued people in this country actually is not because of the
country is poor, but wide disparity between poor and rich people due to lack of proper
distribution. 20% of population controls 48% of GDP, while 80% of population only
controls 52% of GDP.

There are some solutions that can be done to fix the global capitalism problems
that harm Indonesia. It must be conducted economic reforms, leaving the capitalist
system and use economic system that more friendly to Indonesia, such as Pancasila
economic system and Islamic economic system. UUD 1945 article 33 verse 1
mentions, "The economy structured as a joint venture based on the principle of
family" means that there is an mutual cooperation element by people in economy.
The principles of Pancasila can describe the Pancasila economy. To build Pancasila
economic system Indonesia could start by developing Pancasila human in Indonesia
So there must be development reform by using people-centered development. So that,
civil society could becomes important actors in development. Mental revolution must
be running in order to improve the quality of Indonesian people.

Conclusion
 Indonesia actually has great wealths, but poor due to mismanagement, by wrong
economic-system
 Global capitalism became a problem for Indonesia, where there is exploitation of
Indonesia wealth
 People are the main victims in this development system
 The solution is to develop the people, as well as economic reforms.

‫الملخص‬

‫الخلفية‬
‫ويتم تحديد دول العالم الثالث كما الدول الفقيرة وغالبا ما أصبح هدفا لقتصادات السوق ‪.‬مصطلح‬
‫"العالم الثالث" أصبح مشهورا في أوروبا عن طريق ايرفينغ هورويتز في كتابه ثلثة العالم في التنمية‪،‬‬
‫فكرته الرئيسية هي ثلثة أنواع تنمية البلدان‪ .‬في الواقع دول العالم الثالث لها الثروة‪ ،‬ثم الفقيرة فقط عن‬
‫طريق النظام العالمي الحالي‪ .‬النظام الذي أنشئ من قبل المستعمرين الجدد من العالم‪ ،‬ثم هكذا‬
‫الستعمار يعودإلى العالم الثالث‪ .‬الرأسمالية العالمية يجعل دول العالم الول لوصفها أصحاب رأس المال‬
‫تمكن الحصول على فوائد كثيرة من دول العالم الثالث‪.‬‬

‫صياغة المشكلة‬
‫صياغة مشكلة لهذه الورقة‪ ,‬هي‪:‬‬
‫‪ .1‬كم هي كبيرة إمكانات اندونيسيا؟‬
‫‪ .2‬ما هي الرأسمالية؟‬
‫‪ .3‬ما هو دور الرأسمالية العالمية في فقر العالمي الثالث‪ ،‬خاصة إندونيسيا؟‬
‫‪ .4‬كيف هي حالة المجتمع بعد إحضار دفلوبمنتالزم )النظام الرأسمالي(؟‬
‫‪ .5‬ما هي الحلول لصلح مشاكل نظام الرأسمالي العالمي؟‬

‫المنهجية‬
‫الطريقة المستخدمة في كتابة هذه الورقة هي دراسة الدب‪ .‬جمع البيانات خلل البحث عن‬
‫مصادر البيانات التي لها صلة مع المشاكل القائمة‪ ،‬والمراجعات مثل الكتب والمجلت والمقالت على‬
‫النترنت والصحف‪ ،‬على شبكة النترنت‪ .‬أما طريقة التفكير مستعر من مفهوم كارل ماركس يستخدم حول‬
‫صراع الطبقات بين البروليتاريا والبرجوازية‪ .‬دول العالم الولى لوصفها أصحاب رأس المال )كابيتال( تستطيع‬
‫السيطرة في دول العالم الثالث‪.‬‬

‫المناقشة‬
‫اندونيسيا هي دولة كبيرة‪ ،‬موارد طبيعيتها وشعبها وفيرة جدا‪ .‬لكن الواقع هو الشعب الندونيسي ل‬
‫تزال تحت الفقر‪ .‬وتعتبر إندونيسيا بأنها "العملق النائم"‪ .‬هذا لن على الرغم من أنها لديها القدرة على أن‬
‫تصبح النمر السيوي‪ ،‬اندونيسيا لم يكن قادرا على إظهار أنيابها‪ .‬مصادر المشكلة هي في عهد سوهارتو‪،‬‬
‫حيث اندونيسيا محتمل الوجود رهن إلى دول أجنبية باسم التنمية مع النظام الرأسمالي‪ .‬دفلوبمنتالزم في‬
‫عهد سوهارتو هو خلفا لعهد سوكارنو‪.‬‬
‫الرأسمالية في إندونيسيا‪ ،‬والتي يطالب لبنائه يصبح خطأ‪ .‬قال تان ملكة‪" ،‬الرأسمالية في إندونيسيا‬
‫زرعها من أوروبا في بعض الطرق ل نفس النمو في البلدان الرأسمالية الخاصة‪ ،‬أوروبا وأمريكا الشمالية‪".‬‬
‫حالة إندونيسيا‪ ،‬الذي تختلف من أوروبا يجعل هذا النظام يضر اندونيسيا‪ .‬وكلء الرأسمالية العالمية ل تبني‬
‫اندونيسيا‪ ،‬بل هم تستغل الثروة في اندونيسيا‪ .‬هناك نوعان من العوامل‪ ،‬هي‪:‬‬
‫‪ .1‬مراكز التدخل النتائج من الرأسمالية الرأسمالية في إندونيسيا لديها العتماد عليه‪ .‬على سبيل المثال‪،‬‬
‫ماذا يحدث بعد صندوق النقد الدولي )‪ (IMF‬سياسة الدين‪.‬‬
‫‪ .2‬إشراك دولة كبيرة في السوق‪ .‬تعاون العديد من الدول الكبرى ويجري خصبة جدا‪ ،‬وهكذا خلق احتكار‬
‫السوق من قبل الصناعات الكبيرة‪.‬‬
‫المجتمع هم الضحايا الرئيسي في التنمية باستخدام نظام الرأسمالية‪ .‬في هرم ضحايا البشرية التي‬
‫كتبها بيرغر منظمة الصحة العالمية تنتقد تنمية مع الرأسمالية‪ .‬والفقراء هم في وأدنى موقف وأصبح‬
‫عمادحياة موجودة منظمة الصحة العالمية‪.‬‬

‫هناك العديد من الحلول التي يمكن القيام به لصلح المشاكل الرأسمالية العالمية التي تضر العالم‬
‫الثالث‪ ،‬وخاصة إندونيسيا‪ .‬أول‪ ،‬يجب أن يكون هناك إصلح التطوير باستخدام تنمية محورها النسان‪.‬‬
‫بحيث‪ ،‬يمكن أن يصبح المجتمع المدني الفاعلة الهامة في عملية التنمية‪ .‬الثورة العقلية يجب أن يعمل‬
‫من أجل تحسين نوعية الشعب الندونيسي‪.‬‬
‫والثاني‪ ،‬يجب أن تجرى عليه الصلحات القتصادية‪ ،‬وترك النظام القتصادي الرأسمالي واستخدام هذا‬
‫النظام أكثر ودية لندونيسيا‪ ،‬مثل النظام التعليقات القتصادي بنجاسيل والنظام القتصادي السلمي‪1945 .‬‬
‫المادة ‪ 33‬الية ‪ 1‬تذكر‪" ،‬القتصاد المنظم كمشروع مشترك يقوم على مبدأ السرة" يعني أن هناك عنصرا من‬
‫التعاون المتبادل من قبل الناس في القتصادية‪ .‬يمكن للمبادئ بنجاسيل يصف القتصاد بنجاسيل‪ .‬من‬
‫السلمية التي اعتمدت النظام القتصادي السلمي أيضا سيكون أكثر ودية لندونيسيا‪ .‬هذا النظام ل يختلف‬
‫ليس كثيرا من القتصاد البانجاسيل‪ ،‬وبعض المبادئ؛ الوحدة‪ ،‬والتوازن‪ ،‬و