Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatka

Tugas Metode Penelitian

Peran Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam
Meningkatkan Kinerja Guru pada Kegiatan Belajar di Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
SITTI HAJAR

:

14014023282

AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN
KOMPUTER INDONESIA (AMIKI)
2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan

individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya dan sekaligus memenuhi
tuntutan sosial, kultural, dan religius dalam lingkungan kehidupannya. Pada Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) diartikan sebagai segenap upaya pendidik (orang tua, guru, dan orang
dewasa) dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan rangsangan yang bersifat
mengembangkan, terpadu, dan menyeluruh sehingga anak dapat bertumbuh-kembang secara
sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma kehidupan yang dianut(Solehuddin dan
Hatimah,2007).
Hal ini menyadari bahwa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dengan
berkembangnya Pendidikan Anak Usia Dini formal, informal, dan non formal, dalam bentuk
Taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Tempat

Penitipan Anak (TPA), ataupun pendidikan keluarga yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bersifat holistik dan terpadu serta ditujukan untuk
membantu anak usia dini dalam mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi: (1)
moral dan nilai-nilai agama; (2) sosial-emosional; (3) kognitif (intelektual); (4) bahasa; (5)
fisik-motorik; dan (6) seni(Trianto,2011).
Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting, tetapi sering terabaikan
adalah fungsi pengembangan sikap dan motivasi belajar anak yang positif. Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tepat dapat menumbuhkan sikap cinta belajar pada
diri anak. Sebaliknya, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tidak tepat dapat mendorong
anak merasa alergi dan tersiksa dengan kegiatan belajar, karena pada periode usia dini anak
mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat sebagai usia emas (golden age)
dan bersifat melandasi bagi perkembangan anak berikutnya(Solehuddin,2007).
Dilihat dari segi proses belajar, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi sangat
diperlukan,

karena

belajar

dan


perkembangan

merupakan

suatu

proses

yang

berkesinambungan yang melandasi proses dan hasil belajar untuk memeperoleh kesiapan
ketika memasuki Sekolah Dasar (SD).

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), antara
lain guru/pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana belajar mengajar, lingkungan, dan
kurikulum. Faktor guru/pendidik sangat berpengaruh pada proses kegiatan pembelajaran bagi
anak usia dini untuk menentukan keberhasilan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Keberhasilan


Pendidikan

Anak

Usia

Dini

(PAUD)

terlihat

dari

kinerja

guru/pendidiknya, yang memiliki kompetensi profesional dan memiliki pengalaman
dibidangnya, yang akan tercermin para cara guru/pendidik mengajar. “Setiap anak itu unik,
artinya secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksinya masing-masing
terhadap rangsangan/kejadian yang dialaminya”(Bafadal,2006). Jadi sangat diperlukan

kinerja guru dalam mendidik anak usia dini agar tercapai mutu pendidikan.
Jika ditelaah lebih jauh, mutu pendidikan saat ini bisa dikatakan rendah, penyebabnya
yaitu kurangnya kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Salah satu usaha dalam
meningkatkan kinerja guru melalui proses pembinaan yang harus dibina dan dikembangkan
terus menerus.
Kinerja guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak terlepas dari peran Kepala
Sekolah sebagai pemimpin. Kepala Sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang memiliki
peran sangat besar dalam mengembangkan kinerja pendidikan di sekolah (Daryanto,2011).
Kepala Sekolah selaku top manager sekolah dalam rangka meningkatkan proses belajar
mengajar

senantiasa

check

dan

recheck

program


yang

dijalankan

oleh

para

guru(Sahertian,1990).
Kepemimpinan kepala sekolah sangat menunjang akan tercapainya pengelolaan sekolah
yang efektif dan efisien. Untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efesien, kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan di tingkatan sekolah dan ujung tombak utama dalam mengelola
pendidikan diharapkan mampu memegang tugas dan bertanggung jawab memegang peran
aktif dalam memajukan sekolah/lembaga pendidikan(Wahab, Umiarso:2011). Berhasil atau
tidaknya sekolah akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki kepala sekolah
tersebut. Dan perkembangan kinerja guru banyak ditentukan oleh Peran kepala sekolah.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa proses kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar
apabila penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berfungsi dengan tepat dan
memiliki kinerja guru yang baik. Dan kinerja seorang guru dipengaruhi oleh pembinaan

kepala sekolah terhadap guru. Demikian pula dengan peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru pada kegiatan belajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Cahaya Meunara Banda Aceh apakah sudah terlaksana atau sebaliknya. Dan untuk
mengetahui gambarannya, maka melakukan penelitian dengan judul “ Peran Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada Kegiatan Belajar di Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh ”.

1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana Peran Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam meningkatkan

kinerja guru di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh?

1.3

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran Peran Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam


meningkatkan kinerja guru pada kegiatan belajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Cahaya Meunara.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Dapat memberikan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan terkait peran kepala
sekolah dalam meningkatkan kinerja guru pada kegiatan belajar di jenjang pendidikan anak
usia dini.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Bagi guru sebagai

masukan

dalam

memperbaiki

atau

meningkatkan


Kinerjapembelajaran guru pendidikan anak usia dini.
b. Bagi kepala sekolah menjadi masukan untuk selalu melakukan pembinaan terhadap
guru, serta mencari inovasi untuk kemajuan dan kinerja sekolah.
1.5

Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Deskriptif
Bagaimana peran kepala sekolah dan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran?
2. Hipotesis Asosiatif
Ada pengaruh secara bersama-sama antara peran kepala sekolah dan kinerja guru
dengan kegiatan pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Telaah Teori
2.1.1 Definisi Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan baik secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi
(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan
dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau

harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Friedman, M, 1998).
Struktur peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.

Peran Fornal (Peran yang Nampak Jelas)
Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar terdapat

dalam keluarga.
b. Peran Informal (Peran Tertutup)
Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak tampak ke
permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk
menjaga keseimbangan. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah
pelaksanaa peran-peran formal (Soehendy, 1997:28)
2.1.2

Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru yang member pelajaran dan murid yang menerima

pelajaran (Wahjosumidjo, 2008:83).
Kepala sekolah hendaknya mampu menampilkan diri sebagai sosok yang memiliki
ciri sebagai berikut:
1. Berakhlak mulia
2. Jujur
3. Bersikap terbuka
4. Mampu mengendalikan diri
5. Peduli terhadap masalah sosial
6. Cepat tanggap
7. Visioner
Peran kepala sekolah dalam perspektif kebijakan Depdiknas (2006) yaitu
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki strategi yang tepat utnuk
meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di sekolahnya, menciptakan iklim
sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan
dorongan kepada seluruh tenaga pendidik serta melaksanakan model pembelajaran yang

menarik. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan
sedikit 4 macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.
2. Kepala sekolah sebagai manager
Tugas manajer adalah merencanakan, mengorganisasikan,

mengatur,

mengkoordinasikan, dan mengendalikan dalam rangka mecapai tujuan yang telah
ditetapkan. Karena itu, kepala sekolah harus mampu merencanakan dan mengatur serta
mengendalikan semua program yang telah disepakati bersama.
Tugas penting yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan
kegiatan pemeliharaan dan pengembanan profesi para guru. Kepala sekolah sebaiknya
dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan, baik yang dilaksanakan sekolah.
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai administrator sangat diperlukan karena kegiatan di
sekolah tidak terlepas dari penegelolaan administrasi yang bersifat pencatatan dan
pendokumentasian seluruh program sekolah. Kepala sekolah dituntut memahami dan
mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi sarana dan prasarana, dan
administrasi kearsipan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif agar administrasi
sekolah dapat tertata dan terlaksana dengan baik.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk membimbing, membantu, dan
mengarahkan tenaga pendidik untuk menghargai dan melaksanakan prosedur-prosedur
pendidikan guna menunjang kemajuan pedidikan. Kepala sekolah juga harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kualitas tenaga
pendidik.
5. Kepala sekolah sebagai leader
Teori kepemimpinan menyebutkan bahwa ada dua gaya kepemimpinan yaitu
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia. Dalam meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat
menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih
termotivasi untuk menunjukkan kualitasnya secara unggul, yang disertai usaha untuk
meningkatkan kompetensinya.
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Kepala sekolah sebagai wirausahawan harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan berbagai pembaharuan yang inovatif dengan menggunakan strategi yang
tepat, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara kepala sekolah, staf, tenaga
pendidik dan peserta didik, disamping itu juga agar pendidikan yang ada menjadi
semakin baik.
2.1.3

Peran Guru
Guru adalah

pendidik

profesional.

Tugas

utamanya

mendidik,

mengajar,

membimbing, mengarahkan dan juga melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta yang
dididik pada pendidikan formal di jenjang anak usia dini, pendidik dasar dan menengah.
Peran guru mengembangkan kemampuan sekaligus membentuk watak dan peradaban bangsa
yang bermartabat. Semua itu demi pencapaian tujuan pendidikan dan juga berperan besar
dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional (Sembiring, 2008).
Ada beberapa peran yang dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain:
1. Sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing, dan melatih.
2. Sebagai pekerja kemanusiaan dengan fungsi merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki.
3. Sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat
untuk menjadi warga negara yang baik.

2.1.4

Profesionalitas Guru
Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu

profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk
dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih
menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan,
dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini, guru diharapkan
memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya
secara efektif.
Ada empat ciri utama agar seorang guru masuk ke dalam kategori guru profesional,
yaitu:
a.
b.
c.
d.

Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
Mempunyai keterampilan membangkitkan minat siswa
Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan (Suyanto,.Jihad, 2013)

2.1.5

Kinerja Guru

Kinerja adalah hasil kerja serta kemampuan yang telah dicapai seorang pekerja dalam
hal ini guru, dengan kata lain kinerja guru dalah prestasi kerja atau performance yang telah
berhasil dilakukan oleh seseorang guru setelah melakukan aktivitasnya di sekolah (Jelantik,
2015).
Kinerja juga sering dikaitkan dengan prestasi seseorang. Oleh sebab itu, kinerja
menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang atau lembaga dalam menjalankan sistem
manajemen. Namun dalam kenyataannya sering ditemui kinerja guru tidak sesuai dengan
harapan bersama. Ada sejumlah faktor yang memberikan pengaruh pada kinerja guru. Faktorfaktor tersebut yakni motivasi, penghargaan, dan lingkungan kerja.
a. Motivasi kerja guru adalah proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar
perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Motivasi kerja guru ini dapat dilihat melalui hal-hal sebagai berikut
yakni: (1) tanggung jawabnya, (2) prestasi yang diraih, (3) pengembangan diri, (4)
kemandirian dalam bertindak.
b. Penghargaan secara umum didefinisikan sebagai proses timbal balik antara prestasi
kerja dengan apa yang seharusnya didapatkan seseorang baik dalam hubungannya
dengan penghargaan materi maupun penghargaan dalam bentuk penghormatan.
Dalam bentuk materi misalnya, penghargaan tersebut dapat berupa intensif beasiswa
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi guru-guru yang
berhasil mendulang prestasi, memberikan tunjangan profesi yang layak, memberikan
THR dan lain sebagainya. Penghargaan dalam bentuk penghormatan misalnya bisa
dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada guru berprestasi untuk melakukan
tatap muka dengan pejabat terkait.
c. Faktor lingkungan kerja juga memegang peran penting terhadap terciptanya kinerja
guru. Lingkungan kerja bukan saja dalam arti sempit yakni di dalam kelas, namun
juga dalam arti yang lebih luas yakni lingkungan di luar sekolah. Seorang guru
tentunya tidak akan mampu menjalankan tugas dengan baik jika suasana di dalam
kelas kurang mendukung seperti ventilasi ruangan yang tidak optimal, sehingga
menyebabkan ruang belajar pengap. Atau kurangnya penerangan di dalam kelas yang
menyebabkan ruang belajar gelap. Sementara lingkungan luar erat kaitannya dengan
terciptanya hubungan harmonis antara sekolah dengan lingkungan sekitarnya
(Jelantik, 2015)
2.1.6

Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Guru
menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang menjaka agar anak didik yang
belajar. Sebagai guru adalah apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar
mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan (Suardi, 2015)
Guru dituntut mempunyai kewenangan mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai
tenaga pengajar. Setiap guru harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang
pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut, guru dapat melaksanakan perannya sebagai
berikut:
a. Fasilitator, yang menyediakan kemudahan kemudahan bagi siswa dalam poses belajar
mengajar.
b. Pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses belajar
mengajar.
c. Penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan belajar yang
menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan bersemangat.
d. Model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswa agar berperilaku
sesuai dengan norma yang berlaku di dunia pendidikan.
e. Motivator, yang turut menyebarluaskan ilmu dan teknologi kepada siswa dan
masyarakat.
f. Manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga keberhasilan proses
belajar mengajar tercapai (Suyanto,.Jihad, 2013).
2.1.7

Strategi Belajar dan Pembelajaran
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mecapai sasaran yang telah dilakukan. Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar utnuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi serta menerapkan spesifikasi serta dan kualifikasi perubahan tingkah
laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan dan kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan

balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan
(Saiful, 2010).
2.1.8

Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih yang berjudul “Kepemimpinan

Kepala Sekolah dalam Pembinaan Kinerja Guru di SDN Sosrowijayan Yogyakarta”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam pembinaan guru
belum tercapai sebagaimana yang diharapkan, pembinaan kinerja terhadap guru yang
dilakukan kepala sekolah masih dalam dukungan kepada guru dan mengalami hambatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Riska Fauziana, 2010, yang berjudul “Upaya
Supervisor Dalam Meningkatkan Kualitas pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Langkapan Srengat Blitar”. Hasil penelitiannya bahawa kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya terlebih dahulu kepala sekolah menjalin
hubungan yang akrab terhadap guru, kemudian kepala sekolah memberikan dukungan kepada
guru dalam pelaksanaan supervisi serta hubungan yang baik. Adapun faktor penghambatnya
adalah pelaksanaan supervisi sebagai penghambat proses belajar mengajar karena
pelaksanaan supervisi berjalan lama, banyaknya acara yang melibatkan guru dan anak didik
serta berbagai kegiatan dinas.
Penelitian yang disebutkan di atas dapat diketahui bahawa apa yang hendak diteliti
pada dasarnya berbeda. Karena penelitian ini lebih kepada peran-peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru serta kinerja guru pada kegiatan belajar Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah Kepala Pendidikan Anak Usia Dini dan guru yaitu 1 orang
Kepala Pendidikan Anak Usia Dini, dan 7 orang guru berjumlah 8 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil
(Notoatmojo,2005). Sampel dalam penelitian ini adalah 1 Kepala Pendidikan
Anak Usia Dini dan 7 orang guru.
c. Sampling
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang
benar-benar sesuai keseluruhan obyek penelitian (Nursalam,2008). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling
adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
(Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono
(2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian semuanya.

3.2
Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, yaitu data yang bukan
dalam bentuk angka. Data ini meliputi tentang peran kepala sekolah dalam
3.2.2

meningkatkan kinerja guru dan kegiatan pembelajaran.
Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data primer dan
sekunder. Dibawah ini akan dijelaskan kedua macam data tersebut.
1. Data Primer adalah data langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber
pertama yaitu kepala pendidikan anak usia dini dan elemen yang terkait.
Dalam hal ini sumber pertama atau data primer dari penelitian ini adalah
kepala pendidikan anak usia dini dan guru.
2. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan dari bahan kepustakaan sebagai
penunjang dari data yang pertama.

3.3

Subyek Penelitian
Menurut Suharmisi Arikunto, yang dimaksud dengan subyek penelitian adalah
orang atau apa saja yang menjadi subyek penelitian.
Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah:
a. Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sebagai informan utama untuk mengetahui bagaimana perjalanan selama
menjadi kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) karena juga berkaitan dengan
kinerja guru, dan untuk mengetahui peran kepala pendidikan anak usia dini dalam
meningkatkan kinerja guru di Paud Cahaya Meunara Banda Aceh.
b. Guru
Sebagai anggota atau tenaga kependidikan yang menjalankan perintah maupun
merasakan peran kepala PAUD berkaitan dengan pengajaran. Oleh sebab itu, agar
tugas-tugas pembinaan bagi para guru oleh kepala PAUD dapat dilaksanakan

3.4

secara efektif.
Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan prosedur sistematik dan standar dalam
menentukan suatu data penelitian. Pengumpulan data menjadi sangat penting bila data
yang akan diteliti belum ada. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data akan
sangat membantu dalam menentukan hasil penelitian yang akan dijalankan, teknik
yang akan digunakan adalah:
1. Studi Pustaka
Yaitu dengan cara menghimpun data dan fakta dari beberapa literature baik
berupa buku, maupun artikel yang ada kaitannya dengan permasalahan yang di
bahas.
2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
obyek penelitian karena adanya suatu gejala atau gerakan dari obyek penelitian.
Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah, tempat
belajar dan lingkungan sekitar.
3. Wawancara
Suatu cara untuk mendapatkan data dengan bertanya langsung kepada subyek
yang berkaitan. Teknik ini akan digunakan untuk mengetahui lebih lanjut peran
kepala pendidikan anak usia dini dalam meningkatkan kinerja guru dan kegiatan
pembelajarannya.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan yang tertulis seperti transkip, buku, surat kabar, foto dan dokumen
mengenai gambaran obyek penelitian, dan akan digunakan peneliti untuk
mengetahui tentang struktur organisasi sekolah, sarana dan prasarana, keadaan
kepala pendidikan anak usia dini dan guru, keadaan kegiatan pembelajaran.

3.5

Metode Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran
menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih
lanjut (Sudjana,2001).
Pengolahan data menurut Hasan (2006) meliputi kegiatan:
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
terkumpul, tujuaanya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2. Coding
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu
informasi atau data.
2. Analisa Data
Model penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya:
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Setelah diadakan penelitian mendalam tentang peran kepala pendidikan anak
usia dini (PAUD) dalam meningkatkan kinerja guru pada kegiatn belajar di
pendidikan anak usia dini (PAUD) cahaya meunara banda aceh maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran kepala pendidikan anak usia dini dalam meningkatkan kinerja guru di
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh, sebagai
berikut:
a. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai educator/pendidik: dengan kualitas
kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru, bisa dilihat prestasi-prestasi dari
murid-murid Cahaya Meunara Banda Aceh yang telah memiliki beberapa
pretasi. Peningkatan kinerja guru bisa dilakukan dengan mengikutsertakan
guru-guru dalam penataran-penataran.
b. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai supervisor: untuk mengetahui
berjalan baik atau tidaknya kurikulum yang telah ditentukan maka perlu
adanya pengawasan.
c. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai leader/pemimpin: kemampuannya
dapat dilihat dari kepribadian, pengetahuan terhadap guru, visi dan misi,
kemampuan dalam mengambil keputusan, kemampuan berkomunikasi.
d. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai manajer: kepala pendidikan anak
usia dini (PAUD) Cahaya Meunara bekerjasama dengan guru dengan
berkoordinasi dengan para guru.
e. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai administrator: administrasi terdapat
beberapa fungsi antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum, sarana prasarana, danlain-lain.
f. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai innovator: inovasi yang dilakukan,
maka berarti terdapat kemajuan yang cukup baik.

4.2

Saran-Saran
1. Kepala pendidikan anak usia dini Cahaya Meunara Banda Aceh disarankan agar
prestasi dapat dikembangkan lagi agar dapat memberikan kontribusi yang positif
bagi lingkungannya
2. Untuk guru-guru agar lebih menghargai pembinaan dari kepala paud yang berjasa
dalam meningkatkan kinerja guru walaupun ada hambatan.

DAFTAR PUSTAKA
Solehuddin, Hatimah. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang.
PT. Imperial Bhakti Utama.
Ibrahim Bafadal. 2006. Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Bumi Aksara. h.16.
Daryanto. 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Gaya Media.
Piet A. Sahertian., Ida Aleda Sahertian., dkk. 1990. Supervisi Pendidikan Penting Dalam
Rangka Program Insevice Education. Malang: Pustaka Pelajar. h.41.
Friedman., dan Marilyn M. 1992. Family Nursing. Theory & Practice. 3/E. Debora Ina R.L.
1998. alih bahasa. Jakarta:EGC.
Sembiring, G. M. 2008. Mengungkap Rahasia dan Tips Manjur Menjadi Guru Sejati
Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. h.36.
Suyanto., dan Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Penerbit Erlangga.
Suardi, Moh. 2015. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Djamarah Bahri Saiful, Drs. M. Ag. dan Zain Aswan, Drs. 2010. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta PT Rineka Cipta.
Jelantik, Ketut A.A. 2015. Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional: Panduan Menuju
PKKS. Yogyakarta: Deepublish.
Suharmisi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
1991. Hal. 40.
Iqbal., dan Hasan. 2006. Analisa Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.