Perilaku yang Menyimpang dalam Etika Per

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saat ini, dunia perbankan di Indonesia sudah sangat berkembang pesat. Hal ini
terlihat dari sudah cukup banyaknya sarana dan prasarana berbagai bank yang terdapat
di seluruh penjuru Indonesia. Akibatnya, terjadilah persaingan yang sangat masif antara
berbagai bank yang terdapat di Indonesia. Persaingan inipun sangat terasa sekali antara
bank syariah dengan bank konvensional, terutama dari aspek produk dan sarana
penunjang bank itu sendiri.
Oleh karenanya, bank syariah dituntut untuk lebih mengembangkan industri
perbankannya, terutama dalam aspek sarana dan prasarana, produk, pelayanan, dan lain
sebagainya. Maka dari itu, etika dalam perbankan syariah sangat dibutuhkan untuk
menarik minat seorang nasabah agar menabung di bank syariah. Dalam etika ini ada
beberapa poin secara umum yang harus diatur di dalamnya, seperti sikap & perilaku,
penampilan, cara berbicara, gerak-gerik, dan lain-lain.
Oleh karena itu, di sini pemakalah akan menjelaskan pengertian yang lebih
mendalam mengenai etika perbankan syariah, dan apa saja perilaku dalam perbankan
syariah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, serta apa saja perilaku perbankan
syariah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan al-Hadits, dan bagaimana cara kita
menanggulanginya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan singkat diatas mengenai etika perbankan syariah, maka
pemakalah akan membuat beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Apa pengertian dari etika perbankan syariah?
2. Perilaku seperti apakah yang sesuai dengan etika perbankan syariah?
3. Perilaku seperti apakah yang tidak sesuai dengan etika perbankan syariah?
4. Bagaimana cara kita menanggulangi perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan
etika perbankan syariah?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai tujuan penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari etika perbankan syariah.
2. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang sesuai dengan etika perbankan syariah.
1

3. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang tidak sesuai dengan etika perbankan
syariah.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi perilaku-perilaku yang tidak
sesuai dengan etika perbankan syariah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yang berarti sopan
santun, perilaku, sifat, cara berinteraksi, dan adat istiadat Etika dalam hukum islam
merupakan bagian dari akhlak. Adapun menurut H. A. Mustafa, etika adalah “ilmu
yang menyelidiki tentang perilaku mana yang baik dan yang buruk dan juga dengan
memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui oleh akal pikiran.”
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), etika ialah ilmu
tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral, sekumpulan asa atau
nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak, serta nilai mengenai benar atau salahnya
perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat.

2

Etika dalam hukum islam, merupakan bagian dari akhlak. Etika merupakan
bagian dari akhlak, karena akhlak bukan hanya menyangkut perilaku manusia yang
bersifat perbuatan lahiriah saja. Akan tetapi akhlak ini juga mencakup hal-hal yang

lebih luas, yaitu meliputi bidang syariah, akidah, ibadah, dan muamalah.1
2.2 Prinsip Dasar dalam Etika Perbankan Syariah
Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq alIslamiyah) yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan
haram. Jadi perilaku yang etis dalam bisnis Islam itu adalah perilaku yang mengikuti
perintah Allah dan menjauhi larangannya. Dalam Islam, etika bisnis ini sudah banyak
dibahas dalam berbagai literature, dan sumber utamanya adalah al-Qur’an dan sunah
Rasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai
aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran adalah elemen pokok dalam
mencapai suksesnya suatu bisnis di kemudian hari.
Bank Syariah sebagai lembaga keuangan syariah haruslah mematuhi nilai-nilai
syariah dalam menjalankan transaksi bisnisnya. Nilai-nilai syariah dalam perbankan
syariah secara otomatis menuntut perbankan syariah untuk mematuhi etika-etika yang
berlaku dalam Islam. Oleh karena itu, etika bisnis dalam Islam menjadi salah satu
penilaian kesyariah-an suatu perbankan syariah.
Berikut beberapa ketentuan umum dari etika Islam yang harus dipatuhi oleh
perbankan syariah dalam menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari:
1. Kesatuan (Unity/Tauhid)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep
tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta

mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan
sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan
bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan
yang sangat penting dalam sistem Islam.
2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang
berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun
keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang
1 http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-etika-menurut-pakar.html

3

apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau
menakar

atau

menimbang


untuk

orang

selalu

dikurangi.

Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci
keberhasilan bisnis adalah kepercayaan.
Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menimbang dan
mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam
bentuk pengurangan takaran dan timbangan. Hal ini dijelaskan dalam surat al-Isra`
ayat 35, yang berbunyi:

‫توأ توأنفوا ا ٱلأك تيأتل وإتذا وكلأتنمأ تووزننوا ا وبٱلأوقسأتطاوس ٱلأنمسأتتوقي ومم ذتذلوتك تخيأرر توأ تحأتسنن تتأأوويللا‬

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan
neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
3. Kehendak Bebas (Free will)


Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk
aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya
yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap
masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.
4. Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia
karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk
memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan
tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan
bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
5. Kebenaran (Rightness/Kejujuran)
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam
konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang
meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas

pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.

4

Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan
berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang
melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
2.3 Pentingnya Mendorong Etika Perbankan Syariah
Industri keuangan dan perbankan syariah terus berkembang di Indonesia. Hal
tersebut didorong semakin banyaknya masyarakat yang menyadari pentingnya
bersyariah dalam berekonomi. Kondisi tersebut akhirnya mendorong berbagai lembaga
keuangan konvensional berlomba membuka divisi atau cabang syariah. Tujuannya agar
dapat memberikan layanan keuangan syariah bagi masyarakat.
Berdasarkan data publikasi Bank Indonesia (BI) hingga Juli lalu, terdapat tiga
bank umum syariah (BUS) dan 24 unit usaha syariah bank umum konvensional (UUS
BUK). Selain itu, terdapat sebanyak 107 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS).
Sedangkan, berdasarkan data bersumber situs Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI), asuransi syariah saat ini berjumlah lebih dari 37 perusahaan
atau cabang syariah. Selain itu, terdapat tiga perusahaan reasuransi yang memiliki divisi
syariah dan lima broker asuransi syariah.

Namun menurut Ketua Mudharabah Institute, Muhammad Rizal Ismail,
perkembangan keuangan dan perbankan syariah tersebut tidak terjadi secara
menyeluruh. Perkembangan tersebut hanya terjadi pada sistem dan produk keuangan
syariah. Sedangkan, perilaku pelaku keuangan dan perbankan syariah masih
menggunakan pola konvensional. ''Saat ini penerapan ekonomi syariah dalam bisnis
keuangan dan perbankan syariah hanya 50 persen karena hanya produknya saja dan
belum perilaku Sumber Daya Manusianya,'' katanya kepada Republika.
Rizal menyebutkan, lembaga keuangan syariah hendaknya menerapkan etika
bisnis syariah secara konsisten. Sebabnya, bila lembaga tersebut menerapkan etika
konvensional dan bertentangan dengan prinsip syariah, hal tersebut diyakini akan
memperburuk citra keuangan syariah. Karena itu, lembaga keuangan syariah perlu
mendorong penerapan etika bisnis syariah dalam operasi bisnis.

5

Penerapan etika bisnis syariah, menurut Rizal, bertujuan untuk merealisasikan
prinsip good corporate governance (GCG) bagi lembaga keuangan syariah. Namun,
penerapan GCG bagi lembaga keuangan syariah (LKS) berbeda dengan lembaga
keuangan konvensional karena GCG LKS disesuaikan dengan prinsp syariah.
''Misalnya saya masih melihat ada gejala riswah (suap) yang dipraktikkan lembaga

bisnis syariah yang dianggap sebagai marketing fee,'' katanya.
Karena itu, menurut Rizal, penerapan etika bisnis syariah penting didukung
semua pihak, baik pemerintah, regulator moneter, maupun pelaku bisnis syariah. Hal
tersebut dilakukan dengan mendorong sosialisasi nilai-nilai etika bisnis syariah.
Dengan demikian, kegiatan operasi bisnis lembaga keuangan dan perbankan syariah
dapat dijalankan sesuai etika syariah.
Pendapat mengenai belum diterapkannya etika bisnis syariah juga sempat
diungkapkan Direktur Bidang Syariah LPPI, Ari Mooduto akhir tahun lalu. Menurut
dia, berdasarkan pengkajian lembaganya, masih banyak manajemen direksi bank umum
syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) yang masih menerapkan budaya
perbankan konvensional. Sehingga, hal tersebut berdampak pada citra perbankan
syariah.

2.4 Perilaku-perilaku yang Menyimpang dalam Etika Perbankan Syariah
Al-Qur’an sebagai sumber nilai, telah memberikan nilai-nilai mendasar mengenai
perilaku-perilaku perbankan syariah yang bertentangan dengan nilai-nilai Al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an terdapat istilah-istilah al-bathil, al-fasad dan azh-zhulm yang dapat
difungsikan sebagai landasan perilaku yang bertentangan dengan Al-Qur’an khususnya
dalam dunia perbankan syariah.
6


1. Al-Bathil
Menurut pengertiannya, al-bathil yang berasal dari kata dasar bathala, yang
berarti fasada atau rusak, sia-sia, tidak berguna, dan bohong. Al-Bathil sendiri berarti
yang batil, yang salah, yang palsu, yang tidak berharga, yang sia-sia dan yang
menyerupai syaithan (al-Munawwir, 1984: 99-100). Penggunaan al-bathil dalam
konteks perbankan, tersebut dalam al-Qur’an sebanyak empat kali.
Pertama, dalam surat al-Baqarah: 188, ditegaskan bahwa sifat kebatilan
seringkali digunakan untuk memperoleh harta benda secara sengaja. Kedua, yaitu
dalam surat an-Nisa: 29, ditegaskan larangan bisnis yang dilakukan dengan proses
kebatilan. Ketiga, yaitu dalam surat an-Nisa: 160-161, al-bathil disebutkan dalam
konteks kezhaliman kaum Yahudi yang suka melakukan riba dan memakan harta
orang lain dengan jalan batil.
Keempat, dalam surat at-Taubah: 34, disebutkan bahwa kebatilan dalam bisnis
telah banyak dilakukan baik dengan menghalang-halangi dari jalan Allah, menimbun
harta atau tidak mengeluarkan. Di sinilah posisi strategisnya etika perbankan
syariah, yaitu untuk menjaga pengelolaan dan pengembangan harta benda yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat dari jalan kebatilan.
2. Al-Fasad
Istilah ini disebut 48 kali dalam al-Qur’an. Kebanyakan penggunaannya

mempunyai pengertian kebinasaan, kerusakan, membuat kerusakan, kekacauan di
muka bumi, dan mengadakan kerusakan di muka bumi. Dalam surat Hud: 85
ditegaskan, bahwa mengurangi takaran dan timbangan merupakan kezhaliman.
Demikian pula dalam surat al-A’raf: 85 dan al-Baqarah: 205, ditegaskan tentang
perintah menyempurnakan takaran dan timbangan disandingkan dengan larangan
mengadakan kerusakan atau kedzaliman di muka bumi.
Di tempat lain pada surat al-Maidah: 32, menyatakan bagaimana besar dan
luasnya akibat yang ditimbulkan dari kezaliman. Dari ayat-ayat di atas dapat diambil
pemahaman bahwa perbuatan yang mengakibatkan kerusakan atau kebinasaan,
walaupun kelihatannya sedikit dianggap oleh al-Qur’an sebagai kerusakan yang
banyak. Mengurangi hak atas suatu barang (komoditas) yang didapat atau diproses
dengan menggunakan media takaran atau timbangan dinilai al-Qur’an seperti telah
membuat kerusakan di muka bumi.
3. Azh-zhulm

7

Azh-Zhulm
ketidakadilan,

bermakna

meletakkan

sesuatu

penganiayaan,

penindasan,

tindakan

tidak

pada

tempatnya,

sewenang-wenang,

dna

kegelapan.2 Dalam konteks hubungan kemanusiaan, al-Qur’an pada beberapa tempat
menyatakan kandungan makna kezhaliman sebagai landasan praktek yang
berlawanan dengan nilai-nilai etika, termasuk dalam mal bisnis. Dalam surat alBaqarah: 279 dijelaskan, bahwa kita seharusnya tidak menganiaya dan tidak pula
dianiaya oleh pihak lain.
Dengan demikian dari pemahaman al-bathil, al-fasad dan azh-zhulm di atas,
ketiganya dapat dihubungkan dengan pengertian hakikat bisnis, dapat diambil
kesimpulan bahwa salah satu landasan praktek mal-bisnis adalah setiap praktek bisnis
yang mengandung unsur kebatilan, kerusakan dan kezaliman baik sedikit maupun
banyak, tersembunyi maupun terang-terangan. Dan hal itu dapat menimbulkan kerugian
secara materi maupun immateri baik bagi si pelaku, pihak lain, maupun masyarakat.
2.5 Doktrin Etika Bisnis Islam Dalam Fungsi-Fungsi Perbankan Syariah
1. Etika Pemasaran
Apapun yang dilakukan oleh aktifitas pemasaran adalah berorientasi pada
kepuasan pasar, yakni kondisi saling ridho dan rahmat antara pembeli dengan
penjual atas transaksi yang dilakukan.
2. Etika Produksi
Akhlak utama dalam produksi yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin,
baik secara individu maupun secara bersama ialah bekerja pada bidang yang
dihalalkan oleh Allah SWT dan tidak melampaui apa yang diharamkan-Nya. Maka
dari itu, Yusuf Qardhawi menyebutkan tujuan produksi, yakni untuk memenuhi
kebutuhan setiap individu dan mewujudkan kemandirian umat.

3. Etika Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam pandangan islam, bahwa manusia itu hidup tidak hanya di dunia saja,
namun setelah kehidupan dunia masih ada kehidupan akhirat. Dengan demikian,
kebutuhan manusia islam tidak hanya memenuhi kebutuhan dunia tapi juga
memenuhi kebutuhan yang terkait dengan urusan akhirat, atau dengan kata lain
mewujudkan self trancedence.
2 Kamus al-Munawwir, 1984: 946-947

8

Kebutuhan fitrah manusia yang tertinggi adalah self trancedence. Self
trancedence alalah keadaan yang dapat dicapai melalui proses secara bertahap.
Triyuwono menejelaskan, bahwa “Dengan dipengaruhi oleh iman, pengetahuan,
dan tindakan, proses perkembangan diri dibimbing menuju tujuan tertinggi”.
4. Etika dalam Manajemen Keuangan
Penyusunan anggaran lembaga bisnis islami pada hakikatnya adalah upaya
perencanaan bagi bank syariah. Dalam merencanakan dana, bank syariah harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan, yaitu kualitas
manajemen, kualitas asset, sistem prosedur yang dimiliki, besar cadangan yang
diperlukan, dan sumber dana yang dipilih.
5. Etika dalam Manajemen Akuntansi
Bahwa manusia adalah milik pribadi dan berada dalam konsep khalifatullah
dimuka bumi. Dengan demikian manusia hanya memiliki kebebasan yang terbatas
dalam hal pendapatan, pembelanjaan, penyimpanan dan penginventasian sumber
daya mereka. Maka dalam pelaksanaan bisnis, masyarakat memiliki kebebasan
untuk menggunakan sumber daya fisik bumi, tetapi dengan batas-batas yang
ditentukan dan dapat mengkoordinasikan satu dengan yang lain untuk menjalankan
dana dan kerja sama bisnis sesuai dengan petunjuk syariah.
2.6 Perilaku Terpuji yang Harus Dimiliki Praktisi Perbankan Syariah
2.6.1 Modal Dasar Sikap Praktisi Perbankan Syariah
Dalam prespektif ekonomi islam ada beberapa modal dasar sikap yang harus
dimiliki seorang praktisi perbankan syariah yang tercermin pada sikap
profesionalisme dalam perannya sebagai produsen produk syariah. Modal dasar
sikap itu terdiri dari tanggung jawab, mandiri, kreatif, selalu optimis dan tidak
mudah putus asa, jujur dan dapat dipercaya, serta sabar dan tidak panik ketika
mengalami kegagalan. Berikut penjelasannya:
1. Bertanggung jawab
Seorang praktisi syariah bertanggung jawab tidak semata mata kepada para
klien atau perusahaan yang diwakilinya, tetapi yang lebih penting dari semua itu
bahwa ia harus dapat mempertanggung jawabkan semua transaksi yang dilakukan
kepada allah swt.
2. Kreatif
9

Dengan berbagai akal yang dimiliki, maka kita dapat mencapai rahmat dan
rezeki-Nya di dunia ini. Karena bagi pribadi yang kreatif tidak akan pernah
mengalami kegagalan atau kesulitan di dalam menuju keberhasilan cita cita. Allah
berfirman dalam surat al-Jumu’ah ayat 10, yang berbunyi:

‫تفوإتذا نقوضيت و‬
‫ت ال لتصلنة تفان اتتوشنروا وفي الاروض تواباتتنغوا ومان تفاضول الل لتوه توااذك ننروا الل لتته‬
‫حوتن‬
‫ك توثيررا ل تتعل لتك نام تنفالو ن‬
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.”
3. Selalu Optimis dan Tidak Mudah Putus Asa
Dalam ajaran Islam kita ditanamkan sikap selalu optimis dan tidak mudah
untuk putus asa. Sikap optimisme dapat mendorong kesungguhan tekad untuk
mendapatkan ridho Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat Yusuf ayat
87, yang berbunyi: “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah swt.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah melainkan kaum yang kafir.”
4. Jujur dan Dapat Dipercaya
Kejujuran merupakan modal awal di dalam keberhasilan bisnis disegala
bidang, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW di dalam setiap transaksi
bisnisnya. Seorang pembisnis harus menyampaikan, menginformasikan, atau
mempresentasikan produknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan
terbuka dan tidak ada yang disembunyikan.
5. Sabar dan Tidak Panik Dalam Menghadapi Kegagalan
Bagi para praktisi perbankan syariah tentunya menyadari bahwa allah akan
memberikan suatu keberhasilan bagi siapa saja yang bersungguh sungguh di
dalam melakukan usahanya dengan sifat sabar dan tidak panik ketika mengalami
kegagalan. Dalam ilmu mahfuzhat disebutkan: “Barang siapa yang bersungguhsungguh pasti akan mendapatkannya (berhasil).”
2.6.2 Menghindari Empat Penyakit Hati
Praktisi perbankan syariah harus menghindari empat penyakit hati,
diantaranya:
1. Berburuk Sangka (Su’uzhan)
Praktisi perbankan syariah tidak boleh memiliki prasangka buruk kepada
calon nasabah, begitu pula kepada pihak kompetitor yang menjadi saingannya.
10

Berprasangka baik atau berpikiran positif terhadap segala sesuatu yang datangnya
dari Allah, maka artinya ia memiliki keyakinan bahwa jika ia berusaha maka
Allah akan mengabulkan keinginannya. “Hai orang orang yang beriman
jauhilah banyak menyangka, karena sesungguhnya sebagian sangkaan itu
berdosa.” (Q.S. Al-Hujarat: 12). “Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena
sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta omongan.” (H.R. Bukhari)
2. Menggunjing (Ghibah)
Praktisi perbankan syariah harus dapat menjaga etika yang mencerminkan
nilai nilai keislaman diantaranya tidak diperkenankan untuk menggunjing atau
melakukan ghibah. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-Hujurat
ayat 12, yang berbunyi: “Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain.
Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada
Allah. Sesungguhnya Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim
(Maha Menyampaikan rahmat).”
3. Mengadu Domba (Namimah)
Sebagai praktisi perbankan syariah, dalam melakukan prospek terhadap
calon nasabah dilarang menawarkan produk dari perbankan yang berbeda-beda
karena dapat menimbulkan unsur penilaian subyektif kepentingan yang
cenderung bersifat mengadu domba antar perusahaan.
4. Memata-matai (Tajassus)
Bagi praktisi perbankan syariah tidak diperkenankan untuk mencari-cari
kelemahan suatu produk perbankan lain untuk disebarkan kepada para nasabah di
dalam memenangkan persaingan bisnisnya. Hal ini dijelaskan dalam Hadits, yang
berbunyi: “Barang siapa mengintip rumah suatu kaum tanpa ijin dari mereka,
maka halal buat mereka untuk menusuk matanya.”(H.R. Bukhari)

2.6.3 Mewujudkan Sikap Profesional dalam Diri Praktisi Perbankan Syariah
Praktisi perbankan syariah harus memiliki sikap profesional dalam
menjalankan bisnisnya, diantaranya:
1. Membuat Produk yang Sesuai dengan Syariah
Seorang praktisi perbankan syariah harus menciptakan produk yang sesuai
dengan syariat Islam, diantaranya tidak boleh mengandung unsur perjudian, tipu
11

daya, ketidakjelasan, dan riba. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam
surat an-Nisa' ayat 29, yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."
2. Jujur Dan Tidak Curang
Seorang praktisi perbankan syariah dilarang untuk menyalahgunakan
jabatannya, serta dilarang untuk menyalahgunakan barang-barang milik
perusahaan untuk kepentingan dirinya sendiri, karena itu merupakan bentuk
ketidak jujuran dan pencurian, keduanya dilarang oleh Islam. Hal ini berdasarkan
firman Allah dalam surat al-Anfaal ayat 27, yang berbunyi: “Hai orang orang
yang beriman, janganlah kamu menghianati allah dan rosul dan juga janganlah
kamu menghianati amanat amanat yang dipercayakan kepadamu sedang kamu
mengetahui.”
3. Menentukan Rate Secara Adil
Seorang praktisi perbankan syariah harus dapat menentukan tingkat
keuntungan yang diperolehnya secara adil agar dalam kegiatan muamalahnya
tidak ada pihak lain yang terzalimi. Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat
152, yang bernunyi: “Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
Kami

tidak

memikul

beban

kepada

seseorang

melainkan

sekedar

kesanggupannya.”
4. Berperilaku Baik Dan Simpatik
Dalam etika perbankan syariah, kita diwajibkan dermawan kepada nasabah
yang membutuhkan. Apabila tidak mampu memberi harta berupa uang, maka
minimal kita hendaknya memperlakukan dia dengan tutur kata yang baik dan
sopan. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Hijr ayat 88, yang
berbunyi: “Dan rendahkanlah hatimu terhadap orang orang yang beriman.”
5. Bersikap Adil terhadap Stakeholders
Perbuatan dan sikap adil dalam bisnis modern saat ini terutama dalam
industri perbankan syariah harus dapat terlihat bagi semua stakeholders. Mereka
harus merasa terpuaskan agar bisnis akan terus tumbuh dan berkembang.
6. Bersikap Melayani dan Mempermudah
Seorang praktisi perbankan syariah yang melayani dengan sifat yang sopan,
santun, dan murah hati, maka itu adalah cerminan dari orang yang beriman.
7. Bersaing Secara Sehat

12

Dengan adanya kompetisi dan persaingan secara sehat maka dinamika
kehidupan akan terwujud. Dinamisnya kehidupan akan membawa kemajuan dan
kehidupan yang lebih baik.
8. Mendahulukan Sikap Tolong Menolong (Ta’awun)
Allah memerintahkan kepada kita agar saling membantu dalam segala hal
kebaikan, begitu pula antar manusia dalam kehidupan sosial. Hal ini berdasarkan
firman Allah SWT dalam surat al-Ma`idah ayat 2, yang berbunyi:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan".
9. Terpercaya atau Amanah
Amanah adalah suatu sikap kepribadian seseorang untuk selalu menepati
segala sesuatu sesuai dengan ketentuan. Sebagai praktisi perbankan syariah, kita
diberi kepercayaan oleh nasabah untuk menjaga atau mengelola dana yang
diberikan kepada kita, ataupun dalam perusahaan kita diberi kepercayaan untuk
memasarkan produk bank kepada customer. Dengan demikian, hal itu juga akan
kita pertanggungjawabkan dihadapan allah.
10. Bekerja Secara Professional
Agar kita dapat bekerja secara profesional, maka paling sedikit kita harus
memiliki tiga hal yang melekat pada diri kita, yaitu kuat (qawiy), sempurna
(itqan), sungguh-sungguh (jahada). Hal ini berdasarkan pada Hadits yang
berbunyi: “Apabila urusan diserahkan bukan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari).

11. Saling Menghormati dan Tidak Berburuk Sangka
Kompetisi yang adil, landasan utamanya adalah sikap yang saling
menghormati dan tidak berburuk sangka. Tanpa sikap ini dipastikan akan terjadi
kompetisi yang brutal, saling menjatuhkan, dan tentu jauh dari rahmat Allah
SWT.
12. Senang Memberi Hadiah.
Pemberian diskon, bonus, parcel, dan pelayanan ekstra lainnya kepada
mitra bisnis ataupun nasabah sangat dianjurkan dalam Islam apabila hanya
semata-mata karena ingin menjalin silaturrahim untuk mendapat ridho Allah.
13. Sabar dalam Menghadapi Customer dan Competitor
Seorang pebisnis ataupun praktisi perbankan syariah harus selalu bersabar
menghadapi tingkah laku para customer yang tak jarang menjengkelkan.
Jadikanlah itu sebagai ujian untuk mendapat pahala dari Allah SWT, karena
13

dengan mengatasi berbagai ujian tersebut maka kita semakin piawai dalam
menangani bisnis syariah.
2.6.4 Penampilan dan Sikap Praktisi Perbankan Syariah dalam Melayani Nasabah
Dalam melayani nasabah, praktisi atau karyawan bank syariah dituntut untuk
berpenampilan semenarik mungkin, karena penampilan adalah hal pertama yang
dilihat oleh nasabah. Secara umum penampilan dan sikap yang harus ditampilkan
oleh setiap pegawai bank diantaranya:
1. Bersikap wajar. Maksudnya sikap dan tindakan setiap karyawan bank tidak
dibuat-buat.
2. Dalam hal berpakaian harus selalu rapi, serasi dan bersih, dan tidak menggunakan
aksesoris dan make-up yang berlebihan.
3. Selalu mengucapkan salam ketika bertemu atau berpisah dengan nasabah,
termasuk ucapan terima kasih.
4. Selalu bersikap optimis dan tidak pesimis serta tidak ragu-ragu dalam bertindak,
sehingga mampu memberikan kepada nasabah atas layanan yang diberikan.
5. Berprilaku yang baik lincah, gesit, mudah bergaul, dan cepat tanggap namun
tidak over acting didepan nasabah atau tamu yang pada akhirnya dapat membuat
nasabah jengkel.
6. Lemah lembut dan sopan dalam melayani tamu atau nasabah, sehingga membuat
nasabah merasa dihargai oleh karyawan bank.
7. Selalu memberikan perhatian, tidak cuek dalam menghadapi tamu, mitra bisnis,
ataupun nasabah, dalam hal ini tamu, mitra bisnis, ataupun nasabah merasa
mendapatkan perhatian serius.
8. Selalu suka membantu, sehingga nasabah merasa ringan dalam menghadapi
urusannya.
Semua perkara-perkara terpuji di atas dijelaskan oleh Allah SWT Q.S. alBaqarah ayat 83, yang berbunyi:
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian

14

kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.”
Jadi memang sudah sangat jelaslah, bahwa al-Quran juga mengajarkan kita calon
praktisi atau karyawan perbankan syariah untuk senantiasa berwajah manis,
berprilaku baik dan simpatik kepada sesama manusia, serta al-Quran juga
mengharuskan pemeluknya untuk berlaku sopan dalam setiap hal.
2.7 Perilaku Tidak Terpuji yang Harus Dihindari Praktisi Perbankan Syariah
Di dalam aplikasi perbankan syariah terdapat banyak hal tidak terpuji yang harus
dihindari oleh para praktisi perbankan syariah, diantaranya:
1. Tidak adil dalam penentuan nisbah bagi hasil.
2. Melakukan transaksi yang mengandung unsur maysir, gharar, tadlis, dan riba.
3. Khianat atau tidak menepati janji.
4. Tidak bekerja secara profesional.
5. Bersaing secara tidak sehat.
6. Menerima suap atau melakukan suap untuk melancarkan kegiatan bisnis perbankan
syariah.
7. Menerima uang hasil curian dan korupsi.
8. Melakukan tindakan korupsi ataupun money laundrying
9. Melakukan sumpah palsu atau berkata dusta.
10. Melakukan penekanan dan pemaksaan terhadap nasabah atau kompetitor.
11. Mempermainkan tingkat keuntungan bank (tidak adil).
12. Tidak menghormati nasabah, mitra bisnis, ataupun kompetitor.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai uraian yang ada dan berdasarkan data yang diperoleh, serta dari
hasil pembahasan dalam penulisan makalah ini, maka pemakalah dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Etika perbankan syariah adalah perilaku dari para praktisi ataupun karyawan
perbankan syariah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Prinsip dasar etika perbankan syariah adalah kesatuan, keseimbangan, kehendak
bebas, tanggung jawab, dan kebenaran.

15

4. Perilaku yang menyimpang dari etika perbankn syariah diantaranya al-Bathil, alFasad, dan azh-zhulm.
3. Modal dasar dari sikap yang harus dimiliki oleh praktisi perbankan syariah
diantaranya bertanggung jawab, kreatif, selalu optimis dan tidak mudah putus asa,
jujur dan dapat dipercaya, serta sabar dan tidak panik dalam menghadapi kegagalan.
4. Terdapat empat penyakit hati yang harus dihindari oleh praktisi perbankan syariah,
diantaranya su’uzhan, ghibah, namimah, dan tajassus.
5. Sikap Profesional yang harus ada dalam diri praktisi perbankan syariah diantaranya
membuat produk yang

sesuai dengan syariah, bersikap jujur, menentukan rate

secara adil, berperilaku baik dan simpatik, bersikap adil, melayani dan
mempermudah, bersaing secara sehat, mendahulukan sikap tolong-menolong,
amanah, bekerja secara profesional, saling menghormati dan tidak berburuk sangka,
senang memberi hadiah, serta sabar dalam menghadapi customer dan competitor.
6. Perilaku tidak terpuji yang harus dihindari oleh praktisi perbankan syariah
diantaranya tidak adil dalam penentuan nisbah bagi hasil, melakukan transaksi yang
mengandung unsur maysir, gharar, tadlis, dan riba, tidak menepati janji, tidak
bekerja secara profesional, bersaing secara tidak sehat, menerima suap atau
melakukan suap untuk melancarkan kegiatan bisnis perbankan syariah, menerima
uang hasil curian dan korupsi, melakukan tindakan korupsi ataupun money
laundrying, melakukan sumpah palsu atau berkata dusta, melakukan penekanan dan
pemaksaan terhadap nasabah atau kompetitor, mempermainkan tingkat keuntungan
bank (tidak adil), serta tidak menghormati nasabah, mitra bisnis, ataupun kompetitor.

3.2 Saran
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan oleh pemakalah diatas, maka
pemakalah menghimbau kepada segenap khalayak calon praktisi perbankan syariah
sekalian, untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam semua aspek, terutama
dalam aspek ibadah (vertikal) dan muamalah (horizontal) dalam kehidupan sehari-hari,
agar kelak di dunia perbankan nanti kita akan selalu dapat mengamalkan segala etika
perbankan syariah yang sudah kita pelajari.

16

Daftar Pustaka
http://husna-syakur.blogspot.co.id/2013/04/etika-perbankan-syariah-dalammelayani.html.
http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/01/perilaku-bisnis-menyimpang-menurutal.html.
http://catatanrohmatafandi.blogspot.co.id/2013/05/prinsip-dan-etika-bisnissyariah.html.
https://erlianabanjarnahor19.wordpress.com/2014/07/15/kasus-etika-bisnis-dalamperbankan-bank-syariah-mandiri-cabang-bogor/.
http://cokelat-hijau.blogspot.co.id/2015/06/etika-dalam-sistem-perbankan-syariah.html.
http://terombangambing.blogspot.co.id/2014/09/makalah-tentang-etika-bisnissyariah.html

17

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103