MEMBANGUN KESADARAN NILAI NILAI PANCASIL

MEMBANGUN KESADARAN NILAI-NILAI PANCASILA DAN
KONSTITUSI PADA PESERTA DIDIK MELALUI STRATEGI
PEMBELAJARAN SELF REGULATED LEARNING
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad informasi dan globalisasi seperti sekarang
ini berdampak pada perubahan sosial yang begitu cepat dirasakan
oleh generasi muda sebagai kejutan dan diterima tanpa persiapan
yang memadai, ada suasana transisional di mana nilai dan norma
dalam masyarakat formulasinya menajadi berubah, demikian juga
formasi struktur masyarakatnya yang juga ikut berubah. Ikatan
primordialnya menjadi rapuh, lalu muncul struktur baru yang lebih
diferensiatif berdasarkan kebutuhan fungsional dan profesional.
Dalam menghadapi situasi perubahan ini

ada sekelompok

masyarakat

(vacuum),


yang

mengalami

kekosongan

yang

membuat mereka dihinggapi anomi. Mereka menjadi tidak jelas lagi
rujukan nilai-nilainya.1
Satu dari kelompok masyarakat yang vacuum itu ditempati
oleh generasi muda, yang mana dalam realitas kehidupan
sekarang ini banyak mendapatkan tantangan nilai dan moral yang
tidak lagi sesuai dengan norma-norma yang dianut bangsa
Indonesia. Gejala kemerosotan moral yang diindikasikan dengan
merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas,
kriminalitas, kekerasan dan aneka perbuatan kurang terpuji
lainnya.2
Masa – masa paling kritis bagi generasi muda adalah ketika

kendali keluarga mulai melonggar, yaitu pada masa anak-anak
mulai masuk sekolah dan bersosialisasi dengan lingkungan
1 Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Puataka
Firdaus,1995), 223.
2 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008). v

1

sekitarnya. Proses sosialisasi ini tidak selalu berjalan mulus,
adakalanya mereka menjadi bermasalah dengan upaya dirinya
menemukan peran diri, harga diri dan makna dirinya dalam
kehidupan bermasyarakat.3 Jika proses sosialisasi ini tidak berhasil
baik melalui pendidikan keluarga dan sekolah, maka akibatnya
mereka akan lari dari kenyataan hidup dan terjebak dalam keadaan
frustasi dan memunculkan banyak masalah sosial.
Salah satu penawar yang bisa digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut disamping pendidikan agama yang kuat adalah
pendidikan nilai dan karakter yang terintegrasi dalam mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN).

Kalau dalam konsep agama pembentukkan akhlak ditujukan untuk
membentuk manusia yang paripurna akhlak dan perilakunya
menuju tujuan akhir yaitu kebahagian akhirat, maka kalau dalam
pembelajaran PPKN pembentukan warga negara yang baik (good
citizen).
Proses internalisasi nilai dan karakter dalam pembelajaran
PPKN dapat dilakukan melalui pendekatan, strategi dan metode
yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan. Di kurikulum
2013 mengamanatkan bahwa pendekatan, strategi dan metode, di
titik beratkan pada aktivitas peserta didik untuk menemukan
(inquiri).

Dan

langkah-langkah

yang

pembelajarannya


menggunakan pendekatan ilmiah(saintifik). Proses pembelajaran
harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap (afektif), ketrampilan
(psikomotor) dan pengetahuan (kognitif).
Gambar 1
Langkah Pembelajaran Saintifik
Observing

Questioning

Associating

Eksperimenting

Networking

Ranah afektif menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”, ranah psikomotor
mengarahkan peserta didik untuk tahu tentang “bagaimana” dan
ranah pengetahuan mengarahkan mereka untuk tahu tentang
“apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan keseimbangan


antara

3 Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif…, 227.

2

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill ) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi aspek
sikap, ketrampilan dan pengetahuan. 4
Berdasar paparan di atas penulis ingin membahas tentang
salah satu strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan
performa peserta didik dalam berperilaku dan memiliki kesadaran
akan pentingnya nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945 dalam kehidupan bernegara.
B. Batasan Masalah
Pada makalah ini penulis ingin membatasi ruang lingkup bahasan
pada :
1. Bagaimana langkah-langkah penerapan strategi Self Regulated

Learning ?
2. Bagaimana usaha guru dalam membangun kesadaran peserta
didik terhadap pentingnya nilai-nilai Pancasila dan berkonstitusi
melalui strategi Self Regulated Learning ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk peserta didik
a. Meningkatkan ketrampilan berfikir dan bersikap.
b. Meningkatkan motivasi untuk belajar mandiri.
c. Menjadi terbiasa untuk menyelesaikan masalah belajarnya
sendiri.
2. Untuk sejawat guru
a. Sebagai bahan referensi dan kajian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kesadaran Melaksanakan Nilai-Nilai Pancasila dan Konstitusi
1. Pengertian Kesadaran
Dalam KBBI pengertian secara harfiah diartikan sebagai
keinsafan atau keadaan mengerti. Sedang pada beberapa referensi
kesaradaran diartikan sebagai perhatian yang berlangsung ketika
seseorang


mencoba

memahami

keadaan

internal

dirinya.

Prosesnya berupa semacam refleksi dimana seseorang secara
4 Kemendikbud, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan : 2013), 152.

3

sadar memikirkan hal-hal yang ia alami berikut emosi-emosi
mengenai pengalaman tersebut. Dengan kata lain, Self Awareness

adalah keadaan ketika kita membuat diri sendiri sadar tentang
emosi yang sedang kita alami dan juga pikiran-pikiran kita
mengenai emosi tersebut.
Kesadaran diri adalah keadaan dimana kita bisa memahami
diri Kita sendiri dengan setepat-tepatnya. Kita disebut memiliki
kesadaran diri jika kita memahami emosi dan mood yang sedang
dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai diri sendiri, dan sadar
tentang diri kita yang nyata. Pendek kata, kesadaran diri adalah jika
kita sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada
dalam diri kita.
Jadi dapat disimpulkan bahwa orang sedang berada dalam
kesadaran diri memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu
membaca situasi sosial dalam memahami orang lain dan mengerti
harapan orang lain terhadap dirinya.
2. Nilai- Nilai Pancasila
Nilai adalah apa yang dianggap bernilai atau berharga yang
menjadi

landasan,


pedoman,

pegangan

dan

semangat

seseorang dalam melaksanakan sesuatu.5 Kaelan menyatakan
bahwa nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada sesuatu, misalnya perbuatan itu susila atau
asusila, perbuatan itu baik atau tidak baik.6
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali mendengar istilah
menilai, yang berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu dengan suatu yang lainnya, untuk
kemudian diambil sebuah keputusan. Keputusan yang diambil
merupakan keputusan nilai yang menyatakan bahwa hal itu
berguna atau tidak, baik atau buruk, etis atau tidak etis. 7
5 Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik
dan Implementasi Hukumnya, (Jakarta: Gramedia, 2010), 65.

6 Kaelan, Negara kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis
dan Aktualisasinya, ( Yogyakarta : Paradigma, 2013), 157.
7 Ibid , 157-158.

4

Menurut penjabarannya nilai dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu:
a. Nilai Dasar
Nilai dasar merupakan hakikat, esensi, intisari, makna
yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Hakikat Nilai dasar
ini

bersifat

universal

karena

menyangkut


hakikat

kenyataan obyektif segala sesuatu, misalnya hakikat
Tuhan, maka nilai tersebut bersifat mutlak karena hakikat
Tuhan adalah causa prima. Begitu juga jika menyangkut
manusia, maka nilai itu bersumber pada hakikat kodrat
manusia.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ini berada antara nilai dasar dan nilai
praksis. Untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan
praksis, maka dibutuhkan formulasi serta parameter yang
jelas. Nilai instrumental inilah yang berperan untuk
menjabarkannya.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis adalah penjabaran dari nilai instrumental
dalam kehidupan yang lebih nyata. Nilai instrumental ini
merupakan nilai ini dikatakan sebagai perwujudan
perilaku nyata yang menggambarkan nilai-nilai dasar dan
nilai instrumental.8
Nilai- nilai Pancasila dalam hal ini memuat pesan moral dan
etika yang tercermin dalam setiap sila-silanya. Setiap sila-sila
yang ada dalam Pancasila memuat tiga nilai di atas dalam
pelaksanaannya. Nilai religius tercermin dalam sila pertama
Ketuhanan YME, nilai kemanusiaan tercermin dalam sila kedua,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, nilai persatuan, nilai
kebangsaan, nilai cinta tanah air dan patriotik terkandung dalam
sila ketiga, nilai musyawarah dan kebijaksanaan terkandung
pada sila keempat dan yang terakhir nilai keadilan terkandung
8 Ibid, 440-442

5

dalam sila ke lima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.9
Zakiah Daradjat, menjelaskan bahwa nilai moral yang
terkandung dalam Pancasila adalah realisasi dari sila-sila itu
sendiri dan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Artinya bahwa setiap warga negara Indonesia harus
hidup ber-Tuhan. Realisasinya adalah dengan kehidupan
yang berlandaskan pada agama. Konsekuensi dari
menganut agama adalah bahwa setiap orang yang
mengaku beragama maka dia harus melaksanakan
perintah dan menjauhi laranganNya.

b. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Artinya bahwa setiap orang Indonesia dalam setiap
tindak

tanduknya

harus

berdasarkan

pada

peri

kemanusiaan, keadilan, dan adab serta kesopanan.
c. Persatuan Indonesia
Dalam sila ini terkandung nilai persatuan, artinya setiap
warga negara Indonesia harus mau bersatu dan
mempersatukan, mencintai tanah air dan rela berkorban
untuk bangsa dan negara Indonesia.
d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Bahwa sila ini mengandung istilah musyawarah dan
perwakilan. Jadi dalam kehidupan bermasyarakat kita di
dorong untuk mengembangkan sikap musyawarah untuk
mufakat dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.
Serta perwakilan digunakan untuk mewujudkan negara
demokratis.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila kelima ini benar-benar menjadi tujuan yang ingin
diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
9 Karsadi, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), 104.

6

melalui sikap mendukung kebijakkan pemerintah dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. 10
Sedang nilai-nilai dari sila – sila Pancasila yang bisa
dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, menurut Jazim
Hamidi adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan
keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Membina kerukunan hidup antar umat beragama dan
penganut kepercayaan
3. memberikan kebebasan penduduk untuk menganut
agama

dan

kepercayaannya,

sesuai

dengan

keyakinanya.
b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Pengakuan terhadap martabat manusia
2. Perlakuan adil terhadap sesame manusia,
3. Pergertian manusia beradap adalah manusia yang
memiliki daya cipta, rasa dan karsa serta keyakinan
yang dapat membedakan antara manusia dan hewan.
c. Sila persatuan Indonesia
1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia.
2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki
keragamam yang harus dijaga sebagai kekayaan
negara.
3. Memgembangkan rasa persatuan dan kesatuan.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan.
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Dalam musyawarah mengutamakan

kepentingan

bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan
3. Musyawarah menggunakan akal sehat dan hati nurani
yang luhur
4. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat
yang amanah untuk melakukan permusyawaratan.
e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. Mengembangkan sikap adil dalam kehidupan.

10 Ibid, 106

7

2. Mengembangkan

perbuatan

yang

luhur

yang

mencerminkan sikap kekeluargaan dan gotong royong
3. Cinta akan kemajuan dan pembangunan. 11
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
Pancasila tidak bisa dipisah antara sila yang satu dengan sila
yang lain, dan nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam silasilanya

dijadikan

pedoman

dalam

menjalankan

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam kehidupan bernegara Pancasila selalu menjadi
rujukan banyak pihak terhadap kepemilikan watak mulia yang
dimiliki oleh seorang warga negara. Hal ini wajar, sebab Pancasila
diyakini sebagai sebuah formulasi dari nilai-nilai kebaikan
manusia. Sehingga seseorang yang dikatakan sebagai manusia
Pancasila pasti memiliki berbagai hal terpuji dan patut untuk
diteladani.
Lalu bagaimana kriteria seseorang warga negara bisa
dikatakan sebagai manusia yang berkarakter Pancasila? Indikator
apa yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan
bahwa

manusia

tersebut

sudah

memiliki

karakter

dan

berkepribadian Pancasila atau belum? Apakah manusia Pancasila
cukup diukur dengan melihat siapa yang hafal lima sila dari
Pancasila ?
Indikator seseorang untuk memiliki label Pancasila di
belakangnya sangat sulit dilakukan. Jika indikatornya hanya diukur
dari bagaimana dia mampu menghafalkan lima sila yang ada, itu
semua orang juga bisa disebut Pancasila. Bahkan orang-orang
yang sering melakukan korupsi pun sangat banyak yang bisa
dikatakan sebagai manusia Pancasila.
Pemaknaan karakter Pancasila lebih dari itu. Sayangnya,
selama ini kita masih terjebak dalam kondisi dimana Pancasila
masih sebatas bahan perdebatan dan seminar saja. Orang-orang
sering mendiskusikan panjang lebar nilai-nilai dan keutamaan
11 Karsidi, Civic Education…, 57-58.

8

Pancasila. Namun mereka lupa untuk mengamalkan nilai-nilai
tersebut. Bukankah seharusnya Pancasila dijadikan bahan refleksi
dan koreksi diri, kemudian menjadi salah satu lkitasan untuk
bertingkah laku yang baik, dan pada akhirnya akan mendorong
(memotivasi) orang lain berbuat dan berperilaku sebagai warga
negara yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Seseorang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila jika
mampu membawakan dirinya pada posisi yang tepat, sesuai
kewajiban dan haknya. Manusia Pancasila harus mampu
menempatkan dirinya menjadi rekan sesama manusia sekaligus
menjadi hamba Tuhan pada saat yang bersamaan. Dua sifat
kemanusiaan dan ke Illahian ini harus di terapkan secara
bersama-sama, tidak terpisah..
3. Kesadaran Berkonstitusi
a. Konstitusi
Banyak orang yang menyamaartikan antara konstitusi
dan UUD. Padahal apabila ditinjau dari segi istilah
pengertian keduanya adalah berbeda. Konstitusi berasal dari
bahasa Latin yaitu Constitutio yang berarti menetapkan
sesuatu secara bersama-sama. Sedang dalam bahasa
Inggris di kenal dengan istilah Constitution dan dalam
bahasa Perancis Contituere yang berarti membentuk.12
. Sedang dalam bahasa Belkita konstitusi dikenal
dengan istilah Grundwet, yang artinya : Grund berati Dasar
dan Wet berarti undang – undang. Dengan demikian istilah
konstitusi sama dengan undang-undang dasar. Kemudian,
dalam bahasa Jerman istilah konstitusi disebut verfassung.13
Akan tetapi sebenarnya menurut KC Wheare, dalam
pelaksanaan praktek pemerintahan konstitusi dan undang undang

dasar

tidaklah

sama

pengertiannya.

Istilah

12 Sunardi HS, Mas’udyi Asy, Pendididkan Kewarganegaraan untuk Kelas
VII SMP dan MTs, (Solo: Tiga Serangkai: 2000),59.
13 A. Riyanto, Teori Konstitusi, (Bandung: Yapemdo, 2000), 51.

9

konstitusi konstitusi memiliki arti yang lebih luas daripada
undang-undang dasar. Konstitusi meliputi undang-undang
dasar (konstitusi tertulis) dan konvensi (konstitusi tidak
tertulis). Dengan demikian dapat dikatakan undang-undang
dasar termasuk ke dalam bagian konstitusi. Sedangkan
undang-undang Dasar lebih sempit pengertiannya, yaitu
hukum dasar tertulis.14
b. Kesadaran Berkonstitusi
Undang - Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia (UUD) 1945, merupakan konstitusi bangsa dan
negara Indonesia. Sehingga UUD 1945 ditetapkan sebagai
aturan

hukum

tertinggi

yang

keberadaannya

dilkitasi

legitimasi kedaulatan rakyat dan negara hukum. Oleh karena
itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun

1945

dipkitang

sebagai

bentuk

kesepakatan

bersama (general agreement) dari seluruh rakyat Indonesia
sebagai pemilik keadulatan tertinggi di negara Indonesia.
Berkaitan dengan hal itu, Solly Lubis mengemukakan
bahwa Undang-Undang Dasar adalah sumber utama dari
norma-norma hukum tata negara. Undang-Undang Dasar
mengatur

bentuk

dan

susunan

negara,

alat-alat

perlengkapannya di pusat dan daerah, mengatur tugastugas alat-alat perlengkapan itu serta hubungan satu sama
lain.
Hal itu harus diimbangi dengan pelaksanaan oleh
seluruh warga negara. Untuk itu dibutuhkan adanya
kesadaran berkonstitusi warga negara, tidak saja untuk
melaksanakan

peraturan

perundang-undangan

dan

kebijakan yang telah dibuat berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetapi juga
14 Ibid.

10

untuk dapat melakukan kontrol pelaksanaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 baik
dalam bentuk peraturan perundang- undangan, kebijakan,
maupun tindakan penyelenggara negara.
Apa

sebenarnya

Kesadaran

kesadaran

berkonstitusi

secara

berkonstitusi
konseptual

itu?

diartikan

sebagai kualitas pribadi seseorang yang memancarkan
wawasan, sikap, dan perilaku yang bermuatan cita-cita dan
komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia.
Kesadaran berkonstitusi merupakan salah satu bentuk
keinsyafan

warga

negara

akan

pentingnya

mengimplementasikan nilai-nilai konstitusi.
Kesadaran berkonstitusi merupakan salah bagian dari
kesadaran moral. Sebagai bagian dari kesadaran moral,
kesadaran konstitusi mempunyai tiga unsur pokok yaitu:
1.

Perasaan
tindakan

wajib

bermoral

atau
yang

keharusan untuk
sesuai

dengan

melakukan
konstitusi

negara itu ada dan terjadi di dalam setiap sanubari warga
negara, siapapun, di manapun dan kapanpun;
2. Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional
karena

berlaku

pembenaran atau

umum,

lagi

penyangkalan.

pula

terbuka

Dengan

bagi

demikian

kesadaran berkonstitusi merupakan hal yang bersifat
rasional dan dapat dinyatakan pula sebagai hal objektif
yang dapat diuniversalkan, artinya dapat disetujui, berlaku
pada setiap waktu dan tempat bagi setiap warga negara;
dan
3. Kebebasan, atas kesadaran moralnya, warga negara
bebas untuk mentaati berbagai peraturan perundangundangan yang berlaku di negaranya termasuk ketentuan
konstitusi negara.

11

Sedang
berkonstitusi

Winataputra
sebagai

mendefinisikan

kualitas

pribadi

kesadaran

seseorang

yang

memancarkan wawasan, sikap, dan prilaku yang bermuatan
cita-cita dan komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan
Indonesia. Karena konstitusi merupakan perwujudan dari citacita dan komitmen luhur Bangsa Indonesia, maka pendidikan
kesadaran berkonstitusi pada dasarnya merupakan proses
interaksi antara individu sebagai anggota masyarakat, elemen
bangsa, dan warga negara dengan lingkungannya [lokal,
nasional

dan

global]

yang

memungkinkan

tumbuh

kembangnya kualitas pribadi yang mencerminkan konsep dan
nilai-nilai

yang

inheren

dalam

UUD

1945

dengan

perubahannya.15
Adapun bentuk-bentuk kesadaran berkonstitusi bagi
warga negara Indonesia yang meliputi:
1. Kesadaran dan kesediaan untuk mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan Indonesia sebagai hak azasi
bangsa dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara
lain: belajar/bekerja keras untuk menjadi manusia
Indonesia yang berkualitas, siap membela negara
sesuai kapasitas dan kualitas pribadi masing-masing,
dan rela berkorban untuk Indonesia.
2.

Kesadaran dan pengakuan bahwa kemerdekaan
Indonesia sebagai bangsa sebagai rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dengan perwujudan perilaku sehari-hari
antara lain: selalu bersyukur, tidak arogan, dan selalu
berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa.

3. Kepekaan

dan

ketanggapan

terhadap

kewajiban

Pemerintah Negara untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara

15 http://www.onesearch.id/Record/IOS2724-oai:192.168.1.2:slims-46678

12

lain: bersikap kritis, skeptis, dan adaptif terhadap
kebijakan publik pencerdasan kehidupan bangsa
4. Kemauan untuk selalu memperkuat keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan
perwujudan

perilaku

sehari-hari

antara

lain:

menjalankan ibadah ritual dan ibadah sosial menurut
keyakinan agamanya masing-masing dalam konteks
toleransi antar umat beragama.
5. Kemauan untuk bersama-sama membangun persatuan
dan kesatuan bangsa dengan perwujudan perilaku
sehari-hari antara lain: bersikap tidak primordialistik,
berkarakter kemitraan pluralistik, dan bekerja sama
secara profesional.
6. Kemauan untuk bersama-sama membangun karakter
kemanusiaan
perwujudan

yang

adil

perilaku

dan

beradab

sehari-hari

dengan

antara

lain:

menghormati orang lain seperti menghormati diri
sendiri, memperlakukan orang lain secara proporsional,
dan bersikap empatik pada orang lain
7. Kesediaan
keadilan

untuk
dan

mewujudkan
kesejahteraan

komitmen
dengan

terhadap

perwujudan

perilaku sehari-hari antara lain: tidak bersikap mau
menang sendiri, tidak bersikap rakus dan korup, dan
bisaa berderma.
8. Kesadaran dan kesediaan untuk menghormati Sang
Merah

Putih

sebagai

Bendera

Negara

dengan

perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: menyimpan
Sang Merah Putih pada tempat yang tepat dan baik,
memberi hormat pada saat Sang Merah Putih sedang
dinaikkan/diturunkan, dan tidak merusak Sang Merah
Putih dengan alasan apapun.

13

9. Kesadaran akan peran dan kemampuan menggunakan
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara secara baik
dan benar dengan perwujudan perilaku sehari-hari
antara lain: menguasai Bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, menggunakan Bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dan berpartisipasi dalam memperkaya
dan mengembangkan Bahasa Indonesia.
10. Kesediaan

untuk

menghormati

Garuda

Pancasila

dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
Lambang Negara dengan perwujudan perilaku seharihari.16
Berbagai bentuk kesadaran berkonstitusi warga negara
sebagaimana diuraikan di atas dapat terwujud jika didukung
oleh berbagai faktor yang mendorong terciptanya warga negara
yang memiliki kesadaran berkonstitusi..
B. Self Regulated Learning
1. Pengertian Self Regulated Learning
Zimmerman

menyatakan

pengertian

Self

Regulated

Learning menurut teori kognitif adalah pembelajaran mandiri
dengan penekanan pada peserta didik yang proaktif dan
mengerahkan kontrol pada proses belajar mereka di dalam
lingkungan belajarnya. Peserta didik dalam kegiatan mandiri ini
tidak

pasif

menerima

informasi

tetapi

lebih

proaktif

mengembangkan keterampilan dan strategi mereka. Teori
kognitif juga menganggap bahwa pembelajaran mandiri adalah
proses siklus di mana peserta didik menetapkan tujuan,
menerapkan strategi, memantau kemajuan belajar mereka, dan

16 http://nugashare.blogspot.co.id/2013/08/makalah-konstitusipkn.html#.V4uGqNJ97Mx

14

memodifikasi strategi mereka ketika mereka mengetahui bahwa
cara belajar mereka tidak efektif.17
Sedangkan Ormrod dalam bukunya menyatakan bahwa Self
Regulated Learning adalah pembelajaran yang diatur sendiri.
Pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar
belajarnya menjadi sukses.18
Self Regulated Learning atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi kemandirian belajar atau belajar mandiri
adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak tergantung
pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab
sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian
belajar akan terwujud apabila peserta didik aktif mengontrol
sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan
selanjutnya

merencanakan

sesuatu

yang

lebih

dalam

pembelajaran yang dilalui dan peserta didik juga mau aktif
dalam proses pembelajaran.
Ciri-ciri kemandirian belajar

anak

yang

mempunyai

kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, dia
tidak

perlu

disuruh

bila

belajar

dan

kegiatan

belajar

dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Untuk mengetahui
apakah peserta didik itu mempunyai kemandirian belajar maka
perlu diketahui ciri-ciri kemandirian belajar.
Anton Sukarno menyebutkan ciri-ciri kemandirian belajar
sebagai berikut:
1. Peserta didik merencanakan dan memilih kegiatan belajar
2.

sendiri
Peserta didik berinisiatif dan memacu diri untuk belajar

secara terus menerus
3. Peserta didik dituntut bertanggung jawab dalam belajar
4. Peserta didik belajar secara kritis, logis, dan penuh
keterbukaan
17 http://www.education.com/reference/article/self-regulatedlearning/#BBy Dale Schunk
Updated on Dec 23, 2009
18 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh
dan Berkembang, ( Jakarta:Erlangga,2009), 38

15

5. Peserta didik belajar dengan penuh percaya diri. 19
Kesimpulan dari uraian diatas, bahwa kemandirian belajar
adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan
segala keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan
kegiatan belajar diusahakan sendiri sehingga bertanggung
jawab sepenuhnya dalam proses belajar tersebut.
2. Proses Pembelajaran Self Regulated Learning
Secara khusus Self Regulated Learning mencakup prosespeoses seperti di bawah ini:
a. Penetapan Tujuan
Pembelajar mengatur sendiri apa yang ingin mereka capai
dengan mempelajari fakta-fakta yang spesifik, mendapatkan
pemahaman konseptual yang luas. Mereka mengaitkan
antara tujuan mereka belajar dan tujuan mereka jangka
panjang.
b. Perencanaan
Pembelajar
mengatur

sendiri

bagaimana

baiknya

menggunakan waktu dan sumber belajar yang tersedia
untuk menemukan konsep pemahaman terhadap suatu
topic.
c. Motivasi diri
Dengan belajar mandiri pembelajar mampu mengingatkan
dirinya

sendiri

untuk

bisa

mengerjakan

tugas-tugas

belajarnya dengan baik, menghiasi tugasnya dengan baik
dan lebih menyenangkan. Dan menjanjikan hadiah untuk
dirinya sendiri apabila berhasil dalam belajar.
d. Kontrol diri
Pembelajar lebih focus pada pelajaran dan menghilangkan
segala

sesuatu

yang

dapat

mempengaruhi

proses

belajarnya.
e. Penggunaan strategi belajar yang fleksibel
Pembelajar bebas mengatur strategi belajarnya sesuai
dengan topik bahasan yang sedang di pelajari.
f. Memonitor diri

19 Anton Sukarno, Kemandirian Belajar (Jakarta: Kencana Prenada Media
1989), 64.

16

Pembelajar memantau keberhasilan belajarnya sendiri,
sehingga mereka mengetahui sejauh mana keberhasilan
mereka dalam memahami suatu konsep.
g. Mencari bantuan yang tepat
Sebaliknya apabila menemui kendala

dalam

belajar,

pembelajar boleh mendapatkan bantuan yang tepat dari
guru, teman atau orang yang berkompeten pada konsep
yang sedang mereka pelajari.
h. Evaluasi diri
Pembelajar mengatur diri mereka sendiri dan mengevaluasi
sendiri

apakah

proses

belajarnya

telah

mencapai

keberhasilan atau belum.20
3. Strategi meningkatkan Self Regulated Learning
Bebarapa strategi yang disarankan oleh peneliti yang bisa
diadaptasi oleh guru atau mengajar dalam membimbing belajar
mandiri kepada peserta didik, adalah sebagai berikut:
a. Doronglah peserta didik untuk menyusun beberapa tujuan
belajarnya sendiri kemudian memonitor kemajuan belajar
mereka.
b. Berilah kesempatan peserta

didik untuk belajar dan

berprestasi tanpa arahan dan bantuan dari guru. Termasuk
aktivitas belajar independen di mana meraka belajar secara
sendiri seperti mengerjakan PR, tugas individu dan aktifitas
kelompok.
c. Sesekali beri peserta didik aktifitas-aktifitas seperti membuat
paper,

atau

menentukan

makalah
sendiri

dimana
tema

peserta

yang

didik

sesuai

dapat
dengan

pemahamannya.
d. Berikan mereka scaffolding, rooster atau jadwal kapan
mereka mengerjakan tugas-tugasnya dan kapan mereka
harus menyelsaikan dan menyeahkan kepada guru.
e. Secara konsisten mintalah peserta didik untuk mengevaluasi
performanya

belajarnya

dan

membandingkan

antara

evaluasi yang mereka buat sendiri dengan yang dibuat oleh
guru.21
20 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan…, 38-39.
21 Ibid, 41-42.

17

Jadi dapat disimpulkan bahwa Self Regulated Learning
adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang merupakan
hasil dari pengalaman dan latihan diri sendiri tanpa bergantung
pada orang lain. Dalam bertingkah laku mempunyai kebebasan
membuat keputusan, penilaian pendapat serta bertanggung jawab
tanpa menggantungkan kepada orang lain.
Peserta didik yang memiliki kemandirian yang kuat tidak
akan mudah menyerah. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan
dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah
laku maka anak juga memiliki peningkatan dalam berfikir,
menganggap bahwa dalam belajar harus bisa mandiri tanpa
mengandlkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak
menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari
media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya.
Kepribadian seorang anak yang memiliki ciri kemandirian
berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. Hal ini bisa terjadi
karena anak mulai dengan kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri secara sadar, teratur dan disiplin berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mengejar prestasi belajar, mereka tidak
merasa rendah diri dan siap mengatasi masalah yang muncul.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Langkah-Langkah Penerapan Strategi Self Regulated Learning
Dalam Pembelajaran PPKN
Seperti pembahasan latar belakang dan kajian pustaka di atas
mulai tahun 2013 pemerintah dalam hal ini Kemendikbud melahirkan
18

kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum 2013. Dalam kurikulum
ini ada perubahan mendasar yang harus dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.
Bila diletakkan dalam kerangka historis pemberlakuan Kurikulum
2013 mengarah pada diterbitkannya PP no. 8 tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), di mana KKNI ini
sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN, pasal 26 ayat 1
yang berbunyi : “ Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.22
Berdasarkan standar kualifikasi tersebut maka kompetensi peserta
didik yang diharapkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
maka pembelajarannya diarahkan menggunakan pendekatan saintifik..
Setiap mata pelajaran di wajibkan menetapkan Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam setiap
silabus masing-masing pelajaran.
Sedangkan aktifitas belajar pada pendekatan ini dititik beratkan
pada aktifitas peserta didik dalam belajar ( student centered). Kegiatan
belajar mengajar dimulai dengan kegiatan mengobservasi (observing),
menanya (questioning), mengasosiasikan (assosiating), melakukan
eksperimen (eksperimenting) dan membuat jaring kerja (networking).
Dengan pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat melakukan
proses internalisasi pengetahuan atau konsep yang diterimanya
dengan baik. Sehingga hasil yang diharapkan bahwa peserta didik
tidak hanya pandai dari segi kognitif dan psikomotornya, tetapi yang
terpenting adalah cerdas afektifnya.
Sedangkan penerapan strategi Self Regulated Learning atau
kemandirian belajar di mana peserta didik diberi kebebasan untuk
memahami konsep tentang sebuah permasalahan melaui strategi dan
metode belajar yang ditetapkan sendiri, dapat dijadikan alternatif dalam
melaksanakan amanat dari Kurikulum 2013. Dengan kemandirian dan
keleluasaan itu peserta didik diharap dapat menyerap konsep melalui
22 Luluk Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum
2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), 276

19

pengalaman

belajarnya

sehingga

dapat

menggerakkan

pemahamannya itu menjadi sebuah prestasi dan perilaku.
Langkah –langkah yang bisa dilakukan oleh guru atau pendidik
dalam menerapkan strategi ini adalah:
a. Membuat Lesson Plan atau RPP. Dalam Lesson Plan ini hal- hal
yang harus diperhatikan antara lain:
1. Intructional Objective
Pada langkah pertama ini guru harus menetapkan indikator
yang ingin dicapai oleh pesrta didiknya secara spesifik dan
operasional. Menurut Ralph Tyler dan Gange mengajukan
tiga alasan mengapa indikator ini harus memuat instruksi
yang spesifik :
a. Rumusan yang spesifik dan operasional itu membimbing
guru untuk mudah mencapai kompetensi peserta didik
sesuai dengan yang diharapkan.
b. Mambantu guru untuk menyiapkan evaluasi atau post test.
c. Peserta didik dapat menyiapkan dirinya sendiri dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dan hendaknya
tujuan ini disampaikan kepada peserta didik sebelum
pelajaran berlangsung.
Rumusan istilah yang dapat digunakan dalam penetapkan
indikator pembalajaran menggunakan bahasa: menuliskan,
menyebutkan,

memilih,

menganalisis,mendemonstrasikan

dan lain-lain seperti yang diasampaikan oleh Bloom dalam
taksonominya
2. Entering Behaviour
Entering Behaviour menggambarkan tingkah laku peserta
didik yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan
Intructional

Objective

yang

laksanakan.

Sederhananya

aadalah entering behaviour adalah gambaran tentang
keadaan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap peserta
didik dalam hubungannya dengan Intructional Obective yang
diharapkan.
3. Proses Belajar Mengajar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah
bagaimana seorang pendidik mengenal arti belajar dan

20

mengajar, memahami konsep pendekatan, strategi,metode
dan media yang akan digunakan dan bagaimana mengatasi
kendala yang terjadi selama proses pembelajaran.
4. Evaluasi Hasil Pengajaran
Secara umum evaluasi dapat memperhitungkan potensi
peserta didik dalam belajar. Evaluasi ini memberikan
informasi yang akurat mengenai kemampuan akademik
siswa serta menunjukkan tingkat tumbuh kembang prestasi
siswa dari waktu ke waktu.23
b. Membimbing siswa mencapai kompetensi yang diharapkan
Sebagai pembimbing, guru diibaratkan sebagai pemandu
perjalanan

(journey)

yang

jalan

menurut

pengetahuan

dan

pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam pengibaratan ini guru perjalanan yang dimaksud tidak hanya
menyangkut perjalanan fisik tetapi

juga perjalanan mental,

emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks.

Sebagai

pembimbing

belajar

maka

guru

haru

menetapkan tujuan yang jelas, menetapkan waktu yang telah
ditentukan, menetapkan rute yang harus ditempuh, menggunakan
petunjuk perjalanan serta menilai kelancaran sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik.24
Ada empat langkah yang harus

ditempuh

dalam

melaksanakan bimbingan kepada peserta didik:
1. Merencanakan tujuan yang hendak dicapai baik bagi guru atau
bagi peserta didik
2. Guru harus selalu melihat keterlibatan peserta didik dalam
setiap pembelajaran baik fisik maupun psikologinya.
3. Guru harus menjadikan setiap kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna.
4. Guru melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswanya dan
refleksi terhadap kinerjanya.
c. Membuat networking dengan guru mata pelajaran yang lain, wali
kelas, BP
23 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007),44
24 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya:
2007), 40-41.

21

Pada langkah ini guru perlu melakukan networking dengan guru
mata pelajaran lain, wali kelas, BP/BK dan orang tua dengan tujuan
untuk memonitor perkembangan belajar siswa dan perkembangan
psikologi siswa dalam melaksanakan strategi belajar mandiri.
1. Dengan guru mata pelajaran lain, langkah ini dilakukan dengan
diskusi, sharing dan tukar pendapat tentang perkembangan
belajar siswa serta penilaian dari guru mata pelajaran lain baik
afektif, psikomotor maupun kognitifnya.
2. Bersama wali kelas memantau perkembangan, meminta
keterangan dan memberi keterangan tentang pribadi maupun
prestasi peserta didik serta masalah-masalah yang dihadapi
dalam belajar.
3. Bersama BP/BK, meminta informasi dan keterangan tentang
kepribadian peserta didik beserta perkembangannya mental
psikologinya.
4. Dan bersama orang tua, menjalin koordinasi dan komunikasi
yang baik , sehingga strategi ini berjalan dengan baik
C. Usaha –Usaha Membangun Kesadaran Peserta didik Terhadap
Pentingnya Nilai-Nilai Pancasila Dan Berkonstitusi Melalui
Strategi Self Regulated Learning
Sedang usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru PPKN dalam
membangun kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila dan konstitusi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dapat
dilakukan dengan:
1.

Memilih

kelas

yang

akan

dijadikan

sebagai

subyek

pelaksanaan strategi Self Regulated Learning. Pemilihan ini
didasarkan pada pemikiran tingkat kedewasaan siswa dalam
berfikir dan bertindak. Maka yang baik untuk penerapan strategi
ini adalah kelas VIII atau Kelas IX SMP/MTs.
a. Memilih dan menganalisis materi yang tepat dan sesuai dengan
strategi yang akan dilaksanakan.
Yang harus diperhatikan dalam dalam analisis materi ini adalah:
1. Domain yang ingin dikembangkan
2. Standar Kompetensi Lulusan

22

3. Kompetensi Inti
4. Kompetensi Dasar
5. Lingkup Materi
6. Aktivitas kegiatan yang akan dilakukan siswa
7. Teknik dan bentuk instrumen penilaian.
b. Mambuat Lesson Plan
atau Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).
c. Membuat Lembar Kerja Siswa, tugas mandiri atau tugas
kelompok, portofolio, kliping hasil wawancara dengan tokoh
masyarakat atau dengan orang tua.
d. Melakukan bimbingan kepada siswa yang memerlukan bantuan
belajar.
e. Membuat catatan kemajuan belajar peserta didik.
f. Membuat darft evaluasi yang akan digunakan untuk mengetahui
dan mengukur perkembangan perilaku dan pengetahuan
peserta didik dalam memahami nilai-nilai Pancasila dan
Konstutusi RI.

BAB IV
23

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Langkah-langkah

penerapan

strategi

pembelajaran

Self

Regulated Learning, yang terpenting harus diperhatikan oleh
guru adalah:
a. Membuat rencana pembelajaran yang memuat tujuan yang
akan dicapai.
b. Membimbing peserta didik dalam belajar mandiri terutama
peserta didik yang membutuhkan bantuan untuk belajar
secara mandiri.
c. Membuat networking dengan teman sejawat, guru BP/BK,
wali kelas dan orang tua peserta didik untuk mengetahui
perkembangan belajar mereka.
2. Usaha- usaha yang dilakukan oleh guru untuk mendukung
keberhasilan pemahaman peserta didik dalam membangun
kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila dan konstitusi adalah:
a. Pemilihan kelas yang disesuaikan denga strategi belajar
yang akan dilaksanakan
b. Memilih dan menganalisis materi yang sesuai dengan
strategi yang digunakan
c. Membuat RPP
d. Membuat tugas-tugas yang mendukung kemandirian belajar
peserta didik.
e. Melakukan bimbingan.
f. Melaksanakan evaluasi baik untuk peserta didik atau bagi
guru sendiri
B. Saran
1. Bahwa pelaksanaan strategi ini masih jauh dari sempurna
maka perlu untuk dicari kelemahan dan kesulitannya dan dicari
jalan keluarnya sehingga dapat berjalan dengan baik.
2. Banyaknya tugas-tugas mandiri peserta didik maka butuh
pendampingan yang kontinnyu dari guru, supaya peserta didik
tidak merasa tertekan

24

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Muslim, Islam Transformatif, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Hamidi, Jazim, dan Mustofa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik dan
Implementasi Hukumnya, Jakarta: Gramedia, 2010.
http//www.oneseacrh.id/Record/IOS2724-oai:192.168.1.2:slim-46678.
http://nugashare.blogspot.co.id/2013/08/makalah-konstitusipkn.html#.V4uGqNJ97Mx
http://www.education.com/reference/article/self-regulated-learning/#BBy
Dale Schunk Updated on Dec 23, 2009
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis
dan Aktualisasinya, Yogyakarta : Paradigma, 2013
Karsadi, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2014.
Kemendikbud, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta:
Badan Pengembangan SDM dan Penjaminan Mutu, 2013
25

Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007.
Omrood, Jeanne Ellis, Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh
dan berkembang, Jakarta: Erlangga, 2009.
Poerwati, Luluk Endah,dan Sfan Amri, Panduan Memahami Kurikulum
2013, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.
Riyanto, A, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2000.
Sukarno, Anton, Kemandirian Belajar (Jakarta: Kencana Prenada Media,
1989.
Sunardi, HS dan Masy’udi, Pendidikan Kewarganegaraan untu SMP/MTs
Kelas VII, Solo : Tiga Serangkai.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Remaja
Rosdakarya: 2004.
BIODATA
1. Nama (lengkap dengan
: RAHAYU JUWARINI, S.Pd
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

gelar akademik)
NUPTK
NIP/NIK
Pangkat/ Golongan
Jenis Kelamin
Tempat, Tgl lahir
Pendidikan Terakhir
Akta Mengajar
Sekolah Tempat Tugas
a
Nama
.
b
Alamat Sekolah
.
c. Kecamatan
d Kabupaten/Kota

: 9955750651300012
: 197206231997032004
: Pembina/ IV a
: Perempuan
: Kediri, 23 Juni 1972
: Sarjana
: Memiliki / Tidak memiliki
: MTs Negeri Pare
: Jl. Stadion Canda Bhirawa No 1 Pare
: Pare
: Kab. Kediri

26

.
e
.
f.
g

Provinsi

: Jawa Timur

No. Telp. Sekolah

: (0354) 391351

Alamat e-mail

: mtsnpare@gmail.com

.
10
.

Guru Kelas

: IX dan PDCI

Mengetahui,
Kepala Madrasah
Drs. Jamiluddin, M.Pd.I
NIP. 196604111993031003

27