Uang dalam Ekonomi Islam docx

MAKALAH
)
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Disusun Oleh:
M. Khizaanul Mubarok
Dosen Pengampu:
Masruchin, M.E.I.

PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)
TAMBAKBERAS JOMBANG
TAHUN 2015

1

BAB 1
2


BAB 1
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Jauh sebelum Adam Smith menulis buku “THE WEALTH OF NATIONS” pada
tahun 1766 di Eropa.Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya “IHYA ULUMUDDIN” telah
membahas fungsi uang dalam perekonomian.Beliau menjelaskan, uang berfungsi sebagai
media penukaran, namun uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri.Maksudnya, ialah
uang diciptakan untuk memperlancar pertukaran dan penetapan nilai yang wajar dari
pertukaran tersebut, dan uang bukan merupakan sebuah komoditi.
Pembahasan mengenai uang juga terdapat dalam kitab “MUQADDIMAH” yang
ditulis oleh Ibnu khaldun. Beliau menjelaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak
ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut, tetapi ditentukan oleh tingkat
produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif.Apabila suatu negara
mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bukan merefleksikan pesatnya pertumbuhan
sektor produksi, maka uang yang melimpah tersebut tidak ada nilainya.
Sektor produksi merupakan motor penggerak pembangunan suatu negara karena
akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan

permintaan (pasar) terhadap produksi lainnya.
Dinar emas dan dirham perak serta uang, fulus (uang tembaga) merupakan mata
uang yang berlaku pada zaman Rasulullah Saw. Dasar transaksi uang tersebut digunakan
sehingga munculnya uang kertas paper money, tepatnya setelah perang dunia 1 pada
tahun1914 M. Semenjak itu, banyak negara tidak menggunakan uang emas dan untuk
transaksi dan sebagai dasar mata uang. Realitas ini menjadikan para ulama berbeda
pandangan dalam mengaplikasikan hukum fiqih yang berlaku pada dirham perak dan
dinar emas terhadap mata uang kertas. Dikalangan mereka ada yang berpendapat bahwa
tidak wajib zakat pada uang kertas dengan alasan terbuat dari kertas, sedangkan mata
uang yang wajib di zakati hanya padaemas dan perak.Sebagian lagi ada yang berpendapat
uang kertas ini bukan objek suatu riba, karena menurut Malikiyah, Syafi‟iyah dan
riwayat dari Hambali bahwa ‘’illat’’ riba pada emas dan perak adalah nilai harga. Dan
3

sedangkan pada uang kertas berlaku hitungan. Dalam perekonomian konvensional,
masalah permintaan uang kurang begitu jelas, karena dalam perekonomian non islam,
menjadikan uang sebagai komoditas, dan lebih bahaya lagi dalam perkonomian
konvensional pada saat sekarang uang malah banyak di perdagangkan dari pada sebagai alat tukar
dalam perdagangan. Dan di sini kami mencoba membahas bagaimana sebenarnya uang
dan permintaan uang dalam islam.Tak sepantasnya kita sebagai ummat Islam tak mau

tahu dengan sejarah uang dalam islam, apakah uang kertas yang selama ini kita gunakan
tidak diinginkan oleh agama atau sebaliknya, bisa jadi orang-orang yahudi maupun orang
terdahulu tidak menginginkan dinar dan dirham sebagai alat untuk transaksi dalam proses
perdagangan, boleh jadi karena mereka tak sepaham dengan ummat islam terdahulu.
Mudah-mudahan dalam makalah ini kita mendapatkan sebuah penjelasan yang
diinginkan teman-teman sekalian maupun dosen pembimbing saya pada mata kuliah
dasar-dasar ekonomi islam.

B.

RUMUSAN MASALAH
1. Jenis Uang
2. Uang dalam pandangan Islam
3. Fungsi Uang dalam Islam
4. Hubungan uang dengan dengan Perspektif Islam.

C.

TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Jenis uang, Uang dalam pandangan Islam, Hubungan uang dengan

dengan Perspektif Islam.

4

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Uang dalam Pandangan Islam
Perbedaan Uang dalam konsep Konvensional dan Konsep Islam
Sebelum jauh melangkah, Ir. Adiwarman A. Karim menuliskan perbedaan tentang uang
dalam pandangan konvensionl dan konvensional.1

Konsep Islam

Konsep Konvensional

1. Uang tidak identik dengan modal


1. Uang seringkali diidentikkan dengan
modal
12. Uang (modal) adalah private goods

2. Uang adalah public goods
3. Uang (modal) adalah flow concept bagi
3. Modal adalah private gold

Fisher

4. Uang adalah folw concept

4. Uang (modal) adalah stock Concept bagi
Cambrige School

5. Modal adalah stock concept

Dalam konvensional uang sering kali diidentikkan dengan modal (private goods),
sementara dalam Islam uang adalah Publik goods.Uang dapat digunakan oleh siapapun
uang bukan barang monopoli seseorang.

1.

Money as Flow Concept

5

Uang adalah sesuatu yang mengalir. Uang yang diputar untuk kepentingan
produktif akan dapat menimbulkan kesejahteraan alam amsyarakat. Saat uang
ditahan maka akan menimbulkan macetnya roda ekonomi.

2.

Money as Public Goods
Uang adalah barang untuk masyarakat umum.Siapapun berhak mengunakan
uang.Oleh karena itu Islam sangat melarang menumpk uang. Karena akan
menghambat orang lain dalam menggunakan uang.
Menurut AL-Ghazali dan Ibn Khaldun, definisi uang adalah apa yang digunakan

manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media
simpanan.2 Berdasarkan definisi tersebut akan timbul pula syarat-syarat uang antara lain

dapat diterima oleh semua lingkungan, nilainya stabil, uang tidak dapat dijadikan
komoditi.

(1) Ir. Adiwarman
A. Karim , Ekonomi
. Pandangan
Ulama Tentang
Uangmakro Islami, (Jakarta: Rajawalipers). Hal79
(2)

Ibid., 80

6

1. Hubungan Uang Modal perspektif Islam.
Uang
Benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar
menukar atau perdagangan. Menurut Al-Ghazali dan Ibn Khaldun, uang adalah apa yang digunakan
manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan.
•Ciri Ciri Uang

a. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.Mudah dibawa-bawa.
b. Mudah dismpan tanpa mengurangi nilainya.
c. Tahan lama.
d. Jumlahnya terbatas.
e. Bedanya mempunyai mutu yang sama.

B.

Pandangan Ulama Tentang Ulama

1. Uang di Zaman Ibnu Taimiah
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “ Majmu Fatwa Syaikhul Islam” menyampaikan
lima butir peringatan penting apabila uang digunakan sebagai komoditi (saat itu dalam
kerajaan Mamluk telah ada uang kertas). Antara lain;
1.

Akan Memicu Inflasi,

2.


Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan
mengurungkan

niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang dan

mendzalimi golongan berpenghasilan tetap, seperti pegawai atau karyawan.
7

3.

Perdagangan dalam negeri akan menurun akibat kekhawatiran stabilitas nilai
uang.

4.

Perdagangan internasional akan menurun.

5.

Logam berharga (emas & perak) yang sebelumya menjadi mata uang akan

mengalir ke luar negeri.3

2. Fungsi Uang dalam Islam
Sebelum diperkenalkan uang sebagai alat tukar, perdagangan dalam masyarakat
dunia menggunakan sistem barter. Sebagaimana diketahui, barter dilakukan dengan
cara menukarkan barang atau komoditas di antara pihak-pihak yang bertransaksi,
namun transaksi dapat dilakukan jika si A, misalnya memang membutuhkan barang
yang ditawarkan si B, demikian pula dengan si B. Singkat kata, dalam ekonomi barter
ini, transaksi hanya dapat terjadi bila kedua pihak mempunyai dua kebutuhan
sekaligus, atau menurut Lipsey dan Courant (1996) harus terjadi Double Coincidence
of Wants. Dalam sejarah perekonomian Islam, mata uang sudah mulai dikenal di awal
kekhalifahan. Hal itu bisa kita lihat ketika masa Khalifah Umar dan Utsman r.a., mata
uang telah dicetak dengan mengikuti gaya dirham Persia, dengan perubahan pada
tulisan yang tercantum di mata uang tersebut. Meskipun pada masa awal pemerintahan
Khalifah Umar r.a pernah timbul ide untuk mencetak mata uang dari kulit, namun
akhirnya dibatalkan karena tidak disetujui oleh para sahabat yang lain.
Dalam sistem ekonomi konvensional dikenal adanya 3 fungsi uang, yaitu:
1. Medium of Exchange
2. Unit of Account
(3) Eko Suprayitno, EKonomi Makro Islami,(Jakarta:Rajawali). Hal107


3. Store of Value

8

Sedangkan dalam ekonomi Islam, hanya dikenal adanya 2 fungsi :
1. Medium of Exchange (for transaction)
2.Unit of Account
Dalam Islam, fungsi pertama ini jelas bahwa uang hanya berfungsi sebagai medium of
exchange. Uang menjadi media untuk merubah barang dari bentuk yang satu ke bentuk yang
lain, sehingga uang tidak bisa dijadikan komoditi. Fungsi kedua dari uang dalam Islam adalah
sebagai unit of account. Imam Ghazali mengatakan bahwa dalam ekonomi barter sekalipun uang
tetap diperlukan. Seandainya uang tersebut tidak diterima sebagai medium of exchange, uang
tetap diperlukan sebagai unit of account, misalnya untuk mengetahui apakah 3 buah topi sama
dengan 1 durian?.Fungsi ketiga dari uang sebagai store of value.Ketika teori konvensional
memasukkan satu dari fungsi uang adalah sebagai store of value dimana termasuk juga adanya
motif money demand for speculation.Hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam.Islam
memperbolehkan uang untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga, namun menolak uang untuk
spekulasi. Hal ini, menurut Al Ghazali, sama saja dengan memenjarakan fungsi uang. Lalu
bagaimanaIslam memandang konsep utility uang ?
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam Islam, uang hanya diakui sebagai
intermediary form, hanya diakui sebagai medium of exchange dan unit of account, tidak lebih
dari ini. Artinya fungsi uang hanya sekedar sebagai medium dari barang yang satu berubah
menjadi barang yang lain, tidak perlu adanya double coincidence needs. Jadi dalam konsep
Islam, uang tidak masuk dalam fungsi utility kita, karena sebenarnya manfaat yang kita dapatkan
bukan dari uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang.

9

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW bisa kita lihat peran uang sangat sentral sekali
dalam teori ekonomi Islam. Salah satu contoh ketika pada suatu hari sahabat Bilal bin Rabah
ingin menukar 2 sak kurma yang buruk dengan 1 sak kurma yang baik, maka Rasulullah
mengatakan, ” Tidak boleh, jual dulu kurma yang buruk, lalu barulah beli kurma yang baik
dengan hasil penjualan tersebut”. Menurut Rasulullah, tiap kurma mempunyai harga masingmasing. Oleh karena itu sangatlah naif sekali apabila dikatakan bahwa dalam teori ekonomi
Islam tidak mengenal konsep uang.
Dalam Alquran dan hadis, emas dan perak telah disebutkan baik dalam fungsinya sebagai
mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan yang disimpan.Ini dapat kita lihat dalam
QS.at-Taubah: 34 yang menjelaskan orang-orang yang menimbun emas dan perak, baik dalam
bentuk mata uang maupun dalam bentuk kekayaan biasa dan mereka tidak mau mengeluarkan
zakatnya akan diancam dengan azab yang pedih. Ayat ini juga menegaskan tentang kewajiban
zakat bagi logam mulia secara khusus. Dalam QS al-Kahf: 19 Allah menceritakan kisah AshHabul Kahf (penghuni gua) yang menyuruh salah seorang dari teman mereka untuk
membelanjakan uang peraknya (wariq) guna membeli makanan sesudah mereka tertidur selam
309 tahun di gua. Alquran menggunakan kata wariq yang artinya uang logam dari perak atau
dirham.
Di samping itu banyak sekali hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebut dinar dan
dirham atau menggunakan kata wariq. Rasulullah SAW bersabda, “Dinar dengan dinar, tidak ada
kelebihan antara keduanya (jika dipertukarkan); dan dirham dengan dirham dan tidak ada
kelebihan di antara keduanya (jika dipertukarkan ).” (H. R. Muslim). Dalam hadis yang lain
Rasulullah SAW menggunakan kata wariq seperti dalam hadis berikut ini: “Uang logam perak
yang jumlahnya di bawah lima auqiyah tidak ada kewajiban zakat atasnya.” (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Dalam setiap sistem perekonomian, fungsi utama uang selalu sebagai alat tukar (medium
of exchange). Dari fungsi utama ini diturunkan fungsi-fungsi lain seperti uang sebagai standard
of value, store of value, unit of account dan standard of deferred payment. Mata uang manapun
niscaya akan berfungsi seperti ini. Dalam sistem perekonomian kapitalis, uang dipandang tidak
saja sebagai alat tukar yang sah (legal tender) melainkan juga dipandang sebagai
komoditas.Dengan demikian, menurut sistem ini, uang dapat diperjual belikan dengan kelebihan

10

baik on the spot maupun secara tangguh.Dalam perspektif ini uang juga dapat disewakan
(leasing).
Dalam Islam, apapun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah sebagai
medium of exchange. Ia bukan suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan kelebihan baik
secara on the spot maupun bukan. Satu fenomena penting dari karakteristik uang adalah bahwa
ia tidak diperlukan untuk dikonsumsi, ia tidak diperlukan untuk dirinya sendiri, melainkan
diperlukan untuk membeli barang yang lain sehingga kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Inilah
yang dijelaskan oleh Imam Ghazali bahwa emas dan perak hanyalah logam yang di dalam
substansinya (zatnya itu sendiri) tidak ada manfaatnya atau tujuan-tujuaannya.Menurut beliau
dalam kitabnya Ihya Ulumiddin “Kedua-duanya tidak memiliki apa-apa tetapi keduanya berarti
segala-galanya”. Keduanya ibarat cermin, ia tidak memiliki warna namun ia bisa mencerminkan
semua warna.
Sekalipun pada masa awal Islam masyarakat sudah terbisa Bermuamalah dengan dinar
dan dirham, kemungkinan untuk menjadikan barang lain sebagai mata uang yang berfungsi
sebagai medium of exchange telah muncul dalam pikiran sahabat. Misalnya Umar bin Khattab
pernah mengatakan, “ Aku ingin (suatu saat) menjadikan kulit unta sebagai alat tukar.”
Pernyataan ini keluar dari bibir seorang yang amat paham tentang hakikat uang dan fungsinya
dalam ekonomi. Menurut Umar, sesungguhnya uang sebagai alat tukar tidak harus terbatas pada
dua logam mulia saja seperti emas dan perak. Kedua logam mulia ini akan mengalami
ketidakstabilan manakala terjadi ketidakstabilan pada sisi permintaan maupun penawarannya.
Karena itu, apapun, sesungguhnya dapat berfungsi menjadi uang termasuk kulit unta. Dalam
pandangannya, ketika suatu barang berubah fungsinya menjadi alat tukar (uang) maka fungsi
moneternya akan meniadakan fungsinya atau paling tidak akan mendominasi fungsinya sebagai
komoditas biasa. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga berpendapat bahwa uang sebagai alat tukar
bahannya bisa diambil dari apa saja yang disepakati oleh adat yang berlaku ( ‘urf) dan istilah
yang dibuat oleh manusia. Ia tidak harus terbatas dari emas dan perak. Misalnya, istilah dinar dan
dirham itu sendiri tidak memiliki batas alami atau syari’. Dinar dan dirham tidak diperlukan
untuk dirinya sendiri melainkan sebagai wasilah (medium of exchange) Fungsi medium of
exchange ini tidak berhubungan dengan tujuan apapun, tidak berhubungan dengan materi yang
menyusunnya juga tidak berhubungan dengan gambar cetakannya, namun dengan fungsi ini
tujuan dari keperluan manusia dapat dipenuhi (Lihat, Majmuatul Fatawa). Pada umumnya para
11

ulama dan ilmuwan sosial Islam menyepakati fungsi uang sebagai alat tukar saja. Deretan ulama
ternama seperti Imam Ghazali, Ibnu Taymiyyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Ar-Raghib alAshbahani, Ibnu Khaldun, al-Al-Maqrizi dan Ibnu Abidin dengan jelas menandaskan fungsi
pokok uang sebagai alat tukar. Karena itu mata uang haruslah bersifat tetap, nilainya tidak naik
dan turun.

BAB III
KESIMPULAN
Uang menurut konvesional : segala suatu (benda) yang diterima oleh masyarakat sebagai
alat perantara untuk mengadakan tukar menukar atau perdagangan. Agar uang dapat disetujui
dan diterima masyarakat sebagai uang haruslah memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Nilainya tidak mendapat perubahan dari waktu kewaktu.
b. Mudah dibawa.
c. Tahan lama.
d. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya.
e. Jumlahnya tidak berlebihan.
f. Terdiri atas berbagai nilai nominal.

12

DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ahmad.. Mata Uang Islami. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada. 2005

Adiwarman A. Karim , Ekonomi makro Islami, Jakarta: Rajawalipers.2007

Muhammad. Aspek Hukum Dalam Muamalat. Jogjakarta; Graha Ilmu.2007
Nasution, Mustafa Edwin. Dkk .Pengenalan eksklusif ekonomi islam. Jakarta; Kencana Prenada
Media Group.2007

13

14

Makalah
TEORI UANG

oleh:
M.Khi zaanul Mubarok
Dosen Pengampu:
Bpk.Masruchin

INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH
(IAIBAFA)
TAMBAK BERAS JOMBANG
2014/2015