Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Profil Lipid pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Dislipidemia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi sejarah tumbuhan, sistematika tumbuhan, nama
daerah, morfologi tumbuhan, kandungan biji pepaya, dan manfaat tumbuhan.
2.1.1 Sejarah Tumbuhan
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah, yaitu
daerah sekitar Meksiko bagian selatan dan Nicaragua. Negara-negara penghasil
pepaya antara lain Kosta Rika, Kuba, Republik Dominika, Meksiko, Puerte Riko,
dan lain-lain. Brazil, India, dan Indonesia merupakan penghasil pepaya yang
cukup besar, dengan produksi mencapai 200.000 ton per tahun (Warisno, 2003).
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Sistematika dari tumbuhan pepaya adalah sebagai berikut
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta


Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Cistales

Suku

: Caricaceae

Marga

: Carica


Jenis

: Carica papaya L. (Depkes RI, 2000).

2.1.3 Nama Daerah
Sumatera: Pente (Aceh), pertek (Gayo), pastela (Batak), embetik (Karo),
botik (Batak Toba), bala (Nias), sikailo (Mentawai), kates (Palembang), kalikih

Universitas Sumatera Utara

(Minangkabau), gedang (Lampung). Jawa: Gedang (Sunda), kates (Jawa Tengah),
kates (Madura). Bali: Gedang. Kalimantan: Kustela (Banjar), bua medung (Dayak
Busang), buah dong (Dayak Kenya). Nusa Tenggara: Kates (Sasak), kampaya
(Bima), kala jawa (Sumbawa), padu (Flores). Sulawesi: Papaya (Gorontalo),
papaya (Buol), kaliki (Baree), papaya (Manado), unti jawa (Makassar), kaliki
riaure (Bugis). Maluku: Papai (Buru), papaya (Halmahera), papae (Ambon),
palaki (Seram), kapaya (Tidore), tapaya (Ternate). Irian: Ihwarwerah (Sarmi),
siberiani (Windesi) (Depkes RI, 2000).
2.1.4 Morfologi Tumbuhan

Pepaya merupakan tanaman perdu dengan tinggi ± 10 m. Batang: Tidak
berkayu, silindris, berongga, putih kotor. Daun: Tunggal, bulat, ujung runcing,
pangkal bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25 - 75 cm, pertulangan menjari,
panjang tangkai 25 - 100 cm, hijau. Bunga: Tunggal, bentuk bintang, di ketiak
daun, berkelamin satu atau berumah dua; bunga jantan terletak pada tandan yang
serupa malai, kelopak kecil, kepala sari bertangkai pendek atau duduk, kuning,
mahkota bentuk terompet, tepi bertajuk lima, bertabung panjang, putih
kekuningan; bunga betina berdiri sendiri, mahkota lepas, kepala putik lima,
duduk, bakal buah beruang satu, putih kekuningan. Buah: Buni, bulat memanjang,
berdaging, masih muda hijau setelah tua jingga. Biji: Bulat atau bulat panjang,
kecil, bagian luar di bungkus selaput yang berisi cairan, masih muda putih setelah
tua hitam. Akar: Tunggang, bercabang, putih kekuningan (Depkes RI, 2000).

Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Kandungan Biji Pepaya
Kandungan kimia biji pepaya antara lain benzil isotiosianat, benziltiourea,
β-sitosterol, minyak pepaya (papaya oil), caricin, dan enzim mirosin (Milind dan
Gurditta, 2011).
2.1.6 Manfaat Tumbuhan

Pemanfaatan tanaman pepaya cukup beragam. Daun pepaya muda, bunga,
buah yang masih mentah dapat dibuat sebagai bahan berbagai ragam sayuran.
Selain itu, buah pepaya, terutama yang masak mengkal, digunakan juga sebagai
salah satu buah untuk rujak dan asinan. Disamping sebagai buah segar, buah
pepaya dapat dibuat manisan, buah dalam sirup, saus, selai, dan sebagainya
(Kalie, 1996).
Sari akar tanaman pepaya dapat digunakan sebagai obat penyakit kencing
batu, penyakit saluran kencing, dan cacing kremi. Batang, daun dan buah pepaya
muda mengandung getah berwarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim
pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain. Lalap daun pepaya
muda yang dapat menambah nafsu makan diduga disebabkan oleh enzim ini.
Sebagai enzim proteolitik, papain banyak digunakan dalam industri, diantaranya
industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, tekstil dan penyamak (Kalie,
1996).
Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing
gelang, gangguan pencernaan, diare, penyakit kulit, kontrasepsi pria, dan sebagai
sumber untuk mendapatkan minyak dengan kandungan asam-asam lemak tertentu
(Warisno, 2003). Selain itu, biji pepaya juga memiliki khasiat sebagai

Universitas Sumatera Utara


antifertilitas, memiliki aktivitas nefroprotektor,

serta sebagai antibakteri dan

antifungi (Milind dan Gurditta, 2011).

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
(Ditjen POM, 2000).
Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM a, 1995).
Berdasarkan sifatnya ekstrak dibagi menjadi:
a. Ekstrak encer (extractum tenue)
Ekstrak encer merupakan sediaan yang memiliki konsisten madu, dapat
dituang, tetapi pada saat ini sudah tidak dipakai lagi (Voight, 1995).

b. Ekstrak kental (extractum spisscum)
Ekstrak kental merupakan sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan
tidak dapat dituang serta kandungan airnya berjumlah sampai 30% (Voight,
1995).
c. Ekstrak kering (extractum siccum)
Ekstrak kering merupakan sediaaan berbentuk serbuk yang dibuat dari
ekstrak tumbuhan yang diperoleh dari penguapan bahan pelarut dan pengeringan
(Voight, 1995).

Universitas Sumatera Utara

d. Ekstrak cair (extractum fluidum)
Ekstrak cair merupakan cairan yang mengandung simplisia nabati dalam
etanol sebagai bahan pelarut dan pengawet (Ditjen POM a, 1995).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara, yaitu:
1.

Cara dingin
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari:


a. Maserasi
Maserasi dapat dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia yang telah
dipotong-potong atau diserbuksarikan dengan cairan penyari dalam suatu bejana
dan ditutup rapat. Simpan ditempat terlindung dari cahaya langsung selama 5 hari
sambil sering dikocok. Kemudian disaring, diperas dan ampasnya dicuci dengan
cairan penyari. Hasil ekstraksi disimpan ditempat sejuk selama beberapa hari, lalu
cairannya dituang dan disaring (Voight, 1995).
b. Perkolasi
Perkolasi yang berarti penetesan yang dilakukan dalam wadah silindris
atau kerucut (perkolator). Perkolasi dapat dilakukan dengan cara mengalirkan
cairan penyari secara lambat ke dalam serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Kemudian tunggu sampai larutan ekstrak mulai menetes, lalu jalan keluar ditutup
dan baru dibuka kembali jika cairan penyari berada 1-2 cm diatas simplisia
(Voight, 1995).
2. Cara panas
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik (kondensor) (Ditjen POM, 2000).
b. Sokletasi
Bahan yang diekstraksi berada dalam kantung ekstraksi didalam sebuah
alat soklet yang bekerja kontinu, yang diletakkan diantara labu suling dan suatu
pendinginan aliran balik (kondensor) dan dihubungkan melalui pipet (sippon).
Labu yang berisi bahan pelarut akan terkondensasi dan menetes ke atas bahan
yang terekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Kemudian hasil
ekstraksi akan ditampung didalam labu (Voight, 1995).
c. Digesti
Digesti merupakan proses ekstraksi simplisia dengan cara merendam
serbuk simplisia dengan pelarut pada suhu 40-50 °C sambil dilakukan dalam
selang waktu tertentu. Selanjutnya cairan disaring bila perlu diuapkan untuk
memperoleh ekstrak kental (Voight, 1995).
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur (96-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit) (Voight, 1995).
e. Dekokta

Dekokta adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000) .

Universitas Sumatera Utara

2.3 Propiltiourasil
Menurut Moffat, et al., (2005), sifat fisiko kimia propiltiourasil adalah
sebagai berikut.
Rumus struktur :

Gambar 2.1 Struktur Propiltiourasil
Nama kimia : 2,3-Dihydro–6–propyl–2–thioxo–4(1H) pyrimidinone
Rumus kimia : C 7 H 10 N 2 OS
Berat molekul : 170,2
Pemerian

: Serbuk kristal putih, agak krem, atau tak berwarna, tidak berbau,
rasa pahit.

Kelarutan


: Larut dalam air (1:900), dalam etanol (1:60), dan dalam aseton
(1:60); sedikit larut dalam klorofom dan eter; larut dalam larutan
alkali hidroksida

Titik lebur

: 219-221ºC.

Propiltiourasil

merupakan

antitiroid

yang

bekerja

dengan


cara

menghambat proses pengikatan yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin dan
menghambat proses penggabungan dari gugus yodotirosil untuk membentuk
yodotironin. Selain menghambat sintesis hormon, propiltiourasil ternyata juga
menghambat deyodinasi tiroksin menjadi tryodotironin di jaringan perifer

Universitas Sumatera Utara

(Suharti, dkk., 2007). Pengaruh hormon tiroid pada metabolisme lipid dapat
dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Efek Hormon Tiroid pada Metabolisme Lipid (Rizos, et
al., 2011)
Propiltiourasil menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMGCoA) reduktase, yang merupakan tahap pertama pada biosintesis kolesterol.
Selain itu, propiltiourasil menghambat aktivitas sterol regulatory element-binding
protein-2 (SREBP-2) yang meregulasi ekspresi gen reseptor LDL, sehingga
dengan adanya mekanisme penghambatan ini akan meningkatkan kadar LDL
dalam darah (Rizos, et al., 2011).
Propiltiourasil dapat mempengaruhi metabolisme HDL melalui penurunan
aktivitas cholesteryl ester transfer protein (CETP), yang menukar kolesterol ester

Universitas Sumatera Utara

dari HDL 2 ke VLDL yang akhirnya akan dibawa menuju hati. Sebagai tambahan,
propiltiourasil juga menghambat aktivitas lipoprotein lipase (LPL), yang
mengkatabolisme lipoprotein kaya trigliserida, dan hepatic lipase (HL), yang
menghidrolisis HDL2 menjadi HDL3 dan berkontribusi dalam mengkonversi IDL
menjadi LDL (Rizos, et al., 2011).

2.4 Simvastatin
Menurut Moffat, et al., (2005), sifat fisiko kimia simvastatin adalah
sebagai berikut.
Rumus struktur :

Gambar 2.3 Struktur Simvastatin
Nama kimia : 2,2-Dimethylbutanoic

acid

(1S,3R,7S,8S,8aR)

1,2,3,7,8,8a

hexahydro–3,7–dimethyl–8-[2-[(2R,4R)-tetrahydro–4–hydroxy–
6–oxo–2H-pyran–2–yl]ethyl]-1–naphthalenyl ester
Rumus kimia : C 25 H 38 O 5
Berat molekul : 418,6
Pemerian

: Serbuk kristal putih

Universitas Sumatera Utara

Kelarutan

: Tidak larut dalam air, n-heksan, dan asam klorida; larut dalam
kloroform, dimetil sulfoksida, metanol, etanol, polietilen glikol,
NaOH, dan propilen glikol.

Simvastatin merupakan golongan obat inhibitor 3-hidroksi-3-metilglutaril
koenzim A (HMG-CoA) reduktase, yang mengkatalisis biosintesis kolesterol pada
tahap awal (Goodman dan Gilman, 2010). Inhibisi proses ini menyebabkan kadar
kolesterol menurun dengan cepat sekitar 15-40%. Simvastatin memiliki efek yang
baik terhadap profil lipid secara keseluruhan. Simvastatin menurunkan kadar LDL
yang berkaitan dengan resiko kardiovaskuler (Williams, 2005). Selain itu,
simvastatin juga dapat menurunkan kadar trigliserida sebesar 10–30%, LDL
sebesar 30-60% dan meningkatan HDL sebesar 2-15% (Anderson, et al., 2002).

2.5 Telur Puyuh
Telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%; kuning telur (yolk)
31,9%; cangkang dan selaput tipis 20,7%. Kandungan protein telur puyuh
sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Kadar kolesterol kuning
telur puyuh sebesar 2139,17 mg/100 g, sedangkan kandungan kolesterol kuning
telur ayam ras hanya 1274,5 mg/100 g. Perbedaan susunan protein dan lemak telur
puyuh dibandingkan dengan telur ternak unggas lain disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan protein dan lemak pada beberapa telur ternak unggas
Jenis unggas
Ayam ras
Itik
Angsa
Merpati
Kalkun
Burung puyuh

Protein (%)
12,7
13,3
13,9
13,8
13,1
13,1

Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)
11,3
0,9
1,0
14,5
0,7
1,1
13,3
1,5
1,1
12,0
0,8
0,9
11,8
1,7
0,8
11,1
1,6
1,1

Sumber: Pamungkas, dkk., (2013).

Universitas Sumatera Utara

2.6 Profil Lipid
Profil lipid merupakan pengukuran kadar lemak (lipid) dalam darah, yang
pada umumnya diperiksa setelah subyek berpuasa 10-12 jam (tidak makan atau
minum, kecuali air putih) (Anonim, 2012). Profil lipid terdiri dari:
1. Kolesterol Total. Merupakan jumlah total kandungan kolesterol dalam darah.
Kolesterol dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan kesehatan sel-sel tetapi level
yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko sakit jantung. Idealnya total
kolesterol harus < 200 mg/dl (< 5,2 mmol/l). Faktor genetik juga berperan sebagai
penentu kadar kolesterol, selain dari makanan yang dimakan.
2. Low density lipoprotein (LDL). Banyaknya LDL dalam darah menyebabkan
akumulasi endapan lemak (plak) dalam arteri (proses aterosklerosis), sehingga
aliran darah menyempit. Plak ini kadang-kadang bisa pecah dan menimbulkan
masalah besar untuk jantung dan pembuluh darah. LDL ini adalah target utama
dari berbagai obat penurun kolesterol. Target yang ingin dicapai:


< 70 mg/dl untuk individu yang sudah memiliki penyakit kardiovaskular
atau pasien yang berisiko sangat tinggi untuk terkena (misalnya: sindrom
metabolik)



100 mg/dl untuk pasien yang beresiko tinggi (misalnya: pasien dengan
beberapa faktor resiko sekaligus)



< 130 mg/dl untuk individu yang berisiko rendah terkena PJK

3. High density lipoprotein (HDL). Disebut juga kolesterol “baik” karena
membantu membawa kolesterol dari aliran darah menuju ke hati untuk
dimetabolisme. Idealnya level HDL harus diatas 40 mg/dl. Umumnya wanita

Universitas Sumatera Utara

memiliki level yang lebih tinggi daripada pria. Olahraga dapat membantu
meningkatkan kadar HDL.
4. Trigliserida. Level trigliserida yang tinggi biasanya pada pasien yang gemuk
atau pasien diabetes. Makanan tinggi karbohidrat (gula sederhana) atau alkohol
dapat menaikkan trigliserida secara bermakna. Idealnya level trigliserida harus <
150 mg/dl (1,7 mmol/L). American Heart Association (AHA) merekomendasikan
bahwa level trigliserida untuk kesehatan jantung “optimal” adalah 100 mg/dl (1,1
mmol/l) (Anonim, 2012).

2.7 Lipid Plasma
Lipid plasma terdiri dari trigliserida (16%), fosfolipid (30%), kolesterol
(14%), dan ester kolesteril (36%), serta sedikit asam lemak rantai-panjang takteresterifikasi (asam lemak bebas, FFA) (14%) (Murray, dkk., 2006). Lipid
plasma tersebut diangkut dari sirkulasi kedalam hati dan otot dalam bentuk
lipoprotein.
2.7.1 Lipoprotein
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma (Suyatna, 2007). Agar lipid plasma
dapat diangkut dalam cairan sirkulasi, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut.
Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan
nama apolipoprotein atau apoprotein. Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol
(bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk
sferik dan mempunyai inti trigliserida dan kolesterol ester yang dikelilingi oleh
fosfolipid dan sedikit kolesterol bebas. Apolipoprotein ditemukan pada
permukaan lipoprotein (Adam, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Struktur Lipoprotein (Randox Laboratories, 2007)
Setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak dan
komposisi apolipoprotein. Karakteristik lipoprotein plasma dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Karakteristik Lipoprotein Plasma
Kelas
Lipoprotein

Densitas
(g/ml)

Diameter
(nm)

Kandungan Lipid
Utama
Trigliserida dan
kolesterol dari
makanan
Trigliserida
“endogen” atau
hepatic
Kolesterol ester dan
trigliserida
“endogen”

Kilomikron

< 0,94

75-1200

VLDL

0,94-1,006

30-80

IDL

1,006-1,019

25-35

LDL

1,019-1,063

18-25

Kolesterol ester

HDL

1,063-1,21

5-12

Fosfolipid,
kolesterol ester

Lokasi
Sintesis
Usus

Hati
Produk
katabolisme
VLDL
Produk
katabolisme
VLDL
Usus, hati,
dan plasma

Sumber: Brunton, dkk. (2010).
Dengan menggunakan ultrasentrifugasi, pada manusia dapat dibedakan
lima jenis lipoprotein yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),

Universitas Sumatera Utara

intermediate-density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high
density lipoprotein (HDL) (Suyatna, 2007).
1. Kilomikron
Lipoprotein dengan berat molekul terbesar

ini lebih dari 80%

komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester.
Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot
rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. Trigliserida dari kilomikron
akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL), sehingga diameter
lipoprotein ini mengecil.
2. Lipoprotein Densitas Sangat Rendah (VLDL, very low density lipoprotein)
Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15%
kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan
perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase menghasilkan asam
lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan oksidasi di
jantung dan otot skelet. Sebagian VLDL remnant akan diubah menjadi LDL,
sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan
hipertrigliserida.
3. Lipoprotein Densitas Sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)
IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolesterol
(20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat
perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat
dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

4. Lipoprotein Densitas Rendah (LDL, low density lipoprotein)
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia
(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol
50%. Jalur utama katabolisme LDL berlangsung lewat receptor-mediated
endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolesterol dari inti LDL dihidrolisis
menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan hormon steroid.
Selain lewat proses endositosis, sel juga mendapat kolesterol dari sintesis de novo
lewat enzim HMG Co-A reduktase. Produksi enzim ini dan reseptor LDL diatur
lewat transkripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam sel
(Suyatna, 2007).
5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein)
HDL merupakan molekul lipoprotein paling kecil dengan diameter 5-12
nm. HDL dibagi menjadi HDL2 (densitas 1,063-1,125 g/ml) dan HDL 3 (1,1251,21 g/ml). HDL mengandung 50% protein, 30% fosfolipid, dan 20% kolesterol.
HDL terikat pada Apo AI, AII, C, dan Apo E. HDL berperan sebagai lipoprotein
protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Goodman dan
Gilman, 2010).
2.7.2 Apolipoprotein
Apolipoprotein atau apoprotein terletak dibagian luar partikel lipoprotein
dan mempunyai 2 fungsi yaitu: pertama, mengikatkan lipoprotein kepada reseptor
sel, dan kedua, mengaktifkan atau menghambat enzim-enzim plasma yang terlibat
dalam penghancuran, pembentukan dan pengangkutan lipid. Ada banyak macam
apolipoprotein, tetapi beberapa jenis apolipoprotein utama yang terdapat pada tiap
lipoprotein tampak pada Tabel 2.3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Apolipoprotein
Apoprotein
Apo AI

Apo AII
Apo AIV

Apo B100
Apo B48
Apo CI
Apo CII
Apo CIII

Apo E2-E4

Lipoprotein
HDL,
Kilomikron

Sumber
Hati, Usus

Fungsi Metabolik
Kofaktor
LCAT;
protein
struktural pada HDL; ligan
reseptor HDL
HDL,
Hati
Protein struktural pada HDL;
Kilomikron
ligan reseptor HDL
HDL,
Usus
Memfasilitasi
transfer
Kilomikron
apolipoprotein lain antara HDL
dan kilomikron
VLDL, IDL, Hati
Protein struktural dari VLDL,
LDL
IDL, LDL; ligan reseptor LDL
Kilomikron
Usus
Protein struktural pada kilomikron
Kilomikron,
Hati
Kofaktor LCAT; memodulasi
VLDL, HDL
pengikatan reseptor remnant
Kilomikron,
Hati
Aktifator
LPL
(Lipoprotein
VLDL, HDL
Lipase)
Kilomikron,
Hati
Menghambat LPL (Lipoprotein
VLDL, HDL
Lipase); memodulasi pengikatan
reseptor remnant
Kilomikron,
Hati, otak, Ligan untuk reseptor LDL dan
VLDL, HDL kulit,
reseptor yang mengikat remnant;
gonad,
transpor balik kolesterol (HDL
limpa
dengan ApoE)

Sumber: Suyono, S. (1996).
Yang berperan dalam aterosklerosis adalah Apo AI pada HDL yang
bersifat anti aterogenik dan Apo B pada LDL yang bersifat aterogenik (Suyono,
1996).
2.7.3 Kolesterol
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau
dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai-panjang
sebagai kolesterol ester. Didalam plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam
lipoprotein. Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural
esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis
di banyak jaringan dari asetil-KoA dan merupakan prekursor semua steroid lain di

Universitas Sumatera Utara

tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D
(Murray, dkk., 2006).
Sekitar 1 gram kolesterol disintesis per hari pada orang dewasa. Organ
yang paling besar berkontribusi dalam sintesis kolesterol yaitu hati (50%), usus
halus (15%), kulit, korteks adrenal, kelenjar kelamin, dan lain-lain. Enzim yang
berpengaruh pada sintesis kolesterol ditemukan dalam sitosol dan fraksi
mikrosomal dalam sel (Satyanarayana, 2005).

Gambar 2.5 Jalur Biosintesis Kolesterol (Liscum, 2002).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut.
1. Sintesis mevalonat dari asetil-KoA
2. Pembentukan unit isoprenoid dari mevalonat

Universitas Sumatera Utara

3. Kondensasi enam unit isoprenoid untuk membentuk skualen
4. Siklisasi skualen menghasilkan steroid induk, lanosterol
5. Pembentukan kolesterol dari lanosterol (Murray, dkk., 2006).
Sebagai produk tipikal metabolisme hewan, kolesterol terdapat dalam
makanan yang berasal dari hewan, misalnya kuning telur, daging, hati, dan otak.
Lipoprotein berdensitas rendah (LDL) plasma adalah kendaran yang membawa
kolesterol dan ester kolesteril ke banyak jaringan. Kolesterol bebas dikeluarkan
dari jaringan oleh lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) plasma dan diangkut ke
hati, tempat senyawa ini dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau setelah diubah
menjadi asam empedu dalam proses yang dikenal sebagai transpor kolesterol
terbalik (Murray, dkk., 2006).
2.7.4 Trigliserida
Didalam tubuh, sebagian besar lemak berupa trigliserida. Dari sudut ilmu
kimia, trigliserida terdiri dari tiga asam lemak yang tergabung menjadi molekul
glycerol. Substansi ini sama sekali berbeda dengan kolesterol. Seperti halnya
kolesterol, trigliserida merupakan komponen yang normal dari darah, yang berasal
dari makanan atau dihasilkan oleh tubuh. Sebagian besar lemak yang dimakan
berbentuk trigliserida. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida
dalam darah seperti kegemukan, makan lemak, makan gula biasa (glukosa) dan
minuman alkohol (Soeharto, 2004).

2.8 Metabolisme Lipoprotein
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu metabolisme
eksogen, jalur metabolisme endogen dan jalur reverse cholesterol transport.
Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan

Universitas Sumatera Utara

trigliserida, sedang jalur reverse cholesterol transport khusus mengenai
metabolisme kolesterol-HDL (Adam, 2009).
2.8.1 Jalur Metabolisme Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserida dan kolesterol.
Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol
dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus
yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen.
Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap kedalam enterosit
mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang
kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus, asam lemak bebas akan diubah
kembali menjadi trigliserida, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi
menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus
torasikus akan masuk kedalam aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel
menjadi asam lemak bebas (free fatty acid (FFA) = non-esterified fatty acid
(NEFA). Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di
jaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak, sebagian
akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserida hati.
Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliseridanya akan menjadi
kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati.

Universitas Sumatera Utara

2.8.2 Jalur Metabolisme Endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam
sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam
VLDL adalah Apo B-100. Dalam sirkulasi, trigliserida di VLDL akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL
yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari
VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL
adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari
kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti
kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterolLDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap
oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam
cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma maka makin banyak
yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.
2.8.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung
apolipoprotein (Apo) A, C, dan E; dan disebut HDL nascent. HDL nascent
berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein A1, HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari
makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.
Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol bebas) di bagian
dalam makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag oleh suatu

Universitas Sumatera Utara

transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1
atau disingkat ABC-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas
akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lechitin cholesterol
acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh
HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama yaitu ke hati dan ditangkap oleh
scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah
kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL,
dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan
demikian, fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag mempunyai
dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL
untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam, 2009).

2.9 Dislipidemia
2.9.1 Definisi
Dislipidemia merupakan abnormalitas pada profil lipid dalam darah, yaitu
kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan
satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein),
atau trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
(Dipiro, et al., 2007; Cipla, 2005).
2.9.2 Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit adalah sebagai
berikut.

Universitas Sumatera Utara

1. Dislipidemia Primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.
2. Dislipidemia Sekunder, yaitu disebabkan oleh suatu keadaan seperti
hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma,
kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida
disebabkan oleh diabetes melitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik,
miokard infark, dan kehamilan. Selain itu, dislipidemia juga dapat disebabkan
oleh hipotiroidisme, nefrotik sindroma, gagal ginjal akut, penyakit hati, dan
akromegali.
2.9.3 Kadar Lipid Serum Normal
Klasifikasi kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida
menurut NCEP ATP III (National Cholesterol Education Program Adult
Treatment Panel III) 2001 terdapat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kadar Lipid Serum Normal
Kolesterol total
< 200
200-239
≥ 240
Kolesterol LDL
< 100
100-129
130-159
160-189
≥ 190
Kolesterol HDL
< 40
≥ 60
Trigliserida
< 150
150-199
200-499
≥ 500
Sumber: Adam, J.M.F. (2009).

Optimal
Diinginkan
Tinggi
Optimal
Mendekati optimal
Diinginkan
Tinggi
Sangat tinggi
Rendah
Tinggi
Optimal
Diinginkan
Tinggi
Sangat tinggi

Universitas Sumatera Utara