Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository

  

PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

(PMS) TERHADAP PERILAKU PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL

(PSK) DI LOKASI PASAR KEMBANG

YOGYAKARTA TAHUN 2006

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

  Oleh: Adistyawan Yoga Wicaksono

  NIM : 028114029

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun

juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal

keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur.

  (Filipi 4:6) Karya ini kupersembahkan untuk: Bapa di surga dan keluarga kudus,

  Keluargaku tercinta: Bapak, Ibu dan Adikku, sahabat dan Teman-temanku, Almamaterku.

  

PRAKATA

  Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.

  2. Bapak Mukhotib, Md. selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lokasi Pasar Kembang.

  3. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing I atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing II dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  5. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  6. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  7. Bapak dan Mamaku tercinta atas kasih sayang, semangat, doa serta dukungannya baik moril maupun materiil.

  8. Adikku Maria Dewi Puspitasari yang selalu memberikanku keceriaan dan semangat.

  9. Semua staf dan relawan PKBI DIY atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.

  10. Teman-teman di lokasi Pasar Kembang yang sudah mau menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  11. Anak-anak kost gamblliz : Tomi Baja Hartanto, Obex, Baroto, Heni, Samid, Ari, Aan, Ikok, Tori, Coro, David, Enggar terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita yang indah.

  12. Anak-anak kostku: Utinawamiri, Kumal, Gendut, Gopa bantuan dan kebersamaannya selama ini.

  13. Adik-adikku: Rani, Novi, Vica, Mita, terimakasih atas doa, semangat, dan bantuannya.

  14. A’chat atas bantuannya selama kuliah, terlebih kesediaannya menjadi pembimbing 3, thanks bro. A’fu, Handi, Yulius, Mardoni, Tono atas semangat, bantuan dan kebersamaannya.

  15. Temen-temen seperjuangan: Ririn, Ano, Themy, Dio atas kerjasama, semangat, keceriaan, dan masukannya. Makasih semua.

  16. Teman-teman angkatan 02 kelas A: atas persahabatan dan kebersamaannya.

  17. Temen-temen kelompok praktikum B: Feri, Beni, Vicky, Kate, Christin, Kobohendra, Ancol, Doping, Supri, Thomas, Danu, Dewi, Dinta, Ameng, Vero atas pengalaman yang tak terlupakan waktu praktikum dulu.

  18. Teman-teman alumni SMU Kolese De Britto angkatan 99: Bhule, Batax, Katrex, Wawan, Qrewool, Richard, Plenthonx, Harto, Bebex terima kasih atas persahabatan dan kebersamaannya. “Man for other Man with other”.

  19. Teman-teman semua: Rio, Fretty, Pak Ecko, TG, Meta, Antok, Thomas, Astu, Astri, Chipoet, Sindhu, Ulin, Dita, Tepe, Ema, Mas Nox, Himen atas bantuan, semangat dan keceriaannya.

  20. Keluarga Squadra Viola Farmasi, terima kasih atas kerjasama, semangat dan kebersamaan selama ini.

  21. Teman-teman di Akiyama, terima kasih atas jasa dan waktu yang diberikan.

  22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 25 Juli 2007 Penulis

  

INTISARI

  Penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS) di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pekerja Seks Komersial (PSK) perempuan merupakan suatu kelompok masyarakat yang beresiko tinggi tertular dan berpotensi menyebarkan PMS pada kelompok masyarakat yang lebih luas terutama para pelanggan atau pengguna layanan seks pada PSK.

  Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan mengambil responden sebanyak 50 orang untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara terstruktur terhadap10 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan statistik uji menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.

  Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan paling tinggi pada responden yang tidak sekolah (13,6%), umur 41-60 tahun (7,3%), dan lama bekerja lebih dari 4 tahun (5,6%). Persentase rata-rata peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan tingkat pendidikan SLTP (6,7%), umur <20 tahun (11,1%), dan lama bekerja 6 bulan-2 tahun (9,0%). Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, PMS.

  

ABSTRACT

  The spreading of Sexually Transmitted Diseases (STD) in Indonesia increases in recent year. Prostitutes, are the groups of people that have high risk of being infected by STD. The less of information about STD causes the increase of the risk of being infected by STD to wider group of people, mostly to the customer of sex service.

  The purpose of this research is to know the change of knowledge and prostitutes atitude in Pasar Kembang Yogyakarta before and after getting education about STD. This research is a Quasi Eksperimental Research with one group pretest-posttest plan research. Sampling technique that is used is a Quota Sampling, by taking 50 peoples as respondents, to fill the questionnaire and by doing structured interview to 10 peoples. The analysis of this research is a descriptive analysis and a statistic with Paired Sampel T test with 90% of signification.

  The result for Paired Sampel T Test shows significant difference in knowledge variable and prostitutes attitude about STD in Pasar Kembang Yogyakarta before and after education. Percentage of changed knowledge by looking the level of education, age, work experience that shows highest value increase are; not get on school (13,6%), 41-60 years (7,3%), and over than 4 years (5,6%). The percentage of changed attitude by looking the level of education, age, work experience that shows highest value increase are; Junior High school (6,7%), less than 20 years (11,1%), and 6 months-20 years (9,0%). Key words: education, prostitutes, STD.

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv PRAKATA............................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. viii

  INTISARI................................................................................................................. ix

  ABSTRACT ............................................................................................................... x

  DAFTAR ISI............................................................................................................ xi DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xvii

  BAB I PENGANTAR .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

  1. Perumusan masalah............................................................................. 3

  2. Keaslian penelitian .............................................................................. 4

  3. Manfaat penelitian............................................................................... 4

  B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

  1 Tujuan Umum ..................................................................................... 5

  2 Tujuan Khusus .................................................................................... 5

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...................................................................... 6 A. Penyakit Menular Seksual......................................................................... 6

  1. Pengertian............................................................................................ 6

  2. Gejala-gejala Penyakit Menular Seksual ............................................ 6

  3. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual................................................. 7

  B. Kondom..................................................................................................... 14

  C. Edukasi...................................................................................................... 16

  D. Perilaku ..................................................................................................... 18

  E. Pengetahuan .............................................................................................. 20

  F. Sikap.......................................................................................................... 22

  G. Tindakan.................................................................................................... 24

  H. Pekerja Seks Komersial ............................................................................ 25

  I. Landasan Teori.......................................................................................... 26 J. Hipotesis.................................................................................................... 26

  BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 27 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 27 B. Variabel Penelitian .................................................................................... 27

  1. Variabel bebas..................................................................................... 27

  2. Variabel tergantung............................................................................. 27

  C. Definisi Operasional ................................................................................. 28

  D. Subyek Penelitian...................................................................................... 29

  E. Tempat Penelitian ..................................................................................... 30

  F. Teknik Sampling ....................................................................................... 30

  G. Instrumen Penelitian ................................................................................. 31

  H. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 31

  1. Analisis situasi ................................................................................... 31

  2. Pembuatan kuesioner .......................................................................... 32

  3. Pembuatan leaflet ................................................................................ 35

  4. Penyebaran kuesioner ......................................................................... 36

  5. Pemberian edukasi .............................................................................. 37

  6. Wawancara terstruktur ........................................................................ 37

  7. Pengolahan data .................................................................................. 38

  8. Analisis data penelitian ....................................................................... 38

  I. Kesulitan Penelitian .................................................................................. 39

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 41 A. Karakteristik Responden ........................................................................... 41

  1. Tingkat Pendidikan ............................................................................. 41

  2. Umur ................................................................................................... 42

  3. Lama Bekerja ...................................................................................... 43

  B. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Responden tentang PMS ........................................................................... 44

  C. Peningkatan Pengetahuan Responden tentang PMS Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Bekerja.......................................... 47

  D. Peningkatan Sikap Responden tentang PMS Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Bekerja ....................................................... 51

  E. Rangkuman Pembahasan .......................................................................... 54

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 51 A. Kesimpulan ............................................................................................... 55 B. Saran.......................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 57 LAMPIRAN............................................................................................................. 60 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 90

  DAFTAR TABEL Halaman

  Tabel I. Distribusi pertanyaan pengetahuan dan sikap yang terdapat dalam kuisioner............................................................................................... 33 Tabel II. Distribusi pertanyaan favourabel dan non favourabel yang terdapat dalam kuisioner ..................................................................... 34 Tabel III. Tingkat Pendidikan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006............................................................................................ 41 Tabel IV. Umur PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 ............ 42 Tabel V. Lama Bekerja PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 ..................................................................................................... 43 Tabel VI. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Pengetahuan ...........

  46 Tabel VII. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Sikap .................... 47

  DAFTAR GAMBAR Halaman

  Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan............. 20 Gambar 2. Persentase rata-rata nilai sebelum pemberian edukasi (pretest) dan setelah pemberian edukasi (posttest) PSK di lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta tahun 2006......................................................................... 45 Gambar 3. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi

  Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan tingkat pendidikan............................................................................................ 48 Gambar 4. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi

  Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan umur ............... 49 Gambar 5. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi

  Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan lama bekerja .... 50 Gambar 6. Persentase rata-rata peningkatan nilai sikap PSK di Lokasi Pasar

  Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan tingkat pendidikan .... 51 Gambar 7. Persentase peningkatan nilai sikap PSK di Lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta berdasarkan umur .............................................................. 52 Gambar 8. Persentase Peningkatan nilai sikap PSK di Lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta berdasarkan lama bekerja ................................................. 53

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  Lampiran 1. Surat ijin penelitian............................................................................. 60 Lampiran 2. Kuisioner penelitian............................................................................ 62 Lampiran 3. Panduan wawancara ........................................................................... 64 Lampiran 4. Hasil skoring pretest ........................................................................... 65 Lampiran 5. Hasil skoring posttest.......................................................................... 67 Lampiran 6. Hasil uji normalitas data dan uji T-Test.............................................. 69 Lampiran 7. Hasil wawancara................................................................................. 70 Lampiran 8. Leaflet PMS ........................................................................................ 81

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan informasi kesehatan

  khususnya di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup memuaskan. Di sisi lain kemajuan tersebut hendaknya disertai dengan kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk terus menciptakan pola hidup sehat. Farmasis sebagai salah satu tenaga kesehatan dituntut untuk lebih berperan aktif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat karena banyak kasus penyakit yang semakin meningkat dewasa ini. Farmasis dapat berperan aktif untuk memberi pelayanan informasi kesehatan kepada masyarakat secara intensif guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menciptakan pola hidup sehat.

  Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu

  Penyakit Menular Seksual (PMS) yang sampai saat ini masih menyita perhatian kita. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik tertentu yang diakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Duarsa, 2005). Hasil penelitian Lentera PKBI Yogyakarta pada tahun 1995, menyatakan bahwa 90% penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan penderita HIV/AIDS. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS menjadi salah satu penyebab utama penyebaran virus HIV, karena dalam hubungan seksual terjadi proses pencampuran cairan tubuh. Human Immunodeficiency Virus

  (HIV) ini sendiri hidup dan berkembang biak pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak (Ba’ali, 2005).

  Sejak munculnya kasus pertama AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 1987 di Bali, pertumbuhan HIV/AIDS menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data statistik, dilaporkan bahwa dalam triwulan Oktober sampai Desember 2006 perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia telah mencapai 1207 kasus untuk AIDS dan 986 kasus untuk infeksi HIV. Secara kumulatif infeksi HIV dan kasus AIDS dari 1 April 1987 sampai dengan 31 Desember 2006, sebanyak 5230 untuk infeksi HIV dan 8194 untuk kasus AIDS, dengan kasus kematian sebanyak 1871 (Anonim, 2006b). Klinik Griya Lentera mencatat sampai dengan Mei 2006 angka kasus HIV/AIDS di DIY mencapai 308 kasus. Jenis PMS yang lain seperti Gonore, Sifilis, Klamidia yang dilaporkan dari bulan Januari sampai dengan September 2006, angka kejadian tertinggi ditempati oleh penderita Gonore dengan jumlah 23 kasus, diikuti penderita Klamidia sebanyak 3 kasus dan untuk kasus Sifilis belum ditemukan angka kejadian selama periode tersebut.

  Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap tertularnya PMS. Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya merupakan populasi terbesar pengidap HIV di Asia (Aprilianingrum, 2002). Salah satu penyebabnya yaitu, tingkat pengetahuan PSK tentang PMS yang relatif rendah sehingga banyak diantara mereka dalam melayani tamu tanpa menggunakan alat pelindung (kondom), kecuali atas permintaan si tamu (Sutama, 2005). Seorang PSK dapat menjadi hospes ataupun sebagai sumber dari penularan PMS sebagai akibat dari sikap mereka yang tidak sehat, yaitu: sering berganti pasangan dalam berhubungan seks dan kesadaran penggunaan kondom yang masih rendah.

  Pernyataan di atas telah memberikan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk melakukan pelayanan informasi berupa Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta yang sudah dikenal sebagai tempat yang menyuguhkan layananan ekstra bagi kaum lelaki. Edukasi yang diberikan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta agar mau mengubah perilaku mereka dari unsafe sex menjadi safe sex sebagai salah satu cara untuk mencegah penyebaran PMS khususnya HIV/AIDS yang semakin meningkat.

1. Perumusan Masalah

  Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Seperti apakah karakteristik PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja?

  b. Apakah terjadi perubahan nilai pengetahuan dan sikap yang signifikan setelah pemberian edukasi pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006? c. Berapakah persentase peningkatan nilai pengetahuan PSK di lokasi Pasar

  Kembang Yogyakarta tahun 2006 setelah pemberian edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja? d.

  Berapakah persentase peningkatan nilai sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 setelah pemberian edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja?

  2. Keaslian Penelitian

  Penelitian dengan subjek PSK di lokasi Pasar Kembang pernah dilakukan oleh Putranto (2002) dengan judul “Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan PSK perempuan di Lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta” dan Sutama (2005) tentang studi penggunaan antibiotika pada kalangan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Dalam penelitian kali ini metitikberatkan pada pengaruh edukasi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006. Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu terletak pada tema yang diangkat, waktu pelaksanaan serta metode penelitian yang digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan metode pretest dan

  

posttest untuk melihat pengaruh edukasi yang sudah diberikan dan dilakukan

wawancara terstruktur sebagai penguat data kuisioner.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai wacana bagi pihak- pihak terkait yang menangani masalah PMS.

  b. Manfaat praktis Memberi pelayanan KIE tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sehingga diharapkan timbul kesadaran untuk berperilaku safe

B. Tujuan

  1. Tujuan umum

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta.

  2. Tujuan khusus a.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik PSK di lokasi Pasar Kembang yang menjadi responden dalam penelitian ini.

  b.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai pengetahuan dan sikap setelah pemberian edukasi pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta.

  c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan nilai pengetahuan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta setelah edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja.

  d. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan nilai sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta setelah edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Penyakit Menular Seksual (PMS)

  1. Pengertian

  Penyakit Menular Seksual didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis (Anonim, 2005a).

  2. Gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)

  Tanda-tanda umum individu yang terkena PMS adalah:

  a. keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada perempuan, terjadi peningkatan keputihan yang berwarna. kekuningan atau kehijauan dan memiliki bau yang tidak sedap,

  b. pada laki-laki gejalanya berupa rasa panas seperti terbakar dan sakit selama atau setelah kencing, c. luka terbuka dan luka basah di sekitar alat kelamin atau mulut, dapat terasa sakit ataupun tidak, d. tonjolan kecil-kecil (papules) di sekitar alat kelamin,

  e. kemerahan di sekitar alat kelamin, f. pada laki-laki timbul rasa sakit atau kemerahan yang terjadi pada kantung zakar, g. gejala pada perempuan berupa rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang dengan sendirinya seperti saat menstruasi, h. pendarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual (Anonim, 2005).

3. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) a.

  Gonore (GO) Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria sebagai Neisseria gonorrhoeae. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid yakni pada vagina perempuan sebelum pubertas.

  Gambaran klinis dan perjalanan penyakit GO pada perempuan berbeda dari laki-laki. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, penyakit dapat bersifat akut maupun kronik dan sering kali tanpa gejala sehingga umumnya perempuan datang berobat setelah terjadi komplikasi. Infeksi ini pada mulanya mengenai serviks uteri dan bersifat asimtomatik (Daili, 2005).

  Gejala pada laki-laki berupa rasa sakit yang timbul pada waktu buang air kecil atau ereksi. Keluar nanah dari saluran kencing terutama pada pagi hari atau sering kali tidak timbul gejala pada stadium dini. Pada perempuan gejala yang sering dirasakan berupa nyeri di daerah perut bagian bawah, kadang-kadang disertai keputihan dengan bau yang tidak sedap, serta rasa panas atau gatal saat buang air kecil.

  b. Sifilis (Raja Singa) Sifilis adalah penyakit penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri

  

Treponema pallidum . Penyakit ini bersifat kronis dan sistemik, menyerang

  seluruh organ tubuh. Pada perempuan yang sedang hamil, Treponema pallidum dapat menular pada bayi dalam kandungan (Hutapea, 2005).

  Pada fase awal, infeksi ini dapat menimbulkan luka yang tidak terasa sakit yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh lain. Jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya dengan gejala berupa ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok. Gejala lain berupa timbul luka yang bersih dan tidak nyeri di sekitar alat kelamin, anus dan mulut yang muncul 2-3 minggu setelah terkena infeksi. Pada 6-8 minggu kemudian, timbul pembengkakan kelenjar getah bening disusul dengan rasa badan yang tidak enak dan bercak kemerahan pada kulit. Gejala ini bisa hilang dengan sendirinya, tetapi infeksi tetap berlangsung sehingga dapat mempengaruhi organ tubuh yang lain untuk melakukan fungsi normalnya (Munajat, Nanang dan Bisri, 1998).

  c. Herpes Genital Herpes genital adalah penyakit pada alat kelamin yang disebabkan oleh

  Herpes Simplex Virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang

  berkelompok dengan dasar eritema. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 3-7 hari atau lebih. Gejala yang timbul dapat bersifat berat, tetapi bisa juga asimtomatik dimulai dengan rasa gatal dan terbakar di daerah lesi yang terjadi beberapa jam setelah timbulnya lesi (Judanarso, 2005).

  Herpes akan kelihatan 2-30 hari sesudah bersanggama. Gejala yang paling umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat kelamin, dubur atau mulut. Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan kemudian hilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan muncul dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul, alat kelamin akan terasa gatal atau panas. Gejala seperti flu kadang dialami pada saat muncul bintil-bintil tersebut. Infeksi herpes pada alat kelamin pada dasarnya tidak bisa dihilangkan, tetapi perkembangan klinisnya bisa dikurangi dengan pengobatan yang benar (Anonim, 2005).

  d. Klamidia Klamidia adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia

  trachomatis , terutama menyerang leher rahim. Masa tanpa gejala

  berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Gejala yang ditimbulkan mirip gonorea, tetapi biasanya lebih ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala apa pun. Pada perempuan, gejalanya berupa keluarnya cairan dari alat kelamin atau 'keputihan encer' berwarna putih kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul, dan terjadi pendarahan setelah hubungan seksual (Munajat, Nanang dan Bisri, 1998).

  Komplikasi dari penyakit ini dapat menyebabkan kemandulan terutama pada perempuan. Infeksi mata dapat dialami oleh bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang terinfeksi klamidia (Anonim, 2005a).

  e.

  Trikomoniasis vaginalis Trikomoniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

  , biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan

  Trichomonas vaginalis

  sering menyerang saluran urogenital bagian bawah pada perempuan dan laki-laki. Gejala trikomoniasis yang khas berupa keputihan yang banyak, kadang berbusa, kehijauan, berbau busuk, gatal, nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual (Djajakusumah, 2005).

  Pada perempuan, infeksi ini menyebabkan peradangan di vagina sehingga banyak mengeluarkan cairan yang berwarna kuning dan berbau tidak enak. Penyakit ini bisa tidak memiliki gejala, tetapi bila timbul gejala dapat berupa peradangan pada saluran kencing. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mikrokopik dari lendir vagina atau penis untuk identitifikasi adanya parasit (Anonim, 2005a).

  Prinsip umum untuk pengendalian PMS dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. mengurangi pajanan PMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan masyarakat terhadap perilaku risiko tinggi,

  2. mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi kelompok yang berisiko,

  3. meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan serta anjuran untuk mencari pengobatan yang tepat,

  4. membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik untuk yang simtomatik maupun asimtomatik serta pasangan seksual (Hakim, 2005).

  f. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

  Acquired Immune Deficiency Syndrome memiliki arti yang

  dijelaskan secara harafiah sebagai berikut: Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.

  Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit

  dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir (Anonim, 2006).

  Menurut Duarsa, AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi opportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini ditemukan oleh Luc Montagenier, seorang ilmuwan dari Institute Pasteur Perancis pada Januari 1983 yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala Limfadenopati, sehinggga pada waktu itu dinamakan Lympadenopathy Associated Virus (LAV).

  Robert Gallo pada tahun 1984 menemukan virus HTL - III (Human

  T Lymphotropic Virus ) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian

  lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus itu sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Commitee on Taxonomy of Viruses (1986) WHO memberikan nama resmi HIV (Duarsa, 2005).

  Human Immunodeficiency Virus cenderung menyerang jenis sel

  tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai permukaan Cluster of Designation 4 (CD4), terutama pada limfosit T4 yang mempunyai peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri (Duarsa, 2005).

  Satu cara untuk mengukur kerusakan pada sistem kekebalan tubuh adalah dengan menghitung jumlah sel CD4. Pada orang yang sehat jumlah sel CD4 berkisar antara 500-1500, sedangkan pada orang yang sudah terinfeksi HIV jumlah sel CD4nya bisa kurang dari 200 (Anonim, 2005b).

  Bila seseorang terinfeksi HIV maka virus tersebut terdapat pada seluruh cairan tubuhnya, namun yang memiliki potensi paling besar untuk menularkan hanya yang terdapat dalam sperma (air mani), darah, dan cairan vagina.

  Secara umum, gejala utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah: 1. berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, 2. demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan),

  3. diare kronik yang berkepanjangan (lebih dari satu bulan), 4. penurunan kesadaran dan gangguan neurologi.

  Gejala-gejala tambahan berupa: 1. batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan),

  2. kelainan kulit dan iritasi (gatal), 3. infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan,

  4. pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha (Anonim, 2006).

  Penularan virus HIV dengan cara berikut ini.

  1. Berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV, baik melalui vaginal (genital), dubur (anal), maupun mulut (oral).

  2. Memakai jarum suntik atau alat-alat lain seperti tindik, tatto, cukur kumis, jenggot yang tercemar virus HIV.

  3. Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungannya.

  (Anonim, 2005a) Obat untuk penyembuhan penyakit AIDS sampai saat ini belum ditemukan, sehingga satu-satunya cara yang efektif untuk menghindari penularan

  HIV dengan melalui langkah-langkah pencegahan sebagai berikut ini.

  1. Lebih aman berhubungan seksual dengan pasangan tetap. Hindari hubungan seksual di luar nikah.

  2. Gunakan kondom, khususnya bagi kelompok risiko tinggi.

  3. Sedapat mungkin menghindari tranfusi darah yang tak jelas asalnya.

  4. Bagi ibu yang positif HIV, dianjurkan untuk tidak hamil karena dapat menularkan kepada janinnya.

5. Menjamin sterilitas alat-alat medis dan non medis (Munajat, Nanang dan Bisri, 1998).

B. Kondom

  Kondom diartikan sebagai salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung yang berfungsi untuk menampung sperma (Anonim, 2006).

  2 Luas permukaan kondom sebesar 80 cm , dengan ketebalan 100 mikron.

  Rata-rata tebal serat hasil polimerisasi karet/lateks berdiameter 0,5 - 1,5 mm. Jalur dan lajur serat seperti tenunan kain tapi tidak beraturan dan saling bertumpuk dengan rata-rata 100 - 200 lapisan, jadi pori-pori tidak langsung menembus dari sisi lapisan dalam kesisi lapisan luar atau sebaliknya. Jumlah pori-pori (pinholes) maksimal 0,4 % berdasarkan uji kebenaran dengan pengisian 300 ml air pada suhu kamar. Diameter pinholes kondom rata-rata 1/60 mikron.

  Studi laboratorium menunjukkan bahwa kondom lateks sangat kedap untuk mencegah masuknya virus HIV, hepatitis dan herpes. Kondom yang terbuat dari usus domba tidak bisa digunakan untuk mencegah masuknya HIV. Hal tersebut diketahui dari penelitian yang dilakukan pada kondom yang terbuat dari usus domba melalui mikroskop elektron dengan pembesaran 30.000 kali. Pada penelitian itu menunjukkan bahwa partikel virus HIV yang berukuran 0,1 mikron bisa terlihat sehingga dapat disimpulkan kondom yang terbuat dari usus domba mempunyai pori yang lebih besar dibandingkan dengan kondom yang terbuat dari lateks (Anonim, 2007a). Kelebihan kondom: 1. efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar, 2. murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan oleh dan untuk masyarakat, 3. praktis dan dapat dipakai sendiri, 4. tidak ada efek hormonal, 5. dapat mencegah kemungkinan penularan PMS khususnya HIV/AIDS, 6. mudah dibawa, 7. kondom menggunakan pelicin atau pelumas sehingga dapat menambah frekuensi hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan, 8. kondom membantu suami yang mengalami ejakulasi dini, 9. membantu mencegah terjadinya kanker cerviks.

  Keterbatasan kondom: 1. kadang-kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom, 2. kondom hanya dapat dipakai satu kali, 3. secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan.

  (Anonim, 2006c) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kondom: 1. periksalah tanggal kadaluwarsa pada bungkus kondom. Periksalah kondisi bungkus kondom, jangan menerima atau membeli kondom yang bungkusnya sudah rusak, ada gelembung udara di dalamnya dan berlubang

  2. gunakan kondom baru setiap kali bersanggama 3. hati-hati membuka bungkus kondom, jangan sampai kondom sobek.

  4. pasang kondom sebelum kontak genital, untuk mencegah masuknya sperma atau bibit penyakit ke dalam vagina, (atau sebaliknya)

  5. hati-hati dalam memasang dan melepaskan kondom bagi mereka yang memiliki kuku panjang atau cincin dengan bagian yang tajam 6. jika pelicin yang ada pada kondom dirasa kurang, gunakan lubrikan atau jelly yang dianjurkan. Jangan gunakan bahan-bahan seperti vaselin, lotion, atau produk minyak lainnya, karena dapat meningkatkan kemungkinan robeknya kondom

  7. bila kondom pecah atau robek selama senggama, gunakan segera spermisida

  (busa atau gel), dan pertimbangkan menggunakan kontrasepsi darurat, untuk mencegah terjadinya kehamilan 8. simpan persediaan kondom di tempat yang sejuk dan kering. Jauhkan kondom dari sinar lampu neon dan letakan di tempat yang tidak terkena matahari langsung atau di tempat yang panas

  9. sebaiknya tidak meletakan kondom di saku celana, karena suhu tubuh dapat mempengaruhi kualitas kondom. Jangan gunakan kondom bila terlihat rusak atau lapuk, karena cenderung mudah robek (Farida, 2006).

C. Edukasi

  Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidik kesehatan adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu, kelompok ataupun masyarakat dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek (pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

  Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan atau input (perilaku pemakai sarana kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik-teknik pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran atau output (perubahan perilaku masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu (Sarwono, 2004).

  Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu, kelompok atau masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo, 1989). Penyuluhan kesehatan dilaksanakan melalui penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal dengan tujuan akhirnya adalah agar individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).

  Bentuk pendekatan yang dapat digunakan antara lain.

1. Bimbingan dan penyuluhan.

  Merupakan salah satu metode dimana kontak antara subjek penelitian dan peneliti lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh subjek penelitian dapat dipantau oleh peneliti sehingga nantinya dapat dibantu dalam proses penyelesaiannya. Caranya yaitu dengan memberi masukan-masukan positif tentang pendidikan kesehatan, yang pada akhirnya dapat diterima dan dipahami oleh subjek penelitian, sehingga diharapkan tumbuh kesadaran dari dalam diri subjek penelitian untuk mau mengubah perilakunya.

  2. Wawancara Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

  Wawancara antara petugas kesehatan atau peneliti dengan subjek penelitian untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Notoatmodjo, 2003).

D. Perilaku

  Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku sebagai reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Reaksi ini dapat bersifat pasif

  (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Berdasarkan batasan tersebut maka perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

  Perilaku dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus.

  1. Perilaku tertutup Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

  Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikapyang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

  2. Perilaku terbuka Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

  Secara umum, hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan yang membentuk sebuah perilaku dapat dilihat pada gambar 1. Lingkungan Pengetahuan

  Individu Manifestasi Perilaku

  Sikap Tindakan

  Pengalaman

  

Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

E. Pengetahuan

  Pengetahuan adalah pandangan subjek terhadap suatu stimulus yang ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan pembentukan sikap baik itu negatif maupun positif.