BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN - DOCRPIJM d8abd8cfa0 BAB VBAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN KOTA

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V
KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KABUPATEN
5.1.

Arahan Kawasan Strategis Kabupaten Probolinggo Dalam RTRW

5.1.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis
Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang memberikan kontribusi
secara lokal, regional maupun nasional, serta mempunyai pengaruh yang cukup
penting dalam lingkup kabupaten terhadap pengembangan ekonomi, sosial, budaya
dan atau lingkungan. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :


Tata ruang di wilayah sekitarnya;




Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau



Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan :

1.

Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang
memiliki kekhususan;

2.

Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi
yang ada di wilayah kabupaten;

3.


Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional, maupun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang jelas;

4.

Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh
terhadap

pertumbuhan

ekonomi

kabupaten

yaitu

merupakan


aglomerasi

berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :
a) potensi ekonomi cepat tumbuh;
b) sektor unggulan yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
c) potensi ekspor;
d) dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e) kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
BAB V - 1

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

f)

fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan;

g) fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangkan
mewujudkan ketahanan energi; atau

h) kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di
dalam wilayah kabupaten.
5.

Kawasan budi daya maupun kawasan lindung yang memiliki nilai strategis sosial
budaya di wilayah kabupaten, antara lain kawsan yang merupakan :
a) tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
b) prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
c) aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
d) tempat perlindungan peninggalan budaya;
e) tempat yang memberikan perlindungan terhadap keaneka ragaman budaya;
atau
f)

6.

tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang

memiliki :
a) peruntukan

bagi

pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa,
serta tenaga atom dan nuklir;
b) sumber daya alam strategis;
c) fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembanagn antariksa;
d) fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau

e) fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
7.

Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, antara lain merupakan :
a) tempat perlindungan keaneka ragaman hayati;
b) kawasan lindung yang ditetapkan sebagai perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punahatau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan;
c) kawasan yang memberi perlindungan keseimbangan tata guna air yang
setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
BAB V - 2

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

d) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro;
e) kawasan yang menuntut prioritas


tinggi peningkatan kualitas lingkungan

hidup;
f)

kawasan rawan bencana alam; atau

g) kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
8.

Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembagunan spasial wilayah kabupaten;dan

9.

Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
Kawasan yang termasuk kawasan strategis di Kabupaten Probolinggo di


antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, kawasan wisata alam
dan budaya yang tersebar di Kabupaten Probolinggo, Taman Nasional BromoTengger-Semeru, kawasan lindung, kawasan perkotaan dengan perkembangan
dinamis, lokasi industri strategis, kawasan sepanjang jalan arteri primer dan jalur
regional, kawasan sepanjang pantai utara, serta kawasan perkebunan (hortikultura),
yang perkembangannya akan dapat memberikan imbas positif pada sektor
perhubungan, perdagangan, hotel dan restoran serta industri kecil/kerajinan.
Beberapa kawasan strategis yang ada di Kabupaten Probolinggo ini kemudian
dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut:
1.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan Hankam

2.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi kabupaten;


3.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di wilayah kabupaten ;

4.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten ;

5.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup.

BAB V - 3

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

5.1.1.1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

A. Kawasan Andalan
Kawasan andalan merupakan salah satu kawasan strategis ekonomi. Kawasan
andalan adalah bagian dari kawasan budi daya,baik di ruang darat maupun ruang
laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
bagi kawasan tersebut dan kawasandi sekitarnya.

Sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional bahwa di Kabupaten Probolinggo terdapat kawasan andalan
Probolinggo-Pasuruan-Lumajang yang berpusat di Kota Probolinggo.

Kawasan

Probolinggo-Pasuruan-Lumajang dikembangkan karena mempunyai unggulan di
sektor pertanian, industri, pertambangan, perkebunan, pariwisata dan perikanan.Selain
itu dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali juga disebutkan bahwa Pengelolaan
ruang pada Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan – Lumajang dengan dilakukan
dengan prioritas tinggi.
Sesuai dengan hasil dari analisa ekonomi yang dilakukan di Kabupaten

Probolinggo, dan dari tujuan penataan ruang Kabupaten Probolinggo bahwa
Kabupaten Probolinggo memiliki potensi di bidang pertanian, pariwisata, perikanan
dan pertambangan. Untuk memantapkan dan mendukung Kabupaten Probolinggo
sebagai bagian dari kawasan andalan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang maka
pengembangan

yang

harus

pengembangan

agropolitan,

dilakukan
minapolitan,

di

Kabupaten
industri

dan

Probolinggo

adalah

ekowisata.

Dengan

pengembangan tersebut, diharapkan saling terkait dan berbentuk linkage antara
Kabupaten Probolinggo dengan kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya yang
termasuk dalam kawasan andalan.
Oleh sebab itu maka kawasan andalan merupakan ditetapkan sebagai
kawasan strategis nasional yang ada di Kabupaten Probolinggo. Untuk lebih jelasnya
lihat Tabel 5.1 dan Peta 5.1 tentang Rencana kawasan Andalan di Kabupaten
Probolinggo.

BAB V - 4

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.1 Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan – Lumajang
Kawasan
Andalan

Sektor Unggulan

Probolinggo- Pertanian
PasuruanLumajang Industri

Kawasan Andalan
Laut yang Terkait

Kota dalam Kawasan
PKN

DPS yang
Melayani

PKW

Kw. Andalan Laut.
Madura dsk

-

Probolinggo

Kali Rejoso

Sektor Unggulan:

-

Pasuruan

Kali Kendil

Pertambangan -Perikanan

-

-

-

Perkebunan

-Pertambangan

-

-

-

Pariwisata

-Pariwisata

-

-

-

Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional

B.

Kawasan Agropolitan
Kabupaten Probolinggo mempunyai kawasan strategis ekonomi berdasarkan

propinsi (KSP), yaitu :
a. Kawasan agropolitan regional yang merupakan sistem agropolitan Bromo – Tengger
– Semeru;
b. Pusat industri pengolahan pupuk dan pengolahan hasil ikan.
Kawasan agropolitan di Kabupaten Probolinggo terbagi menjadi 2 yaitu wilayah
pengembangan barat dan timur. Wilayah pengembangan barat yaitu Kecamatan
Sukapura, Kecamatan Sumber, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Tongas. Wilayah
pengembangan

bagian

timur

yaitu

Kecamatan

Tiris,

Kecamatan

Krucil

dan

Kecamatan Gading. Kecamatan tersebut dijadikan sebagai kawasan strategis dengan
pertimbangan karena sektor pertanian yang terdapat pada kawasan tersebut memiliki
kontribusi yang berarti bagi PDRB Kabupaten probolinggo dalam sektor primer.
Selain itu terdapat rencana peningkatan pendapatan hasil pertanian melalui
program Prima Tani di Desa Klampok Kecamatan Tongas, peningkatan pendapatan
masyarakat sekitar melalui kegiatan kepariwisataan di lokasi wisata air terjun
Madakaripura

(Desa

Lumbang,

Kecamatan

Lumbang),

peningkatan

usaha

peternakan sapi dalam rangka menunjang kebutuhan pabrik susu Nestle di Krucil.
Kawasan agropolitan yang terdiri atas tujuh kecamatan sebagai sentra produksi
pangan tersebut perlu untuk dilindungi karena diproyeksikan untuk tumbuh dan
berkembang melalui sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong,
menarik, menghela kegiatan pembangunan di Kabupaten Probolinggo khususnya
sektor pertanian.

BAB V - 5

PENYUSUNAN RPIJM
TAHUN 2014 - 2018

PETA 5.1
RENCANA KAWASAN ANDALAN

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V - 6

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

C. Kawasan Perikanan dan Minapolitan
Rencana penetapan kawasan strategis pada kawasan perikanan adalah
sebagai berikut :


Kecamatan Paiton merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan
perikanan tangkap karena di wilayah ini terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Paiton yang merupakan pusat pendaratan ikan di wilayah timur Kabupaten
Probolinggo. Perahu nelayan yang dilayani berasal dari Kecamatan Kraksaan dan
Kecamatan Paiton maupun dari daerah lain seperti Kabupaten Lamongan. PPP
Paiton diarahkan untuk menjadi basis kegiatan penangkapan baik skala kecil
maupun menengah dengan fasilitas pendukung meliputi kolam labuh, dermaga,
TPI, suplai BBM (SPDN), gudang es dan gudang dingin. Pengembangan selanjutnya
diarahkan pada penyediaan sarana cold storage, dok/slipway dan bengkel
nelayan. Keberadaan PPP Paiton juga mendorong perkembangannya industri
pengolahan ikan di daerah sekitarnya.



Kecamatan

Dringu

merupakan

wilayah

potensial

pengembangan

industri

pengolahan hasil perikanan. Wilayah ini merupakan sentra industri pengolahan ikan
rebus/pindang, ikan asin, terasi dan petis. Industri pengolahan ikan menyerap
bahan baku ikan segar baik dari Kecamatan Dringu sendiri (TPI Randuputih)
maupun kecamatan sekitar seperti Kraksaan dan Paiton bahkan daerah lain seperti
Banyuwangi

dan

Jember.

Keberadaan

obyek

wisata

Pantai

Bentar

bisa

dimanfaatkan untuk meningkatkan pemasaran hasil pengolahan ikan, mengingat
lokasinya yang berdampingan dengan sentra industri pengolahan ikan di Desa
Tamansari Kecamatan Dringu.
Kawasan Minapolitan dikembangkan secara terintegrasi antara Kecamatan
Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan, Banyuanyar, Paiton dan
Kecamatan Tiris.Kecamatan Banyuanyar dan sekitarnya (Maron, Gading, Tegalsiwalan)
merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan budi daya ikan di kolam
maupun keramba sungai. Kegiatan budidaya ikan terutama lele dan nila mulai
berkembang dan ditunjang keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) Klenang Lor untuk
mencukupi kebutuhan benih. Di wilayah ini pasokan air untuk kebutuhan budidaya
bias terpenuhi karena adanya saluran-saluran irigasi maupun sungai.

BAB V - 7

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Kawasan perairan sekitar Pulau Giliketapang Kecamatan Sumberasih dan
terutama di perairan Desa Binor, (gugusan Karang Kranji) Kecamatan Paiton,
merupakan kawasan strategis untuk perlindungan trumbu karang.

5.1.2.

Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Prioritas
Sesuai dengan penetapan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo dan

skenario pengembangan wilayah, maka ditetapkan rencana pengembangan
kawasan strategis prioritas, yaitu:
1.

Prioritas I : Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ecowisata, Industry
guna mendukung pengembangan wilayah barat.
Wilayah Kabupaten Probolinggo bagian barat mempunyai potensi yang besar
karena terdapat beberapa kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:


Kawasan agropolitan bagian barat yang terdiri dari Kecamatan Tongas,
Lumbang, Sukapura, Sumber.



Jalur Pariwisata Nasional-Internasional Tanaman Nasional Bromo Tengger
Semeru,



Pengembangan kawasan industry di Kecamatan Tongas.

Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang
Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten
Probolinggo bagian barat merupakan prioritas I pengembangan. Pengembangan
kawasan strategis bagian barat ini diarah pada pengembangan kawasan
agropolitan, ecowisata dan industry.
2.

Prioritas II : Pengembangan Kawasan Strategis pada Sistem Perkotaan Pendukung
Sistem perkotaan pendukung merupakan kawasan Perkotaan Kraksaan dan
kawasan pusat-pusat pelayanan. Pengembangan kawasan ini meruakan prioritas
pengembangan karena kawasan system perkotaan pendukung ini fungsinya
sebagai sentra-sentra pengembangan, simpul distribusi pelayanan dan simpul
penarik keterkaitan antar antar wilayah. Pengembangan kawasan ini diarahkan
sesuai dengan fungsi dan perannya seperti telah dirumuskan rencana struktur
ruang Kabupaten Probolinggo.

BAB V - 8

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

3.

Prioritas III: Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ekowisata, Industry
guna mendukung pengembangan wilayah timur.
Wilayah

Kabupaten

Probolinggo

bagian

timur

mempunyai

potensi

pengembangan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:


Kawasan agropolitan bagian timur yang terdiri dari Kecamatan Tiris, Krucil,
Gading.



Kawasan wisata Pegunungan Argopuro/Dataran Tinggi Hyang, arung jeram
Sungai Pekalen,



Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Paiton.

Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang
Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten
Probolinggo bagian timur merupakan prioritas III pengembangan. Sama halnya
dengan kawasan bagian timur, pengembangan kawasan strategis bagian timur ini
diarah pada pengembangan kawasan agropolitan, ecowisata dan industri.
4.

Prioritas IV: Pengembangan Kawasan Strategis Minapolitan
Selain

potensi

pertanian,

industri

dan

pariwisata,

Kabupaten

Probolinggo

mempunyai potensi yang besar di sektor perikanan. Potensi perikanan meliputi
perikanan laut disekitar laut Pantai Utara dan perikanan darat berupa budidaya
tambak. potensi perikanan tersebut juga telah didukung oleh sentra-sentra
pengolahan. Tetapi potensi perikanan kurang diperhatikan terutama untuk
perikanan laut. Sehingga kawasan perikanan laut dan kawasan tambak disekitar
Pantai Utara banyak yang mengalami alih fungsi ke industri, permukiman dan
perdagangan. Sehingga pengembangan kawasan strategis minapolitan berupa
pengembangan sentra-sentra perikanan sangat diperlukan dan menjadi prioritas
pengembangan. Pengembangan kawasan strategis minapolitan meliputi:


Pengembangan kawasan tambak disekitar Kecamatan Tongas, Sumberasih,
Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan dan Paiton.



Pengembangan kawasan budidaya laut tersebar di Kecamatan Tongas,
Sumberasih, Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan dan Paiton.

BAB V - 9

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

5.2.

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

5.2.1. Visi dan Misi
Visi, “Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang sejahtera, berkeadilan, mandiri,
berwawasan lingkungan, dan berakhlak mulia”.
Misi, (a). Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya
saing daerah, pertumbuhan ekonomi yang berbasis kerakyatan, dan optimalisasi
pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. (b). Mewujudkan masyarakat yang
berakhlak mulia melalui peningkatan otonomi daerah dalam penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik dan bersih.

5.2.2. Arahan Kebijakan Bidang Cipta Karya Kabupaten Probolinggo
Sasaran pembangunan daerah bidang Cipta Karya yang ingin dicapai oleh
Pemerintah Kabupaten Probolinggo selama kurun waktu lima tahun sesuai dengan
tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo
Tahun 2008 - 2013 adalah sebagai berikut :
A. Sasaran Meningkatnya Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi Pertanian,
Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.
Meningkatnya

Ketahanan

Pangan

Melalui

Optimalisasi

Produksi

Pertanian,

Perkebunan, Peternakan Dan Perikanan merupakan sasaran yang pertama dari
Tujuan Meningkatnya Perekonomian Daerah yang meliputi pertanian tanaman
pangan dan perkebunan, peternakan, serta kelautan dan perikanan. Dalam era
otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Probolinggo selalu berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang pembangunan
salah satunya melalui peningkatan ketahanan pangan daerah untuk menunjang
ketahanan pangan nasional. Bidang Pertanian selama ini mempunyai peran yang
cukup strategis dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect yang besar,
karena di sektor ini sebagian besar masyarakat Kabupaten

Probolinggo

menggantungkan hidupnya.
Permasalahan
Pembangunan di bidang Pertanian kedepan menghadapi masalah antara lain
semakin terbatas dan menurunnya daya dukung lahan dan kelangkahan sumber
daya alam pertanian ditengah kondisi adanya kecenderungan peningkatan
kuantitas dan kualitas kebutuhan pangan. Pada sisi lain kesempatan usaha
pertanian sebagai upaya penanggulangan krisis ekonomi belum menunjukkan
BAB V - 10

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

efektivitasnya dan belum mendorong terwujudnya sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan. Pengembangan kawasan
agropolitan terutama dengan Program Agrobisnis dan Agroindustri mempunyai
peluang/potensi pengembangan yang sangat besar serta berkemampuan dalam
menciptakan lapangan kerja, tetapi pelatihan dan penanganan proses produksi
serta informasi pasar dan penerapan teknologi tepat guna belum optimal.
Permasalahan kelangkaan pupuk pada saat tanam serta rendahnya harga pada
saat panen raya merupakan permasalahan klasik yang perlu penanganan
terpadu antar sektor, sehingga kebutuhan pupuk dalam jumlah, jenis, lokasi dan
waktu harus selalu terpantau sehingga pendistribusian secara tepat dapat
terlaksana. Adapun permasalahan ketahanan pangan meliputi:
1. Nilai Tukar Petani (NTP) masih rendah berarti pendapatan dan kesejahteraan
petani masih rendah, menyebabkan rendahnya kemampuan ketahanan
pangan keluarga
2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan yang bergizi
3. Belum optimalnya pengembangan sistem pengamanan pangan
4. Ketrampilan petani masih rendah
5. Distribusi dan ketersediaan pangan yang tidak merata, serta distribusi (waktu
dan Lokasi) harga pangan yang tidak merata, serta keberadaan dan fungsi
lumbung pangan masyarakat sebagai bagian dari penyangga pangan dan
sudah dikenal di kalangan petani belum berjalan secara optimal
6. Prasarana dan sarana distribusi pangan untuk menjangkau seluruh wilayah
konsumen belum memadai, sehingga arus lalu lintas pangan antar wilayah
dan antar waktu kurang lancar
7. Kelembagaan petani yang belum sepenuhnya berfungsi secara optimal.
Arah Kebijakan
Untuk mengatasi permasalahan urusan pertanian yang meliputi pertanian
tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan di Kabupaten
Probolinggo, maka arah kebijakan pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk:


Mempertahankan tingkat produksi pangan di Kabupaten Probolinggo



Melakukan

penganekaragaman

pangan

untuk

menurunkan

ketergantungan pada beras dengan rekayasa sosial terhadap pola
konsumsi masyarakat.
BAB V - 11

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

2. Kebijakan dalam peningkatan efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan
nilai tambah produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk:


Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan terpadu



Peningkatan daya saing produk pertanian dan perikanan melalui
dorongan untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil
pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas pertanian
dan

keamanan

pangan

serta

mengupayakan

perlindungan

petani/nelayan dari persaingan yang tidak sehat


Penguataan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengatasi
resiko usaha pertanian maupun dalam mendukung pengembangan
agroindustri



Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk
mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya.

3. Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku
pertanian dan perikanan lain beserta penguatan lembaga pendukungnya,
diarahkan:


Penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan
pembudidaya ikan



Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan
untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya
produktif



Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian/perikanan



Penerapan standar mutu produk



Peningkatan penganekaragaman pangan asal hewani dan ikani



Meningkatkan

ketersediaan

data

dan

informasi

yang

dapat

dipertanggungjawabkan, kontinyu dan tepat waktu


Mengembangkan infrastruktur pendaratan ikan



Meningkatkan

pengamanan lingkungan budidaya

peternakan

dan

perikanan terhadap penyakit hewan menular dan penyakit ikan.
B.

Sasaran Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi Daerah
Pembangunan Infrastruktur Daerah dan investasi daerah merupakan sasaran dari
Tujuan Meningkatnya Daya Saing Daerah yang meliputi Infrastruktur Sumber daya
Air; Transportasi dan Perhubungan; Perumahan dan Pemukiman; Energi dan
Ketenagalistrikan serta Tata Ruang.
BAB V - 12

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

1. Sumber Daya Air
Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan
dan meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumber daya
air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada
seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu berperikehidupan
yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu, pembangunan di bidang sumber
daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta
kehidupan masyarakat yang aman. Secara umum sumber air di wilayah
Kabupaten Probolinggo bersumber dari air permukaan dan air tanah.
Permasalahan
Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi sumber daya air di
Kabupaten

Probolinggo,

maka

dapat

dirumuskan

tentang

berbagai

permasalahan yang terkait dengan sumber daya air ini. Permasalahanpermasalahan tersebut adalah:


Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan sumber daya air
dalam perspektif ruang dan waktu



Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber
daya air, baik air permukaan maupun air tanah



Menurunnya kemampuan penyediaan Air



Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi



Lemahnya koordinasi, Kelembagaan, dan Ketatalaksanaan



Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.

Arah Kebijakan
Arah Kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah:


Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan
keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir,
antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan
demand dan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka
pendek dan kepentingan jangka panjang



Pendekatan vegetatif dalam rangka konservasi sumber-sumber air adalah
hal yang sangat perlu dilakukan karena begitu penting fungsi vegetatif
dalam konteks lingkungan



Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi
pada lima tahun ke depan difokuskan pada upaya peningkatan fungsi
BAB V - 13

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi
pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan
kinerja operasi dan pemeliharaan


Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi diselenggarakan dengan
berbasis partisipasi masyarakat dalam seluruh proses kegiatan. Untuk
mengendalikan kecenderungan meningkatnya alih fungsi lahan, akan
dikembangkan berbagai skema insentif kepada petani agar bersedia
mempertahankan lahan sawahnya



Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku
diprioritaskan

pada

pemenuhan

kebutuhan

pokok

rumah

tangga

terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah
strategis


Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat
dan wilayah strategis. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama
dilakukan pada daerah pusat kegiatan ekonomi. Pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air memerlukan penataan kelembagaan
melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masingmasing pemangku kepentingan



Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber
daya

air

dilakukan

secara

terencana

dan

dikelola

secara

berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan
dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air.
2. Transportasi dan Perhubungan
Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.

Pada umumnya

infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan sebagai
industri jasa. Transportasi merupakan sarana yang membantu pergerakan
manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya, oleh karena itu perlu adanya
suatu pengelolaan yang terpadu sehingga membantu kelancaran bagi
manusia untuk melakukan pergerakan interaksi fungsional antar pusat kegiatan
satu dengan yang lainnya. Sistem jaringan jalan mempunyai pengaruh yang
sangat kuat terhadap pola perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah.
BAB V - 14

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Tumpuan pergerakan regional dilayani oleh jaringan pergerakan kendaraan
bermotor di jalan raya dan sebagian kereta api.
Sistem jaringan jalan di Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan didominasi
oleh transportasi jalan raya dengan sarana dan prasarana yang telah
menjangkau seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dalam perkembangannya
sampai saat ini prasarana transportasi telah ditingkatkan melalui programprogram pembangunan jalan dan jembatan serta rehabilitasi jalan dan
jembatan yang ada. Melalui pembangunan dan peningkatan prasarana jalan
akan terbentuk suatu sistem jaringan yang mampu melayani pendistribusian
barang secara efektif serta upaya mengeliminir permasalahan-permasalahan
dalam transportasi.
Ruas jalan yang ada di Kabupaten Probolinggo terbagi dalam 3 kategori yaitu
: jalan negara panjangnya 38,21 km dalam kondisi baik, jalan Provinsi
sepanjang 54 km. Sedangkan jalan Kabupaten sepanjang 785,82 km. Menurut
kondisinya, jalan kabupaten terbagi dalam kondisi baik sepanjang 604,55 km,
kondisi sedang sepanjang 69,55 km dan kodisi rusak sepanjang 51,70 km serta
kondisi rusak parah sepanjang 60,02 km.
Permasalahan
Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi prasarana jalan di
Kabupaten Probolinggo, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan
yang terkait dengan prasarana jalan ini. Permasalahan-permasalahan tersebut
adalah :


Belum optimalnya pengelolaan prasarana jalan dan jembatan



Masih rendahnya jumlah jalan dan jembatan yang mantap



Masih rendahnya jumlah kapasitas jalan



Masih kurangnya layanan telekomunikasi



Kurangnya sarana dan prasarana transportasi desa miskin yang mantap



Kurang optimalnya kualitas kerja dan kualitas tingkat kompetensi aparatur



Masih

rendahnya

aksesibilitas

sarana

dan

prasarana

jalan

yang

mendukung sektor Pariwisata.
Arah Kebijakan
Arah kebijakan pembangunan prasarana Jalan, Jembatan dan Sarana
Telekomunikasi di Kabupaten Probolinggo diarahkan pada:


Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan
BAB V - 15

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO



Meningkatkan keselamatan trasportasi



Meningkatkan pengelolaan prasarana jalan dan jembatan



Penanganan seluruh ruas Jalan dan Jembatan dengan mengutamakan
pemeliharaan rutin dan berkala



Meningkatkan daya dukung dan kapasitas Jalan dan Jembatan untuk
mengatasi pertumbuhan lalu lintas



Membangun prasarana transportasi yang medukung pengembangan
daerah terpencil dan perbatasan



Meningkatkan profesionalisme dan SDM bidang penyelenggara prasarana
Jalan dan Jembatan



Membangun sistem jaringan Jalan yang menunjang kawasan strategis
potensial dan pariwisata



Meningkatkan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah kecamatan

C. Sasaran Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pencegahan Bencana
Pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan bencana merupakan
sasaran dari Tujuan Meningkatnya Pengelolaan Sumber Daya Yang Berkelanjutan
yang meliputi bidang lingkungan hidup.
Konstitusi mengamanatkan bahwa Sumber Daya Alam dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat dan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam
ini tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Fungsi perlindungan
lingkungan hidup meliputi pelayanan daerah terhadap manajemen limbah, air
limbah, penanggulangan polusi, konservasi sumber daya alam, tata ruang dan
pertanahan, penelitian dan pengembangan perlindungan lingkungan hidup serta
perlindungan lingkungan hidup lainnya.
Kawasan pantai secara umum merupakan kawasan lindung yang harus dijaga
kelestariannya. Kawasan yang harus dilindungi tersebut berupa hutan mangrove.
Mangrove selain berfungsi sebagai penangkis ombak yang dapat merusak pantai
juga

berfungsi

sebagai

tempat

hidup organisme

laut.

Apabila

kegiatan

pengrusakan ini tidak segera dikendalikan maka dikhawatirkan akan terjadi
kerusakan lingkungan pantai yang lebih parah lagi.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup Dan
Pencegahan Bencana Alam, yaitu :


Adanya kecenderungan peningkatan pencemaran lingkungan Hidup
BAB V - 16

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO



Semakin rusaknya habitat ekosistem pesisir dan laut, panjang pantai yang
terkena Abrasi mencapai 14 Km dan hutan Mangrove seluas 712 ha tersebar di
7

(tujuh)

kecamatan

yang

menyebabkan

perubahan

garis

pantai,

pencemaran laut, dan rusaknya habitat ikan.


Belum optimalnya pendayagunaan potensi kelautan



Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan ligkungan



Adanya keterbatasan data dan informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Arah Kebijakan


Peningkatan kelestarian hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan
hidup dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan



Peningkatan kegiatan penghijauan, Rehabilitasi lahan kritis dan Rehabilitasi
hutan lindung



Penegakkan hukum dan peningkatan koordinasi antar daerah dalam rangka
pengamanan hutan dan peredaran hasil hutan



Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir secara
lestari berbasis kemasyarakatan



Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir serta merehabilitasi ekosistem yang
rusak (terumbu karang dan mangrove)



Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup wilayah pesisir,
laut dan perairan tawar



Meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sumberdaya laut dan pesisir



Pengelolaan lingkungan alam dengan penekanan pengendalian kerusakan
dan pencemaran lingkungan



Pengelolaan lingkungan buatan dengan penekanan pengendalian kegiatan
yang berakibat kerusakan dan pecemaran lingkungan



Pengelolaan
kelembagaan,

lingkungan

buatan

sumberdaya

yang

manusia,

penekanan

peran

pada

pengusaha

kapasitas

dan

peran

masyarakat


Penegakkan hokum lingkungan agar masyarakat mematuhi peraturan
lingkungan yang berlaku



Perbaikan manajemen dan sistem informasi Lingkungan Hidup.

BAB V - 17

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

5.3.

Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

5.3.1. Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Probolinggo
Visi dari pokja Sanitasi Kabupaten Probolinggo adalah : “Terwujudnya
kabupaten

Probolinggo

sehat

dan

berwawasan

lingkungan

melalui

sanitasi

partisipasipatif tahun 2018”.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan
tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa
mengabaikan mandat yang diberikannya.

Adapun Misi Sanitasi Kabupaten

Probolinggo adalah sebagai berikut
Misi dari buku putih sanitasi Kabupaten Probolinggo adalah :
1.

Mewujudkan kualitas lingkungan sehat melalui pembangunan sanitasi yang
berwawasan lingkungan.

2.

Mewujudkan

partisipasi

pemberdayaan,

masyarakat

kesetaraan

gender

melalui

penjaringan

dan

kebersamaan

aspirasi,
dalam

pembangunan sanitasi
3.

Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas
pelayanan publik sektor sanitasi dan membudayakan prilaku hidup bersih
dan sehat.

5.3.2. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian
A. Sub Sektor Air Limbah
Tujuan:
Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Probolinggo melalui
pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan
lingkungan.
Sasaran:
1. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah
2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah
tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016.
3. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan
tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun
2016.
4. Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal pada akhir tahun 2016
BAB V - 18

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.2 Tahapan Pencapaian Air Limbah
No

Sasaran

1.

Peningkatan
sarana
dan
prasarana pengelolaan air limbah

2.

Tersedianya
perencanaan
pengelolaan air limbah domestik
dan industri rumah tangga skala
kabupaten pada akhir tahun 2016

3.

4.

B.

Meningkatnya
cakupan
kepemilikan
jamban
keluarga
dengan menggunakan
tangki
septic dari 43,71 % menjadi 73 %
untuk rumah tangga miskin pada
akhir tahun 2016 .

2012 2013 2014


6%

Tersedianya dan berfungsinya IPAL
Komunal pada akhir tahun 2016

2015

2016

















6%

6%

6%

6%









Sub Sektor Persampahan

Tujuan:
Mewujudkan lingkungan yang sehat , nyaman dan bersih di Kabupaten Probolinggo
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan.
Sasaran:
1. Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 8% menjadi 20%
pada akhir tahun 2016
2.

Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada
tahun 2016.

3.

Meningkatnya fasilitas pengolahan sampah di TPA

BAB V - 19

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.3 Tahapan Pencapaian Persampahan
No
1

C.

Sasaran

2012

2013

2014

2015

2016

Meningkatnya
cakupan
layanan
pengelolaan
persampahan dari 8 % menjadi
20% pada akhir tahun 2016

2

2

2

3

3

2

Mengurangi timbulan sampah
10
10
15
15
18
perkotaan
post
collection
hingga 68 m 3/hari pada tahun m3/hr m3/hr m3/hr m3/hr m3/hr
2016.

3

Meningkatnya
fasilitas
pengolahan sampah di TPA









Sub Sektor Drainase Lingkungan

Tujuan:
Meningkatkan Iingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Probolinggo melalui
penyediaan sarana dan prasarana drainase.
Sasaran:

1. Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada
akhir tahun 2016

2. Berkurangnya wilayah genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016
Tabel 5.4 Tahapan Pencapaian Drainase Lingkungan
No
1

2

Sasaran

2012

Tersedianya dokumen
manajemen sistem drainase
pada wilayah genangan pada
akhir tahun 2016
Berkurangnya wilayah
genangan dari 74 Ha menjadi 44
Ha pada akhir Tahun 2016

6Ha

2013

2014

2015 2016









6Ha

6Ha

6Ha

6Ha

BAB V - 20

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

D. Sub Sektor Higiene
Tujuan:
Mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang sehat dengan membudayakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat.
Sasaran:
1. Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62%
pada Tahun 2016.
2. Meningkatnya peran media dalam promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana.
Tabel 5.5 Tahapan Pencapaian Higiene
No
1

Sasaran

2012

2013

2014

2015

2016

Meningkatnya cakupan PHBS
strata utama dan paripurna
dari 21,82% menjadi 62% pada
Tahun 2016

6%

7%

8%

9%

10,18%

















2

Meningkatnya peran
dalam promosi PHBS

media

3

Peningkatan standar higiene
pada
masyarakat
yang
terkena bencana



5.3.3. Strategi Aspek Teknis dan PHBS
A. Sub Sektor Air Limbah Domestik
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor air
limbah tersebut adalah:
1.

Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah
a. Penambahan armada penyedot tinja
b. Penambahan IPLT

2.

Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah
tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016.
a. Melakukan kajian kelayakan pengelolaan air limbah domestik dan industri
rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan lingkungan hidup
BAB V - 21

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

b. Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah skala kabupaten
pada kawasan potensial (CBD) dan padat penduduk.
c. Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan air limbah
domestik dan industri rumah tangga dengan off site system pada wilayah CBD
dan wilayah padat.
3.

Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan
tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir
tahun 2016
a. Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga
untuk rumah tangga miskin.
b. Meningkatkan koordinasi antar SKPD untuk mensosialisasikan pentingnya
jamban dengan tangki septik.
c. Meningkatkan

pengetahuan

dan

ketrampilan

stakeholder

tentang

pengelolaan jamban keluarga sehat.
d. Meningkatkan kebutuhan

pengadaan

jamban keluarga sesuai standar

kesehatan
4.

Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal pada akhir tahun 2016
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder pengelolaan IPAL
komunal industri rumah tangga yang ramah lingkungan.
b. Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan IPAL

komunal IRT melalui

pengorganisasian pelaku industri.
c. Membangun sarana IPAL komunal industri rumah tangga di wilayah baru.

B.

Sub Sektor Persampahan
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor
persampahan tersebut adalah:
1.

Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 8% menjadi 20%
pada akhir tahun 2016
a. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
skala kabupaten
b. Optimalisasi pemanfaatan dan pembangunan TPA regional
BAB V - 22

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

c. Meningkatkan jumlah dan kinerja operator layanan persampahan skala
kabupaten
d. Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan persampahan
2.

Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada
tahun 2016.
a. Optimalisasi pengelolaan composting skala desa/kelurahan
b. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang konsep 3 R.
c. Meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta terkait pengelolaan sampah.

3.

Meningkatnya fasilitas pengolahan sampah di TPA
a. Meningkatkan ketersediaan sarana pengelolaan persampahan di TPA
b. Mengalihfungsikan TPA Leces menjadi pusat daur ulang dan komposting (3R)
skala regional

C. Sub Sektor Drainase Lingkungan
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor drainase
lingkungan tersebut adalah:
1.

Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada
akhir tahun 2016
a. Pengembangan perencanaan sistem drainase pada wilayah genangan yang
komprehensif dan terintegrasi
b. Pengembangan monitoring dan evaluasi melalui pemuktahiran basis data
drainase

2.

Berkurangnya wilayah genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016
a. Melaksanakan pembangunan sistem drainase pada wilayah genangan
b. Mengoptimalkan fungsi sistem drainase yang sudah ada
c. Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan drainase
lingkungan.

BAB V - 23

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

D. Sub Sektor Higiene
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor higiene
tersebut adalah:
1.

Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62%
pada akhir Tahun 2016.
a. Mengoptimalkan program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PHBS.
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader kesehatan lingkungan dalam
promosi PHBS.
c. Mengoptimalkan peran instansi pemerintah dan sekolah dalam pemicuan dan
penerapan PHBS.

2.

Meningkatnya peran media dalam promosi PHBS.
a. Mengembangkan program promosi PHBS yang menarik dan menjangkau
semua lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan pemahaman tentang PHBS melalui saluran-saluran (media)
informasi yang sudah ada.

3.

Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana alam
a. Peningkatan kualitas higiene di wilayah rawan bencana
b. Perbaikan kualitas sarana higiene pada jalur - jalur evakuasi

4.

Penurunan angka BABS
a. Meningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS

5.4.

Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS)

5.4.1. Permasalahan Sub-sektor Sanitasi
Berikut uraian permasalahan – permasalahan pada sub sektor sanitasi yang
dihadapi oleh Kabupaten Probolinggo :
A. Sistem Air Limbah :
User Interface:

Study EHRA Tahun 2011
Dari hasil Study EHRA angka kepemilikan Jamban Pribadi di
Kabupaten Probolinggo masih rendah yaitu 59.60%, sedangkan
sisa 40,40% BABnya di WC Umum, maupun di jamban keluarga
lain atau tetangga dan di sembarang tempat.

BAB V - 24

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI JAMBAN
PRIBADI DI KABUPATEN PROBOLINGGO

40.40%

TIDAK MEMILIKI

59.60%

MEMILIKI

Masyarakat Kabupaten Probolinggo jumlah KK yang BAB yang
terakses pada jamban sehat adalah 58,28 % sedangkan 41,70
% BABnya masih sembarang tembat (OD).
PERSENTASE JUMLAH KK YANG TERAKSES JAMBAN SEHAT
DI KABUPATEN PROBOLINGGO

41,70 %

Akses

58,28 %

Tidak Terakses

Pengumpulan&
Penampungan/
Pengolahan Awal:



Persentase Pembuangan Akhir Tinja :

Tidak ada

Air mengalir

Tidak mengalir

Kering

10.00%
4.69%

50.11%
35.25%



Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga:
Berdasarkan presentase pembuangan akhir tinja di
Kabupaten Probolinggo, dari 59,60% tidak semuanya
menggunakan tangki septic untuk pembuangan akhir tinja,
yaitu presentase jamban dilengkapi tangki septic 29,23%
sedangkan non tangki septic sejumlah 70,77%.

BAB V - 25

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Pengangkutan



Pengolahan Akhir
Terpusat



Daur Ulang
Pembuangan
Akhir:



Adapun pembuangan akhir tinja di Kabupaten
Probolinggo, septic tank 29,23%, cubluk 43,54%, saluran
drainase
2,58%,
sungai/danau/pantai/laut
16,76%,
kolam/sawah 0,76%, kebun/tanah lapang 5,21%, dan
lainnya 0,98%.
Buku Putih Tahun 2011
Hanya ada armada 1 truk penyedot tinja, pembuangan
tinja ke lokasi pembuangan yang bersebelahan dengan
TPA Seboro, praktek pengurasan tangki Kabupaten
Probolinggo 5 – 10 pengurasan tiap bulan. Melihat kondisi
tersebut diperlukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat
akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik.
Pengelolaan IPLT masih belum optimal sedangkan IPAL
terpusat di Kabupaten Probolinggo hanya terdapat 2 lokasi
di perumahan PLTU Paiton.
Pelaksanaan daur ulang pada limbah belum dilakukan,
karena volume penyedotan/pengurasan air limbah
domestik di Kabupaten Probolinggo relative kecil. Air
limbah domestik tersebut habis melalui proses penguapan
sebelum dilakukan proses pengelolaan.

B. Lain - lain
Pendanaan:





Kelembagaan
dan
Peraturan
Undang- Undang






Peran
Masyarakat






Relatif rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah
Belum adanya sektor swasta untuk melakukan investasi
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari
masyarakat
Belum memadainya perangkat Perda dan legalitas lain
(perdes) yang diperlukan dalam pengelolaan
Belum terpisahnya fungsi regulator dan Operator dalam
pengelolaan (saat ini dikelola oleh BLH)
Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait
pengelolaan
Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan
kebijakan
Masih rendahnya partisipan masyarakat
Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan system
yang berbasis masyarakat
Masih
kurangnya
sosialisasi
mengenai
pentingnya
pengelolaan
Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam
menggerakkan peran masyarakat

BAB V - 26

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.6
Permasalahan Utama Sub-sektor Persampahan
A. Sistem Persampahan Domestik
User Interface:
Study EHRA Tahun 2011
Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:
 Tingkat layanan penanganan sampah RT : mendapat layanan
pengangkutan sampah pada tahun 2011 hanya 2,79 % sedangkan
97,21 % untuk pengelolaan sampahnya dilakukan di rumah tangga
secara mandiri dan konvensional (dikubur, dibuang ke sungai,
dibuang ke lahan kosong dsb)
 Pengelolaan Sampah pada RT:

PERSENTASE PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA

2.79%
PENERIMA LAYANAN
SAMPAH

97.21%



NON PENERIMA
LAYANAN SAMPAH

Praktek Pengelolaan Sampah oleh RT:

NO

PENGELOLAAN

PERSENTASE
SAMPAH TINGKAT
KABUPATEN

2
3
4
5
6
7
8

Dibuang dan dikubur di lubang
galian
Dibuang
di lubang galian dan
dibakar
Dijadikan makanan binatang
Dikumpulkan di tempat sampah
Langsung dibakar
Dibuang sungai/laut/danau
Dibuang ke lahan kosong
Dibiarkan

20.10%
0.13%
3.74%
49.18%
5.09%
17.41%
0.77%

9

Lain-lain

1.22%

1

2.37%

Sedangkan limbah padat medis (infeksius) di Kabupaten Probolinggo
belum dikelola secara optimal, mengingat sebagian besar puskesmaspuskesmas belum dilengkapi alat pengelola limbah padat medis.
Pengumpulan
setempat



Penampungan
Sementara (TPS):



Jumlah alat angkut sampah kurang mencukupi serta kondisi
geomorfologi lahan beraneka ragam terutama di daerah selatan
sehingga tidak bisa melayani keseluruhan penduduk.
Baru ada 60 TPS dari total kebutuhan 89 unit. Serta terdapat 2 TPST di
kecamatan Maron dan Kraksaan

BAB V - 27

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN
KABUPATEN PROBOLINGGO



Pengangkutan:

Dari 60 TPS tersebut sebagian besar terbuat dari pasangan batu
bata dan tidak terpelihara serta ada TPS yang tidak berfungsi.
 Diperlukan TPS berupa landasan container dan transfer depo.
 Masih kurangnya sarana pengangkut, baru ada 12 truk
pengangkut unit yaitu truck armroll 4 unit, dump truck 6 unit, dan
truck bak 1 unit, dari total kebutuhan 24 armada pengangkut.
Kebutuhan armada pengangkut sampah sangat dibutuhkan
karena jumlah Timbulan sampah pada tahun 2011 adalah sebesar
2.098,74 m3/hari dengan komposisi sampah yang didasarkan pada
sampling, diperoleh data komposisi sampah Kabupaten
Probolinggo didominasi sampah organik 77,56% dan sampah nonorganik sebesar 22,44%.

(Semi) Pengolahan
Akhir
Terpusat:



Telah ada 5 kelompok proyek 3R

Daur
Ulang/Pembuangan
Akhir:



Dari 2 TPA yang ada, hanya 1 TPA (TPA Seboro) yang
pengelolaannya
menggunakan
sistem
sanitary
landfill,
sedangkan TPA leces tidak memungkinkan dikembangkan lagi
karena lahan yang sempit dan full capasity.
Luas wilayah Kabupaten Probolinggo yang sangat luas, terdiri dari
24 kecamatan, hanya 16 kecamatan yang dapat dilayani oleh
TPA Seboro. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan TPA Baru
disebelah barat agar akses pelayanan persampahan dapat
meningkat.



B. Lain-lain
Dokumen
Perencanaan
Kapasitas
Pengelolaan
Sampah







Kelembagaan



Pendanaan




Peran
Serta
Masyarakat
dan
Dunia
Usaha
/
Swasta
Peraturan
Perundangan
dan
penegakan
hukum:










Sudah ada Rencana Induk Pengelolaan Persampahan Kabupaten
Probolinggo.
Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten
Probolinggo hanya 1,8% atau 41,59 m3 per hari yaitu meliputi 16
Kecamatan dari 24 Kecamatan.
Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya
usaha pengurangan sampah dari sumbernya
Masih rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan Persampahan
TPA: dikelola dengan sanitary landfill, jika dikelola dengan 3R
dengan baik akan penuh pada