Uji efek kombinasi ekstrak metanol daun Piper betle L. dengan ekstrak metanol daun Piper crocatum Ruiz - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI EFEK KOMBINASI EKSTRAK METANOL DAUN Piper betle L.
DENGAN EKSTRAK METANOL DAUN Piper crocatum Ruiz & Pav.
TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Stefanus Leonardo Jonhalim
NIM : 158114031

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI EFEK KOMBINASI EKSTRAK METANOL DAUN Piper betle L.
DENGAN EKSTRAK METANOL DAUN Piper crocatum Ruiz & Pav.
TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Stefanus Leonardo Jonhalim
NIM : 158114031

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus bagi kamu – 1 Tesalonika 5:18

Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, sumber kehidupan, keselematan, dan pengharapanku

Papa, Mama, Alvin, dan seluruh keluarga besarku
Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan membantuku
Serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat, dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efek

Kombinasi Ekstrak Metanol Daun Piper betle L. Dengan Ekstrak Metanol
Daun Piper crocatum Ruiz & Pav. Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus” sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana farmasi (S.Farm.) di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan baik dan lancar.
Keberhasilan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari dukungan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1.

Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2.

Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3.

Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala Laboratorium

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk penggunaan segala fasilitas laboratorium selama
penelitian

4.

Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selalu memberikan saran, arahan, masukan serta bimbingan dari
penyusunan proposal, penelitian, sampai penyusunan skripsi

5.

Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi

6.

Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku dosen penguji yang
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi


7.

Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1 Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan informasi
selama perkuliahan dan ujian

8.

Pak Yohannes Wagiran, dan Kak Intan yang telah membantu pengerjaan
penelitian skripsi ini

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9.

Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang sudah mengajar dan membantu penulis selama perkuliahan


10. Mama Theresia Halimah, Gregorius Alvin Jonhalim, serta seluruh keluarga
besar (Junaidi Big Family) yang selalu memberikan semangat, dukungan,
serta doa kepada penulis
11. Teman-teman seperjuangan skripsi yang selalu berbagi cerita dan pelajaran
selama skripsi, Anastasianus Hendriana, Nadia Chandra Prasdiyanti, Galang
Adityas, Alamanda Febriani, Bryant Candi Mulya, dan Pipit Puspitasari
12. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada
penulis, Elsa Regita Sitompul, Agatha Tesalonika Rindu Asmara, Giacinta
Hestia, Misty Fa Wijaya, Anastasianus Hendriana, Reynaldo Tiara, Tommy
Aditya, Johannes Sianturi Baskoro, serta Komang Devani Parantini
13. Temen-temen Meja 2 A2 (Pharmacist Life), Tommy Aditya, Galang Adityas,
Anastasianus Hendriana, Desy Erlinda, Birgitta Lisbethiara Ardiani, Misty Fa
Wijaya, dan Giacinta Hestia yang sudah menemani perjalanan praktikum dari
semester 1 sampai semester 7
14. Para “Cikguku” yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis, Claresta Sartika, Nadia Chandra Prasdiyanti, Patricia Nathania
Widyastuti, Ni Luh Made Indiantari Dewi, Graciella Nadila, Tia Rahelsa
Turnip, serta Tommy Aditya
15. Teman-teman kelas sebelah yang selalu menemani penulis saat mengerjakan
tugas dan selalu memberikan semangat kepada penulis Oswin Surya Agung,

Maria Diana Intan Mas Mutiara, Oei Teresia Rosa Sandjaja, Preiffer Agus
Prasojo, Anastasia Dea Putri Wijayanti, Vinanda Oktaviani, Natalia Ingrid
Dermawan, Ervan Setyo Nugroho, dan Glenys Cindy Sunyata
16. Teman-teman yang merantau dari Palembang dan Baturaja untuk kuliah di
Yogyakarta yang selalu mendukung penulis Jovitha Indah Gisbtarani, Oswin
Surya Agung, Maria Magdalena Indriati Kartika, Septiana, Glenys Cindy
Sunyata, dan Sekar Karnesien Husin

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Latar Belakang: Kejadian resistensi bakteri Staphylococcus aureus pada
beberapa antibiotik sangatlah besar. Kejadian resistensi tersebut dapat diatasi
dengan alternatif mengganti antibiotik dengan ekstrak bahan alam. Daun sirih dan

daun sirih merah diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Dalam penelitian ini,
dilakukan pengujian efek kombinasi dari ekstrak metanol daun sirih (EMDS)
dengan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah posttest only control group design.
Metode difusi sumuran digunakan untuk melihat diameter zona hambat (mm)
yang dihasilkan dari perlakuan yakni EMDS 100mg/ml, EMDSM 200mg/ml,
kombinasi EMDS:EMDSM dengan perbandingan 1:1; 2:1; dan 1:2. Data diameter
zona hambat yang didapatkan diuji secara statistik dengan menggunakan uji
Kruskal-Wallis dan perbedaan tiap kelompok diuji dengan uji Mann-Whitney.
Hasil: Pada metode difusi sumuran didapatkan rata-rata diameter zona hambat
dan SD dari EMDS 100mg/ml; EMDSM 200mg/ml; kombinasi EMDS:EMDSM
dengan perbandingan 1:1; 2:1; dan 1:2 secara berturut-turut adalah 2,8333±0,2886
mm; 1,1667±0,2886 mm; 2±1 mm; 2±0,5 mm; 1,1167±0,2886 mm. Analisis
statistik dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p=0,019 sehingga terdapat
perbedaan bermakna pada tiap perlakuan.
Kesimpulan: Diameter zona hambat yang didapat dalam kombinasi tidak
menunjukkan pelebaran zona hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus jika dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya.
Kata kunci: daun sirih, daun sirih merah, kombinasi bahan alam, difusi sumuran,

Staphylococcus aureus

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Background: The incidence of resistance of the Staphylococcus aureus bacteria
on some antibiotics is very large. The resistance event can be overcome by
alternatively replacing antibiotics with extracts of natural products. Betel leaf and
red betel leaf are known to have antibacterial activity. In this study, a combination
effect of betel leaf methanol extract (EMDS) and red betel leaf methanol extract
(EMDSM) was conducted on the growth of Staphylococcus aureus.
Method: The design of this study was posttest only control group design. The
well diffusion method is used to see the diameter of the inhibition zone (mm) that
results from the treatment of EMDS 100mg/ml, EMDSM 200mg/ml, combination
of EMDS:EMDSM with a ratio of 1:1; 2:1; and 1:2. Data obtained from the
diameter of the inhibition zone were tested statistically using the Kruskal-Wallis
test and the differences in each group were tested by Mann-Whitney test.
Results: In the well diffusion method obtained the average diameter of the

inhibition zone and SD from EMDS 100mg/ml; EMDSM 200mg/ml; combination
of EMDS:EMDSM with a ratio of 1:1; 2:1; and 1:2 in a row are 2.8333±0.2886
mm; 1.1667±0.2886 mm; 2±1 mm; 2±0.5 mm; 1.1167±0.2886 mm. Statistical
analysis with the Kruskal-Wallis test obtained a value of p=0.019 so that there
were significant differences in each treatment.
Conclusion: The diameter of the inhibitory zone obtained in combination did not
show a widening of the inhibitory zone in the growth of Staphylococcus aureus
bacteria when compared with its single extract.
Keywords: betel leaf, red betel leaf, combination of natural ingredients, well
diffusion, Staphylococcus aureus

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................ vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ...............................................................................................................x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
METODE PENELITIAN .........................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................9
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21
LAMPIRAN ...........................................................................................................25
BIOGRAFI PENULIS ...........................................................................................46

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat (mm) dari perlakuan ...............14
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95% .........................15
Tabel 3. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT .............................................................18

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Cara pengukuran diameter zona hambat ..........................................7

Gambar 2.

(a) Kadar air daun sirih; (b) Kadar air daun sirih merah ................10

Gambar 3.

Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih dengan
berbagai variasi konsentrasi ...........................................................12

Gambar 4.

Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih merah
dengan berbagai variasi konsentrasi ...............................................12

Gambar 5.

(a) Kontrol media; (b) Kontrol pertumbuhan bakteri .....................13

Gambar 6.

Uji difusi sumuran dari Kombinasi EMDS:EMDSM ....................14

Gambar 7.

(a) Hasil uji KLT menggunakan sinar UV 254 nm;
(b) Hasil uji KLT menggunakan sinar UV 365 nm;
(c) Hasil uji KLT menggunakan pereaksi semprot FeCl3 ..............17

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat determinasi tanaman (daun sirih) ..........................................25

Lampiran 2.

Surat determinasi tanaman (daun sirih merah) ...............................26

Lampiran 3.

Surat identifikasi bakteri Staphylococcus aureus ...........................27

Lampiran 4.

Sertifikat pengujian statistik dengan SPSS.....................................28

Lampiran 5.

Data diameter zona hambat dari perlakuan ....................................29

Lampiran 6.

Hasil Uji Tabung dan Organoleptis dalam Penelitian ....................30

Lampiran 7.

Hasil perhitungan statistik ..............................................................38

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi telah menjadi penyebab utama kejadian morbiditas dan
mortalitas pada manusia. Infeksi tersebut terjadi karena adanya patogen yang
bertahan dan berkembang biak dalam organisme lainnya yang disebut inang.
Patogen dapat merusak jaringan dan organ sel inang yang dapat menimbulkan
tanda dan gejala yang tidak diinginkan (Saker et al, 2004). Salah satu contoh
patogen yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yaitu Staphylococcus
aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri ekstraseluler Gram positif dan
merupakan bagian flora komensal pada manusia. Bakteri ini hidup di permukaan
mukosa manusia, yang dapat menyebabkan infeksi kulit hingga penyakit sistemik
yang mengancam jiwa (Coleman and Tsongalis, 2010). Pengobatan bakteri
Staphylococcus aureus pada manusia relatif terbatas (Hecker et al, 2010). Selain
itu masalah lainnya adalah adanya kejadian resistensi Staphylococcus aureus
terhadap beberapa antibiotik. Chudlori, Kuswandi, dan Indrayudha (2012)
melaporkan bahwa kejadian resistensi Staphylococcus aureus terhadap eritromisin
sebesar 50% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus, terhadap amoksisilin
sebesar 93,75% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus, terhadap tetrasiklin
sebesar 87,5% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus, dan terhadap cefotaksim
sebesar 50% pada 16 isolat pus Staphylococcus aureus.
Kejadian resistensi tersebut dapat diatasi dengan cara menggunakan
tanaman obat sebagai alternatif antibiotik (Buhner, 2012). Beberapa tanaman obat
yang dapat dijadikan sebagai alternatif antibiotik adalah daun sirih (Piper betle L.)
dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). Jayalakshmi, et al (2015)
melaporkan ekstrak metanol daun sirih dengan konsentrasi 100 mg/ml
menunjukkan zona hambat terhadap Staphylococcus aureus yakni dengan ratarata penghambatan sebesar 24,75 mm. Kusuma, Hendriani, dan Genta (2017)
melaporkan ekstrak etanol daun sirih merah menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 80% w/v, 60% w/v, 40%
w/v, dan 20% w/v dengan masing-masing diameter zona hambatnya yaitu 17,333
mm; 14,733 mm; 13,800 mm; dan 13,367 mm. Dalam penelitian Diaseptana
(2017) dilaporkan bahwa diameter zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

epidermidis dari infusa daun sirih, infusa daun sirih merah, dan kombinasi kedua
infusa tersebut secara berturut-turut adalah 5,3 mm; 5,2 mm; dan 3,5 mm. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis oleh infusa kombinasi lebih rendah dibandingkan dengan masingmasing infusa tunggalnya. Infusa merupakan suatu teknik ekstraksi dengan cara
panas yang menggunakan pelarut air pada suhu penangas air (96-98oC) selama
15-20 menit (Departemen Kesehatan RI, 2000). Pada penelitian Syahidah, et al
(2017) melaporkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun sirih (EMDS) dengan
metode KLT menunjukkan bahwa EMDS mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Pada penelitian Hartini, dkk (2013)
melaporkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM)
dengan metode uji tabung menunjukkan bahwa EMDSM mengandung senyawa
minyak atsiri dan tanin serta dengan metode uji KLT menunjukkan bahwa
EMDSM mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Menurut Blesson, et al
(2015), terdapat beberapa efek dalam kombinasi ekstrak antara lain efek sinergis
(efek gabungan lebih kuat dari efek agen tunggal), indifferent (efek gabungan
sama dengan efek masing-masing agen tunggal), dan efek antagonis (efek
gabungan lebih lemah daripada efek masing-masing agen tunggal).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari kombinasi EMDS
dengan EMDSM dengan metode maserasi, dengan melihat zona hambat yang
dihasilkan dari kombinasi antara kedua ekstrak tersebut dengan menggunakan
metode difusi sumuran. Maserasi merupakan suatu teknik ekstraksi dengan cara
dingin yang menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan
yang dilakukan pada suhu kamar (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Perbandingan kombinasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk kedua ekstrak
tersebut adalah 1:1; 2:1; dan 1:2 dengan tujuan untuk melihat pengaruh volume
yang diberikan terhadap zona hambat yang dihasilkan dari masing-masing
perbandingan dalam kombinasi. Selain itu, dalam penelitian ini dilakukan uji
kualitatif untuk mengetahui profil senyawa yang terdapat dalam EMDS, EMDSM,
serta

masing-masing

perbandingan

kombinasinya

kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji tabung.

2

dengan

menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design).

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik, oven,
blender, pengayak, alat destilasi toluena, shaker, corong Buchner, vakum, kertas
saring, rotary evaporator, inkubator, mikropipet, waterbath, bunsen, Biology
Safety Cabinet (BSC), pelubang sumuran 6mm serta alat-alat gelas (gelas beker,
tabung reaksi, cawan petri, batang pengaduk, erlenmeyer, labu takar, jarum ose,
corong).
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri uji
Staphylococcus

aureus

yang

didapatkan

dari

Laboratorium

Kesehatan

Yogyakarta; daun sirih dan daun sirih merah yang diperoleh dari daerah Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta; media Nutrient Agar (Oxoid), media Nutrient Broth
(Oxoid), Buffered Peptone Water (Oxoid) yang diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma; pelarut metanol
teknis, toluene P, Dimetilsulfoksida (DMSO) 1%, aquadest.

Penyiapan Bahan Uji dan Determinasi Tanaman
Daun sirih dan daun sirih merah yang diperoleh dari daerah Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Daun sirih yang dipilih merupakan daun sirih
dengan permukaan halus, tidak berlubang, berwarna hijau muda, dan ukuran daun
dengan diameter 5-8 cm; serta daun dirih merah yang dipilih merupakan daun
sirih dengan permukaan halus, tidak berlubang, berwarna merah, dan ukuran daun
dengan diameter 5-8 cm. Daun sirih dan daun sirih merah kemudia dideterminasi
di Fakultas Farmasi Bidang Biologi dan Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembuatan Simplisia Daun Sirih dan Daun Sirih Merah
Daun dipisahkan dari bahan pengganggu seperti tanah, rumput, bagian
tanaman yang tidak dibutuhkan (batang), bagian yang rusak, dan lain-lain, lalu
daun dicuci dengan air mengalir sambil dibersihkan sebanyak 3 kali. Kemudian
daun sirih dipotong melintang dengan ukuran sedang hingga kecil (sekitar 4-7
mm). Setelah dipotong, kedua daun sirih tersebut dikeringkan dalam oven dengan
suhu 40oC. Daun sirih dan daun sirih merah yang telah kering dipisahkan dari
bahan-bahan pengganggu yang masih tersisa seperti simplisia yang sudah busuk
serta simplisia yang sudah berjamur, kemudian dibuat serbuk dengan
menggunakan blender, lalu diayak dengan pengayak nomor 50 dan kemudian
disimpan (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011).

Penetapan Kadar Air Pada Simplisia Daun Sirih dan Daun Sirih Merah
Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2011) penetapan kadar air
dilakukan dengan metode destilasi toluena (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan RI, 2011). Prosedur kerja: Pereaksi toluen jenuh air dibuat
terlebih dahulu dengan cara mengocok toluen P dengan sedikit air kemudian
dibiarkan terpisah dan lapisan air dibuang. Setelah itu, 10 gram simplisia kering
daun sirih dan 200 ml toluen jenuh air dimasukan dalam labu. Toluen jenuh air
dimasukan ke tabung penerima melalui pendingin sampai leher alat penampung
dan labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih,
penyulingan diatur dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga
sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikan hingga 4
tetes tiap detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Setelah selesai, tabung
penerima didinginkan hingga suhu ruang dan kemudian volume air dibaca setelah
air dan toluen terpisah. kadar air dihitung dengan menggunakan rumus:
adar air

volume air ml
x
berat simplisia yang ditimbang g

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Sirih (EMDS) dan Ekstrak Metanol
Daun Sirih Merah (EMDSM)
Pembuatan EMDS dan EMDSM dilakukan dengan maserasi menurut
Thangaraj (2016); dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (2010), yang
tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10 gram serbuk simplisia ditimbang
dan dilarutkan ke dalam 100 ml pelarut metanol, ditutup, kemudian dibiarkan
selama 24 jam, terlindung dari cahaya matahari, dan sambil diaduk dengan
menggunakan alat shaker. Hasil maserat kemudian disaring dengan menggunakan
corong Buchner yang dilapisi kertas saring Whatman No. 1 sambil di vakum.
Serbuk hasil penyarian dimaserasi kembali dengan pelarut baru sebanyak 75 ml
selama 24 jam, dan kemudian dilakukan lagi maserasi kembali dengan cara yang
sama dengan menggunakan pelarut baru sebanyak 25 ml selama 24 jam. Hasil
maserat pertama, kedua, dan ketiga kemudian dimasukkan ke dalam rotary
evaporator pada suhu 65oC untuk menguapkan pelarut metanol yang terdapat
pada ekstrak. Kemudian, ekstrak diletakkan pada cawan petri dan diuapkan
kembali dengan menggunakan waterbath pada suhu 65oC untuk menghilangkan
pelarut yang masih terdapat dalam ekstrak. Ekstrak yang didapatkan merupakan
ekstrak kental dengan bobot tetap sesuai dengan syarat yang ada. Selanjutnya,
rendemen dihitung dengan menggunakan rumus:
endemen

bobot ekstrak g
bobot simplisia yang ditimbang g

(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011).

Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Metanol Daun Sirih (EMDS) dan Larutan
Stok Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM)
Pembuatan larutan stok EMDS dan larutan stok EMDSM diadaptasi dari
penelitian Madduluri, Rao, dan Siratam (2013), dengan cara sebanyak 4 gram
ekstrak kental daun sirih atau ekstrak kental daun sirih merah ditimbang, yang
kemudian dimasukkan ke dalam 10 ml Dimetil-sulfoksida (DMSO) 1% steril
sehingga diperoleh konsentrasi larutan stok 400 mg/ml.

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penyiapan Stok dan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri Staphylococcus aureus disiapkan dengan cara kultur bakteri
Staphylococcus aureus diambil dengan jarum ose dan diose ke media Nutrient
Agar dan Nutrient Broth steril yang kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama
20 jam untuk mendapatkan stok dan suspensi bakteri uji (Clinical and Laboratory
Standards Institute, 2017). Stok bakteri diambil secukupnya dan diencerkan
dengan Buffered Pepton Water (BPW) kemudian disetarakan kekeruhannya
dengan larutan Mac Farland 0,5 menggunakan alat nephelometer.

Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi Sumuran
Pertama-tama dilakukan uji aktivitas antibakteri dari masing-masing
ekstrak metanol daun sirih (EMDS) dan ekstrak metanol daun sirih merah
(EMDSM) dengan berbagai variasi konsentrasi (200 mg/ml, 150 mg/ml, 100
mg/ml, dan 50 mg/ml); selanjutnya dilakukan uji efek kombinasi dengan
menggunakan konsentrasi ekstrak terkecil yang dapat menghambat bakteri
Staphylococcus aureus dari masing-masing ekstrak. Kedua uji tersebut dilakukan
dengan menggunakan metode difusi sumuran, dengan cara suspensi bakteri yang
telah disetarakan dengan Mac Farland 0,5 diambil 1 ml kemudian ditambahkan
pada media NA steril, divortex, dan dipindahkan ke cawan petri secara pour plate.
Setelah media memadat, dibuat sumuran dengan 3 kali replikasi. Berikut yang
diujikan dalam pengujian efek kombinasi EMDS dengan EMDSM yaitu kontrol
negatif (berisi DMSO 1%, aquadest, dan Buffered Peptone Water dengan
perbandingan 1:1:1 (masing-masing 15 μl), konsentrasi EMDS tunggal 100 mg/ml
(sebanyak 15 μl), konsentrasi EMDSM tunggal 200 mg/ml (sebanyak 15 μl), serta
kombinasi kedua ekstrak dengan menggunakan masing-masing konsentrasi
tersebut dengan perbandingan 1:1 (sebanyak 15 μl untuk EMDS : sebanyak 15 μl
untuk EMDSM), 2:1 (sebanyak 30 μl untuk EMDS : sebanyak 15 μl untuk
EMDSM), dan 1:2 (sebanyak 15 μl untuk EMDS : sebanyak 30 μl untuk
EMDSM). Pengukuran dilakukan 24 jam setelah perlakuan dan diukur dalam
satuan mm. Zona hambat yang terukur adalah zona di sekitar sumuran yang keruh

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

namun masih lebih jernih dibandingkan dengan pertumbuhan di sekitarnya.
Pengukuran zona hambat dilakukan dengan rumus:

x-d

-

Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat
(Sendy, Pujiastuti, dan Ernawati., 2014).
Selain dibuat perlakuan juga dibuat kontrol media dengan cara sebanyak
20 ml media Nutrient Agar steril dipindahkan ke dalam petri, dan dibuat juga
kontrol pertumbuhan bakteri dengan cara sebanyak 20 ml media Nutrient Agar
steril ditambahkan dengan 1 ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus yang
kemudian di vortex dan dipindahkan ke cawan petri secara pour plate.

Identifikasi Kualitatif Senyawa dengan Metode KLT
Larutan uji yang masih berupa ekstrak kental ekstrak metanol daun sirih
(EMDS), dan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM), diencerkan
menggunakan pelarut DMSO 1%, dengan rancangan larutan uji yang ditotolkan
sesuai dengan perlakuan pada difusi sumuran yakni konsentrasi daya hambat
terkecil dari masing-masing ekstrak (100 mg/ml untuk EMDS dan 200 mg/ml
untuk EMDSM), serta kombinasi kedua ekstrak dengan menggunakan masingmasing konsentrasi tersebut dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2. Fase diam
yang digunakan yaitu silika gel 60 F254 dan fase gerak yang digunakan yaitu etil
asetat : toluen, yang dioptimasi terlebih dahulu dengan menggunakan
perbandingan 1:9 dan 9:1. Fase gerak etil asetat : toluen (1:9) tidak dapat
mengelusi kelima perlakuan sedangkan fase gerak etil asetat : toluen (9:1) dapat
mengelusi kelima perlakuan dalam penelitian ini, sehingga fase gerak yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu etil asetat : toluen (9:1).
Senyawa

pembanding

yang

digunakan

yaitu

kuersetin

untuk

mengidentifikasi senyawa flavonoid, diamati pada UV 254 nm dan 365 nm,
selanjutnya akan dideteksi dengan menggunakan larutan FeCl3 dan diamati lagi
7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada UV 254 nm dan 365 nm (Susanti dkk, 2017; Reveny, 2011). Parameter yang
diukur dalam identifikasi senyawa aktif adalah warna bercak yang dibandingkan
dengan pembanding atau pustaka yang digunakan (Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011) dan nilai Rf dari bercak yang terelusi.
Adapun plat KLT yang akan digunakan dengan rancangan: batas tepi bawah
sebesar 2 cm, jarak elusi senyawa 10 cm, jarak antar totolan perlakuan 1 cm, dan
batas tepi atas 1 cm.

Identifikasi Senyawa Antibakteri dengan Uji Tabung dan Organoleptis
Senyawa di dalam tanaman sirih yang diduga memiliki aktivitas
antibakteri adalah senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri
(Juliantina R dkk, 2009; Shah, Jhade, and Patel, 2016; Shahab, 2016).
Uji identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml larutan
uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dengan pemanasan,
ditambahkan serbuk logam magnesium sebanyak 0,1 gram dan 5-6 tetes asam
klorida, dalam waktu 2-5 menit larutan akan berubah warna menjadi warna merah
untuk flavonol atau warna oranye untuk flavonon (Hartini, 2016; MenKes RI,
1979). Uji identifikasi tanin dilakukan dengan cara sebanyak 0,5-1 ml larutan uji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 2 ml air, kemudian
ditambahkan larutan besi (III) klorida (FeCl3) 2-3 tetes. Timbulnya warna biru
kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin falat, dan jika warnanya hijau
kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin katekol (Hartini, 2016).
Uji identifikasi alkaloid dilakukan dengan cara sebanyak 5 ml larutan uji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan asam klorida 10% (1,25-2,5
ml), kemudian dimasukkan ke dalam 2 tabung, 1 tabung ditetesi dengan 2-3 tetes
reagen Mayer dan 1 tabung sebagai pembanding. Terbentuknya endapan berwarna
kuning keputihan menunjukkan keberadaan alkaloid (Hartini, 2016; MenKes RI,
1979). Uji identifikasi saponin dilakukan dengan cara sebanyak 2 ml larutan uji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan air sebanyak 2 ml,
sambil dikocok selama 5 menit. Terbentuknya buih setinggi 1cm-10cm

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menunjukkan adanya senyawa saponin. Pada penambahan asam klorida 2N, buih
tidak hilang (Hartini, 2016; MenKes RI, 1979; dan Kursia, 2016).
Uji identifikasi minyak atsiri dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml
larutan uji dimasukkan ke cawan porselin, kemudian diuapkan hingga diperoleh
residu. Adanya bau khas yang dihasilkan oleh residu tersebut menandakan adanya
minyak atsiri (Ciulei, 1984).

Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data pengukuran efek kombinasi ekstrak metanol daun sirih
dengan ekstrak metanol daun sirih merah dilakukan sebanyak 3 kali replikasi dan
dihitung rata-rata dan Standar Deviasi (SD). Data yang didapatkan yaitu diameter
zona hambat pada ekstrak metanol daun sirih tunggal (konsentrasi 100 mg/ml),
ekstrak metanol daun sirih merah tunggal (konsentrasi 200 mg/ml), serta
kombinasi kedua ekstrak dengan menggunakan masing-masing konsentrasi
tersebut dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2.
Analisis data diukur secara statistik yang diawali dengan menguji
distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan menguji homogenitas dengan
uji Levene. Apabila didapatkan data terdistribusi normal (nilai P > 0,05), maka
dilanjutkan dengan uji Anova satu arah, dan apabila ditemukan perbedaan, maka
dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey pada taraf kepercayaan 95%; namun
apabila didapatkan data terdistribusi tidak normal (nilai P < 0,05), maka
dilanjutkan dengan uji Kurskal-Wallis, dan apabila ditemukan perbedaan, maka
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun sirih dan daun sirih merah yang digunakan di dalam penelitian ini
didapatkan dari daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua tanaman
tersebut telah dideterminasi dengan cara melihat ciri-ciri dari tanaman tersebut.
Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang diteliti adalah daun sirih
dengan nama latin Piper betle L. yang ditunjukkan pada surat keterangan
(Lampiran 1.) dan daun sirih merah dengan nama latin Piper crocatum Ruiz &

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pav. yang ditunjukkan pada surat keterangan (Lampiran 2.) sehingga tanaman
yang digunakan dalam penelitian sudah tepat. Daun sirih yang telah terkumpul
kemudian dipisahkan dengan pengotor yang terdapat di daun, dicuci dengan
menggunakan air mengalir, dilakukan perajangan, dikeringkan, setelah kering
dipisahkan dari bahan-bahan pengotor yang masih tersisa, serta dilakukan
penyerbukan dan pengayakan.
Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar air pada serbuk simplisia
daun sirih dan serbuk simplisia daun sirih merah dengan menggunakan metode
destilasi toluena karena dalam penelitian ini menggunakan bahan yang telah
dikeringkan dan mengandung minyak menguap (Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011). Persyaratan kadar air untuk serbuk
simplisia yang dapat diterima adalah ≤

Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2014; Sulistyani, 2018). Kelebihan air pada serbuk simplisia dapat memudahkan
pertumbuhan mikroba, jamur, dan mikroorganisme lainnya (Sulistyani, 2018).
Dalam penetapan kadar air untuk serbuk simplisia daun sirih volume air
yang didapat adalah 0,4 ml dan berat serbuk yang ditimbang adalah 10,3271 gram
sehingga kadar air serbuk simplisia daun sirih yang didapatkan pada penelitian ini
yaitu 3,8733%, sehingga telah memenuhi persyaratan kadar air yang telah
ditetapkan yaitu ≤

, dan dalam penetapan kadar air untuk serbuk simplisia

daun sirih merah volume air yang didapat adalah 0,5 ml dan berat serbuk yang
ditimbang adalah 10,2294 gram sehingga kadar air serbuk simplisia daun sirih
merah

yang didapatkan pada penelitian ini yaitu 4,8879%, sehingga telah

memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan yaitu ≤

(a)

.

(b)

Gambar 2. (a) Kadar air daun sirih; (b) Kadar air daun sirih merah

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi merupakan suatu
teknik ekstraksi dengan cara dingin yang menggunakan pelarut yang cocok
dengan beberapa kali pengadukan yang dilakukan pada suhu kamar (Departemen
Kesehatan RI, 2000). Prinsip metode maserasi adalah pelarut masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga zat aktif akan larut dalam cairan
penyari yang kemudian zat aktif akan ke luar dari sel (Sulistyani, 2018). Hasil
maserasi kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi
kertas saring Whatman No. 1 sambil di vakum untuk memisahkan filtrat cair dan
serbuk. Filtrat cair kemudian diuapkan pada suhu 65oC untuk menghilangkan
pelarut metanol yang diketahui memiliki titik didih 65oC yang terdapat di dalam
ekstrak (Pubchem, 2018). Ekstrak yang didapatkan merupakan ekstrak kental
dengan bobot tetap. Menurut Direkotrat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan RI (2011), bobot tetap diperoleh apabila perbedaan 2 kali penimbangan
secara berturut-turut setelah dipijarkan selama 1 jam tidak melebihi 0,5 mg pada
penimbangan dengan timbangan analitik. Bobot ekstrak kental daun sirih yang
didapat adalah 12,5453 gram dan berat serbuk yang ditimbang adalah 60,9073
gram sehingga didapatkan % rendemen sebesar 20,5973%, serta bobot ekstrak
kental daun sirih merah yang didapat adalah 25,5670 gram dan berat serbuk yang
ditimbang adalah 134,5500 gram sehingga didapatkan % rendemen sebesar
19,0018%.
Bakteri yang digunakan dalam penelitian adalah Staphylococcus aureus
yang telah diidentifikasi di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta yang
ditunjukkan pada surat keterangan (Lampiran 3.) sehingga bakteri yang digunakan
dalam penelitian sudah tepat. Sebelum digunakan dalam penelitian, bakteri
Staphylococcus aureus dibuat stok dan suspensi bakteri uji dengan cara kultur
bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose dan diose ke media Nutrient Agar
dan Nutrient Broth kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 20. Stok bakteri
diambil secukupnya dan diencerkan dengan Buffered Pepton Water (BPW)
kemudian

disetarakan

kekeruhannya

dengan

larutan

Mac

Farland

0,5

menggunakan alat nephelometer jam (Clinical and Laboratory Standards Institute,
2017).

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada penelitian ini digunakan uji difusi sumuran untuk melihat zona
hambat dari ekstrak metanol daun sirih (EMDS) dan ekstrak metanol daun sirih
merah (EMDSM) serta kombinasi kedua ekstrak tersebut dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pertama-tama dilakukan uji aktivitas
antibakteri dari masing-masing ekstrak dengan berbagai variasi konsentrasi (200
mg/ml, 150 mg/ml, 100 mg/ml, dan 50 mg/ml); dengan rata-rata diameter zona
hambat ± SD yang dihasilkan dari konsentrasi tersebut untuk EMDS secara
berturut-turut sebesar 6 mm ± 0; 4,3333 mm ± 0,2887; 1,8333 mm ± 0,2887; dan
0 mm ± 0; serta rata-rata diameter zona hambat ± SD yang dihasilkan dari
konsentrasi tersebut untuk EMDSM secara berturut-turut sebesar 1,3333 mm ±
0,2887; 0,8333 mm ± 0,2887; 0 mm ± 0; dan 0 mm ± 0. Konsentrasi terkecil yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada penelitian
ini yaitu 100 mg/ml untuk ekstrak metanol daun sirih dan 200 mg/ml untuk
ekstrak metanol daun sirih merah.
Keterangan:
A = Kontrol negatif
B = EMDS konsentrasi 200 mg/ml
C = EMDS konsentrasi 150 mg/ml
D = EMDS konsentrasi 100 mg/ml
E = EMDS konsentrasi 50 mg/ml
*EMDS = ekstrak metanol daun sirih
Gambar 3. Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih dengan berbagai variasi
konsentrasi
Keterangan:
A = Kontrol negatif
B = EMDSM konsentrasi 200 mg/ml
C = EMDSM konsentrasi 150 mg/ml
D = EMDSM konsentrasi 100 mg/ml
E = EMDSM konsentrasi 50 mg/ml
*EMDSM = ekstrak metanol daun sirih
merah
Gambar 4. Uji difusi sumuran ekstrak metanol daun sirih merah dengan berbagai
variasi konsentrasi

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam penelitian ini EMDS konsentrasi 100 mg/ml memiliki zona
hambat (1,8333 mm) yang lebih kecil jika dibandingkan dengan zona hambat
EMDS konsentrasi 100 mg/ml pada penelitian Jayalakshmi, et al (2015) (24,75
mm) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini dapat dikarenakan
perbedaan tempat pengumpulan tanaman serta perbedaan teknik ekstraksi yang
dilakukan (dalam penelitian ini menggunakan teknik maserasi, sedangkan dalam
penelitian Jayalakshmi, et al (2015) menggunakan teknik sokhletasi).
Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan
konsentrasi terkecil dari masing-masing ekstrak yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, berikut yang diujikan dalam
pengujian efek kombinasi EMDS dengan EMDSM yaitu kontrol negatif (berisi
DMSO 1%, aquadest, dan Buffered Peptone Water dengan perbandingan 1:1:1
(masing-masing 15 μl), konsentrasi EMDS tunggal 100 mg/ml (sebanyak 15 μl),
konsentrasi EMDSM tunggal 200 mg/ml (sebanyak 15 μl), serta kombinasi kedua
ekstrak dengan menggunakan masing-masing konsentrasi tersebut dengan
perbandingan 1:1 (sebanyak 15 μl untuk EMDS : sebanyak 15 μl untuk EMDSM),
2:1 (sebanyak 30 μl untuk EMDS : sebanyak 15 μl untuk EMDSM), dan 1:2
(sebanyak 15 μl untuk EMDS : sebanyak 30 μl untuk EMDSM). Pengukuran
dilakukan 24 jam setelah perlakuan dan diukur dalam satuan mm. Zona hambat
yang terukur adalah zona di sekitar sumuran yang keruh namun masih lebih jernih
dibandingkan dengan pertumbuhan di sekitarnya. Selain itu juga dibuat kontrol
media serta kontrol pertumbuhan bakteri, dan dilakukan 3 kali replikasi.

(a)

(b)

Gambar 5. (a) Kontrol media; (b) Kontrol pertumbuhan bakteri

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kontrol

pertumbuhan

(gambar

5a)

menunjukkan

bahwa

bakteri

Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada media Nutrient Agar yang ditandai
dengan media yang menjadi keruh secara keseluruhan, sedangkan kontrol media
(gambar 5b) yang tampak bening menunjukkan bahwa media yang digunakan
tidak terdapat kontaminan.

Gambar 6. Uji difusi sumuran kombinasi EMDS:EMDSM
Keterangan:
A = Kontrol negatif; B = Ekstrak metanol daun sirih 100 mg/ml; C = Ekstrak
metanol daun sirih merah 200 mg/ml; D = Kombinasi EMDS : EMDSM (1:1); E
= Kombinasi EMDS : EMDSM (2:1); F = Kombinasi EMDS : EMDSM (1:2)
Hasil pengukuran diameter zona hambat uji efek kombinasi EMDS
dengan EMDSM terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus tercantum di
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat (mm) dari perlakuan
Perlakuan

Keterangan

A

Kontrol negatif

B

Ekstrak metanol daun sirih (EMDS) 100

Mean (mm) ± SD
0±0
2,8333 ± 0,2886

mg/ml
C

Ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM)

1,1667 ± 0,2886

200 mg/ml
D

Kombinasi EMDS : EMDSM (1:1)

2±1

E

Kombinasi EMDS : EMDSM (2:1)

2 ± 0,5

F

Kombinasi EMDS : EMDSM (1:2)

1,1167 ± 0,2886

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data zona hambat yang telah didapatkan selanjutnya dianalisis hasil
secara statistik (Lampiran 7.). Data diuji distribusi normalitasnya dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan didapatkan data tidak terdistribusi normal
karena terdapat data dengan nilai p < 0,05 yaitu EMDS 100 mg/ml, EMDSM 200
mg/ml, dan kombinasi 1:2. Selanjutnya, dilakukan uji Levene untuk melihat
homogenitas varian data. Hasil uji ini didapatkan nilai p = 0,159 (p > 0,05),
sehingga dapat dikatakan data homogen. Data yang didapatkan dalam penelitian
ini termasuk dalam data yang terdistribusi tidak normal dan data homogen. Oleh
karena itu, dilanjutkan dengan uji non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis. Dari
uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p = 0,019 (p < 0,05) sehingga terdapat
perbedaan bermakna pada data dalam penelitian ini, sehingga dilanjutkan ke uji
Mann-Whitney untuk melihat letak perbedaannya yang disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%
Perlakuan yang dibandingkan

Nilai p

Makna

Kontrol

EMDS 100 mg/ml

0,034

Berbeda bermakna

negatif

EMDSM 200 mg/ml

0,034

Berbeda bermakna

Kombinasi 1:1

0,037

Berbeda bermakna

Kombinasi 1:2

0,034

Berbeda bermakna

Kombinasi 2:1

0,037

Berbeda bermakna

EMDS

100 EMDSM 200 mg/ml

0,043

Berbeda bermakna

mg/ml

Kombinasi 1:1

0,246

Tidak berbeda bermakna

Kombinasi 1:2

0.043

Berbeda bermakna

Kombinasi 2:1

0,072

Tidak berbeda bermakna

EMDSM 200 Kombinasi 1:1

0,246

Tidak berbeda bermakna

mg/ml

Kombinasi 1:2

1,000

Tidak berbeda bermakna

Kombinasi 2:1

0,072

Tidak berbeda bermakna

Kombinasi

Kombinasi 1:2

0,246

Tidak berbeda bermakna

1:1

Kombinasi 2:1

1,000

Tidak berbeda bermakna

Kombinasi

Kombinasi 1:2

0,072

Tidak berbeda bermakna

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2:1
*EMDS = ekstrak metanol daun sirih
*EMDSM = ekstrak metanol daun sirih merah
Dari Uji Mann-Whitney yang didapatkan dalam penelitian ini dapat
dilihat bahwa EMDS 100 mg/ml dengan kombinasi 1:1 dan 2:1, serta EMDSM
dengan kombinasi 1:1. 2:1, dan 1:2 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
sehingga dapat dikatakan efek yang dihasilkan yaitu efek indifferent; selain itu
dapat dilihat juga bahwa EMDS 100 mg/ml dengan kombinasi 1:2 menunjukkan
perbedaan yang bermakna sehingga dapat dikatakan efek yang dihasilkan yaitu
efek antagonis. Dalam penelitian Hartini (2018) melaporkan bahwa kombinasi
infusa daun sirih dengan infusa daun sirih merah menunjukkan adanya efek
antagonis jika dibandingkan dengan masing-masing infusa tunggalnya serta efek
antagonis yang muncul ini dikarenakan adanya interaksi antar senyawa yang
terdapat dalam kedua infusa tersebut, sehingga efek indifferent ataupun efek
antagonis yang dihasilkan dari kombinasi EMDS 100 mg/ml dengan kombinasi
EMDSM 200 mg/ml dikarenakan adanya interaksi antar senyawa yang terdapat
dalam kedua ekstrak tersebut. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji efek
kombinasi EMDS dengan EMDSM dengan menggunakan metode checkerboard
karena hasil diameter zona hambat dari kombinasi pada penelitian ini tidak
menunjukkan pelebaran zona hambat pada pertumbuhan Staphylococcus aureus
jika dibandingkan dengan masing-masing ekstrak tunggalnya.
Senyawa yang diduga sebagai antibakteri pada daun sirih dan daun sirih
merah yaitu flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri (Shah et al,
2016; Shahab, 2016; dan Juliantina R dkk, 2009). Pada penelitian Syahidah, et al
(2017) melaporkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun sirih (EMDS) dengan
metode KLT menunjukkan bahwa EMDS mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Pada penelitian Hartini, dkk (2013)
melaporkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM)
dengan metode uji tabung menunjukkan bahwa EMDSM mengandung senyawa
minyak atsiri dan tanin serta dengan metode uji KLT menunjukkan bahwa
EMDSM mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada penelitian ini dilakukan analisa secara kualitatif untuk melihat
kandungan senyawa flavonoid yang terkandung dalam EMDS 100 mg/ml,
EMDSM 200 mg/ml, serta kombinasi kedua ekstrak tersebut dengan
perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2. Analisis kualitatif ini dilakukan dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam
menggunakan silika gel 60 F254 dan fase gerak yang digunakan yaitu etil
asetat:toluena (9:1) yang kemudian dideteksi dengan menggunakan sinar UV 254
nm dan 365 nm serta dideteksi dengan menggunakan pereaksi semprot FeCl3;
senyawa yang berfluorosensi pada sinar UV 254 nm menunjukkan bahwa
senyawa tersebut memiliki minimal dua ikatan rangkap terkonjugasi; senyawa
yang yang berfluorosensi pada sinar UV 365 nm menunjukkan bahwa senyawa
tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang lebih panjang; parameter yang
diamati yaitu warna bercak dan harga Rf yang dibandingkan dengan senyawa
pembanding (Susanti dkk, 2017; Reveny, 2011; Alen, Agresa, dan Yuliandra,
2017; DirJen BinFar dan AlKes RI, 2011).

(a)

(b)

(c)

Gambar 7. (a) Hasil uji KLT menggunakan sinar UV 254 nm; (b) Hasil uji KLT
menggunakan sinar UV 365 nm; (c) Hasil uji KLT menggunakan pereaksi
semprot FeCl3
Keterangan:
A = Baku flavonoid (kuersetin); B = Ekstrak metanol daun sirih 100 mg/ml;
C = Ekstrak metanol daun sirih merah 200 mg/ml; D = Kombinasi EMDS :
17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EMDSM (1:1); E = Kombinasi EMDS : EMDSM (2:1); F = Kombinasi EMDS :
EMDSM (1:2)
Tabel 3. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT

Deteksi

UV 254 nm

UV 365 nm

No

Rf Kuersetin dan
warna bercak

Rf EMDS 100

Rf EMDSM 200

mg/ml dan warna

mg/ml dan warna

bercak

bercak

1

0,8 cm; coklat

-

0,63 cm; ungu

2

-

-

0,71 cm; ungu

3

-

-

4

-

-

0,94 cm; hijau tua

1

0,8 cm; biru

-

0,48 cm; ungu

pudar

0,85 cm; kuning
kehijauan

muda

2

-

-

0,6 cm; ungu tua

3

-

-

0,85 cm; merah
muda

4

-

-

0,95 cm; ungu
kehitaman

FeCl3

1

0,8 cm; coklat

Rf Kombinasi
Deteksi

No

1:1 dan warna
bercak

UV 254 nm

0,97 cm; hijau tua

Rf Kombinasi 2:1

Rf Kombinasi 1:2

dan warna bercak

dan warna bercak

1

0,62 cm; ungu

0,64 cm; ungu

0,61 cm; ungu

2

0,73 cm; ungu

0,71 cm; ungu

0,71 cm; ungu

0,85 cm; kuning

0,87 cm; kuning

0,84 cm; kuning

kehijauan

kehijauan

kehijauan

0,93 cm; hijau tua

0,92 cm; hijau tua

0,49 cm; ungu

0,45 cm; ungu

3

4
UV 365 nm

0,89 cm; biru tua

1

0,93 cm; hijau
tua
0,49 cm; ungu

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

muda

muda

muda

2

0,6 cm; ungu tua

0,61 cm; ungu tua

0,57 cm; ungu tua

3

0,86 cm; merah

0,87 cm; merah

0,85 cm; merah

muda

muda

muda

0,95 cm; ungu

0,97 cm; ungu

0,94 cm; ungu

kehitaman

kehitaman

kehitaman

0,88 cm; biru

0,86 cm; biru tua

0,86 cm; biru tua

0,95 cm; hijau tua

0,96 cm; hijau tua

4

FeCl3

1

tua
2

0,97 cm; hijau
tua

Berdasarkan data uji KLT diatas, dapat dilihat bahwa di dalam kelima
perlakuan tidak terdeteksi senyawa flavonoid kuersetin karena kelima sampel
tidak menunjukkan warna bercak dan Rf yang identik dan tidak sama seperti baku
kuersetin, namun dari warna yang dihasilkan berdasarkan hasil uji KLT pada
deteksi sinar UV 254 nm menunjukkan adanya senyawa flavonoid (selain
kuersetin) yang dilihat dari fluorosensi warna kuning (Skorek et al, 2016); selain
itu, pada deteksi sinar UV 365 nm menunjukkan adanya klorofil ataupun senyawa
lain yang tertutupi oleh klorofil yang dilihat dari warna kemerahan (Wagner,
Bladt, and Zgainski, 1983); dan dengan pereaksi semprot FeCl3 menunjukkan
adanya senyawa fenol yang ditunjukkan dari warna hijau tua (kehitaman) dan biru
tua (kehitaman) (Susanti dkk, 2017).
Dalam penelitian ini juga dilakukan uji tabung dan organoleptis untuk
melihat ada tidaknya senyawa-senyawa antibakteri seperti flavonoid, tanin,
alkaloid, saponin, dan minyak atsiri dari kelima perlakuan (EMDS dengan
konsentrasi 100 mg/ml, EMDSM dengan konsentrasi 200 mg/ml, serta kombinasi
kedua ekstrak tersebut dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2). Berdasarkan data
uji tabung dan organoleptis (lampiran 6.) dapat dilihat bahwa pada EMDS dengan
konsentrasi 100 mg/ml mengandung senyawa flavonoid yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna merah, senyawa tanin yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna hijau kehitaman, dan minyak atsiri yang ditandai
dengan adanya bau khas; EMDSM dengan konsentrasi 200 mg/ml mengandung

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

senyawa flavonoid yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna merah,
senyawa tanin yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna hijau kehitaman,
senyawa alkaloid ditandai dengan adanya endapan berwarna kuning, senyawa
saponin yang ditandai dengan adanya buih setinggi 2 cm, dan minyak atsiri yang
ditandai dengan adanya bau khas; serta kombinasi kedua ekstrak tersebut dengan
perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2 mengandung senyawa flavonoid yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna merah, senyawa tanin yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna hijau kehitaman, senyawa alkaloid yang ditandai
dengan adanya endapan berwarna kuning, dan minyak atsiri yang ditandai dengan
adanya bau khas.

KESIMPULAN DAN SARAN
Pada metode difusi sumuran didapatkan rata-rata diameter zona hambat
dan SD dari ekstrak metanol daun sirih (EMDS) 100 mg/ml; ekstrak metanol daun
sirih merah (EMDSM) 200 mg/ml; kombinasi EMDS : EMDSM dengan
perbandingan 1:1, 2:1, dan 1:2 secara berturut-turut adalah 2,8333 ± 0,2886 mm;
1,1667 ± 0,2886 mm; 2 ± 1 mm; 2 ± 0,5 mm; dan 1,1167 ± 0,2886 mm. Diameter
zona hambat yang didapat dalam kombinasi tidak menunjukkan pelebaran zona
hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus jika dibandingkan
dengan ekstrak tunggalnya.
Perlu dilakukan peningkatan konsentrasi ekstrak metanol daun sirih
(EMDS) dan peningkatan konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah
(EMDSM) sehingga zona hambat dalam kombinasi yang didapatkan diharapkan
lebih maksimal.

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Alen, Y., Agresa, F. L., dan