PERAN SERTA MODIN DALAM MANIPULASI DATA USIA CALON PENGANTIN dan PERTIMBANGAN YANG DIPAKAI (Studi Kasus di Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang) Tahun 2016 SKRIPSI

  

PERAN SERTA MODIN DALAM MANIPULASI DATA

USIA CALON PENGANTIN dan PERTIMBANGAN

YANG DIPAKAI

(Studi Kasus di Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan

  

Gunung Pati, Kota Semarang)

Tahun 2016

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

LINA PUJI LESTARI

  

NIM: 21112020

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSIYYAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

PERAN SERTA MODIN DALAM MANIPULASI DATA

USIA CALON PENGANTIN dan PERTIMBANGAN

YANG DIPAKAI

(Studi Kasus di Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan

  

Gunung Pati, Kota Semarang)

Tahun 2016

SKRIPSI

  

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

LINA PUJI LESTARI

  

NIM: 21112020

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSIYYAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (eksemplar) Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

  Kepada Yth, Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan, dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Lina Puji Lestari NIM : 21112020 Judul : Peran Serta Modin Dalam Manipulasi Data Usia Calon

  Pengantin dan Pertimbangan yang di Pakai (Studi Kasus di Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang) Tahun 2016.

  Dapat di ajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian nota pembimbing ini di buat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

  Salatiga, 9 September 2016 Pembimbing, Drs. Badwan, M.Ag NIP: 19561202 198003 1005

KEMENTERIAN AGAMA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

  Jl. Nakula Sadewa V no.9 Telp (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website

  PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PERAN SERTA MODIN DALAM MANIPULASI DATA USIA CALON

  

PENGANTIN dan PERTIMBANGAN YANG DI PAKAI (StudiKasus di

KelurahanSumurrejo, KecamatanGunungPati, Kota Semarang) Tahun 2016

  Oleh: Lina Puji Lestari

  NIM: 211-12-020 T elah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin, tanggal 26 September 2016, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqosyah Ketua Sidang : Dr. H. Muh. Irfan Helmy, L.c, M.A ________________ Sekretaris Sidang : Evi Ariyani, M.H ________________ Penguji I

  ________________ : Sukron Ma’mun , M.Si

  Penguji II : H. M. Yusuf Khummaini, M.H ________________ Salatiga, 26 September 2016 Dekan Fakultas Syari’ah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Lina Puji Lestari NIM : 211-12-020 Jurusan : Ahwal al Syakhshiyyah Fakultas

  : Syari’ah Judul Skripsi : Peran Serta Modin dalam Manipulasi Data Usia Calon

  Pengantin dan Pertimbangan yang di Pakai (Studi Kasus di Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang) Tahun 2016.

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan di rujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 26 September 2016 Yang Menyatakan Lina Puji Lestari NIM 211-12-020

  

MOTTO

“ MAN JADDA WAJADDA”

  

Barang siapa yang bersungguh maka dia akan mendapatkan apa yang

di inginkannya Karena tidak ada hasil yang menghianati proses.

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan teruntuk:

  • Ayahku Bapak Sumarno dan Ibuku Ibu Jumarti  Almarhum kakak kandung ku Supriyanto  Untuk seluruh keluarga besarku yang berada di desa Karang Sari dan desa Mranak  Untuk seluruh sahabat-sahabatku
  • Untuk teman-teman seperjuanganku, mahasiswa

    program studi Ahwal al Syakhshiyyah IAIN

    Salatiga angkatan 2012
  • Untuk teman teman Kuliah Kerja Nyata ku (Dony Armansyah, Ahmad Muzamil, Mohamad

    Khamim Jazuli, Siwi Puji Saraswati, Milatur

    Rodiyah, dan Farkhatul Jannah)

  

Kata Pengantar

  Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan untuk junjungan nabi para umat islam, nabi agung Muhammad SAW yang telah membawa semua ummat nya dari jaman jahiliyah menuju jaman yang penuh peradaban.

  Puji syukur pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 dalam ilmu Hukum Keluarga Islam pada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

  Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril, spirit, dan materiil, untuk itu kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd 2. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga, Ibu Dra. Siti Zumrotun M,Ag.

  3. Ketua Program Studi Ahwal al Syakhshiyyah IAIN Salatiga, Bapak Sukron Ma’mun S.HI, M,Si 4.

  Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Badwan, M.Ag yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, nasehat, bimbingan, sehingga skripsi ini dapat tersusun.

  5. Orang tua ku tercinta, Bapak Sumarno dan Ibu Jumarti yang selalu mencurahkan kasih sayang yang tidak henti diberikan untuk anak semata wayang nya.

  6. Para pemikir dan penulis yang karya-karyanya penulis gunakan untuk menyusun skripsi ini.

  7. Para Dosen yang telah memberikan banyak ilmunya, para karyawan dan staff Fakultas Syariah IAIN Salatiga yang telah memberikan bantuan administratif bagi penulis, serta para karyawan perpustakaan IAIN Salatiga.

  8. Ucapan terima kasih teruntuk teman seperjuangan ku, Putri Isnaini, Siti Karimah, Alfi Zubaidah, Yuni Setianingsih, Miftakhul Feri Sofiana, serta teman teman lain yang selalu memberikan motivasi supaya penulis tak berputus asa dalam menyusun skripsi ini.

  9. Ucapan terima kasih paling istimewa untuk Nurul Fadilah yang selalu menemani dalam penyusunan skripsi ini.

  10. Rekan-rekan KKN Desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik (Doni, Zamil, Khamim, Siwi, Mila, Farkha) yang juga selalu memberikan dukungan nya.

  Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan, penulis hanya mampu berdoa supaya kebaikan mereka di balas berlipat ganda oleh Allah SWT.

  Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran penyusun harapkan dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

  Penyusun,

  

ABSTRAK

  Lestari, Lina Puji. 2016. Peran Serta Modin Dalam Manipulasi Data Usia Calon

  

Pengantin dan Pertimbangan yang di Pakai (Studi Kasus di Kelurahan

Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang) Tahun 2016. Skripsi.

  Fakultas Syari’ah. Program Studi Ahwal al Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Badwan, M.Ag. Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan KetuhananYang Maha Esa. Di dalam pasal 7 UU No 1 Tahun 1974 sudah di jelaskan bahwa usia minimal menikah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi wanita. Pada zaman yang makin berkembang ini, serta dengan berkembangnya teknologihingga berakibat semakin bebas nya pergaulan yang memicu terjadinya seks bebas. Pada akhirnya apabila sudah terjadi kehamilan maka orang tua memutuskan untuk menikah kan anaknya walaupun sang anak masih di bawah umur. Orang tua meminta bantuan kepada modin untuk mendapatkan solusi dari masalah tersebut, dan dari modin memberi saran untuk usia anak tersebut di manipulasiagar pernikahan tercatat di KUA. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti: Apa saja faktor pendorong modin melakukan manipulasi usia, Apa yang menjadi faktor penyebab calon pengantin memanipulasi usia, Bagaimanakah pendapat masyarakat menyikapi pernikahan dibawah usia, Apakah dampak memanipulasi usia bagi calon pengantin dan modin. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendorong modin untuk melakukan praktek manipulasi data. Mengetahui faktor- faktor yang menjadi penyebab dari calon pengantin hingga mau usia nya di manipulasi. Mengetahui bagaimana pendapat masyarakat tentang terjadinya penikahan di bawah umur. Mengetahui dampak yang akan terjadi apabila modin dan calon pengantin memanipulasi data. Jenis penelitian yang di gunakan peneliti adalah penelitian kualitatif, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang atau pelaku yang di amati. Peneliti juga menggunakan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan segala aspek yang berhubungan dengan kasus yang akan di teliti, dalam penelitian ini kasusnya adalah peran serta modin dalam manipulasi data usia calon pengantin. Dalam kasus peran modin dalam manipulasi data usia calon pengantin dan pertimbangan yang di gunakan, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa yang menjadi pertimbangan untuk modin memanipulasi data usia calon pengantin yaitu rasa toleransi antar sesama makhluk Allah SWT, rasa kasihan terhadap seseorang karena orang tersebut sudah hamil yang di akibatkan dari pergaulan dan seks bebas dan hal tersebut menjadi faktor utama yang di jadikan modin untuk memanipulasi data agar calon pengantin tersebut dapat melaksanakan pernikahan.

  DAFTAR ISI SAMPUL................................................................................................................i GAMBAR LOGO.................................................................................................ii JUDUL SKRIPSI .................................................................................................iii NOTA PEMBIMBING.........................................................................................iv PENGESAHAN KELULUSAN...........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................vi MOTTO dan PERSEMBAHAN.........................................................................vii KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 D. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 4 E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 5 F. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6 G. Metode Penelitian .................................................................................... 7 H. Kerangka Teori ........................................................................................ 10 I. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13 BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Pernikahan Dan Hukum Pernikahan......................................15

  B.

  Rukun dan Syarat Menikah......................................................................17 C. Batasan Usia Pernikahan Menurut Fiqh...................................................19 D. Batasan Usia Pernikahan Menurut UU No 1 Tahun 1974........................21 E. Dispensasi Pernikahan.............................................................................30 BAB III PRAKTIK MANIPULASI UMUR OLEH MODIN DI KEL.

  SUMUR REJO A.

  Gambaran Umum Kel. Sumur Rejo .................................................... 38 B. Dasar Hukum Pembentukan Kantor Urusan Agama........................... 43 C. Peran Modin Serta Tugas PPN ............................................................ 46 D. Usia Ideal Menikah Menurut Warga Kel. Sumur Rejo ....................... 47 E. Wawancara Dengan Pengantin............................................................ 51 F. Wawancara Dengan Bapak Modin ...................................................... 58 G.

  Pandangan Masyarakat Tentang Menuakan Umur Calon Pengantin .. 64 H. Dampak Manipulasi Usia Menurut Modin dan Pengantin .................. 66

  BAB IV TINJAUAN DAN FAKTOR PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR YANG TERJADI DI KEL. SUMUR REJO A. Analisis Terhadap Faktor Pendorong Praktek Manipulasi Usia ......... 68 B. Analisis Pendapat Masyarakat Mengenai Pernikahan Dibawah Umur ..................................................................................................... 71 C. Dampak Manipulasi Usia ..................................................................... 73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................... 78 B. Saran .................................................................................................... 79 C. Kata Penutup ....................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel tentang jenis pekerjaan masyarakat SumurrejoTabel 3.2 Tabel tentang keyakinan yang di anut masyarakat SumurrejoTabel 3.3 Tabel tentang jenjang pendidikan masyarakat SumurrejoTabel 3.4 Tabel tentang usia ideal menikah bagi wanita menurut masyarakat

  Sumurrejo

Tabel 3.5 Tabel tentang usia ideal menikah bagi pria menurut masyarakat

  Sumurrejo

Tabel 3.6 Tabel tentang faktor yang di pertimbangkan untuk menikah

  Daftar Lampiran 1. Daftar Pertanyaan wawancara untuk modin.

2. Daftar pertanyaaan untuk usia ideal menikah menurut masyarakat

  Sumurrejo 3. Daftar pertanyaan untuk pengantin yang usia nya mau di manipulasi 4. Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi 5.

  Surat Izin Penelitian 6. Lembar Konsultasi Skripsi 7. Daftar Nilai SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan memiliki arti berkumpul atau menyatu, yaitu melalui suatu

  akad yang menghalalkan hubungan badan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dalam Al- Qur’an Surat Ar Ruum ayat 21 di sebutkan:

  ًةَْحَْرَو ًةَّدَوَم ْمُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِل اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو َنوُ َّكَفَ تَ ي تٍ ْوَ ِل تٍااَي َ ِلَ ِ َّنِإ Artinya : “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri- istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar- Rum 21].

  Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa: "Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang wanita

  dengan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. ".

  Jadi, pernikahan memiliki tujuan yang mulia yaitu membentuk suatu keluarga yang bahagia, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Dalam pasal 7 UU No 1 Tahun 1974 atau Undang Undang Perkawinan di Indonesia di atur mengenai usia minimal dari seorang calon pengantin yang berbunyi: “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilanbelas) tahun dan dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”. Ketentuan ini juga di pertegas pasal 15 ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menyatakan bahwa:

  1. Untuk kemaslahatan dan kerukunan rumah tangga hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang telah di tetapkan dalam pasal 7 UU No 1 tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya 16 tahun.

  2. Bagi calon mempelai yang belum mencapai 21 tahun harus mendapat izin sebagaimana yang sudah di atur dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4), dan (5) UU No 1 Tahun 1974. Alasan dari penetapan batas usia minimal untuk menikah bagi laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun dapat di lihat dalam aturan penjelasan pasal 7 UU No 1 Tahun 1974 yang menyebutkan bahwa tujuan dari adanya ketentuan batas minimal untuk menikah bagi laki-laki dan perempuan adalah untuk menjaga kesehatan suami, istri, dan keturunan.Ketentuan batasan umur seperti yang di sebut dalam penjelasan pasal 7 UU no 1 Tahun 1974 di dasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan. (Rofiq, Ahmad: 2003: 73) .

  Namun dengan berbagai alasan dan faktor, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar lingkungan, ketentuan dalam pasal 7 UU No 1 Tahun 1974 seperti tidak di hiraukan hingga banyak terjadi fenomena pernikahan dini atau pernikahan dengan usia yang masih belia di Kelurahan Sumurrejo pada khususnya. Banyak pasangan yang usia nya jauh dari ketentuan undang-undang sudah memiliki keinginan untuk menikah sehingga menggunakan berbagai cara supaya mereka tetap bisa melaksanakan pernikahan. Cara yang di tempuh antara lain yaitu dengan mengajukan dispensasi pernikahan yang di ajukan ke Pengadilan Agama tempat tinggal calon pengantin. Namun kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kewenangan Pengadilan Agama dan kurangnya sosialisasi dari Pengadilan Agama kepada masyarakat mengenai kewenangan apa saja yang di miliki, maka masyarakat memilih jalan pintas dengan cara meminta bantuan kepada modin untuk menikahkan anaknya dengan cara memanipulasi data tentang usia agar bisa melangsungkan pernikahan tanpa berfikir lebih panjang tentang dampak apa saja yang akan di terima apabila hal tersebut di langsungkan.

B. Fokus Penelitian a.

  Apa saja faktor pendorong terjadinya manipulasi usia ? b. Bagaimanakah pendapat masyarakat mengenai praktek manipulasi usia calon pengantin? c.

  Apakah dampak memanipulasi usia bagi calon pengantin dan modin? C.

  Tujuan Penelitian Tujuan di adakanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendorong terjadinya manipulasi data?

  2. Mengetahui bagaimana pendapat masyarakat tentang terjadinya praktek manipulasi usia calon pengantin yang terjadi.

  3. Mengetahui dampak yang akan terjadi apabila modin dan calon pengantin memanipulasi data.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Secara Teoritis:

  a) Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca.

  b) Dapat dijadikan referensi atau rujukan untuk penelitian sesudahnya.

2. Secara Praktis

  Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang praktek manipulasi data yang terjadi.

E. Penegasan Istilah 1.

  Definisi Modin Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Modin adalah juru azan; muazin; pegawai masjid; orang yang di panggil untuk membacakan doa. namun masyarakat sumurrejo menyebut modin merupakan orang yang di percayai dalam hal keagamaan, contohnya dalam hal pengurusan pernikahan dan dalam hal kepengurusan jenazah.

  Dalam hal pengurusan jenazah, modin di percayai menjadi pemandi jenazah laki-laki, membimbing dalam mengkafani, menguburkan, dan memberikan doa setelah jenazah selesai di kuburkan.

  Dalam hal pernikahan, modin di percayai dalam hal administrasi pendaftaran pernikahan. Mulai dari pengambilan surat-surat yang di jadikan syarat untuk mendaftar pernikahan di kelurahan, kemudian mendaftarkannya di kelurahan, kemudian memberikan berkas-berkas tersebut ke kecamatan untuk di validasi, dan kemudian membawa nya ke Kantor Urusan Agama (KUA) untuk di daftarkan supaya pernikahan tersebut di catat.

2. Definisi Merubah

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Berubah memiliki arti menjadi lain (berbeda) dari semula. Berubah dalam penelitian ini memiliki arti perbuatan modin dalam membuat perubahan usia calon pengantin dari akta kelahiran yang sudah di terbitkan sejak dia lahir.

  Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui peran modin dalam memanipulasi data usia calon pengantin yang berada di kelurahan Sumurrejo serta pertimbangan apa yang di pakai dalam manipulasi data usia tersebut. F.

  Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki tema besar sama dengan penulis, namun yang menjadikan penelitian ini berbeda adalah fokus penelitian. Dalam penelitian sebelumnya seperti skripsi dari salah satu mahasiswa IAIN Antasari Banjarmasin yang mengambil judul “Pemalsuan Data Identitas Diri Dalam Hal Usia Untuk Pencatatan Nikah Di Kalangan Masyarakat Kecamatan Banjarmasin Utara”. Dalam skripsi tersebut hanya di jelaskan mengenai pencatatan perkawinan yang terjadi di lokasi yang di pilih oleh penulis tersebut.

  Penelitian lain adalah hasil skiripsi dari mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bernama Zulkarnain dengan judul: “Manipulasi Identitas Dalam Perkawinan (Studi Kasus pada KUA Kecamatan Kadugede, Kuningan-Jawa Barat). Dalam skripsi tersebut fokus penelitian terletak pada pemalsuan identitas yang di lakukan oleh seseorang untuk kepentingan poligami yang di duga akibat kurangnya pengawasan dari pihak Kantor Urusan Agama (KUA).

  Sedangkan penulis mengambil judul “Peranserta Modin Dalam Merubah Data Usia Calon Pengantin dan Pertimbangan yang dipakai (Studi kasus di Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang), fokus penelitian adalah bagaimanakah peran mudin dalam menuakan usia calon pengantin yang terjadi di masyarakat Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Sehingga walaupun memiliki tema besar yang sama yaitu pemalsuan identitas namun memiliki fokus penilitian yang di tuliskan dalam skripsi berbeda.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian hasil studi kasus. Oleh karena itu sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersal dari bahan observasi dan wawancara. Penelitian semacam ini disebut dengan penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis dan lisan dari orang atau pelaku yang di amati.

  Peneliti menggunakan metode pendekatan deskriptif yang bertujuan menggambarkan segala aspek yang berhubungan dengan peran mudin untuk memanipulasi data usia calon pengantin.

2. Sumber Data a.

  Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.

  Macam-macam data primer adalah sebagai berikut: 1)

  Dokumen Dokumen artinya barang-barang tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010:201). 2)

  Informan atau Responden Informan atau responden adalah orang yang bisa memberikan informasi dan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat dalam bentuk tulisan (Arikunto, 2010:188) .

  Informan dalam penelitian ini adalah modin dan para pengantin yang usia nya pernah di manipulasi pada saat menikah yang bertempat tinggal wilayah di Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Selain itu para masyarakat yang bertempat tinggal di Keluarahan Sumurrejo. b.Data Sekunder

  Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen- dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi dan peraturan perundang-undangan.

  Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian.

  3. Prosedur Pengumpulan Data a.

  Observasi Observasi di artikan sebagai pengamatan,dan pencatatan secara sistematik terhadap penelitian tersebut.

  b.

  Wawancara Tekhnik wawancara penulis gunakan sebagai penggalian data-data kajian langsung dari pihak-pihak yang berkaitan.

  Wawancara di lakukan kepada modin, para calon pengantin yang usianya di manipulasi, serta masyarakat Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi adalah hasil dari penelitian baik berupa gambar ataupun tulisan sebagai penguat data. Dokumentasi apat berupa foto,video, atau rekaman suara dari hasil wawancara kepada narasumber.

  4. Tahap-Tahap Penelitian Setelah peneliti menentukan tema dan judul yang akan diteliti, peneliti melakukan observasi pendahuluan ke Kelurahan

  Sumurrejo untuk mengetahui siapa modin yang berada di Kelurahan Sumurejo, selanjutnya setelah mengetahui siapa modin yang berada di Kelurahan peneliti kemudian melakukan wawancara terhadap modin tersebut untuk mengumpulkan data yang di butuhkan.

  Selesai wawancara dengan modin, penulis mencari info tentang warga yang usia nya telah di manipulasi pada saat hendak melangsungkan penikahan terdahulu kemudian mengumpulkan data dengan cara wawancara. Data-data yang sudah terkumpul akan di olah supaya dapat di sajikan dan di analisis.

H. Kerangka Teori

  Dengan lahirnya UU No 01 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Pemerintah No 09 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 antara lain mengatur tentang rukun dan syarat-syarat perkawinan, hingga terciptalah kepastian hukum dalam urusan perkawinan pada khususnya, dan urusan keluarga pada umumnya.

  Pada dasarnya perkawinan dapat terjadi apabila terdapat sebab- sebab, rukun dan syaratnya, dan sudah tidak ada hal-hal yang menjadikan penghalangan untuk berlangsungnya pernikahan. Pihak- pihak yang akan melangsungkan pernikahan juga sudah mengetahui apabila terdapat penghalang maka pernikahan tersebut tidak bisa dilangsungkan. Contoh penghalang tersebut adalah calon pengantin laki-laki dan perempuan ternyata memiliki ibu susuan yang sama. Syarat yang tidak kalah penting dalam melangsungkan sebuah pernikahan yaitu syarat batas usia minimal untuk seseorang tersebut bisa melangsungkan pernikahan yang tertuang dalam UU No 1 Tahun 1974 dalam pasal 7 yang berbunyi sebagai berikut:

  1. Perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

  2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.

  3. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang di maksud dalam pasal 6 ayat (6).

  Tentu saja pembatasan usia tersebut memiliki alasan yang mendasar. Alasan alasan tersebut antara lain adalah mencegah terjadinya ledakan jumlah penduduk. Apabila semakin rendah usia seorang wanita melangsungkan pernikahan maka tingkat kelahiran menjadi meningkat. Apabila tidak diberikan batasan minimal untuk seseorang diperbolehkan menikah, tentu saja akan membuat Indonesia menjadi padat penduduk karena tingkat kelahiran yang meningkat.

  Aturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah ini masih saja sering di hiraukan. Berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin mutakir membuat orang mudah mendapatkan informasi. Namun perkembangan zaman ini memiliki dampak yang kurang baik diantara nya pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang menjadi semakin bebas. Dengan adanya pergaulan bebas ini timbul pula seks bebas yang menimbulkan terjadinya kehamilan di luar pernikahan.

  Kehamilan yang tejadi mengakibatkan seseorang melangsungkan pernikahan walaupun usianya belum mencapai batas maksimal un tuk seseorang diperbolehkan menikah secara undang-undang. Sebenarnya apabila terjadi hal seperti ini bisa diajukan dispensasi pernikahan yang diajukan ke Pengadilan Agama yang berada di wilayah tempat tinggal seseorang tersebut. Sesuai pasal 7 ayat (2) dalam UU no 1 Tahun1974.

  Ketidaktahuan masyarakat terhadap hal ini menjadikan masyarakat lebih memilih meminta bantuan terhadap modin supaya bisa terjadi sebuah pernikahan. Masalah yang timbul adalah modin melakukan manipulasi terhadap data usia calon pengantin. Seharusnya modin yang lebih mengetahui peraturan yang berlaku di Indonesia memberikan arahan supaya calon pengantin tersebut mendafatarkan dispensasi pernikahan di pengadilan yang berwenang di daerah tersebut.

I. Sistematika Penulisan

  Sistematika pembahasan penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yang berisi hal-hal pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam memahami isi penelitian yang tercantum dalam penelitian ini. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan yang berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

  BAB II berisi tentang teori mengenai pengertian dan dasar hukum pernikahan, syarat dan rukun pernikahan, usia pernikahan menurut Fiqh, usia pernikahan menurut UU No 1 Tahun 1974, dan dispensasi pernikahan.

  BAB III berisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi gambaran umum tentang Kelurahan Sumurrejo, dasar hukum pembentukan KUA, peran modin serta tugas PPN (Pegawai Pencatat Nikah), usia ideal pernikahan menurut masyarakat Sumurrejo, wawancara terhadap pengantin yang usia nya di manipulasi pada saat menikah, wawancara terhadap modin dan dampak manipulasi usia menurut pengantin dan modin.

  BAB IV berisi analisis tentang hasil penelitian yaitu analisi tentang faktor pendorong modin melakukan manipulasi data, analisis tentang faktor pengantin yang data nya di manipulasi pada saat hendak menikah, analisis tentang pendapat masyarakt mengenai pernikahan di bawah umur, dan analisi terhadap dampak manipulasi usia.

  BAB V berisi kesimpulan dan saran.

BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Pernikahan dan Dasar Hukum Pernikahan 1. Pengertian Perkawinan Pengertian Perkawinan secara etimologis menurut Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , Pernikahan atau

  perkawinan berasal dari kata “kawin” yang berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.

  Pasal 1 ayat (2) UU No 1 Tahun 1974, berisi pengertian perkawinan yang berbunyi sebagai berikut: “ ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhana n Yang Maha Esa”.

  Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2, pengertian perkawinan berbunyi sebagai berikut: “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yang memiliki akad sangat kuat atau mitsaqon

  ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

  Jadi bisa disimpulkan bahwa pernikahan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan pernikahan merupakan suatu akad yang kuat karena pernikahan merupakan salah satu ibadah terhadap Allah SWT.

  b.

  Dasar Hukum Pernikahan Dasar hukum untuk melangsungkan pernikahan terdapat di dalam nash-nash Al-

  Qur’an. Ayat pertama yang menerangkan tentang dasar hukum menikah yaitu QS. An Nur ayat 32 yang berbunyi:

  “dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara

  kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba- hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Me ngetahui.”

  Ayat Al- Qur’an yang juga menjelaskan tentang dasar hukum pernikahan adalah QS An-Nisa ayat 4 yang berbunyi:

  “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita lain yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya,” B.

   Rukun dan Syarat Pernikahan

  Rukun merupakan sesuatu yang di haruskan ada dan menjadi penentu suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu menjadi rangkaian.

  Seperti membasuh muka dalam berwudlu, atau takbiratul ikhram dalam sholat. Sedangkan syarat adalah sesuatu yang harus ada dan menentukan syah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu tersebut bukan termasuk dari rangkaian pekerjaaan itu, contohnya menutup aurat dalam sholat.

2. Rukun Pernikahan

  Dalam pasal 14 Kompilasi Hukum Islam telah di sebukan bahwa rukun dari sebuah pernikahan adalah sebagai berikut: i.

  Calon suami ii. Calon istri iii. Wali nikah iv. Dua orang saksi v. Ijab dan Qabul 3. Syarat Pernikahan

  Syarat syarat yang harus di penuhi untuk malangsungkan sebuah penikahan adalah sebagai berikut: i.

  Calon suami, syarat yang harus di penuhi sebagai berikut: 1.

  Islam

  2. Laki-laki 3.

  Jelas orangnya 4. Dapat memberikan persetujuan 5. Tidak terdapat halangan perkawinan ii.

  Calon istri 1.

  Islam 2. Perempuan 3. Jelas orangnya 4. Dapat dimintai persetujuannya 5. Tidak terdapat halangan perkawinan iii.

  Wali nikah 1.

  Laki-laki 2. Islam 3. Dewasa 4. Mempunyai hak perwalian 5. Tidak terdapat halangan perwaliannya iv.

  Saksi 1.

  Minimal dua orang saksi 2. Laki-laki 3. Islam 4. Dewasa 5. Berakal sehat 6. Hadir pada ijab qabul 7. Dapat mengerti maksud akad 8. Dapat mendengar dan melihat (Saabiq, Sayyid.

  1981:7) v. Ijab dan Qabul 1.

  Adanya pernyataan mengawinkan dari wali 2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria

  3. Memakai kata-kata nikah , tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut.

  4. Antara ijab dan qabul bersambungan 5.

  Antara ijab dan qabul jelas maksudnya 6. Orang yang sedang dalam ijab qabul tidak sedang dalam ihram (haji atau umrah) (Hasan, Ali.

  2003:91).

C. Batasan Usia Pernikahan Menurut Fiqh

  Al- Qur’an tidak menyebutkan secara kongkrit berapa usia yang diperbolehkan untuk seseorang melangsungkan pernikahan. Dalam Al- Qur’an hanya menyebutkan seseorang diperbolehkan menikah ketika mereka sudah cukup umur, sudah cukup umur disini memiliki arti setelah timbul keinginan untuk berumah tangga, dan siap menjadi suami serta mampu memimpin keluarga. Berdasarkan ketentuan umum tersebut, para fuqoha dan ahli undang-undang sepakat menetapkan, seseorang di minta pertanggung jawaban atas perbuatan nya dan mempunyai kebebasan menentukan hidupnya setelah baligh.

  Balig memiliki arti sampai atau jelas. Yakni anak-anak yang telah sampai usia tertentu yang menjadi jelas baginya segala urusan atau persoalan yang dihadapi. Pikirannya telah mampu mempertimbangkan atau memperjelas mana yang baik dan mana yang buruk. (Mujieb, Abdul.

  1994:37).

  Ulama-ulama madzhab sepakat bahwa tanda-tanda baligh untuk wanita adalah haid dan hamil. Hamil terjadi karena terjadinya pembuahan ovum oleh sperma, sedangkan kedudukan haid sama dengan mengeluarkan sperma laki-laki. (Mughniyad, Jawah. Tt:22)

  Untuk tanda atau ciri bagi seorang laki-laki dikatakan baligh para imam madzhab memiliki perbedaan pendapat. Imam Maliki, Syafi’i, dan Hambali menyatakan tumbuhnya bulu-bulu ketiak merupakan bukti baligh seseorang. Mereka juga menyatakan usia baligh untuk anak perempuan dan laki-laki sama yaitu 15 (lima belas) tahun. Sedangkan Imam Hanafi menolak tumbuhnya bulu ketiak sebagai bukti baligh seseorang, sebab bulu-bulu ketiak tidak ada bedanya dengan bulu lain yang tumbuh pada tubuh. Imam Hanafi menetapkan batas maksimal usia baligh seorang anak laki-laki adalah 18 (delapan belas) tahun dan usia minimalnya adalah 12 (dua belas) tahun, sedangkan usia baligh bagi anak perempuan adalah maksimal 17 (tujuh belas) tahun dan minimal 9 (sembilan) tahun.

  (Mughniyad, Jawah. Tt:23).

  Pendapat para ulama tersebut merupakan ciri-ciri pubertas yang hanya berkaitan dengan kematangan seksual yang menandai awal kedewasaan seseorang. Jika kedewasaan hanya merujuk pada semua tahap kedewasaan, maka pubertas hanya berkaitan pada kedewasaan seksual.

  Kedewasaan seseorang akan sangat menentukan pola hidup dan rasa tanggung jawab dalam berumah tangga untuk menghadapi kehidupan yang banyak akan mengalami problematika yang akan di hadapi dan tentu saja problematika yang terjadi ketika setelah menikah berbeda dengan saat sebelum menikah. Kedewasaan seseorang dalam berfikir dan bertindak juga merupakan salah satu unsur dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah.

  Lembaga pernikahan merupakan lembaga yang penting, maka seseorang yang akan melaksanakan perkawinan maka seseorang yang akan melaksanakan perkawinan harus mempunyai persiapan yang matang dalam segala bidang. Persiapan ini berkaitan dengan kedewasaan seseorang. Pada dewasa ini, kehidupan pada zaman sekarang ini sangat jauh berbeda dengan kehidupan zaman dahulu. Maka dari itu, untuk menentukan kedewasaan anak atau cukup umur adalah kedewasaannya bukan dari banyaknya umur dan tanda-tanda fisik (tubuh), melainkan juga secara psikis atau kejiwaan.

D. Batasan Usia Pernikahan Menurut UU No 1 Tahun 1974 1.

  Sejarah Lahirnya UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pada jaman sebelum penjajahan Belanda, Islam datang ke

  Indonesia selalu ada orang-orang tertentu yang ahli dalam bidang agama Islam yang di percaya oleh masyarakat Islam, dan di serahi tugas mengurus masjid dan perkawinan. Artinya, selalu ada orang yang di percaya untuk menyelesaikan persengketaan yang muncul di kalangan muslim. Penyelesaian sengketa ini dalam bentuk hakam, karena itu lembaga pertama yang muncul di Indonesia adalah lembaga Tahkim. Dari lembaga Tahkim kemudian diikuti lembaga ahl al-hill wa al-

  „aqd dalam bentuk peradilan adat,

  dimana para hakim di angkat oleh rapat marga, negeri, dan semacamnya. Setelah terbentunya Islam di Nusantara, lembaga ini berubah menjadi Peradilan Swapraja, yang kemudian berubah menjadi Peradilan Agama. (Nasution, Khoerudin. 2002:38).

  Di Pulau Jawa, hakim-hakim Islam sudah ada di setiap kabupaten sejak abad ke 16, dimana tugas Pengadilan Agama diselenggarakan oleh Penghulu, yaitu petugas kemesjidan setempat, Sidang biasanya berlangsung di masjid-masjid yang kemudian terkenal dengan sebutan “Serambi Masjid”. ( Teba, Sudirman. 1993:30).

  Pada masa penjajahan Belanda, hukum kawin yang berlaku adalah Compedium Freijer, yaitu kitab hukum yang berisi aturan- aturan Hukum Perkawinan dan Hukum Waris menurut Islam. Kitab ini di tetapkan pada tanggal 25 Mei 1760 untuk dipakai oleh Pengadilan Persatuan Kompeni Belanda di Hindia Timur (VOC).

  Atas usul Residen Cirebon, Mr. P.C. Hasselaar (1757-1765) di buatlah kitab Tjirebonshe Rechtsboek. Sementara untuk Landraad (sekarang Pengadilan Negeri) di Semarang tahun 1750 di buat Compendium tersendiri. Keberadaan dan berlakunya Compendium di perkuat dengan sepucuk surat VOC pada tahun 1808, yang isinya memerintahkan agar penghulu Islam di biarkan mengurus sendiri perkara-perkara perkawinan dan warisan. ( Sosroatmodjo, Arso. 1978: 12).

  Berdasar pada Ind.Stbl. No. 55, pada tanggal 3 Agustus 1828, Compendium Freijer diperbarui sebagian, kemudian di cabut secara berangsur-angsur pada abad ke 19. Sedangkan bagian terakhir, yaitu mengenai warisan, baru di cabut pada tanggal 17 Februari 1913 dengan Kominklink Besluit. Dengan demikian, berakhirlah riwayat Hukum Perkawinan Islam yang tertulis dan cukup dengan menumpang pada pasal 131 ayat (2) sub b Indische

  

Staatsregelling yang merupakan kelanjutan dari pasal 75 redaksi

lama Regellings Reglement tahun 1854. (Nasution, Khoerudin.

  2002:40).

  Pada masa kekuasaan Belanda, perkawinan diatur dalam beberapa peraturan menurut golongannya, yaitu: a.

  Bagi orang orang Eropa berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek). b.

  Bagi orang-orang Tionghoa secara umum, juga berlaku

  Burgelijk Wetboek (BW) dengan sedikit pengecualian,

  yakni hal-hal yang berhubungan dengan pencatatan jiwa dan acara sebelum perkawinan.

  c.

  Bagi orang Arab dan Timur Asing bukan Tionghoa berlaku, hukum adat mereka.

  d.

  Bagi orang Indonesia asli berlaku hukum adat mereka, dan untuk orang Kristen berlaku Undang-undang Perkawinan Kristen Jawa, Minahasa, dan Ambon berdasar Stbl. No. 74 Th 1933.

  e.

  Bagi orang yang tidak termasuk ke dalam empat golongan tersebut berlaku Peraturan Perkawinan Campuran.

  (Sosroatmodjo, Arso. 1978:15-17). Karena itu dapat di simpulkan sebelum datangnya Belanda ke Indonesia, hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum Islam.

  Kemudian dengan kedatangannya ke Indonesia, pemberlakuan Hukum Islam berkurang sedikit demi sedikit yang akhirnya hanya di berlakukan untuk kasus-kasus yang sangat terbatas.

  Undang-undang pertama yang pertama lahir setelah kemerdekaan adalah UU No. 22 Tahun 1946. Undang-undang ini seharusnya berlaku untuk seluruh Indonesia, tetapi karena keadaan belum memungkinkan baru diberlakukan untuk Jawa dan Madura.