Partipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai Kota Medan)

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PEMBERDAYAAN KELURAHAN (STUDI KASUS

DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN)

TESIS

Oleh

MOPUL BERNAD SUSANTO

097003022/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011

S

E K O L

A H P

A S

C

A S A R JA

N


(2)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PEMBERDAYAAN KELURAHAN (STUDI KASUS

DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembaangan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MOPUL BERNAD SUSANTO

097003022/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(3)

Judul Tesis : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN KELURAHAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN) Nama Mahasiswa : Mopul Bernad Susanto

Nomor Pokok : 097003022

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Badaruddin, MS) K e t u a

(Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Drs. Rujiman, MA) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 2. Drs. Rujiman, MA

3. Ir. Supriadi, MS


(5)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN KELURAHAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN)

ABSTRAK

Pemberdayaan kelurahan menjadi media yang penting dalam menjaring aspirasi masyarakat. Untuk mempercepat proses percepatan pembangunan yang terencana dan berkelanjutan di Kecamatan Medan Denai, diperlukan partisipasi masyarakat dalam usaha tercapainya program pemberdayaan kelurahan maka perlu diteliti sejauhmana pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan manfaat dalam meningkatkan pembangunan Kota Medan.

Metode peningkatan yang digunakan adalah metode analisis deskripstif dan analisis uji regresi berganda. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh dari anggota masyarakat dan data sekuder diperoleh dari Kantor Kecamatan Medan Denai dan beberapa instansi terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partipasi masyarakat dalam pemberdayaan kelurahan tergolong sudah naik karena tingkat partispasi masyarakat dalam kategori tinggi yaitu 55,56%. Faktor pendidikan dan pemahaman mempengaruhi partipasi masyarakat secara positif dan nyata pada taraf 5% sedangkan faktor pekerjaan dan peraturan mempengaruhi partispasi masyarakat secara positif tetapi tidak nyata pada taraf 5%. Penelitian ini merekomendasikan pola program pemberdayaan perlu ditingkatkan melalui sosialisasi secara langsung dan berkesinambungan terutama di kelurahan yang kurang tingkat partispasinya.

Kata Kunci: Partipasi Masyarakat, Pemberdayaan Kelurahan, Pemngembangan Wilayah.


(6)

COMMUNITY PARTICIPATION IN KELURAHAN EMPOWERMENT PROGRAM (A CASE STUDY IN MEDAN DENAI SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN)

ABSTRACT

Kelurahan (Urban Village) empowerment becomes an important medium in getting community aspiration. To speed the acceleration process of sustainable and planned development in Medan Denai Subdistrict, to what extent the influence of community participation on kelurahan empowerment in Medai Denai Subdistrict needs to be studied that, hopefully, it can be beneficial in increasing the development of the City of Medan.

The data used in this descriptive analytical study were the primary data obtained from the community members and the secondary data obtained from the Office of Medan Denai Subdistrict and several related agencies. The data obtained were analyzed through multiple regression tests.

The result of this study showed that community participation in kelurahan empowerment belonged to a good category because the percentage of community participation belonged to a high category (55.56%), The factors of education and understanding positively and significantly influenced the community participation at the level of significant 5%, while the factors of occupation and regulation positively but insignificantly influenced the community participation at the level of significant 5%. Through the result of this study, it is recommended that the pattern of empowerment program needs to be improved by means of various policies which actively involve the community members such as the implementation of direct and continuous socialization especially in the kelurahan with less participation.

Keywords: Community Participation, Kelurahan Empowerment, Regional Development.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkatNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Partipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai Kota Medan)” ini disusun untuk melengkapi kewajiban dalam memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascsarjana Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu sangat manusiawi sekali bila dalam lembaran pengantar ini saya menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

bersusah payah dan tanpa mengenal waktu bersedia memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, sekaligus Anggota Komisi Pembimbing yang telah tersusah payah dan tanpa mengenal waktu bersedia memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Drs. Rujiman, MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

bersusah payah dan tanpa mengenal waktu bersedia memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran


(8)

5. Seluruh Dosen pada Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasnya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

6. Seluruh mahasiswa PWK Angkatan 2009 dan staf administrasi atas

keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

7. Istri tercinta dan anak-anak tersayang atas segala pengertian yang mendalam serta memberikan dorongan semangat selama ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik sehat dan masukan dari semua pihak. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan tanggal 25 Juni 1973, putra ketujuh dari sepuluh bersaudara dari Mayor Pol. (purn) H. Simbolon dengan Alm. G. Naibaho. Pendidikan Sekolah Dasar di SD RK Setia Budi Medan dan tamat pada tahun 1986, kemudian melanjutkan SEKOLAH Pendidikan Menengah Pertama di SMP Katolik Budi Murni 3 Medan dan tamat pada tahun 1989 serta melanjutkan Sekolah Pendidikan Menengah Atas di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan diselesaikan pada tahun 1992.

Pada tahun 1993 melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) di Jatinangor – Bandung. Penulis pada Agustus 1997 memperoleh gelar Ahli Pemerintahan (D4).

Pada bulan Oktober 1997 penulis melaksanakan tugas sebagai PNS di Kabupaten Sawah Lunto/Sijunjung – Sumatera Barat selama 3 tahun dengan jabatan sebagai Sekretaris Camat. Pada tahun 2001 pindah ke Medan dan ditugaskan di Kecamatan Medan Belawan dengan jabatan sebagai kepala seksi Trantib. Kemudian tahun 2003 memperoleh jabatan sebagai Lurah di Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan. Pada tahun 2005 menikah dengan Brigpol. Duma Royani br. Sihombing dan memperoleh dua orang anak yang bernama Monica Yosephin br. Simbolon dan Moreno Dwi Susanto Simbolon. Dan sekarana tahun 2011 menjabat Sekretaris Camat di Medan Petisah.

Sejak tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan pada tanggal 18 Agustus 2011 mempertahankan tesis dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai Kota Medan).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABASTRAK ……… i

ABSTRACK ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

RIWAYAT HIDUP ……….. v

DAFFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 5

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 5

1.4. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 6

2.1. Teori Perencanaan Wilayah ……….. 6

2.2. Partisipasi Masyarakat ……….. 8

2.2.1. Pengertian Partisipasi ………. 8

2.2.2. Pengertian dalam Pembangunan ……… 11

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parsipasi Masyarakat ………. 16

2.3. Pemberdayaan Kelurahan ………. 19

2.3.1. Pengertian Pemberdayaan ..………. 19

2.3.2. Kelurahan ………...………. 22

2.4. Pengembangan Wilayah ……… 27


(11)

2.6. Kerangka Penelitian ………. 31

BAB III METODE PENELITIAN ……… 34

3.1. Lokasi Penelitian ……….. 34

3.2. Jenis dan Sumber Data ………. 34

3.3. Populasi dan Sampel ……… 34

3.4. Ujicoba Instrumen Penelitian ………. .. 36

3.4.1. Uji Validitas ……… 37

3.4.2. Uji Reliabilitas Ujicoba Instrumen Penelitian ……… 37

3.4.3. Hasil Ujicoba Instrumen Penelitian ………... 38

3.5. Analisis Data ………. 39

3.6. Definisi Variabel Operasional ………... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 45

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Denai ………….…… 45

4.1.1. Keadaan Fisik Wilayah ………..………….…… 46

4.2. Kependudukan ……….….. 47

4.2.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ……….….. 47

4.3. Penduduk Menurut Struktur Umur ……… 50

4.4. Ekonomi Penduduk ……… 51

4.5. Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Kelurahan ..… 52

4.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Kelurahan ……….. 51

4.7. Kaitan Hasil Penelitian dengan Perencanaan dan Pengembangan Wilayah ……… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 67

5.1. Kesimpulan ……… 67

5.2. Saran ………... 67


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Jumlah Penduduk dan Sampel Responden Kelurahan di Kecamatan Medan Denai

………... 36

3.2. Uji Validias Variabel Partisipasi Masyarakat

………... 38

3.3. Uji Validitas Variabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat ………... 38 3.4. Interpretasi Jenjang Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat ………... 40 3.5. Uraian Indikator Partisipasi Masyarakat dan Faktor-faktor yang

Mempengeruhi dalam Program Pemberdayaan Kelurahan

……….. 44

4.1. Nama Kelurahan, Nama Kecamatan Baru dan Nama Kecamatan Lama

. 45

4.2. Luas Wilayah Kecamatan Medan Denai Dirinci Berdasarkan Kelurahan Tahun 2009

……… 46

4.3. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Medan Denai Tahun

2005-2009 ……….. 47

4.4. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2 Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

…. 48

4.5. Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

………... 49

4.6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

…………. 50

4.7. Jumlah Penduduk dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

……….. 50

4.8. Persentase Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009


(13)

4.9. Partisipasi Masyarakat dalam Indikator I – IV terhadap Program Pemberdayaan Kelurahan

……….. 53

4.10. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan di Kecamatan Medan Denai

………. 54

4.11. Daftar Sidik Ragam

………... 56

4.12. Pengaruh Variabel Independen (X) terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Y)


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

………. 33

4.1. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian

……….. 71

2. Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Kelurahan

… 75

3. Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

………. 78

4. Hasil Uji Regresi Berganda

……….. 81

5. Denah Lokasi Kecamatan Medan Denai


(16)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN KELURAHAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN)

ABSTRAK

Pemberdayaan kelurahan menjadi media yang penting dalam menjaring aspirasi masyarakat. Untuk mempercepat proses percepatan pembangunan yang terencana dan berkelanjutan di Kecamatan Medan Denai, diperlukan partisipasi masyarakat dalam usaha tercapainya program pemberdayaan kelurahan maka perlu diteliti sejauhmana pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan manfaat dalam meningkatkan pembangunan Kota Medan.

Metode peningkatan yang digunakan adalah metode analisis deskripstif dan analisis uji regresi berganda. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh dari anggota masyarakat dan data sekuder diperoleh dari Kantor Kecamatan Medan Denai dan beberapa instansi terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partipasi masyarakat dalam pemberdayaan kelurahan tergolong sudah naik karena tingkat partispasi masyarakat dalam kategori tinggi yaitu 55,56%. Faktor pendidikan dan pemahaman mempengaruhi partipasi masyarakat secara positif dan nyata pada taraf 5% sedangkan faktor pekerjaan dan peraturan mempengaruhi partispasi masyarakat secara positif tetapi tidak nyata pada taraf 5%. Penelitian ini merekomendasikan pola program pemberdayaan perlu ditingkatkan melalui sosialisasi secara langsung dan berkesinambungan terutama di kelurahan yang kurang tingkat partispasinya.

Kata Kunci: Partipasi Masyarakat, Pemberdayaan Kelurahan, Pemngembangan Wilayah.


(17)

COMMUNITY PARTICIPATION IN KELURAHAN EMPOWERMENT PROGRAM (A CASE STUDY IN MEDAN DENAI SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN)

ABSTRACT

Kelurahan (Urban Village) empowerment becomes an important medium in getting community aspiration. To speed the acceleration process of sustainable and planned development in Medan Denai Subdistrict, to what extent the influence of community participation on kelurahan empowerment in Medai Denai Subdistrict needs to be studied that, hopefully, it can be beneficial in increasing the development of the City of Medan.

The data used in this descriptive analytical study were the primary data obtained from the community members and the secondary data obtained from the Office of Medan Denai Subdistrict and several related agencies. The data obtained were analyzed through multiple regression tests.

The result of this study showed that community participation in kelurahan empowerment belonged to a good category because the percentage of community participation belonged to a high category (55.56%), The factors of education and understanding positively and significantly influenced the community participation at the level of significant 5%, while the factors of occupation and regulation positively but insignificantly influenced the community participation at the level of significant 5%. Through the result of this study, it is recommended that the pattern of empowerment program needs to be improved by means of various policies which actively involve the community members such as the implementation of direct and continuous socialization especially in the kelurahan with less participation.

Keywords: Community Participation, Kelurahan Empowerment, Regional Development.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan daerah mengandung dua dimensi, yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

Kota Medan sebagai salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara melakukan strategi pembangunan dengan melaksanakan “Program Pemberdayaan Kelurahan” di Kota Medan. Hal ini didasari dengan adanya kebijakan Otonomi Daerah yang mengakibatkan terjadinya perubahan model pemerintahan dari structure efficiency model kepada local democracy model, dimana structure efficiency model

tersebut merupakan suatu kebijakan yang bersifat top down, sedangkan local democracy model merupakan suatu kebijakan bersifat bottom-up.

Untuk menyikapi visi dan misi yang dicanangkan Pemerintah Kota Medan dalam pemberdayaan kelurahan telah dikeluarkan landasan hukum bagi Aparat Kelurahan untuk dapat bertindak dan berbuat secara aktif dilapangan antara lain: Instruksi Walikota Medan Nomor: 141/079/INST tanggal 9 Februari 2001 tentang tugas dan tanggung jawab Kepala Kelurahan dalam rangka Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan, Surat Keputusan Walikota Medan Nomor: 140/099/SK/2001 tanggal 16 Maret 2001 tentang Pembentukan Tim Pembina/Pengawasan Pelaksanaan


(19)

Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan dan Instruksi Walikota Medan Nomor: 141/1417/INST tanggal 14 Juli 2001 tentang Tugas dan Tanggungjawab Camat dalam Membina dan Mengawasi Program Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan.

Adapun tujuan umum “Program Pemberdayaan Kelurahan” adalah untuk mempercepat penanggulangan atas kebutuhan masyarakat dan peningkatan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat melalui usaha peningkatan partisipasi masyarakat dan aparat dalam pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan kelurahan. Miraza (2005) membangun masyarakat berarti

membangun kemandirian masyarakat (social society) agar mampu menghidupi

kehidupan dan menaikan harkat dan martabatnya serta mampu meringankan beban pemerintah.

Tugas dan tanggung jawab Kepala Kelurahan se-Kota Medan dalam rangka melaksanakan program-program Pemberdayaan Kelurahan meliputi 5 (Lima) Kegiatan yaitu: 1) Kebersihan; 2) Keamanan; 3) Ketertiban; 4) Pembinaan masyarakat, dan 5) Pelayanan masyarakat.

Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu dari 21 Kecamatan di wilayah

Kota Medan yang memiliki luas wilayah 9,91 km2

Program Pemberdayaan Kelurahan yang telah dicanangkan Pemerintah Kota Medan tersebut, khususnya Pemerintah Kecamatan Medan Denai sangat berharap dan terdiri dari 6 (enam) Kelurahan yaitu: Kelurahan Binjai, Medan Tenggara, Denai, Tegal Sari Mandala I, Tegal Sari Mandala II dan Tegal Sari Mandala III yang memiliki penduduk 133.939 jiwa dan 31.402 rumah tangga (RT) (BPS Kota Medan, 2010).


(20)

terlaksananya program tersebut dengan baik, hal ini dapat tercapai apabila para Lurah aktif di dalam melaksanakan komunikasi baik antar aparat/instansi terkait maupun juga antara Lurah dengan warga masyarakat yang ada di sekitar wilayah kerjanya masing-masing.

Perkembangan dan pembangunan kota sangat erat kaitannya dengan masalah perencanaan dan pengembangan wilayah (Sirojuzilam, 2005). Perkembangan dan kemajuan suatu wilayah tidak terlepas dari aspek pembentuk wilayah. Aspek pembentuk tersebut meliputi sosial budaya, ekonomi, pemukiman, kependudukan, dan sarana dan prasarana.

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia (people centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan), karena hanya dengan adanya partisipasi dari masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku atau pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang-orang, organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraan hidupnya.

Menurut Kuswartojo (1993) paratisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu


(21)

kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan Maskun (1993) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat banyak sekali ditentukan oleh kebutuhan masyarakat, intrest masyarakat, adat istiadat dan sifat-sifat komunal yang mengikat setiap anggota masyarakat satu sama lain.

Menumbuhkan respon akan kesadaran berpartisipasi dalam pemberdayaan Kelurahan adalah sebuah kesulitan tersendiri. Kebanyakan masyarakat kurang siap untuk berinisiatif dalam membuat perumusan kebutuhan serta perencanaan sendiri, sehingga perumusan kebutuhan dan perencanaan dibuat oleh kelompok atau warga masyarakat yang mempunyai pengaruh di lingkungannya, dan memungkinkan masuknya kepentingan tertentu. Ditambah lagi dengan pelaksanaan kegiatan program pemberdayaan kelurahan ini lebih difokuskan pada hasil daripada prosesnya, serta sumber dananya dari APBD Kota Medan yang menyebabkan masyarakat merasa apatis dengan kegiatan ini.

Dalam pelaksanaan program pemberdayaan kelurahan yang seharusnya melibatkan seluruh warga masyarakat, adakalanya masih ada rasa enggan dari warga karena mereka merasa bahwa kegiatan itu hanya akan memberikan manfaat bagi kelompok tertentu. Hasilnya adalah kegiatan-kegiatan dari program pemberdayaan kelurahan yang dilaksanakan pada akhirnya kurang memuaskan disebabkan tidak sesuai dengan keinginan warga sehingga manfaatnya kurang begitu terasa secara langsung oleh semua masyarakat.

Pemberian kewenangan kepada masyarakat setempat yang tidak hanya untuk menyelenggarakan proyek atau program pembangunan, tetapi juga untuk mengelola


(22)

proyek tersebut akan mendorong masyarakat untuk mengerahkan segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek/program tersebut. Pada gilirannya keberdayaan masyarakat setempat akan menjadi lebih baik sebagai akibat dari meningkatnya kemampuan dan partisipasi masyarakat.

Mencermati proses kegiatan pemberdayaan Kelurahan di Kecamatan Medan Denai, peran partisipasi masyarakat yang diinginkan oleh Pemerintah Kecamatan Medan Denai telah menunjukkan ada hasil sesuai yang diharapkan

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Program

Pemberdayaan Kelurahan di Kecamatan Medan Denai.

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Kecamatan

Medan Denai dalam Program Pemberdayaan Kelurahan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Program

Pemberdayaan Kelurahan di Kecamatan Medan Denai.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah penelitian di bidang kemasyarakatan.

2. Secara praktis, dapat menjadi sumbangan serta masukan bagi Pemerintah Kota khususnya bagi Kelurahan di Kota Medan.

3. Khusus bagi Penulis, sebagai pengalaman dalam mengadakan penelitian


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perencanaan Wilayah

Perencanaan wilayah menurut Tarigan (2005) dapat berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor

noncontrollbale yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Sirojuzilam (2005) perencanaan wilayah yang lebih terfokus pada prencanaan pembangunan ekonomi berjalan seiring dengan dilaksanakannya

community planning dan participatory planning. Jadi dengan demikian perencanaan wilayah adalah penerapan metode ilmiah dalam pembuatan kebijakan publik dan upaya untuk mengkaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan tindakan-tindakan dalam domain publik untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.

Di sisi lain yang menjadi pokok perhatian dalam kerangka perencanaan wilayah adalah cultural based yang mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang dan berakar dalam konteks kehidupan masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen pembangunan yang terdiri atas sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal dan teknologi.


(25)

Menurut Conyers dan Hills dalam Arsyad (1999) perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Berdasarkan definisi di atas, Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu: 1) merencanakan berarti memilih; 2) perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdaya; 3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan; dan 4) perencanaan berorientasi ke masa depan.

Namun Nitisastro dalam Arsyad (1999) perencanaan pada dasarnya berkisar pada dua hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, yang kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapau tujuan-tujuan tersebut. Nitisastro sangat menekankan tentang perlunya diperhatikan nilai yang dimiliki masyarakat dalam proses perencanaan tersebut, yang notabene berarti masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dari berbagai definisi di atas, perencanaan dapat dibagi atas dua versi yaitu satu versi melihat perencaaan adalah suatu teknik atau profesi yang membutuhkan keahlian dan versi yang satu lagi melihat perencanaan (pembangunan) adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis cenderung melihat perencanaan adalah suatu kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh masyarakat baik secara langsung


(26)

maupun tidak langsung. Seperti diketahui bahwa perencanaan pembangunan pada akhirnya harus mendapat persetujuan masyarakat

2.2. Partisipasi Masyarakat 2.2.1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan-keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam satu kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Sastropoetra, 1988).

Sedangkan Davis dan Newstrom (1993) memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan.

Usman (1982 dalam Soedjono, 1990) mengemukakan bahwa ada dua unsur pokok mengapa partisipasi itu penting. Pertama, alasan etnis, yaitu dalam arti pembangunan demi manusia berpartisipasi sebagai subjek, bukan menjadi objek. Kedua, alasan sosiologis, yaitu bila perkembangan diharapkan berhasil dalam jangka panjang, ia harus menyertakan sebanyak mungkin orang, kalau tidak pembangunan pasti macet.

Dari definisi diatas ada tiga unsur penting dari konsep partisipasi tersebut, yaitu: (1) adanya keterlibatan mental dan emosional, (2) memotivasi orang-orang


(27)

untuk memberikan kontribusi, dan (3) mendorong orang-orang untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok.

Selanjutnya Koentjaraningrat (1990), berpendapat bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dan turut menentukan arah atau tujuan pembangunan, di mana ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi masyarakat.

Affan (1993) memberikan pengertian bahwa partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial secara kolektif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Jika dikaitkan dengan daerah tertentu, partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat sebagai suatu sistem sosial dalam daerah/wilayah tertentu, secara mental, emosional, material baik secara perorangan (individual) maupun berkelompok dalam suatu kondisi tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sudah disepakati bersama antara penyelenggara negara dan masyarakat tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa partisipasi merupakan suatu keterlibatan seseorang atau masyarakat untuk berperan secara aktif dalam suatu kegiatan, khususnya kegiatan pembangunan untuk menciptakan, melaksanakan serta memelihara lingkungan yang bersih dan sehat.

Pada hakekatnya partisipasi masyarakat itu merupakan sesuatu yang seharusnya, karena hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat adalah untuk kesejahteraan masyarakat sendiri.


(28)

Dalam hal ini Pemerintah memberi bantuan, sedangkan masyarakat harus memberikan respon dalam bentuk partisipasi secara aktif dalam proses pembangunan tersebut.

Masyarakat hanya dapat diharapkan ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan adalah bila masyarakat yang bersangkutan merasa dirinya berkepentingan dan diberi kesempatan untuk ambil bagian. Dengan kata lain partisipasi tidak mungkin optimal jika diharapkan dari mereka yang merasa tidak berkepentingan terhadap suatu kegiatan, dan juga tidak optimal jika mereka yang berkepentingan tidak diberi keleluasaan untuk ambil bagian.

Mubyarto dalam Soedjono (1990) menyatakan pula bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri.

Berkaitan dengan kemampuan tersebut Davis (1986 dalam Sastropoetra, 1988) mengemukakan enam jenis partisipasi, sebagai berikut: (1) pikiran (psychological participation), (2) tenaga (physical participation), (3) pikiran dan tenaga (psycological participation and physical participation), (4) keahlian (participation with skill), (5) barang (material participation), dan (6) uang (money participation). Davis juga menyebutkan macam-macam bentuk partisipasi sebagai berikut: (1) konsultasi, (2) sumbangan berupa uang atau barang, (3) sumbangan dalam bentuk kerja yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat, (4) aksi massa, (5) mengadakan pembangunan dikalangan keluarga dari masyarakat setempat, (6) mendirikan proyek sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat


(29)

setempat, (7) mendirikan proyek yang juga dibiayai oleh sumbangan dari luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam menyongsong tahun 2000 White (1985 dalam Sastropoetra, 1988), mengemukakan 10 buah alasan tentang pentingnya partisipasi, yaitu:

a. Dengan partisipasi banyak hasil yang dapat dicapai.

b. Dengan partisipasi pelayanan diberikan dengan biaya efisien. c. Dengan partisipasi harga diri diperhitungkan.

d. Partisipasi dapat menjadi katalisator untuk pembangunan berkelanjutan. e. Dengan partisipasi timbulnya rasa tanggung jawab.

f. Dengan partisipasi aspirasi masyarakat tersalurkan.

g. Dengan partisipasi pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.

h. Dengan partisipasi semua potensi yang dimiliki masyarakat dapat dihimpun dan dimanfaatkan.

i. Dengan paartisipasi ketergantungan keahlian kepada orang lain dapat dibebaskan.

j. Dengan partisipasi dapat menyadarkan manusia terhadap penyebab dari

kemiskinan, dan menimbulkan kesadaran untuk mengatasinya.

2.2.2. Partisipasi dalam Pembangunan

Menurut Oakley (1991) berpendapat bahwa partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan


(30)

kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat”.

Menurut Moeljarto (1987), partisipasi menjadi amat penting, terdapat beberapa alas an pembenar bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, karena:

1. Rakyat adalah focus central dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi

merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan.

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari di mana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki.

5. Partisipasi memperluas zona (wawasan) penerima proyek pembangunan.

6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat.

7. Partisipasi menopang pembangunan.

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.


(31)

9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah.

10.Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.

Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam setiap perencanaan, program dan kegiatan sosial (Adi dan Laksmono, 1990), karena:

1. Merupakan suatu sarana untuk memperoleh informasi mengenai kondisi,

kebutuhan dan sikap masyarakat setempat. Tanpa informasi ini, maka program tidak akan berhasil.

2. Masyarakat akan lebih antusias terhadap program/kebijakan pembangunan,

apabila mereka dilibatkan dalam perencanaan dan persiapan sehingga mereka akan menganggap bahwa program atau kebijakan tersebut adalah mereka. Hal ini perlu untuk menjamin program diterima oleh masyarakat, khususnya dalam program yang bertujuan untuk merubah masyarakat dalam cara berfikir, merasa dan bertindak.

3. Banyak Negara-negara yang menganggap bahwa partisipasi masyarakat

merupakan “hak demokrasi yang bersifat dasar”, di mana masyarakat harus dilibatkan dalam proses pembangunan dimaksudkan untuk memberi keuntungan pada manusia.

Menurut Supriatna (2000), tanpa partisipasi pembangunan justru akan mengganggu manusia dalam upayanya untuk memperoleh martabat dan


(32)

kemerdekaannya. Pentingnya partisipasi masyarakat juga diungkapkan oleh Kartasasmita (1997), diperlukan peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Conyers (1991),

menyebutkan ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan

jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Kepercayaan semacam ini adalah penting khususnya bila mempunyai tujuan agar dapat diterima oleh masyarakat.

3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan mereka pun mempunyai untuk turut ‘urun rembug’ (memberikan saran) dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka.

Menurut Tjokromidjoyo (1976), ada 4 (empat) aspek penting dalam rangka partisipasi pembangunan, yaitu:


(33)

1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme proses politik dalam suatu negara, turut menentukan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan dan

terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang sebaiknya.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam

pembangunan yang berencana.

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memungkinkan individu, kelompok serta masyarakat memperbaiki keadaan mereka sendiri, karena mereka sendirilah yang tahu akan apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Di samping juga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab tentang apa yang telah mereka hasilkan dan apa yang telah dimanfaatkan tersebut.

Hal ini terlihat dalam istilah “bottom up planning” (perencanaan dari bawah), keterlibatan pada “grassroots” (sampai pada masyarakat yang paling bawah),

“democratic planning” (perencanaan demokratis) dan “participatory planning”. Dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu diketahui tujuan dari partisipasi tersebut, menurut Glass (1972), ada 5 (lima) tujuan umum partisipasi masyarakat, yaitu:


(34)

1. Pertukaran informasi, hal ini terutama bertujuan untuk memungkinkan adanya kebersamaan antara pengambil keputusan dan rakyat untuk memungkinkan rakyat biasa yang secara bersama mengembangkan ide-ide dan keinginan.

2. Pendidikan, ini berhubungan penyebaran informasi secara terinci dari suatu rencana sehingga memungkinkan masyarakat mengerti akan rencana tersebut. 3. Bangunan dukungan (support building) ini terutama melibatkan kegiatan yang

bersifat menciptakan suasana yang baik sehingga memungkinkan tidak terjadi benturan di antara kelompok-kelompok masyarakat dan antara kelompok masyarakat dan pemerintah.

4. Proses pembuatan keputusan yang terbuka, ini terutama bertujuan untuk

memungkinkan masyarakat biasa memberikan ide-ide baru atau pilihan ide dalam proses perencanaan.

5. Masukan dari masyarakat, sebagai suatu usaha mengumpulkan dan

mengidentifikasikan sikap dan pendapat dari kelompok masyarakat.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Menurut Slamet (1993), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Sedangkan menurut Sastropoetro (1988), adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial

dan percaya terhadap diri sendiri.


(35)

c. Kecendrungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk seperti hanya terjadi di beberapa Negara.

d. Tersedianya kesempatan yang lebih baik di luar pedesaan.

e. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program

pembangunan.

Adapun persyaratan melaksanakan partisipasi masyarakat secara efektif, Sastropoertro (1988), berpendapat:

a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan.

b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentingan manusianya / masyarakatnya. c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah mempunyai kemampuan, seperti halnya

kecerdasan dan pengetahuan.

d. Tidak ada salah satu pihak pun yang bias/merasa dirinya terganggu karena

partisipasi.

e. Biaya kegiatan partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau sejenisnya. f. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan.

Adapun 4 (empat) hal/kondisi yang mendukung partisipasi masyarakat,

menurut Moeljarto (1987) adalah:

a. Strategi pembangunan diarahkan pada bagian rakyat miskin.

b. Adanya struktur kepemimpinan yang cocok, karena para pemimpin desa


(36)

persaingan yang signifikan untuk kedudukan kepemimpinan dari mereka yang mewakili kepentingan kaum elit.

c. Pembentukan kelompok di luar koperasi (kerjasama) yang berbasis pedesaan.

d. NGO-NGO memainkan peranan yang bersifat mendukung.

Sementara itu, menurut Ife (1995), faktor-faktor yang mendorong masyarakat berpartisipasi adalah:

a. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa masalah atau kegiatan itu penting baginya (First, people will participated if they feel, he issue or activity is important).

b. Mereka akan berpartisipasi jika akan menimbulkan suatu perubahan dan adanya nilai tambah bagi dirinya (The second condition for participation is that people must feel that their action will make a difference).

c. Adanya perbedaan bentuk dari partisipasi masyarakat diakui sesuai dengan nilai-nilai yang mereka miliki (This implies the third condition for participation, namely that different forms of participation must be acknowledged and valued).

d. Masyarakat mungkin berpartisipasi jika mereka mendapatkan dukungan atau

dorongan (The fourth condition for participation is that people must be enabled to participate and supported in their participation).

e. Masyarakat akan berpartisipasi jika diciptakan suatu struktur dan proses yang memungkinkan terjadinya partisipasi (The final condition for participation is that structures and processes must not be alienating).


(37)

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam partisipasi masyarakat menurut Moeljarto (1987), yaitu:

1. Kurangnya perhatian yang murni terhadap persamaan sosial. 2. Kekhawatiran terhadap aksi bersama

3. Kurangnya akses kesempatan rakyat

4. Pendekatan pembangunan yang terpecah-pecah

Secara umum ada 3 (tiga) hambatan yang terjadi dalam menumbuhkan

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu:

1. Belum dipahaminya akan makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Kesan yang timbul selama ini adalah bahwa keterlibatan masyarakat, terutama bila telah dilakukan pertemuan secara formal antara aparat dan kelompok masyarakat maka partisipasi telah muncul. Padahal untuk mengetahui secara dalam keinginan mereka (masyarakat), maka tidak cukup hanya dilakukan pertemuan yang kadangkala hanya dilakukan sekali dengan sekelompok orang, tetapi harus dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang intensif dan mendalam.

2. Reaksi balik yang datang dari masyarakat sebagai akibat dari diperlakukannya pembangunan sebagai ideologi bagi negara kita.

3. Lemahnya kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan berakar pada banyaknya peraturan/perundang-undangan yang meredam keinginan rakyat untuk berpartisipasi. Peraturan perundang-undangan yang pada masa sebelumnya cenderung membatasi ruang gerak masyarakat untuk berpartisipasi.


(38)

2. 3. Pemberdayaan Kelurahan 2.3.1. Pengertian Pemberdayaan

Kata pemberdayaan (empowerment), sangat mudah diucapkan oleh setiap orang. Tanpa keharusan adanya pemahaman pengertiannya dan apa implikasinya dalam sikap dan tindakan nyata, khususnya dalam pembangunan daerah dan masyarakat. (Kartasasmita, 1995), menguraikan dengan baik pengertiannya, sehingga konsep pemberdayaan ini mudah diterapkan dalam praktek pembangunan, yaitu: “Pemberdayaan Daerah adalah suatu upaya untuk membangun daya (daerah) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya”.

Istilah pemberdayaan (empowerment) dan empower yang diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia menjadi “pemberdayaan” menurut Webster dan Oxford English dictionary kata empower mengandung dua pengertian, yaitu pertama to give power and authority to dan pengertian kedua to give ability to or anable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya memberikan kemampuan atau keberdayaan (Prijono, 1996).

Adapun konsep pemberdayaan pada hakikatnya dapat dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan keberdayaan, yaitu kemampuan dan kemandirian. Menurut Kartasasmita (1996) keberdayaan merupakan unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Unsuir-unsur yang menjadi sumber keberdayaan masyarakat


(39)

dimaksud adalah nilai kesehatan, pendidikan, prakarsa, kekeluargaan, kegotongroyongan, kejuangan dan sebagainya.

Konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana

kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, negara internasional dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain (Prijono, 1996).

MacArdle (1989 dalam Hikmat, 2001) mengatakan pemberdayaan adalah

upaya untuk mencipatakan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Pemberdayaan atau empowerment merupakan sebuah konsep yang fokusnya adalah hal kekuasaan (power). Pemberdayaan apapun asumsinya adalah menerima adanya kekuasaan sebagai faktor dan membuat yang tidak berkuasa menjadi memiliki kekuasaan, yaitu powerlwess diberi power melalui empowerment sehingga menjadi

powerfull (Prijono, 1996).

Selanjutnya Payne (1997 dalam Adi, 2003) mengatakan membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.

Yang dimaksud dengan klien disini adalah individu, keluarga, kelompok dan komunitas, sehingga dengan pemberdayaan sebagai proses diharapkan mereka


(40)

mampu mengontrol kehidupannya dan menentukan masa depan yang mereka inginkan.

Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, yang menjadi dasar pandangan adalah upaya yang dilakukan haruslah diarahkan langsung pada akar permasalahannya yaitu meningkatkan kemampuan dari bagian masyarakat yang tertinggal.

Dari beberapa pandangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat yang mengarah kepada usaha merubah individu dan komunitas dari kondisi yang serba terbatas dan tidak berdaya menjadi lebih mampu dan berdaya untuk mengatasi segala keterbatasan serta dapat mengembangkan dirinya sehingga mampu mengambil langkah dan berperan serta/berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan.

2.3.2. Kelurahan

Pemerintah kelurahan merupakan ujung tombak penyelenggaraan pemerintah, karena pada kelurahan aparatur pemerintah akan dapat langsung berhadapan dengan masyarakat secara nyata.

Dikatakan sebagai ujung tombak karena lurah berhadapan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu Lurah harus mampu menjadi tempat bagi masyarakat untuk menampung aspirasi dan keluhan masyarakat untuk diselesaikan atau meneruskan aspirasi dan keinginan tersebut kepada pihak yang berkompeten untuk ditindak lanjuti. Di samping itu peran Kelurahan diatas menjembatani


(41)

program-program pemerintah untuk disosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami dan didukung oleh masyarakat.

Aspirasi masyarakat kepada pemerintah saat ini sangat besar, di mana tuntutan tersebut mungkin selama beberapa dekade tidak dapat tanggapan yang memadai dari aparat. Tuntutan yang dapat dicapai antara lain adalah; terwujudnya pemerintahan yang bersih, pelayanan yang baik, keterbukaan dan tepat waktu.

Semua hal tersebut harus disikapi dengan arif dan bijaksana, oleh karena itu Pemerintah Kota akan berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan aspirasi masyarakat tersebut melalui beberapa program kerja, yang antara lain melalui pemberdayaan kelurahan.

Pemberdayaan Kelurahan yang baik dan kuat akan dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan rencana program dan proyek melalui penciptaan langsung peran serta masyarakat di samping akan mewujudkan terciptanya kestabilan dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat yang pada gilirannya akan dapat memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintah kota guna merencanakan dan melaksanakan pembangunan (Pemko Medan, 2001).

Adapun yang menjadi dasar dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Kelurahan ini adalah:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa. Kelurahan


(42)

b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang.

c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Kelurahan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota.

d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi

Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurusi kepentingan masyarakat berdasarkan aspirasi rakyat.

e. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999. Badan Perwakilan

Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan Perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan.

f. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 1999. Kewenangan Desa

sebagai suatu kesatuan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat berubah menjadi kewenangan wilayah kerja Lurah dengan melibatkan masyarakat melalui BPD.

Peranan Kelurahan dimasa sekarang dan akan datang sangat diperlukan tidak hanya sebagai administratur pemerintahan tetapi juga sektor-sektor lain agar setiap aspirasi masyarakat dapat ditampung untuk diambil langkah-langkah lebih lanjut,


(43)

apalagi apabila kita lihat dari alur sistem pemerintahan, di mana terdapat hubungan langsung antara masyarakat dan kelurahan (Pemko Medan, 2001).

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat adanya hubungan yang erat antara kinerja aparatur kelurahan dengan pelaksanaan Program Pemberdayaan Kelurahan, di mana kelurahan tidak hanya sebagai administratur pemerintahan, tetapi juga mencakup sektor-sektor lain, seperti sektor pembangunan dan kemasyarakatan.

Sedangkan Kelurahan sebagai suatu wilayah administrasi pemerintahan terendah dalam tata pemerintahan di Indonesia, dalam hal ini pemberdayaan Kelurahan merupakan hal yang sangat penting di dalam program Pemerintah Kota Medan. Hal ini tercermin dalam visi dan misi serta fungsi yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Medan yaitu.

Visi yang terkandung dalam pemberdayaan kelurahan adalah “terwujudnya kemandirian masyarakat yang berwawasan lingkungan”. Visi ini dilengkapi oleh misi yang terdiri dari 9 (sembilan) poin.

Kesembilan poin misi pemberdayaan Kelurahan antara lain:

1. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

2. Peningkatan pemanfaatan potensi kelurahan dan pemenuhan kebutuhan

dasar/aspirasi masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang mandiri.

3. Peningkatan kwalitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan, orientasi serta ketrampilan masyarakat.


(44)

4. Penguatan kelembagaan kelurahan dan kelembagaan masyarakat untuk kelancaran pelayanan kepada masyarakat.

5. Peningkatan kegiatan usaha produktif dalam rangka menunjang kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

6. Peningkatan pembinaan pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).

7. Peningkatan pendayagunaan dan pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna (TTG). 8. Peningkatan penataan tata ruang kelurahan menuju tata lingkungan yang sehat.

9. Pemberdayaan kelurahan dalam rangka mengefektifkan Data Dasar Profil

Kelurahan untuk menjadikan sebagai pusat informasi (bank data).

Adapun fungsi pemberdayaan kelurahan adalah:

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan

masyarakat.

2. Melaksanakan program peningkatan ketahanan masyarakat, sosial budaya dan usaha perekonomian masyarakat.

3. Membimbing dan memotivasi masyarakat dalam bidang peningkatan ketahanan

masyarakat, sosial budaya dan usaha perekonomian masyarakat. 4. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai bidang tugas. 5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah.

Untuk menyikapi visi dan misi yang dicanangkan Pemerintah Kota Medan dalam pemberdayaan kelurahan telah dikeluarkan landasan hukum bagi Aparat Kelurahan untuk dapat bertindak dan berbuat secara aktif dilapangan antara lain:


(45)

a. Instruksi Walikota Medan Nomor: 141/079/INST tanggal 9 Februari 2001 tentang tugas dan tanggung jawab Kepala Kelurahan dalam rangka Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan.

b. Surat Keputusan Walikota Medan Nomor: 140/099/SK/2001 tanggal 16 Maret

2001 tentang Pembentukan Tim Pembina/Pengawasan Pelaksanaan Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan.

c. Instruksi Walikota Medan Nomor: 141/1417/INST tanggal 14 Juli 2001 tentang Tugas dan Tanggung Jawab Camat dalam Membina dan Mengawasi Program Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan

Berdasarkan Instruksi Walikota Medan Nomor: 141/079/INST, tentang tugas dan tanggung jawab kepala kelurahan didalam Program Pemberdayaan Kelurahan tersebut meliputi 5 (Lima) poin yaitu: Kebersihan, Keamanan, Ketertiban, Pembinaan Masyarakat, dan Pelayanan Masyarakat.

Guna menjamin berjalannya program Pemberdayaan Kelurahan ini, telah dibentuk Tim Evaluasi yang akan tetap memonitor kegiatan lapangan sampai sejauhmana Instruksi tentang Pemberdayaan Kelurahan ini terlaksana dan sebagai konsekwensinya bagi mereka yang bekerja setengah hati, akan dikenakan tindakan hukuman sesuai besarnya kesalahan yang dilakukan.

2.4. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).


(46)

Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005b).

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (Mulyanto, 2008).

Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

2.5. Penelitian Sebelumnya

Yunizar (2001) dalam penelitiannya “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Kota Binjai”. Variabel diteliti yaitu 1 variabel tidak bebas yaitu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah dan 8 variabel bebas yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, bangunan fisik, lamanya menetap, luas pekarangan rumah, peraturan daerah, dan pemahaman dengan metode


(47)

analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat hubungan yang nyata antara faktor terhadap perubahan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Faktor pendidikan, lamanya tinggal, dan pemahaman memberikan pengaruh yang positif terhadap partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah, sedangkan faktor pekerjaan, umur, bangunan fisik, luas halaman dan peraturan daerah tidak memberikan pengaruh yang nyata

Purba (2006) dalam penelitiannya “Pengaruh Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) dalam Pengembangan Wilayah”. Variabel yang diteliti tingkat partisipasi, tingkat pendidikan, pendapatan dan kepentingan. Metode yang digunakan uji linier sederhana, uji Wilcoxon dan uji linier berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 55 persen memiliki tingkat partisipasi tinggi dan selebihnya sebanyak 45 persen berpartisipasi rendah. Tingkat partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap keberhasil P2KT dengan nilai koefisien sebesar 0,53 pada tingkat kepercayaan 5%.

Simbolon (2007) dalam penelitiannya “Partisipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah kegiatan pembinaan masyarakat dan partisipasi masyarakat dengan metode pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Belawan telah cukup baik. Perhatian masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Kelurahan yang dilaksanakan cukup besar. Hal ini dapat


(48)

dilihat dari berbagai aktifitas yang dilakukan masyarakat dalam program tersebut, baik dalam proses perencanaan maupun proses pelaksanaan kegiatan.

Rushendri (2007) dalam penelitiannya “Analisis Pemberdayaan Kelurahan dalam Pelaksanaan Kebersihan di Kota Medan”. Varaibel dalam penelitian ini adalah pemberdayaan kelurahaan dan pelaksanaan kebersihan dengan metode penelitian

Korelasi Product Moment Parson untuk mengetahui hubungan kedua variabel

tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif pemberdayaan Kelurahan dengan pelaksanaan kebersihan, hal ini dapat dilihat dari analisis statistik

Product Moment yang menunjukkan bahwa r statistik adalah 0,585 dan bila dibandingkan dengan r tabel 0,138, maka dapat dilihat bahwa r statistik lebih besar dari r tabel yaitu 0,585 > 0,138.

Sitorus (2008) dalam tesis penelitian “Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Kecamatan Balige”, dengan variabel penelitian tingkat pendidikan dan pendapatan terhadap partisipasi masyarakat, dan partisipasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan yang dianalisis dengan uji regresi berganda dan analisis deskriptif, menyimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai tanggapan tentang peran pemerintah desa, lembaga masyarakat desa dan rencana pembangunan desa yang diukur dari aspek transparansi, akuntabilitas, berkelanjutan, tepat guna dalam musrenbang desa pada kategori kurang baik berdasarkan hasil uji statistik, variabel tingkat pendidikan dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam


(49)

perencanaan pembangunan, serta variabel partisipasi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan pembangunan.

Sutami (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Prasarana Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara”, variabel dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat, pembangunan prasarana lingkungan, tingkat sosial ekonomi masyarakat dan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), dengan metode analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis bentuk dan tingkat partsipasi masyarakat pada pembangunan prasarana lingkungan, dan metode analisis kuantitatif, untuk menganalisis pengaruh hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya antusiasme keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan dalam berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan menunjukkan bahwa responden sudah melakukan kerjasama yang baik dengan pemerintah sebagai penggagas adanya program PPMK. Indikasi adanya kerjasama ini, menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah berada pada tingkat kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara berada pada tingkat therapy.


(50)

2.6. Kerangka Pemikiran

Menurut Slamet (1993), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh:

Tingkat Pendidikan. Demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan. Litwin dalam Sutami (2009) mengatakan bahwa, salah satu karakteristik partisipan dalam pembangunan partisipatif adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena dengan pendidikan yang diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar, dan cepat tanggap terhadap inovasi.

Pekerjaan. Hal ini berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pekerjaaj (mata pencaharian) dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat dalam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.

Pemahaman. Pemahaman masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Kelurahan dapat dikatakan sangat luas. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah


(51)

kota Medan, melalui pemerintahan kecamatan dan pemerintah kelurahan sering kali melakukan sosialisasi terhadap kegiatan kepada masyarakat melalui acara tatap muka, sehingga masyarakat mengerti dan paham akan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan yang disampaikan. Sastrropoetro (1998) menyatakan bahwa pemahaman terhadap suatu program dapat mempengaruhi masyarakat dengan menimbulkan persepsi yang benar terhadap suatu motivasi dan kepentingan.

Peraturan. Di dalam menyusun suatu kebijakan, pemerintah seharusnya juga dapat memperhatikan dasar peraturan dan ketentuan yang dapat mempengaruhi suatu kegiatan dalam kebijakan tersebut. Di dalam program pemberdayaan kelurahan, peraturan dan ketentuan tersebut sangat diperhatikan. Peraturan dan ketentuan tersebut merupakan landasan dasar masyarakat dan pemerintah untuk berbuat dan bertindak, seperti yang dikemukakan Ife (1995) kegiatan masyarakat dan partisipasi masyarakat dapat dihimpun jika mereka mempunyai landasan ataupun dasar yang berupa dorongan atau dukungan peraturan.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Partisipasi Masyarakat Pendidikan

Pekerjaan

Pemahaman

Peraturan

Pemberdayaan Kelurahan


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan yang terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu Kelurahan Binjai, Medan Tenggara, Denai, Tegal Sari Mandala I, Tegal Sari Mandala II dan Tegal Sari Mandala III. Pemilihan Kecamatan Medan Denai Kota Medan sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan agar hasil penelitian ini berupa partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan Kelurahan dapat digunakan sebagai informasi dan dapat ditingkatkan dalam program pemberdayaan Kelurahaan di Kota Medan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data primer, yang diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden baik yang berbentuk kuisioner maupun wawancara.

2. Data sekunder, diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan serta data yang bersumber dari instansi terkait yang mendukung dalam penelitian ini.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Denai Kota Medan yang memiliki 31.402 rumah tangga (RT) dan


(53)

139.939 jiwa yang tersebar pada 6 (enam) Kelurahan di Kecamatan Medan Denai, yaitu Kelurahan Binjai 9.866 RT dan 39.938 jiwa, Kelurahan Medan Tenggara 4.099 RT dan 15.928 jiwa, Kelurahan Denai 4.256 RT dan 15.081 jiwa, Kelurahan Tegal Sari Mandala III 6.450 RT dan 35 268 jiwa, Kelurahan Tegal Sari Mandala II 4.310 RT dan 21.957, dan Kelurahan Tegal Sari Mandala I 2.421 RT dan 11.767 jiwa (BPS Kota Medan 2010).

Menurut Kerlinger (1998), tidak ada patokan dalam menentukan sampel yang representatif, namun biasanya jumlah sampel lebih dari 30 bisa dikatakan telah dapat memberikan ragam yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi (Sugiyono, 2003). Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 90 Kepala Keluarga (KK), dengan alasan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang

Adapun pembagian responden untuk tiap kelurahan digunakan teknik cluster sampling. Unit of analysis atau element of the population merupakan kelompok yang terdapat dalam cluster (Singarimbun dan Effendi, 1989). Pada penelitian ini pengelompokan dilakukan atas dasar cluster rumah tangga.

Pembagian cluster sampling yaitu membagi sampel dalam kelompok lokasi kelurahan, yaitu jumlah sampel untuk masing-masing kelurahan di dapat melalui pembagian antara jumlah rumah tangga kelurahan dibagi dengan jumlah rumah tangga Kecamatan Medan Denai dikalikan dengan target sampel. Kemudian dari rumus tersebut di dapatkan jumlah sampel untuk tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Medan Denai adalah sebagai berikut:


(54)

9866

Kelurahan Binjai : --- x 90 = 28 rumah tangga

31402 4099

Kelurahan Medan Tenggara : --- x 90 = 12 rumah tangga 31402

4256

Kelurahan Denai : --- x 90 = 12 rumah tangga

31402 6450

Kelurahan Tegal Sari Mandala III : --- x 90 = 18 rumah tangga 31402

4310

Kelurahan Tegal Sari Mandala II : --- x 90 = 12 rumah tangga 31402

2421

Kelurahan Tegal Sari Mandala I : --- x 90 = 7 rumah tangga 31402

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk dan Sampel Responden Kelurahan di Kecamatan Medan Denai

No Kelurahan Penduduk

(Jumlah KK) Sampel 1 2 3 4 5 6 Binjai Medan Tenggara Denai

Tegal Sari Mandala III Tegal Sari Mandala II Tegal Sari Mandala I

9.866 4.099 4.256 6.450 4.310 2.421 28 12 12 18 13 7


(55)

3.4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.

Sebelum instrumen diedarkan untuk menjaring data, maka instrumen diujicobakan terlebih dahulu terhadap 25 orang masyarakat yang menjadi sampel penelitian. Kemudian data di analisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

3.4.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai hal dan sifat yang diukur, artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Untuk pengujian ini digunakan korelasi product moment (Arikunto, 2006). Kriteria uji validitas secara singkat (rule of tumb) adalah berdasarkan tabel r Product Moment dengan responden 25 orang adalah 0,396. Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,396, pertanyaan yang dibuat dikatagorikan valid/shahih.


(56)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan dengan menghitung nilai alfa atau dengan

Cronbach’s Alpha. Penghitungan Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Secara umum, Sekaran (2000) menyatakan bahwa reliabilitas yang ditentukan oleh nilai Cronbach’s Alpha – kurang dari 0,06 dinyatakan kurang baik. Cronbach’s Alpha dengan nilai range 0,70 dinyatakan dapat diterima dan nilai lebih dari 0,80 adalah baik.

3.4.3. Hasil Analisis Ujicoba Instrumen Penelitian

Dari hasil uji coba kuisioner yang disebarkan kepada 25 orang responden yang merupakan responden di luar sampel penelitian di dapat hasil sebagai berikut.

Tabel 3.2. Uji Validitas Variabel Partisipasi Masyarakat

Butir r Status

1 0,760 Valid

2 0,560 Valid

3 0,616 Valid

4 0,625 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa dari 4 (empat) butir pertanyaan variabel partisipasi masyarakat, keempat butir pertanyaan adalah valid sehingga semua butir pertanyaan dapat digunakan untuk analisa variabel tersebut dengan nilai koefisien korelasi (r) yang lebih besar dari 0,396. Sedangkan nilai alpha dari variabel partisipasi masyarakat adalah 0,748 (lebih besar dari 0,6) yang berarti bahwa kuisioner variabel partisipasi masyarakat tersebut reliable. (Lampiran 3 dan 4).


(57)

Tabel 3.3. Uji Validitas Variabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Butir r Status

1 0,778 Valid

2 0,728 Valid

3 0,862 Valid

4 0,741 Valid

5 0,671 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa dari 4 (empat) butir pertanyaan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, keempat butir pertanyaan adalah valid sehingga semua butir pertanyaan dapat digunakan untuk analisa variabel tersebut dengan nilai koefisien korelasi (r) yang lebih besar dari 0,396. Sedangkan nilai alpha dari variabel faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah 0,856 (lebih besar dari 0,6) yang berarti bahwa kuisioner variabel faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut

reliable. (Lampiran 5 dan 6).

3.5. Analisis Data

1. Untuk menguji perumusan masalah pertama partisipasi masyarakat terhadap

pelaksanaan program pemberdayaan kelurahan di Kecamatan Medan Denai dianalisis menggunakan analisis deskriptif,. berdasarkan persentase dan pemberian skor terhadap setiap jenis kegiatan yang diamati yaitu :

1.1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan program pemberdayaan Kelurahan selalu ikut (61%-100%) diberi skor 3kadang-kadang ikut (31%-60%) diberi skor 2 tidak ikut (1%-30%) diberi skor 1


(58)

1.2. Partisipasi dalam pelaksanaan program pemberdayaan kelurahan selalu ikut (61%-100%) diberi skor 3

kadang-kadang ikut (31%-60%) diberi skor 2 tidak ikut (1%-30%) diberi skor 1

1.3. Partisipasi dalam menerima hasil program pemberdayaan kelurahan selalu ikut (61%-100%) diberi skor 3

kadang-kadang ikut (31%-60%) diberi skor 2 tidak ikut (1%-30%) diberi skor 1

1.4. Partisipasi dalam menilai program pemberdayaan kelurahan selalu ikut (61%-100%) diberi skor 3

kadang-kadang ikut (31%-60%) diberi skor 2 tidak ikut (1%-30%) diberi skor 1

Tabel 3.4. Interpretasi Jenjang Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat No. Skor Partisipasi Masyarakat Tafsiran

1. 2. 3. 4. 5.

1 - 3 4 – 6 7 – 9 10 – 12 13 – 14

Sangat Rendah Rendah

Sedang Tinggi

Sangat Tinggi Sumber: Nazir (1988)

2. Untuk menguji perumusan masalah kedua dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi linier berganda, yaitu (Sudjana, 1996) : Y = a + bXi + bX2 + bX3 + bX4 + µ


(59)

di mana:

Y = Partisipasi Masyarakat (sangat baik, baik, cukup, kurang baik, tidak baik) X1 = Pendidikan (Tidak Sekolah, SD, SMP, SMA, Akademi, Perguruan Tinggi)

X2 = Pekerjaan (Pensiunan, Petani, Pegawai Swasta, Wiraswasta, PNS/ABRI)

X3 = Pemahaman (Mengetahui dan Mengerti, Mengetahui saja, Ragu-ragu, Tidak

Mengetahui)

X4 = Peraturan (Mengetahui dan Mengerti, Mengetahui saja, Ragu-ragu, Tidak

Mengetahui) a = konstanta b = koefisien regresi µ = Efek error

Sedangkan untuk memudahkan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program Pemberdayaan Kelurahan, setiap variabel bebas dikelompokkan dan diinterpretasikan jenjangnya masing-masing (Yunizar, 2001), sebagai berikut :

1. Pendidikan

Peubah yang diamati adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden, seperti Tidak Sekolah, SD, SMP, SMA, Akademi/Diploma dan Perguruan Tinggi.

Pengukuran tingkat pendidikan responden adalah sebagai berikut : Tidak Sekolah dan SD diberi skor 1, SMP diberi skor 2, SMA diberi skor 3, Akademi/Diploma diberi skor 4 dan Perguruan Tinggi/Universitas diberi skor 5. Interpretasi jenjang skor tingkat pendidikan yaitu: skor 1 sampai dengan 2 berarti tingkat pendidikannya rendah, skor 3 berarti tingkat pendidikannya menengah dan skor 4 ke atas berarti tingkat pendidikannya tinggi.


(60)

2. Pekerjaan

Peubah yang diamati adalah pekerjaan yang ditekuni oleh responden, seperti Pensiunan, Petani, Pegawai Swasta, Pedagang (Wiraswasta) dan PNS/ABRI. Pengukuran tingkat pekerjaan responden adalah sebagai berikut: Pensiunan diberi skor 1, Petani diberi skor 2, Pegawai Swasta diberi skor 3, Wiraswasta diberi skor 4 dan PNS/ABRI diberi skor 5.

3. Pemahaman

Peubah yang diamati adalah pemahaman tentang Program Pemberdayaan Kelurahan dimana pengukurannya dilakukan adalah sebagai berikut:

Mengetahui dan mengerti diberi skor 4 Mengetahui saja diberi skor 3

Ragu-ragu diberi skor 2

Tidak mengetahui diberi skor 1 4. Peraturan

Peubah yang diamati adalah pelaksanaan Peraturan dimana pengukurannya dilakukan adalah sebagai berikut:

Pengetahuan responden tentang Peraturan Daerah Mengetahui dan mengerti diberi skor 4 Mengetahui saja diberi skor 3

Ragu-ragu diberi skor 2


(61)

3.6. Definisi Variabel Operasional

1. Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Program Pemberdayaan Kelurahan (selalu ikut diberi skor 3, kadang-kadang ikut diberi skor 2, dan tidak ikut diberi skor 1).

2. Pendidikan dalam penelitian ini merupakan pendidikan formal yang pernah

ditempuh oleh responden, seperti Tidak Sekolah, SD, SMP, SMA, Akademi/Diploma dan Perguruan Tinggi (Tidak Sekolah dan SD diberi skor 1, SMP diberi skor 2, SMA diberi skor 3, Akademi/Diploma diberi skor 4 dan Perguruan Tinggi/Universitas diberi skor 5. Interpretasi jenjang skor tingkat pendidikan yaitu: skor 1 sampai dengan 2 berarti tingkat pendidikannya rendah, skor 3 berarti tingkat pendidikannya menengah dan skor 4 ke atas berarti tingkat pendidikannya tinggi).

3. Pekerjaan dalam penelitian ini merupakan pekerjaan yang ditekuni oleh

responden, seperti Pensiunan, Petani, Pegawai Swasta, Pedagang (Wiraswasta) dan PNS/ABRI. (Pensiunan diberi skor 1 = faktor umur yang sudah tua sehingga keikutsertaan sangat rendah, Petani diberi skor 2 = faktor pengetahuan yang kurang tentang program pemberdayaan kelurahan sehinga kekikutsertaan rendah, Pegawai Swasta diberi skor 3 = mengetahui program pemberdayaan kelurahan dan kurang memiliki waktu untuk ikut serta karena terikat pekerjaan, Wiraswasta diberi skor 4 = mengetahui program pemberdayaan kelurahan dan memilki waktu untuk ikut serta dan PNS/ABRI diberi skor 5 = faktor dari unsur pemerintah yang


(62)

mengetahui program pemberdayaan kelurahan sehingga tingkat keikutsertaan diharapkan sangat tinggi).

4. Pemahaman merupakan pengetahuan responden terhadap kegiatan program

pemberdayaan kelurahan yang dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan melalui sosialisasi kepada masyarakat (Mengetahui dan mengerti tentang program pemberdayaan kelurahaan diberi skor 4, Mengetahui saja diberi skor 3, Ragu-ragu diberi skor 2 dan Tidak mengetahui diberi skor 1).

5. Peraturan merupakan suatu kebijakan pemerintah yang menjadi landasan dasar masyarakat untuk ikut melaksanakan suatu kegiatan (Mengetahui dan mengerti adanya kebijakan tentang program pemberdayaan kelurahan diberi skor 4, Mengetahui saja diberi skor 3, Ragu-ragu diberi skor 2 dan Tidak mengetahui diberi skor 1).

6. Program Pemberdayaan Kelurahan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh aparatur Pemerintah yaitu kebersihan, keamanan, ketertiban, pembinaaan masyarakat dan pelayanan masyarakat.


(63)

Tabel 3.5. Uraian Indikator Partisipasi Masyarakat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Program Pemberdayaan Kelurahan

No Variabel Definisi Indikator Ukuran

1 Partisipasi Masyarakat

(Y)

keikutsertaan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Program Pemberdayaan Kelurahan Partisipasi dalam pengambilan keputusan Skala Partisipasi dalam pelaksanaan program pemberdayaan kelurahan Skala Partisipasi dalam menerima hasil program pemberdayaan kelurahan

Skala

Partisipasi dalam menilai program pemberdayaan kelurahan

Skala

2 Pendidikan (X1)

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden

Tingkat tamatan sekolah Skala 3 Pekerjaan

(X2)

Pekerjaan yang ditekuni oleh responden

Profesi responden Skala 4 Pemahaman

(X3)

Pengetahuan responden terhadap kegiatan program pemberdayaan kelurahan yang dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan melalui sosialisasi kepada masyarakat

Pengetahuan program pemberdayaan kelurahan

Skala

5 Peraturan (X4)

kebijakan pemerintah yang menjadi landasan dasar masyarakat untuk ikut melaksanakan suatu kegiatan

Pengetahuan tentang peraturan


(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Denai

Kecamatan ini sebelumnya adalah perwakilan Kecamatan Medan Denai yang dibentuk sesuai dengan SK Gubsu Nomor 138/402/K tanggal 5 Februari 1991 tentang penataan 10 (sepuluh) perwakilan Kecamatan di Daerah Tingkat II Medan.

Sebelumnya wilayah Kecamatan Medan Denai berasal dari tiga kecamatan yaitu Medan Denai, Medan Kota dan Medan Johor.

Dalam proses peningkatan status Perwakilan kecamatan Medan

Denai menjadi Kecamatan di definitifkan dengan keluarnya PP No: 50

tanggal 7 September 1991 yang diresmikan tanggal 31 Oktober 1991

oleh Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara.

Berdasarkan PP No. 50 Tahun 1991, Kecamatan Medan Denai membawahi 7 Kelurahan, yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.


(65)

Tabel 4.1. Nama Kelurahan, Nama Kecamatan Baru dan Nama Kecamatan Lama

No. Kelurahan Nama Kecamatan Baru Nama Kecamatan Lama 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Binjai Medan Tenggara Denai

Tegal Sari Mandala I Tegal Timbangan Deli Bangun Mulia Medan Denai Medan Denai Medan Denai Medan Denai Medan Denai Medan Denai Medan Denai Medan Denai Medan Kota Medan Kota Medan Johor Medan Johor Medan Johor Medan Johor Sumber: Kecamatan Medan Denai Dalam Angka, Tahun 2010

4.1.1. Keadaan Fisik Wilayah

Kecamatan Medan Denai dengan luas wilayah 9,91 Km2

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung

merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kota Medan, dengan rasio luas wilayah adalah 4,22% terhadap luas wilayah Kota Medan. Kecamatan Medan Denai berbatasan dengan:

Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Amplas

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Secara geografis wilayah Kecamatan Medan Denai terletak antara 03o 21’ Lintang Utara dan 98o 39’ Bujur Timur. Daerah ini terletak pada ketinggian 8 m di atas permukaan laut, dengan keadaan iklim dipengaruhi oleh dua arah angin yaitu angin laut da angin gunung dengan kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Suhu rata-rata 21o C – 32o C.


(1)

69 3 3 2 2 10

70 3 3 3 3 12

71 3 2 2 2 9

72 1 1 1 1 4

73 3 3 3 3 12

74 3 3 3 3 12

75 2 2 2 2 8

76 2 2 2 1 7

77 2 2 2 2 8

78 2 2 2 2 8

79 3 2 2 2 9

80 3 2 2 2 9

81 2 1 1 1 5

82 2 2 2 2 8

83 3 3 3 3 12

84 3 3 3 3 12

85 2 2 2 1 7

86 3 3 3 3 12

87 2 2 2 1 7

88 3 2 2 2 9

89 2 2 2 1 7


(2)

Lampiran 3. Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

No.

Resp Y X1 X2 X3 X4

1 12 4 4 3 3

2 12 4 5 4 4

3 12 4 5 4 3

4 12 4 5 4 4

5 12 4 4 3 2

6 4 2 2 1 1

7 7 2 2 2 2

8 8 1 2 2 1

9 8 3 2 2 2

10 8 2 2 2 2

11 11 3 4 3 2

12 8 5 3 2 3

13 11 3 3 3 3

14 12 4 5 4 3

15 11 3 4 4 3

16 11 3 4 3 3

17 4 1 2 1 1

18 11 4 4 4 3

19 12 4 4 4 4

20 9 2 1 2 2

21 4 1 2 1 1

22 4 1 1 1 1

23 12 4 4 4 3

24 12 4 3 4 3

25 9 3 2 2 2

26 12 5 5 4 4

27 4 1 1 1 1

28 11 3 3 3 2

29 8 3 2 3 2

30 8 2 2 1 1

31 12 4 5 4 4


(3)

33 4 1 2 1 1

34 12 4 5 4 4

35 12 4 5 3 3

36 8 2 2 2 2

37 11 4 5 4 4

38 12 5 5 4 4

39 12 5 5 4 3

40 5 1 1 2 2

41 12 5 5 4 3

42 12 4 5 3 3

43 8 2 3 2 2

44 11 3 3 2 2

45 12 4 5 3 3

46 12 5 5 4 4

47 11 4 4 4 3

48 12 5 5 3 3

49 8 3 3 2 2

50 12 5 5 4 4

51 12 5 4 4 4

52 12 5 4 4 4

53 8 2 2 2 2

54 12 4 5 4 3

55 12 5 4 4 4

56 12 4 4 4 3

57 12 4 5 3 3

58 12 4 5 4 3

59 8 3 2 2 2

60 12 4 5 4 4

61 12 4 5 4 4

62 12 3 3 4 3

63 12 4 4 3 3

64 8 3 2 2 2

65 12 4 4 3 3

66 8 2 2 2 2

67 12 4 4 3 3


(4)

69 10 3 3 3 2

70 12 4 5 4 4

71 9 3 3 3 2

72 4 1 1 1 1

73 12 4 4 3 2

74 12 4 3 4 3

75 8 2 1 2 2

76 7 2 2 1 1

77 8 3 2 2 2

78 8 3 2 2 2

79 9 3 3 2 3

80 9 3 3 3 2

81 5 2 1 2 2

82 8 3 2 2 2

83 12 5 5 4 4

84 12 4 4 3 3

85 7 2 2 2 2

86 12 4 4 4 4

87 7 3 2 2 1

88 9 3 3 3 2

89 7 3 3 2 1


(5)

Lampiran 4. Hasil Uji Regresi Berganda

Regression

Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Peraturan, Pendidikan, Pekerjaan, Pemahama n(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 129.635 4 32.409 13.502 .000(a)

Residual 204.021 85 2.400

Total 333.656 89

a Predictors: (Constant), Peraturan, Pendidikan, Pekerjaan, Pemahaman b Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.031 .749 8.048 .000

Pendidikan .846 .299 .360 2.825 .006

Pekerjaan .243 .245 .107 .991 .325

Pemahaman .515 .308 .220 1.675 .098

Peraturan .107 .297 .038 .360 .720

a Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat


(6)