IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME (MANOOTNIYOM) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti School Tahun Ajaran 20142015) SKRIPSI

  

IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME (MANOOTNIYOM) DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Tahun Ajaran 2014/2015)

  

S K R I P S I

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  Dalam Ilmu Tarbiyah

  

OLEH

WIGA SERLIATI LATRI

NIM: 111 11 103

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

اََلَ اَهَعْسُو لاِإ اًسْفَ ن ُهَّللا ُفِّلَكُي لا

  Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al- Baqoroh: 286)

  Bondo Bahu Pikir Lek Perlu Sak Nyawane Pisan (K.H. Ahmad Sahal)

  Berjasalah tapi jangan minta jasa, Hidup sekali Hiduplah yang berarti (K.H Imam Zarkasyi)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi yang sederhana ini kupersembahkan untuk: 1.

  Ayah dan ibu tercinta, Bapak Miftah dan Ibu Siti Sualiyanti, yang telah mengorbankan segala-galanya, selalu memberikan yang terbaik, juga tak henti-hentinya untuk mendoakan dan memberikan motivasi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.

  2. Seluruh keluargaku, yang tak henti-hentinya dalam mendoakan, mendukung, memotivasi, dan memberikan doa-doanya kepada penulis dalam menuntut ilmu, sehingga penulis bisa menyelesaikan study S.1 ini.

  3. Seseorang yang selalu setia dan menyayangiku, terima kasih atas semangat dan motivasinya dalam pembuatan skripsi ini.

  4. Teman-temanku, Titik Isniatus Sholikhah, Risa Suryani, Wahyu Fajar Setiyawan, yang telah berjuang bersama di negeri tetangga, Pattani Thailand Selatan, dan telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  5. Sahabat-sahabatku seperjuangan; Puji Nur Hastutik, yang banyak memberiku semangat setiap tahunnya dalam perkuliahan.

  6. Tak ketinggalan pula teman-teman kos “Pink Kost”; Rossi Dewi Riana dan Aris Latifah yang selalu kasih semangat kepada penulis.

  7. Sahabatku yang berada di Mapala Mitapasa dan LPM Dinamika, yang baik hati yang selalu membantu penulis dalam hal dan kondisi apapun, semoga ketulusanmu akan mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa, sahabatku yang berada di Sekolah Saengprathip Wittaya Mulniti, Nongchik, Pattani, Kak Chung dan Yunita Saputri yang selalu menemaniku dalam penulisan skripsi tiap malam, yang telah menemani penulis menyelesaikan skripsi ini dan yang telah sangat banyak membantu penulis dalam segala hal. dan selalu menemani penulis dalam belajar kehidupan di negara lain.

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا الله مسب

  Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkat taufiq, hidayah dan kebesaran-Nya yang selalu ditunjukkan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul "Implementasi

  Konsep Pendidikan Humanisme (Manootniyom) Dalam Pemb elajaran PAI”

(Studi Kasus di Seangprathip Wittaya Mulniti School, Nongchik, Pattani,

Thailand Selatan) ini, disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

  memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga usaha ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.

  Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga, yang telah merestui penyelesaian skripsi ini.

  3. Siti Rukhayati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Dr. Mukti Ali, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing, yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Bapak/Ibu kepala dan petugas perpustakaan yang telah memberikan izin dan pelayanan perpustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Latri , Wiga Serliati. NIM 111 11 103. 2015. Implementasi Konsep Humanisme

  (Manootniyom) Dalam Pembelajaran PAI (Studi Kasus di Seangprathip Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand Selatan). Pembimbing: Dr.Mukti Ali, M.Hum.

  Kata kunci: Humanisme (Manootniyom) dan Pendidikan Agama Islam

  Konsep humanisme (Manootniyom) religius merupakan sebuah konsep keagamaan yang menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan

  

hablum minannas . Yang jika konsep ini diimplementasikan dalam praktek dunia

  pendidik Islam akan berfokus pada akal sehat (common sense), individualisme (menuju kemandirian), tanggung jawab (responsible), pengetahuan yang tinggi (first for knowledge), menghargai orang lain (pluralisme), kontektualisme (hubungan kalimat), lebih mementingkan fungsi dari simbol, serta keseimbangan antara reward dan punishment.

  Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu: 1) bagaimana implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran PAI?, 2) faktor penghambat apa saja dalam penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran PAI?, dan 3) bagaimana upaya penyelesaian faktor penghambat penerapan konsep

  

humanisme dalam pembelajaran PAI? Jenis dan pendekatan penelitian yang

  digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kemudian yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu guru mata pelajaran PAI. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode triangulasi.

  Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran PAI yaitu melalui proses pembelajaran PAI dengan memberikan suatu permasalahan yang disesuaikan dengan standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang dipadukan dengan materi serta metode yang telah disesuaikan, serta mengaitkan materi-materi pembelajaran PAI tersebut dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar kehidupan dari peserta didik. 2) Faktor penghambat dalam penerapan konsep humanisme yaitu minimnya pemahaman guru PAI akan konsep humanisme dalam proses pembelajaran, keterbatasan sarana dan prasarana sebagai media pendukung penerapan konsep humanisme dalam proses pembelajaran PAI, dan kurangnya partisipasi wali murid dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI. 3) Upaya penyelesaian faktor penghambat penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu mengikutkan guru PAI ke berbagai kegiatan serta mengadakan pertemuan dengan wali murid secara berkala dan rutin.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN BERLOGO ............................................................................ ii HALAMAN DEKLARASI ......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................... v HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi MOTTO ...................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix ABSTRAK .................................................................................................. xi DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah .................................................

  B.

  11 Rumusan Masalah ...........................................................

  C.

  12 Tujuan Penelitian ............................................................

  D.

  13 Manfaat Hasil Penelitian ................................................

  E.

  13 Definisi Operasional .......................................................

  F.

  17 Metode Penelitian ...........................................................

  G.

  21 Teknik Analisa Data .......................................................

  H.

  23 Sistematika Pembahasan .................................................

  BAB II KAJIAN TEORI A.

  25 Konsep tentang Humanisme ...........................................

  1.

  25 Latar Belakang Humanisme ...................................

  2.

  29 Definisi Humanisme ...............................................

  3.

  41 Tujuan Konsep Humanisme ...................................

  4. Humanisme dalam proses dan dalam dasar pendidikan Islam ......................................................

  50 Konsep Pendidikan Agama Islam ........................

  61 B. Tentang 1.

  61 Pengertian Pendidikan Agama Islam .......................

  2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ........................................................................

  66 3.

  69 Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ...

  4.

  71 Tujuan Pendidikan Agama Islam.............................

  5.

  74 Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ..............

  6. Karakteristik Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam ........................................................................

  74 7.

  76 Komponen-Komponen Pembelajaran PAI ..............

  8. Pembelajaran PAI ......................

  82 Pendekatan Strategi Implementasi

  C. Konsep Humanisme dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .........................

  84 BAB III GAMBARAN UMUM SEANGPRATHIP WITTAYA MULNITI SCHOOL DAN

  IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS PADA PEMBELAJARAN PAI

  A. Objek Penelitian ............................................. 100 Gambaran

  1. Lokasi Penelitian Gambaran Umum Letak Geografis.................................................................. 100 2. Sejarah Singkat Berdirinya ......................................

  100 3. Identitas Sekolah ......................................................

  103 4. Visi, Misi dan Tujuan ..............................................

  103 5. Struktur Organisasi .................................................

  105 6. Sistem Pembelajaran ...............................................

  107 7. Kurikulum ...............................................................

  108 8. Jumlah Guru, Siswa dan Karyawan .........................

  111 9. Sarana dan Prasarana ...............................................

  116 B.

  Penyajian

  Data ................................................................. 117 1. Konsep Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran

  PAI diSeangprathip Wittaya Mulniti School ........... 117 2. Implementasi Pendidikan Humanis Pada

  PembelajaranPAI Terhadap Para Santri Di Seangprathip Wittaya Mulniti School ..................... 143

  BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS PADA PEMBELAJARAN PAI STUDI KASUS DI SEANGPRATHIP WITTAYA MULNITI SCHOOL A. Analisis Konsep Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran PAI Studi Kasus di Seangprathip Wittaya Mulniti School ................................................... 158 B. Analisis terhadap Pendidikan Agama Islam di Seangprathip Wittaya Mulniti School. ........................... 159

  C.

  Analisis Implementasi Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran PAI Terhadap Pelajar di Seangprathip Wittaya Mulniti School ................................................... 165 D. Manfaat Pendidikan Humanis pada Pembelajaran PAI di Seangprathip Wittaya Mulniti School ........................ 175

  E.

  Faktor-Faktor Penghambat dalam Implementasi Konsep Humanisme dalam Pembelajaran PAI di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani ............................................................................. 179 F. Upaya Penyelesaian dalam Implementasi Konsep

  Humanisme dalam Pembelajaran PAI di Seangprathip Pulohpuyo Nongchik Pattani .......................................... 181

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................

  185 B. Saran ...............................................................................

  187 C. Penutup ...........................................................................

  190 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel

  1 Daftar Kondisi Guru Agama Sekolah Seangprathip beserta Hissoh (jam mengajar tiap minggu) Tahun 2558 ...... 109 Tabel

  2 Daftar Kondisi Guru Umum Sekolah Saengprathip beserta Hissoh (jam mengajar tiap minggu) Tahun 2558 .................. 110

  Tabel

  3 Daftar Kondisi Guru Agama Sekolah Seangprathip Tahun 2558 ....................................................................................... 111 Tabel

  4 Daftar Kondisi Guru Umum (Akademik) Sekolah Tahun 2558 ....................................................................................... 112 Tabel

  5 Daftar jumlah siswa-siswi sekolah Seangprathip tahun ajaran 2558 ............................................................................. 114 Tabel

  6 Daftar Guru Wali Kelas Sekolah Seangprathip Thahun 2558 ....................................................................................... 115 Tabel

  7 Daftar nama-nama karyawan sekolah Seangprathip 2558 ..... 115 Tabel

  8 Sarana dan Prasarana Sekolah Seangprathip tahun 2558 ...... 116

  

DAFTAR BAGAN

  Bagan I Struktur Organisasi ................................................................ 105

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian (balasan) Lampiran 5 Pedoman wawancara Lampiran 6 Hasil wawancara Lampiran 7 Dokumentasi Lampiran 8 Pernyataan Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu aktivitas kehidupan manusia, pendidikan juga

  bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang diyakini sebagai sesuatu yang paling ideal. Dalam rangka mencapai suatu yang ideal tersebut dilakukan usaha secara bertahap dan sistematis. Persepsi umum tentang tujuan pendidikan adalah “kematangan, yang meliputi kematangan lahir dan batin, jasmani dan ruhani. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sedangkan kegiatan yang dilakukan tahap demi tahap. Seperangkat kegiatan tersebut dapat berupa latihan, pembiasaan dalam institusi keluarga, lembaga pendidikan dan juga dalam masyarakat” (Baharuddin & Moh Makin, 2007: 170).

  Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II tentang dasar, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional pasal 3 (2006:68) disebutkan bahwa:

  “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan ruhani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.” Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas di atas, maka salah satu ciri manusia yang berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya, memiliki akhlak mulia, sikap kreatif dan inovatif, serta bertanggung jawab dalam segala hal. Pemerintah dalam mewujudkan cita-cita tersebut maka haruslah mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Pemerintah tidak akan dapat mewujudkan semua itu jika dalam peningkatan mutu dan kualitas pendidikan mengalami berbagai hambatan. Adapun salah satu hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain adalah ketidakseimbangan dalam pengembangan pendidikan umum dan pendidikan agama. Pada dasarnya dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya pendidikan umum dan pendidikan agama diselenggarakan secara seimbang, tidak dikenal adanya dikotomi pendidikan.

  Pendidikan umum dan pendidikan agama merupakan dua hal yang harus dikuasai oleh setiap manusia agar mampu menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi. Dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya mampu melaksanakan proses pembelajaran yang mampu memberikan kesadaran kepada peserta didik untuk mau dan mampu belajar (learning

  

knowor learning to learn ). Materi pembelajaran hendaknya dapat

  memberikan suatu pelajaran alternatif kepada peserta didiknya (learning to

  

do ) dan mampu memberikan motifasi untuk hidup dalam era sekarang dan

  memiliki orientasi hidup ke masa depan (learning to be). Pembelajaran tidak cukup hanya diberi dalam bentuk keterampilan untuk dirinya sendiri, tetapi juga keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, tidak ada perbedaan diantaranya (learning to live together).

  Keempat pilar pembelajaran di atas harus dikembangkan baik dalam proses pendidikan umum maupun pendidikan agama. Jika hambatan dalam proses peningkatan mutu dan kualitas pendidikan dapat dipecahkan atau terselesaikan dengan baik, maka pendidikan akan mampu mewujudkan tujuannya yaitu terciptanya sumber manusia yang berkualitas yang menguasai IPTEK dan IMTAQ.

  Pendidikan keagamaan merupakan salah satu bahan kajian dalam semua kurikulum pada semua jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran wajib diikuti oleh peserta didik seperti halnya pendidikan kewarganegaraan dan yang lainnya.

  Dalam perkembangan pendidikan agama Islam seringkali berhadapan dengan berbagai problematika, diketahui bahwa sebagai sebuah sistem, pendidikan agama Islam mengandung berbagai komponen yang antara satu dan yang lainnya saling berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi : landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dan murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen yang terdapat dalam sistem pendidikan seringkali berjalan apa adanya secara konvensional, tanpa adanya inovasi menuju hal yang lebih baru sesuai dengan perkembangan zaman.

  Akibat permasalahan tersebut mutu dan kualitas Pendidikan Agama Islam semakin rendah, tujuan dan visi misi Pendidikan Agama Islam tidak berhasil dicapai dengan baik. Tujuan Pendidikan Agama Islam seringkali diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang hanya menguasai ilmu tentang Islam saja. Namun sebenarnya tujuan Pendidikan Agama Islam sangatlah luas cakupannya. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, penguasaan metodologi pembelajaran merupakan hal yang paling penting bagi seorang guru, karena metodologi yang baik akan mampu mewujudkan tujuan pembelajaran. Sanjaya (2006:80) menyatakan bahwa:

  “Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya sekedar menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Namun pembelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak mulia. Oleh sebab itu dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya tidak hanya membangun aspek kognitif peserta didik namun aspek efektif dan psikomotor peserta didik harus dikembangkan”. Menurut Dr. Zakiyah Drajat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu

  Pendidikan Islam” (1996: 30-31) bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri dari beberapa tujuan yang meliputi : tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Apabila penyelenggaraan pendidikan Islam mampu mencapai tujuan umum ini, maka terwujudlah bentuk insan kamil dengan pola taqwa. Tujuan akhir dari pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah.

  َن ُ ِلْسُآ ْ ُ ْ نَ َو لاِإ َّيُا َُ لاَو ِهِااَ ُ ا َّ َ َهَّللا ا ُ َّ اا ا ُ َآ َييِ َّلا اَه يَ اَي

  Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

  sebenar-benartakwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu matimelainkan dalam keadaan beragama Islam

  ”. (Q.S. Ali Imran, 3: 102). Adapun tujuan sementara dari pendidikan Islam adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Sedangkan tujuan operasional dari pendidikan Islam adalah tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK), yang pada saat ini disebut standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara ideal betapa beratnya beban yang harus diemban dalam penyelenggaraan pendidikan Islam harus mampu mencapai tujuan tersebut di atas, yang intinya pendidikan Islam harus mampu memberikan bekal kepada peserta didik untuk melaksanakan tugasnya di muka bumi sebagai kholifah dalam rangka beribadah kepada Allah.

  Jadi dalam proses pembelajaran seorang pendidik selain memberikan pengetahuan dan penguasaan ilmu yang setinggi-tingginya yaitu secara kognitif, seorang pendidik juga memberikan pengetahuan secara afektif dan psikomotor kepada peserta didik, sehingga dapat membentuk kepribadian, serta peradaban bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

  Untuk itu, harus diadakan rekonstruksi konsep pendidikan Islam yang berangkat dan berorientasi pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik dan realistik sebab bagaimanapun sederhananya suatu proses pendidikan,

  

ultimate goal -nya haruslah diarahkan pada tujuan yang mulia, yakni membuat

  manusia benar-benar menjadi manusia dengan melaksanakan proses pendidikan yang memanusiakan manusia. Untuk mengoptimalkan serta mengaktualkan potensi dasar kemanusiaan itu menjadi inti kegiatan Tarbiyah

  

Islamiyah . Untuk mencari serta menemukan paradigma baru, pendidikan

  Islam yang humanistik, pekerjaan paling awalnya adalah menelaah manusia itu sendiri baru kemudian menelaah konstelasi pendidikan Islam agar bisa menemukan hubungan keduanya. Menurut Mas‟ud (2002:193), menyatakan bahwa:

  “Konsep humanisme merupakan sebuah konsep keagamaan yang menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu- ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallahdan

  hablum minannas . Yang jika konsep ini diimplementasikan dalam

  praktek dunia pendidik Islam akan berfokus pada akal sehat (commonsense), individualisme (menuju kemandirian), tanggung jawab (responsible), pengetahuan yang tinggi (first for knowledge), menghargai orang lain (pluralisme), kontektualisme (hubungan kalimat), lebih mementingkan fungsi dari simbol, serta keseimbangan antara reward dan

  punishment”.

  Seharusnya, dalam praktek pendidikan agama Islam, pembumian nilai Islam rahmatan lilalamin (rahmat bagi seluruh alam) secara kualitatif mendesak harus segera dilakukan. Karena jika tidak, dikhawatirkan pendidikan agama Islam yang sudah dilakukan selama ini akan terjebak pada pendidikan agama Islam yang eksklusif dan berorientasi pada pembinaan kesalehan ritual individual yang tidak memberikan dampak positif terhadap sosial. Jika hal ini terjadi, pendidikan agama Islam di Pattani selama ini diindikasikan akan gagal (Yusdani, 28-11-2008). Indikasi kegagalan pendidikan agama di Pattani adalah bahwa Pattani merupakan wilayah dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di Thailand Selatan. Di wilayah ini telah terdapat ratusan masjid dan ribuan mushala yang bertebaran di setiap penjuru desa maupun kota.

  Pada setiap bulan Ramadan tempat-tempat ibadah tersebut ramai dihadiri oleh kaum muslimin untuk mengikuti salat tarawih, tadarrus (membaca Al-

  Qur‟an) bersama-sama dan berbagai macam salat sunnah qiyam

  

al lail . Pada akhir bulan Ramadan mereka juga berbondong-bondong dan

  serentak membayar kewajiban zakat. Pada musim haji, setiap tahun jumlah kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji selalu bertambah, walaupun negara kita sedang mengalami krisis multidimensional.

  Menurut Hujair AH & Sanaky (2003:230) Di satu pihak, ibadah individual-ritual seperti salat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur-an, berzikir, dakwah dan sejenisnya bergemuruh di mana-mana, tetapi di pihak lain praktek dan realitas kehidupan ternyata tidak merefleksikan makna kesalehan sosial yang berarti. Inilah yang menjadi tugas bagi pendidikan agama Islam dan harus segera dicari solusinya. Fenomena yang menggejala tersebut, dapat dijadikan indikasi bahwa pendidikan agama di Indonesia telah gagal. Kegagalan pendidikan agama ini disebabkan, pertama, pendidikan agama di Pattani selama ini masih berorientasi pada hal-hal yang bersifat simbolik, ritualistik, dan legal formalistik. Kedua, dalam teori, dipahami pendidikan yang baik harus menggarap tiga ranah kemanusiaan, yakni ranah kognitif (intelektual), ranah afektif (emosional), dan ranah psikomotorik. Tak ada proses pendidikan yang dianggap sempurna jika meninggalkan salah satu di antara ketiga ranah tersebut. Kegiatan pendidikan agama Islam di Pattani selama ini cenderung bertumpu pada penggarapan ranah kognitif (intelektual) atau dengan kata lain hanya pada wacana, atau hingga ranah emosional.

  Kemudian tantangan pendidikan agama Islam sekarang ini yang perlu dicarikan alternatif jalan keluarnya adalah persoalan metode. Mengingat dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri (Ismail, 2008:2).

  Sesungguhnya esensi dari pendidikan agama Islam terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa dan dapat tampil sebagai kholifatullah fil

  

ardh, dan esensi ini menjadi acuan terhadap metode pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang maksimal. pembelajaran

  Dalam proses seorang pendidik selain memberikan pengetahuan dan penguasaan ilmu yang setinggi-tingginya yaitu secara kognitif, seorang pendidik juga memberikan pengetahuan secara afektif dan psikomotor kepada peserta didik, sehingga dapat membantuk kepribadian, serta peradaban bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Akan tetapi dalam proses pembentukan watak kepribadian serta menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia dan berpengetahuan yang tinggi, serta mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan masyarakat.

  Dalam hal ini posisi peserta didik dalam proses pembelajaran bukan hanya sebagai obyek pembelajaran yang pasif, yang hanya menunggu pemberian dari seorang guru. Akan tetapi dalam proses pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk lebihaktif, kreatif dan lebih bertanggung jawab sesuai firman Allah di sana telahdijelaskan dalam Q.S. Al-Ruum, 30: 30.

  

َكِلَذ ِهَّللا ِ ْلَِلِ َليِدْبَ ا لا اَهْ يَلَع َساَّ لا َرَطَف ِتَِّلا ِهَّللا َةَرْطِف اًفيِ َ ِييِّدلِل َكَهْجَو ْ ِقَأَف

َن ُ َلْعَ ي لا ِساَّ لا َرَ ْ َ َّيِكَلَو ُ ِّيَ ْلا ُييِّدلا

  Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

  (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurutfitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yanglurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Al-Ruum,30: 30).

  Potensi dasar (fitrah) manusia yang terkandung dalam ayat tesebut merupakan salah satu predikat utama manusia sebagai makhluk pedagogik, yang dimana makhluk pedagogik merupakan makhluk Allah SWT yang sejak lahir sudah membawa potensi. Mereka dapat dididik sekaligus mendidik dan manusia dikaruniai oleh Allah SWT dengan potensi dasar yang dapat dikembangkan.

  Menurut Saleh Al-Jufri yang tertulis di buku Moh. Makin (2007: 10), bahwasannya potensi dasar (fitrah) manusia merupakan tabiat yang asli, yang perlu dikembangkan agar manusia menjadi baikserta tetap menduduki kedudukan sebagai makhluk Allah yang mulia, dan dalam mengembangkan potensi dasar ini, harus melalui proses pendidikan. Yang dimana dalam proses pendidikan tersebut mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan.

  Selama ini metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal, yang masih tampak kering dengan daya kritis siswa. Cara-cara seperti itu diakui telah membuat siswa menjadi bosan, jenuh, dan kurang bersemangat dalam belajar agama. Indikasinya adalah timbul rasa`tidak simpati siswa terhadap guru agama, dan lama kelamaan akan timbul sikap acuh tak acuh terhadap agamanya sendiri. Kalau kondisinya sudah demikian, sangat sulit mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran agama.

  Oleh karena itu, kita harus mulai melaksanakan strategi pendidikan agama Islam dengan menggunakan metode penyampaian yang men yenangkan dan tidak mengekang serta tidak melupakan “belajar berfikir” pada peserta didik, agar materi yang disampaikan pun dapat mengenai sasaran. Selain itu, materi-materi yang disampaikan kepada peserta didik juga tidak boleh keluar dari koridor nilai-nilai agama Islam yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri (Ismail, 2008:4)

  Menurut Ma‟arif (2006: 129), maka dari itu sudah saatnya kita harus membongkar model pendidikan agama Islam yang masih mengikuti “gaya lama” yang hanya menuntut peserta didik untuk “selalu patuh” dan tidak memberikan kebebasan untuk bersikap kritis dan rasional menuju kepada pendidikan agama Islam yang mencerdaskan, memerdekakan, dan memanusiakan, sehingga pendidikan agama Islam yang humanis akan terwujud.

  Dengan demikian pendidikan humanistik religius bermaksud membentuk insan manusia yang memiliki komitment humaniter sejati yaitu insan manusia memiliki kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab sebagai insan manusia yang individual. Namun tidak terangkat dari kebenaran- kebenaran faktualnya bahwa dirinya hidup di tengah masyarakat, dengan demikian ia memiliki tanggung jawab moral kepada lingkungannya berupa keterpanggilannya untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan masyarakat.

  Berangkat dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian yang berjudul

  “Implementasi Konsep Humanisme (Manootniyom) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di Seangprathip Wittaya Mulniti School Pattani Thailand Selatan Tahun Ajaran 2014/2015)”.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302).

  Dari latar belakang yang di uraikan di atas dapat diketahui bahwa pada masa modern ini, dunia pendidikan masih dihadapkan kepada beberapa problem pendidikan. Di antaranya dari segi degradasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana implementasi konsep pendidikan humanisme (Manootniyom) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Seangprathip Wittaya Mulniti School Pattani, Thailand Selatan? 2. Faktor penghambat apa saja dalam penerapan konsep humanisme

  (Manootniyom) dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam di Seangprathip Wittaya Mulniti School Pattani Thailand Selatan? 3. Bagaimana upaya penyelesaian faktor penghambat penerapan konsep humanisme (Manooniyom) dalam pembelajaran pendidikan Islam di

  Seangprathip Wittaya Mulniti School Pattani Thailand Selatan? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah. Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16).

  Kemudian tujuan yang hendak penulis deskripsikan dalam penelitian ini, yaitu:

  1. Untuk mengetahui implementasi konsep humanisme (Manootniyom) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Seangprathip Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand Selatan tahun ajaran 2014/2015.

  2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam penerapan konsep humanisme (Manootniyom) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Seangpratip Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand Selatan tahun ajaran 2014/2015.

  3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian faktor penghambat penerapan konsep humanisme (Manootniyom) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Seangprathip Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand Selatan tahun ajaran 2014/2015.

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Setiap pengkajian suatu ilmu diharapkan mampu memberikan informasi-informasi baru yang diambil manfaatnya. Manfaat bagi yang mengkaji maupun bagi khalayak umum yang membaca serta mempelajari kajian tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.

  Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah ini.

2. Manfaat praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pondok tempat penulis mengadakan penelitian dalam mengatasi permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islamdan bagi guru PAI di Yayasan Seangprathip Wittaya Mulniti School dapat memberikan bahan masukan dan sumbangan pikiran bagi guru tentang konsep pendidikan dalam pembelajaran Pendidikan AgamaIslam.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari pengertian dan penafsiran judul di atas, serta membatasai ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu: 1.

  Implementasi Implementasi berasal dari kata: implementation yang berarti suatu pelaksanaan atau penyelenggaraan (Echols, 1992: 313). Jadi arti dari implementasi di sini adalah mengaplikasikan sebuah teori ke dalam realita, sehingga akan menghasilkan manfaat dari teori tersebut serta dapat mengembangkannya menjadi lebih sempurna. Jadi, implementasi merupakan aplikasi atau penerapan yang berasal dari teori, berangkat dari teori kemudian diterapkan pada lapangan, sehingga dari permasalahan yang akan menghasilkan sebuah kesimpulan realistis. Jadi implementasi dalam skripsi ini adalah pelaksanaan dari konsep pendidikan humanis di lapangan, yang dalam hal ini penulis melakukan penelitian tentang pendidikan humanis pada pembelajaran PAI terhadap siswa-siswi di Seangprathip.

2. Pendidikan

  Menurut Purwadaminta (2006: 291), Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara, materi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sehingga pendidikan berarti proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang, dengan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses; cara; perbuatan; mendidik. Yang dimaksud Ahmadi (1992: 28) dengan pendidikan di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju terbentuknya manusia seutuhnya. Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah usaha seseorang yang sistematis, terarah yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar menuju perubahan tingkah laku dan kedewasaan anak didik, baik diselenggarakan secara formal maupun nonformal 3. Humanis

  Humanis berasal dari kata human (Inggris) yang berarti manusiawi. Menurut Budiona (2005: 228) dalam Kamus Ilmiah Populer Internasional, menyebutkan bahwa human berarti mengenai manusia, cara manusia. Sedangkan humanis berarti seseorang yang human, penganut ajaran humanisme. Humanisme adalah suatu doktrin yang menekan kepentingan kemanusiaan.

  Humanisme adalah keyakinan bahwa manusia mempunyai martabat yang sama, yang beradab dan adil, dan sebagai kesediaan untuk solider, senasib, sepenanggungan tanpa perbedaan (Shofan, 2004: 142). Kaitannya dengan hal tersebut, penulis ingin mempergunakan nilai-nilai humanisme dalam pembelajaran agama Islam yang selama ini masih terkesan jarang digunakan dalam dunia pendidikan kita. Dalam pendidikan kita lebih banyak melihat bagaimana manusia hanya dijadikan sebagai seseorang yang tidak tahuapa-apa, sedangkan dalam Islam sendiri diajarkan bagaimana manusia harus menghormati hak orang lain termasuk dalam pendidikan.

4. Pembelajaran PAI

  Dimyati & Mudjiono (1997: 157), Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk pembelajaran siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Pemaparan Pendidikan Agama Islam menurut Ahmadi (1992: 30) adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sehingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur'an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman, dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

  Menurut Tafsir (2004: 5), Pembelajaran Agama Islam adalah upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar dan tertarik untuk menerus mempelajari agama Islam baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar, maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan. Jadi pembelajaran PAI yang dimaksud penulis dalam skripsi ini adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan dengan sadar terhadap seseorang, baik perkembangan jasmani maupun rohani berdasarkan ajaran-ajaran Islam, agar kelak setelah memperoleh pembelajaran PAI, siswa-siswi tersebut dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta terbentuknya kepribadian muslim yang memiliki sikap dan perbuatan berdasarkan nilai-nilai Islam serta sebagai way of life.

  5. Yayasan Attarbiyyah Addiniyyah Seangprathip Wittaya Mulniti School Yayasan Attarbiyyah Addiniyyah Nat Kudum Pattani merupakan sebuah yayasan atau lembaga sekolah yang mencetak pendidik agama Islam di daerah Nat Kudum, Pattani. Yayasan ini berdiri pada tahun 1945 M/1366.

  Didirikan oleh syaekh Ibrahim Nik Heng (Ibrahim bin Abdurrahman) dan putranya yaitu

  Ismail bin Ibrahim bin Abdurrahman.

  san ini bertujuan untuk menegakkan kembali syiar

  Dalam yaya

  kebaikan Islam dan mencegah dengan kemungkaran. Karena setiap sebaik- baik umat adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan menyebarkan dakwah keIslaman yang berdasarkan madzhab-madzhab bathil. Tujuan utama sekolah ini yaitu mencetak kader-kader pendidik yang kelak dibutuhkan untuk masa depan.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis dan Pendekatan Penelitian Moleong menyatakan (1993: 3), Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang dimaksud penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deduktif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Ibrahim, 1980: 64).

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat, mengenai faktor- faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

2. Jenis Data

  Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah atau dengan pengertian lain suatu hal yang dianggap atau diketahui. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua : a.

  Data kualitatif Yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka-angka inilah yang menjadi data primer (utama) dalam penelitian ini. b.

  Data kuantitatif Yaitu data yang berbentuk angka statistik dalam penelitian ini data statistik hanya bersifat data pelengkap, dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

  3. Sumber Data Menurut sumber data dalam penelitian ini, data dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a.

  Sumber data primer Yaitu data yang diperoleh peneliti secara mentah dari sumber data dan masih memerlukan analisis lebih lanjut (Subagyo, 2004: 87)

  .Jenis data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari sumber data melalui wawancara, observasi atau dengan cara lainnya.

  b.

  Data sekunder Jenis data yang diperoleh atau berasal dari bahan-bahan kepustakaan (Arikunto, 2004: 107). Data ini berupa dokumen, buku, majalah, jurnal, dan yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

  4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut : a.