PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD DALAM KITAB RISALAH AL-MU'AWANAH (1634 - 1720 M 1044 - 1132 H) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT SAYYID

ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD DALAM KITAB

RISALAH AL-MU'AWANAH

  

(1634 - 1720 M / 1044 - 1132 H)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

DLIYA UDIN WIFQI

NIM: 111 10 115

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 1438 H/2016 M

  

PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT SAYYID

ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD DALAM KITAB

RISALAH AL-MU'AWANAH

  

(1634 - 1720 M / 1044 - 1132 H)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

DLIYA UDIN WIFQI

NIM: 111 10 115

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 1438 H/2016 M

  

MOTTO

Pendidikan adalah atap yang menaungimu dari badai kebodohan,

dinding yang melindungimu dari kehancuran, dan tanah tempat

berpijak yang menjadikanmu tetap berdiri selamanya.

Belajarlah dimanapun kamu berada, karena pengetahuan

sesungguhnya ada disetiap hembusan nafas dan langkahmu

  

Pendidikan yang baik akan membentuk akhlak yang baik pula

Akhlakmu saat ini merupakan salah satu kunci masa depanmu

kelak

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada: 1.

  Bapak, ibu dan keluarga tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, semangat serta do’anya sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

  2. Semua umat manusia, yang selalu senang belajar dan berlatih untuk memahami makna hidup serta mencari ridlo dari Sang Penciptanya.

  3. Semua teman-teman yang sedang mempelajari dan memperdalam ilmu Agama.

KATA PENGANTAR

  

ميحّرلا نحمّرلا للها مسب

َرّصبو ،َينِقتملِل ِةداعّسلا َجهنم َلّهسو ،َينِبلاطلل َقيرطلا َحضوأ يِذّلا ِلله ُدملحا

َراونأو ِنايملإا َرارسأ مهَحنمو ،ِنيِّدلا في ِماكحلأاو ِمكلحا ِرئاسب َينِقدصلما َرئاصب

لآ ْنأ ُدهشأو ،ِينقيلاو ِناسحلإا ،ُينبلما ُّقلحا ُكللما ُهل َكيرش لّ هَدحو ُللها ّلّإ هلإ

ِهِب ُللها ِدِرُي ْنَم ُلئاقلا ،ُينملّا ُدعولا ُقداّصلا هُلوسرو هُدبع اًدممح انَدّيس ّنأ ُدهشأو

ٍناسحإب مله ،َينِعباّتلاو هِباحصأو هِلآ ىَلعو ِهيلع ُللها ىّلص ،ِنْيِّدلا ِفي ُهْهِّقَفُ ي اًرْ يَخ

َلَإ

  .ِنيّدلا ِموي

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah ‘Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  

ABSTRAK

  Dliya Udin Wifqi. 2016. Pendidikan Akhlak menurut Sayyid Abdullah bin Alwi

  Al-Haddad dalam Kitab Risalah Al- Mu’awanah. Skripsi. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag. Kata kunci: Pendidikan, Akhlak.

  Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah Risalah Al-

  Mu’awanah, penelitian ini

  bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhlak menurut Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalah Al-

  Mu’awanah. Pertanyaan

  yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana latar belakang penulisan Kitab Risalah Al-

  Mu’awanah (2) Bagaimana pendidikan akhlak

  menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam Kitab Risalah Al-

  

Mu’awanah (3) Bagaimana implikasi pendidikan akhlak kitab Risalah Al-

Muawanah menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kehidupan

  sehari-hari.

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

  

research ). Data yang diperoleh bersumber dari literature. Sumber data primer

  adalah kitab Risalah Al-

  Mu’awanah, sumber sekundernya adalah terjemahannya

  dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.Adapun teknis analisis data menggunakan metode Deduktif, metode Induktif, dan content analysis.

  Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Risalah Al-

  Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-

  Haddad sangat relevan dengan pendidikan sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk merubah para pelajar yang saat ini masih berakhlak madhmumah (jelek), menjadi pribadi yang berakhlakul karimah (baik). Model pendidikan akhlak dalam kitab

  Risalah Al- Mu’awanah bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh

  dengan Al- Qur’an dan Hadis. Adapun pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-

  Haddad tentang pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Risalah Al-

  

Mu’awanah dapat penulis kelompokkan menjadi tiga skala besar. Pertama:

  Akhlak kepada Allah SWT. Kedua: Akhlak terhadap diri sendiri. Ketiga: Akhlak terhadap lingkungan

  DAFTAR ISI 1. JUDUL .................................................................................................. i 2. LOGO IAIN ......................................................................................... ii 3. NOTA PEMBIMBING ....................................................................... iii 4. PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................... iv 5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................... v 6. MOTTO................................................................................................ vi 7. PERSEMBAHAN................................................................................ vii 8. KATA PENGANTAR......................................................................... viii 9. ABSTRAK ........................................................................................... x 10. DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 6 C. Tujuan Penelilitian ........................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian ........................................................ 7 E. Penegasan Istilah .............................................................. 8 F. Kerangka Teoritik .…………………...…………...……. 11 G. Metode Penelitian ............................................................ 12 H. Sistematika Penulisan ....................................................... 15 BAB II. BIOGRAFI SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL- HADDAD

  A.

  Latar Belakang Penulisan kitab Risalah Al-

  Mu’awanah....................................................................... 16 B.

  Sistematika Penulisan Kitab Risalah Al-

  Mu’awanah……............................................................. 17 C.

  Riwayat Hidup Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad………….....……………..…...…………….…. 18 D. Pendidikan

  Sayyid Abdullah Bin Alwi Al- Haddad

  …….....……....................................................... 25 E. Karya-karya

  Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad

  …........................................................................ 29

  

BAB III. DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN

ALWI AL-HADDAD TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RISALAH AL- MU’AWANAH A. Pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad Tentang Pendidikan Akhlak dalam kitab Risalah Al- Mu’awanah....................................................................... 36 1. Akhlak kepada Allah SWT...................................... 37 2. Akhlak terhadap diri sendiri .................................... 39 3. Akhlak terhadap lingkungan ................................... 43

BAB IV. ANALISIS DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN AKHLAK

MENURUT SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL- HADDAD A. Pengertian Pendidikan Akhlak ………………………… 48

  B.

  Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Abdullah Al- Haddad………………………………………………….. 52 1.

  Pendidikan akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT…….………………………………………. 53 2. Pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri.………………………………………….. 59

  3. Pendidikan akhlak yang berhubungan dengan lingkungan.…………………………………...… 71 C.

  Implikasi Pendidikan Akhlak menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-

  Haddad dalam Kehidupan..…………………… 81

  BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 89 B. Saran .............................................................................. 90 C. Implikasi Penelitian ....................................................... 90 D. Kata Penutup ................................................................. 91 11. DAFTAR ISI 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai

  sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaanya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek kepadanya. (Al- Jaza’iri, tt: 223).

  Saat ini lingkungan pergaulan sudah sangat mengkhawatirkan, karena sudah sangat banyak hal-hal yang buruk yang dilakukan oleh remaja.

  Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kehidupan, dan dapat membentuk suatu kebiasaan terhadap seseorang. Terlebih pada pertumbuhan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Baik buruknya lingkungan sedikit banyak akan diikuti oleh mereka. Padahal semua orang telah menyaksikan bagaimana perilaku orang-orang yang berada di sekelilingnya sangat memprihatinkan. Kemerosotan akhlak pada anak-anak saat ini dapat dilihat dengan banyaknya tawuran, mabuk, membolos, berani dan durhaka kepada orang tua, bahkan sampai membunuh. (Jawa Pos, 2014:1). Hal ini menjadi keprihatinan bersama. Apabila tidak ada cara untuk membentengi anak-anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang buruk, maka bisa dipastikan mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk melakukan perbuatan yang buruk.

  Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi, kanak- kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini, melanjudkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap bangsa, negara, juga agama. (Al-Ghalayaini, 2000: 313).

  Oleh karena itu, orangtua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang akhlak. Supaya mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku (akhlak) yang baik, menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.

  Bila bentuk di dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga menjadi wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah tanpa keterpaksaan, seperti kemurahan hati, lemah lembut, sabar, teguh, mulia, berani, adil, ihsan dan akhlak-akhlak mulia serta kesempurnaan jiwa lainnya.

  Begitu juga jika diterlantarkan, tidak disentuh oleh pendidikan yang memadai atau tidak dibantu untuk menumbuhkan unsur-unsur kebaikannya yang tersembunyi di dalam jiwanya atau bahkan dididik oleh pendidikan yang buruk sehingga kejelekan menjadi kegemarannya, kebaikan menjadi kebenciannya, dan omongan serta perbuatan tercela mengalir tanpa terpaksa, maka jiwa yang demikian disebut Akhlak buruk, perkataan dan perbuatan tercela yang keluar darinya disebut akhlak tercela, seperti ingkar janji, khianat, dusta, putus asa, tamak, kasar, kemarahan, kekejian, berkata kotor dan pendorongnya.

  Di sini Islam menjadi penyeru pada akhlak yang baik dan mengajak kepada pendidikan akhlak di kalangan kaum Muslimin, menumbuhkannya di dalam jiwa mereka, dan menilai keimanan seseorang dengan kemuliaan akhlaknya. Allah SWT memuji NabiNya karena akhlaknya yang agung. Allah SWT berfirman:

      

  

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung”. (Q.S. Al-Qalam: 4).

  Oleh karena itu, sebagai seorang hamba yang selalu mengharap keridlaan dari Tuhannya. sudah sepatutnya harus selalu memperhatikan pendidikan tentang akhlak. Karena pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan al-

  Qur’an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89). Berbekal dengan pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh

irsyad , taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat.

  Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).

  Salah seorang ulama’ yang mengkaji dan memberikan pendidikan akhlak secara mendalam adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Dia adalah seorang guru besar dalam bidang pendidikan akhlak, baik akhlak dhahir (lahir) maupun bathin (batin).

  Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja. Firman Allah SWT :

         

  

Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk

sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al- Muzammil: 1-2).

  Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT :

        

  

Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika waktu

sahur mereka meminta ampun”. (Q.S. Adz-Dzariyat: 17).

  Sayyid Abdullah Al-Haddad berkata: "Kami telah melaksanakan segala sunnah Nabi SAW, dan tiada satu sunnah yang kami tinggalkan”.

  Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, Sayyid Abdullah Al-Haddad pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya hingga bahunya, karena rambut Rasulullah SAW adalah demikian.

  Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik akhlak, Sayyid Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang produktif dalam karya tulis. (Al-Badawi, 1994: 163). Karya-karyanya banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majlis- majlis pengkajian ilmu adalah kitab Risalah Al-

  Mu’awanah. Kitab ini

  tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai ulasan-ulasan dari pemikiran Sayyid Abdullah, berhubungan dengan pendidikan akhlak, yang bisa dijadikan acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak kepada setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.

  Selain praktis, kitab ini juga sangat detail sekali dalam penjelasan- penjelasannya. Bisa dilihat dari bab per babnya, setiap pembahasan selalu dijelaskan tentang definisi, tata cara pelaksanakannya, hasilnya dan juga dasarnya/ dalilnya. Yang membuat setiap pembacanya akan tertarik dan mantap dalam membaca dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali dan memahami Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab Risalah Al-

  Mu’awanah, yang memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Sayyid Abdullah bin

  Alwi Al-Haddad tentang tata cara dan langkah-langkah seseorang menempuh jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD DALAM KITAB

  RISALAH AL- MU’AWANAH. Penulis akan berusaha mengulas dan

  menjelaskan tentang Pendidikan Akhlak yang ada dalam Kitab Risalah Al-

  Mu’awanah. Semoga dapat memberikan kontribsi dan manfaat terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang penulisan Kitab Risalah Al-Mu’awanah? 2.

  Bagaimana Pendidikan Akhlak menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad dalam Kitab Risalah Al-

  Mu’awanah? 3.

  Bagaimana implikasi Pendidikan Akhlak kitab Risalah Al-Mu’awanah menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kehidupan sehari- hari?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimanakah latar belakang penulisan Kitab Risalah Al- Mu’awanah.

2. Mengetahui Pendidikan Akhlak menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-

  Haddad dalam Kitab Risalah Al- Mu’awanah.

  3. Mengetahui implikasi Pendidikan Akhlak kitab Risalah Al-Mu’awanah menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kehidupan sehari- hari.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis, berupa pengetahuan tentang Pendidikan Akhlak yang ada pada kitab

  Risalah Al- Mu’awanah yang berhubungan dengan ketauhidan dan akhlak

  serta langkah-langkah yang harus ditempuh oleh setiap mukmin dalam menjalani hidup menuju akhirat (kehidupan yang abadi). Diharapkan pula dapat bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya dunia pendidikan Islam.

  2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi Penulis Menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai akhlak-akhlak baik yang sesuai dengan aturan Al-Quran dan As-

  Sunah dan langkah-langkah dalam mewujudkannya, untuk selanjutnya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

  b.

  Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

  c.

  Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah khazanah keilmuan tentang pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Risalah Al-

  Mu’awanah sehingga

  mengetahui betapa pentingnya pembelajaran tentang akhlak. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang kajian mengenai ketauhidan serta langkah-langkah yang harus ditempuh oleh setiap mukmin dalam menjalani hidup menuju akhirat (kehidupan yang abadi).

  Dengan demikian diharapkan setiap individu dalam keadaan tertentu dapat mengambil langkah yang tepat dalam melangkah setiap perilaku kehidupan manusia menuju jalan yang diridloi oleh Allah SWT.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: 1. Pendidikan dan Akhlak

  Suatu rumusan nasional tentang istilah “Pen-didik-an” adalah sebagai berikut:

  “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ”. (UUR.I. No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1, Ayat 1).

  Akhlak adalah keadaan yang tertanam di dalam jiwa, yang mewujudkan/ melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa butuh berfikir atau diangan- angan terlebih dahulu”. (Al- Qosimi, 2005: 4).

  Dengan demikian pendidikan akhlak adalah merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan seseorang untuk mencapai suatu tingkah laku yang baik dan terpuji serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.

2. Risalah Al-Mu’awanah

  Ini adalah kitab yang ditulis oleh Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad pada abad ke-12 Hijriyah. Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1069 H, sewaktu Sayyid Abdullah masih berumur 26 tahun. (Al-Badawi, 1994: 165-166). Arti dari kitab ini mempunyai pengertian ringkasan pertolongan bagi orang-orang mukmin yang cinta bersikap menuju jalan akhirat. Sebagaimana judulnya, kitab ini membahas penjelasan berbagai

  mau’idloh (nasehat) tentang tata cara dan langkah-langkah yang harus

  ditempuh oleh setiap orang mukmin yang mengharapkan kebahagian di dunia dan akhirat. Kitab ini terdiri 38 bab pembahasan, dimulai dari pengenalan terhadap pengarang (

  ta’rif al-muallif), kemudian khutbah

  kitab dilanjutkan dengan bab satu, dua, tiga sampai 38. Pada bagian akhir ditulis beberapa wasiat al-rohaniah (wasiat yang bersifat kerohaniahan) dari Allah SWT. Yang diturunkan melalui beberapa hadis qudsi dengan periwayatan yang shahih, yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, dan fahrasat (daftar isi).

3. Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad

  Ia adalah seorang Imam Al-Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrohman bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shohib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Fathimah Az-Zahro Al-Batul binti Rasulullah Muhammad SAW. Sayyid Abdullah dilahirkan pada malam senin tanggal 5 bulan Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli 1634 M. di desa Subair di kota Tarim, wilayah Hadlromaut, negeri Yaman. Ia tumbuh besar dan menimba ilmu di sana. (Al-Badawi, 1994: 39-40). Kemudian pada tahun 1074 H, Sayyid Abdullah membangun rumah di Al-Hawi (sebuah kawasan yang berjiran dengan bandar Tarim). Ia berpindah ke Al-Hawi pada tahun 1099 H kemudian menetap di sana sampai ia tua. Sayyid Abdullah wafat hari senin, malam selasa, tanggal 7 Dzul-

  Qo’dah 1132 H/

  10 september 1720 M, dalam usia 98 tahun. Ia disemayamkan di pemakaman Zanbal, di kota Tarim, Hadlromaut, Yaman. (Al-Badawi, 1994: 171-172).

F. Kerangka teoritik

  Pendidikan akhlak sebagaimana dirumuskan oleh Ibnu Maskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, Merupakan upaya kearah terwujudnya sikap batin yang mendorong secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk pada Al Qur an dan Sunah sebagai sumber hukum tertinggi Islam.Akhlak mengandung beberapa arti. diantaranya :

  1. Tabiat, yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan diupayakan.

  2. Adat, yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan, yakni berdasarkan latihan.

  3. Watak, cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal yang diupayakan hingga menjadi adat.

  Dengan demikian maka pendidikan akhlak bisa dikatakan sebagai pendidikan moral dalam diskursus pendidikan islam. Telaah lebih dalam konsep akhlak yang telah dirumuskan oleh tokoh islam masa lalu seperti Ibnu Maskawaih, Al Ghazali, Ibnu Sina, Al Qabisi dan Al Zarnuji, menunjukkan bahwa tujuan islam adalah terbentuknya karakter yang positif dalam perilaku anak didik. Karakter positif ini adalah tidak lain dari penjelmaan sifat-sifat mulia Tuhan dalam kehidupan manusia ( Majid, 2013: 9-11).

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan obyek kitab-kitab, serta lainnya yang ada kaitannya dengan obyek kajian, karena yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.

  2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

  research ), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun

  referensi yang menjadi sumber data primer adalah kitab Risalah Al- Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

  Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah kitab

  Minhajul Muslim , ‘Idhatun Nasyiin, buku-buku seperti buku Watak

  Pendidikan Islam, Akhlak di atas Segalanya, serta lainnya yang ada relevansinya dengan obyek pembahasan penulis.

  3. Teknik Pengumpulan Data.

  Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yakni kitab Risalah Al-

  Mu’awanah, dan data skunder

  yakni, kitab-kitab, buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian, serta alat elektronik, seperti internet. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubunganya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data/informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data.

  Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a.

  Metode Deduktif Metode Deduktif yaitu apa yang dipandang benar dalam peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis. Hal ini adalah suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan yang khusus. (Hadi, 1990: 26). Metode ini bertujuan untuk mengetahui perpindahan dari pola pemikiran yang bersifat umum kepada penarikan pola pemikiran yang khusus. Metode ini digunakan oleh penulis untuk menganalisis data tentang pendidikan.

  b.

  Metode Induktif Metode Induktif yaitu metode yang berangkat dari fakta- fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit, kemudian dari fakta- fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum. (Hadi, 1990: 26). Metode ini bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian ditarik kesimpulan menjadi umum. Metode ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang pendidikan akhlak dalam kitab Risalah Al-

  Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-

  Haddad, yang tertuang dalam kitab Risalah Al- Mu’awanah.

  c.

  Metode Content Analysis Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:

  Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulasan kitab

  Risalatul Mu’awanah dan kaitannya dengan pendidikan akhlak.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut: Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang

  Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode

  Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

  Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad, menguraikan tentang: Biografi Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanan karirnya. Selain itu dalam bab ini juga membahas tentang perkembangan intelektual dan karya-karyanya.

  Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad. Menguraikan tentang pengertian Pendidikan Akhlak yang terdapat pada kitab Risalah Al-

  Mu’awanah.

  Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasi.

  Bab Lima. Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalah Al-Mu’awanah Sayyid Abdullah Al-Haddad, dalam menyusun kitab ini memiliki

  berbagai alasan, tujuan, dan latar belakang. Ia mengatakan bahwa alasan yang mendorongnya untuk menulis risalah ini adalah untuk melaksanakan perintah agung, perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, dan berusaha meraih janji yang mulia yaitu untuk memperoleh janji yang benar (

  al Wa’ddu al Shaadiqu)

  yang dijanjikan bagi mereka yang menyeru kepada jalan kebaikan dan menyebarkan ilmu, disamping juga permintaan dari Al-Habib Ahmad bin Hasyim al-Habsyi. (Al-Haddad, 2010: 12).

  Selain dengan alasan itu semua, memang juga karena masyarakat yang hidup pada masa itu, sedang dalam kondisi minus akhlak, banyak kerajaan- kerajaan yang melancarkan peperangan, berebut kekuasaan, dan masyarakatnya kurang mendapat perhatian dari penguasanya, yang menyebabkan satu sama lain dari mereka berbuat hal-hal yang di luar tuntunan syari’at Islam. Akibat kurangnya perhatian dan tuntunan dari pemimpinnya

  Sayyid Abdullah Al-Haddad juga memohon ampun kepada Allah SWT, karena sebenarnya dia tidak hendak mengatakan bahwa yang mendorongnya menyusun risalah ini semata-mata karena tujuan-tujuan keagamaan yang baik. Sebab ia mengetahui, masih adanya keinginan- keinginan tersembunyi, nafsu yang merajalela, dan cinta dunia di dalam hatinya, dan ia tidak membebaskan diri dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Haddad, 2010: 13).

  Dengan kearifannya, ia mengatakan pula bahwa hamba yang fakir, hamba yang mengaku akan kekurangan dan kelalaian, yang berharap akan ampunan Tuhannya Yang Kuasa. (Al-Haddad 2010: 13).

B. Sistematika Penulisan Kitab Risalah Al-Mu’awanah

  Kitab Risalah Al-

  Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad adalah salah satu kitab Tauhid yang dikarang oleh para ulama’.

  Sistematika penyusunannya hampir sama dengan kitab yang lain. Yaitu dengan sistem tematik, yang sistem penulisannya dari satu bab ke bab yang lain. Penyusunannya dimulai dengan: 1.

  Muqaddimah berupa pengenalan yaitu berisi tentang pengenalan dengan pengarang.

  2. Khutbah atau penyampaian kitab.

  3. Bab selanjutnya pembahasan isi kitab Risalah Al-Mu’awanah, dan diakhiri dengan do’a.

  Sayyid Abdullah dalam menyusun kitab ini, mengatakan bahwa Islam adalah agama yang istimewa, hingga Allah SWT pun telah mengistimewakan agama Islam. Kitab risalah ini beliau susun berkat pertolongan dan kekuasaan Allah SWT, dan sebuah wasiat yang dengan kemurahan dan rahmat Allah SWT, insya Allah bermanfaat.

C. Riwayat Hidup Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad 1.

  Kelahiran, Keturunan dan Tempat Tinggal Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dilahirkan pada malam senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli tahun 1634 M. di Subair

  (sebuah perkampungan di pinggiran kota Tarim, Hadlramaut, Yaman). Sayyid Abdullah Al-Haddad adalah Keturunan dari Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal sebagai seorang yang shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad Al-

  ‘Arifiin (ma’rifat) dan Syarifah

  Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi, yang juga dikenal sebagai wanita yang shalehah. (Al-Badawi, 1994: 39-40).

  Nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad bersambung kepada kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al- Husein RA, putra dari Amirul Mukminin Sayyiduna Ali bin Abi Thalib RA, dan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA, putri dari Rasulullah SAW.

  Urutan mata rantai nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang hingga sampai pada Nabi Muhammad SAW, dari jalur sayyidina Husein RA, dapat dilihat pada bagan yang akan penulis cantumkan sebagai berikut: Sayyiduna Muhammad SAW

  Sayyidatuna Khatijah Al- Kubro RA

  Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA

  Al-Imam Al-Husein Ali Zainal ‘Abidin

  Ja’far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir

  Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy

  Ubaidillah Alwi Ba’lawi Shohib Saml

  Alwi Muhammad Ali Kholi’ Qosam

  Muhammad Sohib Mirbath Abdurrahman Alwi Al-Faqih Al-Muqaddam

  Ahmad Al-Faqih Abdullah Ahmad Muhammad

  Abu Bakar Ahmad Al-Haddad Muhammad Alwi

  Abdullah Ahmad Sayyid Alwi Muhammad Al-Haddad

  Syarifah Salma binti Idrus Al-Imam Al-

  ‘Alamaah, Sayyid Abdullah Al-Haddad, Al- Hadlromiy, Asy- Syafi’i, Al-Asy’ari. Demikianlah runtunan nasab Sayyid Abdullah Al-Haddad yang sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al- Husain RA. .

  Sayyid Abdullah Al-Haddad tinggal disebuah tempat bernama Al- Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi) pada tahun 1099 H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadlramaut) berkata: ”Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada

  

pentadbiran (pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan

  tempat yang strategi untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat itu”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi dihormati.

  Sayyid Abdullah Al-Haddad membangun rumahnya di Al-Hawi pada tahun 1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada tahun 1099 H. Ia membangun masjidnya berdekatan dengan rumahnya, dan mengajar di sana selepas salat asar setiap hari, dan pagi hari kamis dan senin, serta

  hadlrah

  (rebana) pada setiap malam Jum’at selepas salat isya’. Maka dengan berbagai aktivititas, Al-Hawi menjadi tumpuan kepada para ulama’, dan orang-orang shaleh, serta tempat perlindungan bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zona selamat, aman, dan tenteram.

2. Ketekunan Ibadahnya

  Pada tahun 1079 H, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah sampai di Makkah, ramai penduduk Makkah yang menyambut kedatangannya, dan di sana ia tinggal di rumah Sheikh Husain Ba Fadal. Sayyid Abdullah menceritakan keberadaannya di rumah Sheikh Husain Ba Fadlal, Sayyid Abdullah berkata:

  “Sesungguhnya Sheikh Husain berkata: Aku mempunyai dua lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang pertama: adalah lautan dzahir, yaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang kedua: lautan batin, yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi As-Seggaf, dan Allah SWT telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untu kku”.

  Pada tahun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari jum’at, ramai penduduk Makkah pada ketika itu yang datang kepadanya. Ketika Sayyid Abdullah Al-

  Haddad sedang duduk di sebelah Hijir Isma’il, ia didatangi oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta do’a kepadanya agar permintaanya di kabulkan oleh Allah SWT (tanpa memberitahu apakah hajatnya itu), maka Sayyid Abdullah Al-

  Haddad mendo’akan untuknya. Ketika Syarif Barakaat pergi, Sayyid Abdullah Al-Haddad bertanya: Siapakah dia itu? ia diberitahu kalau dia adalah salah seorang yang besar di Makkah. Lalu Sayyid Abdullah berkata: “Dia meminta untuk menjadi raja di Makkah, dan Allah SWT telah mengabulkan pe rmintaanya”. Syarif Barakaat dilantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082 H.

  Pada hari Jum’at 1 Muharram 1080 H, bertepatan dengan masuknya waktu salat fajar, Sayyid Abdullah Al-Haddad telah di pelawa untuk menjadi imam pada salat subuh di Masjidil Haram di Makkah. Ia membaca surah As-Sajdah dan surah Al-Insan.

  Sayyid Abdullah Al-Haddad melangsungkan perjalanannya menuju kota Madinah Al-Munawwarah. Telah diceritakan bahwa, ia tidak tidur dalam perjalanannya menuju kota Madinah kecuali sedikit sekali, disebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Dia mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:

  ِّبُْلحا صِلاَخ ْنِم َحاَوْرلأا َطلاَخ الم * ىَرَكلا انل ّذلي َلّ ْنأ َانَل ّذلَي

Artinya:”Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak

meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu dengan ruh”.

  Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad menghampiri kota Madinah, ia dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya yang bersinar. Ia mengungkapkan dalam syairnya:

  ِبنعلا فرعب يرزي ىذش انمشم * ا هعو برو ًةب يط ان غلب املف ِرباقلما ّلك يرخ نم انسلا حلّ و * ب ناج ّلك نم ُراونلأا ْتقرشأو رفاس ِةداعّسلاب انيلع ٍحابص * نم باط ةنيدلما انيفاو انلصو رجفلا عم

  

Artinya:”Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau

sangat wangi, mengalahkan wangian-wangian anbar. Cahaya menyinari segala penjuru, cahaya itu bersinar melalui kubur sebaik-baik manusia. Bersamaan dengan waktu fajar, kami

  sampai ke Madinah, sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan”.

  Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang di perintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja. Firman Allah SWT:

         

  

Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk

shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S.

  Al-Muzammil:1-2).

  Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT:       

Dokumen yang terkait

PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 153

STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD (1634 - 1720 H 1044 - 1132 H) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 116

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

1 2 130

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL – MARZUKI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 2 112

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM BUKU CARA NABI MENDIDIK ANAK KARYA MUHAMMAD IBNU ABDUL HAFIDH SUWAID SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 79

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS KITAB I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH MUSTHAFA AL-GHALAYAINI) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 4 123

KONSEP HATI PERSPEKTIF AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 111

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 111

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 3 104