TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PAD A SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling
TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PAD A SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh : BRIGITA ARIE PRADANI PUTRI 031114014 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PADA
SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
BRIGITA ARIE PRADANI PUTRI
031114014
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Ia membuat segala sesuatu indah tepat pada waktunya, bahkan ia
memberikan kekuatan dalam hati mereka” (Pengkotbah 3:11)“ Tetap Sehat dan bersemangat!!!!!” Skripsi ini Kupersembahkan untuk : v Mama tercinta Yuliana R
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, 07 Mei 2009 Penulis Brigita Arie Pradani Putri
ABSTRAK
TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PADA
SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I TIMOHO YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
Brigita Arie Pradani Putri
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi
Luhur I Timoho Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Masalah penelitian ini
adalah bagaimanakah tingkat keaktifan siswa kelas IX SMP Pangudi luhur I
Yogyakarta me ngikuti bimbingan klasikal Tahun Ajaran 2008/2009?Subyek penelitian adalah semua siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Timoho Yogyakarta yang berjumlah 200 siswa. Alat pengumpulan data yang
digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal
berbentuk kuesioner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal dan di susun oleh
peneliti. Kuesioner terdiri dari 30 item dengan alternatif jawaban “Sangat Sering”,
“Sering”, “Kadang-Kadang”, “Tidak Pernah”. Item-item tersebut merupakan
penjabaran dari 3 aspek keaktifan mengikuti bimbingan klasikal yaitu: keaktifan
secara fisik, intelektual, emosi. Koefisien reliabilitas ' =0,877. r xxTeknik analisis data yang digunakan adalah statistik rata -rata, standar
deviasi, dan pengkategorisasian jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, sangat rendah.(Azwar,1999) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keaktifan mengikutibimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 sangat tinggi (132 siswa, 66%), tinggi (51
siswa, 25,5%), sedang (17 siswa, 8,5%), rendah (0%), dan sangat rendah (0%).
ABSTRACT
THE ACTIVITY LEVEL OF NINE GRADE STUDENTS OF SMP
PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA IN PARTICIPATING A
CLASSICAL GUIDANCE IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009
Brigita Arie Pradani Putri
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009
This research was a descriptive research using survey method. This
research was aimed to obtain the description about the activity level of nine grade
students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta in participating a classical guidance
in the academic year 2008/2009.The problem in this research was what is the
activity level of nine grade students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta in
participating a classical guidance in the academic year 2008/2009.The Subject of this research was the nine grade students of SMP Pangudi
Luhur I Yogyakarta with the research population of 200 students. The
questionnaire about students activity in participating classical guidance was
composed by the researcher. The questionnaire consisted of 30 items with
alternative of answer are “Very Often”,”Often”,”Sometimes”,”Never”. Those
items conclude d 3 aspect of the activity in following a classical guidance:
physically, intelectually, and emotionally. Reability coeficien rxx = 0,877.The data analysis techniques which were used in this research are average,
deviation standard, and level categorization such as very high, high, medium, low,
very low. (Azwar, 1999).The result of this research showed that the activity level of nine grade
students in participating a classical guidance of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta
in the academic year 2008/2009 very high (132 students, 66%), high (51 students,
25,5%), medium (17 students, 8,5%), low (0%), and very low (0%).LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Brigita Arie Pradani Putri NIM : 031114014 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal Pada Siswa Kelas IX SMP
Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 beserta
perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 07 Mei 2009 Yang menyatakan Brigita Arie Pradani Putri
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahabaik, yang selalu menyertai dan
menuntun penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Begitu besar
kasih-Nya kepada setiap orang yang berharap kepada_nya sehingga Ia selalu
menopang dan meneguhkan setiap usaha dan karya penulis. Ia mencurahkan
segala rahmat dan berkat-Nya untuk menolong penulis dalam menyelesaikan
skripsi melalui dosen dan teman-teman yang berada di sekitar penulis. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka
yang secara langsung telah memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.1. Dra. M.M Sri Hastuti M.si selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati membimbing, menuntun, dan mendampingi peneliti selama penulisan skripsi hingga akhirnya skripsi ini selesai dengan baik.
2. A.Setyandari, S.Pd.Psi.,M.A dan Fajar Sentoadi Spd, Selaku Dosen Penguji.
3. Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur I yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
4. Ibu V. Indriastuti, S.Pd. dan Ibu Natalia Tutik selaku Koordinator dan Staff Bimbingan Konseling SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta yang berkenan menerima dan mendampingi serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Mami tercinta Yuliana Rusmini Spd, yang tak pernah berhenti untuk selalu berdoa, sabar dan mendukung peneliti sampai saat ini.
6. Tante Yose n’ Fam yang selalu menanyakan perkembangan skripsi ini, sehingga peneliti terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Nicolas Andalan N, terimakasih Support, Doa dan Kasih di hari-hari yang lalu.
8. Agung Samudra, yang selalu Memotivasi, Dukungan, Doa dan selalu menemani di saat-saat terakhir skripsi.(Xie2 ya ko..)
9. Xvaganza Dancer, Terimakasih telah menjadi saudara sehingga bisa bertumbuh dan berkembang bersama untuk jadi lebih kreatif lagi..(One for All, All for One ) 10.
Teman terbaikku, Maria dwi nariswati terima kasih untuk support dan penghiburannmu disaat aku sedang sedih dan susah. Fr. Paul untuk bantuan di Bab III 11. Teman-teman seperjuanganku BK’03: Kak uning, Agung, magna, oca, sonya, hayu, Ayu, Yasinta, om gugun, mandus, iin, wicha, bayu, wulan, pipit, bismo, mami surmi, tutus, lita, berta, kak ferdi, erna, yang memberikan kenangan tak terlupakan di kampus tercinta.
12. Teman-teman kost tercinta: Boneng, U put, Desty, Kak Uus.
Semoga segala sesuatu yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat berkat dari Tuhan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………..iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………...vABSTRAK……………………………………………………………………vi
ABSTRACT…………………………………………………………………………….. vii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI…………………………………..viii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………...xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………...5 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………5 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………..5 E. Definisi Operasional……………………………………………………5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal…………………………………….7 2. Tujuan Bimbingan Klasikal………………………………………...9 3. Manfaat Bimbingan Klasikal………………………………………10 4. Ragam Bimbingan Klasikal………………………………………..11
B.
Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan Klasikal 1.
Keaktifan Secara Fisik…………………………………………...12 2. Keaktifan Secara Intelektual……………………………………..15 3. Keaktifan Secara Emosi………………………………………….17 C. Siswa Sekolah Menengah Pertama…………………………………..19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………………….21 B. Variabel Penelitian…………………………………………………...21 C. Subjek Penelitian……………………………………………………..21 D. Instrumen Penelitian………………………………………………….22 E. Pertanggungjawaban mutu Alat ukur………………………………...25 F. Teknik Analisis Data………………………………………………….30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……………………………………………………….33 B. Pembahasan…………………………………………………………...34 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………………40 B. Saran…………………………………………………………………..40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal Tabel 3 Jumlah Responden Penelitian Terpakai Tabel 4 Hasil Penelitian Terpakai KuesionerTabel 5 Norma Kategori tingkat Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan
KlasikalTabel 6 Penggolongan Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal
Pada Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Tahun Ajaran2008/2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan Klasikal
Lampiran 2 Hasil Tabulasi Data Penelitian Kuesioner Keaktifan
mengikuti Bimbingan Klasikal Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009Lampiran 3 Validitas dan Realibilitas
Lampiran 4 Kategori Skor -skor Hasil Kuesioner Keaktifan Siswa
Mengikuti Bimbingan Klasikal Lampiran 5 Surat Ijin PenelitianLampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. A. LATAR BELAKANG MASALAH Winkel dan Sri Hastuti (2004: 31) mengatakan bahwa tujuan pelayanan
bimbingan adalah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin
perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab
sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai
manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan
semua potensi yang baik adanya, dan menyeleseikan semua tugas yang dihadapi
dalam kehidupan ini secara memuaskan. Pendidikan di sekolah yang baik dapat
ditunjukkan melalui proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Kegiatan
bimbingan klasikal adalah salah satu proses yang memungkinkan tercapainya
tujuan yang ingin dicapai sekolah. Bimbingan klasikal adalah bimbingan dalam
bentuk kelompok yang diselenggarakan oleh konselor sekolah untuk siswa satu
kelas pada tingkatan kelas tertentu. Konselor sekolah menyelenggarakan kegiatan
bimbingan klasikal berdasarkan materi bimbingan yang telah direncanakan dan
dikaitkan dengan taraf perkembangan siswa, kebutuhan atau permasalahan siswa.
2 Dalam interaksi konselor dan siswa selama bimbingan kelas tampak
keaktifan dan ketidakaktifan siswa yang terwujud dalam perilaku verbal dan non
verbal. Perilaku verbal seperti misalnya: bercerita, bertanya, berpendapat,
berdiskusi, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan, memberikan komentar,
dan mengerjakan tugas di kelas. Sedangkan perilaku non verbal seperti misalnya:
sikap duduk, anggukan kepala, gerak-gerik lengan dan tangan, ekspresi waja h,
kontak mata. Keaktifan mengikuti bimbingan klasikal dapat diartikan keterlibatan
masing-masing siswa dalam kelas untuk selalu aktif secara fisik, intelektual,
emosi.(http/www.goole.com/artikel keaktifan mengikuti bimbingan klasikal
disekolah/ tanggal 01 januari2007) Keberhasilan bimbingan klasikal di tunjukkan
oleh dikuasainya materi bimbingan oleh siswa.Penulis berpendapat bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam
bimbingan klasikal yang penting adalah keaktifan siswa, selain faktor kemampuan
konselor sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan bimbingan klas ikal.
Keaktifan mengikuti bimbingan klasikal tidak dapat muncul dengan sendirinya.
Konselor sekolah harus menciptakan situasi yang memungkinkan terciptanya
bimbingan klasikal yang menyenangkan, menarik, dan tidak monoton sehingga
rasa ingin tahu siswa, dan motivasi siswa meningkat. Selain faktor keaktifan
siswa, keberhasilan pelaksanaan bimbingan klasikal, adalah tersedianya sarana-
sarana penunjang, materi bimbingan mempengaruhi keberhasilan bimbingan
klasikal.Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat keaktifan
mengikuti bimbingan klasikal pada siswa SMP dengan alasan, pengalaman
3
penulis selama kurang lebih 6 minggu melakukan Praktek Pengalaman Lapangan
( PPL ) di salah satu SMP swasta di yogyakarta. Penulis berpendapat bahwa
bimbingan klasikal bisa berjalan lancar salah satunya karena adanya keaktifan dari
siswa itu sendiri. Selama ber PPL penulis mendapat kesempatan untuk melakukan
bimbingan klasikal dan mengadakan observasi teman praktikan dan konselor
sekolah yang ada di SMP tersebut. Dari sumber tersebut penulis mempunyai
pendapat bahwa bimbingan klasikal dapat berjalan lancar salah satunya karena
adanya keaktifan pada siswa.Berdasarkan laporan PPL di beberapa SMP swasta lain dalam
menyampaikan materi dalam bimbingan klasikal ada bermacam-macam respon
siswa misalnya, siswa hanya sekedar menulis, jika konselor sekolah memberikan
pertanyaan siswa hanya menjawab seperlunya saja, jika konselor sekolah
menyuruh memberikan komentar apa yang di bahas pada materi sebelumnya
siswa memberikan komentar seenaknya sendiri, namun ada juga beberapa siswa
yang mendengarkan dan bisa menjawab dan mengerjakan tugas yang diberikan
pada saat bimbingan kelas berlangsung. Pada saat penulis mengobservasi teman
praktikan yang memberikan bimbingan klasikal, res pon yang di berikan oleh
siswa juga hampir sama dengan konselor sekolah, misalnya memberikan
komentar yang tidak ada hubungannya dengan materi yang disampaikan,
mengobrol dengan teman sebangku, namun ada juga yang terlibat aktif dalam
bimbingan tersebut. Kemudian menurut pengalaman penulis pada saat melakukan
bimbingan klasikal yaitu, suasana kelas gaduh, siswa keluar masuk kelas, siswa
mengerjakan tugas mata pelajaran tertentu, sehingga mereka asal saja memberikan
4
komentar ataupun tanggapan yang tidak berkaitan dengan materi yang
disampaikan, hanya beberapa yang terlibat aktif dalam bimbingan pada saat itu.Dari hasil pengalaman penulis, laporan PPL di SMP swasta lain dan
pengamatan menurut penulis, dalam pelaksanaan bimbingan klasikal di sekolah
ada perilaku siswa yang aktif dan adapula perilaku yang kurang aktif. Perilaku
aktif misalnya seperti: siswa mau mendengarkan, siswa berdiskusi baik dalam
kelompok kecil maupun besar, siswa mengungkapkan pendapatnya, siswa mengisi
lembar tugas, siswa bertanya. Seda ngkan perilaku kurang aktif misalnya seperti:
siswa berbicara sendiri, siswa tidak mau berdiskusi dan hanya jalan-jalan di kelas,
tidak mau mengerjakan lembar tugas, meninggalkan kelas pada saat bimbingan
klasikal berlangsung.Penulis ingin mengungkap tin gkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal
pada siswa SMP pangudi Luhur I Timoho karena, alasan pertama penulis
berpendapat bahwa bimbingan klasikal bisa berjalan lancar salah satunya karena
adanya keaktifan dari siswa itu sendiri, alasan kedua adalah penulis pernah
melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) dan mendapatkan
kesempatan untuk mengobservasi konselor sekolah dan memberikan bimbingan
klasikal.Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang tingkat
keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur
I Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
5 B. Rumusan Masalah Berawal dari latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah tingkat
keaktifan siswa kelas IX SMP Pangudi luhur I Yogyakarta mengikuti bimbingan
klasikal Tahun Ajaran 2008/2009?C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang tingkat keaktifan
mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada guru pembimbing dalam usaha meningkatkan keaktifan mengikuti bimbingan klasikal.
2. Bagi penulis memperoleh pengalaman dalam mengungkap tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta.
E. Definisi Operasional 1.
Tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal adalah taraf keterlibatan siswa secara langsung dalam kelas untuk selalu aktif baik secara fisik,
6 intelektual, emosi.(http/www.goole.com/artikel keaktifan mengikuti bimbingan klasikal disekolah/ tanggal 01 januari2007) 2.
Siswa kelas IX SMP adalah siswa yang terdaftar sebagai siswa di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Klasikal
1. Pengertian
Bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya (Winkel dan Hastuti,2004: 1).
Bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Depdikbud,1994: 1).
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris ”guidance”. Sesuai dengan istilahnya, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan, tetapi harus diingat bahwa tidak setiap ba ntuan atau tuntunan dapat diartikan sebagai bimbingan. Pelayanan bimbingan secara profesional di Indonesia sampai saat ini difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah dan hanya terealisasi pada tahap pendidikan sekolah dan Perguruan Tinggi (Winkel dan Hastuti,2004: 1). Pelayanan bimbingan di sekolah, salah satunya dilaksanankan dengan cara bimbingan klasikal.
Istilah klasikal merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris ”class”, yang dapat diartikan sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan klasikal adalah pelayanan bimbingan yang di berikan pada siswa secara kelompok yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan Thomson, 2000 dalam Sink,2005:189).
Winkel dan Hastuti,2004:563 mengatakan bahwa bimbingan klasikal
adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada
waktu yang bersamaan. Menurut Winkel dan Hastuti bimbingan klasikal
merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing
siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan
bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanankan dengan
mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan
sejalan dengan progam yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh
pihak-pihak terkait.Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 304) menyebutkan bahwa bimbingan
klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing selaku konselor sekolah untuk
memberikan informasi yang bersifat karier, belajar, dan personal-sosial.
Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa
sebagai ragam bimbingan klasikal yaitu personal-sosial, belajar, dan bidang
karier.Prayitno (1999: 254-255) mengungkapkan terdapat enam jenis layanan
dalam bimbingan dan konseling, yaitu: Layanan Orientasi, Layanan Informasi,
Layanan Penempatan dan Penyaluran, Layanan Bimbingan Belajar, Layanan
Konseling Perorangan, dan Layanan Bimbingan Kelompok/klasikal. Layanan
orientasi, memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru
dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru
dimasukinya. Layanan Informasi, bersama dengan layanan orientasi
memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Informasi yang dapat diberikan di sekolah di antaranya: informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya. Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran, membantu menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi- potensinya. Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam kelompok belajar, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran ke jurusan/progam studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja. Layanan bimbingan belajar, membantu siswa untuk mengatasi masalah belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif. Layanan konseling individual (perorangan), konseling yang diberikan secara perorangan. Layanan bimbingan dan konseling kelompok, kons eling yang dilaksanakan pada sekelompok orang yang mempunyai permasalahan yang serupa.
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Menurut Winkel dan Hastuti (2004:547), tujuan bimbingan klasikal adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing- masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota kelompok. Selain itu bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan- tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui kegiatan secara kelompok, baik kelompok kecil, setengah besar atau besar serta diarahkan pada terpenuhinya setiap tugas perkembangan remaja dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir melalui penyampaian topik-topik bimbingan.
3.. Manfaat bimbingan klasikal Menurut Sink (2005: 1990) , melalui bimbingan klasikal para siswa: 1)
Mendengarkan dan terbuka satu dengan yang lain, sehingga dengan berpendapat para siswa dapat merasakan persoalan yang mungkin sedang mereka hadapi. 2) Berpartisipasi dalam kelompok, sekalipun mereka mungkin tidak memilih untuk berbicara dalam kelompok. 3) Mempunyai kesempatan untuk mencoba pendapat mereka dan menerima balikan dari teman-teman dalam kelompok. 4) Memperoleh informasi penting atau pengetahuan yang dapat mereka gunakan untuk membuat keputusan secara tepat. 5) Mendapatkan keahlian sesuai kebutuhan untuk menghadapi masalah disekolah dan dalam kebiasaan hidup mereka sehari-hari. Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004: 565-566) mengatakan bahwa bimbingan klasikal bermanfat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi para siswa.
Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain: a.
Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa sekaligus dapat mengenal siswa.
b.
Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang di butuhkan oleh semu siswa. c.
Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga alternatif di sekolah hanya satu atau dua orang saja.
Manfaat bagi para siswa antara lain: a.
Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka
memutuskan untuk berwawancara secar pribadi dengan konselor.
b.
Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa teman- temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap kali sama.
c.
Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok.
d.
Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok, yang akan dibutuhkan selama hidupnya.
e.
Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya diketengahkan oleh konselor sekolahnya saja.
f.
Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau bersifat tertutup.
4 . Ragam bimbingan klasikal Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 309) menyebutkan bahwa, bimbingan klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan vokasional/karier, belajar, dan personal-sosial. Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa siswa sebagai ragam bimbingan klasikal, yaitu bidang personal-sosial, belajar/akademik dan karier. Bimbingan karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari pekerjaan yang telah dimasuki. Bimbingan akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih progam studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Sedangkan bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri;dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya;serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan /pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti)
B. Keaktifan Siswa mengikuti Bimbingan Klasikal
Keaktifan berasal dari kata aktif. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata aktif berarti kegiatan atau aktivitas atau keterlibatan secara penuh.
(Poerwadarminta, 1976). Keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal pada dasarnya adalah keterlibatan siswa secara langsung dalam kelas untuk selalu aktif baik secara fisik, intelektual, emosi.
1. Keaktifan secara fisik Alwi (2005) mengungkapkan bahwa fisik berarti jasmani, badaniah.
Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal siswa hendaknya sehat jasmaninya,
siswa yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan
motoriknya lemah, akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak
diteruskan ke otak sehingga siswa tidak dapat mengikuti bimbingan klasikal
dengan baik. Mempunyai keaktifan secara fisik dalam mengikuti bimbingan
klasikal yang terlihat dalam tindakan dan perilaku di dalam kelas (Barbara,2007;
379). Keaktifan siswa secara fisik dalam mengikuti bimbingan klasikal seperti
siswa memberikan perhatian (fokus melihat), mendengarkan aktif, terlibat dalam
permainan aktif pada saat kegiatan bimbingan klasikal berlangsung.Suharnan (2005; 4) mengungkapkan, memberikan perhatian adalah
pemusatan pikiran terhadap suatu objek atau tugas tertentu. Secara umum
perhatian dapat dibedakan menjadi dua yaitu perhatian terbagi dan perhatian
selektif. Perhatian terbagi terjadi apabila seseorang harus membagi konsentrasi
pikirannya kedalam beberapa tugas sekaligus. Sementara itu, perhatian selektif
terjadi apabila seseorang harus mengkonse ntrasikan pikirannya terhadap salah
satu dari dua tugas yang harus dikerjakan. Dalam hal ini perhatian selektif sangat
menunjang keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.Devito (1997) mendifinisikan mendengarkan sebagai proses aktif
penerimaan rangsangan (stimulus) melalui telinga (aural). Mendengarkan tidak
terjadi begitu saja; orang harus melakukannya. Mendengarkan menuntut tenaga
dan komitmen. Mendengarkan (listening) menyangkut penerimaan rangsangan
(proses fisiologis dan psikologis); sedangkan mendengar (hearing) merupakan
proses fisiologis saja.Johnson (Sinurat, 1999) menjelaskan bahwa keterampilan mendengarkan aktif adalah kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian,
memahami apa yang dirasakan oleh pembicara dan memberikan tanggapan yang
tepat. Devito (1997) juga menjelaskan bahwa mendengarkan aktif bukanlah
proses yang sekedar mengulangi kata-kata si pembicara, tetapi lebih merupakan
upaya memahami keseluruhan pesan si pembicara.Mengacu pada definisi-definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa
keterampilan mendengarkan aktif adalah kemampuan pendengar untuk
mendengarkan dan mengerti isi pesan, perasaan pembicara serta
mengungkapkannya kembali sesuai dengan maksud pembicara.Permainan adalah salah satu media dalam bimbingan kla sikal yang
berfungsi sebagai penghangat dan pengasah otak yang memberikan sesuatu yang
menggembirakan dan menyenangkan. Permainan sangat efektif untuk
menghangatkan suasana dalam kelompok. Dengan permainan dapat
menimbulkan semangat dan melatih kemampuan fisik, komunikasi antar pribadi
dan intelektual siswa (Martin Handoko & Theo Riyanto : 2006).Sedangkan, Tedjasaputra (2001: 53) mengemukakan bahwa permainan
adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan kepada siswa
melalui aktivitas atau gerakan-gerakan tubuh yang mereka lakukan sendiri. Jadi
dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa terlibat dalam bermain aktif sangat
bagus jika diberikan kepada anak didik dalam bimbingan klasikal untuk
membantu mereka terlibat secara aktif dalam bimbingan klasikal serta
mengembangkan pola perilaku sosial siswa untuk dapat membina hubungan
dengan orang lain dan bekerjasama.Dengan memberikan perhatian (fokus) , mendengarkan aktif, dan terlibat dalam permainan sangatlah potensial untuk terciptanya interaksi yang baik antara siswa dan konselor sekolah dalam memberikan bimbingan klasikal.
2. Keaktifan secara intelektual Alwi (2005) mengungkapkan Intellectual atau intelektual yaitu cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan pengetahuan. Menurut Chaplin (Kartini Kartono, 2006: 252) intelek adalah proses kognitif berfikir, daya menghubungkan, serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Intelek memuat kemampuan mental atau inteligensi. Sedangkan inteligensi atau kecerdasan menurut Chaplin (Kartini Kartono, 2006: 253) adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Intelektual menyinggung soal intelegensi. Menurut David Wechsler (1995); intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan mengahadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Sudah disadari baik oleh pihak guru, orangtua, maupun siswa sendiri bahwa kemampuan intelektual memainkan peranan yang amat besar, tinggi rendahnya prestasi yang hendak dicapai siswa.
Mempunyai keaktifan secara intelekual berarti memproses informasi- memahami informasi, untuk merespon suatu tugas. Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal keaktifan secara intelektual seperti memberikan pendapat dalam bimbingan klasikal, terlibat diskusi kelompok, mengerjakan tugas,aktif bertanya.
Memberikan pendapat atau tanggapan dalam bimbingan klasikal dapat
berupa hasil pengamatan atau kesan yang tinggal di dalam diri kita setelah kita
mengamati sesuatu. Tanggapan itu bermacam-macam, misalnya; tanggapan
visual ialah pengamatan dengan menggunakan indra mata; tanggapan auditif ialah
kesan dari pengamatan dengan menggunakan indra telinga; tanggapan motorik
ialah tanggapan yang berasal dari pengamatan dengan mempergunakan gerakan-
gerakan.Bulatau (1971;6-7) mengungkapkan diskusi berkelompok dapatlah
dirumuskan sebagai berpikir bersama adalah tindakan yang paling wajar bagi
setiap manusia, namun juga paling sulit pelaksanaannya dengan baik. Melamun
juga merupakan suatu cara berpikir, akan tetapi cara berpikir yang tidak
produktif, sikap realistislah yang dapat menghasilkan pemikiran yang produktif.
Sikap ini yang menyebabkan manusia mengarahkan pemikirannya kepada
kenyataan kehidupan. Berpikir berarti menelaah sungguh-sungguh suatu soal
dengan akal budi dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri
mengenai persoalan itu. Yang mendorong orang berga bung dalam berpikir adalah
usaha untuk mengetahui realistis tidaknya pemikirannya sendiri apabila dikaji
dengan pengalaman sesamanya. Bergabung dalam berpikir berarti saling tukar-
menukar pandangan, saling memperbandingkan dua jenis rangkaian pengalaman
ya ng berbeda dalam rangka usaha bersama untuk mencapai realita.Seorang individu yang cerdas, menurut Ausubel dan Ausubel (dalam Thornburg,1982) ditandai dengan kemampuannya untuk memproses informasi. Sedangkan menurut Piaget, cerdas adalah kemampuan mental
(aktivitas mental/mental activity) untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dan mencari keseimbangan dengan lingkungan hidupnya (lingkungan fisik dan lingkungan sosial).
Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal, keaktifan secara intelektual tampak dalam tindakan siswa memberikan pendapat dalam bimbingan klasikal, diskusi kelompok, aktif bertanya dan mengerjakan tugas secara individual. Hal- hal tersebut sangatlah mendukung terciptanya keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
3. Keaktifan secara emosi Emosi berarti perasaan yang kita alami; dapat berupa perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu (Alwi; 2005). Kita menyebut berbagai emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbagai nama seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta, Sebutan yang kita berikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagaimana kita bertindak (Albin; 11:1985), misalnya seorang siswa yang sedih kurang bisa mengikuti bimbingan dengan aktif di banding siswa yang gembira.
Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal, dituntut keaktifan secara emosi dengan mengenali emosi (self awareness), mengenali emosi pada waktu emosi itu muncul, dan mampu memberi nama atau menyebutkan emosi yang bersangkutan seperti mengalami perasaan yang positif ketika mengik uti bimbingan klasikal.