PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

  

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

HALAMAN JUDUL

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  Oleh: Theresia Startyaningsih

  NIM: 091134007

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Oleh: Theresia Startyaningsih

  NIM: 091134007 Telah disetujui oleh:

  Pembimbing I Drs. YB Adimassana, M.A. Tanggal: 12 Juni 2013 Pembimbing II Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum. Tanggal: 12 Juni 2013

  

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II

HALAMAN PENGESAHAN

  Dipersiapkan dan ditulis oleh:

  

Theresia Startyaningsih

NIM: 091134007

  Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 17 Juli 2013 dan dinyatakan mematuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap

  Tanda Tangan Ketua : G. Ari Nugrahanta. SJ., S.S., BST., M.A.

  … Sekertaris : E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A.Ed.D. …

  Anggota I : Drs. YB Adimassana, M.A. … Anggota II : Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum.

  …

PERSEMBAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk:

  • Tuhan Yesus yang selalu menyertai perjalanan hidup saya
  • Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan baik secara moral maupun material serta yang selalu menyebut nama saya dalam setiap doa mereka
  • Kakak dan adik yang selalu memberi masukan, dukungan dan pencerahan ketika saya mengalami kesulitan.

  M O O T T MOTTO

  

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis

  Theresia Startyaningsih

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Theresia Startyaningsih NIM : 091134007 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENINGKATAN MINAT

  

DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3

DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Juli 2013

  Yang menyatakan, Theresia Startyaningsih

  

ABSTRAK

  Theresia Startyaningsih. 2013. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa

Kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw II.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 (2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dan (3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  

Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN

  Caturtunggal 3? Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart. Satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian telah dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan jumlah 29 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisis data yang ditetapkan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

  Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: (a) orientasi umum, (b) pengelompokan kelompok asal yang terdiri dari lima ahli, (c) diskusi kelompok ahli, (d) sharing di dalam kelompok asal, (e) presentasi, (f) evaluasi, (g) pengakuan kelompok. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  

Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN

  Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada hasil penelitian yang menunjukkan skor rata- rata minat pada kondisi awal sebesar 60 dan termasuk kategori sedang. Pada siklus I skor rata-rata minat sebesar 63,7 dan termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus II skor rata-rata minat sebesar 87 dan termasuk kategori tinggi. (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 61 dan sebanyak 40% sudah mencapai KKM (65). Pada siklus I rata-rata ulangan siswa adalah 62,7 dan sebanyak 42% mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata ulangan siswa adalah 81,8 dan sebanyak 89% mencapai KKM.

  Kata kunci: Minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

  

ABSTRACT

Theresia Startyaningsih. 2013.

  Increasing Student’s Interest And Learning

Achievement IPS In Grade IV SDN Caturtunggal 3 By Implementing Cooperative

Model Type Jigsaw II. Teacher Education Program Elementary School, Department

  of Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

  This study aimed to determine (1) how the effort of implementation cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject in increasing the student ’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 is (2) Does the implementation of the cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject increase student

  ’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 and (3) Does the implementation of cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject improve student

  ’s achievement of class

  IV SDN Caturtunggal 3? This research used classroom action research which refers to the cycle model proposed by Kemmis and Taggart. One cycle consists of four steps, namely: planning, action, observation, and reflection. This research conducted in two cycles. The subjects in this study were class IV SDN Caturtunggal 3, consists of 29 student ’s. The data collection method used observation, questionnaires, and tests. Then, the data was processed by data analysis techniques which set out in qualitative and quantitative descriptive.

  The results showed: (1) Efforts to increase interest and academic achievement social studies fourth grade students at SDN Caturtunggal 3 by implementing cooperative learning model type Jigsaw II is done with the steps, as follows: (a) general orientation, (b) grouping the home group consisting of five experts, (c) the expert group discussion, (d) sharing in the home group, (e) presentation, (f) evaluation, (g) recognition of the group. (2) The implementation of cooperative learning model type Jigsaw II can increase student

  ’s interest in learning IPS subject in grade IV SDN Caturtunggal 3. The evident of this is shown in the result of the study which showed the average score of student ’s interest on the initial condition is 60 and included in medium category. In the first cycle, the average score of students’ interest was 63.7 and included in the medium category. In the second cycle the average score of student

  ’s interest was 87 and included in advanced category. (3) Application of cooperative learning model type Jigsaw II can improve learning achievement in grade IV IPS SDN Caturtunggal 3. This seems in the initial condition of student

  ’s average test is 61 and as many as 40% have reached the KKM (65). In the first cycle, the average was 62.7 and as many as 42% student ’s have been reached the KKM. In the second cycle, the average was 81.8 and as many as 89% student

  ’s have been reached the KKM. Keywords: Learning interest, learning achievement, cooperative learning model type Jigsaw II .

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

  “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

  

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

  ” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana

  Pendidikan pada Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma.

  Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Rohandi, Ph.D, Dekan Fakultas Kependidikan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ,B.,S.T.,M.A., Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

  3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, motivasi dan dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini

  4. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai.

  5. Bapak Puji Purnomo, M. Si., Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan melayani kami.

  7. Ibu Karti Andayani, S.Pd.SD., Kepala Sekolah SD Negeri Caturtunggal 3 Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

  8. Ibu Haryati, A.Ma., guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 yang telah memberikan bantuan untuk melakukan penelitian.

  9. Keluarga tercinta atas dukungan doa dan perhatiannya.

  10. Teman-teman PGSD USD angkatan 2009 atas semangat, dukungan, dan kerjasama selama berproses dalam kegiatan perkuliahan.

  11. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata Dharma.

  Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis

  Theresia Startyaningsih

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BAB V .................................................................................................................................. 130

  

  

  

  

  

Daftar Gambar

  

Daftar Tabel

  

BAB I PENDAHULUAN Di dalam bab ini, akan diuraikan pendahuluan yang berisi tentang latar

  belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan penelitian.

1.1. Latar Belakang

  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan sejak Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini senada dengan pendapat Sumaatmadja (2006:40) yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.

  Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa mata pelajaran IPS membantu siswa dalam memahami dan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini membuktikan bahwa mata pelajaran IPS penting bagi siswa, sehingga materi dalam pelajaran ini harus dikuasai. Untuk itu, diperlukan pengembangan keterampilan dalam IPS yang dapat memotivasi anak dalam memperdalam konsep-konsep IPS, menumbuhkan minat belajar dan tanggung jawab belajar, dapat menguasai masalah-masalah sosial dalam IPS dan dapat meningkatkan rasa sosial anak. Guru harus jeli menentukan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang bertujuan ilmu yang didapat siswa bermakna dan dapat dipahami oleh siswa.

  Pada kenyataannya siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 belum mempunyai minat dan prestasi belajar yang tinggi pada mata pelajaran IPS. Hal ini dibuktikan berdasarkan data nilai siswa dua tahun ajaran sebelumnya yang diperoleh dari guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 bahwa hasil tes mata pelajaran

  IPS pada Kompetensi Dasar (KD) “2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”, menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan

  Minimal (KKM) untuk tahun ajaran 2010/2011 ada 57% atau 20 dari 35 siswa dan 43% atau 15 dari 35 siswa yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut.

  Nilai rata-rata kelas adalah 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Pada tahun ajaran 2011/2012 ada 66 % (21 siswa) yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan hanya terdapat 34% (11 siswa) yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai rata-rata dari seluruh siswa yang ada di kelas tersebut 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65.

  Berdasarkan penjelasan guru saat wawancara penyebab dari kegagalan tersebut dikarenakan rendahnya minat siswa saat pelaksanaan pembelajaran.

  Siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran IPS, ada yang sibuk berbicara dengan teman atau justru melamun bahkan ada anak yang asyik bermain di dalam kelas. Hal ini diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan peneliti pada hari Rabu, tanggal 9 Januari 2013 diperoleh data bahwa dari 29 siswa, siswa yang aktif mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 6 anak (20,7%), siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak (68,9%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Pada pengamatan kedua pada hari Kamis, tanggal 10 Januari 2013 diketahui bahwa dari 29 siswa, siswa yang aktif mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 7 anak (24,14%); siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak (68,96%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa minat belajar siswa rendah dalam mengikuti pelajaran IPS, hal ini terlihat dari indikator-indikator minat belajar yang tidak terpenuhi.

  Berdasarkan paparan hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi data tersebut, maka peneliti tertarik untuk menerapkan metode baru dalam pembelajaran IPS di SDN Caturtunggal 3. Untuk meningkatkan minat siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang inovatif agar siswa berproses lebih baik. Dengan minat siswa yang mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa terutama dalam mata pelajaran IPS.

  Ada berbagai macam model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk membuat proses belajar siswa lebih aktif diantaranya adalah Contextual Teaching

  

and Learning (CTL), Cooperative Learning (CL), dan Inquiry (Davidson dan

Warsham dalam Isjoni, 2011:28).

  Berdasarkan masalah yang terjadi pada kelas IV SDN Caturtunggal 3, maka alternatif pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan minat siswa adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif. Tipe pembelajaran kooperatif yang sesuai adalah tipe Jigsaw II, sebab tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran dengan metode diskusi kelompok yang memiliki langkah kerja yang lebih efektif dibanding dengan tipe Jigsaw I. Menurut Lie dalam Rusmawan (2010:218) menjelaskan bahwa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II dapat menunjukkan bahwa siswa memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif dalam pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan siswa juga dapat menghargai pendapat orang lain. Hal ini didukung dengan pendapat Slavin (2005:237) bahwa Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang akan dipelajari dalam bentuk narasi tertulis.

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Minat dan

  

Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan Penerapan

Model Kooperatif Tipe Jigsaw II ”.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

  1.2.1. Bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas

  IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

  1.2.2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

  1.2.3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

  1.3. Pemecahan Masalah

  Upaya pemecahan masalah dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar

  IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Orientasi umum mengenai target yang harus dikuasai siswa

  b) Pembentukan kelompok dan penyampaian tujuan

  c) Diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli

  d) Sharing setiap anggota kelompok ahli dalam kelompok asal

  e) Presentasi kelompok asal f) Evaluasi

  g) Pengakuan kelompok berdasarkan model pembelajaran tipe Jigsaw II

  1.4. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut:

  1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar

  IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

  1.3.2 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

  1.3.3 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

  1.5. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, pengamatan ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan mengenai model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

  1.4.2.1 Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan mendapat wawasan baru dalam pengalaman melakukan penelitian kelas IV pada mata pelajaran

  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

  1.4.2.2 Bagi Guru Kelas Bagi guru kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi serta wawasan baru dalam melakukan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa.

  1.4.2.3 Bagi Sekolah Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan yang dimanfaatkan sebagai contoh pendekatan yang diharapkan dapat memberi insipirasi dan memacu guru melakukan penelitian sama maupun penelitian yang lain.

1.6. Batasan Pengertian

  Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pengertian, sebagai berikut :

  1.5.1 Minat belajar adalah suatu rasa suka yang kuat dan terikat terhadap sesuatu, sebagai contoh merasa senang mempelajari materi tertentu.

  1.5.2 Prestasi belajar adalah tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi yang didapat setelah mempelajari materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  1.5.3 Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kajian yang luas tentang manusia dan dunianya dengan tujuan agar dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

  1.5.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Dalam tipe ini, siswa diberikan keseluruhan materi ajar dan dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap anggota kelompok mendapat tugas yang berlainan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Di dalam bab ini, diuraikan kajian pustaka yang akan digunakan untuk

  memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori terdiri dari kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Belajar 2.1.1.1. Pengertian Belajar

  Pengertian belajar menurut Dahar dalam Udin S Winataputra (2008), adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Hilgard dalam Mulyati (2005:2) memberikan penjelasan bahwa belajar adalah “By learning we mean the shaping of individual

  behavior through the training that contact with the physical environment and that life among a species own kind provide”. Ungkapan Hilgrad ini

  dapat diartikan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan. Melengkapi pendapat Hilgard, Dimiyati & Mudjiono (2006:17) mengungkapkan bahwa:

  Belajar merupakan tindakan dan perilaku kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda- benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

  Dari definisi belajar menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dari serangkaian kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

2.1.1.2. Jenis-jenis Belajar

  Belajar dibedakan menjadi delapan jenis, hal tersebut dikemukakan oleh Robert M Gagne dalam Udin S Winataputra (2008:19). Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

  a) Belajar isyarat Belajar isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Bentuk belajar seperti ini biasanya respon diberikan secara tidak sadar.

  b) Belajar stimulus-respon Belajar seperti ini terjadi pada diri individu karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya, membalas menendang bila ditendang.

  c) Belajar rangkaian Belajar rangkaian melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti adik-kakak karena melalui perpaduan berbagai proses stimulus- respon. d) Belajar asosiasi verbal Belajar ini terjadi bila individu mampu menangkap makna bersifat verbal. Misalnya, pesawat terbang seperti burung yang sedang terbang.

  e) Belajar diskriminasi Belajar diskriminasi misalnya, membedakan bentuk tumbuhan, binatang, dsb. Belajar seperti ini terjadi bila individu berhadapan dengan benda dan mencoba membedakannya.

  f) Belajar konsep Belajar konsep dipengaruhi jika individu sudak mampu melakukan diskriminasi. Contohnya, adalah penggolongan mahkluk hidup.

  g) Belajar pemecahan masalah Proses memecahkan masalah selalu berkaitan dengan kecakapan memecahkan masalah serta memperbesar kemampuan individu untuk memecahkan masalah-masalah yang lain.

2.1.1.3. Ciri-ciri Belajar

  Menurut Zainal Aqid (2009:48) belajar mempunyai karakteristik tertentu, antara lain: a) Belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik)

  b) Belajar merupakan buah dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. c) Hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui pengalaman atau latihan.

2.1.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

  Menurut Syah (1997:123) ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yaitu: a) Faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis yang lebih bersifat jasmani dan aspek psikologis yang bersifat rohaniah. Aspek psikologis meliputi inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.

  b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa) siswa dapat dibedakan menjadi dua yakni lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

  Lingkungan sosial yang dimaksud adalah para guru dan teman-teman sekelas. Sedangkan faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar dan lain sebagainya.

  c) Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

2.1.2. Minat Belajar

2.1.2.1. Pengertian Minat Belajar

  Menurut Slamento (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

  Menurut KBBI (2008) minat adalah keinginan yang kuat, gairah; kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Menurut Winkel (2004:211) minat adalah kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah suatu rasa suka yang kuat dan terikat terhadap sesuatu, sebagai contoh merasa senang mempelajari materi tertentu.

2.1.2.2. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

  Menurut Winkel (2004:212), ciri-ciri minat cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang dipelajarinya.

  Melengkapi pendapat Winkel, Slamento (2010:180) menjelaskan bahwa: “Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut”.

  Berdasarkan beberapa ciri yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat yaitu rasa ingin tahu yang begitu besar kepada materi atau topik membuat siswa merasa tertarik terhadap suatu topik atau materi yang sedang dibahas atau dipelajari. Sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh terhadap materi yang telah dipelajari dengan perhatian tersebut maka siswa akan belajar lebih giat terhadap materi tersebut.

2.1.2.3. Cara Meningkatkan Minat Siswa

  Menurut Slamento (2010:180) cara paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Tanner & Tanner (1975) dalam Slamento (2010:181), menyarankan agar guru berusaha membentuk minat-minat yang baru dalam diri siswa, yaitu dengan menghubungkan suatu materi dengan materi yang lalu, dan memberikan gambaran mengenai kegunaan untuk masa depan.

  Peran guru adalah memberikan ruang gerak kepada siswa, hal ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa, dalam hal ini siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri, mendapatkan bimbingan, dan guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran.

  Berdasarkan persyaratan-persyaratan untuk meningkatkan minat siswa di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus bertindak menghubungkan minat-minat yang telah ada dalam diri siswa, jika minat itu belum ada guru dapat memberikan bujukan kepada siswa, pemberian ruang gerak kepada siswa untuk belajar mandiri, guru mampu memberikan bimbingan kepada siswa, dan siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran, serta guru harus bersikap baik, jangan memberikan hukuman kepada siswa jika siswa mendapatkan nilai yang buruk, pemberian hadiah digunakan jika siswa mampu mengerjakan tugas dengan baik hal ini dapat menumbuhkan minat siswa.

2.1.2.4. Indikator Minat

  Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

  2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. 3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. 4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

  5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

  Menurut Isnandar (2012:14-15), ciri-ciri minat belajar, yaitu: 1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: 1) dimana siswa mampu mengikuti pelajaran dengan antusias; 2) disaat guru memberikan tugas kepada siswa, siswa tidak mengeluh; 3) siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai atau dilaksanakan; 4) siswa secara mandiri menyiapkan peralatan pelajaran, contohnya buku; 5) dan siswa siap mengikuti pelajaran dengan duduk dengan tenang untuk belajar.

  2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: 1) siswa mampu aktif untuk bertanya dan aktif menjawab pertanyaan di saat pelajaran berlangsung; 2) siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama; 3) siswa tidak melamun di dalam kelas; 4) dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman lain ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

  3) Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi: 1) siswa giat membaca buku pelajaran; 2) siswa membaca materi pelajaran sebelum diajarkan oleh guru; 3) siswa membuat catatan pelajaran; 4) siswa berusaha dan serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

  4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: 1) siswa menanyakan kesulitan yang dialami; 2) siswa menunjukkan sikap yang antusias dan memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru.

  5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yang meliputi: 1) siswa aktif menyampaikan pendapat saat diskusi; 2) siswa bersedia membantu teman lain yang mengalami kesulitan; 3) siswa mampu bekerja sama dengan kelompok; 4) siswa berani mengerjakan tugas; 5) dan siswa mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan secara spontan dari guru.

  Berdasarkan pemaparan ciri-ciri minat belajar yang dikemukakan oleh Slameto dan Isnandar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari a) Memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran.

  b) Memiliki perhatian atau konsentrasi dalam belajar.

  c) Kemauan mengembangkan kompetensi/penguasaan terhadap materi.

  d) Keterlibatan siswa dalam pelajaran.

  Peneliti menyimpulkan indikator minat belajar menjadi empat indikator minat belajar karena setiap indikator minat tersebut masih dijabarkan ke dalam deskriptor-deskriptor yang mencakup masing-masing indikator tersebut.

2.1.3. Prestasi Belajar

2.1.3.1. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar. Sehubungan dengan prestasi belajar para ahli mengemukakan pendapatnya sesuai pandangan yang mereka anut. S. Nasution (1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa dalam berfikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar seorang siswa dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Melengkapi pendapat Nasution, Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya.

  Dari penjabaran Nasution dan Winkel di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi yang didapat setelah mempelajari materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Mulyasa (2006:191), menjelaskan bahwa prestasi belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang melatar belakanginya. Prestasi belajar siswa dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor dari lingkungan atau dari luar diri siswa (faktor ekstern).

  Faktor yang mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa (faktor intern) antara lain : a) Minat dan Motivasi

  Minat merupakan sumber motivasi untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sehingga minat berpengaruh besar terhadap suatu aktifitas. Sedangkan motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar mengajar.

  b) Kecerdasan Kecerdasan merupakan suatu kemampuan belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi siswa, jika intelegensinya tinggi maka kecerdasan pesrta didik cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya. c) Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika siswa sakit maka tidak dapat belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya akan menurun.

  Selain faktor dari dalam diri siswa, terdapat faktor dari luar diri siswa atau lingkungan (faktor ekstern), antara lain : a) Keadaan Keluarga

  Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Keluarga seharusnya menciptakan rasa aman, sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam proses belajar yang dilakukan di lingkungan keluarga.

  b) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga formal dan tempat dimana siswa berkembang dan belajar setelah dari lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah yang baik akan mempengaruhi prestasi siswa tidak terkecuali interaksi guru dengan siswa.

  c) Lingkungan Masyarakat Perkembangan pribadi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat dapat membentuk seorang anak, sehingga terkadang seorang anak mengalami berbagai permasalahan dalam belajar

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif 2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

  Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pengertian kooperatif, seperti dijelaskan oleh Rusman (2011:204) Cooperative

  Learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja

  terarah pada tujuan bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Melengkapi pendapat Rusman, Abdulhak dalam Rusmawan (2010:203) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif menurut Rusmawan (2010:204) yakni : 1) adanya siswa dalam kelompok, 2) minat dan bakat siswa, 3) adanya upaya belajar dalam kelompok, 4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

  Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa, tetapi siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya dalam suatu kelompok belajar.

2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

  Pembelajaran Kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari Kooperatif (Rusman,2011:206). Menurut Ibrahim (2009) pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

  1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran, 2) Menyampaikan informasi,

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,

4) Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok,

5) Evaluasi atau memberikan umpan balik, 6) Memberikan penghargaan.

2.1.4.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

  Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2009:7-8) sebagai berikut:

  a) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa b) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.

  Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.

  c) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

  Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

  Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2010:57) menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Kooperatif adalah untuk meningkatkan keterampilan kepada siswa meliputi keterampilan akademik maupun ketrampilan sosial (bekerjasama) menggunakan pembelajaran dalam kelompok.

2.1.4.4. Tipe-Tipe dalam Pembelajaran Kooperatif

  Menurut Slavin dalam Rismiati dan Susento (2007:228), ada lima tipe pembelajaran kooperatif di antaranya:

  a.

   Student Teams Achievement Division (STAD)

  Dalam tipe ini, siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua kelompok sudah selesai mengerjakan soal, guru memberikan kunci jawaban dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan. Kemudian guru mengadakan kuis.

  b.

   Teams Games Tournament (TGT)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SAINS PADA SISWA KELAS IV SDN BERNUNG PESAWARAN

0 14 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MARGODADI AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 2 19

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MARGODADI AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 30

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG

1 13 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

0 2 48

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 101771 TEMBUNG T.A 2016/2017.

0 5 82

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW KELAS IV SD PONTIANAK TENGGARA

0 1 9

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

0 0 6

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI JENIS-JENIS USAHA DI INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SDN SUDIMARA

0 0 14

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW SKRIPSI

0 1 121