Peningkatan kemampuan mengarang dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS 5 SD PANGUDI LUHUR 3 YOGYAKARTA SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar oleh: Aris Budi Nugroho NIM: 081134175 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SANATA DHARMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Kary a in i say a persembahk an untuk Yesus Kri stus& Orang-orang y ang k usay angi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
HIDUP ITU INDAH JIKA KITA MELAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK
DIRI KITA DAN ORANG LAINPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
“ PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARAN G DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS 5 SD
PANGUDI LUHUR 3 YOGYAKARTA SEMESTER GANJIL TAHUN
PELAJARAN 2010/2011 ”.Aris Budi Nugroho
Universitas Sanata Dharma
2011
Kemampuan mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur dapatdikatakan rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata mengarang siswa
kelas 5 SD Pangudi Luhur III Yogyakarta yang hanya mencapai 66,37 , sementara
KKM yang sudah ditentukan dalam kurikulum sekolah adalah 70.Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah penerapan pendekatatan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa SD kelas 5. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas model Kemis dan
Mc. Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian tindakan kelas
ini adalah siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur III Yogyakarta tahun pelajaran
2010/2011 yang berjumlah 39 orang. Waktu penelitian dilakukan pada semester
satu tahun pelajaran 2010/2011. Kemampuan mengarang diukur dengan
melakukan tes mengarang. Karangan siswa dinilai dengan rubrik yang telah dibuat
oleh peneliti. Data dianalisis dengan membandingkan nilai-rata-rata mengarang
dengan menggunakan t test dengan taraf kepercayaan 99%.Hasil penelitian pada siklus I rata-rata nilai mengarang mencapai 68,74
dengan skor pada tiap komponen 73,33 % untuk komponen kesesuaian judul,
64,74 % untuk isi gagasan, 69,14 % untuk organisasi isi, 73,14 % untuk tata bahasa,
dan 59,05 % untuk ejaan dan tanda baca. Pada siklus kedua nilai rata-rata
mengarang mencapai 72,74 dengan skor pada tiap komponen 84,76 % untuk
komponen Kesesuaian Judul, 69,05 % untuk isi gagasan, 76,00 % untuk organisasi
isi, 74,86 % untuk “Tata Bahasa”, dan 60,00 % untuk ejaan dan tanda baca”. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa
mengalami peningkatan disetiap siklus. Setelah melakukan uji beda mean,
kemampuan mengarang dinyatakan meningkat signifikan pada taraf kepercayaan
99%.Berdasarkan data tersebut dapat disimpu lkan bahwa pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas 5 SD
Pangudi Luhur III Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
"IMPROVING WRITING ABILITY USING CONTEXTUAL LEARNING AT
FIFTH GRADE PANGUDI LUHUR ELEMENTARI SCHOOL IN ACADEMIC
YEAR 2010/2011".
Aris Budi Nugroho
Sanata Dharma University
2011
Students' writing ability Pangudi Luhur 5 th grade is low. This is indicated
by the average value of 5 th grade of Pangudi Luhur III Yogyakarta which was
only 66.37, while the KKM is already specified in the school curriculum is 70.
This study aims to examine whether the application of contextual learning
can improve students' writing ability first grade 5. In this study, researchers used
classroom action research model Kemis and McTaggart conducted in two cycles.
The subject of this classroom action research is a 5 th grade students Pangudi
Luhur III Yogyakarta school year 2010/2011, amounting to 39 people. Time study
conducted in semester one academic year 2010/2011. Writing ability is measured
by writing tests. Authorship students are assessed with a rubric that has been made
by researchers. Data were analyzed by comparing the average value-authored by
using t test with 99% confidence level.The results on the first cycle the average value reached 68.74 obtained by
a score of 73.33% on Conformity Title, 64.74% for Content Ideas, 69.14% for the
"Content Organization", 73.14% to "Grammar", and 59.05% for "Spelling and
Punctuation." In the second cycle of the average value reached 72.74 obtained by
a score of 84.76% for Conformity Title, 69.05% for Content Ideas, 76.00% for the
"Content Organization", 74.86% for " Grammar ", and 60.00% for" Spelling and
Punctuation ". From the results of this study concluded the average score
obtained by students has increased in each cycle. After t test, writing ability
increased significantly at 99% confidence level. Based on these data it can be
concluded that the contextual approach can enhance students' writing ability
Pangudi Luhur 5 th grade III Yogyakarta school year 2010/2011. Keywords: writing ability, contextual learningPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga kami panjatkan kepada Tuhan yangMaha Esa atas kesempatan, karunia, dan pengalaman yang dilimpahkan yang
boleh peneliti alami khususnya dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.
Limpahan karunia yang tak henti-hentinya penulis syukuri ini tak lepas dari
bantuan beberapa pihak baik dalam materi, dukungan masukan dan doa. Oleh
karena itu penulis dengan tulus menghaturkan terima kasih kepada :
1. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Kaprodi PGSD USD yang telah memberikan
masukan, saran, pandangan dan dukungan sejak awal sampai skripsi ini terselesaikan.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih dan Drs. Y.B. Adimasana, M.A., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan dukungan dan semangat serta bimbingan dengan baik dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah membekali penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan selalu terbuka untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi penulis.
4. Panitia penguji Ujian Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti ujian sarjana dan mempertahankan skripsi ini.
5. Br. Bonifasius Kasmo Raharjo S.Pd., FIC. selaku koordinator Sekolah PG-
TK-SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah bersedia memberikan fasilitasPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................................ viii ABSTRACT ................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................................ xii DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM .................................................................................. xv DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................
1 A. Latar Belakang ..........................................................................................
1 B. Batasan Masalah ........................................................................................
4 C. Rumusan Masalah ......................................................................................
4 D. Batasan Pengertian .....................................................................................
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiii G. Manfaat Penelitian .....................................................................................
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................
7 A. Penelitian Terdahulu ..................................................................................
7 B. Kemampuan Mengarang ............................................................................
8 1. Mengarang ............................................................................................
8 2. Kemampuan Mengarang .....................................................................
14 C. Pendekatan Kontekstual ............................................................................
15 1. Pendekatan Mengajar ............................................................................
15 2. Kontekstual ...........................................................................................
15 3. Pendekatan Kontekstual ......................................................................
16 a. Pengertian pendekatan kontekstual ..............................................
16 b. Komponen pendekatan kontekstual ..............................................
17 c. Kekuatan pendekatan kontekstual ................................................
18 D. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran mengarang ......................
19 E. Kerangka Berpikir ......................................................................................
21 F. Hipotesis Tindakan ....................................................................................
23 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................
24 A. Setting Penelitian .......................................................................................
24 B. Jenis Penelitian ...........................................................................................
24 C. Rancangan Penelitian .................................................................................
28 D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ..........................................
36 1. Jenis Data ..............................................................................................
37 2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................
37 3. Instrumen Penelitian ............................................................................
38 E. Teknik Analisis Data .................................................................................
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................................
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiv BAB V PENUTUP ........................................................................................................
64 A. Kesimpulan .................................................................................................
64 B. Saran ...........................................................................................................
64 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
66 LAMPIRAN ................................................................................................................
68
xv DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK Bagan 3.1 Model PTK ........................................................................................................
27 Bagan 3.2 Rencana tindakan siklus I ................................................................................
31 Bagan 3.3 Rencana tindakan siklus I ................................................................................
35 Grafik 4.1 Pencapaian skor setiap komponen siklus I ......................................................
58 Grafik 4.2 Peningkatan nilai rata-rata pada siklus I ..........................................................
59 Grafik 4.3 Pencapaian skor setiap komponen siklus I dan siklus II .................................
61 Grafik 4.4 Peningkatan nilai rata-rata siklus I dan siklus II ............................................
62 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Panduan penyekoran komponen karangan .......................................................39 Tabel 3.2 Deskriptor penyekoran komponen “Judul Karangan” ......................................
39 Tabel 3.3 Deskriptor penyekoran komponen “Isi Gagasan” ...........................................
40 Tabel 3.4 Deskriptor penyekoran komponen “Organisasi Isi” ........................................
41 Tabel 3.5 Deskriptor penyekoran komponen “Tata Bahasa” ..........................................
41 Tabel 3.6 Deskriptor penyekoran komponen “Ejaan dan Tanda Baca” .........................
42 Tabel 3.7 Target pecapaian setiap siklus ..........................................................................
42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar pertanyaan wawancara ................................................................................................68 Kuesioner pemilihan topik .....................................................................................................
71 Silabus ................................................................................................................
72 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................................................
74 Lembar Kegiatan Siswa .........................................................................................................
91 Nilai mengarang ................................................................................................................ 111 Dokumentasi kegiatan ........................................................................................................ 119
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek motorik siswa. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, pengembangan aspek-aspek tersebut
dapat dilakukan dengan memperkenalkan dan melatih siswa untuk menulis berbagai jenis karangan dengan berbagai topik. Jenis-jenis karangan yang dapat diperkenalkan pada siswa adalah karangan deskriptif, naratif, argumentatif, ekposisi dan persuasif.
Setiap karangan selalu memiliki pokok pikiran yang dibahas dalam karangan tersebut. Pokok pikiran dalam karangan yang menjadi bahasan utama dinamakan topik. Topik yang bisa diangkat sebagai bahan untuk mengarang di Sekolah Dasar (SD) adalah diri sendiri, keluarga, lingkungan, maupun hal-hal lain yang dekat dengan siswa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, kegiatan mengarang diterapkan pada siswa SD sejak kelas 2 semester genap. Dengan demikian, bagi siswa SD kelas 5 semester ganjil, seharusnya kegiatan mengarang sudahlah menjadi bagian dari kompetensi kemampuan berbahasa yang telah cukup siswa kuasai. Siswa kelas 5 SD semester ganjil seharusnya telah mengetahui karakteristik karangan yang dapat dikatakan baik menurut
2 yang perlu diperhatikan dalam penilaian mengarang adalah judul, gagasan, organisasi gagasan, struktur tata bahasa, serta ejaan dan tanda baca. Jadi karakteristik karangan siswa kelas 5 SD yang dapat dikatakan baik mencakup adanya kesesuaian judul dengan isi, isi gagasan yang dikemukakan dapat dimengerti pembaca, organisasi isi karangan baik, tata bahasa yang digunakan baku, ejaan dan tanda bacanya benar.
Kegiatan mengarang bagi siswa SD merupakan kemampuan berbahasa yang sangat penting. Kegiatan mengarang dapat melatih mengembangkan berbagai aspek yang ada dalam diri siswa, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa. Pentingnya kemampuan mengarang bagi siswa SD dapat dilihat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah memasukan kegiatan mengarang sejak siswa berada di kelas 2 sampai kelas 6 SD.
Kemampuan mengarang merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa SD, namun setelah melihat nilai mengarang di kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta didapati bahwa kemampuan mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarka belum mencapai standar yang ditentukan. Kelas 5 tersebut memiliki nilai rata-rata kelas 66,37 dan hanya 51,2% siswa yang memiliki nilai mengarang mencapai Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini cukup memprihatinkan kerena seharusnya nilai rata-rata mengarang dapat mencapai KKM, yaitu 70,00.
Permasalahan yang terjadi di atas timbul karena dalam mengajarkan
3 dengan topik dan kondisi siswa. Dalam mengajarkan mengarang guru hanya menggunakan metode ceramah. Selain itu guru seringkali menentukan topik yang tidak sesuai dengan kehidupan siswa sehingga siswa menulis karangan mengenai sesuatu yang tidak menarik bagi dirinya. Sebenarnya dalam mengajarkan siswa menulis sebuah karangan, guru sebaiknya menggunakan pendekatan yang sesuai dengan keadaan siswa. Dengan menggunakan pendekatan yang tepat, maka minat siswa akan lebih besar untuk membuat karangan dengan lebih baik.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dalam usaha meningkatkan kemampuan mengarang siswa.
Peneliti menganggap dengan pendekatan ini kegiatan pembelajaran akan selalu sesuai dengan konteks kehidupan siswa sehingga gagasan-gagasan yang bisa dituangkan siswa dalam karangannya akan lebih banyak dan terorganisir karena apa yang akan siswa tulis merupakan hal yang sering ia temui. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual maka diharapkan dapat meningkatkan nilai siswa dalam menulis karangan, sehingga pada akhirnya nilai rata-rata mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta dapat mencapai KKM, atau dengan kata lain nilai rata-rata mengarang siswa dapat mencapai 7,00.
4 B. Batasan Masalah Peneliti menyadari bahwa tidak mungkin mengatasi masalah yang ada dalam waktu singkat dengan memperhatikan semua kemungkinan penyebabnya, sehingga masalah penelitian ini dibatasi hanya pada kompetensi dasar "menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa" di mana penyelesaian masalahnya dibatasi pula hanya dengan pendekatan kontekstual secara umum saja.
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini terdapat dua permasalahan yang ingin peneliti ketahui jawabannya, yaitu:
D. Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011.
E. Sejauh mana pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011.
F. Batasan Pengertian
Dalam bahasa tulis seringkali terdapat perbedaan tafsiran mengenai istilah- istilah yang digunakan. Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan tidak menimbulkan salah tafsir, istilah-istilah penting yang digunakan dalam
5 1. “Mengarang” adalah kegiatan menuangkan ide-ide yang ada dalam pikiran yang diperoleh melalui pengalaman, proses belajar, maupun melalui pengamatan ke dalam bahasa tulis yang memiliki organisasi dan struktur bahasa tertentu.
2. “Kemampuan” adalah taraf sampai di mana seseorang (siswa) dapat menguasai kompetensi tertentu yang dapat diamati dan dinilai.
3. “Pendekatan kontekstual” adalah sebuah pendekatan mengajar di mana kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa sehari- hari (Johnson 2007:64).
G. Pemecahan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan terkandung dalam rumusan masalah, masalah rendahnya kemampuan mengarang siswa SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta akan diatasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendekatan yang digunakan dalam mengajar adalah pendekatan kontekstual di mana kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari.
H. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut antara lain:
6
1. Untuk mengetahui apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta.
2. Bila dapat, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta
3. Meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
I. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini memiliki manfaat baik bagi peneliti, bagi rekan-rekan guru, maupun bagi sekolah. Manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini, antara lain:
1. Bagi peneliti sendiri menambah pengetahuan mengenai PTK khususnya hal yang berkaitan dengan mengarang dan pendekatan kontekstual, serta merupakan pengalaman berharga dalam usaha meningkatkan profesinalisme guru.
2. Bagi rekan-rekan guru, dapat menjadi salah satu contoh pembelajaran mengarang dengan menggunakan pendekatan kontekstual
3. Bagi sekolah, dapat menambah satu bacaan yang dapat dimanfaatkan untuk teman-teman guru sebagai contoh Penelitian Tindakan Kelas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Peneliti menemukan penelitian yang hampir sejenis dengan
penelitian yang dilakukan peneliti sendiri. Penelitian yang hampir serupa tersebut dilakukan oleh I Ketut Widiasa dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Naratif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas X-6 SMA Negeri”.
Dalam penelitiannya Widiasa mencoba meningkatkan kemampuan menulis naratif dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Widiasa menemukan permasalahan kurangnya kemampuan menulis naratif siswa SMA Negeri, Bertolak dari hal itu Widiasa sebagai peneliti menggunakan Pendekatan kontekstual untuk meningkatkan keterampilan menulis naratif.
Menurut Widiasa, Pendekatan Kontekstual digunakan sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis naratif karena dengan Pendekatan Kontekstual siswa dapat membuat keterkaitan yang bermakna dalam menuangkan gagasan pada tulisannya dengan kehidupan kesehariannya.
Dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual Widiasa berhasil meningkatkan keterampilan menulis Naratif siswa.
Sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual nilai rata-rata dari 40 siswa adalah 65, sedangkan KKM menulis
8 keterampilan menulis naratif siswa meningkat menjadi 74. Setelah dilakukan tindakan siklus II keterampilan menulis naratif siswa semakin meningkat dengan rata-rata 81.
Penelitian yang dijelaskan di atas memiliki sedikit perbedaan dengan yang dilakukan peneliti. Penelitian yang dijelaskan di atas menggunakan pendekatan kontekstual, namun yang menjadi subjek penelitiannya adalah siswa SMA yang secara teori berada pada tahap “Operasional Formal”. Peneliti sendiri melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstuan dan yang menjadi subjek penelitiannya adalah siswa kelas 5 SD yang berada pada tahap perkembangan “Operasional Konkret.
Dari hasil penelitan terdahulu tersebut peneliti berkeyakinan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas 5 SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta. Kemampuan mengarang siswa dapat meningkat karena dalam membuat karangan siswa diberi kesempatan untuk menuangkan segala gagasannya yang ia dapat dari pengalaman sehari- hari sehingga siswa akan lebih mudah dalam menuangkan gagasannya dalam betuk tulisan sehingga pada akhirnya kemampuan menulis siswa dapat meningkat.
B. Kemampuan Mengarang
1. Mengarang
a. Pengertian mengarang
9 secara teratur dan terorganisasi kedalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan pikiran seseorang (Akhadiah dkk, 1989:143). Dalam mengarang, seseorang menuangkan segala ide yang ada dalam pikirannya dan yang ingin disampaikan kepada pembaca kedalam suatu bentuk bahasa tertulis yang terorganisir.
b. Unsur-unsur karangan 1) Topik
Menurut Akhadiah dkk (1989:9), “topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan digarap.” .
Menurut Alwi dkk (2003:435), topik merupakan proposisi yang berwujud frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan. Jadi pada intinya, topik adalah pokok pembicaraan dan pokok pembicaraan yang akan digarap tersebut selalu dibahas dalam karangan.
Jika seseorang akan membuat sebuah karangan, maka yang pertama-tama harus ia miliki adalah topik karangan, karena karangan tidak akan bisa dibuat dengan baik tanpa adanya pokok pembicaraan yang akan dibahas dalam karangannya (Akhadiah dkk, 1989:105).
Topik karangan bisa saja ditentukan sendiri ataupun ditentukan oleh pihak lain. Untuk tulisan atau karangan bebas, topik dapat ditentukan sendiri oleh pengarang sesuai keinginannya. Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran yang bersifat formal bisa
10 oleh pihak lain.
Topik yang biasa digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar seharusnya merupakan topik yang kontekstual. Topik kontekstual tersebut merupakan hal yang berkaitan ataupun dekat dengan kehidupan penulis.
2) Judul karangan Judul karangan merupakan nama atau semacam label yang diberikan pada sebuah karangan. Judul merupakan hal yang berbeda dengan topik. Jika topik merupakan hal yang dibahas dalam keseluruhan karangan, maka judul hanya merupakan nama dari sebuah karangan yang belum tentu benar-benar dibahas dalam karangan (Akhadiah dkk, 1989:107).
Penjelasan di atas mengatakan bahwa judul bukan sesuatu yang harus dinyatakan secara eksplisit dalam sebuah karangan. Judul yang ada dalam karangan terkadang dapat menggunakan kata-kata atau kalimat yang tidak ada hubungan dengan yang dibahas secara denotatif, namun secara konotatif judul tetaplah berhubungan erat dengan apa yang dibahas dalam karangan.
3) Paragraf
a) Pengertian paragraf Paragraf merupakan karangan yang paling singkat atau pendek. Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang
11 saja (Akhadiah dkk, 1992:111).
Paragraf juga merupakan inti penuangan gagasan dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf, gagasan-gagasan gagasan yang dituliskan didukung oleh semua kalimat paragraf tersebut, baik kalimat utama, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, hingga kalimat penutup (Akhadiah dkk, 1992:144).
b) Jenis-jenis paragraf Akhadiah dkk (1989:146), membagi jenis paragraf berdasarkan tujuannya. Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang berperan sebagai pengantar kepada permasalahan yang akan dibahas.
Setelah sedikit diulas pada paragraph pembuka, suatu permasalahan akan dan diuraikan lebih lanjut pada paragraf selanjutnya.
Paragraf penghubung adalah paragraf yang didalamnya terdapat masalah pokok yang diuraikan dalam sebuah karangan.
Secara kuantitatif paragraf inilah yang penulisannya paling panjang, dan antara paragraf satu dengan paragraf yang lain harus berhubungan secara logis.
Paragraf penutup ialah paragraf yang mengakhiri sebuah karangan. Dalam paragraph penutup biasannya berisi kesimpulan
12 hal-hal yang dianggap penting.
c) Syarat paragraf yang baik Dalam membuat sebuah karangan yang baik, maka penulis perlu menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam paragraf terlebih dahulu. Ada tiga ketentuan yang menjadi dasar penulisan peragraf yang baik (Akhadiah dkk, 1992:112). Syarat paragraf yang baik tersebut antara lain harus memenuhi unsur kesatuan, kepaduan (kohesi dan koherensi) dan kelengkapan.
Sebuah paragraf dikatakan memenuhi unsur kesatuan apabila semua kalimat yang terkandung dalam paragraf yang dimaksud berhubungan dengan gagasan pokok paragraf tersebut. Jadi sebuah paragraf yang baik ialah paragraf yang hanya memiliki satu gagasan pokok dan diperjelas oleh kalimat penjelas yang berhubungan dengan gagasan pokok tersebut.
Unsur kepaduan dipenuhi oleh sebuah paragraf apabila dalam paragraf yang dimaksud dibangun oleh kalimat-kalimat yang memiliki kohesi dan koherensi. Menurut Alwi (2003:41) kohesi merupakan keterkaitan antara kalimat atau proposisi yang secara eksplisit diungkap dalam kalimat-kalimat yang digunakan, sedangkan koherensi merupakan keterkaitan antara kalimat yang secara implisit diungkap oleh kalimat-kalimat yang digunakan. Dengan keterkaitan-keterkaitan kalimat antar paragraf tersebut
13 pikiran penulis tanpa adanya loncatan pikiran yang membingungkan.
Syarat ketiga dari penulisan paragraf yang baik adalah memenuhi unsur kelengkapan. Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila kalimat-kalimat penjelas dalam paragraf yang dimaksud cukup meunjang kejelasan kalimat topik dalam paragraf tersebut.
4) Kalimat Kalimat merupakan sekelompok kata yang merupakan suatu kesatuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan
(Poerwadarminta, 1989:473). Sedangkan menurut Alwi dkk (2003:311), “Kalimat adalah satuan bahasa terkecil , dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapakan pikiran yang utuh.” Suatu pikiran atau perasaan dapat diungkapkan dengan sebuah kalimat.
Kalimat merupakan penyusun utama sebuah paragraf. Untuk membentuk sebuah paragraf yang baik maka dalam paragraf tersebut harus memiliki kalimat topik dan kalimat penjelas
Kalimat topik merupakan kalimat utama yang dibahas dan dijelaskan dalam suatu paragraf. Dalam sebuah paragraf, kalimat topik dijelaskan oleh beberapa kalimat penjelas yang mendukung kalimat topik yang dimaksud.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang dipakai untuk memperjelas maksud dari kalimat topik. Dalam sebuah paragraph
14 dibahas dalam paragraf berikutnya.
Ellis (2003:38), menyatakan “ A clear sentence starts with a
clear idea of what you want to say ”. Pernyataaan tersebut dapat
diartikan bahwa sebuah kalimat yang baik dapat dimulai dengan sebuah ide yang baik pula mengenai apa yang akan disampaikan. Jadi dalam membuat kalimat yang baik pada sebuah paragraf atau wacana diperlukan ide-ide yang baik pula untuk menunjang terbentuknya paragraf yang baik. 5) Kata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:451), kata merupakan satuan bahasa terkecil, sedangkan Akahadiah dkk (1992:63). memberi penjelasan kata sebagai “unsur bahasa yang diucapkan atau ditulis yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata merupakan penyusun utama dalam sebuah kalimat. Dalam sebuah kata terdapat gambaran bunyi bahasa yang disbut ejaan. Ejaan tersebut terbentuk olehtulisan berupa susunan huruf yang distandarisasikan.
2. Kemampuan mengarang
a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti sanggup atau dapat. Kemampuan dapat diartikan sebagai sesanggupan atau
15
b. Pengertian Kemampuan Mengarang Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan dalam melakukan sesuatu, sedangkan mengarang adalah kegiatan menuangkan ide-ide atau gagasan secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan pikiran seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengarang adalah kesanggupan dalam melakukan kegiatan menuangkan gagasan atau ide-ide secara terorganisasi ke dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan pikiran pengarang.
c. Kemampuan Mengarang dalam Kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang saat ini dipakai sebagai kurikulum pendidikan secara nasional memasukan kemampuan mengarang sebagai kemampuan menulis yang harus dikuasai siswa. Kemampuan mengarang tersebut dimasukan dalam Standar Kompetensi (SK) menulis dan pada Kompetensi Dasar (KD) mengarang berbagai topik.
C. Pendekatan Kontekstual
1. Pendekatan mengajar “Pendekatan adalah cara, langkah-langkah yang diambil untuk melaksanakan tugas dalam mengatasi masalah” (Poerwadarminta, 1989: 56).
16 1991:25). Dari dua pengertian diatas dapat dikatakanpendekatan mengajar dapat dikatakan sebagai suatu cara dalam memberikan menyampaikan materi atau mengajarkan suatu materi dengan berdasar pada cakupan konsep dan teori-teori belajar dan mengajar tertentu.
2. Kontekstual Salim dan Salim (1991:767) memberi pengertian bahwa konteks adalah lingkungan yang melingkupi, sedangkan kontekstual disebutkan merupakan sifat yang berhubungan dengan konteks. Jadi dapat disimpulkan bahwa kontekstual adalah sesuatu yang bersifat melingkupi sesuatu.
3. Pendekatan kontekstual
a. Pengertian pendekatan kontekstual Pendekatan kontekstual merupakan salah satu dari berbagai macam pendekatan yang ada dalam dunia pendidikan. Pendekatan kontekstual juga biasa disebut Contexstual Tteaching and Learning (CTL).
Johnson (2007:19), memberikan gambaran mengenai pendekatan kontekstual seperti berikut:
“..An educational process that aims to help students see meaning in academic material they are studying by connecting academic subjects with the contexts of their daily lives, that is with contexts of their personal, social, and culture circumstance”.
Kutipan diatas menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang membantu para peserta didik untuk
17 sehari-hari yang meliputi konteks personal, social dan budaya.
Pendekatan kontekstual merupakan konsepsi yang membantu guru mengaitkan suatu materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata.
Dalam pembelajaran kontekstual ini guru memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Trianto, 2009:104).
Seorang guru yang menggunakan pendekatan kontekstual dalam mengajar akan selalu berusaha agar materi-materi yang disampaikan selalu sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dengan demikian siswa akan lebih mudah mengkaitkan materi pelajaran di sekolah dengan kehidupannya sehari-hari sehingga pengetahuan yang didapat dapat bermakna dalam hidupnya.
b. Komponen pendekatan kontekstual Menurut Johnson (2007:67), dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, perlu mencakup beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan, antara lain: 1) Keterkaitan yang bermakna, maksudnya dalam melakukan kegiatan belajar siswa harus dapat terarahkan pada pengetahuan yang dapat berguna dalam kehidupannya. 2) Pekerjaan berarti, maksudnya dalam melakukan kegiatan belajar, siswa bukan untuk memperoleh pengetahuan semata, namun diusahakan kegiatan belajarnya dapat menghasilkan suatu
18 3) Belajar mandiri, maksudnya dalam memperoleh pengetahuan siswa tidak harus selalu diberitahu oleh guru, namun siswa perlu aktif dalam memperoleh pengetahuannya. 4) Kerjasama, maksudnya dalam pembelajaran siswa dibiasakan berbagi pengetahuan dengan siswa. Dengan demikian komunikasi dan hubungan sosial siswa juga akan lebih baik. Vygotsky dalam Sugiyanto (2009:18) menyatakan bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibangun melalui komunikasi dengan orang lain. 5) Kritis dan kreatif, maksudnya dalam pendekatan kontekstual siswa bisa distimulus untuk mau berpikir kritis. Siswa juga diarahkan agar kreatifitasnya semakin berkembang
6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang 7) Mencapai standar yang tinggi, dalam pendekatan kontekstual standar yang digunakan haruslah standar yang dapat memacu siswa belajar lebih baik. 8) Menggunakan penilaian autentik, maksudnya penilaian yang digunakan haruslah penilaian yang dapat menggambarkan keadaan setiap siswa yang sebenarnya karena pendekatan kontekstual mengakui kekhasan dan keunikan setiap individu.
c. Kekuatan pendekatan kontekstual Linfords (1980:186), menyatakan
19
to formulate his own concepts and name them, this environment would seem to match the child early ways of learning.”
Penjelasan di atas dapat dirumuskan kembali bahwa sebuah lingkungan atau suasana yang mendukung siswa untuk menggali pengetahuan, mengamati dan membuat tindakan dapat membantu siswa dalam merumuskan konsepnya sendiri. Lingkungan, suasana dan kondisi tersebut akan memberi gambaran untuk menyesuaikan cara belajarnya.
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan mengajar yang selalu berusaha untuk membawakan konteks yang sesuai dengan keadaan dan kehidupan siswa sehari-hari yang mana bahwa konteks tersebut dapat lebih mendorong siswa dalam menggali pengetahuan, mengamati dan membuat tindakan, sehingga pada akhirnya siswa akan lebih mudah dalam merumuskan konsep-konsep yang ia pelajari. Jadi dengan pendekatan konteksual siswa akan lebih mudah menyesuaikan cara belajarnya serta mempermudah siswa dalam merumuskan konsep-konsep yang ia pelajari.
D. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Mengarang
Roofi’udin, (2001:112) menjelaskan bahwa proses menulis sebuah karangan dapat melalui tahapan berikut:
20
1. Tahap pra menulis, pada tahapan ini mencakup kegiatan menentukan topik, mengidentifikasi pikiran-pikiran berkaitan dengan topik serta merencanakan pengorganisasiannya, dan menentukan bentuk karangan
2. Tahap menulis, kegiatan dalam tahap ini mencakup menuangkan gagasan kedalam draft atau kerangka karangan menggunakan informasi dan data yang telah diperoleh dari kegiatan pra menulis. Setelah penulis merevisi draft kasar atau kerangka karangannya dengan menambah informasi, mempertajam rumusan, mengubah urutan pikiran dan membuang informasi yang tidak relevan kemudian menuangkan gagasannya tersebut kedalam sebuah karangan jadi.
3. Tahap pasca menulis, pda tahap ini karangan dibaca secara menyeluruh dan melakukan editing seperti memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat, memperbaiki kesalahan ejaan dan tanda baca.
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatanyang sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran mengarang. Pembelajaran mengarang akan menjadi kontekstual apabila dalam pembelajaran, komponen penting dalam pendekatan kontekstual diperhatikan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, komponen penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran mengarang yang kontekstual mencakup membuat keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, belajar mandiri, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif.
21 Dengan memperhatikan dan memasukan komponen penting di atas ke dalam pembelajaran mengarang maka pembelajaran akan menjadi pembelajaran yang kontekstual. Hal tersebut akan menjadikan pembelajaran mengarang akan lebih bermakna karena terkait erat dengan konteks siswa dalam kehidupan sehari-hari.
E. Kerangka Berpikir
Seseorang yang hendak belajar kebahasaan, hendaknya memulainya dari konteks (Hymes dalam Tanlain, 2006:35). Konteks yang dimaksud adalah suatu keadaan atau situasi yang melingkupi seseorang. Jadi untuk mengajarkan aspek-aspek kebahasaan pada peserta didik, salah satu pendekatan yang sesuai dan dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang membantu para peserta didik untuk mengaitkan materi-materi akademis dengan konteks kehidupan siswa sehari- hari yang meliputi konteks personal, sosial dan budaya (Johnson, 2007:19).Trianto (2009:105) juga memberi penjelasan bahwa pendekatan kontekstual menekankan pada berpikir tingkat tinggi yang di dalamnya terdapat transfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan informasi, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber.
Sumber informasi dan data tersebut didapat melakui pengalaman siswa yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
22 membuat sebuah karangan, maka siswa akan lebih mudah untuk sebuah karangan dengan topik yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari. Siswa akan lebih mudah untuk menuangkan gagasan atau ide-ide kedalam bentuk tulisan karena apa yang akan siswa tuangkan kedalam tulisan adalah apa yang siswa alami dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Dengan menggunakan pendekatan konteksual, siswa akan lebih tertarik dalam membuat sebuah karangan. Siswa akan lebih tertarik dalam membuat karangan karena dalam pendekatan kontekstual, karangan yang dibuat oleh siswa adalah karangan yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, guru menggunakan variasi dalam menentukan topik yang sesuai dengan konteks kehidupan siswa..
Menurut Bransford dkk, “When material taught is multiple contexts,
people more likely to extract the relevan features of the concepts. Dengan kata
lain, variasi konteks dalam mengajarkan sesuatu akan lebih disukai untuk mendukung siswa dalam menggali konsep-konsep yang relevan.
Peneliti menyimpulkan bahwa siswa lebih tertarik dalam membuat sebuah karangan dengan topik yang bervariasi.Topik yang dipilih sebaiknya bervariasi agar siswa lebih tertarik untuk menggali apa yang telah ia ketahui sebelumnya dalam memilih gagasan-gagasan yang akan dituangkan siswa kedalam tulisan, sehingga gagasan yang dituangkan siswa merupakan gagasan yang telah siswa seleksi dan dianggap sebagai gagasan terbaik yang layak dituangkan menurut siswa.
23 menggunakan pendekatan kontekstual dalam mengajarkan mengarang, maka siswa akan lebih tertarik dalam membuat sebuah karangan. Selain itu siswa juga akan lebih mudah menuangkan gagasan yang dimilikinya kedalam sebuah tulisan, sehingga kualitas karangan siswa akan lebih baik.