Peningkatan kemampuan menulis paragraf persuasif dengan pembelajaran berbasis kontekstual pada siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X-5 SEMESTER 2 SMA PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Nuansa Asa Nuarindah
091224020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(2)
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X-5 SEMESTER 2 SMA PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh
Nuansa Asa Nuarindah
091224020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Percaya bahwa di dunia ini tak ada yang sia-sia.
Membiarkan hidup dengan caranya sendiri
menggiring kita menuju sebuah jawaban.
-Dee-
You will never know the true value of moment,
until it becomes a memory.
-Spongebob-
Jadilah sebagaimana engkau ingin menjadi,
bukan sebagaimana yang ingin mereka lihat.
-MT
-
Dengan penuh kasih darinya, kupersembahkan karya kecil pertama ku ini untuk Ayah dan Ibu tercinta yang membuatku memahami hidup ini.
(6)
(7)
(8)
vii ABSTRAK
Nuarindah, Nuansa Asa. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf
Persuasif dengan Pembelajaran Berbasis Kontekstual pada Siswa Kelas X-5 Semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. SKRIPSI. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis paragraf persuasif.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 orang. Data diperoleh dari hasil tes dan nontes. Aspek yang dianalisis yaitu kemampuan menulis paragraf persuasif siswa yang berpedoman pada indikator penilaian sebagai berikut: (1) isi paragraf, (2) organisasi paragraf, (3) pola kalimat, (4) pilihan kata, dan (5) ejaan.
Hasil analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa rata-rata skor menulis paragraf persuasif siswa pada kondisi awal adalah 55.85, pada siklus I meningkat menjadi 67.57, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 73.34. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal hanya 2 siswa atau 5.72% siswa, pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa atau 54.28 % siswa, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 29 siswa atau 87.87% siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan menulis paragraf persuasif siswa kelas X-5 pada siklus I dan siklus II. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, yang artinya hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasif siswa. Melalui pembelajaran kontekstual, siswa dapat menyerap materi pelajaran dengan lebih mudah karena konteks belajar yang lebih dekat dengan siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikans sumber informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.
(9)
viii
ABSTRACT
Nuarindah, Nuansa Asa. 2013. The Improvement of Persuasive Paragraph in
Writing Skill by Using Contextual Teaching and Learning for X-5 Students of Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School 2012/2013 Semester 2. Thesis S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD
The research aimed to increase the ability for X-5 students of Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School 2012/2013 in writing the idea to convince the readers to be able to do something in the form of a persuasive paragraph by using contextual teaching and learning. The background of this research is dealing with the students’ difficulties in elaborating the topic.
This research includes as a classroom action research which conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The subject of this research is 35 students of X-5 Pangudi Luhur Senior High School 2012/2013 semester 2. The primary data are obtained from the test results and non-test. The analyzing aspect is student’s ability in writing persuasive paragraph based on the assessment indicator, those are: (1) the content of paragraph, (2) the organization of paragraph, (3) the sentence pattern, (4) the word choice, and (5) spelling.
The result of the quantitative analysis shows that in the beginning the
students’ averages score in writing persuasive paragraph is 55.85. In the first cycles increased up to 67.57, and the second cycles increased up to 73.34. The students who achieve accomplishment study on the first conditions only 2 students or 5.72% of students, in the first cycles increased up to 19 students or 54.28% and in the second cycles increased up to 29 students or 87.87%. The results of hypothesis test showed t-test in number is larger than t-table. Therefore the null hypothesis is rejected and the alternative hypothesis is failed to reject. It means the research result in accordance with the formulated hypothesis.
Based on those data, it can be conclude that by using contextual teaching and learning could improve students’ skill in writing persuasive paragraph. By
using contextual teaching and learning students’ could absorb the subject easily
because the learning context is closer to the students’. The result could be used as
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif dengan Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pada Siswa Kelas X-5 Semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ini dengan baik. Sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.
Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, dan selaku dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian telah mendampingi, membimbing, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari proses awal hingga akhirnya penulis boleh menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I yang dengan pengertian dan kesabaran, membimbing, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari proses awal hingga akhirnya penulis boleh menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
(11)
x
5. Segenap dosen Program Studi PBSID yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan, bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.
6. Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSID yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSID sampai penyusunan skripsi ini.
7. Maria Harmin, S.Pd. yang bersedia memberikan bimbingan, bantuan, dan masukan selama proses penelitian.
8. Kedua orang tua tercinta, Kuwato Sugeng dan Ibu Menik Wigiyati, yang telah memberikan cinta, doa dan dukungan, baik secara moral maupun material bagi penulis selama menjalani masa kuliah.
9. Yulius Vian Darmawan, yang tak lelah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.My older sister Angga Madyaratri, yang menjadi “teman” luar biasa.
11. Seluruh siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013, yang telah bersedia dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini.
12.Caecilia Petra Gading May Widyawari, Tofan Gustyawan, Woro Wiratsih yang telah berjuang belajar bersama dalam perkuliahan dan bersedia menemani, memberikan semangat, bantuan, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Natalia Staffiany, Aurelia Rani Wijayanti, dan Roni Prabowo yang sudah
memberikan banyak bantuan.
14.Teman-teman PBSID angkatan 2009 yang tak bisa disebut satu per satu, khususnya kelas A. Terima kasih atas dukungan, motivasi, semangat, dan kebersamaan yang terjalin selama ini.
15.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila
(12)
xi
laporan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan kritik dari para pembaca. Penulis berharap agar laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 14 Agustus 2013
(13)
xii DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR SKEMA ... xvi
DAFTAR DIAGRAM ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Batasan Istilah ... 5
(14)
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Penelitian yang Relevan ... 7
2.2 Menulis Paragraf Persuasif ... 9
2.2.1 Pengertian Menulis ... 9
2.2.2 Paragraf Persuasif ... 10
2.2.3 Persuasi dan Argumentasi ... 12
2.2.4 Ciri-ciri Paragraf Persuasif... 14
2.2.5 Teknik dan Langkah Menulis Paragraf Persuasif ... 15
2.3 Pembelajaran Berbasis Kontekstual ... 19
2.3.1 Hakikat Pembelajaran Berbasis Kontekstual ... 19
2.3.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual ... 21
2.3.3 Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 23
2.3.4 Strategi Pembelajaran Kontekstual ... 25
2.3.4 Implementasi CTL dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 28
2.4 Kerangka Berpikir ... 31
2.5 Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 36
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
(15)
xiv
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.6 Instrumen Penelitian... 43
3.7 Teknik Analisis Data ... 47
3.8 Indikator Keberhasilan ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1 Hasil Penelitian ... 53
4.1.1 Siklus I ... 53
4.2.1 Siklus II ... 65
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 71
4.2.1 Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Paragraf Persuasif ... 71
4.2.2 Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Nilai Rata-rata Siswa ... 84
4.2.3 Peningkatan Kemampuan Siswa Berdasarkan Ketuntasan Belajar ... 85
4.3 Uji Hipotesis ... 87
4.3.1 Uji Normalitas ... 87
4.3.2 Paired Sample T Test ... 90
BAB V PENUTUP ... 97
5.1 Kesimpulan ... 97
5.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Persuasi dan Argumentasi ... 14
Tabel 2.2 Tugas Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 25
Tabel 3.1 Instrumen Observasi untuk Guru ... 44
Tabel 3.2 Instrumen Observasi untuk Siswa ... 45
Tabel 3.3 Pertanyaan Wawancara untuk Guru dan Siswa ... 46
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Paragraf Persuasif ... 48
Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan ... 52
Tabel 4.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I ... 61
Tabel 4.2 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II ... 69
Tabel 4.3 Data Jumlah Siswa yang Tuntas dan Tidak Tuntas ... 85
Tabel 4.4 Uji Normalitas Nilai Prasiklus dan Siklus I ... 88
Tabel 4.5 Uji Normalitas Nilai Siklus I dan Siklus II ... 88
Tabel 4.6 Uji Normalitas Nilai Siklus II dan Kondisi Awal ... 89
Tabel 4.7 Uji-t Prasiklus dan Siklus I ... 91
Tabel 4.8 Uji-t Siklus I dan Siklus II ... 92
(17)
xvi
DAFTAR SKEMA
Hal.
Skema 2.1 Kerangka Berpikir ... 33 Skema 3.1 Dsain PTK Modal Spiral Model Kemmis dan MC Taggart... 37
(18)
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Hal.
Diagram 4.1 Hasil Test Kemampuan Awal Menulis Paragraf Persuasif Siswa ... 54 Diagram 4.2 Hasil Test Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Siklus I ... 57 Diagram 4.3 Hasil Test Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Siklus II ... 65 Diagram 4.4 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal
Hingga Kondisi Akhir Aspek Isi Paragraf ... 72 Diagram 4.5 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal
Hingga Kondisi Akhir Aspek Organisasi Paragraf ... 74 Diagram 4.6 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal
Hingga Kondisi Akhir Aspek Pola Kalimat... 76 Diagram 4.7 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal
Hingga Kondisi Akhir Aspek Pilihan Kata ... 78 Diagram 4.4 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal
Hingga Kondisi Akhir Aspek Ejaan ... 79 Diagram 4.9 Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa pada Pembelajaran dari Kondisi
Awal Hingga Kondisi Akhir ... 84 Diagram 4.10 Presentase Ketuntasan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Kondisi
Awal ... 85 Diagram 4.11 Presentase Ketuntasan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Siklus I ... 86 Diagram 4.12 Presentase Ketuntasan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Siklus II ... 86
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bahasa memiliki peran yang penting dalam sebuah kegiatan
berkomunikasi. Bahasa berperan penting pula sebagai penunjang dalam
mempelajari semua bidang studi bagi siswa maupun guru. Pada dasarnya
seseorang mempelajari bahasa karena didorong oleh kebutuhan berkomunikasi
dengan lingkungan sekitar. Seseorang mempelajari bahasa sejak kecil dan
diarahkan agar mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi, baik secara lisan maupun tertulis.
Keberhasilan sebuah proses pembelajaran bahasa salah satunya ditentukan
oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru. Salah satu kemampuan guru yang
menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran bahasa adalah kemampuan dalam
memlilih dan menerapkan metode yang tepat. Penggunaan model pembelajaran
yang tepat akan meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran. Paradigma
pembelajaran lama guru lebih sering mengajar dengan ceramah. Pembelajaran
berlangsung dengan berfokus pada guru. Hal tersebut menyebabkan siswa pasif
dan tidak banyak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuannya selama proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan
berbahasa yang diajarkan. Keempat keterampilan berbahasa tersebut adalah
(20)
berbahasa tersebut saling mempengaruhi. Secara alamiah keterampilan berbahasa
diperoleh seseorang secara teratur. Mula-mula pada masa kecil seseorang belajar
menyimak bahasa, kemudian berbicara, setelah itu seseorang belajar membaca
dan menulis. Tarigan (2008:2) menyatakan bahwa kegiatan menyimak dan
berbicara dipelajari sebelum masuk sekolah, sedangkan membaca dan menulis
dipelajari di sekolah.
Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang
paling sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Nurgiyantoro (2001:294) bahwa dibandingkan kemampuan berbahasa yang lain,
keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan sekalipun. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan menulis
menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
sendiri yang menjadi isi paragraf. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah
terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan paragraf yang runtut dan padu.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Tarigan (2008:8) bahwa menulis menuntut
gagasan yang tersusun logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik
sehingga menulis merupakan kegiatan yang cukup kompleks.
Keterampilan menulis persuasi merupakan keterampilan menulis yang
kompleks. Menulis persuasi bertujuan meyakinkan pembaca agar bertindak atau
berperilaku sesuai gagasan penulis dengan suka rela. Dengan demikian, menulis
persuasi membutuhkan kemampuan berpikir lebih kritis agar pembaca
benar-benar meyakini gagasan penulis dan dengan suka rela bertindak atau berperilaku
(21)
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan salah satu SMA yang
memiliki siswa heterogen, yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil
wawancara awal dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X (Ibu Maria
Harmin, S.Pd) pada tanggal 22 Maret 2013, diperoleh informasi bahwa hasil
belajar siswa kelas X-5 smester 2 tahun ajaran 2012/2013 dalam pelajaran menulis
paragraf persuasif belum sesuai dengan harapan. KKM yang ditetapkan sekolah
adalah 75, berdasarkan ketetapan tersebut masih banyak siswa yang belum tuntas
dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain hal tersebut, berdasarkan hasil
wawancara diperoleh informasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
pembelajaran menulis paragraf persuasif. Pada umumnya siswa mengalami
kesulitan dalam mengembangkan kemampuan menulis, terutama dalam
menemukan dan mengembangkan ide, pemilihan kata, penulisan struktur kalimat,
dan penggunaan ejaan yang baik dan benar.
Dari hasil observasi kelas yang dilakukan pada kelas X-5
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) siswa tidak fokus dan kurang tertarik
dengan proses pembelajaran, karena pembelajaran berpusat pada guru, (2) guru
belum menerapkan metode dan teknik pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajaran, (3) kurangnya proses penegasan materi yang dilakukan guru selama
proses pembelajaran berlangsung, dan (4) materi dan bahan ajar yang
dipergunakan guru dalam proses pembelajaran kurang variatif, serta belum
(22)
Melihat kondisi tersebut, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dan kemampuan mengaitkan
antara materi yang dipelajari dan kehidupannya. Melalui pembelajara berbasis
kontekstual (Contextual Teaching and Learning), diharapkan dapat tercipta
pembelajaran menulis yang menarik dan anak akan lebih kreatif. Martinis Yamin
(2008: 152) mengungkapkan bahwa Contextual Teaching And Learning (CTL)
merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu para peserta
didik memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan
menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari; seperti membuat hubungan yang bermakna (making meaningful
connections), melakukan pekerjaan yang berarti (doing significant), melakukan pembelajaran yang diatur sendiri (self regulated learning), bekerjasama
(collaborating), serta berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Pranowo (2003) dalam hand out “Konsep Dasar CTL dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia” menyatakan bahwa Pembelajaran secara kontekstual tidak sekedar agar pembelajar memahami konsep-konsep teoretis tetapi menjadikan
pembelajar (a) mampu menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku
sendiri, (b) mampu menilai berbagai alternatif yang mungkin, (c) mampu
membuat pilihan, (d) mampu mengembangkan rencana, (e) mampu menganalisis
informasi, (f) mampu menciptakan solusi, dan (g) mampu menilai bukti-bukti
secara kritis. Hal-hal tersebut sangatlah sesuai dengan pengajaran menulis
persuasi yang menuntut siswa berpikir lebih kritis untuk menemukan berbagai
(23)
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis paragraf persuasif dengan pembelajaran berbasis kontekstual pada siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
kelas X-5 semester 2 tahun ajaran 2012/2013?”
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam Penelitian Tindakan kelas ini untuk mengetahui
kemampuan menulis paragraf persuasif siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
kelas X-5 semester 2 tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkat dengan
pembelajaran berbasis kontekstual.
1.4Batasan Istilah
1.4.1Menulis Paragraf Persuasi
Paragraf persuasif adalah salah satu jenis paragraf yang bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca agar bersikap sesuai yang disampaikan penulis secara
suka rela. Oleh sebab itu, sebuah paragraf persuasif harus disertai dengan data
dan fakta yang menunjang tulisan tersebut.
1.4.2Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
(24)
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru, membantu guru
dalam mengambangkan metode dan model-model pembelajaran yang kreatif
guna meningkatkan kualitas pembelajaran menulis persuasi. Penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis kontekstual, memberi inspirasi
baru bagi guru-guru khususnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.5.2 Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis persuasi.
Pembelajaran bahasa Indonesia lebih menarik dan tingkat kreativitas siswa
dapat lebih berkembang.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi peneliti
lain, agar penelitian yang berkaitan dengan keterampilan menulis persuasi dan
(25)
BAB II KAJIAN TEORI
2.1Penelitian yang Relevan
Berdasarkan studi kepustakaan terdapat dua penelitian yang relevan dengan
penelitian ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ari Sutrisno (2010) dan Norma
Kristiani (2010).
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ari Sutrisno pada tahun 2010,
berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV-A SD
N Dukuhan Kerten No. 58 Solo Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
Penelitian tersebut memiliki beberapa hal yang sama dengan penelitian ini, yaitu
pada pendekatan pembelajaran yang digunakan dan keterampilan menulis yang
ditingkatkan. Dari penelitian tersebut, diperoleh informasi yang menyatakan
bahwa pendekatan CTL telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis
karangan deskripsi siswa kelas IV-A SDN Dukuhan Kerten Surakarta. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari data yang dihasilkan, yaitu pada kondisi awal nilai
rata-rata siswa 62.73 dan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 siswa
atau 44.11 % dari 34 siswa. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 68.32
dan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 23 siswa atau 67.64 %. Pada
siklus II menjadi 73.61 dan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 27 siswa
(26)
Norma Kristiani 2010 “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Menggunakan
Metode Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik “Kancing Gemerincing” Siswa
Kelas X-3 Semester 2 SMA Negeri 6 Yogyakarta 2009/2010”. Penelitian tersebut memiliki kesamaan tujuan dengan penelitian ini, yaitu meningkatkan kemampuan
menulis paragraf persuasif. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh informasi
bahwa kemampuan menulis paragraf persuasif dan keaktifan siswa dapat
ditingkatkan dengan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik “kancing gemerincing”. Hal tersebut dapat dibuktikan dari data yang dihasilkan, yaitu pada kondisi awal keaktifan siswa mencapai 40 % dan tidak terdapat siswa yang
mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Pada siklus I mengalami
peningkatan keaktifan siswa menjadi 62.85 % dan jumlah siswa yang mencapai
KKM sebesar 62.85 % dengan nilai rata-rata 57.68. Pada siklus II keaktifan siswa
meningkat menjadi 85.3 % dan jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat
menjadi 88.24 % dengan nilai rata-rata 71.28.
Dari penelitian di atas dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas
mampu meningkatkan kemampuan siswa, khususnya dalam keterampilan
menulis. Penelitan tindakan kelas tentang menulis persuasif ini sudah banyak
dilakukan. Masing masing penelitian dilakukan menggunakan teknik-teknik
tertentu dan media yang berbeda-beda, dengan hasil peningkatan yang berbeda
pula. Dari berbagai penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan
menulis persuasif, masih dapat dilakukan upaya untuk meningkatan kemampuan
(27)
karena itu, peneliti memilih salah satu pendekatan pembelajaran, yaitu kontekstual
dengan media iklan.
Berdasarkan penelitian di atas, pendekatan pembelajaran kontekstual dengan
media iklan belum dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis
paragraf persuasif. Dengan pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual, selain
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf persuasif,
siswa juga mampu mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki.
2.2Menulis Paragraf Persuasif 2.2.1 Pengertian Menulis
Menurut KBBI (2008:1219), menulis adalah melahirkan pikiran atau
perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Sementara itu
menurut Sudaryanto (2001:64) menyatakan bahwa keterampilan menulis ialah
suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang
disampaikan melalui bahasa tulis, yang realisasinya berupa simbol-simbol grafis
sehingga orang lain, yaitu pembaca, mampu memahami pesan yang terkandung di
dalamnya.
Tarigan (2008: 21) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
(28)
pemikiran melalui tulisan. Pemikiran tersebut dapat berupa pendapat,
pengetahuan, pengalaman, keinginan, atau pun perasaan seseorang. Menulis tidak
hanya mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis melalui media bahasa tulis
saja tetapi meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami pembaca.
Tulisan yang baik memiliki ciri khas tersendiri. Rosidi (2009: 10-11)
mengemukakan bahwa tulisan yang baik memiliki ciri-ciri a) kesesuaian judul
dengan isi tulisan, b) ketepatan penggunaan ejan dan tanda baca, c) ketepatan
dalam struktur kalimat, d) kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam setiap
paragraf. Tulisan yang baik memiliki ciri khas tersendiri. Tulisan yang baik
merupakan tulisan yang mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna
bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan dalam tulisan.
Kebermaknaan tulisan didukung oleh kejelasan tulisan tersebut. Tulisan dapat
disebut sebagai tulisan yang jelas jika pembaca dapat membaca dengan kecepatan
yang tetap dan menangkap makna yang ada dalam tulisan tersebut. Selain
bermakna dan jelas, tulisan yang baik memiliki kepaduan dan utuh. Sebuah
tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah.
Hal tersebut karena terdapat pengorganisasian tulisan dengan jelas sesuai
perencanaan dan bagian-bagiannya dihubungkan dengan yang lain.
2.2.2 Paragraf Persuasif
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1062) diungkapkan bahwa
persuasi, adalah (1) bujukan halus, (2) ajakan kepada seseorang dengan cara
memberikan alasan dan prospek yang meyakinkan dan, (3) himbauan. Keraf,
(29)
bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki
pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Persuasi dapat
dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan dengan cara
meyakinkan mereka yang menerima persuasi, bahwa keputusan yang diambil
merupakan keputusan yang benar dan bijaksana serta dilakukan tanpa paksaan.
Untuk meyakinkan pembaca mengenai apa yang dipersuasikan, penulis harus
menimbulkan kepercayaan pada para pembaca.
Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya
(Suparno dan Yunus, 2007:113). Alfiansyah (2009:27) mengungkapkan bahwa
paragraf persuasif adalah suatu bentuk paragraf yang bertujuan membujuk
pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar
tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian
dengan data dan fakta.
Paragraf persuasi adalah salah satu jenis paragraf atau tulisan yang
bertujuan untuk memengaruhi pembaca. Oleh karena itu, sebuah tulisan persuasif
memerlukan data sebagai penunjang. Data yang digunakan dalam tulisan atau
paragraf persuasi lebih baik berupa fakta. Dalam tulisan atau paragraf persuasif
biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang sifatnya mengajak atau
memengaruhi pembaca agar bersikap atau melakukan sesuatu (Oken, 2009:19).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf
persuasif adalah salah satu jenis paragraf yang bertujuan untuk mempengaruhi
(30)
sebab itu, sebuah paragraf persuasif harus disertai dengan data dan fakta yang
menunjang tulisan tersebut.
2.2.3 Persuasi dan Argumentasi
Zainurrahman (2011:51) menjelaskan bahwa tulisan argumentatif, sering
disebut sebagai salah satu tulisan persuasif, adalah tulisan yang menyuguhkan
rasionalisasi, pembantahan, juga berisi seperangkat penguatan beralasan terhadap
sebuah pernyataan. Keraf, (2007:119) menyatakan bahwa persuasi bertolak dari
kepercayaan terhadap orang yang diajak berbicara dan sebaliknya, maka
terdapatlah perbedaan antara argumentasi dan persuasi, sehingga orang
beranggapan bahwa persuasi merupakan sinonim atau istilahnya mempunyai
makna yang sama dengan argumentasi. Bagaimanapun juga antara kedua istilah
tersebut terdapat perbedaan, Nurudin (2007:84) menjelaskannya sebagai berikut.
a. Ciri khas argumentasi adalah usaha untuk membuktikan suatu kebenaran
sebagaimana digariskan dalam proses penalaran menulis, argumentasi juga
sebagai proses untuk mencapai suatu kesimpulan. Sebaliknya, persuasif adalah
keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atas kesesuaian kehendak penulis
dan suatu proses untuk meyakinkan orang lain supaya orang lain itu menerima
apa yang dinginkan penulis. Jadi, jelas argumentasi sekedar membuktikan
kepada pembaca, sementara persuasif dengan sengaja membujuk pembacanya.
b. Sasaran proses berpikir dalam argumentasi adalah kebenaran mengenai subjek
yang diargumentasikan, sedangkan sasaran proses berpikir dalam persuasi
adalah pembaca, yaitu usaha bagaiman merebut kesepakatan dari para
(31)
mengenai siapa sasaran tulisannya dengan seluruh situasi yang ada, sedangkan
argumentasi memerlukan analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang
ada untuk membuktikan kebenaran itu. Argumentasi mensyaratkan berfokus
pada apa yang dibicarakan itu memang benar tanpa melihat siapa pembacanya,
sementara persuasif melihat sipa saja pembacanaya (latar belakang
kehidupannya, kebiasaan sehari-harinya, kepercayaan) agar bisa
mempengaruhi pembaca secara lebih baik.
c. Menyangkut jumlah fakta yang digunakan dalam argumentasi semakin banyak
fakta semakin kuat pula kebenarannya yang dipertahankan, sebaliknya dalam
persuasif fakta dipergunakan seperlunya bila sudah merasa cukup tidak perlu
mengemukakan fakta lain (Nurudin, 2007:84).
Berdasarkan uraian di atas, karena persuasi pertolak dari kepercayaan
terhadap pembaca atau lawan bicara dan sebaliknya, maka terdapatlah garis
singgung antara argumentasi dan persuasi. Garis singgung tersebut mengakibatkan
banyak orang beranggapan bahwa persuasi merupakan sinonim atau istilah yang
mempunyai makna yang sama dengan argumentasi. Bagaimanapun juga,
argumentasi dan persuasi memiliki perbedaan yang jelas. Perbedaan tersebut
terlihat pada tujuan, proses berpikir, dan jumlah fakta. Berikut rangkuman
(32)
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Argumentasi dan Persuasi
No. A r g u m e n t a s i P e r s u a s i
1.
Argumentasi adalah suatu proses penalaran untuk mencapai suatu kesimpulan.
Persuasi adalah suatu keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atau kesesuaian kehendak.
2.
Sasaran proses berpikir pada argumentasi adalah kebenaran mengenai suatu subjek yang diargumentasikan.
Sasaran proses berpikir persuasi adalah pembaca atau lawan bicara, yaitu usaha bagaimana merebut kesepakatan pembaca atau lawan bicara.
3.
Semakin banyak fakta yang dipergunakan, semakin kuat kebenaran yang dipertahankan.
Fakta dipergunakan seperlunya saja.
2.2.4 Ciri-Ciri Paragraf Persuasif
Vendrafirdian (2008) mengungkapkan bahwa ciri-ciri persuasi sebagai berikut ini.
a. Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/pembacanya.
b. Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
c. Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara pembicara/penulis
dan yang diajak berbicara/pembaca.
d. Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
e. Harus ada fakta dan data secukupnya.
Menurut Pratama (2009), ciri-ciri persuasif disebutkan sebagai berikut ini.
a. Mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat.
b. Bertujuan mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar mereka mau
berbuat, bertindak atau melakukan sesuatu secara sukarela, sesuai yang
(33)
c. Membuktikkan kebenaran, pendapat pengarang sehingga tercipta keyakinan
dan kepercayaan pada diri pembaca.
d. Menggunakan beberapa teknik tertentu.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf
persuasi adalah, (1) bahasa yang emotif; yang dimaksudkan di sini adalah
penggunaan bahasa yang mampu membuat seseorang (pembaca) dapat merasakan
sesuatu dari hati untuk melakukan, merasakan sesuatu, dan terlibat di dalamnya,
(2) pilihan kata khusus; pemilihan kata dalam paragraf persuasif sederhana dan
mudah dipahami, serta dapat menarik perhatian pembaca, (3) ajakan; ajakan
tersembunyi secara makna namun dapat membuat hati seseorang tergerak untuk
melakukan tindakan sesuai ajakan penulis.
2.2.5 Teknik dan Langkah Menulis Paragraf Persuasif
Dalam menulis persuasi, terdapat beberapa teknik yang digunakan agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik
persuasi menurut Keraf (2007:124-131).
1) Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan suatu proses penggunaan akal untuk memberikan
suatu dasar pembenaran pada suatu persoalan, yang mana dasar atau alasan itu
tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu. Kebenaran yang
dibicarakan dalam persuasi mutlak, tetapi kebenaran hanya berfungsi untuk
meletakkan dasar-dasar dan melicinkan jalan agar keinginan, sikap,
kepercayaan, keputusan, atau tindakan yang telah ditentukan atau diambil
(34)
2) Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan di mana penulis harus mengidentifikasi dirinya
dengan pembacanya. Identifikasi biasa digunakan dalam tulisan yang
berkaitan dengan soal-soal politik, yaitu kampanye dengan tujuan utamanya
adalah “menang”. Agar identifikasi dapat dilaksanakan sesuai dengan yang
diharapkan, harus diciptakan dasar umum yang sama. Dasar umum tersebut
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang: untuk siapa tulisan
ditujukan?. Dengan berusaha menjawab pertanyaan itu dengan tepat, penulis
akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan,
kemampuan pembacanya.
3) Sugesti
Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk
menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar
kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Rangkaian
kata-kata yang menarik dan meyakinkan, dapat memungkinkan penulis
mempengaruhi pembaca dengan mudah. Sugesti akan mudah diikuti jika
dilakukan oleh orang yang mempunyai wibawa dan kedudukan tinggi di
tengah masyarakat. Jadi, seorang pembaca yang mengidolakan seorang
penulis jelas akan mudah terkena sugesti.
4) Konformitas
Konformitas adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri
serupa dengan suatu hal yang lain atau suatu mekanisme mental untuk
(35)
penulis hanya menyajikan beberapa hal yang sama dengan pembaca,
sedangkan dalam konformitas penulis memperlihatkan bahwa dirinya mampu
bertindak sebagai pembaca itu sendiri.
5) Kompensasi
Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari
suatu pengganti bagi sesuatu hal yang tidak dapat diterima. Seorang penulis
akan dapat dengan mudah membujuk pembaca dengan mendorong pembaca
untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan dengan menunjukkan secara
meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang baru.
6) Penggantian
Penggantian adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud
dengan maksud lain yang sekaligus menggantikan emosi kebencian asli serta
emosi cinta kasih asli. Dalam hal ini, penulis berusaha meyakinkan pembaca
untuk mengalihkan suatu objek atau tujuan tertentu kepada suatu tujuan lain.
7) Proyeksi
Proyeksi adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya subjek
menjadi objek. Sebagai contoh, sesuatu sifat yang dimiliki seseorang tetapi
dilontarkan sebagai sifat dan watak orang orang lain.
Setelah mengetahui teknik persuasi, maka perlu diperhatikan pula langkah
penyusunan paragraf persuasi. Alfiansyah (2009) menyebutkan langkah-langkah
penyusunan paragraf persuasi dapat dilakukan secara sederhana seperti berrikut:
(36)
dari berbagai sumber, (4) menyusun kerangka paragraf, dan (5) mengembangkan
kerangka menjadi paragraf persuasi.
Berikut ini beberapa langkah yang dapat ditempuh bila akan menulis
paragraf persuasi.
a. Menentukan topik dan tujuan dalam paragraf persuasif
Dalam paragraf persuasif, tujuan penulis dapat dikemukakan secara langsung.
b. Membuat kerangka paragraf persuasif
Agar susunan tulisan persuasif itu sistematis dan logis, kerangka tulisan perlu
mendapat perhatian dalam perumusannya.
c. Mengumpulkan bahan untuk paragraf persuasif
Bahan dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan
penyebaran angket kepada responden. Pada saat mengumpulkan bahan, kita
dapat membuat catatan, baik kutipan langsung maupun tidak langsung, yang
nantinya dapat dijadikan sebagai barang bukti.
d. Menarik simpulan dari paragraf persuasif
Penarikan simpulan dalam suatu paragraf persuasif harus kita lakukan dengan
benar agar tujuan kita tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data
yang diperoleh telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan
cara induksi atau deduksi.
e. Menutup paragraf persuasif
Pada bagian ini penulis menutup paragraf dengan imbauan atau ajakan agar
pembaca mau bertindak atau melakukan sesuatu sesuai yang diharapkan
(37)
Teknik dan langkah penulisan persuasi adalah dua hal yang memiliki
hubungan timbal balik. Jika seseorang akan menulis persuasi tetapi hanya
menggunakan teknik penulisan saja tanpa mengikuti langkah-langkah
penulisannya, seseorang tersebut tidak akan dapat menulis persuasi dengan baik.
Demikian sebaliknya, jika seseorang hanya mengikuti langkah-langkah
penulisannya tanpa menggunakan teknik, paragraf yang dibuat didalamnya tidak
terdapat unsur-unsur pembangun tulisan persuasi.
2.3 Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Contextual Teaching and Learning banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya
dikembangkan oleh Jean Piaget. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya
pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh
terhadap beberapa model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran
kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna
manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Sesuai dengan filsafat yang
mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka
dipandang dari sudut psikologis, CTL berpihak pada aliran psikologis kognitif
(Sanjaya, 2006:257).
2.3.2 Hakikat Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah
satunya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Berkaitan dengan
hal tersebut, model-model pembelajaran saat ini sudah beraneka ragam. Salah
(38)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
Johnson (2010:65) mendefinisikan CTL sebagai sistem yang menyeluruh.
CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling bergabung. Jika bagian-bagian ini
terjalin satu sama lain, akan menghasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang
diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Banyak ahli telah mendefinisikan
tentang pengertian pembelajaran kontekstual ini. Pendapat lain mengenai
pembelajaran kontekstual diungkapkan sebagai berikut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment) (Trianto, 2009:107).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kontekstual
terdapat tujuh komponen yang harus dilibatkan. Komalasari (2010:7) menyatakan
bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara,
dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya
Dari berbagai pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
(39)
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual.
2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Pembelajaran berbasis kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa
dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi
pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi
pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan,
akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal tersebut Sanjaya (2006:254) menyatakan bahwa terdapat
lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL.
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian,
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu
diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
(40)
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan
yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku
siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
dan penyempurnaan strategi.
Sementara itu, pernyataan lain dikemukakan Fellows (2000:2-7) dalam
Komalasari (2010:10). Dalam pernyataanya dijelaskan bahwa karakteristik
pembelajaran kontekstual berfokus pada (a) problem-based (berbasis masalah),
(b) using multiple contexts (penggunaan berbagai konteks), (c) drawing upon
student diversity (penggambaran keanekaragaman siswa), (d) supporting self-regulated learning (pendukung pembelajaran pengaturan sendiri), (e) using interdependent learning groups (penggunaan kelompok belajar yang saling ketergantungan), dan (f) employing authentic assessment (memanfaatkan
penilaian asli). Komalasari (2010:13) menjelaskan bahwa karakteristik
pembelajaran kontekstual menerapkan konsep keterkaitan (relating), konsep
(41)
sama (cooperating), konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep
penilaian autentik (authentic assessment).
CTL merupakan pendekatan yang merujuk pada keseluruhan situasi, latar
belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan pembelajar. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran
kontekstual (a) berkaitan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari dan
lingkungan terdekat siswa, (b) peristiwa yang terjadi bersifat aktual dan faktual,
(c) memanfaatkan berbagai media yang sealamiah mungkin, (d) pengembangan
materi berbasis masalah dan bersifat original, (e) memanfaatkan metode
pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lain agar terjadi tukar-menukar gagasan (berdiskusi) untuk saling beradu
argumen, dan (f) Evaluasi pembelajaran mencerminkan autentisitas.
2.3.4 Komponen Pembelajaran Kontekstual
Johnson (2010:65) menyebutkan bahwa sistem CTL mencakup delapan
komponen yang meliputi a) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, b)
melakukan pekerjaan yang berarti, c) melakukan pembelajaran yang diatur
sendiri, d) bekerja sama, e) berpikir kritis dan kreatif, f) membantu individu untuk
tumbuh dan berkembang, g) mencapai standar yang tinggi, dan h) menggunakan
penilain autentik.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pendekatan
kontekstual mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang
dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan kontekstual dapat
(42)
Bahasa Indonesia. Sanjaya (2006:262) menjelaskan bahwa CTL sebagai suatu
pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen:
a. kontruktivisme, adalah sebuah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
b. inkuiri, artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis.
c. bertanya (questioning), bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
d. masyarakat belajar (learning community), dapat dilakukan dengan menetapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang
anggotanya heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya,
maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
e. pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
f. refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian
atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. penilaian nyata (authentic assessment), adalah proses yang dilakukan guru
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual guru berperan sebagai pengelola kelas.
(43)
Berdasarkan asas-asas pembelajaran kontekstual di atas, tugas-tugas guru pada
proses pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
Tabel 2.2
Tugas Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan Komponen Pembelajaran Kontekstual
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik
Guru menyajikan kejadian-kejadian yang
menimbulkan konflik kognitif dan rasa ingin tahu siswa.
Tahap 2
Mengembangkan sifat ingin tahu
Guru memberikan pertanyaan berdasarkan topik/kejadian yang disajikan
Tahap 3 Menciptakan masyarakat belajar
Guru membimbing siswa untuk belajar kelompok dan bekerjasama dengan teman sekelopoknya dalam bertukar pengalaman dan berbagi ide. Tahap 4
Menghadirkan model
Guru menampilkan contoh pembelajaran agar siswa dapat berpikir, bekerja, dan belajar. Tahap 5
Melakukan refleksi
Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan menganalisis manfaat pembelajaran.
2.3.5 Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan
pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi
peserta didik dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam
pembelajaran seumur hidup. Pada pendekatan pembelajaran kontekstual
sebenarnya lebih menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer
(44)
dari berbagai sumber dan pandangan. Untuk itu, diperlukan suatu strategi
pembelajaran kontekstual bagi para peserta didik secara matang.
Menurut Bern dan Ericson (2001:5-11 dalam Komalasari 2010:23),
dikemukakan lima strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran
kontekstual.
1) Pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning), pendekatan yang
melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan
berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini
meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan
penentuan.
2) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif), pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar
kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3) Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pendekatan yang
memusatkan pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa
dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong
siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya
menghasilkan karta nyata.
4) Pembelajaran pelayanan (service learning), pendekatan yang menyediakan
suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan keterampilan
(45)
5) Pembelajaran berbasis kerja(work-based learning), pendekatan di mana
tempat kerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di
kelas untuk kepentingan siswa dan bisnis.
Sementara itu, Riyanto (2009:166) menjelaskan bahwa secara garis besar
langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan peniliaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan dapat mempercepat
kemampuan berpikir siswa sesuai dengan perkembangannya. Untuk itu,
pembelajar harus dihadapkan dengan realita yang ada di sekitarnya untuk
memahami konsep teoritis dan akademis. Oleh karena itu, strategi pembelajaran
dengan pendekatan CTL harus berfokus pada (a) pembelajaran berbasis problem,
(b) menggunakan konteks yang beragam, (c) mempertimbangkan kebhinnekaan
pembelajar, (d) membelajarkan pembelajar untuk belajar secara mandiri, (e)
belajar melalui kolaborasi, (f) menggunakan penilaian autentik (dengan
(46)
2.3.6 Implementasi CTL dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran kontekstual menjadi fokus perhatian para ahli pengajaran
sejak pembelajaran berubah paradigma dari berfokus pada guru ke berfokus pada
siswa. Paradigma pembelajaran berfokus pada siswa memberikan ruang gerak
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan perkembangan kognisinya dan belajar
sesuai dengan konteks tempat belajarnya. Pranowo dalam hand out “Konsep
Dasar CTL dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” menjelaskan desain pembelajaran secara kontekstual dapat dirancang dengan memperhatikan
komponen pembelajaran sebagai berikut.
a. Pemilihan materi
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus memilih materi yang tidak
jauh dengan lingkungan hidup siswa. Sebaiknya memanfaatkan bahan yang
sudah dipublikasikan (mudah dikenali siswa) sebagai materi. Materi bersifat
aktual dan faktual serta original. Materi pembelajaran harus dikemas dalam
bentuk problem solving (pemecahan masalah) sehingga memungkinkan siswa
untuk mengemukakan pendapat pribadi secara argumentatif yang didukung
dengan data serta argumen-argumen yang lain.
b. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran berdasarkan pendekatan CTL harus memberikan
peluang kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain agar terjadi
tukar-menukar gagasan (berdiskusi) untuk saling beradu argumen sehingga siswa
(47)
c. Media pembelajaran
Desain pembelajaran dengan CTL harus memberikan peluang untuk memilih
media yang memungkinkan digunakannya media pembelajaran sesuai dengan
konteks dan situasi belajar siswa.
d. Interaksi belajar mengajar
Interaksi belajar mengajar dengan CTL hendaknya memberikan kemungkinan
kepada siswa untuk mengemukakan pemikiran-pemikiran inkonvensional
sehingga pikiran kritis dan kreatif siswa dapat terakomodasi dengan baik.
Ketika guru meminta kepada siswa agar memecahkan masalah sesuai dengan
pendapat pribadi siswa, guru harus mengakomodasi pendapat-pendapat yang
secara logis tidak masuk akal tetapi secara argumentatif dapat diterima akal
sehat.
e. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar berdasarkan CTL disarankan menggunakan penilaian
autentik. Artinya, penilaian dengan non-tes, seperti portofolio, proyek, unjuk
kerja adalah bentuk penilaian tepat untuk pembelajaran berdasarkan
pendekatan CTL.
Desain pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan pendekatan
CTL dirancang berdasarkan komponen-komponen pembelajaran pada umumnya,
yang membedakan adalah asumsi-asumsi teoretis yang dipakai sebagai dasar
untuk melaksanakan pembelajaran. Pendekatan kontekstual berasumsi bahwa
konteks alami tempat siswa belajar merupakan pijakan utama dalam
(48)
http://rbaryans.wordpress.com/ diunduh 8 Desember 2012) menyatakan bahwa,
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual memiliki
beberapa hal yang harus diperhatikan dengan seksama.
1) Implementasi pembelajaran Bahasa Indonesia secara kontekstual
mementingkan aktualisasi prinsip-prinsip CTL dalam keseluruhan tahapan
pembelajaran (awal, inti, penutup).
2) Kegiatan pembelajaran yang bernuansa CTL lebih mengutamakan pada
pengembangan kemampuan berpikir dan berbahasa secara sinergis.
3) Pembelajaran bernuansa CTL menempatkan komunitas belajar sebagai bagian
sangat penting untuk mengaktualisasikan kemampuan berpikir dan berbahasa
sekaligus.
4) Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang
studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan
pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah untuk dilaksanakan.
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kontekstual memberikan suasana
belajar yang kondusif bagi siswa karena konteks dan situasi belajar sesuai dengan
kehidupan siswa sehari-hari. Dengan konteks belajar yang dekat dengan dunia
siswa, penyerapan materi akan menjadi lebih mudah sehingga hasil belajar dapat
dituntut dengan standar tinggi. Di samping itu, penilaian hasil belajar siswa akan
dapat mencerminkan kemampuan yang sebenarnya jika penilaian dilakukan secara
(49)
2.4 Kerangka Berpikir
Berdasarkan data hasil wawancara diperoleh informasi bahwa hasil belajar
siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013 dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif belum maksimal. Pada
umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan topik, menyusun
kalimat, menyusun paragraf, dan menggunakan ejaan yang benar. Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi oleh siswa, penelitian yang dilakukan peneliti
difokuskan pada kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasif. Sebagai
pemecahan masalah dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif, proses
pembelajaran dilakukan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Peningkatan kemampuan menulis paragraf persuasif siswa dilakukan dengan
pembelajaran berbasis kontekstual. Selain proses pembelajaran yang dilaksanakan
dengan memperhatikan komponen dan karakteristik dalam pembelajaran
kontekstual, pemilihan materi dan media pembelajaran pun juga disesuaikan
dengan karakteristik pembelajaran kontekstual. Materi pembelajaran yang
digunakan adalah materi-materi yang tidak jauh dengan lingkungan hidup siswa,
sedangkan media pembelajaran yang digunakan adalah iklan.
Iklan sebagai media yang menampilkan gambar dan tulisan adalah media
yang inofatif dan kreatif dapat membantu siswa dalam menemukan idea tau
gagasan dalam menulis paragraf persuasif. Pemilihan iklan sebagai media
pembelajaran disesuaikan dengan konteks dan situasi yang sedekat mungkin
dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa lebih mudah
(50)
kehidupannya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis
kontekstual.
Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap (perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi). Data diperoleh dengan teknik tes dan nontes. Data yang diperoleh
dianalisis untuk mengetahui presentase ketuntasan belajar dan nilai rata-rata kelas.
Untuk mengetahui perbedaan setiap siklus dilakukan uji statistik dengan uji
(51)
Skema 2.1
Skema kerangka berpikir
KONDISI AWAL
TINDAKAN Uji-t
KONDISI AKHIR
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA
KELAS X-5 SEMESTER 2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
1) Guru belum menggunakan pembelajaran kontekstual
2) Guru tidak memberikan contoh paragraf persuasif
3) Hanya 6 % siswa yang mendapat nilai tuntas
Proses pembelajaran berbasis kontekstual.
Mempermudah menemukan ide atau gagasan
Siswa mampu mengaitkan materi dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
Siklus I
Siklus II
Skor
Skor
Diduga penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual dengan media iklan dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa X-3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
(52)
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, hipotesis yang akan diajukan dalam
penelitian adalah:
Pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun
(53)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
atau classroom action research. Arikunto (2006:2) memandang penelitian
tindakan kelas sebagai bentuk penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, sehingga penelitian harus menyangkut upaya guru dalam bentuk
proses pembelajaran. Selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar,
penelitian tindakan kelas juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan
dosen dalam proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan upaya untuk
meningkatkan aktivitas serta motivasi dan juga hasil belajar siswa. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
paragraf persuasi dengan pembelajaran berbasis kontekstual.
Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif
ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut.
a. Perencanaan (planning), adalah persiapan program tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi siswa.
b. Tindakan (acting), adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya
(54)
c. Pengamatan (observing), adalah pengamatan terhadap siswa selama
pembelajaran menulis paragraf persuasi.
d. Refleksi (reflection), adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil
yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap
proses belajar mengajar selanjutnya.
3.2Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5, semester 2, tahun ajaran 2012/2013,
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Objek penelitian adalah pelaksanaan
pembelajaran menulis paragraf persuasif menggunakan metode pembelajaran
berbasis kontekstual.
3.3Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester 2,
tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan Mei 2013.
3.4Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan (dua jam
pelajaran). Pada akhir pertemuan diharapkan tujuan yang diinginkan dapat
tercapai dengan baik. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan
model Spiral Kemmis dan MC Taggart. Kusumah (2009:20-21) mengungkapkan
bahwa dalam model Spiral Kemmis dan MC Taggart proses tindakan penelitian
dilakukan secara berulang-ulang, semakin lama, diharapkan semakin meningkat
(55)
menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan,
refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang
pemecahan permasalahan.
Skema 3.1
Desain PTK model Spiral Kemmis dan MC Taggart
3.4.1 Siklus I
a. Perencanaan
Dalam penelitian ini, kegiatan perencanaan terjabar sebagai berikut.
1) Menyusun lembar observasi tentang kinerja guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dan pedoman wawancara bagi
siswa tentang tanggapan dan kesulitan yang dialami selama proses
pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti menyusun instrumen pengumpul
data untuk mengetahui karakteristik dan analisis kebutuhan siswa.
2) Tahap ini peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran dan
wawancara terhadap siswa dan guru kelas.
3) Menganalisis hasil observasi dan wawancara sebagai dasar untuk
menyususn silabus dan RPP.
4) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Observasi
Tindaka n
Refleks i
Perencanaan
SIKLUS I
Perencanaan Tindakan
Observas i
Refleksi
dst
SIKLUS II
(56)
5) Menyusun alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
setelah menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual dalam kegiatan
pembelajaran menulis paragraf persuasif di kelas.
b. Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan harus sesuai dengan perencanaan. Pada tahap
ini guru melakukan tindakan dalam proses pembelajaran. Tindakan yang
dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti, dan penutup.
a) Pendahuluan
Guru memberikan salam dan menyapa siswa, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Guru menayangkan video iklan.
Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengalaman dan pengetahuan siswa berkaitan dengan permasalahan yang terdapat pada iklan.
b) Inti
Siswa berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat sampai dengan lima siswa.
Siswa mengamati iklan.
Siswa mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam tayangan iklan.
Siswa menemukan unsur persuasi dalam iklan.
Siswa mengembangan kalimat fakta, opini, dan ajakan berkaitan dengan topik pada iklan.
(57)
Perwakilan kelompok membacakan hasil tulisan kelompok, siswa lain memberikan tanggapan.
Siswa bersama guru melakukan evaluasi terhadap paragraf persuasi siswa.
Guru menjelaskan beberapa kekurangan yang harus diperbaiki dan kelebihan paragraf persuasi siswa.
Siswa menulis paragraf persuasi berdasarkan beberapa topik yang telah guru sediakan.
c) Penutup
Pada tahap ini dilakukan refleksi dan penegaan materi terhadap
pembelajaran yang berlangsung dan membuat simpulan terhadap
pembelajaran keterampilan menulis persuasi.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan
penelitian. Observasi dilakukan guna mengumpulkan data kegiatan guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspekyang
diamati adalah perilaku siswa baik positif maupun negatif. Aspek positif
terdiri dari:
memperhatikan materi pelajaran,
keterlibatan siswa dalam setiap proses pembelajaran, siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas,
keaktifan siswa di dalam kelas sedangkan aspek negatif terdiri dari:
(58)
siswa meremehkan kegiatan menulis,
siswa berbicara sendiri atau dengan temannya saat proses pembelajaran berlangsung,
siswa mengganggu teman,
siswa tidak bersemangat mengerjakan tugas. d. Refleksi
Refleksi pada siklus I dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang perlu
dipertahankan, ditingkatkan, diubah, atau pun ditiadakan dalam pelaksanaan
siklus II. Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis terhadap
hasil tes, dan hasil observasi yang telah dilakukan. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui:
kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran kontekstual yang digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran siklus I;
kelebihan dan kekurangan materi;
tindakan-tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran; tindakan-tindakan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran.
3.4.2 siklus II
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama
dengan siklus I, hanya saja siklus II bertujuan untuk merevisi siklus I dan
menyususun tindakan dalam siklus II. Tindakan pada silklus II ditentukan
(59)
a. Perencanaan
Tahap perencanaan dalam siklus ini dimanfaatkan untuk menyusun RPP
dan instrumen pengumpulan data. Peneliti mempersiapkan rencana tindakan
berdasarkan evaluasi pada siklus I agar tujuan pembelajaran pada siklus II dapat
tercapai.
b. Tindakan
Pada awal pembelajaran guru bertanya kepada siswa tentang hambatan
atau kesulitan dalam menulis paragraf persuasi. Setelah itu siswa dikelompokkan
menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5-4 siswa. Seperti pada siklus I, siswa
mengamati sebuah iklan.
Setelah mengamati iklan, siswa berdiskusi untuk menemukan unsur
persuasi yang terdapat pada iklan. Proses selanjutnya adalah siswa membuat
paragraf persuasi dalam kelompok berdasarkan tema pada iklan. Proses
selanjutnya adalah perwakilan kelompok membacakan hasil tulisannya dan siswa
lain memberikan tanggapan. Setelah guru mengevaluasi hasil tulisan siswa, siswa
kembali mengamati iklan dan menulis paragraf persuasi secara individu.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan penelitian.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data, yaitu kegiatan guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pedoman analisis yang
(60)
d. Refleksi
Tahap refleksi digunakan untuk mengevaluasi tindakan siklus II. Pada
tahap ini, peneliti mendiskusikan haasil temuan selama proses pembelajaran.
Proses penyimpulan apakah indikator keberhasilan sudah tercapai atau belum juga
dilakukan pada tahap ini. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka
peneliti akan merencanakan siklus III.
3.4.3 Siklus III
Jika hasil yang diperoleh kurang menunjukkan perubahan yang signifikan,
maka dapat dilakukan siklus ketiga. Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada
siklus ketiga pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya saja tindakan yang
dilakukan berbeda. Siklus III bertujuan merevisi siklus II dan menyususn tindakan
di siklus III. Tindakan pada siklus ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi
pelaksanaan siklus kedua. Disamping itu pelaksanaan siklus ini juga dilaksanakan
selama dua kali pertemuan.
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu
teknik tes dan nontes.
a. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis
paragraf persuasi. Data yang dikumpulkan dengan teknik tes adalah hasil kerja
siswa dalam menulis paragraf persuasif. Adapun aspek-aspek penilain tes sebagai
(61)
o Kesesuaian isi paragraf dengan permasalahan pada topik.
o Kemampuan mengorganisasi paragraf.
o Kelengkapan unsur kalimat dan pola kalimat.
o Penggunaan ejaan yang benar.
Berdasarkan teknik pengumpulan data dengan teknik tes, dapat disusun
instrumen pengumpulan data sebagai berikut ini.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang Anda miliki, buatlah
paragraf persuasif sesuai dengan topik dan permasalahan yang terdapat pada
gambar iklan tersebut dengan memperhatikan hal-hal berikut ini!
1) Isi paragraf sesuai dengan topik dan permaslahan pada gambar iklan. 2) Paragraf disusun dengan jelas dan sistematis.
3) Setiap kalimat memiliki pola dan unsur yang baik dan benar.
4) Pilihan kata dan ungkapan sesuai dengan tema dan permasalahan, serta mengandung ajakan atau bujukan yang menarik.
5) Menggunakan ejaan yang benar. b. Teknik Nontes
Data yang dikumpulkan dengan teknik nontes adalah:
o hasil observasi
Observasi dilaksanakan sebelum peneliti melaksanakan pembelajaran. Hal ini
untuk mengetahui beberapa media, metode, dan teknik yang digunakan guru
dalam pembelajaran.
o hasil wawancara
Wawancara dengan guru, hal ini bertujuan untuk mengetahui pandangan guru
(62)
o pengambilan gambar (foto)
Pengambilan gambar (foto) bertujuan agar semua kegiatan penelitian dapat
didokumentasikan sebagai data.
3.6Instrumen Penelitian
a. Instrumen Observasi
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui fokus pembelajaran,
perhatian siswa, pengelolaan kelas, metode dan media pembelajaran, penataan
materi, penilaian, interaksi guru dan siswa, dan respon guru terhadap siswa.
Berikut pedoman observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Tabel 3.1
Instrumen Observasi untuk Guru
PEDOMAN OBSERVASI AKTIVITAS GURU DI KELAS SECARA UMUM
Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Kelas :
Jam ke :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal :
No. Unsur yang Diobservasi Ya Tidak
1. Guru menguasai materi pembelajaran 2. Guru menyajikan materi dengan sistematis 3. Guru menyajikan materi dengan tuntas
4. Guru memilih metode pembelajaran dengan tepat 5. Metode pembelajaran diterapkan secara efektif 6. Guru memakai media
7. Guru sering bertanya kepada siswa 8. Guru umumnya duduk di kursi
9. Guru sering berjalan ke samping, tengah, dan belakang
10. Guru menjawab berbagai pertanyaan siswa dengan jelas
(1)
(2)
153
(3)
(4)
155
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nuansa Asa Nuarindah, dilahirkan di Klaten
tanggal 22 Januari 1991. Ia menamatkan pendidikan
tingkat sekolah dasar di SDN 3 Gombang, Cawas, Klaten,
Jawa Tengah. Melanjutkan ke SMP dan menamatkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1
Cawas, Klaten tahun 2006. Tiga tahun kemudian
menamatkan pendidikan sekolah tingkat menengah atas di SMAN 1 Cawas,
Klaten pada tahun 2009. Setelah lulus SMA, ia menempuh studi di Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Ia lulus dari Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah pada tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
vii ABSTRAK
Nuarindah, Nuansa Asa. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf
Persuasif dengan Pembelajaran Berbasis Kontekstual pada Siswa Kelas X-5 Semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. SKRIPSI. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis paragraf persuasif.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 orang. Data diperoleh dari hasil tes dan nontes. Aspek yang dianalisis yaitu kemampuan menulis paragraf persuasif siswa yang berpedoman pada indikator penilaian sebagai berikut: (1) isi paragraf, (2) organisasi paragraf, (3) pola kalimat, (4) pilihan kata, dan (5) ejaan.
Hasil analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa rata-rata skor menulis paragraf persuasif siswa pada kondisi awal adalah 55.85, pada siklus I meningkat menjadi 67.57, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 73.34. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal hanya 2 siswa atau 5.72% siswa, pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa atau 54.28 % siswa, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 29 siswa atau 87.87% siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan menulis paragraf persuasif siswa kelas X-5 pada siklus I dan siklus II. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, yang artinya hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasif siswa. Melalui pembelajaran kontekstual, siswa dapat menyerap materi pelajaran dengan lebih mudah karena konteks belajar yang lebih dekat dengan siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikans sumber informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.
(6)
viii
ABSTRACT
Nuarindah, Nuansa Asa. 2013. The Improvement of Persuasive Paragraph in
Writing Skill by Using Contextual Teaching and Learning for X-5 Students of Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School 2012/2013 Semester 2. Thesis S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD
The research aimed to increase the ability for X-5 students of Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School 2012/2013 in writing the idea to convince the readers to be able to do something in the form of a persuasive paragraph by using contextual teaching and learning. The background of this research is dealing with the students’ difficulties in elaborating the topic.
This research includes as a classroom action research which conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The subject of this research is 35 students of X-5 Pangudi Luhur Senior High School 2012/2013 semester 2. The primary data are obtained from the test results and non-test. The analyzing aspect is student’s ability in writing persuasive paragraph based on the assessment indicator, those are: (1) the content of paragraph, (2) the organization of paragraph, (3) the sentence pattern, (4) the word choice, and (5) spelling.
The result of the quantitative analysis shows that in the beginning the
students’ averages score in writing persuasive paragraph is 55.85. In the first cycles increased up to 67.57, and the second cycles increased up to 73.34. The students who achieve accomplishment study on the first conditions only 2 students or 5.72% of students, in the first cycles increased up to 19 students or 54.28% and in the second cycles increased up to 29 students or 87.87%. The results of hypothesis test showed t-test in number is larger than t-table. Therefore the null hypothesis is rejected and the alternative hypothesis is failed to reject. It means the research result in accordance with the formulated hypothesis.
Based on those data, it can be conclude that by using contextual teaching and learning could improve students’ skill in writing persuasive paragraph. By
using contextual teaching and learning students’ could absorb the subject easily
because the learning context is closer to the students’. The result could be used as
a reference for another researcher who will do the similar research.