Sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi tinjauan psikologi sastra - USD Repository
SIKAP TOKOH ENDAR PRASASTI SEORANG BISU TULI
DALAM NOVEL KIAMAT PARA DUKUN
KARYA LANGIT KRESNA HARIADI
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Disusun oleh :
Bangun Budi Mulyawan
NIM : 024114019
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
MOTO
Janganlah Kuatir Akan Hidupmu
akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir
pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah
hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting
dari pada pakaian
( Matius 6; ayat 25)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Yesus Kristus, Sang Juru Selamat Manusia
Ayah, Ibu, Emak yang selalu mendoakanku
Dan istriku yang setia mendampingiku dalam keadaan apapun
v
vi
ABSTRAK
SIKAP TOKOH ENDAR PRASASTI SEORANG BISU TULI
DALAM NOVEL KIAMAT PARA DUKUN
KARYA LANGIT KRESNA HARIADI
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Bangun Budi Mulyawan
Universitas Sanata Dharma
2009
Penelitian ini mengkaji sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam
novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi. Tujuan penelitian ini sebagai
berikut. (1) Mendiskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun
karya Langit Kresna Hariadi. (2) Menganalisis dan mendeskripsikan sikap tokoh
Endar Prasasti dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi.
Dalam Penelitian ini digunakan pendekatan psikologi sastra yang
mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis tokoh dan
penokohan, serta menganilisis sikap tokoh Endar Prasasti berdasarkan teori dari
Kiesler, Collins dan Miller, yang semuanya ditinjau dari aspek psikologisnya.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1)
Tokoh Protagonis yaitu Endar Prasasti adalah gadis bisu tuli yang berprofesi sebagai
dukun. Endar gadis yang lugu namun berani, ia mempunyai pertahanan prinsip yang
teguh serta idealis. Keterbatasannya tidak menghalanginya untuk bergaul dan
berkehidupan normal, bahkan ia dapat mencari nafkah sendiri. Penokohan tokoh
protagonis yaitu Endar Prasasti berpengaruh terhadap analisis sepuluh objek sikap
seorang bisu tuli. Tokoh Antagonis yaitu Kik Darman adalah ayah angkat Endar
Prasasti. Ia adalah seorang dukun yang mempunyai sifat kasar dan beringas, selain itu
ia juga sombong dan mata duitan. Beberapa tokoh pembantu dalam novel KPD ini
adalah Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique Daniar Tumanan dan dokter Naimah.
(2) Berdasarkan analisis sikap tokoh Endar Prasasti yang diteliti menggunakan
sepuluh objek sikap tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Endar Prasasti
mempunyai sikap cenderung ke arah positif. Sikap positif tersebut adalah ia tidak
menarik diri ketika ada masalah, ia percaya diri dan tidak depresi saat masalah
datang. Endar tidak menutupi kelemahannya serta tidak khawatir akan pekerjaan yang
dijalaninya. Pada intinya Endar dapat mengelola dirinya dengan baik dan
berkehidupan normal.
vii
ABSTRACT
THE PERSONALITY OF ENDAR PRASASTI
A DEAF AND DUMB WOMAN AS REFLECTED
IN LANGIT KRESNA HARIADI’S KIAMAT PARA DUKUN
LITERARY PSYCHOLOGICAL RESEARCH
Bangun Budi Mulyawan
Universitas Sanata Dharma
2009
The title of this research is The Personality of Endar Prasasti a deef and
dumb woman as reflected in Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun. This
research examines the personality of Endar Prasasti, a deef and dumb woman. (1) The
objectives of this research are to describecharacter and characterization as reflected in
Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun. (2) Analyze and describe the
personality of Endar Prasasti in Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun.
This research uses psychological literary approach that focus on literary text
as research material. The research method that used in this research is descriptive
method analysis. The descriptive method analysis can be used to analyze character
and characterization and also to analyze the personality of Endar Prasasti based
Kiesler’s, Collin’s and Miller’s theory that observed from Psychological aspect.
The result of this research can be concluded in several cases. They are : (1)
The protagonist, Endar Prasasti is a deaf and dumb woman whose profesion as
shaman. Endar is a woman who simple but brave courageous. Sha has idealist and
strong principle defence. With her limitedness, she can associate and life normally,
she can make a livelihood by her self. The protagonist characterization of Endar
Prasasti influences to ward ten objects a deaf and dumb attitude. The antagonist
character is Kik Darman, a step father of Endar Prasasti. He has rude and wild
attitude. He is arrogant and materialistis. Some minor characters in KPD novel are
Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique Daniar Tumanan and dr. Naimah. (2) Based
on the analysis of Endar Prasasti personality that observed by using ten personality
object from Kiesler, Collins and Miller that can be concluded as follow. Endar
Prasasti has personality that incline to positif course. The positif course are she
dosen’t avoid from her problems, she is confident and enjoy her life. She doesn’t
cover her weakness and unworried with the job that she carriesout. Finally, Endar can
manage her self well and life normally.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa di surga atas segala
limpahan karunianya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akhir dalam
menempuh ujian mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini,
yaitu :
1. Drs, B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan pengetahuan
yang membangun hingga tersusunnya skripsi ini;
2. S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak sekali masukan, saran, bimbingan, semangat untuk maju
dan sabar;
3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. sebagai dekan sastra yang sudah banyak
membantu dan mempermudah penyelesaian studi;
4. Dra. Fr. Tjandrasih Adji, S.S, M.Hum. sebagai dosen penguji yang sudah
banyak membantu terutama dalam penulisan skripsi;
ix
5. Drs. A. Hery Antono, M.Hum. dan para dosen yang sudah membantu
terlaksananya skripsi ini;
6. Bapak, Ibu Widodo serta keluarga besar yang telah banyak membantu baik
material maupun immaterial;
7. Mbah Putri Mijilan dan adikku Wahjoe terimakasih atas kesabaran dan kasih
sayangnya selama ini;
8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2002, Ayo segera nyusul nanti ndak
segera digusur;
9. Keluarga Monjali yang mendukung jalannya skripsi;
10. Ibu Tegalrejo (Emak tersayang), terimakasih atas kasih sayang dan ajarannya
untuk bersabar dan memaknai hidup;
11. Keluarga besar Tegalrejo, yang mau mengerti keadaanku selama ini dan
mendukung sepenuh hati;
12. Istriku tercinta Lia, terimakasih atas segalanya;
13. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengerjakan skripsi ini dengan bantuan pihak-pihak di sekitar,
panduan dari buku-buku yang terdapat dalam lembar daftar pustaka. Dengan
demikian, segala sesuatu yang terdapat dalam hasil penelitian ini akan menjadi
tanggung jawab penulis. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca,
terima kasih.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...
iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………
v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………………
vi
ABSTRAKSI…………………………………………………………………….. vii
ABSTARCT…….…………………………………………………………..........
viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………. xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 5
1.5 Landasan Teori……………………………………………………….
5
1.5.1 Tokoh………………………………………………………
5
1.5.2 Penokohan………………………………………………….
7
1.5.3 Psikologi Sastra…………………………………………….
7
xii
I.5.4 Sikap………………………………………………………… 8
1.5.5 Pengertian Bisu Tuli atau Gangguan Pendengaran………… 12
1.6 Metodologi Penelitian………………………………………………... 14
1.6.1 Pendekatan…………………………………………………. 14
1.6.2 Metode Penelitian………………………………………….. 14
1.6.2.1 Metode Pengumpulan Data………………………
15
1.6.2.2 Metode Analisis Data…………………………….
15
1.7 Sumber Data………………………………………………………….
15
1.8 Sistematika Penyajian………………………………………………..
16
BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL KIAMAT PARA
DUKUN
2.1 Tokoh………………………………………………………………… 17
2.1.1 Endar Prasasti………………………………………………
18
2.1.2 Kik Darman………………………………………………...
22
2.1.3 Wuryanti…………………………………………………… 25
2.1.4 Barkah……………………………………………………… 27
2.1.5 Man Suwoto………………………………………………..
29
2.1.6 Unique Daniar Tumanan…………………………………...
31
2.1.7 Dokter Naimah……………………………………………..
32
2.2 Penokohan……………………………………………………………
34
2.2.1 Endar Prasasti (Tokoh Protagonis)
2.2.1.1 Keras Kepala…………….………………….......... 35
xiii
2.2.1.2 Idealis…………………………………………….. 38
2.2.1.3 Gadis Berani……………………………………… 40
2.2.1.4 Lugu……………………………………………...
41
2.2.1.5 Mempunyai Rasa Takut…………………………… 43
2.2.1.6 Inovatif…………………………………………...
45
2.2.1.7 Rasa Sedih ….………………………………........
46
2.2.1.8 Kerinduan dan Kesetiaannya Terhadap Agung
Tamba……………………………………………
47
2.2.1.9 Percaya diri………………………………………
49
2.2.1.10 Dapat Menerima Kenyataan……………………
50
2.2.2 Kik Darman (Tokoh Antagonis)……………………………
50
2.2.2.1 Kasar/ Beringas (Suka Kekerasan)………………. 51
2.2.2.2 Suka Mencibir……………………………………
52
2.2.2.3 Mata Duitan……………………………………...
54
BAB III ANALISIS SIKAP TOKOH ENDAR PRASASTI SEORANG BISU TULI
3.1 Withdrawl ( Menarik Diri )………………………………………….
58
3.2 Self Appraisal ( Penilaian Diri )…………………………………….
61
3.3 Depression ( Depresi )………………………………………………
65
3.4 Over Optimism ( Optimis yang Berlebihan )……………………….
68
3.5 Tension ( Ketegangan )……………………………………………..
72
3.6 Reaction to Rehabilitation ( Reaksi Terhadap Rehabilitasi )……….
75
3.7 Job Worry ( Kecemasan Kerja )…………………………………….
79
xiv
3.8 Sensitivity ( Mudah Tersinggung )………………………………….
82
3.9 Cover Up ( Menutupi )……………………………………………..
85
3.10 Eccentric Reaction ( Reaksi Aneh )………………………………
89
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………..
93
4.2 Saran…………………………………………………………………
96
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
97
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan produk dari masyarakat, ia tidak lahir dari
kekosongan (social vacum). Daya khayal pengarang dalam karyanya secara
langsung dipengaruhi oleh pengaruh manusia yang berada dalam masyarakat,
persoalan-persoalan lingkungannya, serta keadaan dan tempat hidupnya
menjadikan karya sastra yang dihasilkan mengandung informasi tentang
masyarakat tersebut (Hardjana, 1985:21).
Menurut LaPierre (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap adalah sebagai
“suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasi, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon
terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”.
Menurut Secord & Backman (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap
adalah sebagai “keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya”.
Sikap merupakan hasil dari perbuatan yang dipengaruhi faktor lingkungan
intern dan faktor lingkungan ekstern. Kedua faktor tersebut sangat berkaitan.
Sikap mencerminkan tingkah laku tertentu dan perbuatan dari tingkah laku
individu tersebut dinilai. Sikap seorang individu terbentuk dari adanya interaksi
sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada
adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok
1
2
sosial. Keluarga atau orang lain di sekitar merupakan salah satu di antara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seorang individu. Kondisi
internal dan keluarga juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi serta
membentuk sikap seorang individu.
Sikap yang akan diangkat di dalam penelitian ini adalah sikap seorang
bisu tuli bernama Endar Prasasti dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit
Kresna Hariadi. Kehidupan gadis bisu tuli yang digambarkan dalam novel Kiamat
Para Dukun memberikan gambaran mengenai sikap seorang gadis bisu tuli yang
tercermin dalam sikap, pemikiran, ucapan serta tingkah laku dalam kehidupannya.
Sikap Endar tersebut terbentuk karena didominasi oleh faktor luar dan lingkungan
sosial sekitar. Sehingga sangat mempengaruhi sikap Endar dalam kesehari-harian.
Novel Kiamat Para Dukun (selanjutnya ditulis KPD) ini menceritakan
tentang daerah Banyuwangi yaitu Rogojampi yang mayoritas penduduknya
percaya akan dukun dan banyak yang bekerja sebagai dukun. Salah satunya
adalah Endar Prasasti gadis bisu tuli yang karena tekanan hidup akhirnya menjadi
dukun. Endar adalah gadis bisu tuli, namun kehidupan dan cara bergaulnya
normal layaknya gadis biasa. Tekanan hidup Endar berawal dari tingkah laku ayah
angkatnya, kematian Agung Tamba hingga perburuan dukun. Di Rogojampi
terjadi pembunuhan dukun karena kecerobohan ulah dukun itu sendiri. Endar
Prasasti adalah salah satu dukun yang akan diburu, namun karena bantuan
Wuryanti, dokter Naimah, Unique serta Man Suwoto, Endar Prasasti dapat
selamat.
3
Sikap Endar Prasasti seorang bisu tuli sewaktu kecil tidak terbentuk
dengan baik, itu dikarenakan lingkungan internalnya yaitu keluarga tidak
mendukung. Tokoh tidak mendapat perhatian dan kasih sayang serta pelajaran
yang baik dari ayah angkatnya. Ketika mulai beranjak dewasa tokoh tidak
mendapatkan pendidikan formal yang memadai untuk perkembangan cacat yang
dideritanya, justru malah banyak tekanan hidup yang dialaminya. Sebaliknya,
dengan adanya interaksi Endar terhadap lingkungan eksternalnya, sikapnya mulai
tertata dan terbentuk cukup baik. Endar mulai belajar mengerti bahasa tubuh dan
bahasa gerak bibir sehingga sedikit demi sedikit Endar mulai mengerti apa yang
diucapkan lawan bicaranya dan mulai belajar bicara serta belajar bahasa tubuh.
Dapat dilihat jelas bahwa sikap Endar Prasasti terbentuk karena dipengaruhi oleh
faktor eksternalnya. Sebenarnya jarang sekali terjadi seorang bisu tuli dapat
terbentuk dengan baik sikapnya dalam sehari-hari. Apalagi ketika banyak
kesulitan yang dihadapinya. Namun, Endar Prasasti dengan kemampuan yang
dimilikinya serta lingkungan yang mendukung dan menjadikannya sebagai gadis
bisu tuli yang mempunyai sikap baik.
Sikap sangat berkaitan dengan masalah psikologis. Oleh karena itu,
penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Untuk mengungkapkan
sikap Endar, terlebih dahulu akan diteliti unsur intrinsik berupa tokoh dan
penokohan. Unsur ini dikaji karena paling intensif mencerminkan sikap tokoh
Endar.
Alasan topik tersebut diambil adalah karena sepengetahuan penulis belum
pernah ada penelitian mengenai sikap seorang bisu tuli dalam suatu novel atau
4
karya sastra. Di samping itu, karena sebagai seorang bisu tuli dengan kondisi
lingkungan internal yang tidak mendukung, tokoh Endar Prasasti dapat hidup
normal layaknya gadis biasa. Dengan kemampuan serta hasrat yang dimilikinya
Endar berusaha berjuang untuk hidupnya dan untuk menghadapi masalah yang
ada.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun
karya Langit Kresna Hariadi?
1.2.2 Bagaimanakah sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel
Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun
karya Langit Kresna Hariadi.
1.3.2 Menganalisis dan mendeskripsikan sikap tokoh Endar Prasasti seorang
bisu tuli dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat atau sumbangan sebagai berikut :
1.4.1 Menambah kajian sastra, khususnya Sastra Indonesia dengan pendekatan
psikologi sastra.
1.4.2 Menambah wawasan serta pengetahuan mengenai bisu tuli atau
gangguan pendengaran serta penyakitnya dan kiat-kiat bagaimana
menghadapinya.
1.4.3 Mengembangkan apresiasi sastra karya Langit Kresna Hariadi
khususnya novel Kiamat Para Dukun.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Tokoh
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:165) tokoh cerita adalah
orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh
merupakan unsur penting dalam karya naratif. Tokoh menunjuk pada orangnya
atau sebagai si pelaku cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam suatu fiksi dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana
penamaan itu dilakukan. Berikut beberapa contoh pembedaan tokoh :
6
a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan.
Tokoh utama dan tokoh tambahan adalah tokoh yang dilihat dari
segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh tersebut dalam suatu cerita.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro,
2007:177). Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara
keseluruhan, karena paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan
dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun
mungkin dalam porsi penceritaan yang cukup pendek (Nurgiyantoro,
2007:176). Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih
sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan
dengan tokoh utama.
b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh, tokoh dapat dibedakan ke
dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Altenbernd dan
Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2007:178) tokoh protagonis adalah tokoh yang
kita kagumi-yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.
Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandanganpandangan kita, harapan-harapan pembaca, maka kita sering mengenalinya
sebagai memiliki kesamaan dengan kita, permasalahan yang dihadapi,
7
demikian pula ketika menyikapinya. Tokoh antagonis merupakan tokoh
perlawanan dalam suatu cerita. Tokoh antagonis lah yang menyebabkan
timbulnya suatu konflik dalam suatu cerita, namun tidak semua disebabkan
oleh tokoh antagonis.
1.5.2
Penokohan
Penokohan merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur
yang lain membentuk suatu totalitas dalam sebuah karya fiksi. Ia merupakan salah
satu fakta di samping kedua fakta cerita yang lain. Dengan demikian, penokohan
mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keutuhan dan keartistikan
sebuah fiksi (Nurgiyantoro, 2007:172). Penokohan merupakan pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan
karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu
dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Dengan demikian, istilah
“penokohan“ lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab
ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan
bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:166). Jadi
intinya adalah penokohan merupakan tehnik perwujudan dan pengembangan dari
tokoh.
1.5.3
Psikologi Sastra
Menurut Hartoko dan Rahmanto (1985:126) Psikologi Sastra adalah
cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat
8
diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau
kepada teks itu sendiri. Psikologi dapat memperjelas proses kreatif pengarang.
Untuk beberapa kasus tertentu suatu psikologi sastra dapat menambah nilai
artistik atau sebagai penunjang pada suatu karya sastra. Mengenai pemikiran
psikologis dalam suatu karya sastra tidak harus dicapai melalui pemikiran
psikologis saja.
1.5.4
Sikap
Menurut Barkowitz (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut. Sikap seseorang secara lebih spesifik akan mempunyai efek positif atau
efek negatif terhadap suatu objek psikologis. Dalam teori sikap dipandang sebagai
suatu kombinasi reaksi afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Ketiga
komponen sikap tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu.
Sikap dapat mempunyai fungsi yang berbeda-beda bagi setiap orang.
Menurut Saifuddin Azwar (1995:80) sikap mempunyai tiga fungsi, yang pertama
sikap memiliki fungsi pengetahuan (knowledge function). Dengan sikapnya,
seseorang akan mampu mengorganisasikan dan menginterpretasikan berbagai
macam informasi yang ia terima. Kedua, sikap mungkin memiliki fungsi ekspresi
diri (self-expression atau self-identity) sehingga individu dapat menyatakan nilainilai atau keyakinannya. Ketiga, sikap dapat berfungsi sebagai sarana peningkatan
harga diri (self-esteem). Dengan mengetahui fungsi sikap bagi seseorang maka
komunikator dapat menentukan strategi komunikasi yang tepat dengan
9
memberikan pesan persuasi yang berisi informasi yang relevan bagi fungsi sikap
yang bersangkutan.
Menurut Kiesler, Collins dan Miller (dalam Widiyanto, 2008:124) Sikap
dideskripsikan sebagai: “a learned predispotition to respons in a consistently
favorable or unfavorable manner with respect to a given object.” Dari definisi
tersebut tampak bahwa sikap itu mengandung unsur predisposisi, dipelajari dan
konsisten. Sikap selalu memiliki objek sikap.
Berikut ke-10 objek sikap menurut Kiesler, Collins dan Miller (dalam
Widiyanto, 2008:127-131) pada seorang bisu tuli :
1. Withdrawl (Menarik Diri)
Withdrawl adalah sikap menarik diri ketika menghadapi masalah.
Jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada positif maka sikap seorang
bisu tuli dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya,
cenderung melakukan hal yang wajar, tidak melakukan tindakan destruktif
dalam wujud menarik diri (withdrawl). Jika hasil penelitian mengarah ke
negatif maka sikap yang ditemukan adalah sebaliknya.
2. Self Appraisal (Penilaian Diri)
Self Appraisal adalah sikap penilaian diri, jika ditemukan hasil
penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu menunjukan bahwa
penyandang bisu tuli merupakan orang-orang yang memiliki kepercayaan
diri positif sehingga mereka mampu memberikan self appraisal positif
kepada diri mereka sendiri. Kemampuan ini tentu berdampak positif pada
mereka karena mereka akan selalu siap bergabung dengan berbagai
10
komunitas masyarakat yang berpendengaran normal. Jika hasil penelitian
mengarah ke negatif maka sikap yang ditemukan adalah sebaliknya.
3. Depression (Depresi)
Depression adalah sikap yang menjurus ke depresi, jika ditemukan
hasil penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu menunjukan bahwa
seorang bisu tuli merupakan orang-orang yang bisa mengelola diri secara
wajar, sebagaimana orang berpendengaran normal ketika menghadapi
berbagai permasalahan hidup.
4. Over Optimism (Optimisme Berlebihan)
Over optimism adalah sikap optimisme yang berlebihan, jika hasil
penelitian mengarah pada tindakan negatif yaitu mengarah ke tindakan
over optimism, hal itu menunjukan bahwa seorang bisu tuli memiliki
optimisme yang berlebihan ketika memandang berbagai tantangan hidup.
Optimisme berlebihan di satu sisi memang positif, tetapi di sisi lain
merupakan indikasi bahwa seorang bisu tuli kurang mampu memahami
diri.
5. Tension (Ketegangan)
Tension adalah sikap tegang atau ketegangan, jika hasil penelitian
mengarah ke tindakan positif, hal tersebut menunjukan bahwa seorang
bisu tuli dapat menikmati kehidupan dalam suasana yang nyaman, tidak
penuh dengan ketegangan.
11
6. Reaction to rehabilitation (Reaksi Terhadap Rehabilitasi)
Reaction to rehabilitation adalah sikap atau reaksi terhadap
rehabilitasi. Jika hasil mengarah ke positif, maka sikap yang ditunjukan
seorang bisu tuli adalah mereka terbuka terhadap program rehabilitasi,
atau penyembuhan termasuk program-program belajar/pelatihan yang akan
bermanfaat bagi perbaikan kehidupan mereka.
7. Job Worry (Kecemasan Kerja)
Job Worry adalah sikap kecemasan yang tinggi terhadap kerja atau
pekerjaan. Jika hasil penelitian mengarah ke positif, maka sikap yang
ditunjukan seorang bisu tuli adalah tidak begitu khawatir terhadap
pekerjaan yang akan dilakukan.
8. Sensitivity (Mudah Tersinggung)
Sensitivity adalah sikap mudah tersinggung. Jika hasil yang
ditemukan tidak berbeda jauh antara positif dan negatif, maka
kesimpulannya adalah pada saat berkomunikasi dengan seorang bisu tuli
relatif mudah, ditemukan beberapa penyandang bisu tuli yang gampang
tersinggung ketika bercakap-cakap.
9. Cover up (Menutupi)
Cover up adalah sikap suka menutup-nutupi, dalam hal ini adalah
kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Jika ditemukan hasil penelitian
mengarah pada tindakan negatif, hal itu menunjukan bahwa sebagian dari
bisu tuli masih memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang
12
menjurus ke cover up, mereka berusaha menutupi kelemahan-kelemahan
yang ada dalam dirinya.
10. Eccentric reaction (Reaksi Aneh)
Eccentric reaction adalah sikap memiliki reaksi-reaksi yang aneh.
Jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu
menunjukan bahwa sebagian dari seorang bisu tuli mampu mengelola diri
dengan baik, sehingga mendapatkan berbagai stimulus yang tidak
menyenangkan ataupun yang menyenangkan. Cenderung memberikan
respon atau reaksi secara wajar, tidak berlebihan.
1.5.4
Pengertian Bisu Tuli atau Gangguan Pendengaran
Bisu tuli adalah tidak dapat mendengar sekaligus tidak dapat
menghasilkan pembicaraan yang dapat dimengerti (KBBI, 1990:967).
Manusia normal ditandai dengan berfungsinya secara optimal seluruh
fungsi indera. Menurut Aristotle (dalam Widyanto, 2008:122) manusia memiliki
lima indera, yaitu: earing (pendengaran), sight (penglihatan), smell (penciuman),
taste (pengecapan), dan touch (peraba). Penyandang gangguan pendengaran
mengalami gangguan atau kerusakan pada hearing sense atau indera
pendengarannya.
Menurut Braden (dalam Widiyanto, 2008:123) ada dua gangguan
pendengaran, yaitu “kesulitan mendengar” dan “tuli”. “Kesulitan mendengar”
digunakan untuk menyebut penderita gangguan pendengaran ringan sampai berat
sekali, sedangkan “tuli” digunakan bagi mereka yang menderita gangguan
pendengaran total dan hanya menyisakan sedikit kemampuan mendengar. Orang
13
yang mengalami gangguan pendengaran berat sekali sampai total akan mengalami
kesulitan bicara karena mereka tidak bisa mendengar suara orang lain sehingga
tidak mampu meniru. Kemampuan meniru ini merupakan hal yang sangat penting
untuk belajar bicara. Di samping itu, mereka juga tidak mampu mendengarkan
suaranya sendiri ketika mencoba bicara.
Dalam kehidupan sehari-hari terutama saat berinteraksi sosial dapat
ditemukan beberapa sikap atau tindakan seorang bisu tuli. Kesepuluh objek sikap
seorang bisu tuli dari teori Kiesler, Collins dan Miller tersebut nantinya akan
digunakan peneliti untuk meneliti seberapa besar pengaruhnya dalam menentukan
sikap seorang bisu tuli. Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan nantinya akan
ditemukan beberapa sikap yang mengarah ke positif atau negatif dan dari
keduanya salah satu akan mendominasi. Dengan hasil yang mendominasi tersebut
peneliti dapat mengetahui bagaimana sikap tokoh Endar seorang bisu tuli dalam
novel KPD. Kesimpulan yang didapat adalah jika hasil yang mendominasi
tersebut mengarah ke sikap positif maka dapat dikatakan sikap Endar Prasasti
sebagai seorang bisu tuli dapat disamakan dengan sikap orang berpendengaran
normal. Namun, jika hasil yang mendominasi mengarah ke sikap negatif, maka
sikap Endar sebagai seorang bisu tuli kurang baik, perlu banyak bimbingan, baik
pendidikan formal maupun informal agar sikap yang terbentuk untuk berinteraksi
sosial menjadi lebih baik.
14
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1
Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi sastra. Pendekatan psikologi merupakan penelaahan yang menekankan
pada segi-segi psikologis yang terdapat pada suatu karya sastra, karena psikologi
mempelajari proses-proses kejiwaan (Sukada, 1987:105). Dalam penelitian ini
sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli diteliti dengan memanfaatkan teori
sepuluh objek sikap dari Kiesler, Collins, dan Miller dengan pendekatan psikologi
sastra.
1.6.2
Metode Penelitian
Metode penelitian ini melalui dua tahap yaitu; metode pengumpulan data
dan metode analisis data. Metode pengumpulan data merupakan metode dengan
teknik pengumpulan data setelah dilakukan pembacaan dari keseluruhan objek
data. Sedangkan metode analisis data merupakan metode analisis setelah
dilakukannya pengumpulan data dengan metode analisis pilihan. Metode
penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak pada data atau sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini, 1994:73).
Berdasarkan metode ini yang dilakukan pertama-tama oleh peneliti adalah
menganalisis tokoh dan penokohan ditinjau dari aspek psikologisnya. Kemudian
setelah itu peneliti baru akan menganalisis sikap dari tokoh Endar Prasasti
15
berdasarkan teori dari Kiesler, Collins, dan Miller (dalam Widiyanto) berdasarkan
sepuluh objek sikap.
1.6.2.1 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik pembacaan secara keseluruhan terhadap novel KPD.
Pembacaan keseluruhan dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi secara
umum, setelah itu dilakukan pencatatan data berdasarkan data-data sikap
tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel KPD. Data yang didapat
adalah data yang hanya berasal dari novel KPD.
1.6.2.2 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan dalam analisis data
adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis yang digunakan dalam
penelitian ini bermaksud mendeskripsikan ajaran atau kaedah psikologis
khususnya psikologi sastra dari novel KPD. Gambaran sikap tokoh Endar
Prasasti seorang bisu tuli diteliti menggunakan metode sepuluh objek sikap
penyandang bisu tuli. Data-data tersebut kemudian diteliti dan diolah. Hasil
dari olahan tersebut disimpulkan untuk mengetahui sikap tokoh Endar
Prasasti seorang bisu tuli.
1.7 Sumber Data
Pengarang
: Langit Kresna Hariadi
Judul Buku
: Kiamat Para Dukun
Penerbit
: Era Publishing
16
Kota
: Solo
Tahun terbit
: 2004
Cetakan
: Juli 2004
1.8 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam makalah ini dibagi menjadi 4 bab. Bab I yaitu
Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, landasan teori, metodologi penelitian, sumber data dan yang terakhir
adalah sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan analisis tokoh dan
penokohan. Bab III berisi mengenai analisis sikap tokoh Endar Prasasti seorang
bisu tuli. Bab IV Penutup berisi kesimpulan mengenai hasil dari analisis yang
telah dilakukan dan beberapa saran.
BAB II
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN
NOVEL KIAMAT PARA DUKUN
Dalam bab II ini akan dianalisis tokoh dan penokohan sebagai unsur utama
pembentukan suatu cerita. Perhatian utama akan difokuskan pada teks cerita sebagai
suatu keutuhan. Analisis tokoh dan penokohan tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai tokoh dan penokohan dari setiap
tokoh dalam cerita, baik itu tokoh protagonis atau tokoh utama, tokoh tambahan serta
tokoh antagonis. Penggambaran yang lebih jelas tersebut akan membantu pembaca
untuk lebih memahami tokoh serta perwatakannya dalam cerita.
2.1 Tokoh
Tokoh jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh, dibedakan menjadi dua, yaitu
tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Pengertian tokoh protagonis menurut
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2007:178) adalah tokoh yang kita
kagumi-tokoh yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh
protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapanharapan kita, pembaca. Maka, sering kita mengenalinya sebagai memiliki kesamaan
dengan kita, permasalahan yang dihadapinya, demikian pula halnya dalam
menyikapinya. Pendek kata, segala apa yang dirasa, dipikir, dan dilakukan tokoh itu
sekaligus mewakili kita (Nurgiyantoro, 2007:179).
17
18
Tokoh utama dalam novel Kiamat Para Dukun (KPD) adalah Endar Prasasti
atau dipanggil dengan sebutan Endar, yang dalam cerita tersebut juga berlaku sebagai
tokoh protagonis. Berdasarkan pada intensitas kemunculan tokoh dalam peristiwaperistiwa dalam cerita tersebut, tokoh Endar dapat dikatakan sebagai tokoh utama.
Intensitas kemunculan tokoh Endar dalam cerita tersebut dikisahkan mulai dari awal
perjalanan hidupnya yaitu ketika kedua orangtuanya meninggal, kemudian menjadi
anak angkat seorang dukun, hingga permasalahan-permasalahan yang muncul serta
berakhir pada kisah Endar yang menjadi salah satu incaran pembantaian dukun.
Berikut ini akan dideskripsikan tokoh protagonis (Endar Prasasti), tokoh antagonis
(Kik Darman), dan tokoh-tokoh pembantu (Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique,
dokter Naimah).
2.1.1
Endar Prasasti
Endar Prasasti atau dipanggil cukup dengan nama Endar, adalah perawan sunthi
atau gadis remaja yang berasal dari dusun Rogojampi, tepatnya di daerah
Banyuwangi. Endar adalah anak yatim piatu dan menjadi anak angkat seorang dukun
bernama Kik Darman. Endar adalah gadis bisu tuli, cacat tersebut dideritanya sejak
kecil, atau menjadi cacat bawaan. Dengan keterbatasan yang ada, ia harus belajar
sendiri bicara dengan bahasa tubuhnya, dan berharap orang lain tahu apa yang
diinginkannya, berikut kutipan Endar sebagai gadis bisu tuli.
(1) Namun bukan hanya karena perilaku lasaknya yang menyebabkan
Endar Prasasti mencuri perhatian siapa pun. Endar harus berbicara dengan
bantuan tubuhnya, ia memerlukan gerak tangan dan jemarinya yang menjadi
penyambung nurani hatinya. Adakalanya gadis bisu sejak lahir itu berhasil
19
menjerit melengking tinggi sehingga memancing semua orang menoleh
kepadanya dengan rasa iba atau barangkali bersyukur tidak bernasib seperti dia.
“Endar Prasasti sebenarnya cantik,” gumam seseorang.
Mungkin kalimat itu masih ada sambungannya, yaitu Endar Prasasti
sebenarnya cantik, hanya sayang bisu. Bisu yang disandang gadis itu menjadi
penghambat komunikasi dan penyebab sering timbul kesalahpahaman. Dua
orang berbeda akan menggunakan cara yang berlainan untuk mengutarakan isi
hatinya. Misalnya naksir, akan tetapi karena bisu, perbedaan penafsiran bisa
menjadi penyebab yang berbuah tamparan di wajah (hlm.25).
Kutipan (1) merupakan penjelasan bahwa Endar adalah seorang gadis bisu tuli.
Keterbatasannya
membuat
Endar
sulit
berkomunikasi,
seharusnya
seorang
penyandang cacat bisu tuli mendapatkan pendidikan formal yang baik untuk
menunjang keterbatasannya tersebut. Dengan keterbatasannya Endar cukup pandai,
namun hanya orang yang sering berkomunikasi dengannya yang dapat mengerti
bahasa tubuhnya.
Endar adalah anak angkat seorang dukun bernama Kik Darman, kesehariannya
membantu Kik Darman yang berprofesi sebagai dukun. Dengan kepandaian serta
pembelajaran inilah akhirnya menjadikan Endar berprofesi sebagai dukun pula,
bahkan peragaan lakon kesurupan pun dapat dilakoninya dengan baik dibanding ayah
angkatnya sendiri. Berikut beberapa kutipan Endar adalah seorang dukun ;
(2) Dalam hal berakting kesurupan, Endar Prasasti mampu tampil jauh
lebih bagus dari Kik Darman. Endar Prasasti mampu membeliakan mata sampai
hilang hitam bolanya, menekuk hidung hingga hilang cupingnya, bahkan bisa
menggerak-gerakkan kedua daun telinganya untuk mendukung laku in trance
yang harus diperankannya. Sebaliknya Kik Darman tidak bisa (hlm.34).
Kutipan (2) merupakan penjelasan awal mula sebelum Endar menjadi
dukun, yaitu ketika Endar menjadi asisten Kik Darman, ayah angkatnya yang
20
berprofesi sebagai dukun. Kesehariannya membantu ayahnya menjadikan Endar
semakin mandiri dan pandai, pandai dalam artian dia mempelajari akting
kesurupan itu sendiri.
(3) Berbeda dengan gaya dukun sebelumnya, tiba-tiba Endar berjongkok
sambil tetap memegangi telapak tangan orang itu. Dengan caranya Endar
membaca rajah.
“Kau akan mati kecelakaan,” kata Endar dengan aksen diupayakan jelas.
Meski ucapan gadis yang kesurupan itu sulit dicerna, namun masih bisa
ditangkap dengan jelas maksudnya. Jika orang yang dipegang tangannya itu
terkejut dan mendadak cemas oleh ramalan yang diucapkan gadis yang baru
kesurupan itu, sebaliknya di antara sebagian penonton yang ada terperangah
manakala melihat kenyataan gadis itu bisu. Pesona sihir yang digelar oleh Endar
Prasasti kian menjadi, ketika sekali lagi matanya membeliak dan hitam bola
matanya seketika lenyap.
“Kamu harus diberi syarat,”ujar Endar sekali lagi (hlm.79).
Kutipan (3) menjelaskan bahwa Endar adalah seorang dukun. Setelah minggat
dari rumah, ia mulai berfikir untuk menghidupi dirinya yaitu dengan berprofesi
sebagai dukun. Aksinya pertama kali digelar di pasar, dengan kepiawaiannya
berakting kesurupan menjadikan orang-orang yang melihat percaya bahwa dukun
sedang dirasuki dan kemampuannya sangat tinggi. Dengan cara seperti itu,
kemampuannya sebagai dukun semakin dipercaya, dibanding dukun lain yang belum
tentu dapat melakukannya.
Ketika Endar mulai beranjak dewasa, ia mulai mengalami jatuh cinta. Endar
menambatkan hatinya kepada seorang laki-laki bernama Agung Tamba, dan pada
lelaki tersebut ia menaruh pengharapan yang besar. Berikut kutipan mengenai Endar
yang mencintai Agung Tamba :
21
(4) Agung Tamba, sebuah nama yang membuat Endar Prasasti selama ini
merasa amat penasaran dan bertanya-tanya, di mana kini ia berada atau sedang
melakukan apa? Agung yang kepadanya ia nglawungi. Pada Agung, satusatunya lelaki di mana ia tidak menyimpan rasa was-was atau curiga bakal
dikurang ajari.
Endar Prasasti merasa waktu yang berlalu sudah sangat lama. Dua kali
Lebaran Idul Fitri terlampaui, berarti sudah dua tahun ia kehilangan Agung
Tamba. Endar yang mencoba mengenang, merasa cemas kehilangan bayangan
pemuda itu. Pemuda yang selalu ramah dan ikhlas membantu siapa pun. Misal
merajut jala atau membantu menarik perahu ke daratan. Dalam kebisuannya
Endar Prasasti tidak mempunyai kalimat untuk melampiaskan kerinduannya
kepada Agung. Andai ia bisa berbicara, dari lubuk hatinya pasti akan mengalir
deras jeritan kangen kepada lelaki itu (hlm.27).
Agung Tamba adalah nama seorang pemuda, yang dulu pernah tinggal di
Rogojampi. Agung Tamba adalah tetangga Endar Prasasti, dia tinggal sendiri tanpa
sanak saudara. Kesehariannya mereka sering bersama, itu yang membuat Endar
semakin dekat. Apalagi Agung adalah sosok laki-laki yang baik, yang tidak
memanfaatkan keadaan Endar yang bisu. Kedekatan tersebut membuat Endar jatuh
cinta pada Agung Tamba.
(5)“Isun kangen ambi Kang Agung,” ucap Endar Prasasti dengan gerak
bibir yang jelas.
Wuryanti menangkap apa yang diucapkan gadis itu dan menyatakan
keprihatinannya dengan memandangi rembulan yang mulai menyebulkan diri.
Bulan yang benderang sehari menjelang purnama itu diyakininya adalah bulan
yang juga tengah menjadi perhatian semua orang, atau setidak-tidaknya, bulan
yang murah dengan sinarnya itu adalah juga bulan yang memperhatikan apa
yang dilakukan Agung Tamba, meski entah di mana Agung Tamba berada.
“Kudu takon ambi sapa, supaya isun ngertai Kang Agung ana ring
ngendai?” Endar Prasasti mengucapkan kalimat Osing itu dengan bahasa
bisunya (hlm.29).
22
Setelah tinggal cukup lama di Rogojampi, Agung Tamba pergi tanpa ada yang
mengetahui, baik itu Endar maupun Wuryanti. Agung pergi dengan alasan yang
semua orang terdekatnya tidak tahu, itu yang membuat Endar sedih dan khawatir,
karena tidak tahu ke mana lagi harus mencari Agung Tamba. Wuryanti, sahabat
dekatnya merasa kasihan, dia tahu Endar sangat mencintai Agung Tamba, namun
mereka berdua tidak tahu ke mana lagi harus mencari sosok tersebut.
(6) Endar Prasasti memungut batu lagi dan melemparkannya ke laut.
Kalau kesedihannya makin membuncah, kini karena ingatannya tertuju pada
Agung Tamba, lelaki yang menjadi pujaan hatinya. Seandainya ia ada di
sampingnya maka kepada lelaki itulah Endar akan berbagi duka kesedihannya
(hlm.74).
Kutipan (4), (5), (6) menjelaskan bahwa tokoh Endar sangat mencintai
pemuda bernama Agung Tamba. Kepada lelaki itu Endar menyimpan pengharapan
yang cukup besar, karenanya ia sangat setia untuk menunggu walaupun tidak pernah
ada kabar dari lelaki itu.
Tokoh yang lain yang ditampilkan dalam cerita ini adalah tokoh antagonis.
Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penentang tokoh protagonis. Dalam
novel KPD ini yang menjadi tokoh antagonis adalah Kik Darman, ayah angkat dari
tokoh protagonis sendiri.
2.1.2 Kik Darman
Kik Darman adalah ayah angkat Endar Prasasti. Sejak orang tua Endar
meninggal, ia dititipkan kepada Barkah. Namun setelah istrinya meninggal Barkah
sendiri menitipkannya kepada Kik Darman. Di kesehariannya Endar membantu Kik
23
Darman dalam praktik perdukunan. Di situ Endar kerap memainkan tokoh kesurupan,
didikan itu diajarkan kepadanya sejak kecil. Mengenai pendidikan formal tak secuil
pun Kik Darman peduli terhadap Endar, entah alasan ekonomi atau baginya
pendidikan tidak penting. Berikut kutipan mengenai sosok Kik Darman sebagai ayah
angkat Endar Prasasti :
(7)“Endar mulai menimbang-nimbang dan berhitung, Endar masih
menyimpan kenangan, ketika jauh sekian tahun yang lalu pada saat ia berusia
delapan tahun terpaksa harus ikut Kik Darman yang mengangkatnya sebagai
anak karena Barkah, tetangga yang karena kedekatannya dianggapnya sebagai
pengganti ayah, ternyata malah menitipkannya kepada Kik Darman (hlm.72).
Kutipan (7)) menceritakan bahwa sosok Kik Darman sebagai ayah angkat
Endar Prasasti. Kik Darman menjadi ayah angkatnya setelah Barkah ayah angkat
pertama Endar menitipkannya kepada Kik Darman. Barkah merupakan tetangga Kik
Darman, dan mereka berdua dulunya sangat dekat.
(8)Endar Prasasti kemudian diasuh Barkah yang bukan sanak dan bukan
kadang. Akan tetapi, Barkah juga bukan tempat berteduh yang kukuh karena
Barkah menyerahkan Endar kecil itu pada Kik Darman dan diaku sebagai
anaknya. Atau kalau mau lebih jujur, keadaan Endar yang bisu itu justru
dimanfaatkan untuk mencari uang. Nasib Endar, si Bisu mirip dengan Juminto,
si Cebol yang ikut Pak Marjuni, penjual jamu. Juminto justru digunakan untuk
menjadi daya tarik agar orang berduyun-duyun datang menyaksikan atraksinya
(hlm.74).
Kik Darman adalah ayah angkat terakhir Endar setelah Barkah. Sebagai ayah
angkat Kik Darman kurang peduli terhadap keadaannya. Kekurangan atau cacat Endar
malah justru dimanfaatkan untuk mencari uang. Selain menjadi ayah angkat Endar
Prasasti, Kik Darman juga berprofesi sebagai dukun. Profesinya tersebut digelutinya
sejak lama, sejak Endar kecil. Berikut kutipannya:
24
(9)Sesungguhnya kemampuan macam apa yang dimiliki Kik Darman,
ayah angkat Endar Prasasti itu? Adakah mulutnya yang berkomat-kamit
merapal japa mantra benar-benar mempunyai daya magis yang mampu
memenuhi permintaan jenis apa pun dari pasien yang adatang padanya? Apakah
ketika Kik Darman kehilangan kesadaranya benar-benar bisa menyediakan
tubuh sebagai media kepribadian ganda atau dengan kata lain kesurupan?
Yang jelas, bermacam-macam urusan diusung oleh mereka yang datang
menemui Kik Darman. Tidak sedikit orang Jawa yang menjadi mayoritas etnis
di Banyuwangi yang datang meminta bantuan, juga orang Madura yang
menempati daerah pesisir, atau begitu padat menempati kehidupan nelayan
seperti Muncar. Meski orang Bali tak seberapa banyak yang tinggal di
Banyuwangi, akan tetapi ketenaran Kik Darman seolah menyebrang ke Pulau
Dewata. Orang-orang Bali pengguna jasanya berdatangan melintasi Gilimanuk
ke Ketapang. Bila mereka datang dengan niat yang sudah bulat maka tidak ada
satupun petunjuk Kik Darman yang sudah dilaksanakan., meski disuruh
memakan tahi ayam atau harus memandikan topeng leak dengan darah
(hlm.33).
Kutipan (9) menjelaskan mengenai Kik Darman dengan profesinya sebagai
dukun. Profesi dukun tersebut menjadikannya terkenal di wilayah sekitar
Banyuwangi. Bermacam-macam persoalan diyakini dapat diselesaikan oleh dukun
Kik Darman, asal memberikan imbalan untuk pengganti jasa yang telah diberikan.
(10)Pasien Kik Darman pada umumnya bukan orang sembarangan.
Mereka umumnya berasal dari tempat-tempat yang jauh bahkan lintas provinsi.
Para pasien itu datang membawa bermacam persoalan. Mulai dari masalah cinta
sampai pembunuhan. Mulai dari mencegah turunnya hujan hingga
menderaskannya. Orang-orang itu selalu meninggalkan mas kawin-demikian
Kik Darman menyebut biaya yang harus dibayar untuk bantuan yang
diberikannya-dalam jumlah banyak. Akan tetapi tetap saja Kik Darman tidak
bisa kaya. Mas kawin atau apa pun namanya selalu ludes di meja judi. Kik
Darman ternyata tidak bisa menggunakan kemampuan magisnya untuk
memperkaya diri (hlm.38).
Kutipan (9) dan (10) menjelaskan bahwa tokoh Kik Darman adalah seorang
dukun. Ayah angkat Endar Prasasti tersebut berprofesi sebagai dukun sejak Endar
kecil. Dengan pembicaraan dari mulut ke mulut, menjadikannya terkenal sebagai
25
dukun. Entah karena kemampuan sesungguhnya atau kebohongan atas dasar
kebutuhan ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan. Dengan kepiawaiannya menjadi
dukun, menjadikan Kik Darman cukup ditakuti di daerahnya.
Tokoh protagonis berhubungan dengan tokoh yang lain, Endar Prasasti dalam
kesehariannya berinteraksi dengan orang banyak. Tokoh-tokoh lain merupakan tokoh
pembantu atau sebagai pendukung yang berfungsi sebagai penunjang tokoh utama
dalam suatu cerita. Tokoh-tokoh pembantu tersebut adalah Wuryanti, Barkah, Man
Suwoto, Unique Daniar Tumanan dan Dokter Mariatun Naimah. Tokoh-tokoh
tersebut mempunyai peran masing-masing dan berfungsi membantu menyampaikan
pikiran tokoh utama dalam suatu cerita. Berikut paparan beberapa tokoh pembantu :
2.1.3 Wuryanti
Wuryanti adalah sahabat karib Endar Prasasti. Ke mana-mana mereka selalu
pergi berdua, Wuryanti sudah dianggap saudara oleh Endar, karena Endar hidup
sebatang kara. Wuryanti adalah sahabat, saudara, tempat Endar meluapkan isi
hatinya. Tempat Endar menceritakan semua keluh kesah dalam hidupnya. Wuryanti
mengenal dengan baik Endar melebihi ayah angkatnya sendiri. Wuryanti selalu peduli
dengan keadaan Endar, tidak hanya itu setiap ada perubahan tingkah laku dari Endar,
dialah orang yang pertama kali tahu. Berikut kutipan kedekatan tokoh W
DALAM NOVEL KIAMAT PARA DUKUN
KARYA LANGIT KRESNA HARIADI
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Disusun oleh :
Bangun Budi Mulyawan
NIM : 024114019
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
MOTO
Janganlah Kuatir Akan Hidupmu
akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir
pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah
hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting
dari pada pakaian
( Matius 6; ayat 25)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Yesus Kristus, Sang Juru Selamat Manusia
Ayah, Ibu, Emak yang selalu mendoakanku
Dan istriku yang setia mendampingiku dalam keadaan apapun
v
vi
ABSTRAK
SIKAP TOKOH ENDAR PRASASTI SEORANG BISU TULI
DALAM NOVEL KIAMAT PARA DUKUN
KARYA LANGIT KRESNA HARIADI
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Bangun Budi Mulyawan
Universitas Sanata Dharma
2009
Penelitian ini mengkaji sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam
novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi. Tujuan penelitian ini sebagai
berikut. (1) Mendiskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun
karya Langit Kresna Hariadi. (2) Menganalisis dan mendeskripsikan sikap tokoh
Endar Prasasti dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi.
Dalam Penelitian ini digunakan pendekatan psikologi sastra yang
mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis tokoh dan
penokohan, serta menganilisis sikap tokoh Endar Prasasti berdasarkan teori dari
Kiesler, Collins dan Miller, yang semuanya ditinjau dari aspek psikologisnya.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1)
Tokoh Protagonis yaitu Endar Prasasti adalah gadis bisu tuli yang berprofesi sebagai
dukun. Endar gadis yang lugu namun berani, ia mempunyai pertahanan prinsip yang
teguh serta idealis. Keterbatasannya tidak menghalanginya untuk bergaul dan
berkehidupan normal, bahkan ia dapat mencari nafkah sendiri. Penokohan tokoh
protagonis yaitu Endar Prasasti berpengaruh terhadap analisis sepuluh objek sikap
seorang bisu tuli. Tokoh Antagonis yaitu Kik Darman adalah ayah angkat Endar
Prasasti. Ia adalah seorang dukun yang mempunyai sifat kasar dan beringas, selain itu
ia juga sombong dan mata duitan. Beberapa tokoh pembantu dalam novel KPD ini
adalah Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique Daniar Tumanan dan dokter Naimah.
(2) Berdasarkan analisis sikap tokoh Endar Prasasti yang diteliti menggunakan
sepuluh objek sikap tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Endar Prasasti
mempunyai sikap cenderung ke arah positif. Sikap positif tersebut adalah ia tidak
menarik diri ketika ada masalah, ia percaya diri dan tidak depresi saat masalah
datang. Endar tidak menutupi kelemahannya serta tidak khawatir akan pekerjaan yang
dijalaninya. Pada intinya Endar dapat mengelola dirinya dengan baik dan
berkehidupan normal.
vii
ABSTRACT
THE PERSONALITY OF ENDAR PRASASTI
A DEAF AND DUMB WOMAN AS REFLECTED
IN LANGIT KRESNA HARIADI’S KIAMAT PARA DUKUN
LITERARY PSYCHOLOGICAL RESEARCH
Bangun Budi Mulyawan
Universitas Sanata Dharma
2009
The title of this research is The Personality of Endar Prasasti a deef and
dumb woman as reflected in Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun. This
research examines the personality of Endar Prasasti, a deef and dumb woman. (1) The
objectives of this research are to describecharacter and characterization as reflected in
Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun. (2) Analyze and describe the
personality of Endar Prasasti in Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun.
This research uses psychological literary approach that focus on literary text
as research material. The research method that used in this research is descriptive
method analysis. The descriptive method analysis can be used to analyze character
and characterization and also to analyze the personality of Endar Prasasti based
Kiesler’s, Collin’s and Miller’s theory that observed from Psychological aspect.
The result of this research can be concluded in several cases. They are : (1)
The protagonist, Endar Prasasti is a deaf and dumb woman whose profesion as
shaman. Endar is a woman who simple but brave courageous. Sha has idealist and
strong principle defence. With her limitedness, she can associate and life normally,
she can make a livelihood by her self. The protagonist characterization of Endar
Prasasti influences to ward ten objects a deaf and dumb attitude. The antagonist
character is Kik Darman, a step father of Endar Prasasti. He has rude and wild
attitude. He is arrogant and materialistis. Some minor characters in KPD novel are
Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique Daniar Tumanan and dr. Naimah. (2) Based
on the analysis of Endar Prasasti personality that observed by using ten personality
object from Kiesler, Collins and Miller that can be concluded as follow. Endar
Prasasti has personality that incline to positif course. The positif course are she
dosen’t avoid from her problems, she is confident and enjoy her life. She doesn’t
cover her weakness and unworried with the job that she carriesout. Finally, Endar can
manage her self well and life normally.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa di surga atas segala
limpahan karunianya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akhir dalam
menempuh ujian mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini,
yaitu :
1. Drs, B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan pengetahuan
yang membangun hingga tersusunnya skripsi ini;
2. S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak sekali masukan, saran, bimbingan, semangat untuk maju
dan sabar;
3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. sebagai dekan sastra yang sudah banyak
membantu dan mempermudah penyelesaian studi;
4. Dra. Fr. Tjandrasih Adji, S.S, M.Hum. sebagai dosen penguji yang sudah
banyak membantu terutama dalam penulisan skripsi;
ix
5. Drs. A. Hery Antono, M.Hum. dan para dosen yang sudah membantu
terlaksananya skripsi ini;
6. Bapak, Ibu Widodo serta keluarga besar yang telah banyak membantu baik
material maupun immaterial;
7. Mbah Putri Mijilan dan adikku Wahjoe terimakasih atas kesabaran dan kasih
sayangnya selama ini;
8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2002, Ayo segera nyusul nanti ndak
segera digusur;
9. Keluarga Monjali yang mendukung jalannya skripsi;
10. Ibu Tegalrejo (Emak tersayang), terimakasih atas kasih sayang dan ajarannya
untuk bersabar dan memaknai hidup;
11. Keluarga besar Tegalrejo, yang mau mengerti keadaanku selama ini dan
mendukung sepenuh hati;
12. Istriku tercinta Lia, terimakasih atas segalanya;
13. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengerjakan skripsi ini dengan bantuan pihak-pihak di sekitar,
panduan dari buku-buku yang terdapat dalam lembar daftar pustaka. Dengan
demikian, segala sesuatu yang terdapat dalam hasil penelitian ini akan menjadi
tanggung jawab penulis. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca,
terima kasih.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...
iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………
v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………………
vi
ABSTRAKSI…………………………………………………………………….. vii
ABSTARCT…….…………………………………………………………..........
viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………. xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 5
1.5 Landasan Teori……………………………………………………….
5
1.5.1 Tokoh………………………………………………………
5
1.5.2 Penokohan………………………………………………….
7
1.5.3 Psikologi Sastra…………………………………………….
7
xii
I.5.4 Sikap………………………………………………………… 8
1.5.5 Pengertian Bisu Tuli atau Gangguan Pendengaran………… 12
1.6 Metodologi Penelitian………………………………………………... 14
1.6.1 Pendekatan…………………………………………………. 14
1.6.2 Metode Penelitian………………………………………….. 14
1.6.2.1 Metode Pengumpulan Data………………………
15
1.6.2.2 Metode Analisis Data…………………………….
15
1.7 Sumber Data………………………………………………………….
15
1.8 Sistematika Penyajian………………………………………………..
16
BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL KIAMAT PARA
DUKUN
2.1 Tokoh………………………………………………………………… 17
2.1.1 Endar Prasasti………………………………………………
18
2.1.2 Kik Darman………………………………………………...
22
2.1.3 Wuryanti…………………………………………………… 25
2.1.4 Barkah……………………………………………………… 27
2.1.5 Man Suwoto………………………………………………..
29
2.1.6 Unique Daniar Tumanan…………………………………...
31
2.1.7 Dokter Naimah……………………………………………..
32
2.2 Penokohan……………………………………………………………
34
2.2.1 Endar Prasasti (Tokoh Protagonis)
2.2.1.1 Keras Kepala…………….………………….......... 35
xiii
2.2.1.2 Idealis…………………………………………….. 38
2.2.1.3 Gadis Berani……………………………………… 40
2.2.1.4 Lugu……………………………………………...
41
2.2.1.5 Mempunyai Rasa Takut…………………………… 43
2.2.1.6 Inovatif…………………………………………...
45
2.2.1.7 Rasa Sedih ….………………………………........
46
2.2.1.8 Kerinduan dan Kesetiaannya Terhadap Agung
Tamba……………………………………………
47
2.2.1.9 Percaya diri………………………………………
49
2.2.1.10 Dapat Menerima Kenyataan……………………
50
2.2.2 Kik Darman (Tokoh Antagonis)……………………………
50
2.2.2.1 Kasar/ Beringas (Suka Kekerasan)………………. 51
2.2.2.2 Suka Mencibir……………………………………
52
2.2.2.3 Mata Duitan……………………………………...
54
BAB III ANALISIS SIKAP TOKOH ENDAR PRASASTI SEORANG BISU TULI
3.1 Withdrawl ( Menarik Diri )………………………………………….
58
3.2 Self Appraisal ( Penilaian Diri )…………………………………….
61
3.3 Depression ( Depresi )………………………………………………
65
3.4 Over Optimism ( Optimis yang Berlebihan )……………………….
68
3.5 Tension ( Ketegangan )……………………………………………..
72
3.6 Reaction to Rehabilitation ( Reaksi Terhadap Rehabilitasi )……….
75
3.7 Job Worry ( Kecemasan Kerja )…………………………………….
79
xiv
3.8 Sensitivity ( Mudah Tersinggung )………………………………….
82
3.9 Cover Up ( Menutupi )……………………………………………..
85
3.10 Eccentric Reaction ( Reaksi Aneh )………………………………
89
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………..
93
4.2 Saran…………………………………………………………………
96
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
97
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan produk dari masyarakat, ia tidak lahir dari
kekosongan (social vacum). Daya khayal pengarang dalam karyanya secara
langsung dipengaruhi oleh pengaruh manusia yang berada dalam masyarakat,
persoalan-persoalan lingkungannya, serta keadaan dan tempat hidupnya
menjadikan karya sastra yang dihasilkan mengandung informasi tentang
masyarakat tersebut (Hardjana, 1985:21).
Menurut LaPierre (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap adalah sebagai
“suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasi, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon
terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”.
Menurut Secord & Backman (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap
adalah sebagai “keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya”.
Sikap merupakan hasil dari perbuatan yang dipengaruhi faktor lingkungan
intern dan faktor lingkungan ekstern. Kedua faktor tersebut sangat berkaitan.
Sikap mencerminkan tingkah laku tertentu dan perbuatan dari tingkah laku
individu tersebut dinilai. Sikap seorang individu terbentuk dari adanya interaksi
sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada
adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok
1
2
sosial. Keluarga atau orang lain di sekitar merupakan salah satu di antara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seorang individu. Kondisi
internal dan keluarga juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi serta
membentuk sikap seorang individu.
Sikap yang akan diangkat di dalam penelitian ini adalah sikap seorang
bisu tuli bernama Endar Prasasti dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit
Kresna Hariadi. Kehidupan gadis bisu tuli yang digambarkan dalam novel Kiamat
Para Dukun memberikan gambaran mengenai sikap seorang gadis bisu tuli yang
tercermin dalam sikap, pemikiran, ucapan serta tingkah laku dalam kehidupannya.
Sikap Endar tersebut terbentuk karena didominasi oleh faktor luar dan lingkungan
sosial sekitar. Sehingga sangat mempengaruhi sikap Endar dalam kesehari-harian.
Novel Kiamat Para Dukun (selanjutnya ditulis KPD) ini menceritakan
tentang daerah Banyuwangi yaitu Rogojampi yang mayoritas penduduknya
percaya akan dukun dan banyak yang bekerja sebagai dukun. Salah satunya
adalah Endar Prasasti gadis bisu tuli yang karena tekanan hidup akhirnya menjadi
dukun. Endar adalah gadis bisu tuli, namun kehidupan dan cara bergaulnya
normal layaknya gadis biasa. Tekanan hidup Endar berawal dari tingkah laku ayah
angkatnya, kematian Agung Tamba hingga perburuan dukun. Di Rogojampi
terjadi pembunuhan dukun karena kecerobohan ulah dukun itu sendiri. Endar
Prasasti adalah salah satu dukun yang akan diburu, namun karena bantuan
Wuryanti, dokter Naimah, Unique serta Man Suwoto, Endar Prasasti dapat
selamat.
3
Sikap Endar Prasasti seorang bisu tuli sewaktu kecil tidak terbentuk
dengan baik, itu dikarenakan lingkungan internalnya yaitu keluarga tidak
mendukung. Tokoh tidak mendapat perhatian dan kasih sayang serta pelajaran
yang baik dari ayah angkatnya. Ketika mulai beranjak dewasa tokoh tidak
mendapatkan pendidikan formal yang memadai untuk perkembangan cacat yang
dideritanya, justru malah banyak tekanan hidup yang dialaminya. Sebaliknya,
dengan adanya interaksi Endar terhadap lingkungan eksternalnya, sikapnya mulai
tertata dan terbentuk cukup baik. Endar mulai belajar mengerti bahasa tubuh dan
bahasa gerak bibir sehingga sedikit demi sedikit Endar mulai mengerti apa yang
diucapkan lawan bicaranya dan mulai belajar bicara serta belajar bahasa tubuh.
Dapat dilihat jelas bahwa sikap Endar Prasasti terbentuk karena dipengaruhi oleh
faktor eksternalnya. Sebenarnya jarang sekali terjadi seorang bisu tuli dapat
terbentuk dengan baik sikapnya dalam sehari-hari. Apalagi ketika banyak
kesulitan yang dihadapinya. Namun, Endar Prasasti dengan kemampuan yang
dimilikinya serta lingkungan yang mendukung dan menjadikannya sebagai gadis
bisu tuli yang mempunyai sikap baik.
Sikap sangat berkaitan dengan masalah psikologis. Oleh karena itu,
penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Untuk mengungkapkan
sikap Endar, terlebih dahulu akan diteliti unsur intrinsik berupa tokoh dan
penokohan. Unsur ini dikaji karena paling intensif mencerminkan sikap tokoh
Endar.
Alasan topik tersebut diambil adalah karena sepengetahuan penulis belum
pernah ada penelitian mengenai sikap seorang bisu tuli dalam suatu novel atau
4
karya sastra. Di samping itu, karena sebagai seorang bisu tuli dengan kondisi
lingkungan internal yang tidak mendukung, tokoh Endar Prasasti dapat hidup
normal layaknya gadis biasa. Dengan kemampuan serta hasrat yang dimilikinya
Endar berusaha berjuang untuk hidupnya dan untuk menghadapi masalah yang
ada.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun
karya Langit Kresna Hariadi?
1.2.2 Bagaimanakah sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel
Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun
karya Langit Kresna Hariadi.
1.3.2 Menganalisis dan mendeskripsikan sikap tokoh Endar Prasasti seorang
bisu tuli dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat atau sumbangan sebagai berikut :
1.4.1 Menambah kajian sastra, khususnya Sastra Indonesia dengan pendekatan
psikologi sastra.
1.4.2 Menambah wawasan serta pengetahuan mengenai bisu tuli atau
gangguan pendengaran serta penyakitnya dan kiat-kiat bagaimana
menghadapinya.
1.4.3 Mengembangkan apresiasi sastra karya Langit Kresna Hariadi
khususnya novel Kiamat Para Dukun.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Tokoh
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:165) tokoh cerita adalah
orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh
merupakan unsur penting dalam karya naratif. Tokoh menunjuk pada orangnya
atau sebagai si pelaku cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam suatu fiksi dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana
penamaan itu dilakukan. Berikut beberapa contoh pembedaan tokoh :
6
a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan.
Tokoh utama dan tokoh tambahan adalah tokoh yang dilihat dari
segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh tersebut dalam suatu cerita.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro,
2007:177). Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara
keseluruhan, karena paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan
dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun
mungkin dalam porsi penceritaan yang cukup pendek (Nurgiyantoro,
2007:176). Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih
sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan
dengan tokoh utama.
b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh, tokoh dapat dibedakan ke
dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Altenbernd dan
Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2007:178) tokoh protagonis adalah tokoh yang
kita kagumi-yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.
Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandanganpandangan kita, harapan-harapan pembaca, maka kita sering mengenalinya
sebagai memiliki kesamaan dengan kita, permasalahan yang dihadapi,
7
demikian pula ketika menyikapinya. Tokoh antagonis merupakan tokoh
perlawanan dalam suatu cerita. Tokoh antagonis lah yang menyebabkan
timbulnya suatu konflik dalam suatu cerita, namun tidak semua disebabkan
oleh tokoh antagonis.
1.5.2
Penokohan
Penokohan merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur
yang lain membentuk suatu totalitas dalam sebuah karya fiksi. Ia merupakan salah
satu fakta di samping kedua fakta cerita yang lain. Dengan demikian, penokohan
mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keutuhan dan keartistikan
sebuah fiksi (Nurgiyantoro, 2007:172). Penokohan merupakan pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan
karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu
dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Dengan demikian, istilah
“penokohan“ lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab
ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan
bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:166). Jadi
intinya adalah penokohan merupakan tehnik perwujudan dan pengembangan dari
tokoh.
1.5.3
Psikologi Sastra
Menurut Hartoko dan Rahmanto (1985:126) Psikologi Sastra adalah
cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat
8
diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau
kepada teks itu sendiri. Psikologi dapat memperjelas proses kreatif pengarang.
Untuk beberapa kasus tertentu suatu psikologi sastra dapat menambah nilai
artistik atau sebagai penunjang pada suatu karya sastra. Mengenai pemikiran
psikologis dalam suatu karya sastra tidak harus dicapai melalui pemikiran
psikologis saja.
1.5.4
Sikap
Menurut Barkowitz (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut. Sikap seseorang secara lebih spesifik akan mempunyai efek positif atau
efek negatif terhadap suatu objek psikologis. Dalam teori sikap dipandang sebagai
suatu kombinasi reaksi afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Ketiga
komponen sikap tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu.
Sikap dapat mempunyai fungsi yang berbeda-beda bagi setiap orang.
Menurut Saifuddin Azwar (1995:80) sikap mempunyai tiga fungsi, yang pertama
sikap memiliki fungsi pengetahuan (knowledge function). Dengan sikapnya,
seseorang akan mampu mengorganisasikan dan menginterpretasikan berbagai
macam informasi yang ia terima. Kedua, sikap mungkin memiliki fungsi ekspresi
diri (self-expression atau self-identity) sehingga individu dapat menyatakan nilainilai atau keyakinannya. Ketiga, sikap dapat berfungsi sebagai sarana peningkatan
harga diri (self-esteem). Dengan mengetahui fungsi sikap bagi seseorang maka
komunikator dapat menentukan strategi komunikasi yang tepat dengan
9
memberikan pesan persuasi yang berisi informasi yang relevan bagi fungsi sikap
yang bersangkutan.
Menurut Kiesler, Collins dan Miller (dalam Widiyanto, 2008:124) Sikap
dideskripsikan sebagai: “a learned predispotition to respons in a consistently
favorable or unfavorable manner with respect to a given object.” Dari definisi
tersebut tampak bahwa sikap itu mengandung unsur predisposisi, dipelajari dan
konsisten. Sikap selalu memiliki objek sikap.
Berikut ke-10 objek sikap menurut Kiesler, Collins dan Miller (dalam
Widiyanto, 2008:127-131) pada seorang bisu tuli :
1. Withdrawl (Menarik Diri)
Withdrawl adalah sikap menarik diri ketika menghadapi masalah.
Jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada positif maka sikap seorang
bisu tuli dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya,
cenderung melakukan hal yang wajar, tidak melakukan tindakan destruktif
dalam wujud menarik diri (withdrawl). Jika hasil penelitian mengarah ke
negatif maka sikap yang ditemukan adalah sebaliknya.
2. Self Appraisal (Penilaian Diri)
Self Appraisal adalah sikap penilaian diri, jika ditemukan hasil
penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu menunjukan bahwa
penyandang bisu tuli merupakan orang-orang yang memiliki kepercayaan
diri positif sehingga mereka mampu memberikan self appraisal positif
kepada diri mereka sendiri. Kemampuan ini tentu berdampak positif pada
mereka karena mereka akan selalu siap bergabung dengan berbagai
10
komunitas masyarakat yang berpendengaran normal. Jika hasil penelitian
mengarah ke negatif maka sikap yang ditemukan adalah sebaliknya.
3. Depression (Depresi)
Depression adalah sikap yang menjurus ke depresi, jika ditemukan
hasil penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu menunjukan bahwa
seorang bisu tuli merupakan orang-orang yang bisa mengelola diri secara
wajar, sebagaimana orang berpendengaran normal ketika menghadapi
berbagai permasalahan hidup.
4. Over Optimism (Optimisme Berlebihan)
Over optimism adalah sikap optimisme yang berlebihan, jika hasil
penelitian mengarah pada tindakan negatif yaitu mengarah ke tindakan
over optimism, hal itu menunjukan bahwa seorang bisu tuli memiliki
optimisme yang berlebihan ketika memandang berbagai tantangan hidup.
Optimisme berlebihan di satu sisi memang positif, tetapi di sisi lain
merupakan indikasi bahwa seorang bisu tuli kurang mampu memahami
diri.
5. Tension (Ketegangan)
Tension adalah sikap tegang atau ketegangan, jika hasil penelitian
mengarah ke tindakan positif, hal tersebut menunjukan bahwa seorang
bisu tuli dapat menikmati kehidupan dalam suasana yang nyaman, tidak
penuh dengan ketegangan.
11
6. Reaction to rehabilitation (Reaksi Terhadap Rehabilitasi)
Reaction to rehabilitation adalah sikap atau reaksi terhadap
rehabilitasi. Jika hasil mengarah ke positif, maka sikap yang ditunjukan
seorang bisu tuli adalah mereka terbuka terhadap program rehabilitasi,
atau penyembuhan termasuk program-program belajar/pelatihan yang akan
bermanfaat bagi perbaikan kehidupan mereka.
7. Job Worry (Kecemasan Kerja)
Job Worry adalah sikap kecemasan yang tinggi terhadap kerja atau
pekerjaan. Jika hasil penelitian mengarah ke positif, maka sikap yang
ditunjukan seorang bisu tuli adalah tidak begitu khawatir terhadap
pekerjaan yang akan dilakukan.
8. Sensitivity (Mudah Tersinggung)
Sensitivity adalah sikap mudah tersinggung. Jika hasil yang
ditemukan tidak berbeda jauh antara positif dan negatif, maka
kesimpulannya adalah pada saat berkomunikasi dengan seorang bisu tuli
relatif mudah, ditemukan beberapa penyandang bisu tuli yang gampang
tersinggung ketika bercakap-cakap.
9. Cover up (Menutupi)
Cover up adalah sikap suka menutup-nutupi, dalam hal ini adalah
kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Jika ditemukan hasil penelitian
mengarah pada tindakan negatif, hal itu menunjukan bahwa sebagian dari
bisu tuli masih memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang
12
menjurus ke cover up, mereka berusaha menutupi kelemahan-kelemahan
yang ada dalam dirinya.
10. Eccentric reaction (Reaksi Aneh)
Eccentric reaction adalah sikap memiliki reaksi-reaksi yang aneh.
Jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu
menunjukan bahwa sebagian dari seorang bisu tuli mampu mengelola diri
dengan baik, sehingga mendapatkan berbagai stimulus yang tidak
menyenangkan ataupun yang menyenangkan. Cenderung memberikan
respon atau reaksi secara wajar, tidak berlebihan.
1.5.4
Pengertian Bisu Tuli atau Gangguan Pendengaran
Bisu tuli adalah tidak dapat mendengar sekaligus tidak dapat
menghasilkan pembicaraan yang dapat dimengerti (KBBI, 1990:967).
Manusia normal ditandai dengan berfungsinya secara optimal seluruh
fungsi indera. Menurut Aristotle (dalam Widyanto, 2008:122) manusia memiliki
lima indera, yaitu: earing (pendengaran), sight (penglihatan), smell (penciuman),
taste (pengecapan), dan touch (peraba). Penyandang gangguan pendengaran
mengalami gangguan atau kerusakan pada hearing sense atau indera
pendengarannya.
Menurut Braden (dalam Widiyanto, 2008:123) ada dua gangguan
pendengaran, yaitu “kesulitan mendengar” dan “tuli”. “Kesulitan mendengar”
digunakan untuk menyebut penderita gangguan pendengaran ringan sampai berat
sekali, sedangkan “tuli” digunakan bagi mereka yang menderita gangguan
pendengaran total dan hanya menyisakan sedikit kemampuan mendengar. Orang
13
yang mengalami gangguan pendengaran berat sekali sampai total akan mengalami
kesulitan bicara karena mereka tidak bisa mendengar suara orang lain sehingga
tidak mampu meniru. Kemampuan meniru ini merupakan hal yang sangat penting
untuk belajar bicara. Di samping itu, mereka juga tidak mampu mendengarkan
suaranya sendiri ketika mencoba bicara.
Dalam kehidupan sehari-hari terutama saat berinteraksi sosial dapat
ditemukan beberapa sikap atau tindakan seorang bisu tuli. Kesepuluh objek sikap
seorang bisu tuli dari teori Kiesler, Collins dan Miller tersebut nantinya akan
digunakan peneliti untuk meneliti seberapa besar pengaruhnya dalam menentukan
sikap seorang bisu tuli. Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan nantinya akan
ditemukan beberapa sikap yang mengarah ke positif atau negatif dan dari
keduanya salah satu akan mendominasi. Dengan hasil yang mendominasi tersebut
peneliti dapat mengetahui bagaimana sikap tokoh Endar seorang bisu tuli dalam
novel KPD. Kesimpulan yang didapat adalah jika hasil yang mendominasi
tersebut mengarah ke sikap positif maka dapat dikatakan sikap Endar Prasasti
sebagai seorang bisu tuli dapat disamakan dengan sikap orang berpendengaran
normal. Namun, jika hasil yang mendominasi mengarah ke sikap negatif, maka
sikap Endar sebagai seorang bisu tuli kurang baik, perlu banyak bimbingan, baik
pendidikan formal maupun informal agar sikap yang terbentuk untuk berinteraksi
sosial menjadi lebih baik.
14
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1
Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi sastra. Pendekatan psikologi merupakan penelaahan yang menekankan
pada segi-segi psikologis yang terdapat pada suatu karya sastra, karena psikologi
mempelajari proses-proses kejiwaan (Sukada, 1987:105). Dalam penelitian ini
sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli diteliti dengan memanfaatkan teori
sepuluh objek sikap dari Kiesler, Collins, dan Miller dengan pendekatan psikologi
sastra.
1.6.2
Metode Penelitian
Metode penelitian ini melalui dua tahap yaitu; metode pengumpulan data
dan metode analisis data. Metode pengumpulan data merupakan metode dengan
teknik pengumpulan data setelah dilakukan pembacaan dari keseluruhan objek
data. Sedangkan metode analisis data merupakan metode analisis setelah
dilakukannya pengumpulan data dengan metode analisis pilihan. Metode
penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak pada data atau sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini, 1994:73).
Berdasarkan metode ini yang dilakukan pertama-tama oleh peneliti adalah
menganalisis tokoh dan penokohan ditinjau dari aspek psikologisnya. Kemudian
setelah itu peneliti baru akan menganalisis sikap dari tokoh Endar Prasasti
15
berdasarkan teori dari Kiesler, Collins, dan Miller (dalam Widiyanto) berdasarkan
sepuluh objek sikap.
1.6.2.1 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik pembacaan secara keseluruhan terhadap novel KPD.
Pembacaan keseluruhan dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi secara
umum, setelah itu dilakukan pencatatan data berdasarkan data-data sikap
tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel KPD. Data yang didapat
adalah data yang hanya berasal dari novel KPD.
1.6.2.2 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan dalam analisis data
adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis yang digunakan dalam
penelitian ini bermaksud mendeskripsikan ajaran atau kaedah psikologis
khususnya psikologi sastra dari novel KPD. Gambaran sikap tokoh Endar
Prasasti seorang bisu tuli diteliti menggunakan metode sepuluh objek sikap
penyandang bisu tuli. Data-data tersebut kemudian diteliti dan diolah. Hasil
dari olahan tersebut disimpulkan untuk mengetahui sikap tokoh Endar
Prasasti seorang bisu tuli.
1.7 Sumber Data
Pengarang
: Langit Kresna Hariadi
Judul Buku
: Kiamat Para Dukun
Penerbit
: Era Publishing
16
Kota
: Solo
Tahun terbit
: 2004
Cetakan
: Juli 2004
1.8 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam makalah ini dibagi menjadi 4 bab. Bab I yaitu
Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, landasan teori, metodologi penelitian, sumber data dan yang terakhir
adalah sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan analisis tokoh dan
penokohan. Bab III berisi mengenai analisis sikap tokoh Endar Prasasti seorang
bisu tuli. Bab IV Penutup berisi kesimpulan mengenai hasil dari analisis yang
telah dilakukan dan beberapa saran.
BAB II
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN
NOVEL KIAMAT PARA DUKUN
Dalam bab II ini akan dianalisis tokoh dan penokohan sebagai unsur utama
pembentukan suatu cerita. Perhatian utama akan difokuskan pada teks cerita sebagai
suatu keutuhan. Analisis tokoh dan penokohan tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai tokoh dan penokohan dari setiap
tokoh dalam cerita, baik itu tokoh protagonis atau tokoh utama, tokoh tambahan serta
tokoh antagonis. Penggambaran yang lebih jelas tersebut akan membantu pembaca
untuk lebih memahami tokoh serta perwatakannya dalam cerita.
2.1 Tokoh
Tokoh jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh, dibedakan menjadi dua, yaitu
tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Pengertian tokoh protagonis menurut
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2007:178) adalah tokoh yang kita
kagumi-tokoh yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh
protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapanharapan kita, pembaca. Maka, sering kita mengenalinya sebagai memiliki kesamaan
dengan kita, permasalahan yang dihadapinya, demikian pula halnya dalam
menyikapinya. Pendek kata, segala apa yang dirasa, dipikir, dan dilakukan tokoh itu
sekaligus mewakili kita (Nurgiyantoro, 2007:179).
17
18
Tokoh utama dalam novel Kiamat Para Dukun (KPD) adalah Endar Prasasti
atau dipanggil dengan sebutan Endar, yang dalam cerita tersebut juga berlaku sebagai
tokoh protagonis. Berdasarkan pada intensitas kemunculan tokoh dalam peristiwaperistiwa dalam cerita tersebut, tokoh Endar dapat dikatakan sebagai tokoh utama.
Intensitas kemunculan tokoh Endar dalam cerita tersebut dikisahkan mulai dari awal
perjalanan hidupnya yaitu ketika kedua orangtuanya meninggal, kemudian menjadi
anak angkat seorang dukun, hingga permasalahan-permasalahan yang muncul serta
berakhir pada kisah Endar yang menjadi salah satu incaran pembantaian dukun.
Berikut ini akan dideskripsikan tokoh protagonis (Endar Prasasti), tokoh antagonis
(Kik Darman), dan tokoh-tokoh pembantu (Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique,
dokter Naimah).
2.1.1
Endar Prasasti
Endar Prasasti atau dipanggil cukup dengan nama Endar, adalah perawan sunthi
atau gadis remaja yang berasal dari dusun Rogojampi, tepatnya di daerah
Banyuwangi. Endar adalah anak yatim piatu dan menjadi anak angkat seorang dukun
bernama Kik Darman. Endar adalah gadis bisu tuli, cacat tersebut dideritanya sejak
kecil, atau menjadi cacat bawaan. Dengan keterbatasan yang ada, ia harus belajar
sendiri bicara dengan bahasa tubuhnya, dan berharap orang lain tahu apa yang
diinginkannya, berikut kutipan Endar sebagai gadis bisu tuli.
(1) Namun bukan hanya karena perilaku lasaknya yang menyebabkan
Endar Prasasti mencuri perhatian siapa pun. Endar harus berbicara dengan
bantuan tubuhnya, ia memerlukan gerak tangan dan jemarinya yang menjadi
penyambung nurani hatinya. Adakalanya gadis bisu sejak lahir itu berhasil
19
menjerit melengking tinggi sehingga memancing semua orang menoleh
kepadanya dengan rasa iba atau barangkali bersyukur tidak bernasib seperti dia.
“Endar Prasasti sebenarnya cantik,” gumam seseorang.
Mungkin kalimat itu masih ada sambungannya, yaitu Endar Prasasti
sebenarnya cantik, hanya sayang bisu. Bisu yang disandang gadis itu menjadi
penghambat komunikasi dan penyebab sering timbul kesalahpahaman. Dua
orang berbeda akan menggunakan cara yang berlainan untuk mengutarakan isi
hatinya. Misalnya naksir, akan tetapi karena bisu, perbedaan penafsiran bisa
menjadi penyebab yang berbuah tamparan di wajah (hlm.25).
Kutipan (1) merupakan penjelasan bahwa Endar adalah seorang gadis bisu tuli.
Keterbatasannya
membuat
Endar
sulit
berkomunikasi,
seharusnya
seorang
penyandang cacat bisu tuli mendapatkan pendidikan formal yang baik untuk
menunjang keterbatasannya tersebut. Dengan keterbatasannya Endar cukup pandai,
namun hanya orang yang sering berkomunikasi dengannya yang dapat mengerti
bahasa tubuhnya.
Endar adalah anak angkat seorang dukun bernama Kik Darman, kesehariannya
membantu Kik Darman yang berprofesi sebagai dukun. Dengan kepandaian serta
pembelajaran inilah akhirnya menjadikan Endar berprofesi sebagai dukun pula,
bahkan peragaan lakon kesurupan pun dapat dilakoninya dengan baik dibanding ayah
angkatnya sendiri. Berikut beberapa kutipan Endar adalah seorang dukun ;
(2) Dalam hal berakting kesurupan, Endar Prasasti mampu tampil jauh
lebih bagus dari Kik Darman. Endar Prasasti mampu membeliakan mata sampai
hilang hitam bolanya, menekuk hidung hingga hilang cupingnya, bahkan bisa
menggerak-gerakkan kedua daun telinganya untuk mendukung laku in trance
yang harus diperankannya. Sebaliknya Kik Darman tidak bisa (hlm.34).
Kutipan (2) merupakan penjelasan awal mula sebelum Endar menjadi
dukun, yaitu ketika Endar menjadi asisten Kik Darman, ayah angkatnya yang
20
berprofesi sebagai dukun. Kesehariannya membantu ayahnya menjadikan Endar
semakin mandiri dan pandai, pandai dalam artian dia mempelajari akting
kesurupan itu sendiri.
(3) Berbeda dengan gaya dukun sebelumnya, tiba-tiba Endar berjongkok
sambil tetap memegangi telapak tangan orang itu. Dengan caranya Endar
membaca rajah.
“Kau akan mati kecelakaan,” kata Endar dengan aksen diupayakan jelas.
Meski ucapan gadis yang kesurupan itu sulit dicerna, namun masih bisa
ditangkap dengan jelas maksudnya. Jika orang yang dipegang tangannya itu
terkejut dan mendadak cemas oleh ramalan yang diucapkan gadis yang baru
kesurupan itu, sebaliknya di antara sebagian penonton yang ada terperangah
manakala melihat kenyataan gadis itu bisu. Pesona sihir yang digelar oleh Endar
Prasasti kian menjadi, ketika sekali lagi matanya membeliak dan hitam bola
matanya seketika lenyap.
“Kamu harus diberi syarat,”ujar Endar sekali lagi (hlm.79).
Kutipan (3) menjelaskan bahwa Endar adalah seorang dukun. Setelah minggat
dari rumah, ia mulai berfikir untuk menghidupi dirinya yaitu dengan berprofesi
sebagai dukun. Aksinya pertama kali digelar di pasar, dengan kepiawaiannya
berakting kesurupan menjadikan orang-orang yang melihat percaya bahwa dukun
sedang dirasuki dan kemampuannya sangat tinggi. Dengan cara seperti itu,
kemampuannya sebagai dukun semakin dipercaya, dibanding dukun lain yang belum
tentu dapat melakukannya.
Ketika Endar mulai beranjak dewasa, ia mulai mengalami jatuh cinta. Endar
menambatkan hatinya kepada seorang laki-laki bernama Agung Tamba, dan pada
lelaki tersebut ia menaruh pengharapan yang besar. Berikut kutipan mengenai Endar
yang mencintai Agung Tamba :
21
(4) Agung Tamba, sebuah nama yang membuat Endar Prasasti selama ini
merasa amat penasaran dan bertanya-tanya, di mana kini ia berada atau sedang
melakukan apa? Agung yang kepadanya ia nglawungi. Pada Agung, satusatunya lelaki di mana ia tidak menyimpan rasa was-was atau curiga bakal
dikurang ajari.
Endar Prasasti merasa waktu yang berlalu sudah sangat lama. Dua kali
Lebaran Idul Fitri terlampaui, berarti sudah dua tahun ia kehilangan Agung
Tamba. Endar yang mencoba mengenang, merasa cemas kehilangan bayangan
pemuda itu. Pemuda yang selalu ramah dan ikhlas membantu siapa pun. Misal
merajut jala atau membantu menarik perahu ke daratan. Dalam kebisuannya
Endar Prasasti tidak mempunyai kalimat untuk melampiaskan kerinduannya
kepada Agung. Andai ia bisa berbicara, dari lubuk hatinya pasti akan mengalir
deras jeritan kangen kepada lelaki itu (hlm.27).
Agung Tamba adalah nama seorang pemuda, yang dulu pernah tinggal di
Rogojampi. Agung Tamba adalah tetangga Endar Prasasti, dia tinggal sendiri tanpa
sanak saudara. Kesehariannya mereka sering bersama, itu yang membuat Endar
semakin dekat. Apalagi Agung adalah sosok laki-laki yang baik, yang tidak
memanfaatkan keadaan Endar yang bisu. Kedekatan tersebut membuat Endar jatuh
cinta pada Agung Tamba.
(5)“Isun kangen ambi Kang Agung,” ucap Endar Prasasti dengan gerak
bibir yang jelas.
Wuryanti menangkap apa yang diucapkan gadis itu dan menyatakan
keprihatinannya dengan memandangi rembulan yang mulai menyebulkan diri.
Bulan yang benderang sehari menjelang purnama itu diyakininya adalah bulan
yang juga tengah menjadi perhatian semua orang, atau setidak-tidaknya, bulan
yang murah dengan sinarnya itu adalah juga bulan yang memperhatikan apa
yang dilakukan Agung Tamba, meski entah di mana Agung Tamba berada.
“Kudu takon ambi sapa, supaya isun ngertai Kang Agung ana ring
ngendai?” Endar Prasasti mengucapkan kalimat Osing itu dengan bahasa
bisunya (hlm.29).
22
Setelah tinggal cukup lama di Rogojampi, Agung Tamba pergi tanpa ada yang
mengetahui, baik itu Endar maupun Wuryanti. Agung pergi dengan alasan yang
semua orang terdekatnya tidak tahu, itu yang membuat Endar sedih dan khawatir,
karena tidak tahu ke mana lagi harus mencari Agung Tamba. Wuryanti, sahabat
dekatnya merasa kasihan, dia tahu Endar sangat mencintai Agung Tamba, namun
mereka berdua tidak tahu ke mana lagi harus mencari sosok tersebut.
(6) Endar Prasasti memungut batu lagi dan melemparkannya ke laut.
Kalau kesedihannya makin membuncah, kini karena ingatannya tertuju pada
Agung Tamba, lelaki yang menjadi pujaan hatinya. Seandainya ia ada di
sampingnya maka kepada lelaki itulah Endar akan berbagi duka kesedihannya
(hlm.74).
Kutipan (4), (5), (6) menjelaskan bahwa tokoh Endar sangat mencintai
pemuda bernama Agung Tamba. Kepada lelaki itu Endar menyimpan pengharapan
yang cukup besar, karenanya ia sangat setia untuk menunggu walaupun tidak pernah
ada kabar dari lelaki itu.
Tokoh yang lain yang ditampilkan dalam cerita ini adalah tokoh antagonis.
Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penentang tokoh protagonis. Dalam
novel KPD ini yang menjadi tokoh antagonis adalah Kik Darman, ayah angkat dari
tokoh protagonis sendiri.
2.1.2 Kik Darman
Kik Darman adalah ayah angkat Endar Prasasti. Sejak orang tua Endar
meninggal, ia dititipkan kepada Barkah. Namun setelah istrinya meninggal Barkah
sendiri menitipkannya kepada Kik Darman. Di kesehariannya Endar membantu Kik
23
Darman dalam praktik perdukunan. Di situ Endar kerap memainkan tokoh kesurupan,
didikan itu diajarkan kepadanya sejak kecil. Mengenai pendidikan formal tak secuil
pun Kik Darman peduli terhadap Endar, entah alasan ekonomi atau baginya
pendidikan tidak penting. Berikut kutipan mengenai sosok Kik Darman sebagai ayah
angkat Endar Prasasti :
(7)“Endar mulai menimbang-nimbang dan berhitung, Endar masih
menyimpan kenangan, ketika jauh sekian tahun yang lalu pada saat ia berusia
delapan tahun terpaksa harus ikut Kik Darman yang mengangkatnya sebagai
anak karena Barkah, tetangga yang karena kedekatannya dianggapnya sebagai
pengganti ayah, ternyata malah menitipkannya kepada Kik Darman (hlm.72).
Kutipan (7)) menceritakan bahwa sosok Kik Darman sebagai ayah angkat
Endar Prasasti. Kik Darman menjadi ayah angkatnya setelah Barkah ayah angkat
pertama Endar menitipkannya kepada Kik Darman. Barkah merupakan tetangga Kik
Darman, dan mereka berdua dulunya sangat dekat.
(8)Endar Prasasti kemudian diasuh Barkah yang bukan sanak dan bukan
kadang. Akan tetapi, Barkah juga bukan tempat berteduh yang kukuh karena
Barkah menyerahkan Endar kecil itu pada Kik Darman dan diaku sebagai
anaknya. Atau kalau mau lebih jujur, keadaan Endar yang bisu itu justru
dimanfaatkan untuk mencari uang. Nasib Endar, si Bisu mirip dengan Juminto,
si Cebol yang ikut Pak Marjuni, penjual jamu. Juminto justru digunakan untuk
menjadi daya tarik agar orang berduyun-duyun datang menyaksikan atraksinya
(hlm.74).
Kik Darman adalah ayah angkat terakhir Endar setelah Barkah. Sebagai ayah
angkat Kik Darman kurang peduli terhadap keadaannya. Kekurangan atau cacat Endar
malah justru dimanfaatkan untuk mencari uang. Selain menjadi ayah angkat Endar
Prasasti, Kik Darman juga berprofesi sebagai dukun. Profesinya tersebut digelutinya
sejak lama, sejak Endar kecil. Berikut kutipannya:
24
(9)Sesungguhnya kemampuan macam apa yang dimiliki Kik Darman,
ayah angkat Endar Prasasti itu? Adakah mulutnya yang berkomat-kamit
merapal japa mantra benar-benar mempunyai daya magis yang mampu
memenuhi permintaan jenis apa pun dari pasien yang adatang padanya? Apakah
ketika Kik Darman kehilangan kesadaranya benar-benar bisa menyediakan
tubuh sebagai media kepribadian ganda atau dengan kata lain kesurupan?
Yang jelas, bermacam-macam urusan diusung oleh mereka yang datang
menemui Kik Darman. Tidak sedikit orang Jawa yang menjadi mayoritas etnis
di Banyuwangi yang datang meminta bantuan, juga orang Madura yang
menempati daerah pesisir, atau begitu padat menempati kehidupan nelayan
seperti Muncar. Meski orang Bali tak seberapa banyak yang tinggal di
Banyuwangi, akan tetapi ketenaran Kik Darman seolah menyebrang ke Pulau
Dewata. Orang-orang Bali pengguna jasanya berdatangan melintasi Gilimanuk
ke Ketapang. Bila mereka datang dengan niat yang sudah bulat maka tidak ada
satupun petunjuk Kik Darman yang sudah dilaksanakan., meski disuruh
memakan tahi ayam atau harus memandikan topeng leak dengan darah
(hlm.33).
Kutipan (9) menjelaskan mengenai Kik Darman dengan profesinya sebagai
dukun. Profesi dukun tersebut menjadikannya terkenal di wilayah sekitar
Banyuwangi. Bermacam-macam persoalan diyakini dapat diselesaikan oleh dukun
Kik Darman, asal memberikan imbalan untuk pengganti jasa yang telah diberikan.
(10)Pasien Kik Darman pada umumnya bukan orang sembarangan.
Mereka umumnya berasal dari tempat-tempat yang jauh bahkan lintas provinsi.
Para pasien itu datang membawa bermacam persoalan. Mulai dari masalah cinta
sampai pembunuhan. Mulai dari mencegah turunnya hujan hingga
menderaskannya. Orang-orang itu selalu meninggalkan mas kawin-demikian
Kik Darman menyebut biaya yang harus dibayar untuk bantuan yang
diberikannya-dalam jumlah banyak. Akan tetapi tetap saja Kik Darman tidak
bisa kaya. Mas kawin atau apa pun namanya selalu ludes di meja judi. Kik
Darman ternyata tidak bisa menggunakan kemampuan magisnya untuk
memperkaya diri (hlm.38).
Kutipan (9) dan (10) menjelaskan bahwa tokoh Kik Darman adalah seorang
dukun. Ayah angkat Endar Prasasti tersebut berprofesi sebagai dukun sejak Endar
kecil. Dengan pembicaraan dari mulut ke mulut, menjadikannya terkenal sebagai
25
dukun. Entah karena kemampuan sesungguhnya atau kebohongan atas dasar
kebutuhan ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan. Dengan kepiawaiannya menjadi
dukun, menjadikan Kik Darman cukup ditakuti di daerahnya.
Tokoh protagonis berhubungan dengan tokoh yang lain, Endar Prasasti dalam
kesehariannya berinteraksi dengan orang banyak. Tokoh-tokoh lain merupakan tokoh
pembantu atau sebagai pendukung yang berfungsi sebagai penunjang tokoh utama
dalam suatu cerita. Tokoh-tokoh pembantu tersebut adalah Wuryanti, Barkah, Man
Suwoto, Unique Daniar Tumanan dan Dokter Mariatun Naimah. Tokoh-tokoh
tersebut mempunyai peran masing-masing dan berfungsi membantu menyampaikan
pikiran tokoh utama dalam suatu cerita. Berikut paparan beberapa tokoh pembantu :
2.1.3 Wuryanti
Wuryanti adalah sahabat karib Endar Prasasti. Ke mana-mana mereka selalu
pergi berdua, Wuryanti sudah dianggap saudara oleh Endar, karena Endar hidup
sebatang kara. Wuryanti adalah sahabat, saudara, tempat Endar meluapkan isi
hatinya. Tempat Endar menceritakan semua keluh kesah dalam hidupnya. Wuryanti
mengenal dengan baik Endar melebihi ayah angkatnya sendiri. Wuryanti selalu peduli
dengan keadaan Endar, tidak hanya itu setiap ada perubahan tingkah laku dari Endar,
dialah orang yang pertama kali tahu. Berikut kutipan kedekatan tokoh W