7.1. Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 1501387990Bab 7 RENCANA PEMB INFRASTRUKTUR CK ok

  BAB Book Rencana pembangu nan Sale

  7

inf r ast r uk t ur ci pt a k ar y a

  encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air

  R

  limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi hingga pada usulan kebutuhan program dan pembiayaan.

7.1. Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan pengembangan permukiman khusus. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari peningkatan kualitas permukiman kumuh, pengembangan lingkungan permukiman perkotaan, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan. Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan permukiman perdesaan potensial, pengembangan permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Pengembangan permukiman khusus meliputi pengembangan kawasan perbatasan, pengembangan kawasan pulau-pulau kecil terluar dan pengembangan kawasan rawan bencana, pasca bencana dan kawasan tertentu.

7.1.1. Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman di Kabupaten Ngada saat ini adalah:

  a. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih, serta instalasi pengelolaan air limbah.

  b. Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari pola enclove c. Mengarahkan pengembangan permukiman ke lokasi yang potensial bagi pengembangan permukiman dengan dilengkapi sarana dan prasarana sosial dan ekonomi d. Menetapkan Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) bagi pembangunan di kawasan perkotaan.

  e. Program perbaikan kawasan permukiman dengan pemenuhan persyaratan kualitas fisik rumah.

  f. Penataan kawasan pedesaan dengan mempertimbangkan keseimbangan fungsi antara pengembangan permukiman dengan pengembangan fungsi lainnya.

  g. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman, seperti air bersih, drainase, persampahan, listrik, bangunan pendidikan, pasar, dll h. Mengakomodasi arahan pengembangan permukiman perdesaan sejalan dengan arahan pembangunan perdesaan dan regional. i. Akibat tidak terpusatnya pembangunan pemukiman dan kecenderungan membangun dengan tidak melihat pada tata ruang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Maka untuk selanjudnya diharapkan pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan tata ruang, agar balance dengan apa yang telah direncanakan dalam tata ruang. j. Terdapat beberapa kawasan permukiman baik di perkotaan maupun perdesaan yang belum terjangkau oleh pelayanan sarana/prasarana permukiman yang memadai karena lokasinya yang cukup sulit untuk dijangkau k. Aspek ekonomi merupakan masalah yang sangat penting, oleh karena sangat rendahnya kemampuan masyarakat Ngada dalam hal daya beli sehingga perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan pihak yang terkait dalam hal pengadaan pemukiman bagi masyarakat.

Tabel 7.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Ngada No Isu Strategis Keterangan

  1 Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan penataan ruang kota secara proporsional

   Pembangunan kawasan permukiman baru (New development)  Penanganan rumah tidak layak huni  Penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana (banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran)

  2 Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung kumuh dan padat  Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh  Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk

  3 Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan rumah layak huni Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah

  4 Penerbitan regulasi mengenai permukiman di perkotaan Ngada Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kualitas perumahan baik di perkotaan maupun di perdesaan bervariasi, yakni ada yang permanen, semi permanen dan temporer. Namun secara umum kualitas perumahan penduduk, khususnya di perdesaan, sebagian besar kurang begitu layak, terutama karena umumnya tidak dilengkapi dengan prasana dan sarana yang memadai seperti air bersih, kamar mandi/WC dan listrik.Tidak tersedia data yang akurat tentang jumlah bangunan perumahan di kabupaten Ngada. Untuk kabupaten Ngada dokumen perencanaan yang mendukung pembangunan permukiman yang sudah mempunyai kekuatan hukum seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 7.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan Lainnya yang terkait Pengembangan Permukiman

  Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program- program perdesaan seperti PISEW (RISE), serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil.

  Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Ngada dapat dilihat pada tabel berikut: No PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan/Peraturan Lainnya Keterangan Nomor Peraturan Derah Perihal Tahun

  1 Perda Nomor 3/ Tahun 2012 RTRW Kab. Ngada 2012-

  2032 2012

  2 Perda Nomor 5/ Tahun 2011 RPJMD Kab. Ngada

  2011-2015 2011

  3 Perda Nomor 3/ Tahun 2013 Peraturan Daerah Kab.

  Ngada Tentang Penyelengaraan

  Bangunan Gedung 2013

  4 SK Bupati Ngada No.278/KEP/PU/2014

  Penetapan Kawasan Kumuh

  2014

  Tabel. 7.3. Kawasan Kumuh di Kabupaten Ngada

NAMA KAWASAN LUASAN KWS.KUMUH NO

  2 Kws Kumuh Kisanata I 1,1 Ha

  3 Kws Kumuh Kisanata II 0,4 Ha

  4 Kws Kumuh Ngedukelu

  11.1 Ha

  5 Kws Kumuh Trikora I 3,2 Ha

  6 Kws Kumuh Trikora II 3,1 Ha

  7 Kws Kumuh Trikora III 3,2 Ha

  1 Kws Kumuh Tanalodu 4,9 Ha

Tabel 7.4 Data Kondisi RSH di Kabupaten Ngada No Lokasi RSH Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada

  1 Marunggela 1999 Dinas

  Sosnakertrans 200 kk Blm ada

  2 Desa Uluwae 2 2003 Dinas

  Sosnakertrans 250 kk Belum ada

  3 Desa Waewea 2008 Dinas

  Sosnakertrans 50 kk Belum ada

  Dengan adanya SK ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan di daerah untuk lebih fokus dalam penanganan dan penataan kawasan kumuh yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Sampai dengan tahun 2015 Penanganan kawasan kumuh di Kota Bajawa belum dilakukan karena ketiadaan dokumen rencana penataan kawasan kumuh dan keterbatasan anggaran.

Tabel 7.5 Data Program Perdesaan di Kabupaten Ngada Volume/ Kondisi No Program/Kegiatan Lokasi Status Infrastruktur Satuan

  1 PPIP Desa Selesai Baik

  2 PNPM Mandiri Perkotaan Kelurahan Selesai Baik

  3 PNPM Mandiri Perdesaan Desa Selesai Baik

  4 Sanimas Desa Selesai Baik

  5 Pamsimas Desa Selesai Baik

  Untuk wilayah permukiman perkotaan pelaksanaan pembangunan permukiman di kabupaten Ngada masih terpusat di kawasan perkotaan khususnya Kota Bajawa sebagai ibukota kabupaten dan pusat pengembangan wilayah bagi seluruh wilayah Kabupaten Ngada. Arahan pemusatan kegiatan perkotaan di Kec. Bajawa diarahkan di Kota Bajawa sebagai pusat pelayanan dengan persebarannya mengikuti jaringan jalan yang melewati Kota Bajawa tersebut. Dalam kaitannya dengan pengembangan kota, untuk mendukung perkotaan Bajawa sebagai pusat perkotaan wilayah maka perlu adanya pengembangan secondary city untuk mendukung peran dari perkotaan bajawa, arahan pengmbangan perkotaan tersebut diarahkan pada Kecamatan Soa yang didukung dengan adanya Bandar udara sehingga mendukung pengembangan kawasan perkotaan Soa. Dilihat berdasarkan fungsinya, kota Bajawa diarahkan sebagai:

  1. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya, diharapkan mampu sebagai motor penggerak pembangunan.

  2. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah.

  3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.

  4. Satuan wilayah pengembangan diharapkan dapat berperan secara efektif untuk:  Menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara berhirarkhi dari tingkat pelayanan lokal, regional dan nasional.

   Mendukung strategi kebijakan keruangan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Ngada.

   Mendukung rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Ngada yang tidak terpisahkan dari struktur tata ruang wilayah nasional dan struktur tata ruang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sesuai dengan potensi dan kondisi fisik alami daerah lingkungan yang ada serta prioritas wilayah.

  Pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Ngada ditentukan oleh pelayanan kegiatan perkotaan dalam skala regional dan perkotaan yang secara langsung mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten Ngada:

   Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Perkotaan Bajawa dengan fungsi kawasan :  Sebagai pusat pelayanan umum bagi kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya

   Selanjutnya pusat pelayanan kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan Ibu kota Kecamatan Aimere, Golewa, Riung, Soa, yang berfungsi sebagai :  Pusat pelayanan umum, dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya.

   Pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya.

  Rencana pengembangan sistem perkotaan diarahkan pada fungsi perkotaan di satuan wilayah pengembangan Kabupaten Ngada, dan wilayah hinterlandnya untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, yang sudah ditunjang dengan jumlah penduduk, sistem transportasi yang menunjang aksesibilitas antar dan inter kota kecamatan dan kelengkapan sarana prasarana kota. Penetapan lokasi fasilitas perkotaan juga perlu memperhatikan karakter dasar dari tingkat kemandirian fasilitas misalnya : Penempatan fasilitas non mandiri di tetapkan berdekatan pada jenis fasilitas mandiri mis : penempatan fasilitas balai kesenian daerah perlu diletakkan berdekatan dengan fasilitas perkantoran atau peribadatan sehingga fungsi dari pada fasilitas tersebut optimal, sedangkan penetapan lokasi mandiri seperti pasar diarahkan pada lokasi – lokasi yang beum berkembang sehingga mampu menjadi magnet pertumbuhan perkembangan wilayah. Adapun permukiman perdesaan, karakteristiknya membentuk pola yang Terpusat dalam setiap kecamatan dengan kelompok permukiman yang terpusat pula dalam setiap desa. Keberadaan permukiman perdesaan ini dengan masing-masing pusat-pusat desanya tidak begitu signifikan luasnya dalam pola ruang eksisting kabupaten Ngada. Sebaran lokasi kawasan permukiman pedesaan di Kabupaten Ngada meliputi wilayah pengaruh yang letaknya berjauhan dari pusat wilayah pengembangan dengan bentuknya yang terpusat. Dalam setiap desa, umumnya perumahan penduduk mengelompok, terdiri dari 10 hingga 50 rumah, yang biasa disebut sebagai kampung atau dusun. Yang menjadi ciri khas perumahan penduduk di daerah perdesaan adalah adanya pengelompokan rumah-rumah penduduk yang menempati (berlokasi) pada sebagian kecil lahan yang cukup datar atau dengan kemiringan lereng kurang dari 20 %, sementara kelompok rumah penduduk lainnya terpisahkan oleh bukit atau gunung dengan jarak yang cukup jauh Antara satu kelompok perumahan dangan perumahan lainnya dipisahkan oleh hamparan pegunungan yang berbukit-bukit dengan kemiringan lebih dari 40 %, berupa kawasan pertanian, pekebunan dan hutan baik hutan produksi maupun hutan lindung.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

   Pengembangan permukiman perkotaan disesuaikan dengan karakter fisik, sosial- budaya dan ekonomi masyarakat;  Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan;  Peningkatan kualitas permukiman perkotaan;  Pengembangan perumahan terjangkau;

  a. Lemahnya daya beli, membangun dan Peningkatan alokasi  Menyiapkan

  2 Aspek Pembiayaan

   Revitalisasi Kawasan kumuh

   Menyediakan infrastruktur yang memadai

   Menyediakan hunian layak huni (rusunawa, RSH)

   Mensinkronkan perencanaan yang berkelanjutan

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Ngada dapat diidentifikasi sebagai berikut :

  Tabel. 7.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan pengembangan Permukiman Kabupaten Ngada No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  e. Kepadatan bangunan yang tinggi, jalan lingkungan yang berada disela-sela bangunan rentan terhadap bahaya kebakaran.

  d. Kawasan permukiman yang cenderung kumuh sebagai akibat eksploitasi lahan bagi pembangunan fisik bangunan.

  c. Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat di perkotaan menyebabkan kekumuhan di beberapa lokasi

  b. Kondisi fisik wilayah dan permukiman yang tidak terkonsentrasi menyebabkan tingginya biaya pembangunan perumahan dan sarana dan prasarana permukiman.

  a. Belum adanya dokumen perencanaan yang tersruktur dan berkesinambungan.

  1 Aspek Teknis

  f. Kondisi penyediaan hunian bagi penduduk Kota Kupang yang cenderung belum berimbang.

  Tantangan No Permasalahan Pengembangan Permukiman Alternatif Solusi Pengembangan

  memelihara rumah dan sarana-prasarana dana bagi pembangunan dana sharing permukiman infrastruktur b. Masih tingginya ketergantungan pendanaan pengembangan pembangunan dan pemeliharaan perumahan permukiman dan sarana-prasarana permukiman

  c. Berkembangnya pengusaan lahan slaka besar oleh beberapa pihak yang tidak disertai kemempuan untuk membangun atau merealisasikan pada waktunya.

  d. Alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur

  3 Aspek Peran Masyrakat

  a. Masih lemahnya kesadaran masyarakat untuk Penghasilan yang minim, Mensosialisasikan memelihara hasil pembangunan sarana- mengakibatkan pentingnya hidup prasarana yang telah dibangun. masyrakat hanya sehat dan

  b. Rendahnya tingkat kesadaran/masyarakat berkonsentrasi pada melibatkan dalam memenuhi proedur memperoleh usaha mencari nafkah masyarakat dalam legalitas hunian, sehingga mengakibatkan semata. pembangunan baik timbulnya kawasan perumahan/permukiman perencanaan liar di beberapa lokasi maupun fisik

4 Aspek Kelembagaan

  a. Belum konsistennya penerapan regulasi  Komitmen dalam  Pembenahan penataan bangunan dan kawasan serta regulasi khusus menegakkan aturan penataan ruang, sehingga terjadi kekumuhan demi penataan pembebasan dan kerusakan lingkungan tanah bagi pemukiman sesuai

  b. Kurangnya regulasi pendukung kepastian masyarakat arahan hukum kepemilikan dan pembangunan perencanaan  Penguatan perumahan yang terjangkau oleh seluruh kelembagaan

   Menertibkan startus lapisan masyarakat masyarakat penguasaan tanah c. Kebijakan tata ruang kota yang belum mampu dalam pada kawasan memberikan kepastian hak atas pengelolaan permukiman peruntukkannya, khususnya dalam melindungi permukiman & peruntukkan ruang. infrastruktur

  d. Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk pendukugnya kawasan perumahan dan permukiman umumnya belum dilandaskan pada kerangka penataan wilayah.

  5 Aspek Lingkungan Permukiman

  a. Terdapat beberapa kawasan permukiman Perlu peningkatan  Penataan & yang belum terjangkau oleh pelayanan kualitas lingkungan Perbaikan sarana/prasarana permukiman yang lingkungan memadai. permukiman

  b. Pada wilayah kumuh kondisi perumahan >60% merupakan bangunan temporer/semi  Meningkatkan permanen. gotong-royong

  c. Perilaku masyarakat yang sering membuang membersihkan sampah di kali atau saluaran drainase lingkungan menyebabkan lingkungan menjadi kumu dan tempat tinggal. tersumbatnya saluran drainase.

  d. Kepadatan penduduk di wilayah permukiman yang tinggi berdampak pula terhadap buangan MCK.

7.1.2. Sasaran Program Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari kegiatan Non Fisik berupa pengaturan, pembinaan, pengawasan dan kegiatan fisik berupa pembangunan dan pengembangan di kawasan perkotaan; perdesaan dan kawasan khusus. Pengembangan permukiman Non fisik terdiri dari :

  1. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman

  2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman yang mencakup : Pendampingan Penyusunan NSPK, Penyusunan Jakstra dan Rencana Pengambangan Kawasan Permukiman dan Pembinaan, Pengawasan dan Kemitraan Penyelnggaraan Pengembangan Kawasan Permukiman.

  Pengembangan permukiman Fisik terdiri dari :

  1. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan meliputi :

  • peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
  • Pengembangan lingkungan permukiman perkotaan
  • Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman Nelayan

  2. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan meliputi :

  • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesan potensial dan berkelanjutan
  • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan tetinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil
  • Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah

  3. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman khusus meliputi :

  • pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar
  • pembangunan dan pengembangan kawasan rawan bencana, paska bencana, dan kawasan tertentu

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

  Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

  • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
  • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
  • Kesiapan lahan (sudah tersedia).

  • Sudah tersedia DED.
  • Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP/RP2KP/RKP, RPKPP,

  Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

  • Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
  • Ada unit pelaksana kegiatan.
  • Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

7.1.3. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

  Jika meninjau kembali rencana tata ruang, dalam hal ini RTRW Kabupaten Ngada dan RTURK Kota bajawa dan kajian kontekstual kondisi umum kabupaten Ngada. Maka ada beberapa program kegiatan prioritas menurut bidang dan sub bidang PU/cipta karya yang termuat dalam RPIJM. Program pengembangan permukiman ini terwujud dalam program pengembangan permukiman perkotaan dan program pengembangan permukiman perdesaan akan dibahas sebagai berikut : Dalam pelaksanaanya program pengembangan mengikuti fungsi kawasan yang telah ditetapkan, seperti program pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan. Wujud-wujud dari program ini perlu ditindaklanjuti pada masa-masa yang akan datang dengan memperhatikan ukuran Secara rinci, usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Ngada disajikan dalam Matriks RPIJM (terlampir).

7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

7.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

A. Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian SDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta

  Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan- kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya. Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sector PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable

  Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

  Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1) Penataan Lingkungan Permukiman

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ;

  b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ;

  c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan ; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan

  Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

  e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi Revitalisasi, RTH, BangunanTradisional/bersejarah dan Penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan. Adapun isu-isu strategis sektor PBL di kabupaten Ngada seperti dalam tabel berikut.

Tabel 7.7 Isu-Isu Strategis Sektor PBL Kabupaten Ngada

  No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL

  1 Penataan Lingkungan Permukiman

  1. Terbangunnya perumahan dan permukiman yang layak huni.

  2. Terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman kumuh.

  3. Tertatanya lingkungan permukiman kumuh menjadi lingkungan sehat, indah, aman, nyaman, dan adanya peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat.

  2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1.

  Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk bangunan gedung dan rumah negara 2. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya).

B. KONDISI EKSISTING

  Program Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan di fokuskan pada penataan bangunan melalui fasilitasi pembentukan dan implementasi Perda Bangunan Gedung, dan penataan lingkungan melalui penataan kawasan strategis baik itu kawasan bersejarah, tradisional, Penyediaan Ruang Terbuka Hijau maupun kawasan yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi dari penataan atau revitalisasi kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas kawasan.

  Sampai dengan tahun 2015 presentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB mencapai 61,25% dengan jumlah bangunan gedung mencapai 34.072 unit, sedangkan bangunan bersertifikat laik fungsi (SLF) belum ada. Presentasi Ruang Terbuka Hijau berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Ngada telah mencapai 30% dari luas kawasan di Kabupaten Ngada.

  Adapun Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7.8 Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015

  Untuk kabupaten Ngada dokumen perencanaan yang mendukung penataan bangunan dan lingkungan yang sudah mempunyai kekuatan hukum seperti pada tabel di bawah ini :

  Ngada Tentang Penyelengaraan

  3 Perda Nomor 3/ Tahun 2013 Peraturan Daerah Kab.

  2011-2015 2011

  2 Perda Nomor 5/ Tahun 2011 RPJMD Kab. NGADA

  2012-2032 2012

  1 Perda Nomor 3/ Tahun 2012 RTRW Kab. NGADA

Tabel 7.9 Peraturan Daerah/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan No PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan/Peraturan Lainnya Keterangan Nomor Peraturan Derah Perihal Tahun

  Untuk mendukung penataan kawasan tradisional di Kabupaten Ngada maka pada tahun 2013 telah disusun Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional Kawasan Gurusina sedangkan pembangunan infrastruktur sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan yang dibiayai melalui APBN dari tahun 2011-2015 belum pernah dilakukan.

  NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN

  7 STATUS BANGUNAN PUSAKA (DUNIA) Ada/Tidak Tidak ada

  6 STATUS BANGUNAN PUSAKA (NASIONAL) Ada/tidak Tidak ada

  30 Data Bapeda

  5 PROSENTASI RTH %

  4 PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG unit 43.072

  3 PROSENTASI BANGUNAN BERSERTIFIKAT SLF % -

  2 PROSENTASI BANGUNAN BER-IMB % 61,25

  1 STATUS PERDA BG Ada/tidak Ada

  Bangunan Gedung 2013

C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :

  Penataan Lingkungan Permukiman:

   Belumm siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;  Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;  Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM

  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

   Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;  Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;  Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;  Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;  Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;  Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;  Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

   Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah:

   Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;  Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;  Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

Tabel 7.10 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Ngada No Aspek PBL Permasalahan Yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  1 Aspek Teknis  Masih adanya permukiman kumuh yang luas dan tersebar dihampir semua wilayah perkotaan dan perdesaan.

   Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah padahal punya potensi wisata.

   Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

  Komitmen terhadap kesepakatan Internasional MDGs, bahwa pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua Kabupaten/ Kota bebas Kumuh.

   Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh  Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk  Penanganan rumah-rumah adat/tradisional

   Penyediaan ruang publik kota sebagai  Sarana lingkungan bagian dari hijau/open space atau kebutuhan

  public space, sarana olah

  raga, dan lain-lain kurang masyarakat diperhatikan hampir di semua kota, terutama di kota Metro dan Besar.

  2 Aspek Kelembagaan Lemahnya pengaturan Pengendalian Pembinaan Teknis penyelenggaraan penyelenggaraan Bangunan Bangunan Gedung di bangunan gedung

  Gedung Negara daerah serta rendahnya dengan perda bangunan kualitas pelayanan publik gedung di kab/kota dan perijinan.

  3 Aspek Pembiayaan Masih rendahnya Terpenuhinya kebutuhan Penanganan dan dukungan pemda dalam perumahan bagi penyediaan pembangunan lingkungan masyarakat yang tinggal permukiman bagi permukiman yang di lingkungan masyarakat permukiman kumuh. diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran berpenghasilan daerah untuk peningkatan rendah kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM

  4 Aspek Lingkungan Pemukiman kumuh yang Tertatanya lingkungan Penyiapan Permukiman banyak mengalami permukiman kumuh lingkungan perumahan permasalahan akan menjadi lingkungan sehat, minimnya layanan indah, aman, nyaman, yang bersih dan prasarana dasar antara lain dan adanya peningkatan sehat terhindar kondisi layanan air bersih, derajat kesehatan dan sanitasi dan akses pendidikan masyarakat. dari penyakit akibat lingkungan yang buruk, sanitasi buruk tingkat kepadatan tinggi dan keterbatasan fasilitas sosial dan fasilitas umum,

  II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1 Aspek Teknis Amanat Undang-Undang Pembinaan Teknis  Banyaknya Bangunan No. 28 Tahun 2002 Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi tentang Bangunan Gedung Negara Gedung dan Peraturan persyaratan keselamatan, keamanan dan Pemerintah No. 36 kenyamanan Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

   Prasarana dan Sarana UUBG, bahwa semua hidran kebakaran banyak Bangunan Gedung harus yang tidak berfungsi dan kurang mendapat layak fungsi pada tahun perhatian. 2010.

  2 Aspek Kelembagaan  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan Kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

   Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

   Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik

7.2.2. Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Untuk Kabupaten Ngada kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan dengan mengacu pada program dan capaian Renstra Nasional dan RPJMD, sebagaimana tergambarkan pada tabel berikut:

  V

  Laporan

  7 Lainnya

  5 HSBGN Laporan

  V V

  V V

  V

  6 Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN

  V

  V V

  7 Lainnya

  II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1 Bangunan Fungsi Hunian Unit

  2 Bangunan Fungsi Keagamaan Unit

  3 Bangunan Fungsi Usaha Unit

  4 Bangunan Fungsi Sosbud Unit

  5 Bangunan Fungsi Khusus Unit

  V V

  4 PSD Lingkungan Unit

  V

  V V

Tabel 7.11 Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  No Uraian Satuan Kebutuhan Ket Tahun I Tahun II Tahun

  III Tahun

  IV Tahun

  V I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  1 Ruang Terbuka Hijau M2

  V V

  V

  V

  2 Ruang Terbuka M2

  V V

  V

  3 PSD Unit

  V V

  V V

  6 Bintek Bangunan Gedung Negara Laporan

7.2.3. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1. Peraturan Penataan Bangunan :

  Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:

  • Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
  • Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)

  2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  • Pembinaan pengelolaan bangunan gedung
  • Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Penataan Bangunan  Fasilitasi Penguatan Pemda  Fasilitasi Bidang Kemitraan Bidang Penataan Bangunan  Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Bidang Penataan Bangunan

  • Pembinaan Pengelolaan Rumah Negara  Pembinaan Penataan Bangunan Lingkungan Khusus  Perencanaan dan Analisa Teknis  Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan
  • Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
  • Bangunan Gedung Hijau 

  • Bangunan Gedung Perbatasan  Bangunan Gedung Pendukung Kebun Raya

  • Penataan Bangunan Kawasan Strategis 
  • Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan
  • Penataan Kawasan Pengembangan Kota Hijau 
  • Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah  Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata

  Isu-isu strategis yang mempengaruhi upaya Kabupaten Ngada untuk mencapai target

  Usulan Program dan Kegiatan PBL kabupaten Ngada disajikan dalam bentuk matriks program RPIJM (terlampir).

  Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka

  5. Revitalisasi dan Penegmbangan Kawasan tematik Perkotaan

  Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana

  4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Bangunan Gedung Mitigasi Bencana

  3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Pentaan Bangunan

  • Kegiatan Penyebarluasan informasi PIP2B
  • Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik

7.2.4. Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan PBL

7.3. SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM

7.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan A.

ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN SPAM

  pembangunan di bidang air minum melalui gerakan 100-0-100. Adapun Isu-isu strategis Kabupaten Ngada yang mempengaruhi upaya untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum 100% antara lain : a. Kurang tersedianya air minum disaat musim kemarau

  b. Sebaran pemukiman yang tidak merata, berakibat pada kebutuhan sarana prasarana yang air minum yang lebih besar biayanya.

  c. Terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran di sekitar kawasan tangkapan air dan sumber mata air.

  d. Terbatasnya kapasitas air baku

  e. Tingkat kebocoran dan idle capacity yang tinggi dan f. PDAM yang kurang sehat.

B. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN SPAM a.

  Berdasarkan data capaian untuk akses rumah tangga terhadap air minum layak di kabupaten Ngada sampai dengan tahun 2015 sebesar 86,03% atau 13.97% rumah tangga di Kabupaten Ngada belum mendapatkan/belum mengakses air minum layak. Dari data BPS tahun 2016 jumlah Rumah Tangga yang mengakses air minum menggunakan leding hanya 22,18%, yang menggunakan pompa sebesar 0,18% sedangkan sumur dan mata air sebanyak 60,98%. Kondisi ini menunjukan bahwa akses air minum layak lebih banyak disumbangkan oleh akses terhadap sumur dan mata air terlindung.

  b. Penyediaan air minum dengan sistem perpipaan di kabupaten Ngada untuk kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Ngada dan sampai dengan akhir tahun 2015 cakupan layanan penduduk baru mencapai 22,9% atau7.428 Sambungan Rumah dengan konsumsi rumah tangga (SR rumah Tangga) mencapai 20,16%. Untuk membantu meningkatkan pelayanan air minum di Kabupaten Ngada pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja PSPAM Provinsi NTT Direktorat Air Minum telah membangun pipa sepanjang 149.491meter dan berbagai infrastruktur air minum lainnya dengan anggaran mencapai Rp 41.961.385.000 dan dilaksanakan dari tahun 2011-2014. c. Untuk lebih jelas tentang pengelolaan air minum, perkembangan air baku dan produksi air PDAM serta perhitungan kapasitas terpasang, produksi di Kabupaten Ngada tahun 2013 di sajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.12 Pengeloaan Air Minum oleh PDAM Kabupaten Ngada Tahun 2013-2015

  27.60

  51.80

  2 Asumsi Kebutuhan Air Lt/Org/hr 120 120 120

  3 Air Terjual M3/th 1.645.416 1.723.262 1.578.242

  4 Air Terdistribusi M3/th 1.645.416 1.723.262 1.578.242

  5 Total Penjualan Air Rp 3.741.896.363 3.524.047.772

  6 Cakupan Pelayanan Air %

  27.83

  71.10

  26.54

  7 Cakupan Penduduk Jiwa 40.984 42.228 41.464 DATA TARIF

  1 Rumah Tangga Rp 1.382 1.382 1.382

  2 Niaga Rp 2.448 2.448 2.448

  3 Industri Rp 6.985 6.985 6.985

  4 Instansi Rp 2.023 2.023 2.023

  60.70

  1 Kapasitas Distribusi Lt/dtk

  NO URAIAN SATUAN BESARAN 2013 2014 2015

  26.54 DATA PRODUKSI

  PELAYANAN PENDUDUK

  1 Jumlah Penduduk Jiwa 148.459 151.716 156.180

  2 Jumlah Pelanggan Jiwa 40.984 42.228 41.464

  3 Penduduk Terlayani %

  27.60

  27.83

  Data Produksi

  Data Distribusi

  1 Kapasitas Produksi Lt/detik

  71.10

  60.70

  51.80

  2 Kondisi PDAM Sehat/Sakit Sakit Sakit Sakit

  3 Biaya Produksi di PDAM Rp - 4.214.010.731 3.996.138.979 DATA DISTRIBUSI

  5 Sosial Rp 1.254 1.254 1.254

  NO URAIAN SATUAN BESARAN 2013 2014 2015

A. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENGAMBANGAN SPAM C.1. Permasalahan Pengembangan SPAM

  a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan pembinaan.

  g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses air minum yang aman.

  f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.

  e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air m inum masyarakat belum memadai.

  d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus membayar lebih mahal.

  c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.

  Adapun beberapa permasalahan pengembangan SPAM pada tingkat nasional antara lain :

  6 Tarif rata-rata Rp 2.023 2.023 2.023 DATA KONSUMEN

  Unit 40.984 42.228 41.464 Sumber : Profil Kabupaten Ngada 2016

  4 Jumlah Jiwa/Sambungan Tumah Tangga

  Unit 901 852 883

  3 Komsumsi Non Rumah Tangga

  2 Komsumsi Rumah Tangga Unit 5.917 6.186 6.535

  Unit 6.818 7.038 7.428

  1 Jumlah Sambungan Rumah (SR)

1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas

1) Pendanaan

  a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan.

  b) Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari pinjaman luar negeri.

  c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam pengembangan SPAM masih rendah.

2) Kelembagaan dan Perundang-Undangan a) Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM.

  b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM (PDAM).

  a) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah.

3) Air Baku a) Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas.

  b) Kualitas sumber air baku semakin menurun.

  c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.

  d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.

4) Peran Masyarakat

  a) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah.

  b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.

  c) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang mencukupi kebutuhannya sendiri.