RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) RENCANA INVESTASI

  RENCANA KESEPAKATAN BAB (MEMORANDUM) RENCANA

  INVESTASI

  VIII  Ringkasan Konsep dan Skenario Pengembangan Wil Kab. Brebes Arah Pengambangan Wilayah Kabupaten Brebes Scenario Pembangunan InsfrastrukturBidang Cipta Karya Ringkasan dan Rencana Kerja Program Investasi Infrastruktur Rencana Kesepakatan Program Investasi Infrastruktur Bid CK

8.1. Ringkasan Konsep dan Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Brebes

  Konsep penataan ruang wilayah Kabupaten Brebes dikembangkan dengan menggunakan

konsep keterpaduan kota-desa (rural-urban linkage), dengan fokus untuk mengurangi kesenjangan

pembangunan di wilayah Utara-Selatan.

a. Skenario Pengembangan Kawasan Perkotaan

  Skenario pengembangan perkotaan digunakan untuk mengarahkan pengembangan wilayah di Kabupaten Brebes melalui pembagian Satuan Wilayah Pembangunan (SWP). Penentuan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) dilakukan dengan mempertimbangkan pola keterkaitan (linkage) dan kemiripan karakteristik (homogenitas) setiap kawasan.

  

Selain itu, pengembangan ini diharapkan meningkatkan peran kota-kota tersebut menjadi counter-

magnet bagi terjadinya arus urbanisasi yang biasanya menuju ke kota utama maupun ke kota besar di wilayah lain. Peningkatan peran kota-kota yang dikembangkan dapat dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana kota yang dibutuhkan dan sesuai dengan peran fungsi kotanya, disamping juga memberikan sarana-prasarana khusus sebagai penarik aktivitas. Rencana struktur pusat pelayanan di Kabupaten Brebes direncanakan sebagai berikut : 1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi kawasan perkotaan Brebes, kawasan perkotaan

  Ketanggungan, kawasan perkotaan Bumiayu. PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatan- kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. Untuk mendukung fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota PKL direncanakan

  1 memiliki skala pelayanan satu Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) . Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang untuk memiliki pelayanan Kabupaten.

2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi Ibukota Kecamatan (IKK) Tanjung, IKK Jatibarang,

  IKK Wanasari, IKK Bulakamba, IKK Losari, IKK Banjarharjo, IKK Larangan, IKK Songgom, IKK Tonjong, IKK Sirampog, IKK Paguyangan, IKK Bantarkawung, dan IKK Salem. PPK berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, perdagangan dan jasa, serta pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya. Untuk mendukung fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan jasa skala kecamatan. Kota PPK ini direncanakan memiliki skala pelayanan Kecamatan (dalam konteks ini PPK diarahkan juga memiliki skala pelayanan Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP). Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang untuk memiliki pelayanan satu kecamatan atau lebih. 3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), adalah Desa dengan dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa. Pusat-pusat permukiman tersebut berada di Desa

  Bentar Kec. Salem, Desa Kalilangkap Kec. Bumiayu, Desa Dawuhan Kec. Sirampog, Desa Sindangwangi Kec. Bantarkawung, Desa Pamulihan Kec. Larangan, Desa Cikeusal Kidul Kec. Ketanggungan, Desa Bandungsari dan Desa Cikakak Kec. Banjarharjo, Desa Bojongsari Kec. Losari, Desa Sitanggal Kec. Larangan, Desa Banjaratma Kec. Bulakamba, dan Desa Sawojajar Kec. Wanasari. PPL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa. Fasilitas yang harus ada diantaranya adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan maupun perdagangan dan jasa skala kecamatan. Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan pusat pelayanan lingkungan ini dirancang untuk memiliki skala pelayanan beberapa desa atau satu wilayah kecamatan.

1 Skala pelayanan Sub Wilayah Pembangunan (SWP) adalah mampu menjadi pusat pelayanan bagi sebagian wilayah

  kabupaten. Skenario penetapan PKL, PPK, dan PPL adalah untuk menciptakan pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Brebes, sehingga tercipta ppertumbuhan wilayah yang seimbang antara wilayah bagian utara, tengah, dan selatan.

  b. Skenario Pengembangan Kawasan Perdesaan Strategi pengembangan sistem perdesaan adalah untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan pembangunan dengan kawasan perkotaan, pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Brebes dilakukan dengan mengedepankan hubungan antara kegiatan utama kawasan perdesan dan dengan fasilitas-prasarana penunjangnya.

  Kawasan perdesaan diarahkan menjadi tempat transformasi fungsi perkotaan kepada kawasan perdesaan, dan menjadi pusat distribusi dan koleksi sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan. Selanjutnya peningkatan penyediaan infrastruktur dan fasilitas pelayanan untuk meningkatkan intensitas kegiatan perekonomian dan pelayanan, memperkuat keterkaitan (linkage) dengan daerah pusat, sehingga terwujud pemerataan pembangunan. Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Brebes diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah sebagai upaya untuk mencegah kesenjangan. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai dalam membuka potensi-potensi pembangunan bagi wilayah terbelakang. Untuk itu arahan selanjutnya adalah merencanakan pengembangan wilayah pedesaan dengan pemilihan desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan. Desa-desa tersebut menjadi pusat pelayanan lingkungan (PPL) dan sebagai Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa ( KTP2D ) dengan daerah desa-desa sekitar yang menjadi hinterlandnya.

  c. Skenario Pengembangan Kawasan Khusus Penanganan kawasan khusus diarahkan pada pengembangan dan penanganan terhadap kawasan- kawasan dengan karakteristik tertentu/ khusus, yaitu meliputi:

1. Kawasan Pesisir dan Pantai

  Strategi pengembangan dan penanganan kawasan pesisir dan pantai diarahkan pada kesiembangan konservasi dan budidaya. Kawasan ini memiliki karakter ekologi yang spesifik yaitu antara daratan lautan. Kegiatan budidaya yang dikembangkan di kawasan pesisir dan pantai sebaiknya tetap mempertimbangkan keseimbangan ekologi, sehingga jenis satwa dan biota pesisir dan pantai tidak terganggu oleh kegiatan budidaya yang dikembangkan.

  2. Kawasan Bagian Selatan Strategi penanganan kawasan terpencil diarahkan pada kawasan yang lokasinya relatif terpencil yang ditandai dengan terbatasnya sarana dan prasarana trasportasi, dengan penanganan- penanganan sebagai berikut :

 Pengembangan secara intensif potensi sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan;

 Pengembangan prasarana perhubungan yang lebih dapat diandalkan;  Peningkatan hubungan sosial ekonomi dengan pusat kegiatan terdekat.

  3. Kawasan Koridor Jalan Tol Strategi pengembangan dan penanganan kawasan koridor tol diarahkan pada penciptaan akses- akses yang cukup bagi kawasan yang terbelah. Penciptaan akses ini diharapkan tetap akan menjaga kehidupan aktivitas ekonomi/sosial yang sebelumnya ada, sehingga secara ekonomi/ sosial tidak mengganggu aktivitas ekonomi/ sosial masyarakat

  4. Kawasan Perbatasan Strategi pengembangan dan penanganan kawasan perbatasan diarahkan pada penguatan kegiatan perekonomian dan pelayanan di kawasan ini sehingga dapat mengurangi ketergantungan pelayanan dan pasar pada daerah lain, selain dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah di sekitarnya.

8.2. ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BREBES

  Arah pengembangan kawasan strategis di wilayah kabupaten Brebes dibagi menjadi 5 kelompok utama yaitu :

a. Kawasan Strategis Berkembang

  Kawasan strategis berkembang yaitu Kota Brebes, Kota Ketanggungan, Kota Jatibarang, Kota Tanjung dan Kota Bumiayu. Rencana pengembangan dan penanganan kawasan stretegis berkembang ini adalah :

   Pemantapan peranan masing-masing kawasan perkotaan ini dalam pengembangan wilayah Kabupaten Brebes. Pemantapan peran ini dilakukan melalui pengembangan kegiatan yang memiliki keterkaitan antara kawasan perkotaan dan perdesaan (urban rural lingkages)

   Penanganan permasalahan lingkungan perkotaan, seperti :

  Penanganan permasalahan kebersihan, kekumuhan, dan kesemrawutan kegiatan  perkotaan.

  Penanganan permasalahan kesemrawutan lalu lintas.

   Penyediaan jaringan utilitas dan infrastruktur kota;

   Mengembangkan sistem pembiayaan pembangunan kawasan perkotaan dengan

   gabungan swadaya dan dana pemerintah.

  b. Kawasan Perbatasan Rencana pengembangan dan penaganan kawasan perbatasan diarahkan pada penguatan kegiatan perekonomian dan pelayanan di kawasan ini sehingga dapat mengurangi ketergantungan pelayanan dan pasar pada daerah lain, selain dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah di sekitarnya. Kawasan perbatasan yang memerlukan penanganan ini adalah :

   Kota Tegal. Penanganan kawasan perbatasan ini lebih diarahkan untuk mengatur dan mengintegrasikan perkembangan kegiatan komersial dan permukiman.

  • – Perbatasan Kebupaten Brebes dengan Kota Tegal, khususnya perbatasan Kota Brebes

  Perbatasan Kebupaten Brebes dengan Kabupaten Cirebon, khususnya kawasan 

  Perbatasan Kota Losari dan kawasan perbatasan Kersana-Losari-Ciledug. Penanganan kawasan perbatasan ini lebih diarahkan untuk mengatur dan mengintegrasikan perkembangan kegiatan komersial dan permukiman. Perbatasan Kebupaten Brebes dengan Kabupaten Kuningan, khususnya pengembangan

   akses dari Kabupaten Kuningan ke wilayah Kabupaten Brebes melalui peningkatan sarana dan prasarana di desa Cipajang, Bandungsari dan Penanggapan di Kecamatan Banjarharjo, pengembangan ini sekaligus untuk meningkatkan potensi wisata Waduk Malahayu.

  c. Kawasan Perlu Penanganan Lingkungan Kawasan perlu penanganan lingkungan dilakukan untuk melindungi kawasan yang mengalami kerawanan kerusakan ekologis. Kawasan ini khususnya pada wilayah bagian selatan Kabupaten Brebes khususnya yang memiliki kelerengan 25%-40% dan > 40%. Penanganan pada kawasan ini dilakukan melalui kegiatan penghijauan untuk mengurangi bahaya erosi dan longsor. Kawasan- kawasan yang memiliki kelerengan 25%-40% dan > 40% terdapat di Kec. Salem, Kec. Banjarharjo, Kec. Bantarkawung, Kec. Larangan, Kec. Bumiayu, Kec. Mumiayu, Kec. Sirampog dan Kec. Tonjong.

d. Kawasan Perlu Penanganan Khusus

  1. Kawasan terpencil/ stagnan

   Kawasan Salem; kawasan ini memiliki jarak yang jauh dengan pusat-pusat kota utama seperti Kota Ketanggungan dan Kota Bumiayu. Disamping itu kualitas akses dan sistem perangkutan yang menuju ke Salem juga perlu mendapatkan perhatian. Penanganan kawasan Salem terutama dengan peningkatan keterkaitan dengan Kec. Banjarharjo/ Kec. Kersana dan Kec. Bantarkawung/ Kec Bumiayu.

   Kawasan Sirampog; kawasan ini perlu penanganan terutama dengan peningkatan keterkaitan dengan Kota Bumiayu. Peningkatan keterkaitan ini dilakukan melalui peningkatan jalan dan sistem angkutan umum.

  2. Kawasan rawan bencana alam

   Kawasan rawan bencana longsor Kawasan khusus rawan bencana adalah kawasan Bantarkawung dan Salem yang secara rutin terkena tanah longsor. Penanganan pada kawasan ini adalah :  Reboisasi dengan tanaman keras, pembuatan terasering serta pembatasan dan pengawasan ketat terhadap kegiatan budidaya sangat diperlukan untuk menangani lahan rawan bencana tanah longsor.

   Penyuluhan/pelatihan dan pembuatan demplot pada masyarakat sekitar mengenai pengelolaan lahan rawan bencana longsor, percontohan konstruksi penahan/pencegah longsoran, pembangunan talud, dan penataan tebing.

   Kawasan rawan bencana banjir Dalam RTRWP Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Brebes juga ditetapkan sebagai kawasan prioritas penanganan banjir di kawasan pantura. Terjadinya banjir di Kabupaten Brebes terjadi akibat hal-hal sebagai berikut :  Semakin berkurangnya lahan hijau di wilayah bagian selatan  Fungsi sungai/saluran yang kurang optimal akibat sedimentasi, kurangnya perawatan, dan perkembangan peruntukan lahan untuk kegiatan budidaya di kanan-kiri sungai/ saluran  Curah hujan yang tinggi.

  Untuk menangani bencana banjir tersebut maka perlu dilakukan :

   Penghijauan di kawasan lindung dan kawasan penyangga.

 Pengerukan dan normalisasi sungai di wilayah bagian tengah dan utara.

 Penertiban kawasan sempadan sungai dan pantai.  Pembangunan sarana penampung air, baik yang berupa sumur resapan, kolam resapan, embung, dan waduk.

  3. Kawasan Pesisir Kawasan pesisir memiliki karakteristik yang khusus baik dalam perkembangan kegiatan dan biota alamnya. Kawasan pesisir di Kabupaten Brebes terdapat di Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec. Bulakamba, Kec. Tanjung, dan Kec. Losari.

  4. Kawasan Koridor Jalan tol Recana Jalan Tol Trans Jawa khususnya ruas Semarang

  • – Kanci akan melewati wilayah Kabupaten Brebes bagian utara. Sifat jalan tol yang dikembangkan adalah : jalur lintas regional, kecepatan kendaraan tinggi, dan pembatasan terhadap akses masuk (limited acces). Sifat ini sudah tentu menggambarkan bahwa jalan tol yang akan dibangun bukan jenis jalan yang akan membuka daerah/ meningkatkan akses lokal. Untuk itu diperlukan strategi yang spesifik agar daerah yang menjadi rute jalan tol tetap mampu berkembang / berinteraksi dengan daerah lainnya. Salah satu strategi yang bisa dikedepankan adalah dengan memperbesar akses menuju dan keluar dari kawasan sekitar jalan tol yaitu dengan cara membuat jalan yang menghubungkan kawasan tersebut dengan kawasan lain dengan tidak mengganggu fungsi utama jalan tol sebagai jalur lintas cepat. Daerah yang dilewati/ terbelah jalan tol harus dibuat aksesnya melalui pembangunan jalan simpang susun overpass atau underpass. Dengan pembangunan kedua jenis jalan ini maka aktivitas masyarakat di sekitar jalan tol akan dapat terus berjalan tanpa terganggu oleh keberadaan jalan tol, terutama aktivitas masyarakat yang berorientasi perekonomian, sosial, dan budaya. Untuk pemerintah daerah dalam hal ini Bappeda perlu menyusun studi yang berkaitan tata ruang, sosial ekonomi, aksesibilitas terkait dengan pembangunan jalan Tol ini.

e. Prioritas Pengembangan Eksternal Wilayah

  Prioritas pengembangan antar wilayah meliputi pengembangan pertanian sebagai salah satu lumbung padi Jawa Tengah dengan program swasembada dan surplus di bidang pangan, serta produsen besar bawang merah dan cabe. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan kabupaten Brebes sebagai produsen dan Jawa Tengah sebagai wilayah pasarnya dan sebagian Jawa Barat, atau bahkan secara nasional. Prioritas pengembangan antar wilayah secara lokasi pusat pengembangan di Kota Brebes, Bumiayu, Ketanggungan dan Jatibarang yang memiliki aksesibilitas yang mendukung dan juga sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk sementara. Prioritas pengembangan wilayah kabupaten Brebes selain untuk pertanian dapat disebutkan sebagai berikut :  Untuk mendukung limpahan industri dari Cirebon ke Brebes, prioritas wilayah Losari, Ketanggungan dan Tanjung untuk limpahan industri menengah dan besar, Ketanggungan sebagai limpahan perdagangan dan jasa  Bumiayu dan Paguyangan sebagai pintu gerbang bagian selatan untuk menghubungkan dengan kabupaten sekitarnya seperti Cilacap dan Purwokerto  Pengembangan daerah yang berbatasan dengan wilayah Kuningan untuk meningkatkan aksesibilitas menuju ke wilayah Brebes terutama diarahkan ke tujuan wisata Waduk Malahayu dan Banjarharjo dengan meningkatkan sarana dan prasarana di desa Cipajang, Bandungsari dan Penanggapan di Kecamatan Banjarharjo

8.3. SKENARIO PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU/CIPTA KARYA

  Pembangunan infrastruktur adalah bagian integral dari pembangunan kota merupakan salah

satu penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi infrastruktur seperti jaringan jalan, jaringan

transportasi, jaringan drainase, persampahan, sumber daya air dan pelayanan air bersih, jaringan air

limbah serta sarana prasarana lainnya masih belum mengimbangi perkembangan dinamika masyarakat

terutama diwilayah pengembangan. Berkurangnya kualitas infrastruktur dan tertundanya pembangunan

infrastruktur akan memperlambat perekonomian daerah.

  Kebijakan pembangunan sarana prasarana dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berbasis kewilayahan atau komunitas. Partisipasi masyarakat menjadi penentu keberhasilan

pembangunan sarana dan prasarana. Program pengembangan perumahan dan permukiman baik di

kawasan perkotaan maupun pedesaan; penataan bangunan dan lingkungan; penyehatan lingkungan

permukiman dibidang persampahan, air limbah, air bersih, dan drainase akan menjadi kunci penting lima

tahun mendatang.

8.4. RINGKASAN DAN RENCANA KERJA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR No Isu/Permasalahan Tujuan/Sasaran Pendekatan/ Kebijakan Program Ruang Lingkup Kegiatan Output/Outcome Performance Asumsi dan Per Kawasan Strategi

  Indicator Resiko Pembangunan

  1. Pengembangan Peraturan tentang Pengembangan Peningkatan Penataan kawasan

   Kurangnya  Pengembangan  Bantuan Rumah Susun  Penataan Prasarana dan kawasan pengembangan kawasan Kawasan Sederhana Sewa Prasarana dan Sarana yang disesuaikan Lingkungan Sarana perumahan dan perumahan dan Perumahan dan Permukiman Perumahan dan dengan rencana perumahan

   Bantuan Rumah Khusus pembangunan permukiman untuk permukiman Permukiman yang Perkotaan melalui Permukiman tata ruang wilayah dan Nelayan dan PSD perumahan dan peningkatan telah disesuaikan program permukima

  Perumahan dan Permukiman kesejahteraan dengan RTRW RUSUNAWA n yang

  Permukiman permukiman masyarakat Kabupaten Brebes (Rumah Susun tidak sesuai

  Sederhana Sewa) rencana

   Bantuan Relokasi Pasca  Belum tersedianya tata ruang

  Bencana Alam lahan perumahan  Pengembangan wilayah dan permukiman

  Kawasan  Bantuan Rumah untuk RUSUNAWA,

  Permukiman Sederhana Sehat  Peran serta dan RSH

  Perkotaan melalui masyarak

   Penyusunan DED program RSH (Rumah Sederhana  Penyediaan Lahan Sehat)  Operasional dan

   Pengembangan Pemeliharaan Kawasan Kumuh  Pembangunan Prasarana dan Sarana Perumahan dan Permukiman

  2. Keterbatasan Pembangunan Penyusunan KTP2D terdiri Pengembangan Berkembangny

   Penyusunan  Mengetahui kondisi alamiah wilayah KTP2D (Kawasan dari desa cepat Kawasan Master Palan prakiraan a desa kecamatan, pedesaan secara Terpilih Pusat berkembang dan Permukiman Kawasan DPP kebutuhan terbelakang/ sehingga mandiri Pertumbuhan desa tertinggal Pedesaan sarana dan tertinggal  Pembangunan pertumbuhan Desa) prasarana

  Prasarana dan pembangunannya kawasan

  Sarana Kawasan menjadi sangat sehingga dapat

  DPP lambat mendorong pengembangan potensi desa

   Hal

  VIII - 9

   Hal

  4.

  Penataan bangunan yang disesuaikan dengan tata ruang wilayah

   Perda Bangunan gedung  Tertatanya lingkungan sesuai tata ruang  Peran serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan

   Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)  Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)  Pendataan Bangunan Gedung  PNPM Perkotaan  Penataan Ruang Terbuka Hijau  Perda RTBL

   Meningkatka n kualitas lingkungan Kabupaten Brebes  Mengembang kan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi  Pembinaan Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan  Penataan Lingkungan permukiman  Bantuan Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan  Diseminasi Peraturan/ Per- UU-an (RTBL)

   Pembinaan Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan  Penataan Lingkungan permukiman  Bantuan Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan  Meningkatka n pembinaan penataan bangunan gedung

   Kurangnya ruang terbuka hijau di Kabupaten Brebes  Tidak sesuainya jarak antar bangunan dan sempadan bangunan yang telah dengan standart- standart yang telah ditetapkan Penataan bangunan lingkungan

   Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Agropolitan  Pembangunan Gapura Kawasan Agropolitan  Pembangunan jalan poros kawasan agropolitan Peningkatan daya saing wilayah

  VIII - 10 No Isu/Permasalahan Per Kawasan Tujuan/Sasaran Pendekatan/ Strategi Pembangunan Kebijakan Program Ruang Lingkup Kegiatan Output/Outcome Performance Indicator Asumsi dan Resiko

  Pengembangan Kawasan Agropolitan

  Pengembangan kawasan agropolitan yang telah disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Brebes Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana dasar/pertanian

  Peningkatan sarana dan prasarana pertanian.

  Pemerataan pembangunan wilayah

  3. Kurang optimalnya sarana pendukung pada Kawasan Agropolitan di Kabupaten Brebes

   Merumuskan kebijaksanaan pembangunan pedesaan

   Penyimpa ngan peratura n daerah  Penataan Lingkung an dan Gedung yang tidak sesuai tata ruang  Peran serta masyarak at kurang

  No Isu/Permasalahan Tujuan/Sasaran Pendekatan/ Kebijakan Program Ruang Lingkup Kegiatan Output/Outcome Performance Asumsi dan Per Kawasan Strategi Indicator Resiko Pembangunan

  pengembang (RTH) an  Peningkatan Kabupaten sarana dan

  Brebes prasarana di lingkungan perumahan

  5. Cakupan Kurangnya

   Meningkatny  Pemenuhan  Pemenuhan

  1. Fisik  Peningkatan  Peningkatan  Jumlah pelayanan a pelayanan kebutuhan kebutuhan sarana pengumpul sarana dan timbulan kesadaran

  2. Non Fisik sampah di sampah baik prasarana prasarana seperti becak dan prasarana sampah masyarakat kabupaten Brebes areal dan sarana dan sarana gerobak sampah persampahan terkurangi masih relatif pelayanan persampahan persampahan sehingga

   Peningkatan  Cakupan kecil. Hal ini maupun terjadinya sarana pelayanan

   Peran serta  Sosialisasi disebabkan volume peningkatan masyarakat Pengelolaan penampung meningkat karena kurangnya sampah yang teknik dalam Sampah seperti bak TPS, sarana dan terangkut. operasionalan

   Adanya pengelolaan Berbasis kontainer, dan prasarana pengelolaan peran serta sampah Masyarakat transfer depo.  Adanya persampahan sampah masyarakat peningkatan dengan sehingga tidak

   Pengadaan sarana dalam dari sarana menerapkan  Kesadaran optimalnya teknik pengangkutan pengelolaan angkutan teknologi masyarakat operasional sampah sampah. tepat guna akan

   Peningkatan persampahan. pengolahan fasilitas, sarana

   Adanya sampah dan prasarana peningkatan meningkat dasar TPA untuk Tempat

   Pengolahan pengolahan sampah pada sampah baik sumbernya di TPS

   Sosialisasi maupun di pengolahan

  TPA sampah berbasis komposting

   Sosialisasi pengolahan sampah berbasis daur ulang

   Hal

  VIII - 11

  No Isu/Permasalahan Tujuan/Sasaran Pendekatan/ Kebijakan Program Ruang Lingkup Kegiatan Output/Outcome Performance Asumsi dan Per Kawasan Strategi Indicator Resiko Pembangunan

  6. Sebagian daerah Terciptanya  Peningkatan Sistem  Peningkatan  Program  Kondisi saluran  Berkurangny Kurangnya di Kabupaten sistem kapasitas perencanaan kapasitas pembangunan dan drainase a daerah- kesadaran Brebes mendapat perencanaan saluran sistem drainase saluran tersier rehabilitasi semakin baik daerah yang masyarakat pelayanan sistem drainase drainase yang terpadu drainase berlokasi dan dapat berpotensi dalam

   Sosialisasi drainase kurang yang terpadu di primer , di Kec. Brebes, berfungsi terjadi perawatan

  Pengembangan baik sehingga Kabupaten sekunder, Kec. Larangan, secara optimal genangan dan Drainase berpotensi terjadi Brebes dan tersier Kec. Bumiayu, pemelihara Berwawasan  Berkurangnya  Terbentukn genangan salah

  Kec. Jatibarang, an saluran Lingkungan di luas genangan ya MDG

   Rehabilitasi satunya Kec. drainase drainase Permukiman disebabkan

  Ketanggungan,  Adanya MDG  Berkurangny karena tingginya Kec. Salem, Kec.

   Studi a timgkat sedimentasi

  Losari, Kec. Pengembangan kehilangan

  Bantarkawung, Sistem Bio Pori air

  Kec. Paguyangan, di Kawasan Kec. Sirampog,

  Perumahan Kec. Tonjong

  Permukiman  Sosialisasi Pengembangan Drainase Berwawasan Lingkungan di Permukiman  Studi Pengembangan Sistem Bio Pori di Kawasan Perumahan Permukiman Penyediaan

  Tercukupinya Peningkatan Keterbatasa  Sebagian desa  Pemenuhan  Adanya  Penyediaan  Penyediaan PSD 7. mengalami kebutuhan peningkatan sarana dan Sarana dan Air Minum di kebutuhan air kebutuhan air n jumlah bencana air bersih akses air prasarana air Prasarana Air beberapa bersih pada bersih di dan mutu kekeringan air baik di minum minum Minum kecamatan daerah-daerah daerah rawan mata air bersih perkotaan perpipaan  Penyediaan PSD rawan air kekeringan air maupun di

  Air Minum IKK  Kurangnya  Menurunkan sarana dan pedesaan tingkat  Perpipaan air prasarana air kehilangan bersih

   Peningkatan bersih di pelayanan air air  Penyediaan sumur

   Hal

  VIII - 12

   Hal

  VIII - 13 No Isu/Permasalahan Per Kawasan Tujuan/Sasaran Pendekatan/ Strategi Pembangunan Kebijakan Program Ruang Lingkup Kegiatan Output/Outcome Performance Indicator Asumsi dan Resiko

  beberapa pedesaan sehingga masyarakat kurang mendapatkan pelayanan air bersih bersih perpipaan di perkotaan dalam

   pengembangan dan optimasi SPAM  PAMSIMAS 8.

   Masih rendahnya rumah tangga khususnya rumah tangga miskin yang menggunakan PS Air Limbah  Meningkatka n peran serta masyarakat dalam pengolahan air limbah  Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana air limbah  Pelibatan masyarakat dalam pengolahan air limbah

  Penyediaan sarana dan prasarana air llimbah

   Layanan Sistem On Site  Layanan Sistem Off Site  Penyediaan PS Sanitasi (Sanimas)

   Penyediaan PS PS Sanitasi AMPL (3R)

   Penyediaan PS Penyehatan Lingkungan

   Meningkatnya prasarana dan sarana air limbah  Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan PS Air Limbah Peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengolah air limbah dan pentingnya penggunaan PS Sanitasi Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya PS Sanitasi dari karakteristi k sosial budaya masyarakat

  

8.5. RENCANA KESEPAKATAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PU/ CIPTA

KARYA

PROGRAM KERJA

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  

( R P I J M )

K A B U P A T E N B R E B E S

P R O V I N S I J A W A T E N G A H

Nomor : ...... ...................

  

Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah ditetapkan

pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Penyediaan infrastruktur permukiman menjadi kewenangan wajib bagi Pemerintah

Kabupaten/Kota, sehingga lebih mendekatkan antara pengambil kebijakan dengan masyarakat

pengguna insfrastruktur permukiman.

Menghadapi dinamika perubahan yang terjadi dalam masyarakat, kami menyadari bahwa diperlukan

keselarasan dalam cara pandang atau paradigma dalam pengembangan infrastruktur permukiman

secara komprehensif yang terintegrasi baik dalam konteks kewilayahan maupun dalam keterkaitannya

dengan pengembangan sektor lain dalam konstelasi pembangunan regional dan nasional yang

berkelanjutan. Untuk itu, kami menyepakati untuk melakukan konsolidasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang PU/Cipta Karya tahun

2010 – 2014.

  

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada hari ini tanggal bulan Desember tahun Dua

Ribu Sepuluh (...../12/2010) bertempat di Kota Brebes, kami sepakat untuk saling mendukung dalam

Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya pada Tahun 2010

  • – 2014 sebagaimana terlampir.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang PU/Cipta Karya tahun 2010 – 2014

ini pada dasarnya dapat dilanjutkan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan yang

ada pada tahun-tahun berikutnya.

  

Demikian Program Kerja ini kami buat berdasarkan kepedulian kami dalam upaya-upaya percepatan

pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya yang berkelanjutan.

  Direktur Jendral Cipta Karya Ketua DPRD Bupati, Kementerian Pekerjaan Umum Kabupaten Brebes Wakil Bupati Brebes Ir. Budi Yuwono PS, Dipl.SE.

H. Illia Amin, SH, MM.Pd Agung Widyantoro, SH, M.Si

  NIP. 110 020 173