DOCRPIJM 1501312564Bab 5 RIPJM Keterpaduan Strategi Pengembangan

TAHUN 2015-2019 KETERPADUAN STRATEGI BAB PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA

5 Bab 5 RPI2-JM Bidang Cipta Karya berisikan keterpaduan strategi

  pengembangan kabupaten/kota berdasarkan arahan kebijakan Daerah yang ada, antara lain arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) Kabupaten/Kota, serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK).

TAHUN 2015-2019

  5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BUTON

  Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buton yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

  Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Buton (KSK) yang didasari sudut kepentingan: i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

  b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

  a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

  b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

  c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

  d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

TAHUN 2015-2019

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Buton Untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

  (1) (2)

  Kawasan Permukiman Perkotaan : Rencana sistem Pusat Pelayanan Perkotaan :

  • - Diarahkan untuk mengisi kawasan - Suatu rangkaian interkoneksi antar pusat-pusat

    belum terbangun di ibukota kegiatan perkotaan dengan hierarki sesuai jenis

    Kecamatan terutama pada pusat-pusat dan skup pelayanannya berupa Pusat Kegiatan

    wilayah pengembangan; Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

    yang skup pelayanannya Provinsi, serta Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang skup pelayanannya dikabupaten serta pusat-pusat kegiatan pada hierarki dibawahnya seperti PPK dan PPL; Pengarahan pemanfaatan ruang - perkotaan ditinjau agar struktur ruang linier disetiap ibukota kecamatan

  Rencana sistem Perdesaan : diubah menjadi struktur ruang konsentris yang lebih terpadu dan kompak; Secara bertahap agar dilakukan -

  Rencana pengembangan sistem pusat -

penyusunan Rencana Detail Tata permukiman perdesaan di 21 (Dua Puluh Satu)

Ruang kawasan ibukota Kabupaten, kecamatan dan 207 Desa meliputi :

sedangkan untuk ibukota kecamatan hanya untuk yang berfungsi bagian dari kawasan strategis Kabupaten (KSK), yang mempunyai perkembangan perkotaan yang pesat.

  • Peningkatan sarana dan prasarana -

  Pengembangan kawasan permukiman permukiman, terutama sarana sosial, perdesaan; air bersih, drainase, limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi.

TAHUN 2015-2019

  Pengembangan sistem transportasi Kawasan Permukiman Perdesaan : perdesaan;

  • Lebih mengkonsentrasikan Pengembangan sarana dan prasarana - pemukiman pedesaan pada kelompok permukiman perdesaan. pemukiman perkampungan yang sudah ada, agar tidak terjadi penyebaran permukiman secara sporadik yang mengakibatkan penggunaan lahan dan penyediaan infrastruktur menjadi tidak efisien; Pengembangan desa pusat - Pengelolaan kawasan perdesaan di Kabupaten - pertumbuhan; Buton diprioritaskan pada peningkatan aksebilitas kewilayah-wilayah belakang melalui pengembangan jaringan jalan, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan serta penetapan pusat-pusat pengumpul/akumulasi bagi hasil-hasil pertanian, dan peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi.

  Peningkatan aksebilitas antara - kawasan permukiman dan kawasan pertanian; Peningkatan sarana dan prasarana - permukiman; Untuk mengantisipasi perkembangan - kawasan terbangun/permukiman sebagai implikasi dari pembangunan jalan pantai barat, yang tentu akan merangsang perkembangan disekitarnya karena kasebilitasnya yang tinggi , maka kawasan terbangun permukiman perlu diarahkan agar perkembangannya tidak sporadik.

TAHUN 2015-2019

Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK)

  

Berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGI SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN KABUPATEN / KOTA

  (3) (2) (1)

5 KSK dari sudut Pertumbuhan Ekonomi : kepentingan pertumbuhan Ekonomi :

  • KSK Cepat Tumbuh Sektor Industri, pertanian Kec. Pasarwajo/ berbatasan

    (Ibukota) Pasarwajo (agroindustri) dan sektor lain langsung dengan laut Flores dan

    yang terkait. Laut Banda - KSK Wamengkoli dan Sektor perhubungan dan jasa Kec. Lakudo/berbatasan dengan

    sekitarnya; melalui peningkatan infrastruktur Pulau Buton, Kab. Muna dan Kota

    pelabuhan Bau-Bau.

  Mencakup Wilayah Selatan Pulau Perikanan tangkap, perkebunan Buton (Kec. Batauga, Lapandewa, (jambu mete dan jati), dan

  • KSK Batauga dan Batu atas, Sampolawa, siompu pertambangan (aspal, biji besi, sekitarnya; dan Kadatua).

  fosfat dan golongan C) Sektor unggulan pertanian Meliputi wilayah Kec. Kapontori- dalam arti luas (pertanian & Kec. Lasalimu/berbatasan dengan perikanan), pusat Kab. Wakatobi. penyeberangan Kab. Buton-

  • KSK Kamaru dan Wakatobi, serta bagian KSK sekitarnya; Provinsi sebagai pusat kawasan Industri Pertambangan (PKIP) Kapontori-Lasalimu (POKOLIMU). Pusat pengembangan sektor Kec. Mawasangka/berbatasan pertanian dalam arti luas dengan kec. Talaga, Kab. (perkebunan unggulan & Bombana dan Selat Muna.

  perikanan) dan sebagai kawasan - KSK Mawasangka dan penghubung jalur barat (Kab. sekitarnya. Bombana-Teluk Bone).

TAHUN 2015-2019

2 KSK dari sudut Kepentingan Daya Dukung Lingkungan : Daya dukung lingkungan :

  • KSK Suaka Margasatwa Lambusango; Sektor pariwisata Kec. Kapontori – Lasalimu - KSK Cagar Alam Kakinauwe. Sektor pariwisata Kec. Lasalimu.

Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi RTRW Kabupaten Buton terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya No. USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI MERUPAKAN KSK (YA/TIDAK) SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANAN (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  2 Pengembangan Jaringan Air Minum Pasarwajo Tidak APBD Kab.,

  APBD Provinsi & BUMD Dinas PU, Pemprov dan PDAM

  3 Pengembangan dan Penataan Permukiman Lakudo, Laompo,

  Ruang & Kemen PU

  Kabupaten & APBN Dinas PU & Tata Ruang

  4 Pengembangan jaringan perpipaan Air Minum

  Lakudo, Laompo, Mambulu, Lombe, Mawasangka.

  Tidak APBD Kabupaten & /BUMD Dinas PU dan

  PDAM

  

Kabupaten Buton Tidak APBD

Kabupaten dan APBN Dinas PU , Tata

  1 Pembangunan Perumahan dan Kawasan permukiman

  Mambulu, Lombe, Biwinapada, Kamaru, Mawasangka dan Mataumpana Tidak APBD

TAHUN 2015-2019

  Tidak APBD Kabupaten & APBN

  Dinas PU & BPLH

  Tidak APBD Kabupaten & APBN

  13 Pementapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHP) Kabupaten Buton

  Tidak APBD Kabupaten Dinas PU & BPLH

  12 Pementapan Sempadan Sungai Kabupaten Buton

  Tidak APBD Kabupaten Dinas PU, Dishut dan DKP

  11 Pementapan Sempadan Pantai Kabupaten Buton

  Tidak APBD Kabupaten Dinas PU

  10 Penyusunan Rencana Induk Air Bersih, Rencana Induk Drainase dan Rencana Induk Air Limbah Kabupaten Buton

  Dinas PU, BPLH

  5 Perencanaan Pengembangan TPA Kaumbu Kec. Wolowa

  Tidak APBD Kabupaten & APBN

  Dinas PU & BPLH

  APBD Kabupaten Buton dan APBD Provinsi

  Setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Tidak

  8 Pengembangan Prasarana Air Limbah Domestik

  APBD Kabupaten Buton Dinas PU

  Setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Tidak

  7 Peningkatan dan pengembangan drainase Perkotaan

  APBD Kabupaten Buton Dinas Kebersihan

  Setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Tidak

  6. Perencanaan Pengembangan TPS dan Prasarana Persampahan lainnya.

  Dinas Kebersihan

  9 Perencanaan Prasarana Pengolahan Air Limbah dirumah Sakit dan Kawasan Pertambangan Kabupaten Buton

  TAHUN 2015-2019 MERUPAK SUMBER No USULAN PROGRAM AN KSK

INSTANSI LOKASI PENDANAA

  

. UTAMA (YA/TIDAK PELAKSANAN

N ) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  

1 Penyediaan sarana, Kabupaten Tidak APBD Dinas PU , Tata

prasarana dan utilitas Buton Kabupaten Ruang umum Perumahan dan APBN dan kawasan Permukiman

  

2 Pengembangan Kabupaten Tidak APBD Kab., Dinas PU, Dinas

sarana dan prasarana Buton APBN Pariwisata &

penunjang pariwisata

  Kemen. PU

  3 Penyediaan prasarana Kabupaten Tidak APBD Dinas PU,

penunjang kegiatan Buton Kabupaten, Distamben,

industri (jaringan APBN, BUMN Dishub, PLN,

jalan, energi, & Swasta Kemen PU,

telekomunikasi, air

  Pertamina, & baku dan utilitas) Telkom

  4 Pengembangan Laompo dan APBD sarana dan prasarana sekitarnya Kabupaten Ya Dinas PU penunjang (Pertanian

  & Perikanan)

  5 Pengembangan Kamaru dan APBD sarana dan prasarana Sekitarnya Kabupaten

penunjang Kawasan Ya Dinas PU

Industri Pertambangan

  6. Pengembangan Mawasangka APBD sarana dan prasarana & sekitarnya Kabupaten

penunjang Ya Dinas PU

Perkebunan & Perikanan

  7 Pengembangan Pasarwajo APBD sarana dan prasarana Kabupaten Ya Dinas PU penunjang (Kawasan

  Strategis Perkotaan)

TAHUN 2015-2019

  5.2 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

  5.3. ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

  Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa :

  pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

TAHUN 2015-2019

  Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten Buton.

5.4. ARAHAN RISPAM KABUPATEN BUTON

5.4.1 Rencana Sistem Pelayanan

  Sistem pelayanan yang akan dilakukan untuk pengembangan adalah tetap menggunakan sistem pelayanan IKK dengan daerah-daerah pelayanannya. Masing-masing sumber air baku melayani beberapa daerah pelayanan dalam satu unit IKK. Contohnya pada unit IKK Pasarwajo yang dilayani oleh dua sumber air baku yaitu mata air Impoli dan mata air Lambeang Pangulu.

  a. Mata air Limpoli, debit 100 lt/det melayani : Kel. Saragi = 153 SR, Kel.

  Pasarwajo = 434 SR, dan Kel. Kambula bulana = 482 SR

  b. Mata air Lambeang Pangulu, debit 24 lt/det melayani : Desa Banabungi 158 SR, Desa Laburunci 244 SR, Kel. Awainulu 165 SR, Kel. Kombeli 344 SR, Kel.

  Takimpo 113 SR, Kel. Wagola 55 SR. Untuk meningkatkan sistem pelayanan air minum yang telah ada maka direncanakan untuk membuat Instalasi Pengolahan Air (IPA). Sesuai dengan RAPERDA 2012, untuk sistem jaringan perpipaan akan dibangun

  IPA yaitu :

  1. Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Pasarwajo, bersumber dari mata air Labeapangulu di Desa Banabungi Kecamatan Pasarwajo;

  2. IPA Wakoko di Kecamatan Pasarwajo, bersumber dari Sungai Wakoko;

  3. IPA Matawine di Desa Matawine Kecamatan Lakudo, bersumber dari Mata Air Matawine;

TAHUN 2015-2019

  4. IPA Watulea di Kecamatan Gu, bersumber dari Mata Air Watulea;

  5. IPA Tolandona di Kecamatan Sangia Wambulu, bersumber dari mata air Bungi di Kota Baubau;

  6. IPA Mawasangka di Kecamatan Mawasangka, bersumber dari Goa Kaoo di Kecamatan Mawasangka; dan

  7. IPA Batauga di Kecamatan Batauga, bersumber dari Sungai Kabura Buranga.

  Sedangkan untuk jaringan non perpipaan, yaitu pemanfaatan sumber air baku untuk air minum secara langsung melalui :

  1. Sungai Malaoge di Kecamatan Lasalimu Selatan;

  2. Sungai Winto di Kecamatan Siontapina; 3. mata air di Kecamatan Pasarwajo, meliputi mata air Larumusu di

  Kelurahan Kombeli, mata air Laburunci di Desa Laburunci, mata air Wandingi di Kelurahan Pasarwajo, mata air Lakua di Desa Banabungi, mata air Pocuncui di Kelurahan Awainulu, mata air Sangia Waode di Kelurahan Takimpo, mata air Eentoowa di Kelurahan Takimpo, dan mata air Kasosona di Kelurahan Wagola;

  4. mata air di Kecamatan Wabula, yaitu mata air Topa; 5. mata air di Kecamatan Sampolawa, yaitu mata air Tira di Desa Tira; 6. mata air di Kecamatan Lapandewa, yaitu mata air Lakaliba di Desa

  Lakaliba; 7. mata air di Kecamatan Siompu, meliputi mata air Biwinapada di Desa

  Biwinapada dan mata air Wakinamboro di Desa Lalole; 8. mata air di Kecamatan Siompu Barat, yaitu mata air Mbanua di Desa

  Mbanua; 9. mata air di Kecamatan Kadatua, yaitu mata air Uwemasi di Desa Kaofe; 10. mata air Kecamatan Lakudo, yaitu mata air di Desa Matawine; 11. mata air di Kecamatan Gu, meliputi mata air Rahia di Desa Rahia; 12. mata air di Kecamatan Lasalimu, meliputi mata air Malaoge di Desa

  Malaoge dan mata air Madongka di Desa Madongka; 13. mata air di Kecamatan Mawasangka Tengah, meliputi mata air Langkomu di Desa Langkomu dan mata air di Desa Katukotobari; 14. mata air di Kecamatan Mawasangka Timur, meliputi mata air Bungi di

  Desa Batubanawa, mata air Wambuloli di Desa Wambuloli, mata air Mbela-bela, dan mata air Watorombe di Desa Waturombe;

  15. mata air di Kecamatan Kapontori, yaitu mata air di Desa Tuangila;

TAHUN 2015-2019

  16. sumur dangkal tersebar di seluruh wilayah Daerah, kecuali Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa; dan

  17. penampungan air hujan swakelola masyarakat tersebar pada tiap desa di Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa (Desa Lapandewa dan Desa Gaya Baru).Jaringan non perpipaan melalui bak penampungan air hujan untuk melayani daerah yang tidak mempunyai sumber mata air di Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa.

5.4.2 Rencana Pengembangan SPAM

  • – Rencana pengembangan jangka pendek yaitu untuk pengembangan 2013 2015 adalah sebagai berikut :

  a. Kecamatan Lasalimu Selatan belum mendapat pelayanan air minum sehingga direncanakan untuk menggunakan sumber air baku dari Sungai Malaoge di Kecamatan Lasalimu Selatan, dengan rencana debit pengambilan sebesar 20 lt/det. Proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Lasalimu ditunjukkan pada Tabel berikut,

Tabel 5.4.

  

Proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Lasalimu Selatan

Proyeksi 2010 2013 2015 2020 2025 2030

Laju Pertumbuhan -1.63% -1.63% -1.63% -1.63% -1.63% -1.63%

Penduduk

Jumlah Penduduk 12,815 12,199 11,236 9,533 7,451 5,363

  4.85

  6.09

  7.25

  6.49 4.68 - Total Kebutuhan Air Sumber: Perhitungan proyeksi berdasarkan data BPS 2011

  Dari table proyeksi kebutuhan air di atas terlihat bahwa debit Sungai Malaoge 20 lt/det masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air minum penduduk Lasalimu Selatan sampai tahun 2030.

  b. Kecamatan Siontapina belum mendapat pelayanan air minum sehingga direncanakan untuk menggunakan sumber air baku dari Sungai Winto.

  Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk besarnya debit Sungai Winto. Proyeksi kebutuhan air penduduk Siontapina ditunjukkan pada tabel berikut.

  TAHUN 2015-2019

Tabel 5.5.

  

Proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Siontapina

Proyeksi 2010 2013 2015 2020 2025 2030

Laju Pertumbuhan Penduduk

  • 1.89% -1.89% -1.89% -1.89% -1.89% -1.89%

    Jumlah Penduduk 12,167 11,490 10,455 8,630 6,482 4,426

    Total Kebutuhan Air -

  

4.15

  5.66

  6.56

  5.65

  3.87 Sumber: Perhitungan proyeksi berdasarkan data BPS 2011

  Berdasarkan tabel proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Siontapina, menunjukkan bahwa debit sumber air baku harus berkisar 10 lt/det atau lebih (perlu penyelidikan lebih lanjut).

  c. Untuk melayani kebutuhan air di Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa yang belum mendapat pelayanan air minum dan tidak mempunyai sumber air, maka direncanakan untuk membuat penampungan air hujan dan menggunakan sumur dangkal.

  d. Untuk memenuhi kebutuhan air di Kecamatan Mawasangka Tengah direncanakan menggunakan sumber air baku dari mata air Langkomu di Desa Langkomu dan mata air di Desa Katukotobari; dan untuk Kecamatan Mawasangka Timur, direncanakan menggunakan mata air Bungi di Desa Batubanawa, mata air Wambuloli di Desa Wambuloli, mata air Mbela-bela, dan mata air Watorombe di Desa Waturombe;

  Selain itu direncankan juga penekanan penurunan kehilangan air pada sistem perpipaan sesuai standar pelayanan bidang air minum dan perluasan jaringan pelayanan di seluruh kecamatan. Rencana jangka panjang (2016-2030) pengembangan SPAM di Kabupaten Buton adalah pembangunan IPA disetiap unit IKK yaitu:

  1. IPA Pasarwajo di Kecamatan Pasarwajo untuk melayani Kecamatan Pasarwajo;

  2. IPA Wakoko di Kecamatan Pasarwajo untuk melayani Kecamatan Pasarwajo;

  3. IPA Matawine di Desa Matawine Kecamatan Lakudo untuk melayani Kecamatan Lakudo;

  4. IPA Watulea di Kecamatan Gu untuk melayani Desa Watulea dan Bombonawulu;

TAHUN 2015-2019

  5. IPA Tolandona di Kecamatan Sangia Wambulu untuk melayani Desa Baruta dan Tolandano;

  6. IPA Mawasangka untuk melayani Kecamatan Mawasangka; dan 7. IPA Batauga untuk melayani Kecamatan Batauga.

  Selain itu juga membangun bendung Daerah dalam rangka penyediaan air baku, yaitu terdiri atas: a. rencana Bendung Lasalimu di Kecamatan Lasalimu; dan b. rencana Bendung Wakalambe di Kecamatan Kapontori.

  Untuk lebih jelasnya rencana jaringan 1 dan 2 sesuai pentahapan pelayanannya dapat dilihat pada gambar berikut

TAHUN 2015-2019

  Sungai Malaoge, 20 lt/det Sungai Winto min 10 lt/det Penampungan air 1. mata air Langkomu hujan 2. mata air Katukotobari 1. mata air Bungi 2. mata air Wambuloli 3. mata air Mbela-bela 4. mata air Wambuloli

  TAHUN 2015-2019 Gambar 5.2.

  Rencana Pengembangan SPAM Kabupaten Buton Rencana Jangka Pendek Tahun 2013

  • – 2015 1.
  • 2. IPA Pasarwajo

      IPA Wakoko

    TAHUN 2015-2019

    5.4.3 Penurunan Tingkat Kebocoran

      5.4.3.1 Penurunan Kebocoran Teknis

      Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:  Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang  Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik  Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan  Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan  SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan  SOP untuk O&M perpipaan

      5.4.3.2 Penurunan Kebocoran Non Teknis

      Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:  Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian airnya  Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan  Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur 5.4.4.

       Tingkat Pelayanan

      Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya tingkat pelayanan diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM dalam pemenuhan kebutuhan air minum.

    TAHUN 2015-2019

      Dalam penentuan tingkat pelayanan air minum di masing-masing kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah pelayanan, diproyeksikan berdasarkan persentase tingkat pelayanan eksisting. Proyeksi tingkat pelayanan PDAM pada akhir periode (2032) mengacu pada target MDG’s, yakni sebesar 80% tingkat pelayanan Kabupaten Buton, dengan tingkat pelayanan per-5 tahun secara bertahap seperti di tabel berikut :

    Tabel 5.6 Rencana tingkat pelayanan

      Tahun Tingkat pelayanan 2010 (eksiting) 8% 2015 50% 2020 70% 2025 80% 2030 80%

      Kehilangan Air Kebocoran atau kehilangan air didefinisikan sebagai air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Besarannya dinyatakan dalam presentase antara air yang hilang dengan air yang didistribusikan, dihitung dengna formula sebagai berikut :

      = ( − )/

      Dimana : KA = Kehilangan Air Ad = Air Terdistribusi At = Air Terjual (memberikan revenue)

      Sesuai dengan definisi bahwa kehilangan air adalah air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Maka pada dasarnya terdapat kebocoran air yang sebenarnya tidak hilang secara fisik. Air tersebut tetap dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Oleh karena itu, sifat kehilangan air dalam suatu SPAM dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu kehilangan air secara berupa air yang benar-benar hilang tidak

    TAHUN 2015-2019

      termanfaatkan, serta kehilangan air secara non fisik berupa kehilangan pendapatan PDAM akibat adanya pemakaian air yang tidak tertagih. Kehilangan jenis kedua ini biasa juga disebut kehilangan air komersial. Ilustrasi kehilangan air dalam suatu SPAM disajikan pada Gambar berikut.

      Air Bersih yang diproduksi Kehilahan Air secara Air Bersih yang dikonsumsi Kehilahan Air secara Fisik Air Bersih yg tercatat dalam Air Bersih yg Melalui Meteran Meteran Komersial Sambungan Air Bersih Pendapatan dari air secara tidak sah / gelap Bersih Pemakaian Air Bersih oleh Publik yang tidak melalui meteran Pemakaian Air Bersih yang tidak tercatat dalam meteran Air Bersih yang tidak tertagih atau Kebocoran tidak terbayar Tercatat dalam Meteran, Tertagih dan terbayar

    Gambar 5.3 Diagram kehilangan air dalam sistem penyediaan air minum

    TAHUN 2015-2019

      5.5 ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) DI KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN/KOTA (RTBL KSK)

      Sesuai dengan table 3.7 Kawasan Strategis Kabupaten pada Bab III, maka arahan RTBL KSK adalah di Kota Pasarwajo sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Buton.

    5.6.1. Tema Pengembangan Kawasan Perencanaan

      Dari kondisi eksisting dan rencana pengembangan kawasan, maka secara umum tema kegiatan yang dapat dikembangkan dalam kawasan perencanaan antara lain :  Perdagangan dan jasa (formal dan informal - tradisional)

      Tema kegiatan perdagangan dikembangkan dengan mempertimbangkan arahan fungsi kawasan perencanaan secara umum sebagaimana tertuang dalam RTRW Kabupaten Buton. Pengembangan kegiatan ini dilakukan melalui penyediaan ruang ruang untuk kegiatan perdagangan baik yang formal maupun informal, baik yang modern maupun yang tradisional.  Rekreasi /wisata

      Dengan mengintroduksi kegiatan perdagangan yang ada maka orientasi kegiatan perdagangan tidak hanya pada upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun juga untuk pengembangan kegiatan rekreasi (rekreasi belanja serta kegiatan rekreasi luar ruang dengan memanfaatkan publik open space yang akan dikembangkan, gedung pertunjukan seperti karouke, dll). Selain itu tema wisata ini juga dipadukan dengan pengembangan ruang terbuka disepanjang tepi pantai kawasan perencanaan.  Sosial - budaya

      Pengembangan kegiatan sosial budaya diimplementasikan pada pengembangan kegiatan permukiman dan fasilitasnya di dalam kawasan perencanaan. Selain itu juga kegiatan budaya dengan mengembangkan ruang pertunjukan seni budaya

       Industri Pengembangan kegiatan industri dilakukan sehubungan arahan RTRW kabupaten Buton untuk mengalokasikan kawasan perencanaan sebagai

    TAHUN 2015-2019

      ruang untukpengembanan industry kecil dan menengah, yang menggunakan hasil pertanian dan produk wisata/handcraft.

    5.6.2. Konsep Disain

      Konsep disain kawasan dikembangkan sebagai berikut:

    • Mengembangkan bangunan bangunan perdagangan dan jasa dan komersial lainnya, di sepanjang jalan arteri sekunder dengan pola blok, namun apabila penguasaan lahan dalam satu blok tidak dapat dilaksanakan maka minimal pada blok blok yang sama pengembangan tipologi bangunan perdagangan dirancangan untuk memiliki elemen- elemen disain yang hampir sama.
    • Menata ruas jalan koletor sekunder yang ada sehingga terdapat kesinambungan visual maupun fungsional.
    • Pengembangan kawasan merupakan implementasi dari visi Kabupaten Buton. Dengan demikian maka konsep pengembangan kawasan adalah mengintegrasikan bangunan dan ruang terbuka yang yang didukung oleh tata hijau.
    • Penataan kawasan dikembangkan untuk menciptakan ruang kota yang tertib, indah dan nyaman.
    • Memperkuat water front sebagai sarana rekreasi edukatif yang melengkapi wisata budaya- jasa wisata.
    • Eksisting bangunan dan lingkungan yang kurang dapat mendukung pengembangan kawasan dipertimbangkan keberadaaanya dan bangunan yang potensial untuk dikembangkan diupayakan agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal
    • Elemen elemen bangunan / kegiatan ada dan menjadikan kawasan perencanaan tidak tertata adalah bangunan illegal yang mulai tumbuh disepanjang kawasan pesisir.
    • Mengembangkan elemen elemen perancangan kota yang baru dan dapat mendukung pengembangan kawasan perencanaan.
    • Ide pasar tradisional sebagai pasar festival adalah merupakan suatu kawasan berjual beli yang menampung berbagai aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga pasar ini merupakan festival market place. Orang datang ke kawasan tidak hanya untuk berbelanja kebutuhan sehari hari, namun juga untuk berekreasi dan bersosialisasi serta berkreasi. Dengan

    TAHUN 2015-2019

      demikian untuk meningkatkan kenyamanan pengguna / pengunjung pasar tersebut maka perlu disediakan akses khusus dari ruas jalan kolektor sekunder dan dari lingkungan sekitarnya. Selain untuk kenyamanan juga dilakukan pemisahan dengan terminal yang ada.

    • Selain lahan untuk berdagang secara permanen, juga disediakan ruang ruang khusus yang akan menampung temporary activities seperti sektor informal.
    • Menata bangunan baru disepanjang jalan kolektor sekunder.
    • Penataan rumah sehat di Dongkala dan Kondowa.

    5.6.3. Rencana Peningkatan Kualitas Fungsional Kawasan

      Arahan penggunaan lahan sebagaimana tertuang dalam RTRW Kabupaten Buton , bahwa didalam kawasan perencanaan akan dikembangkan kawasan industri, perdagangan dan jasa serta perumahan . Secara umum prioritas penataan penggunaan lahan adalah terciptanya publik domain yang berkualitas bagi masyarakat. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka konsep pengembangan tata kegiatan dalam kawasan perencanaan diarahkan untuk menunjang fungsi utama kawasan sebagai kawasan industri perdagangan dan jasa dan perumahan. Untuk lebih mengoptimalkan penggunaan ruang dalam kawasan perencanaan maka dilakukan langkah langkah sebagai berikut :

       Membentuk dan menumbuhkan tata kegiatan baru sebagai dampak terhadap perkembangan kawasan serta berfungsi menunjang kegiatan perdagangan dan jasa komersial.

       Mengembangkan fasilitas fasilitas baru yang mendukung pengembangan fungsi perdagangan dan jasa komersial.  Melakukan pengelompokan kegiatan yang sejenis, atau kegiatan yang saling menunjang sehingga dapat dihindari kerugian akibat jenis aktivitas berbeda, serta memisahkan kegiatan yang tidak saling mendukung  Memberikan ruang untuk pedagang kaki lima (sektor informal) sehingga dapat dibina untuk dijadikan sebagai suatu potensi kawasan serta pelayanan kebutuhan strata masyarakat yang bervariasi. Dengan demikian diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

       Mengembangkan kegiatan pelayanan sosial di lingkungan permukiman.

      Pengembangan kegiatan pelayanan sosial ini diarahkan untuk pelayanan skala lingkungan sebab kegiatan pelayanan sosial dengan sekala

    TAHUN 2015-2019

      pelayanan yang lebih makro telah disediakan diluar kawasan perencanaan.

    5.6.3.1. Peruntukan Lahan Perumahan

      Peruntukan lahan perumahan adalah peruntukan lahan yang yang terdiri dari kelompok rumah tinggal yang mewadahi perikehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya. Tujuan penetapan peruntukan lahan perumahan adalah :

       Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi;  Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat;  Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.

      Penjabaran peruntukan lahan perumahanmeliputi rumah renggang, rumah deret, rumah susun.

    • Rumah renggang

      Peruntukan lahan rumah renggang ditujukan untuk pemanfaatan ruang unit-unit perumahan tunggal dengan mengakomodasi berbagai ukuran perpetakan serta mengupayakan peningkatan kualitas lingkungan hunian, karakter, dan suasana kehidupannya hanya boleh ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga tunggal dengan peletakan bangunan renggang, dan juga tidak ditata secara rapat dengan jumlah lantai maks 2lantai.

    • Rumah deret

      Peruntukan lahan rumah deret bertujuan menyediakan pembangunan perumahan unit deret dalam perpetakan sedang dan kecil dengan akses jalan lingkungan. hanya boleh ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga tunggal dengan peletakan bangunan rapat/deret dengan jumlah lantai maksimum 2 (dua) lapis.

    • Rumah susun

      Dalamkurun 5 (lima) tahun mendatang rumah susun dalam kawasan perencanaan dan Kota Pasarwajo belum menjadi kebutuhan masyarakat, karena intensitasi penduduk yang masih rendah serta perekonomian kota

    TAHUN 2015-2019

      yang belum berkembang pesat. Namun peruntukan lahan wisma susun dimungkinkan bertujuan menyediakan pembangunan unit multi-hunian dengan kepadatan yang bervariasi. Dalam pembangunan perumahan susun berlaku kepemilikan berdasarkan strata title, di mana setiap pemilik unit hunian memiliki hak menggunakan bagian bersama, benda bersama dan lahan bersama dan kewajiban yang sama dalam menyediakan fasilitas lingkungan di dalam satuan perpetakannya. Rumah susun dapat dikembangkan pada kawasan baru, bersamaan dengan pusat komersial, untuk menopang lahan yang bernilai tinggi. Rumah susun juga dapat dikembangkan dalam rangka revitalisasi kawasan kumuh, atau untuk menampung kebutuhan perumahan penduduk berpenghasilan rendah, dengan jumlah lantai maksimum 5 (lima) lantai.

    5.6.3.2. Peruntukan Lahan Perdagangan dan Jasa

      Peruntukan lahan yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan, fasilitas umum, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi, dan usaha pelayanan sosial ekonomi lainnya. Tujuan Peruntukan Lahan Perdagangan dan Jasa

       Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja, dalam wadah berupa perkantoran, pertokoan, jasa, rekreasi dan pelayanan masyarakat;  Menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya;  Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk melayani kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi, yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

      Penjabaran peruntukan lahan dasar perdagangan dan jasa meliputi perkantoran, perdagangan dan jasa tunggal / renggang, perdagangan dan jasa deret.

    • Perkantoran kelompok kegiatan perkantoran pemerintahan, lembaga nasional dan internasional dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk tunggal.Sedangkan kelompok kegiatan perkantoran swasta dan badan

    TAHUN 2015-2019

      usaha dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk tunggaldan deret, dengan jumlah lantai maksimum 5 (lima) lantai.

    • Perdagangan dan jasa tunggal kelompok kegiatan perdagangan / perniagaan, jasa, hotel, tempat hiburan dan rekreasi, tempat pertemuan (konvensi) dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk tunggal/renggang, dengan jumlah lantai maksimum 8 (delapan) lantai.
    • Perdagangan dan jasa deret kelompok kegiatan perkantoran, perdagangan / perniagaan , jasa, hotel, tempat hiburan dan rekreasi, tempat pertemuan (konvensi) dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk deret.

    5.6.3.3. Peruntukan Lahan Dasar Prasarana Umum

      Peruntukan lahan dasar sarana umum adalah kelompok kegiatan yang berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, Fasilitas Bina Sosial, Fasilitas olahraga dan rekreasi, Fasilitas pelayanan pemerintah/pelayanan umum, fasilitas perbelanjaan / niaga dan fasilitas transportasi dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk tunggal/renggang, deret/rapat dengan sekala pelayanan yang ditetapkan dalam rencana kota.

      Penjabaran peruntukan lahan sarana umum meliputi sarana umum pendidikan, sarana umum kesehatan, peribadatan, prasarana transportasi:

    • Sarana umum pendidikan

      Semua sarana pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat menengah dan tinggi, baik umum maupun kejuruan;jumlah lantai maksimum 4 (empat) lantai.

    • Sarana Umum kesehatan

      Semua sarana kesehatan yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan lingkup pelayanannya, puskesmas pembantu, puskesmas,poliklinik, apotik, dan rumah sakit; danjumlah lantai maksimum 4 (empat) lantai.

    • Sarana umum Peribadatan Segala macam sarana ibadah, sesuai dengan agama, jamaah pemeluknya dan tingkat pelayanannya
    • Prasarana umum transportasi Prasarana ini terdiri dari : Terminal Tipe C.

      TAHUN 2015-2019 5.6.3.4. Peruntukan Lahan Industri Kecil

      Peruntukan Lahan Industri adalah peruntukan lahan yang difungsikan untuk pengembangan kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi dan tempat penyimpanan bahan mentah dan barang hasil produksi. Tujuan penetapan peruntukan lahan industri ialah :

       Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan produksi suatu barang yang mempunyai nilai lebih untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan yang berkaitan dengan lapangan kerja perekonomian lainnya;  Memberikan kemudahan pertumbuhan industri baru dengan mengendalikan pemanfaatan ruang lainnya, untuk menjaga keserasian lingkungan sehingga mobilitas antar ruang tetap terjamin serta terkendalinya kualitas lingkungan

      Penjabaran peruntukan lahan industri meliputi industri kecil/mikro dan wisata:

    • Industri Kecil Industri yang dimaksud merupakan kegiatan skala industri kecil, untuk industri ringan/rumahan dalam bangunan /perpetakan deret atau tunggal dengan fasilitaspenunjangnya; tanpa bahan baku dan bahan cair yang dikerjakan di rumah tangga tidak menimbulkan polusi (bau, suara, dsb) yang mengganggu lingkungan.
    • Industri Wisata Industri yang dimaksud merupakan kegiatan hasil kerajinan, kuliner/makanan dan minuman untuk industri ringan/rumahan dalam bangunan /perpetakan deret atau tunggal dengan fasilitas penunjangnya; tanpa bahan baku dan bahan cair yang dikerjakan di rumah tangga tidak menimbulkan polusi (bau, suara, dsb) yang mengganggu lingkungan.

    5.6.3.5. Peruntukan Lahan Dasar Ruang Terbuka Hijau

      Pengembangan ruang terbuka hijau dalam petunjuk operasional ini berdasarkan pada kriteria instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14/1998. Pengembangan ruang terbuka yang mempunyai makna historis, estetika, median ruang, keseimbangan ekologis, sebagai fungsi penghubung aktivitas-aktivitas kota yang berbeda dan tempat bersosialisasi potensial dikembangkan. Salah satu

    TAHUN 2015-2019

      pengembangan ruang terbuka yang sangat penting di perkotaan adalah pengembangan ruang terbuka hijau (RTH). Tujuan untuk mengembangkan RTH ini untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, sarana pengaman lingkungan perkotaan, menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan. Keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan ini difungsikan sebagai perlindungan ekosistem, menciptakan K3, rekreasi, pengaman lingkungan hidup, penelitian dan pendidikan, perlindungan plasma nutfah, memperbaiki iklim mikro dan pengatur tata air.

      Kriteria umum untuk menciptakan ruang terbuka hijau harus mengaitkan peruntukan fungsi dengan kriteria vegetasi. Untuk kawasan hijau rekreasi kota dan kawasan hijau kegiatan olah raga 40 % - 60 % dari luas areal harus dihijaukan.

      Prinsip-prinsip pengembangan ruang terbuka hijau yang berkaitan dengan pembentukan struktur kota adalah sebagai berikut;  Memelihara keseimbangan ekosistem yang ada dengan presentase ruang terbangun dan tidak terbangun serta menjaga tetap hijaunya ruang- ruang terbuka yang ada.

       Pemeliharaan fungsi sosial dan rekreasi.  Pemeliharaan kualitas lingkungan secara estetis dimana ruang terbuka yang ada dimanfaatkan secara fungsional dan secara estetis dapat dinikmati sebagai elemen perancangan kota.

       Pedoman ini perlu dilengkapi dengan aturan yang jelas, memberlakukan ketentuan KDB dan KLB yang mendukung pengembangan ruang terbuka hijau serta memanfaatkannya untuk fungsi khusus seperti pemakaman untuk mempertahankan keberadaannya.

       Menjaga keberadaan ruang terbuka dengan fungsi konservasi bagi kawasan cagar budaya dan kawasan lindung lainnya (sepanjang aliran sungai ).

       Memperbaiki kualitas ruang terbuka baik dari segi estetis maupun fungsi lainnya sepanjang aliran Sungai.

      Tujuan penetapan peruntukan lahan dasar ruang terbuka, ialah :

    • Penyediaan fasilitas fasilitas lingkungan yang berkaitan dengan ruang terbuka

    TAHUN 2015-2019

    • Melestarikan/melindungi lahan-lahan sarana kota/lingkungan yang digunakan rekreasi di luar bangunan, sebagai sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya;
    • Preservasi dan perlindungan lahan-lahan yang rawan lingkungan hidup;
    • Pengamanan jaringan prasarana dan penyekatan-penyekatan (buffer) antara fungsi-fungsi pemanfaatan lahan yang saling mengganggu;  Pemanfaatan nilai ekonominya sebagai sarana budidaya pertanian.

    5.6.4. Peruntukan Lantai Bangunan 5.6.4.1.

       Lantai Dasar

      Mendistribusikan fungsi-fungsi pemanfaatan lahan yang memungkinkan adanya pengalihan fungsi lahan, baik secara horisontal maupun vertikal, yang disesuaikan dengan daya tampung lahan serta kebutuhan untuk menunjang penguatan karakter blok dalam kawasan perencanaan Pengalihan fungsi lahan yang dapat dilakukan antara lain berupa perubahan lantai dasar menjadi public

      

    area / retail , yang perlu diikuti dengan peningkatan jalur pedestrian yang ada

      misalnya dalam bentuk arkade disepanjang ruas jalan. Sedangkan untuk sub kawasan hunian, dimungkinkan mengembangkan fungsi campuran (mixed

      use ) hunian dan perdagangan skala lingkungan.

      Berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut diatas maka pengembangan lantai dasar dilakukan dengan prinsip prinsip sebagai berikut :

      1. Peruntukan lantai dasar mendukung peruntukan lahan umum dalam hal

      keterkaitan dan transisi antar blok dalam kawasan perencanaan pada lantai dasar;

      

    2. Menciptakan suatu lingkungan pejalan kaki yang menarik dan

      menyenangkan, baik berupa fungsi komersial maupun fasilitas umum (public space), sehingga tercapai sasaran peruntukan lahan dengan sirkulasinya;

      

    3. Peruntukan lantai dasar tidak harus sama dengan peruntukan lantai

      diatasnya 4. Unsur ‘hijau/taman’ merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk memberi kesan visual menarik dalam rangka mewujudkan uang kota yang indah dan nyaman;

      

    5. Ruang terbuka umum pada lantai dasar mencakup jalur-jalur pejalan kaki;

    TAHUN 2015-2019 6.

      Peruntukan lantai dasar dapat membantu terciptanya hubungan antar kawasan, dan berfungsi pula sebagai daerah peralihan (transisi) antara kawasan yang berbeda dominasi peruntukan lahannya;