Pengaruh Permainan Lompat Tali terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu | Samsiar | Bungamputi 3300 10249 1 PB

(1)

772

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN

MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU

Nur Samsiar1

ABSTRAK

Perkembangan fisik motorik adalah proses kemampuan gerak seorang anak yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat melompat, duduk, menendang, berlari, dan naik turun tangga. Salah satu permainan yang mampu mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak usia dini, yaitu melalui permainan lompat tali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di kelompok B RA AL-Muhajirin Palu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, data dikumpulkan melalui lembar pengamatan, pemberian tugas, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan ada tiga aspek dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak yakni keseimbangan, kekuatan tubuh anak, dan kelincahan. Dilihat dari hasil pengamatan pada aspek keseimbangan tejadi peningkatan yaitu terdapat 58,33% dalam kategori BSB, ada 18,33% dalam kategori BSH, ada 10,00% dalam kategori MB, dan 13,33% dalam kategori BB. Pada aspek kekuatan tubuh anak terjadi peningkatan yaitu terdapat 28,33% dalam kategori BSB, ada 18,34% dalam kategori BSH, ada 33,33% dalam kategori MB, dan 20,00% dalam kategori BB. Pada aspek kelincahan terjadi peningkatan yaitu terdapat 38,33% dalam kategori BSB, ada 25,83% dalam kategori BSH, ada 24,16% dalam kategori MB, dan ada 11,67% dalam kategori BB. Kesimpulan bahwa ada pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di kelompok B RA AL-Muhajirin Palu.

Kata Kunci: Permainan Lompat Tali, Motorik Kasar Anak

PENDAHULUAN

Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan

bekal yang kuat kepada anak. Pada masa peka, kecepatan perkembangan otak anak selama hidupnya. Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan orang dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Di mana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan

1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


(2)

773

perkembangan manusia seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai nilai, norma, serta harapan masyarakat.

Upaya mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak usia dini yang berdasarkan prinsip PAUD, seharusnya pendidikan anak usia dini memahami setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya yang dilakukannya harus berdasarkan tumbuh kembang anak agar mencapai hasil. menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan juga perlu mengetahui kebutuhan setiap anak untuk mengembangkan otot-otot besar dan kecilnya pada setiap tingkatan usia. Motorik anak perlu dikembangkan karena tubuh anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya pada permainan lompat tali, anak lebih berani pada waktu kecil, tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil. Menurut Anggaini Sudono, lompat tali/skipping sudah bisa dimainkan semenjak anak usia dini (TK). Jadi sekitar 4-5 tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain tali dapat menutupi keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat. Menurut Tim Bina Karya Guru (2004: 72) pelaksanaan lompat tali adalah berdiri tegak, ke dua kaki rapat, letakkan tali di belakang badan, kedua tangan di samping dengan memegang ujung-ujung tali, putarlah tali dari belakang, atas, depan, bawah, belakang, dan begitu seterusnya, serta sebelum tali menyentuh kaki, melompatlah dan latikan atlit/anak didik sampai benar.

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Bambang Sujiono (2011: 14) mengemukakan jika anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh anak ketika ia makin terampil menguasai gerakan motoriknya. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya, kondisi ketidak berdayaan tersebut secara cepat 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan gerakan kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari, berenang dan sebagainya. Setelah berusia 5 tahun koordinasi otot-otot semakin baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, seperti melempar, menangkap bola, menulis dan menggunakan alat. Bambang Sujiono (2011: 14) mengemukakan jika anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh anak ketika ia makin terampil menguasai gerakan motoriknya.


(3)

774

Upaya mengembangkan kemampuan motorik melalui permainan lompat tali dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan harus dipelajari satu demi satu. Sebagai contoh pada permainan lompat tali, bila anak pada awal bermain lompat tali di sekolah tidak ada bimbingan yang diberikan oleh guru, maka keterampilan tersebut akan di pelajarinya lebih lambat dan kurang efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal mendapatkan bimbingan dari guru. Anak yang tanpa bimbingan pada awal bermain lompat tali karena tidak tahu caranya, kemungkinan anak kurang berani dan kurang keseimbangannya.

Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini. Ikawati Kaseng (Skripsi Mei 2013) dengan judul “Hubungan Metode Pemberian Tugas Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Di Kelompok B3 TK Al-Khairat Kolonodale Kabupaten Morowali” menyatakan bahwa Metode pemberian tugas dengan perkembangan motorik kasar anak bahwa terdapat hubungan, dengan adanya pemberian tugas-tugas sederhana, anak tertarik untuk mengasah kemampuan mereka dan sangat aktif ditiap gerakan yang menggunakan otot-otot kasar, dan Ratna Bara Seviati Lage (Skripsi Juni 2012) dengan judul

“Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Melalui Metode Demonstrasi Di Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Doda Lore Tengah” menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar pada anak didik pra tindakan tergolong masih sangat rendah setelah dilaksanakan meode demonstrasi terjadi peningkatan.

Kerangka pemikiran disusun berdasarkan hasil pengamatan awal diperoleh masalah-masalah yang nampak di TK seperti ada beberapa anak yang kurang mampu melompat dan malas bergerak khususnya pada kemampuan motorik kasar anak. Penyebab masalah berupa media atau metode yang digunakan oleh guru kurang tepat dan tidak sesuai untuk meningkatkan motorik kasar anak. Oleh karena itu peneliti mencoba mencari cara memecahkan masalah tersebut dengan memberi motivasi, dorongan yang dapat memunculkan minat anak terhadap kegiatan tersebut saperti permainan lompat tali. Anak dilatih lebih kuat dan tangkas . Disinilah unsur-unsur tersebut akan terkoordinasi jika dilakukan dengan intensif. Adapun aspek-aspek tolak ukur yang akan dinilai yaitu menjaga keseimbangan, kekuatan tubuh, dan kelincahan anak. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di kelompok B RA AL-Muhajirin Palu.


(4)

775 METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di RA AL-Muhajirin Palu, dengan subjek penelitian ini adalah anak di kelompok B yang terdiri dari 20 anak terdiri 12 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Variabel penelitian terdiri dari permainan lompat tali dan kemampuan motorik kasar anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi, pemberian tugas, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka data akan diolah dengan menggunakan teknik persentase, hasil olahan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Rumus yang digunakan dari Anas Sudjiono (2005:43), untuk menganalisis data yang dikumpulkan secara persentase, sebagai berikut:

� = �

N x 100%

Keterangan : P = Persentase

f = Jumlah jawaban dari masing-masing alternatif N = Jumlah responden

HASIL PENELITIAN 1. Keseimbangan

Tabel 1 Keseimbangan

Aspek Yang Diamati

Kategori

Pengamatan Pertemuan ke- Rata-Rata (%)

1 2 3 4 5 6

F % F % F % F % F % F %

Keseimbangan

BSB 5 25 8 40 12 60 13 65 14 70 18 90 58,33

BSH 2 10 4 20 5 25 4 20 5 25 2 10 18,33

MB 5 25 3 15 1 5 2 10 1 5 - - 10,00

BB 8 40 5 25 2 10 1 5 - - - - 13,33

Jumlah 20 100 20 100 16 100 20 100 20 100 20 100 100

Keterangan:

BSB: Berkembang Sangat Baik MB: Mulai Berkembang BSH: Berkembang Sesuai Harapan BB : Belum Berkembang

Sesuai tabel 1, dapat dilihat bahwa dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek keseimbangan, terdapat 58,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 18,33% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 10,00% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan 13,33% dalam kategori Belum Berkembang (BB).


(5)

776 2. Kekuatan tubuh anak

Tabel 2 Kekuatan Tubuh Anak

Aspek yang Diamati

Kategori

Pengamatan Pertemuan ke- Rata-Rata (%)

1 2 3 4 5 6

F % F % F % F % F % F %

Sopan Santun

BSB 1 5 1 5 3 15 4 20 9 45 16 80 28,33

BSH 1 5 2 10 3 15 5 25 7 35 4 20 18,34

MB 6 30 10 50 11 55 9 45 4 20 - - 33,33

BB 12 60 7 35 3 15 2 10 1 5 - - 20,00

Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 100

Sesuai tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 16 anak didik yang menjadi subjek penelitian di kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek kekuatan tubuh anak, terdapat 28,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 18,34% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 33,33% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan 20,00% dalam kategori Belum Berkembang (BB).

3. Kelincahan

Tabel 3 Kelincahan

Aspek Yang Diamati

Kategori

Pengamatan Pertemuan ke- Rata-Rata (%)

1 2 3 4 5 6

F % F % F % F % F % F %

Tanggung Jawab

BSB 3 15 5 25 7 35 5 25 12 60 14 70 38,33

BSH 4 20 5 25 7 35 8 40 3 15 4 20 25,83

MB 9 45 7 35 4 20 4 20 4 20 1 5 24,16

BB 4 20 3 15 2 10 3 15 1 5 5 5 11,67

Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 100

Sesuai tabel 3, dapat dilihat bahwa dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek kelincahan, terdapat 38,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 25,83% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 24,16% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan ada 11,67% dalam kategori Belum Berkembang (BB).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelompok B TK RA Al-Muhajirin Palu, berikut ini gambaran dari masing-masing variabel dan aspek-aspek yang diamati.

1. Permainan Lompat Tali

Menurut Harsono (1988:45) Permainan lompat tali adalah permainan melompat dengan haling rintang berupa tali yang terbuat dari karet yang dirajut menjadi panjang.


(6)

777

Permainan lompat tali diberikan pada siswa dengan tujuan meningkatkan kemampuan kerja dari otot tungkai, dimana otot tungkai tersebut akan mengalami perubahan akibat permainan yang diberikan. Lebih lanjut menurut Anggaini Sudono, lompat tali/skipping sudah bisa dimainkan semenjak anak usia dini (TK). Jadi sekitar 4-5 tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain tali dapat menutupi keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat. Pada dasarnya kemampuan motorik kasar anak dikelompok B RA Al-Muhajirin Palu sudah cukup baik, tetapi setelah dilakukan permainan lompat tali terjadi peningkatan terhadap kemampuan kerja dari otot tungkai anak.

2. Kemampuan Motorik Kasar

Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113-114 mengatakan bahwa motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Lebih lanjut menurut John W, Santrock (2002: 145) mengemukakan bahwa keterampilan motorik kasar (gross motor skills) meliputi kegiatan otot-otot besar sperti mengerakkan lengan dan berjalan.

Mengasah kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B RA Al-Muhajirin Palu sudah cukup baik melalui permainan lompat tali. Karena melalui permainan lompat tali, kemampuan anak dalam mengkoordinasikan bagian tubuh seperti mata, tangan dan aktivitas otot kaki, dapat menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya.

3. Pengaruh Permainan Lompat Tali Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak

Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya. Pengembangan dan pembinaan keterampilan motorik sangat diperlukan karena merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh yang sangat diperlukan bagi kehidupan anak. Perkembangan ini juga ditunjukkan oleh keseimbangan yang baik dalam lompat tali. tugas motorik kasar, yaitu mencakup perkembangan jasmani yang berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga keseimbangan.


(7)

778

Pengembangan motorik kasar di TK bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat, sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. Sesuai dengan tujuan pengembangan jasmani tersebut, anak didik dilatih gerakan-gerakan dasar yang akan membantu perkembangan motoriknya kelak (DEPDIKNAS, 2008: 2).

1. Keseimbangan

Keseimbangan adalah keterampilan seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam berbagai posisi. Keseimbangan di bagi menjadi dua bentuk yaitu: keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat. Keseimbangan dinamis adalah keterampilan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat ke tempat lain tanpa terjatuh. Ditambahkannya bahwa keseimbangan statis dan dinamis adalah penyederhanaan yang berlebihan. Ditambahkan kedua elemen keseimbangan kompleks dan sangat spesifik dalam tugas dan gerak individu.

Adapun hasil pengamatan untuk minggu pertama dalam melatih keseimbangan tubuh anak yaitu yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 5 anak (25%), jumlah ini tergolong sedikit karena hanya 5 anak ini yang memiliki tingkat pemahaman lebih tinggi dibanding teman-temannya yang lain. Terdapat 2 anak (10%) untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, karena anak tersebut bisa melompati tali yang direntangkan setinggi bokong anak tanpa terjatuh. Terdapat 5 anak (25%) untuk kategori mulai Berkembang, ini karena beberapa anak tersebut hanya bisa melompati tali setinggi lutut mereka saja. Dan terdapat 8 anak (40%) pada kategori Belum Berkembang, karena beberapa anak ini belum memahami dengan baik cara melompat tali yang diajarkan oleh peneliti.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu adanya pengulangan dari setiap kegiatan yang dilakukan agar bisa didapatkan hasil yang diharapkan. Setelah dilakukannya pengamatan kembali, pada minggu keenam terdapat 18 anak (90%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemahaman anak tentang melompat tali yang benar sehingga mereka dapat melakukannya dengan baik. Terdapat 2 anak (10%) untuk kategori berkembang sesuai harapan, hal ini dikarenakan kondisi kebugaran tubuh anak sehingga mereka kurang kosentrasi dlam menjaga


(8)

779

keseimbangan tubuh saat melompat akibatnya mereka menyentuh tali saat melompat. Sedangkan pada kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak terdapat anak. Hal ini membuktikan bahwa setelah dilakukannya pengulangan, keseimbangan tubuh anak ketika bermain lompat tali, berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

2. Kekuatan tubuh anak

Anak yang sehat senantiasa bergerak atau melakukan sesuatu dan hampir tak pernah diam. Permainan-permainan fisik yang disajikan sesuai dengan perkembangan anak sehingga akan memberi banyak kesempatan bagi anak untuk menyalurkan dorongan tersebut. Hal ini akan meletakkan dasar yang kokoh dan kuat untuk masa depan mereka. Masa kanak-kanak merupakan masa kegiatan fisik-motorik yang tak terbatas, dorongan untuk bergerak dan keinginan untuk bermain meluap-luap. Seorang

pakar pendidikan mengatakan bahwa “pendidikan akan berhasil melalui gerakan dan melalui gerakan terwujudlah pendidikan”. Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan otot harus dimiliki anak sejak dini. Apabila anak tidak memiliki kekuatan otot tentu anak tidak dapat melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti: berlari, melompat, melempar, memanjat, bergantung, dan mendorong.

Jika dilihat dari pengamatan minggu pertama pada aspek kekuatan tubuh anak, hasil yang didapatkan masih kurang baik. Dimana hasil yang diperoleh yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 1 anak (5%), ini karena anak tersebut sudah memahami cara melompat tali yang benar sehingga ia dapat menggunakan kekuatan tubuhnya dengan maksimal ketika melompat. Sedangkan untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 1 anak (5%), ini disebabkan anak yang belum maksimal menggunakan kekuatan tubuhnya. Tetapi dapat melompat tali meskipun menyentuh tali tersebut. Terdapat 6 anak (30%) yang masuk kategori Mulai Berkembang, karena anak dapat melompati tali setinggi pinggang anak dengan bantuan guru dan terdapat 12 anak (60%) pada kategori Belum Berkembang. Jumlah ini tergolong banyak, karena beberapa anak tersebut belum memahami cara menggunakan kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali dengan benar dan juga mereka jarang melakukan latihan melompat tali.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik perlu dilakukannya pengulangan dan setelah dilakukan pengulangan, pada minggu keenam


(9)

780

terdapat 16 anak (80%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini menunjukkan peningkatan karena anak-anak sudah memahami cara menggunakan kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali tanpa menyentuh tali tersebut. Terdapat 4 anak (20%) pada kategori berkembang sesuai harapan, karena anak bisa melompati tali setinggi pinggang anak tapi masih menyentuh tali tersebut. Sedangkan pada kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak terdapat anak. Oleh karena itu, perlu adanya pengulangan dan latihan sehingga anak dapat meningkatkan kekuatan tubuh mereka ketika melompat tali sehingga dapat berkembang sesuai yang diharapkan.

3. Kelincahan

Kelincahan adalah keterampilan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak dari titik ke titik lain. Misalnya: saat bermain lompat tali semakin cepat waktu yang ditempuh untuk menyentuh maupun kecepatan untuk menghindar, maka semakin tinggi kelincahannya. Pada pengambilan data hasil pengamatan pada minggu pertama, hasil yang diperoleh untuk aspek kelincahan, yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 3 anak (15%), ini karena anak bisa melompati tali setinggi lutut anak dan di dukung oleh keadaan fisik yang bugar, sebanyak 5 kali dalam waktu 20 detik. Sedangkan untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak (20%), karena Anak bisa melompati tali setinggi lutut anak, sebanyak 4 kali dalam waktu 20 detik. Terdapat 9 anak (45%) yang masuk kategori Mulai Berkembang, karena Anak bisa melompati tali setinggi lutut anak, sebanyak 3 kali dalam waktu 20 detik. Dan terdapat 4 anak (20%) pada kategori Belum Berkembang, karena Anak bisa melompati tali hanya setinggi lutut anak, sebanyak 2 kali dalam waktu 20 detik. Ini sebabkan karena kondisi fisik anak yang kurang mendukung.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu adanya pengulangan dan pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara langsung agar dapat diketahui sejauh mana anak dapat memahami pembelajaran yang diberikan khusunya aspek kelincahan. Adapun hasil yang diperoleh setelah dilakukannya pengamatan kembali pada minggu keenam terdapat 14 anak (70%) untuk kategori berkembang sangat baik, karena kondisi fisik anak dalam keadaan bugar dan telah melakukan latihan lompat tali secara intensif sehingga kelincahan anak dalam melompat sudah cukup baik. Terdapat 4 anak (20%) pada kategori berkembang sesuai


(10)

781

harapan, karena masih ada anak yang tergangggu kosentrasinya sehingga dalam melompat tali ia tidak dapat menggunakan waktu 20 detik untuk melakukakan beberapa lompatan tali. Terdapat 1 anak (5%) pada kategori mulai berkembang dan terdapat 1 anak (5%) pada kategori belum berkembang, ini karena kondisi fisik anak yang tidak mendukung sehingga tidak terjadi perubahan dalam kelincahan melompat tali.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar anak di kelompok B RA Al-Muhajirin Palu, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh permainan lompat tali dalam meningkatkan motorik kasar anak. Hal ini dapat dilihat setelah anak melakukan permainan lompat tali, seperti keseimbangan, kekuatan tubuh, dan kelincahan anak terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar anak pada setiap kategori berkembang sangat baik untuk masing-masing aspek yang diamati. Terbukti dari jumlah persentase akhir yang dihasilkan pada aspek keseimbangan 90%, aspek kekuatan tubuh anak 80%, dan aspek kelincahan 70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1) Bagi Kepala RA

Bertanggungjawab dalam hal memperhatikan penyediaan sarana dan prasarana, sehingga pembelajaran dalam upaya melatih kemampuan motorik kasar pada anak melalui kegiatan bermain dapat terfasilitasi dengan baik. Selain itu kegiatan bermain juga menjadi lebih bervariatif, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai.

2) Bagi Guru

Bagi guru RA dapat menggunakan bermain lompat tali, sebagai cara dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak. Karena dengan bermain lompat tali yang dilakukan dalam penelitian ini, terbukti dapat melatih kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B RA Al Muhajirin Palu.

3) Bagi anak

Agar lebih giat dalam melatih kemampuan motorik kasar anak terutama melompat tali. 4) Peneliti lain

Untuk lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar yang lebih maksimal, maka perlu pertimbangan adanya variasi dalam bermain lompat tali pada anak. Sehingga hal ini diperlukan utnuk mengetahui kemampuan atau keterampilan yang dimiliki anak, yang


(11)

782

meliputi keseimbangan, kekuatan tubuh anak, kelincahan serta koordinasi tangan dan kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang S. dkk. (2012). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak Kanak

dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdiknas.

Harsono, (1988). Permainan Lompat Tali. Jakarta: Grasindo.

Santrock, J. W. (2002). Life-span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Sudijono, Anas. (1991). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(1)

777

Permainan lompat tali diberikan pada siswa dengan tujuan meningkatkan kemampuan kerja dari otot tungkai, dimana otot tungkai tersebut akan mengalami perubahan akibat permainan yang diberikan. Lebih lanjut menurut Anggaini Sudono, lompat tali/skipping sudah bisa dimainkan semenjak anak usia dini (TK). Jadi sekitar 4-5 tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain tali dapat menutupi keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat. Pada dasarnya kemampuan motorik kasar anak dikelompok B RA Al-Muhajirin Palu sudah cukup baik, tetapi setelah dilakukan permainan lompat tali terjadi peningkatan terhadap kemampuan kerja dari otot tungkai anak.

2. Kemampuan Motorik Kasar

Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113-114 mengatakan bahwa motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Lebih lanjut menurut John W, Santrock (2002: 145) mengemukakan bahwa keterampilan motorik kasar (gross motor skills) meliputi kegiatan otot-otot besar sperti mengerakkan lengan dan berjalan.

Mengasah kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B RA Al-Muhajirin Palu sudah cukup baik melalui permainan lompat tali. Karena melalui permainan lompat tali, kemampuan anak dalam mengkoordinasikan bagian tubuh seperti mata, tangan dan aktivitas otot kaki, dapat menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya.

3. Pengaruh Permainan Lompat Tali Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya. Pengembangan dan pembinaan keterampilan motorik sangat diperlukan karena merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh yang sangat diperlukan bagi kehidupan anak. Perkembangan ini juga ditunjukkan oleh keseimbangan yang baik dalam lompat tali. tugas motorik kasar, yaitu mencakup perkembangan jasmani yang berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga keseimbangan.


(2)

778

Pengembangan motorik kasar di TK bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat, sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. Sesuai dengan tujuan pengembangan jasmani tersebut, anak didik dilatih gerakan-gerakan dasar yang akan membantu perkembangan motoriknya kelak (DEPDIKNAS, 2008: 2).

1. Keseimbangan

Keseimbangan adalah keterampilan seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam berbagai posisi. Keseimbangan di bagi menjadi dua bentuk yaitu: keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat. Keseimbangan dinamis adalah keterampilan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat ke tempat lain tanpa terjatuh. Ditambahkannya bahwa keseimbangan statis dan dinamis adalah penyederhanaan yang berlebihan. Ditambahkan kedua elemen keseimbangan kompleks dan sangat spesifik dalam tugas dan gerak individu.

Adapun hasil pengamatan untuk minggu pertama dalam melatih keseimbangan tubuh anak yaitu yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 5 anak (25%), jumlah ini tergolong sedikit karena hanya 5 anak ini yang memiliki tingkat pemahaman lebih tinggi dibanding teman-temannya yang lain. Terdapat 2 anak (10%) untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, karena anak tersebut bisa melompati tali yang direntangkan setinggi bokong anak tanpa terjatuh. Terdapat 5 anak (25%) untuk kategori mulai Berkembang, ini karena beberapa anak tersebut hanya bisa melompati tali setinggi lutut mereka saja. Dan terdapat 8 anak (40%) pada kategori Belum Berkembang, karena beberapa anak ini belum memahami dengan baik cara melompat tali yang diajarkan oleh peneliti.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu adanya pengulangan dari setiap kegiatan yang dilakukan agar bisa didapatkan hasil yang diharapkan. Setelah dilakukannya pengamatan kembali, pada minggu keenam terdapat 18 anak (90%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemahaman anak tentang melompat tali yang benar sehingga mereka dapat melakukannya dengan baik. Terdapat 2 anak (10%) untuk kategori berkembang sesuai harapan, hal ini dikarenakan kondisi kebugaran tubuh anak sehingga mereka kurang kosentrasi dlam menjaga


(3)

779

keseimbangan tubuh saat melompat akibatnya mereka menyentuh tali saat melompat. Sedangkan pada kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak terdapat anak. Hal ini membuktikan bahwa setelah dilakukannya pengulangan, keseimbangan tubuh anak ketika bermain lompat tali, berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

2. Kekuatan tubuh anak

Anak yang sehat senantiasa bergerak atau melakukan sesuatu dan hampir tak pernah diam. Permainan-permainan fisik yang disajikan sesuai dengan perkembangan anak sehingga akan memberi banyak kesempatan bagi anak untuk menyalurkan dorongan tersebut. Hal ini akan meletakkan dasar yang kokoh dan kuat untuk masa depan mereka. Masa kanak-kanak merupakan masa kegiatan fisik-motorik yang tak terbatas, dorongan untuk bergerak dan keinginan untuk bermain meluap-luap. Seorang pakar pendidikan mengatakan bahwa “pendidikan akan berhasil melalui gerakan dan melalui gerakan terwujudlah pendidikan”. Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan otot harus dimiliki anak sejak dini. Apabila anak tidak memiliki kekuatan otot tentu anak tidak dapat melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti: berlari, melompat, melempar, memanjat, bergantung, dan mendorong.

Jika dilihat dari pengamatan minggu pertama pada aspek kekuatan tubuh anak, hasil yang didapatkan masih kurang baik. Dimana hasil yang diperoleh yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 1 anak (5%), ini karena anak tersebut sudah memahami cara melompat tali yang benar sehingga ia dapat menggunakan kekuatan tubuhnya dengan maksimal ketika melompat. Sedangkan untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 1 anak (5%), ini disebabkan anak yang belum maksimal menggunakan kekuatan tubuhnya. Tetapi dapat melompat tali meskipun menyentuh tali tersebut. Terdapat 6 anak (30%) yang masuk kategori Mulai Berkembang, karena anak dapat melompati tali setinggi pinggang anak dengan bantuan guru dan terdapat 12 anak (60%) pada kategori Belum Berkembang. Jumlah ini tergolong banyak, karena beberapa anak tersebut belum memahami cara menggunakan kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali dengan benar dan juga mereka jarang melakukan latihan melompat tali.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik perlu dilakukannya pengulangan dan setelah dilakukan pengulangan, pada minggu keenam


(4)

780

terdapat 16 anak (80%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini menunjukkan peningkatan karena anak-anak sudah memahami cara menggunakan kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali tanpa menyentuh tali tersebut. Terdapat 4 anak (20%) pada kategori berkembang sesuai harapan, karena anak bisa melompati tali setinggi pinggang anak tapi masih menyentuh tali tersebut. Sedangkan pada kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak terdapat anak. Oleh karena itu, perlu adanya pengulangan dan latihan sehingga anak dapat meningkatkan kekuatan tubuh mereka ketika melompat tali sehingga dapat berkembang sesuai yang diharapkan.

3. Kelincahan

Kelincahan adalah keterampilan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak dari titik ke titik lain. Misalnya: saat bermain lompat tali semakin cepat waktu yang ditempuh untuk menyentuh maupun kecepatan untuk menghindar, maka semakin tinggi kelincahannya. Pada pengambilan data hasil pengamatan pada minggu pertama, hasil yang diperoleh untuk aspek kelincahan, yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 3 anak (15%), ini karena anak bisa melompati tali setinggi lutut anak dan di dukung oleh keadaan fisik yang bugar, sebanyak 5 kali dalam waktu 20 detik. Sedangkan untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak (20%), karena Anak bisa melompati tali setinggi lutut anak, sebanyak 4 kali dalam waktu 20 detik. Terdapat 9 anak (45%) yang masuk kategori Mulai Berkembang, karena Anak bisa melompati tali setinggi lutut anak, sebanyak 3 kali dalam waktu 20 detik. Dan terdapat 4 anak (20%) pada kategori Belum Berkembang, karena Anak bisa melompati tali hanya setinggi lutut anak, sebanyak 2 kali dalam waktu 20 detik. Ini sebabkan karena kondisi fisik anak yang kurang mendukung.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu adanya pengulangan dan pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara langsung agar dapat diketahui sejauh mana anak dapat memahami pembelajaran yang diberikan khusunya aspek kelincahan. Adapun hasil yang diperoleh setelah dilakukannya pengamatan kembali pada minggu keenam terdapat 14 anak (70%) untuk kategori berkembang sangat baik, karena kondisi fisik anak dalam keadaan bugar dan telah melakukan latihan lompat tali secara intensif sehingga kelincahan anak dalam melompat sudah cukup baik. Terdapat 4 anak (20%) pada kategori berkembang sesuai


(5)

781

harapan, karena masih ada anak yang tergangggu kosentrasinya sehingga dalam melompat tali ia tidak dapat menggunakan waktu 20 detik untuk melakukakan beberapa lompatan tali. Terdapat 1 anak (5%) pada kategori mulai berkembang dan terdapat 1 anak (5%) pada kategori belum berkembang, ini karena kondisi fisik anak yang tidak mendukung sehingga tidak terjadi perubahan dalam kelincahan melompat tali.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar anak di kelompok B RA Al-Muhajirin Palu, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh permainan lompat tali dalam meningkatkan motorik kasar anak. Hal ini dapat dilihat setelah anak melakukan permainan lompat tali, seperti keseimbangan, kekuatan tubuh, dan kelincahan anak terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar anak pada setiap kategori berkembang sangat baik untuk masing-masing aspek yang diamati. Terbukti dari jumlah persentase akhir yang dihasilkan pada aspek keseimbangan 90%, aspek kekuatan tubuh anak 80%, dan aspek kelincahan 70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1) Bagi Kepala RA

Bertanggungjawab dalam hal memperhatikan penyediaan sarana dan prasarana, sehingga pembelajaran dalam upaya melatih kemampuan motorik kasar pada anak melalui kegiatan bermain dapat terfasilitasi dengan baik. Selain itu kegiatan bermain juga menjadi lebih bervariatif, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai.

2) Bagi Guru

Bagi guru RA dapat menggunakan bermain lompat tali, sebagai cara dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak. Karena dengan bermain lompat tali yang dilakukan dalam penelitian ini, terbukti dapat melatih kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B RA Al Muhajirin Palu.

3) Bagi anak

Agar lebih giat dalam melatih kemampuan motorik kasar anak terutama melompat tali. 4) Peneliti lain

Untuk lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar yang lebih maksimal, maka perlu pertimbangan adanya variasi dalam bermain lompat tali pada anak. Sehingga hal ini diperlukan utnuk mengetahui kemampuan atau keterampilan yang dimiliki anak, yang


(6)

782

meliputi keseimbangan, kekuatan tubuh anak, kelincahan serta koordinasi tangan dan kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang S. dkk. (2012). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak Kanak

dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdiknas.

Harsono, (1988). Permainan Lompat Tali. Jakarta: Grasindo.

Santrock, J. W. (2002). Life-span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Sudijono, Anas. (1991). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Planggu 2 Klaten Tahun 2012/2013.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Planggu 2 Klaten Tahun 2012/2013.

0 1 8

UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali Pada Kelompok B Di Tk Pertiwi Sribit Delanggu Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali Pada Kelompok B Di Tk Pertiwi Sribit Delanggu Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 4 18

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR (MELOMPAT) ANAK MELALUI PERMAINAN LOMPAT TALI PADA KELOMPOK B.2 DI TK DHARMA WANITA SUKARAME BANDAR LAMPUNG

1 10 137

Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Kasar Anak Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B TK Al-Hidayah Talise Palu Utara | Rukni | Bungamputi 2360 7057 1 PB

0 0 8

Pengaruh Permainan Modifikasi Bola Basket Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Di Kelompok B2 TK Al-Khairaat III Palu | Wati | Bungamputi 2047 5997 1 PB

0 0 9

Meningkatkan Fisik Motorik Kasar Anak Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelompok B TK Pembina Palu | Amrin | Bungamputi 2991 9163 1 PB

0 0 14

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Metode Demonstrasi di Kelompok B TK Al Khairat Perumnas Tinggede | Erni | Bungamputi 8836 29033 1 PB

0 18 11

Pengembangan Pembelajaran Berbasis Outbound Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak di Kelompok B2 Raudhatul Athfal Al Ikhlas Palu | Sakinah | Bungamputi 8847 29077 1 PB

0 0 12