Keprihatinan Aisyiyah Terhadap Perkembangan Bangsa

Keprihatinan Aisyiyah Terhadap
Perkembangan Bangsa
Perkembangan bangsa saat ini memprihatinkan. Paling tidak penilaian ini dilakukan
oleh Aisyiyah. Hal ini terungkap dalam pidato iftitah yang disampaikan Ketua
Pimpinan Pusat Aisyiyah Prof Dr Hj Siti Chamamah Soeratno dalam Sidang Tanwir
Aisyiyah yang berlangsung akhir tahun lalu di Yogyakarta,
Betapa kericuhan dalam berbagai bidang berkembang dari hari ke hari. Fenomena
yang makin jelas terlihat, menurut Siti Chamamah, adalah kemiskinan yang makin
membengkak dan yang berdampak luas pada situasi bangsa sehingga wajah
keterpurukan bangsa makin mencuat ke permukaan yang makin terpuruk. Betapa
makin banyak tindak kriminal, tindak melanggar hukum demi mengatasi kehidupan
sehari-hari. Apabila angka kemiskinan merangkak naik sehingga menjangkau
bilangan 40 juta jiwa dapat dipahami terbuka untuk berdampak luas pada segala
bidang kehidupan.
Dalam bidang pendidikan dapat disaksikan betapa makin banyak anak didik yang
tidak dapat melanjutkan pendidikan baik informal maupun formal dari satu tingkat
pendidikan ke tingkat pendidikan yang lain. Hasil penelitian yang dilakukan bersama
UNICEF memperlihatkan data konkret yang dihadapi perkembangan keterdidikan
yang makin memprihatinkan generasi muda bangsa Indonesia, generasi yang akan
meneruskan kehidupan kita bangsa Indonesia.
Dalam bidang kesehatan, bidang kehidupan yang menjamin bangsa dari

keberlanjutan bangsa, baik dari kualitas fisik maupun mental tampak makin jelas
penurunnya. Kemiskinan telah pula mengantarkan kondisi kesehatan yang makin
merosot. Angka kematian ibu dan anak makin besar. Demikian pula kualitas
kesehatan keluarga yang pada saat ini tidak mudah untuk memperoleh nutrisi yang
baik akan melahirkan anak yang tidak sehat. Godaan besar yang berupa
pengkonsumsian narkoba, terutama yang menjangkau generasi muda dari hari ke
hari makin besar. Berita di media massa memperlihatkan gejala tersebut dengan
jelas. Bagaimana kita pikirkan kondisi kesehatan para generasi muda kita. Demikian
pula HIV AIDS yang angka penderitanya makin besar merupakan dampak krisis
dalam bidang kesehatan juga. Kurangnya perhatian terhadap kesehatan ibu hamil,
bencana narkoba, dan HIV AIDS akan mengantarkan kondisi kesehatan warga
bangsa khususnya anak-anak tidak mungkin mengemban peran estafet bangsa.
Hal ini menjadi lebih memprihatinkan, menurut dosen UGM ini, apabila kita cermati
situasi dalam era sekarang, era yang sering disebut era kompetisi dalam segenap
bidang kehidupan dalam globalisasi ini makin membawa bangsa dalam tingkat

kehidupan yang rendah. Dalam jajaran bangsa di Asia Tenggara, di Asia, dan di
dunia internasional, Indonesia menempati tingkat yang sangat rendah. Sementara
itu, duri, noda, dan cela mental bangsa yang bermuara pada kebejatan moral suatu
bangsa menempati tingkat yang tinggi. Apabila 5-10 tahun lalu kebejatan moral

dalam bentuk korupsi, Indonesia menempati tingkat ke-6, pada saat ini telah
merangkak naik sampai pada tingkat ke-3. Apakah kelak Indonesia menempati
tingkat pertama? Ini semua tergantung kepada sikap segenap warga bangsa
sendiri. Tampaknya, korupsi pun bersaudara dengan kolusi dan nepotisme, KKN
yang makin memperparah kehidupan bangsa.
Dalam kehidupan beragama, tampak antara lain dalam semangat menjalankan
ibadah haji yang merupakan rukun Islam yang kelima, yang setiap insan muslim
berusaha keras untuk menjalankannya. Namun mereka harus menghadapi situasi
yang mengecewakan.
Dalam bidang hukum, berkembang berbagai tindak aniaya, kekerasan, dan
eksploitasi sejak dari yang legal formal sampai pada yang popular informal. Kalau
istilah ‘kejahatan kerah putih’ telah kita dengar sekurang-kurangnya sepuluh tahun
yang lalu, saat ini, saat jumlah masyarakat miskin makin membengkak, kejahatan
itu terus berlangsung bahkan makin canggih. Tampaknya, daya kreasi bangsa yang
memang selalu diundangkan menjangkau juga tindak negatif yang justru lebih
menterpurukkan bangsa. Daya kreasi, inovasi, dengan kerja yang efisien, efektif,
dan professional selama ini ikut berlomba untuk menaikkan kadar keterpurukkan
bangsa.
Krisis kompleks, multikompleks, dan multidimensi yang jelas-jelas muncul antara
lain dalam bidang keuangan, politik, hukum yang dialami oleh bangsa Indonesia

tersebut dari hari ke hari terus berlangsung dan berkepanjangan. Penelitian
menunjukkan bahwa krisis ini telah berlangsung dalam proses yang saling terkait
antara berbagai bidang kehidupan di dalam masyarakat, dan sampai saat ini sulit
untuk diprediksi ujungnya. Sampai kapankah krisis ini akan berakhir. Krisis yang
berkembang merayap menjangkau segenap lapisan masyarakat dengan berbagai
bentuk kreativitas dan inovatifnya telah menghuni masa kehidupan bangsa
sepanjang perjalanan waktu sampai sekarang.
Ini tentu perlu jawaban dengan langkah konkrit. Mampukah, maukah
bersemangatkah kita menghadapi, memberantas nafsu merusak bangsa ini. Dalam
Sidang Tanwir ini kita mengeksplisitkan tanggapan dan jawaban kita, membulatkan
sikap dan tekad, mengatur langkah, dan menata cara menghadapi bencana
nasional tersebut. Karenanya, dalam era yang penuh dengan tuntutan berkenaan
dengan era kehidupan yang kita masuki ini maka segenap warga bangsa, termasuk
Aisyiyah, dituntut untuk lebih cerdas lagi menanggapinya untuk beraksi
memecahkan persoalan bangsa.

Situasi krisis multidimensi ini, menurut Ketua PP Aisyiyah, bagi Aisyiyah yang
selama ini telah mendapat kenikmatan dengan berbagai macam amal usahanya,
mempunyai kesempatan untuk menghadapi isu krisis tersebut dengan langkahlangkah konkrit. Mencermati situasi tersebut perlu diingat kembali bahwa periode
kepenguruan Aisyiyah kali ini merupakan periode kualifikasi kedudukan sebagai

gerakan social secara utuh. Dalam arti, kegiatannya meliputi segenap aspek
kehidupan, tidak lagi dibatasi sebagaimana periode-periode yang lalu.
Konsekuensi dari pilihan gerakan ini, menurut Ketua PP Aisyiyah, adalah
peningkatan perhatian pada kualitas diri Sumber Daya Manusia (SDM) baik
pimpinan maupun segenap warganya, peningkatan kualitas kegiatan, dan kualitas
tampilan Organisasi. Ini menuntut kepedulian dan kepekaan Aisyiyah terhadap isuisu sosial dalam segenap aspek kehidupan. Isu-isu yang berkembang dalam
masyarakat yang tampak dari fenomena-fenomena sosial menjadi sasaran garap
Aisyiyah. Di antaranya adalah ekonomi, bidang yang fenomenal, terutama dalam
kondisi sosial yang disemarakkan oleh meningkatnya derajat kualitas dan kuantitas
kemiskinan yang berdampak pada berbagai sisi kehidupan bangsa, seperti TKI/TKW,
perdagangan wanita.
Beasiswa. Bagaimanakah kalau Aisyiyah mengubah bidang kerja TKI/TKW dan PRT
menjadi tenaga ahli. Untuk ini, menurut Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya ini,
Aisyiyah mempunyai potensi untuk menyelenggarakannya. Demikian pula bidang
pendidikan, seperti TK, SD dan tingkat-tingkat pendidikan formal. Mampukah
Aisyiyah menyelenggarakan sekolah unggulan. Dalam masalah pendidikan ini,
program beasiswa menjadi masalah yang penting. Program beasiswa dalam hal ini
merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan. Hal inilah pula, menurut Ketua
PP Aisyiyah, Pimpinan Pusat Aisyiyah mempunyai program dalam Sidang Tanwir
2003 ini memberikan beasiswa bagi anak-anak yang memerlukan keberlanjutan

studi. Kali ini disediakan beasiswa untuk sejumlah 300 siswa di berbagai wilayah
Indonesia, yang dibagikan saat rapat akbar. Dana beasiswa dari Ketua MPR RI Prof
Dr HM Amien Rais untuk tiap wilayah Rp.10 juta sedangkan dari PP Aisyiyah untuk
tiap wilayah Rp.1 juta. Uang sebanyak itu telah diterima 33 Wilayah Aisyiyah yang
tersebar seluruh Indonesia.
Dapatkah dalam bidang pendidikan ini Aisyiyah menyelenggarakan pendidikan luar
sekolah? Pendidikan ini relatif mampu menjawab besarnya jumlah drop out. Sebagai
organisasi yang memiliki LPPA, mungkinkah Aisiyah menyediakan paket-paket
penataran mengingat penyelenggaraan paket-paket semacam ini telah menjadi
“profesi Aisyiyah” selama ini. Tentu harus dijawab dengan langkah konkrit bagi
Aisyiyah.
Dalam bidang hukum yang fenomenal, yang antara lain dipicu oleh hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada pihak pengadilan, dengan tindak kekerasan
(terutama kepada perempuan) yang lepas dari tindak hukum. Mampukah Aisyiyah

menyelenggarakan lembaga seperti Crisis Centre yang akan menghadapi berbagai
macam kekerasan.
Isu bidang kesehatan, antara lain perhatian bidang reproduksi. Isu bidang
pendidikan, khususnya bidang penyelenggaraan sekolah unggulan tingkat
perguruan tinggi, terutama pasca sisdiknas, selera masyarakat dalam mencapai

kualitas unggulan. Dalam kehidupan beragama, akhir-akhir ini kita dihadapkan pada
persoalan bunga bank, ibadah haji pada birokrasi yang tidak melancarlan
pelaksanaan ibadah. Apa yang telah dibuat Aisyiyah? Tentu harus Aisyiyah sendiri
yang menjawab dengan langkah konkrit. (tulisan eff, bahan ton dan lut).

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 2 2004