PENINGKATAN MUTU MADRASAH : STUDI KASUS PEMENUHAN KREDITASI DI MTS TAUHIDIYAH DESA SENGANTEN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN BOJONEGORO.

(1)

PENINGKATAN MUTU MADRASAH

(STUDI KASUS PEMENUHAN AKREDITASI DI MTS TAUHIDIYAH DESA SENGANTEN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN

BOJONEGORO)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

OLEH : AHMAD NURI NIM. F05411107

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

PENINGKATAN MUTU MADRASAH

DI MTs TAUHIDIYAH DESA SENGANTEN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN BOJONEGORO

AHMAD NURI

ABSTRAKSI

Salah satu cara meningkatkan kualitas pendidikan din Indonesia saat ini, khususnya di Madrasah Tsanawiyah yang ada di lingkungan masyarakat yang ada di daerah adalah dengan memperbaiki kualitas system manajemen pendidikan. Baik dimulai dengan memperbaiki kualitas tenaga pendidik, sarana prasarana, metode, maupun media yang menunnjang proses pembelajaran. Mutu pendidikan saat ini dituntut lebih baik, untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa serta mmenguasai teknologi informasi agar bias menghadapi persaingan global yang ketat.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mngkaji lebih jauh bagaimana penerapan peningkatan kualitas mutu pendidikan di Madrasah, khususnya di MTs Tauhidiyah di Desa Senganten. Mengingat penulis menemukan ada beberapa sekolah di lingkungan kecamatan Gondang yang kualitas masih kurang baik seperti di di SDN Senganten, MI Islamiyah Pajeng, MTs Tauhidiyah Bubulan, SMP PGRI Pajeng.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan peningkatan mutu pendidikan dan upaya yang dilakukan olehn pihak sekolah MTs Tauhidiyah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun upaya peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan sekurang-kurangnya tiga factor utama yaitu (1) Kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar; (2) Mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan (3) Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap ketrampilan, dan nilai-nilai. Jadi kecukupan sumber, mutu proses belajar mengajar, dan mutu keluaran akan dapat terpenuhi jika dukungan biaya yang dibutuhkan dan tenaga professional kependidikan dapat disediakan di sekolah, dan semua ini tentu saja memerlukan sumberdaya pendidikan termasuk biaya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak mengandung angka-angka, melainkan berupa kata-kata, gambar, dan sebagainya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan peningkatan mutu pendidikan di MTs Tauhidiyah sudah cukup baik, dan upaya yang sudah dilakukan bisa dilihat dari kualitas guru, sarana prasarana, metode, media dan lingkungan yang kondusif.


(6)

IMPROVED QUALITY MADRASAH

VILLAGE IN MTs TAUHIDIYAH SENGANTEN gondang DISTRICT DISTRICT BOJONEGORO

AHMAD NURI ABSTRACTION

One way to improve the quality of education din Indonesia today, especially in the MTs existing on the communities in the region is to improve the quality of education management system. Good starting by improving the quality of teachers, infrastructure, methods, and media menunnjang learning process. Quality education today demanded better, to produce graduates who are faithful and devoted and biased mmenguasai information technology in order to face global competition.

Therefore, the authors are interested in mngkaji further on how the implementation of the quality improvement of the quality of education in Madrasah, particularly in MTs Tauhidiyah in the village Senganten. Given the authors found there were several school districts in the neighborhood Gondang the quality is still not good as in SDN Senganten, MI Islamiyah Pajeng, MTs Tauhidiyah Bubulan, SMP PGRI Pajeng.

The purpose of this study was to determine how the application of quality improvement of education and the efforts of the school olehn Tauhidiyah MTs in implementing the learning activities. As for quality improvement and expansion of education requires at least three major factors: (1) adequacy of educational resources in terms of quality of staff, cost and means of learning; (2) The quality of teaching and learning processes that encourage students to learn effectively; and (3) Quality of output in the form of knowledge, attitudes, skills, and values. So adequacy of resources, quality of teaching and learning, and the quality of output will be satisfied if the required financial support and education professionals can be provided at the school, and all of this of course requires education resources including fees.

In this study, researchers used a qualitative approach, the approach that does not contain figures, but in the form of words, pictures, and so on. The conclusion from this study is that the adoption of quality improvement of education in MTs Tauhidiyah is good enough, and the efforts that have been made may be seen from the quality of teachers, infrastructure, methods, media and conducive environment.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………. I

PERNYATAAN KEASLIAN……….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN………. iii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iv PEDMAN TRANSLITERASI……… v

HALAMAN MOTTO……….. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……… vii

KATA PENGANTAR………. viii

ABSTRAKSI………. xi

DAFTAR ISI………. xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….... 1

B. Rumusan Masalah ………... 9

C. Tujuan Penelitian………. 9

D. .Manfaat Penelitian……….. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pendidikan………... 11

B. Standart Nasional Pendidikan……… 14

C. Manajeman Mutu terpadu Dalam Pendidikan ... 15


(8)

2. Falsafah Manajemen Mutu Terpadu ...……….. 18

3. Hakikat Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan………….. 22

4. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan ... 25

D. Akriditasi Madrasah ... 31

1. Pengertian Akriditasi Madrasah...……….……… 31

2. Tujuan Akreditasi Madrasah ………... . 31

3. Prinsip – Prinsip Kegiatan Akreditatasi Madrasah ...……… 32

4. Syarat syarat Mengikuti Akridasib Madrasah ...……..…... 33

5. Komponen yang di Nilai ... 34

6. Pelaksana Akriditasi Madrasah ... 34

7. Mekanisme Pelaksanaan Akriditasi ... 37

8. Kerangka Konseptual……… 38

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………. 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….……….. 42

C. Fokus Penelitian ……… 42

D. Sumber dan Jenis Data ... 45

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 45

F. Tehnik Analisis Data ... 47


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian ... 52

1. Visi dan Misi MTs .Tauhidiyah ... 55

2.Sarana dan Prasarana ... .... 56

3.Keadaan Guru ,Karyawan , Siswa ... 57

B. Hasil Pembahasan Penelitian ... 58

1.Upaya MTs Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gongang Kabupaten Bojonegoro Dalam peningkatan Mutu Pendidikan... 58

2.Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di MTs Tauhidiyah... 86

3.Pembahasan Hasil Penelitian ... ... 89

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ... 92

B. Saran – Saran. ... 93


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia. Berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan keniscayaan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, jika tidak ingin bangsa ini kalah dalam persaingan di era globalisasi dewasa ini.

Pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, bab II pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Secara kuantitas, kemajuan pendidikan di Indonesia sudah cukup baik,

1

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam http://www.inheret-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.


(11)

namun secara kualitas perkembangannya masih belum merata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sekolah yang belum berorientasi pada mutu. Data ini penulis temukan ketika mengamati di sekolah yang ada di Kecamatan Gondang yaitu seperti di SDN Senganten, MI Islamiyah Pajeng, MTs Tauhidiyah Bubulan, SMP PGRI Pajeng, dan lain-lain.

Mutu pendidikan atau mutu sekolah hanya tertuju pada mutu lulusan yang dihasilkan. Pendidikan yang dijalankan oleh suatu sekolah akan menghasilkan lulusan yang bermutu jika melalui proses yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu akan terjadi jika didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula.

Makna dari mutu itu sendiri merupakan “suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan-harapan”.2 Pada bidang pendidikan, “mutu pendidikan bersifat

menyeluruh, melibatkan seluruh komponen, pelaksana, dan kegiatan yang ada dalam pendidikan dan disebut sebagai Mutu Total atau Total Quality”.3

Secara sederhana, managemen mutu dapat diartikan sebagai aktivitas managemen untuk mengelola mutu. Menurut Gasperz, managemen kualitas dapat dikatakan sebagai aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan, tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas, dan peningkatan kualitas.4 Hasil pendidikan yang bermutu tidak akan tercapai jika hanya dengan satu komponen dan kegiatan yang

2

Fandy Tjiptono&Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM), Ed.IV, (Yogyakarta: ANDI, 2000), ed.IV, h. 4.

3

Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (konsep, prinsip, dan instrument), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h.7

4


(12)

bermutu, karena kegiatan pendidikan cukup kompleks. Suatu komponen, kegiatan, pelaku, terkait dan membutuhkan dukungan dari kegiatan dan komponen yang lainnya. Konsep mutu yang dikenal dengan manajemen mutu lahir beberapa dasawarsa lalu terutama untuk mengatasi beberapa masalah di bidang bisnis dan industri. Konsep itu telah diterapkan dengan sangat berhasil oleh dunia bisnis dan industri di Jepang yang kemudian juga banyak di negara lain. Namun, saat ini mutu bukan hanya menjadi masalah dalam bidang bisnis dan industri, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya. Salah satunya dalam bidang pendidikan.

Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Tujuannya, dalam istilah Philip B. Crosby, adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). Jaminan mutu adalah pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu baik sejak awal (right first time every time). Mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh system, yang dikenal sebagai system jaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan standart. Standart-standart mutu diatur poleh produser-produser yang ada dalam system jaminan mutu.5

Mutu (Kualitas) pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, jika suatu proses pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar memperoleh hasil pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan mempunyai kontinum dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu variabel, dalam konteks pendidikan sebagai suatu sistem, variabel kualitas pendidikan dapat dipandang sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan, iklim organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas belajar dan sebagainya. Edward Salis menyatakan : “ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar an anak didik, kurikulum yeng memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut”6

5

Sallies, Edward. Total Quality Management In Education. Jogjakarta: IRCiSoD, 2006.hal.58

6


(13)

pernyataan di atas menunjukan banyaknya sumber mutu dalam bidang pendidikan, sumber ini dapat dipandang sebagai faktor pembentuk dari suatu kualitas pendidikan, atau faktor yang mempengaruhi kualitas/mutu pendidikan. Dalam hubungan dengan faktor berpengaruh pada kualitas pendidikan, hasil studi Heyman dan Loxley tahun 1989 Mintarsih Danumihardja menyatakan bahwa factor guru, waktu belajar, manajemen sekolah, sarana fisik dan biaya pendidikan memberikan kontribusi yang berarti terhadap prestasi belajar siswa. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan dana untuk penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah menjadi salah satu factor penting untuk dapat memenuhi kualitas dan prestasi belajar, dimana kualitas dan prestasi belajar pada dasarnya mengagambarkan kualitas pendidikan.

Sementara itu Nanang Fatah mengemukakan upaya peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan sekurang-kurangnya tiga factor utama yaitu (1) Kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar; (2) Mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan (3) Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap ketrampilan, dan nilai-nilai. Jadi kecukupan sumber, mutu proses belajar mengajar, dan mutu keluaran akan dapat terpenuhi jika dukungan biaya yang dibutuhkan dan tenaga professional kependidikan dapat disediakan di sekolah, dan semua ini tentu saja memerlukan sumberdaya pendidikan termasuk biaya.

Dalam dunia pendidikan banyak masalah mutu yang dihadapi, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Pendidikan bermutu pasti terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, dana, sarana dan parasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Semua kelemahan mutu tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan yang dapat menimbulkan masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat diterima dalam dunia kerja, bekerja namun tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat dan tidak produktif.


(14)

Banyaknya masalah dalam dunia pendidikan diakibatkan oleh lulusan pendidikan yang tidak bermutu. Karena itu adanya program bermutu atau upaya- upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat penting.

Kata kunci kemajuan dunia industri adalah manajemen. Dalam hal ini Islam menggariskan bahwa suatu manajemen harus dipegang oleh ahlinya, sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

لاق

ةعاسلا رظتناف ه هأ ريغ ىلإ ر أا س ا إ م ه ل سر

Apabila suatu urusan dipegang dipegang selain ahlinya maka tunggulah kehancuran (HR. Bukhari dn Muslim)”7

Dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman :

سفنأب ا ا ريغي ىَتح قب ا ريغي ا ََا َنإ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”8

Dari Hadits dan ayat di atas menjelaskan bahwa pentingnya segala sesuatu harus diserahkan kepada orang yang ahli di bidangnya, begitu juga dalam manajemen mutu pendidikan agar hasilnya bisa lebih baik.

Adanya globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Untuk melakukan hal tersebut, peranan manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah-sekolah yang bermutu. Dari sini kita dapat mengadopsi konsep dan aplikasi manajemen mutu industri untuk perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, tentu saja dengan sejumlah penyesuaian baik yang bersifat orientasi, paradigma, maupun dalam implementasinya. Sangat menarik bahwa konsep manajemen mutu kemudian ditelaah kemungkinan penerapannya di dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

7

Bukhari dan Muslim, Hadits Shahih……… 8


(15)

Perkembangan dan tantangan masa depan yang telah penulis uraikan, seperti: perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; globalisasi yang sangat cepat; era informasi; dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. Sehingga, konsep mutu menjadi perhatian para pengelola pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu agar dapat bersaing dalam kelas dunia. Salah satu sekolah yang merespon tantangan serta mengambil peluang tersebut adalah MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro.

Dalam melaksanakan pendidikan, MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diselenggarakan secara berkesinambungan. Selain itu, MTs. Tauhidiyah pula menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam misi-misi sekolah yang telah dirumuskan. Selain itu, tidak sedikit arus lulusan yang dihasilkan oleh MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah favorit. Semua itu tidak terlepas dari komitmen sekolah yang selalu menciptakan kedisiplinan, lingkungan belajar yang menyenangkan, kebersihan, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, yang menjadikan keunggulan tersendiri bagi MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro dengan sekolah-sekolah yang lain. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro tersebut menimbulkan animo masyarakat terhadap MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro yang terlihat sangat baik, hal ini dapat dilihat dengan bertambahnya jumlah siswa yang mendaftarkan diri setiap tahunnya. Pertanyaannya adalah, dengan jumlah yang siswa yang sangat banyak tersebut, apakah MTs. Tauhidiyah dapat


(16)

memberikan pelayanan akademik yang baik bagi seluruh siswa?

Dalam rangka mengkaji lebih dalam Terkait dengan penerapan manajemen mutu pendidikan yang ada di MTs. Tauhidiyah, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerapan manajemen mutu dan upaya yang akan dilakukan di MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini penulis tuangkan dalam bentuk Tesis sebagai tugas akhir dengan judul:

“Peningkatan Mutu Madrasah di MTs Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan

Gondang Kabupaten Bojonegoro”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan peningkatan mutu di MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro ?

2. Bagaimana upaya Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah disebut di atas, maka dapat penulis sampaikan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dengan jelas dan pasti bagaimana pemenuhan Standar Nasional Pendidikan MTs. Tauhidiyah Desa Sengaten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro.


(17)

Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi akademik, dapat menambah/memperkaya kajian dibidang ilmu peningkatan mutu Madrasah.

2. Bagi peneliti, dapat menjadi masukan atau sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti hal yang sama.

Sedangkan secara praktis kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan peningkatan mutu Madrasah agar lebih baik.

2. Bagi para guru, dapat menjadi masukan untuk memperbaiki kualitas mengajar. 3. Bagi pemerintah daerah, diharapkan nantinya dapat dijadikan sebuah penilaian

yang logis bagi pemerintahan daerah untuk lebih maksimal lagi dalam menangani pelaksanaan peningkatan mutu madrasah.

4. Bagi masyarakat, diharapkan nantinya dapat membuka ruang kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam peningkatan mutu madrasah.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mutu Pendidikan

Mutu dalam pendidikan dapat dilihat dari segi relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, dapat tidaknya lulusan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya bahkan sampai memperoleh suatu pekerjaan yang baik, serta kemampuan seseorang didalam mengatasi persoalan hidup. Mutu pendidikan dapat ditinjau dari kemanfaatan pendidikan bagi individu, masyarakat dan bangsa atau Negara. Secara spesifik ada yang melihat mutu pendidikan dari segi tinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang ingin dicapai oleh seseorang yang menempuh pendidikan.

Dalam konteks pendidikan, mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan. “Pada proses pendidikan, mutu pendidikan berkaitan dengan bahan ajar, metodologi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, lingkungan dan sebagainya. Namun pada hasil pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang dicapai sekolah dalam kurun waktu tetentu yang dapat berupa tes kemampuan akademik, seperti ulangan umum, raport, ujian nasional, dan prestasi non-akademik seperti dibidang olah raga, seni atau keterampilan”.1

Dikatakan pula bahwa dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, keluaran, dan dampaknya. Adapun penjelasannya yaitu : 1. Mutu masukan dapat dilihat dari kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya

manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf, dan siswa. Memenuhi atau tidaknya criteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, sarana prasarana, dan lain-lain. Memenuhi atau tidaknya perangkat lunak

1

Choirul Fuad Yusuf, Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pena Citrasatria, 2008), h. 21


(19)

pendidikan, seperti peraturan, struktur oeganisasi dan deskripsi kerja. Mutu masukan yang berupa harapan, seperti visi, motivasi, ketekunan serta cita-cita. 2. Mutu proses meliputi kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan

multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi siswa. Seperti, kesehatan, kedisipilinan, kepuasan, keakraban, dan lain-lain.

3. Mutu keluaran, yakni hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik (nilai) dan ekstrakurikuler (aneka jenis keterampilan) pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.2

Dari pengertian dan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan tidak hanya berada pada unsur masukan (input), tetapi juga proses, kinerja Sumber Daya Manusia yang mengelola, kreatifitas dan produktifitas meraka, terutama unsure keluaran atau lulusan (output) agar dapat memuaskan dan memenuhi harapan serta kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan pendidikan. Dengan menggunakan konsep sistem maka input, proses, dan output yang ada dalam pendidikan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk dapat mencapai kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Nana Syaodih, dkk, dalam bukunya “Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (konsep, prinsip dan instrument)”, mengemukakan prinsip-prinsip dalam peningkatan mutu pendidikan, antara lain:

1. Kepemimpinan yang professional dalam bidang pendidikan. 2. Adanya komitmen pada perubahan.

2


(20)

3. Para professional pendidikan sebaiknya dapat membantu para siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkanguna bersaing didunia global.

4. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika adanya administrator, guru, staf, pengawas sebagai professional pendidikan mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi.3 Dari prinsip-prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam usaha peningkatan mutu seluruh elemen yang ada dalam suatu organisasi ikut terlibat serta memiliki tugas, visi, misi yang sama.

B. Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari:

1. Standar Kompetensi Lulusan

2. Standar Isi 3. Standar Proses

4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana 6. Standar Pengelolaan

7. Standar Pembiayaan Pendidikan

8. Standar Penilaian Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:

3

Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (konsep, prinsip, dan instrument), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 9-10.


(21)

1. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

2. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan

berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.4

C. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan

1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini telah, sedang dan akan terus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Dalam dunia pendidikan usaha ini dilakukan mulai dari peningkatan kualitas pendidikan pra sekolah, sekolah dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Salah satu upaya yang sedang disosialisasikan dan dianggap tepat adalah melalui Total Quality Management

(manajemen mutu terpadu).

Seperti halnya dengan kualitas/mutu, definisi manajemen mutu terpadu juga bermacam-macam. Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu terpadu diartikan “Sebagai suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya”.5 Teori tersebut juga ada dalam

4

Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media, 2006), 5-6.


(22)

pendidikan Islam, yang mana manusia mempunyai yang harus terus-menerus di asah agar manjadi manusia yang unggu dan mampu bersaing dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Surat Al-Kahfi : 30 yaitu :

ِإ

ًِل عِ سح ِ ِ ج ِعيض َِِاّ إِ احلاّ لاِاو عوِاو آِ ي ّلاِّ

artinya : “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami

tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik”.6

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa orangyang beriman dan bekerja dengan benar sesuai dengan criteria/ keahliannya atau yang ditetapkan (amal Shaleh) kami tidak akan menyia-nyiakannya (disia-siakan) pahala setiap orang yang mengerjakan pekerjaan dengan benar (sempurna).

Dalam definisi ini TQM diartikan sebagai pendekatan, metode dalam menjalankan suatu usaha dengan perbaikan yang dilakukan secara berkelanjutan dari segala aspek yang terlibat, yakni produk, jasa, proses, lingkungan dan terutama manusia yang menjalankannya. TQM merupakan “sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi”.7

Definisi ini lebih menekankan TQM sebagai sistem yang melibatkan seluruh manusia yang berperan dalam rangka memenuhi harapan pengguna produk.

Selain definisi yang telah ada, para ahli manajemen telah banyak mengemukakan pendapatnya mengenai manajemen mutu terpadu atau Total Quality

Management. Dikutip dari Buku Karya Syafaruddin yang berjudul Manajemen Mutu

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah ya, (Semarang : PT Ku udas oro Grafi do), 1994,hal… 7


(23)

Terpadu dalam Pendidikan, Edward Sallis yang mengemukakan bahwa “Total

Quality Management is a philosophy and methodology which assists institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures”,8 (manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri, dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal). Selain itu, Franklin P. Schargel menegaskan bahwa “Total Quality

Management merupakan suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai dan pengurangan pekerjaan tersisa serta pengerjaan kembali”.9

Banyaknya definisi mengenai Total Quality Management, namun pada dasarnya manajemen mutu terpadu merupakan “suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia”.10 Ini berarti bahwa Total

Quality Management menekankan pentingnya perbaikan yang dilakukan secara

berkesinambungan untuk mendapatkan suatu hasil yang bermutu secara menyeluruh, baik pada proses maupun hasil agar dapat memenuhi harapan pelanggan dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Dalam pendidikan, Total Quality Management merupakan suatu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan perbaikan/ evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, baik pada input, proses, dan output yang dihasilkan serta mengevaluasi

8

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi dan Aplikasi), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 28-29.

9


(24)

kekurangan atau kelebihan yang dimiliki setiap diperbaiki atau ditingkatkan pada tahun selanjutnya.

2. Falsafah Manajemen Mutu Terpadu

Yang mendasari falsafah manajemen mutu terpadu adalah fokus pada pernyataan do the right things, first time, every time (kerjakan sesuatu yang benar sejak pertama kali, setiap waktu). Edward Deming secara rinci meletakkan kerangka pemikiran dalam perbaikan mutu secara berkelanjutan berikut:

a. Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas. Menyatakan bahwa perbaikan kualitas akan meningkatkan kepuasan pelanggan dalam halproduk, barang atau jasa yang sekaligus akan mengurangi biaya produksi, sehingga meningkatkan produktifitas. b. Transformasi organisasi. Kemampuan untuk mencapai perbaikan yang penting

dan berkelanjutan menuntut perubahan dalam nilai-nilai yang dianut. Selain itu, proses kerja dan struktur kewenangan dalam organisasi perlu dibenahi.

c. Peran esensial pimpinan. Kepemimpinan mempunyai peran strategis dalam upaya perbaikan kualitas.

d. Hindari praktik-praktik manajemen yang merugikan. Setiap keputusan yang didasarkan pada pandangan jangka pendek dan terkotak-kotak, akhirnya akan merugikan organisasi, seperti tidak adanya tujuan yang tetap untuk perbaikan kualitas, hanya memikirkan keuntungan jangka pendek, dan berganti-ganti kegiatan.

e. Penerapan system of profound knowledge. Penerapan sistem ini meliputi empat disiplin, yakni orientasi pada sistem yang fokus pada kinerja total organisasi, teori variasi yang akan membantu pengambil keputusan untuk mengetahui kapan harus melakukan perubahan-perubahan dalam suatu sistem guna memperbaiki kinerja, teori pengetahuan yang akan membantu kita untuk mengetahui apa yang


(25)

dikehendaki oleh pelanggan, apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas, apa kebutuhan dan harapan baru pelanggan, dan sebagainya.11

Dalam lembaga pendidikan, kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengadakan perubahan yang berkelanjutan dalam rangka perbaikan mutu. Sehingga konsep sekolah bermutu (unggul) perlu ada dalam konsep setiap kepala sekolah. Kepala sekolah perlu memahami TQM sebagai suatu falsafah, metode, tekhnik, dan strategi manajemen untuk perbaikan mutu sekolah, karena kinerja organisasi sekolah senantiasa dinilai masyarakat dalam situasi yang semakin maju. Kepala sekolah dan para guru perlu memahami harapan masyarakat terhadap sekolahnya. Hal ini dilakukan agar harapan pengguna jasa pendidikan dapat tercapai.

Manajemen mutu terpadu Dalam falsafah Islam

Begitu juga dalam dimensi pendidikan Islam manajemen telah menjadi sebuah istilah yang tak dapat dihindari demi tercapainya suatu tujuan. Untuk mencapai tujuannya, maka pendidikan Islam mesti dan harus memiliki manajemen yang baik dan terarah. Adapun pengertian manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan non muslim dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Berbeda redaksi dengan Ramayulis, menurutnya manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan

11


(26)

kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan) Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT

ِ سِفل ِ ادق ِ اكِ ويِيفِ يلإِج عيِّ ثِ

أاِىلإِء ّسلاِ ِ أاِ بدي

ِ وُدعتِاّ

Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut

perhitunganmu” (Al Sajdah : 05).

Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.12

3. Hakikat Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan

12


(27)

Jasa pendidikan memegang peranan vital dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, minat dan perhatian pada aspek kukalitas jasa pendidikan dapat dikatakan baru berkembang dalam satu decade terakhir. Keberhasilan jasa pendidikan ditentukan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada para pengguna jasa pendidikan (peserta didik). Sehingga konsep manajemen mutu sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.

Dalam konteks aplikasi, konsep manajemen mutu terpadu terhadap pendidikan, Edward Sallis menegaskan bahwa “Total quality management is a philosophy improvement, which can provide any educational institution with a set of practical tools for meeting and presentand future customers needs, wants and expectations”.13

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa manajemen mutu terpadu menekankan pada dua konsep utama, yakni continous improvement (sebagai filosofi perbaikan yang terus menerus) dan yang berhubungan dengan alat-alat dan teknik seperti brainstorming and force field analysis (analisis kekuatan lapangan) yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.

Hal ini berarti manajemen mutu dalam pendidikan dapat dikatakan mengutamakan pelajar atau program perbaikan sekolah yang mungkin dapat dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif, sehingga dapat merubah kultur sekolah menjadi lebih baik yang dapat membuat para pelajar, orang tua dan masyarakat menjadi tertarik tetrhadap perubahan yang ditimbulkan.

Aplikasi TQM dalam satuan pendidikan dapat pula disebut Total Quality School (TQS). Jerome S. Arcaro dalam bukunya “Pendidikan Berbasis Mutu (prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan)” mengemukakan “Sekolah Bermutu Total


(28)

terdiri dari lima pilar, yakni: fokus pada pelanggan (costumer), keterlibatan total, pengukuran (adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah), adanya komitmen, dan perbaikan yang berkelanjutan”.14

Dari penjelasan dan pengertian yang ada mengenai Manajemen Mutu Terpadu, setidaknya ada empat hal yang ditekankan dalam memahami hakikat mutu terpadu pendidikan (Total Quality Management in education), yakni:

a. Pencapaian dan pemuasan harapan pelanggan. b. Perbaikan terus menerus.

c. Pembagian tanggung jawab dengan para pegawai. d. Pengurangan sisa pekerjaan dan pengerjaan ulang.15

Pemuasan harapan pelanggan (pengguna jasa pendidikan) berarti mengantisipasi kebutuhan pelanggan dimasa yang akan dating, mengambil resiko dan mengembangkan produk serta melayani pelanggan, baik pelanggan internal (pegawai, pelajar dan orang tua pelajar) maupun pelanggan eksternal (akademi dan universitas, bisnis, militer serta masyarakat luas sebagai pengguna produk). Perbaikan terus menerus berarti sesuatu yang belum pernah dilakukan. Suatu tindakan yang mengejar mutu, prosesnya harus terus menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan.

Pemberdayaan pegawai meruapakan satu hal yang sangat penting dalam perbaikan mutu, sehingga perlu ada pembagian tanggung jawab sesame pegawai. Para guru dan pegawai dapat diberdayakan sepenuhnya dengan memberikan tanggung jawab dan keterampilan dalam rangka pencapaian kinerja sekolah. Dalam kegiatan pendidikan yang disebut sebagai sisa pekerjaan (scrap) dan pengerjaan

14

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 15.

15


(29)

ulang adalah putus sekolah (dropping out) yang dialami oleh siswa karena kondisi tertentu (tinggal kelas, sehingga harus mengulang kelas dengan biaya yang mahal). Keempat hal ini adalah yang harus diperhatikan para pengelola pendidikan dalam dalam menjalankan manajemen sekolah agar dapat dihasilkan hasil atau produk pendidikan (output) yang bermutu.

4. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan

Pemikiran manajemen modern seperti Total Quality Management (TQM) semula diaplikasikan pada dunia bisnis dan industry. Dalam perkembangannya, paradigm baru manajemen mutu terpadu tersebut dapat pula diadopsi untuk dunia pendidikan. Untuk mencapai kepuasan pelanggan pendidikan (masyarakat) hari ini dan masa depan, maka hal mendasar yang perlu diperhatikan adalah pengembangan manajemen yang kuat, penyampaian hasil mutu organisasi, visi dan misi yang jelas, dan sebagainya.

Untuk menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, menurut Joseph C. Field ada sepuluh langkah yang harus dilalui, yaitu:

a. Mempelajari dan memahami manajemen mutu terpadu secara menyeluruh. b. Memahami dan mengadopsi jiwa filosofi untuk perbaikan terus menerus. c. Menilai jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu.

d. Membangun sistem mutu terpadu (kebijakan mutu, rencana strategis mutu, impelementasi rencana, rencana pelatihan, organisasi dan struktur, prosedur bagi tindakan perbaikan, pendefinisian terhadap nilai tambah tindakan).

e. Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja.


(30)

f. Mempelajari tekhnik menyerang atau mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan koreksi dengan menggunakan tekhnik dan alat manajemen mutu terpadu.

g. Memilih dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan.

h. Tetapkan prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya.

i. Menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh pemimpin yang akan menggunakannya, dan

j. Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas.16

Sepuluh langkah tersebut tidak akan berjalan sebelum para professional pendidikan memahami makna mutu itu sendiri. Suatu hal yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah apa sebenarnya mutu. Sehingga perlu bagi para professional pendidikan memahami makna mutu sebelum mengaplikasikannya. Joseph C. Field mengatakan aplikasi TQM menjadi mutu terpadu pendidikan atau Total Quality Education (TQE). Ia memberi definisi mutu terpadu dalam pendidikan “everyone commited for meeting or exceeding customers expectation , setiap orang bertanggung jawab atau berkewajiban untuk mencapai atau mengejar kepuasan pelanggan”.17

Ini berarti bahwa suatu mutu terpadu dalam pendidikan membuat setiap orang berjanji untuk melayani orang lain berdasarkan setiap tuntutan kebutuhan pendidikan.

Untuk dapat mengejar mutu, ada tujuh elemen-elemen pokok yang dikemukakan sebagai bangunan pemikiran manajemen mutu terpadu, yakni:

a. Strategi yang terfokus pada pelanggan

b. Kepercayaan terhadap orang-orang, baik internal maupun eksternal merupakan sumber daya yang sangat penting.

16

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi dan Aplikasi),h. 81-82. 17


(31)

c. Aktivitasnya yang menunjukkan perbaikan terus menerus meruapakan norma yang diharapkan.

d. Pengembangan dan pelaksanaan suatu sistem berdasarkan proyek dan proses pengawasan dengan menggunakan alat dan teknik mutu.

e. Jaminan mutu yang terus berjalan berdasarkan penilaian kinerja. f. Bersikap positif terhadap koreksi kegagalan.

g. Pemikiran yang berbeda terhadap segala sesuatu dalam pencarian atau pengejaran kepuasan pelanggan.18

Selain elemen-elemen yang dianggap sebagai bangunan pemikiran manajemen mutu terpadu, Josep C. Field mengemukakan prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, yaitu: a. Komitmen manajemen terpadu.

b. Selalu mengutamakan pelanggan. c. Komitmen terhadap tim kerjasama.

d. Komitmen terhadap manajemen pribadi dan kepemimpinan. e. Komitmen terhadap perbaikan terus menerus.

f. Komitmen terhadap kepercayaan kemampuan pribadi dan tim. g. Komitmen untuk meraih mutu.19

Dapat disimpulkan bahwa dalam implementasi TQM dalam pendidikan tidak hanya mempertimbangkan langkah-langkah yang harus dilalui tetapi juga mempertimbangkan elemen-elemen yang akan memastikan langkah-langkah yang ada dan prinsip-prinsip yang menunjang keberhasilan dari penerapan manajemen mutu terpadu, sehingga usaha perbaikan mutu benar-benar dilakukan secara optimal.

Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik:20

a. School review:

18

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi dan Aplikasi),h. 84 19

Ibid.h. 85 20


(32)

Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan- kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.

b. Benchmarking:

Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.

c. Quality assurance:

Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan dan melembaga, menjadi subsistem sekolah. Quality assurance

akan menghasilkan informasi, yang : 1) Merupakan umpan balik bagi sekolah

2) Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.

Untuk melaksanakan quality assurance, maka sekolah harus: 1) Menekankan pada kualitas hasil belajar

2) Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus

3) Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.


(33)

4) Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.

d. Quality control

Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.


(34)

D. Akreditasi Madrasah

1. Pengertian akreditasi madrasah

Akreditasi madrasah adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah dan atau lembaga mandiri yang berwenang, untuk menentukan kelayakan program dan atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Secara terminologi, akreditasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian kinerja dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat terbuka.

Dalam konteks akreditasi madrasah, dapat diberikan pengertian sebagai suatu proses penilaian kinerja madrasah, baik madrasah negeri maupun swasta, dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga akreditasi. Hasil penilaian tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memelihara dan meningkatkan kualitas penyelenggara dan pelayanan pendidikan madrasah yang bersangkutan.

2. Tujuan Akreditasi

Akreditasi madrasah bertujuan:

a. Memberikan informasi tentang kelayakan Madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

b. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.

c. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan pendidikan ya ng diakreditasi dan pihak terkait.


(35)

tingkat kelayakan suatu madrasah dalam menyelenggarakan pendidikan

e. Sebagai dasar yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di madrasah.

3. Prinsip-Prinsip Kegiatan Akreditasi Madrasah

Akreditasi sekolah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: a. Objektif

Akreditasi madrasah pada hakikatnya merupakan kegiatan penilaian tentang kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh suatu Sekolah/Madrasah. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait dengan kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh informasi tentang keberadaannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan maka dalam prosesnya digunakan indikator- indikator terkait dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.

b. Komprehensif

Dalam pelaksanaan akreditasi madrasah ibtidaiyah, fokus penilaian tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai komponen pendidikan yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan Sekolah/Madrasah tersebut.

c. Adil

Dalam melaksanakan akreditasi, semua madrasah ibtidaiyah harus diperlakukan sama dengan tidak membedakan atas dasar kultur, keyakinan, sosial budaya, dan tidak memandang status madrasah baik negeri ataupun swasta. Madrasah harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara adil dan atau tidak diskriminatif. d. Transparan


(36)

Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi madrasah seperti kriteria, mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian akreditasi dan lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukannya.

e. Akuntabel

Pelaksanaan akreditasi madrasah harus dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai aturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

4. Syarat Mengikuti Akreditasi Madrasah

Madrasah Tsanawiya dapat mengikuti kegiatan akreditasi, apabila memenuhi persyaratan berikut:

a. Memiliki Surat Keputusan Pendirian / Operasional Madrasah. b. Memiliki peserta didik pada semua tingkatan kelas.

c. Memiliki sarana dan prasarana pendidikan. d. Memiliki pendidik dan tenaga kependidikan. e. Melaksanakan kurikulum yang berlaku, dan f. Telah menamatkan peserta didik.

5. Komponen yang Dinilai Akreditasi Madrasah

Akreditasi sekolah mencakup delapan komponen dalam Standar Nasional Pendidikan

a. Standar Isi, (Permendiknas No. 22/2006) b. Standar Proses, (Permendiknas No. 41/2007)

c. Standar Kompetensi Lulusan, (Permendiknas No. 23/2006)

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (Permendiknas No. 13/2007 tentang Kepala Sekolah, Permendiknas No. 16/2007 tentang Guru, Permendiknas No. 24/2008 tentang Tenaga Administrasi)


(37)

e. Standar Sarana dan Prasarana (Permendiknas 24/2007) f. Standar Pengelolaan, (Permendiknas 19/2007)

g. Standar Pembiayaan, (Peraturan Pemerintah. 48/2008) h. Standar Penilaian Pendidikan. (Permendiknas 20/2007)21

6. Pelaksana Akreditasi Madrasah

Untuk melaksanakan akreditasi madrasah ibtidaiyah pemerintah membentuk Badan Akreditasi Nasional (BAN). Tingkat dan kewenangan Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:

a. Badan Akreditasi Nasional Madrasah (BAN); merumuskan kebijakan operasional, melakukan sosialisasi kebijakan, dan melaksanakan akreditasi S/M.

b. Badan Akreditasi Propinsi Madrasah (BAP ); melaksanakan akreditasi untuk RA, MI, MTs, MA, MAK, dan SLB.

c. Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota; membantu BAP madrasah melaksanakan akreditasi.

Badan Akreditasi Nasional Madrasah (BAN ) berfungsi:

a. Merumuskan kebijakan dan menetapkan akreditasi madrasah ibtidaiyah

b. Merumuskan kriteria dan perangkat akreditasi madrasah ibtidaiyah untuk diusulkan kepada Menteri.

c. Melaksanakan sosialisasi kebijakan, kriteria, dan perangkat akreditasi madrasah ibtidaiyah

d. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan akreditasi madrasah ibtidaiyah e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut hasil akreditasi.

f. Mengumumkan hasil akreditasi madrasah ibtidaiyah secara nasional.

21


(38)

g. Melaporkan hasil akreditasi madrasah ibtidaiyah kepada Menteri, dan h. Melaksanakan ketatausahaan BAN madrasah ibtidaiyah.

Badan Akreditasi Propinsi madrasah (BAP) bertugas :

a. Melakukan sosialisasi kebijakan dan pencitraan BAN dan BAP kepada Pemprov, Kanwil Kemenag, Kankemag, Madrasah ibtidaiyah, dan masyarakat pendidikan pada umumnya.

b. Merencanakan program akreditasi madrasah ibtidaiyah yang menjadi sasaran akreditasi.

c. Mengadakan pelatihan asesor sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh BAN. d. Menetapkan hasil peringkat akreditasi melalui Rapat Pleno Anggota BAP.

e. Menyampaikan laporan pelaksanaan program dan pelaksanaan akreditasi serta rekomendasi tindak lanjut kepada BAN dengan tembusan kepada Gubernur. f. Menyampaikan laporan hasil akreditasi dan rekomendasi tindak lanjut kepada

Kanwil Kemenag, dan LPMP.

g. Menyampaikan laporan hasil akreditasi dan rekomendasi tindak lanjut kepada Pemerintah Kab/Kota yang bersangkutan dan satuan pendidikan dalam rangka penjaminan mutu sesuai lingkup kewenangan masing- masing.

h. Mengumumkan hasil akreditasi kepada masyarakat, baik melalui pengumuman maupun media massa.

i. Mengelola sistem basis data akreditasi.

j. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terjadwal terhadap kegiatan akreditasi. k. Melaksanakan kesekretariatan BAP.

l. Membuat tugas pokok dan fungsi sesuai dengan kerangka tugas pokok BAP, dan m. Melaksanakan tugas lain sesuai kebijakan BAN


(39)

a. Sebagai penghubung antara BAP dengan Kemenag.

b. Mengusulkan jumlah Madrasah Ibtidaiyah yang akan diakreditasi kepada BAP. c. Mengusulkan jumlah asesor yang dibutuhkan untuk kab/kota yang bersangkutan. d. Menyusun data Madrasah Ibtidaiyah yang telah dan akan diakreditasi di tingkat

kab/kota

e. Mengkoordinasikan sasaran penugasan asesor. f. Mengkoordinasikan jadwal pemberangkatan asesor.

g. Menyiapkan perangkat akreditasi dan administrasi bagi asesor. h. Melaporkan pelaksanaan kegiatan.

i. Membantu administrasi keuangan BAP dan

j. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh BAP.

7. Mekanisme Pelaksanaan Akreditasi

Kegiatan akreditasi madrasah ibtidaiyah dibagi dalam dua tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan, meliputi:

1) Mengajukan permohonan akreditasi sesuai dengan penilaian yang berlaku. 2) Pengisian instrumen akreditasi sesuai dengan delapan standar yaitu standar

isi, standar proses, standar kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar nilai pendidikan .

3) Persiapan bukti fisik instrumen akreditasi

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi : 1) Pelaksanaan visitasi


(40)

2) Penentuan responden (kepala madrasah, perwakilan guru, tenaga administrasi, komite madrasah)

3) Pengumpulan data yang berkaitan dengan delapan standar penilaian yaitu standar isi, standar proses, standar kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar nilai pendidikan.

4) Pengolahan data hasil visitasi 5) Verifikasi hasil visitasi asesor.

8. Kerangka Konseptual

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Manajemen mutu terpadu menekankan pada dua konsep utama, yakni

continous improvement (sebagai filosofi dari perbaikan yang terus menerus) dan yang berhubungan dengan alat-alat dan teknik seperti brainstorming and force field analysis (analisis kekuatan lapangan) yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan. Kondisi MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro yang dilihat dari visi yang mereka miliki menggambarkan MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro memiliki komitmen yang kuat dalam meningkatkan mutu pendidikan yang diselenggarakan, namun dalam pengadaan tenaga kependidikan, khususnya pada


(41)

tata usaha, MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro belum dapat memenuhi standar tenaga kependidikan yang seharusnya.

Dalam konsep manajemen mutu, terbentuknya komitmen yang kuat serta visi yang sama untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap orang yang terlibat dalam suatu lembaga adalah kunci keberhasilan dalam perbaikan dan peningkatakan mutu. Sumber daya manusia yang berkualitas pun memegang peranan dalam menghasilkan output yang berkualitas pula. Hal ini berarti dalam suatu sekolah dibutuhkan SDM yang baik agar dapat memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, sehingga output yang diinginkan dapat tercapai, yakni hasil pendidikan yang baik/ berkualitas. Dari keadaan yang nyata di MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro, dengan kondisi yang seharusnya pada manajemen mutu dalam pendidikan dapat dilihat adanya permasalahan, yakni sumber daya manusia yang dimiliki belum cukup baik, khususnya pada tenaga tata usaha. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah dengan kondisi tetrsebut MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro dapat memberikan pelayanan yang baik kepada setiap siswa? Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro dapat melakukan pengawasan dan pengarahan pada setiap tenaga pendidik dan kependidikan, pengembangan dan pelatihan dapat diberikan kepada tenaga pendidik dan kependidikan agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Gambar : 2

Peningkatan Mutu Pendidikan


(42)

(43)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Bahwasannya penerapan peningkatan mutu Sekolah di MTs Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro sudah cukup baik yaitu ditandai dengan : memiliki komitmen yang kuat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen ini dapat terlihat dari visi, misi, dan tujuan sekolah yang dicanangkan sejak awal, yakni berorientasi pada Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi dan juga dapat dilihat dari Hasil Penilaian yang dilakukan oleh Badan Akriditasi Propinsi ( BAP ) yaitu mendapat nilai 84 dengan Peringkat B. 2. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di MTs Tauhidiyah Desa Senganten

Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro, maka langkah-langkah yang sudah dilakukan yaitu mengupayakan untuk memenuhi kepuasan pelanggan (siswa, orang tua, dan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan), dengan mengadakan sarana dan prasarana yang baik, tenaga pendidik dan kependidikan yang berkompeten, serta sistem pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan berkenaan dengan manajemen mutu yang diterapkan dalam pendidikan adalah sebgai berikut:

1. Sekolah tetap berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dijalankan, dan melakukan perbaikan yang berkelanjuutan agar hasil yang diperoleh selalu dapat lebih baik.


(44)

2. Hendaknya terus berupaya dalam mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi staf dan guru serta pengawasan dan pengarahan kepala sekolah terhadap kinerja bawahannya dalam rangka mencapai hasil yang berkualitas.

3. Hendaknya terus berupaya mempertahankan apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan sekolah selama ini.

4. Hendaknya sekolah memperhatikan siswa yang berprestasi namun kurang beruntung, sehingga siswa tersebut pula dapat melanjutkan pendidikannya pada sekolah yang lebih tinggi ( MAN atau SLTA yang lain )dan bahkan sampai masuk keperguruan tinggi, agar arus lulusan sekolah yang ada dapat meningkat dari segi kuantitas dan juga Kwalitas.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam http://www.inheret-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia, Total Quality Management (TQM), Ed.IV, (Yogyakarta : ANDI, 2000)

Amtu, Onisimus, Managemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2011

Sallies, Edward. Total Quality Management In Education. Jogjakarta: IRCiSoD, 2006

Muslim, Bukhari, Hadits Shahih

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjehahnya, (Semarang : PT Kumudasmoro Grafindo, 1994)

Yusuf, Choirul Fuad, Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pena Citrasatria 2008)

Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah (dari unit birokrasi ke lembaga akademik),

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008)

Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (konsep, prinsip, dan instrument), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006)

Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media, 2006

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT Kumudasmoro Grafindo), 1994


(46)

MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004)

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi dan Aplikasi), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002)

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Gaspersz, Vincent, TQM, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005) Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia. 2008

Yunus, Falah, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam http://www.geocities.com/ guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html


(1)

tata usaha, MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro belum dapat memenuhi standar tenaga kependidikan yang seharusnya.

Dalam konsep manajemen mutu, terbentuknya komitmen yang kuat serta visi yang sama untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap orang yang terlibat dalam suatu lembaga adalah kunci keberhasilan dalam perbaikan dan peningkatakan mutu. Sumber daya manusia yang berkualitas pun memegang peranan dalam menghasilkan output yang berkualitas pula. Hal ini berarti dalam suatu sekolah dibutuhkan SDM yang baik agar dapat memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, sehingga output yang diinginkan dapat tercapai, yakni hasil pendidikan yang baik/ berkualitas. Dari keadaan yang nyata di MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro, dengan kondisi yang seharusnya pada manajemen mutu dalam pendidikan dapat dilihat adanya permasalahan, yakni sumber daya manusia yang dimiliki belum cukup baik, khususnya pada tenaga tata usaha. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah dengan kondisi tetrsebut MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro dapat memberikan pelayanan yang baik kepada setiap siswa? Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, MTs. Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro dapat melakukan pengawasan dan pengarahan pada setiap tenaga pendidik dan kependidikan, pengembangan dan pelatihan dapat diberikan kepada tenaga pendidik dan kependidikan agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Gambar : 2

Peningkatan Mutu Pendidikan


(2)

(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Bahwasannya penerapan peningkatan mutu Sekolah di MTs Tauhidiyah Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro sudah cukup baik yaitu ditandai dengan : memiliki komitmen yang kuat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen ini dapat terlihat dari visi, misi, dan tujuan sekolah yang dicanangkan sejak awal, yakni berorientasi pada Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi dan juga dapat dilihat dari Hasil Penilaian yang dilakukan oleh Badan Akriditasi Propinsi ( BAP ) yaitu mendapat nilai 84 dengan Peringkat B. 2. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di MTs Tauhidiyah Desa Senganten

Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro, maka langkah-langkah yang sudah dilakukan yaitu mengupayakan untuk memenuhi kepuasan pelanggan (siswa, orang tua, dan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan), dengan mengadakan sarana dan prasarana yang baik, tenaga pendidik dan kependidikan yang berkompeten, serta sistem pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan berkenaan dengan manajemen mutu yang diterapkan dalam pendidikan adalah sebgai berikut:

1. Sekolah tetap berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dijalankan, dan melakukan perbaikan yang berkelanjuutan agar hasil yang diperoleh selalu dapat lebih baik.


(4)

2. Hendaknya terus berupaya dalam mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi staf dan guru serta pengawasan dan pengarahan kepala sekolah terhadap kinerja bawahannya dalam rangka mencapai hasil yang berkualitas.

3. Hendaknya terus berupaya mempertahankan apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan sekolah selama ini.

4. Hendaknya sekolah memperhatikan siswa yang berprestasi namun kurang beruntung, sehingga siswa tersebut pula dapat melanjutkan pendidikannya pada sekolah yang lebih tinggi ( MAN atau SLTA yang lain )dan bahkan sampai masuk keperguruan tinggi, agar arus lulusan sekolah yang ada dapat meningkat dari segi kuantitas dan juga Kwalitas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam http://www.inheret-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia, Total Quality Management (TQM), Ed.IV, (Yogyakarta : ANDI, 2000)

Amtu, Onisimus, Managemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2011

Sallies, Edward. Total Quality Management In Education. Jogjakarta: IRCiSoD, 2006

Muslim, Bukhari, Hadits Shahih

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjehahnya, (Semarang : PT Kumudasmoro Grafindo, 1994)

Yusuf, Choirul Fuad, Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pena Citrasatria 2008)

Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah (dari unit birokrasi ke lembaga akademik), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008)

Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (konsep, prinsip, dan instrument), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006)

Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media, 2006

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT Kumudasmoro Grafindo), 1994


(6)

MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004)

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi dan Aplikasi), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002)

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Gaspersz, Vincent, TQM, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005) Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia. 2008

Yunus, Falah, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam http://www.geocities.com/ guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html