MOTIVASI BEROBAT PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS.

(1)

MOTIVASI BEROBAT PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

NAILIL ISTIQOMAH B07211020

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(2)

(3)

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

INTISARI ...x

ABSTRAK ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisai Topik yang Diteliti ... 15

B. Prespektif Teoritis ... 18

1. Diebetes ... 18

a. Pengertian Diabetes ... 18

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 19

c. Tanda dan Gejala Diabates Mellitus ... 22

d. Penyebab Diabetes Mellitus ... 24

e. Faktor Resiko dan Dampak Diabetes Mellitus ... 25

f. Pengelolaan Diabetes Mellitus ... 26

2. Motivasi untuk Berobat ... 28

a. Pengertian Motivasi untuk Berobat ... 28

b. Teori Motivasi ... 32

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat ... 35

d. Fungsi-fungsi motivasi ... 36

3. Aspek psikologis yang terjadi pada penderita DM ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 40

C. Sumber Data ... 41

D. Cara Pengumpulan Data ... 42

E. Prosedur Analisis dan Inierpretasi Data ... 44

F. Keabsahan Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 48

B. Temuan Penelitian ... 50


(5)

2. Analisis Temuan Penelitian ... 71 C. Pembahasan ... 77 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, seperti makanan dan minuman berkadar gula tinggi, sudah menjadi gaya hidup masyarakat moderen sekarang ini yang kemudian memicu timbulnya penyakit-penyakit akibat pola makan dan minum yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula darah. DM merupakan salah satu penyakit yang cukup menonjol di antara penyakit-penyakit yang lain seperti jantung, kanker serta stroke. Penyakit-penyakit-penyakit tersebut diakibatkan oleh pola makan, gaya hidup kurang sehat serta tidak diimbangi oleh olahraga yang kemudian memicu menurunnya antibodi dan menyebabkan kerusakan pada organ serta sistem tubuh yang vital.

Fenomena dalam kehidupan sekarang, DM termasuk salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah serius kesehatan masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Penderita DM di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. World Health Organisasion (WHO) memprediksi Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah penyandang DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Internasional Diabetes Federation (IDF) juga memprediksi pada tahun 2009 akan ada kenaikan jumlh penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan akan


(7)

2

adanya peningkatan jumah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahu 2030. (Ernawati, 2013)

Di Indonesia sendiri, DM merupakan penyakit penyebab kematian nomor 6 dengan jumlah proporsi kematian sebesar 5,8% setelah stroke, TB, hipertensi, cedera dan perinatal. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukan bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke dua yaitu 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke enam yaitu 5,8%. (www.depkes.go.id).

Bahkan sampai abad ke-20 penyebab utama sakit dan kematian di Amerika Serikat dan di banyak tempat lain di dunia adalah penyakit akut salah satunya yaitu Diabetes Mellitus. Pada tahun 1997, jumlah kematian dikarenakan menderita DM sebanyak 62.332 jiwa (Sumbreg, 2007). Maka dapat diketahui bahwa penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, bahwa 14 juta orang menderita DM, 50% diantaranya sadar telah mengidapnya (30% diantaranya yang mau berobat secara teratur dan 70% lainnya belum mengikuti pengobatan secara teratur), selain itu masih ada 50% lainya yang tidak menyadari dirinya menderita DM. Keadaan ini mencerminkan bahwa pemahaman masyarakat tentang penyakit DM dan upaya pencegahannya masih rendah (Parkeni, 2006).


(8)

3

Penyandang diabetes di Indonesia sangat besar sehingga membutuhkan penanganan dari semua tim kesehatan dan harus melibatkan penderita diabetes itu sendiri. Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Pengelolaan DM harus dilakukan oleh dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarganya bertujuan dengan memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan. (Ernawati, 2013)

Suparto (2002) menyatakan bahwa tujuan dari pengobatan Diabetes Mellitus adalah menekan kadar gula darah senormal mungkin, sehingga penderita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti orang yang sehat dan bebas dari komplikasi yang ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus yang tak terkendali.

Penyakit Diabetes Melitus sendiri merupakan penyakit yang menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon isnsulin secara relative maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komlikasi metabolic akut mupun komplikasi waskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.

Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit genetic, atau dapat diturunkan pada keturunan berikutnya, tetapi penyakit diabetes melitus dapat


(9)

4

pula terjadi pada lanjut usia, karena sistem metabolisme pada lanjut usia sudah mengalami penurunan, kurang menjaga pola makan, dan kebiasaan hidup pada era sekarang dimana banyak makanan siap saji, kurangnya makan makanan berserat, kurang olahraga, bahkan diabetes melitus dapat pula terjadi pada anak-anak karena virus, atau kondisi obesitas.

Dalam Kompasiana tanggal 19 Februari 2011 memberitakan tiga pasien DM yang meninggal akibat tidak teratur untuk berobat. Pasien pertama wanita berumur sekitar 48 tahun meninggal karena gagal ginjal. Pasien ini diketahui menyandang DM sejak kurang 10 tahun. Disamping diabetes, pasien menderita hipertensi, hiperlipidemi, dan ada riwayat menderita TB paru. Riwayat pengobatan pasien juga tidak jelas, berobat tidak teratur, diet juga terlihat tidak dijalankan dengan baik. Enam bulan akibat gagal ginjal, pasien menjalani hemodialisa dan pemberian eritropoetin untuk merangsang pembentukan sel darah merah (Hb). Dalam satu minggu wanita ini diperkirakan menghabiskan dana lebih dari 10 juta rupiah, untuk hemodialisa 2 kali, injeksi eritropetin 3 kali.

Pasien kedua, laki-laki warganegara keturunan berusia kira-kira 56 tahun. diketahui menderita DM sejak 15 tahun. Laki-laki ini meninggal dunia di rumah sakit yang berada di Singapura. tidak berapa lama setelah menjalani amputasi tungkai kanan. Riwayat berobat pasien ini tidak taratur, dan pasien ini juga tidak percaya bahwa dia menderita DM.

Pasien ketiga laki-laki berumur 45 tahun, meninggal karena serangan jantung. Diketahui bahwa laki-laki menderita DM kira-kira 8 tahun. Riwaya


(10)

5

pengobatan laki-laki ini tidak diketahui dan kemungkinan juga tidak teratur. Disamping gula darah yang tidak terkontrol dengan baik, kadar lipid darah pasien, terutama kolesterol total, trigiliserida sangat tinggi, LDL juga tinggi dan HDI rendah serta mengalami hipertensi yang sulit dikotrol.(http://www.kompasiana.com/irsyalrusad/diabates-mellitus-dm-penyakit-mematikan-tapi-kita-lengah_550085e4a333119f6f5114ad)

Dalam berita lain di Tribunnews.com Banjarmasin tanggal 8 Juni 2015 menurut dokter Agustina Rahmah MM kepala bagian ruangan cuci darah (HD) RSU Ulin Banjarmasin mengungkapkan sekarang penderita diabetes jumlahnya sangat banyak. Apabila mereka lalai dalam menjalani pengobatan kemungkinan mereka akan merubah status jadi pasien cuci darah akibat gagal gijal. Hal ini disebabkan tergantung dari pola hidup dan kepeduliannya dalam menjalani pengobatan rutin sebagai penderita diabetes. (http://www.bacaapa.com/go/lalai-berobat-pasien-diabetes-bisa-cuci-darah)

Hampir sama dengan penderita diabetes lainnya subjek SA pernah tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari dan hanya bisa berbaring di tempat tidur akibat gula darah yang mencapai 730 lebih pada tahun 2009. Dengan keadaan SA yang tidak bisa melakukan aktifitas apa-apa dan hanya bisa berbaring di tempat tidur SA mendapat tekanan dari mantan menantunya bahwa sakit yang diderita SA tidak akan sembuh dan tidak lama lagi akan meninggal. Tetapi dengan semangat berobat yang dimiliki SA kadar gula darah yang semula 600 lebih bisa turun menjadi 400 dalam waktu beberapa minggu dan belum pernah opname dirumah sakit. SA juga bisa mencegah


(11)

6

penyakit DM yang diderita agar tidak menyebabkan komplikasi yang bisa berujung pada kerusakan organ tubuh lain seperti gagal ginjal sehingga melakukan cuci darah, atau yang lebih berbahaya lagi menyebabkan kematian seperti penderita DM lain

Pencegahan perlu dilakukan oleh penderita supaya tidak terjadi komplikasi dan kematian. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh penderita dengan mengontrol kadar gula darah tetap stabil dan tidak melebihi batas normal (Sugiarto, 2010).Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat dilakukan karena menurut ilmu kedokteran bahwa penderita DM tidak akan pernah sembuh dari penyakitnya dan penyakit DM merupakan penyakit yang dibawa seumur hidup. Terkontrolnya kadar gula darah tergantung pada penderita itu sendiri (Tandra, 2007). Upaya pencegahan dan pengontrolan perilaku perlu dilakukan oleh penderita.

Penderita diabetes mellitus penting untuk mematuhi serangkaian pengobatan yang diberikan oleh dokter. Pengobatan yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja. Bila kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita diabetes mellitus rendah maka akan menyebabkan kadar gula darah menurun/meningkat melebihi batas normal yang akan menyebabkan komplikasi. Mematuhi pengobatan pada diabetes mellitus merupakan tantangan yang besar supaya tidak terjadi komplikasi. (Prawita, 2012)

Perilaku tidak patuh pada umumnya akan meningkatkan resiko yang terkait dengan masalah kesehatan dan semakin memperburuk penyakit yang


(12)

7

sedang diderita. Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan aturan pengobatan (Sarafino, 1990). Penelitian mengatakan bahwa 30% penderita DM yang rutin melakukan pengobatan merupakan jumlah dari 50% penderita yang sadar bahwa dirinya mengidap diabetes (Sidartawan, dalam Tandra 2007). Masalah pada manajemen diri yang buruk dari penderita ketika melakukan terapi obat akan memperburuk penyakit tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM mengalami kesulitan dalam mengelola pengobatan secara berkala seperti oral hipoglemik dan suntik insulin (Cramer, 2004). Kesulitan-kesulitan dalam mengelola pengobatan berkala tersebut menyebabkan seorang penderita DM dapat menjadi tidak patuh dalam mengontrol kadar gula darahnya, dan perilaku tidak patuh akan semakin memperberat penyakit yang diderita.

Tombokan dkk (2015) dalam penelitiannya penderita diabetes mellitus akan patuh untuk berobat apabila memiliki motivasi yang baik 13,6 kali jika dibandingkan dengan penderita dengan motivasi yang kurang baik. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa seseorang yang sedang sakit memerlukan motivasi berobat sebagai komponen utama dalam menentukan perilaku kesehatannya.

Menurut Rattu, Tilaar, & Tombokan (2015) motivasi penderita diabetes mellitus yang baik merupakan wujud dari tanggung jawab terhadap penyakit yang dideritanya, yaitu sebagai penerima pelayanan kesehatan. Motivasi seseorang tidak selalu tinggi dalam menjalankan pengobatan atau


(13)

8

pengobatan yang dilakukan, banyak penderita diabetes mellitus mempunyai motivasi yang rendah dalam melakukan pengobatan. Walaupun pengobatan sangat penting dilaksanakan oleh semua penderita diabetes mellitus namun tidak menjamin bahwa penderita diabetes mellitus tersebut mempunyai motivasi yang tinggi dalam melakukan pengobatan.

Rattu dkk (2015) menjelaskan motivasi penderita diabetes mellitus dalam menjalani pengobatan karena kesadaran penderita diabetes mellitus tentang arti dan manfaat pengobatan yang baik. Pengobatan yang baik sangat dibutuhkan dalam mempercepat proses pengobatan penyakit diabetes mellitus. Ada beberapa macam pengobatan bagi penderita diabetes mellitus yaitu, pengaturan pola makan dan makanan, olahraga yang teratur dan terukur serta pemberian obat anti diabetes dan insulin maupun cangkok pankreas (Rab, 1985 dalam Tombokan dkk, 2015). Dalam menjalani pengobatan ini penderita diabetes mellitus memerlukan motivasi yang tinggi dalam menjalaninya.

Penderita DM yang memilik motivasi tinggi atau kuat akan berusaha bangkit melawan penyakit, walaupun penyakit DM merupakan suatu penyakit manahun yang sulit untuk disembuhkan, sebaliknya jika motivasi penderita itu rendah maka penderita DM akan berputus asa dan tidak mau berusaha melawan penyakitnya. Oleh karena itu, motivasi merupakan suatu yang mendorong dan memperkuat perilaku serta memberikan arahan dengan tujuan agar penderita dalam menghadapi situasi-situasi yang sulit dapat tetap bertahan hidup karena tanpa keinginan untuk hidup, tidak ada kemauan bagi penderita untuk meneruskan kehidupan.


(14)

9

Motivasi adalah dorongan, keinginan, hasrat dan tnaga penggerak lainya yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu (Gerungan, 1996). Aspek-aspek dari motivasi adalah memenuhi sikap yang positif yang menunjukkan adanya keyakinan diri yang kuat, penerimaan diri yang tinggi serta selalu optimis dalam menghadapi sesuatu hal. Kekuatan yang mendorong individu ini menunjukkan bahwa timbulnya kekuatan ini bisa berasal dari individu, lingkungan sekiar serta keyakinan individu akan kekuatan kodrati, serta berorientasi pada pencapaian suatu tujuan yang menunjukkan bahwa motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku yang diarahkan pada sesuatu (Conger, 1997)

Woolfolk (2004) membedakan motivasi menjadi dua bagian yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu. Motivasi intrinsik meliputi kebutuhan (needs), minat (interest), kesenangan (enjoyment), dan rasa ingin tahu (curisity). Motivasi intrinsik murni berasal dari dalam individu tidak perlu adanya reward dan punishment bagi individu untuk melaksanakan aktifitasnya Sedangakan motivasi ekstrinsik menurut Suryabrata (2005) terjadi apabila individu melakuakan sesuatu yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Menurut Pintrich & Schunk (1996) yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagi alat untuk mencaai suatu tujuan.

Untuk melakukan sebuah pengobatan perlu adanya motivasi untuk berobat, motivasi ini tidak hanya dari lingkungan atau bersifat ekstrinsik


(15)

10

semata, melainkan juga datang dari dalam diri pasien atau penderita diabetes mellitus itu sendiri, karena sehat kembali menjadi impian setiap orang dan merupakan hal yang paling berharga di dunia ini apalagi bagi penderita penyakit yang sulit untuk sembuh atau menurut dunia medis tidak bisa sembuh seperti diabetes.

Berdasarkan latar belakang diatas penyakit diabetes mellitus adalah penyakit yang dalam dunia medis tidak bisa disembuhkan. tetapi penderitanya bisa melakukan pengobatan secara rutin untuk mencegah semakin parahnya penyakit diabetes mellitus tersebut. Untuk melakukan pengobatan tersebut diperlukan motivasi untuk berobat, diamana yang dimaksud dalam motivasi untuk berobat adalah suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku individu untuk bertindak melakukan pengobatan sehingga mencapi hasil atau tujuan tertentu seperti mengurangi, menghilangkan, atau menyembuhkan penyakit untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini yang melatar belakangi peneliti untuk meneliti “Motivasi untuk Berobat pada Penderita Diabetes Mellitus”.

B. Fokus Penelitian

Diabates melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup oleh penderita diabates. DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Apabila penderita diabetes tidak menaati peraturan untuk tidak makan-manakan yang sembarangan dan melakukan pengobatan atau minum obat secara rutin maka akan berakibat akan semakin parahnya penyakit diabetes. Melakukan pengobatan atau minum obat secara rutin dan menghindari banyak


(16)

11

makanan akan menyebabkan penderita diabetes mengalami kejenuhan, sehingga terjadang penderita diabetes tidak melakukan anjuran dari dokter.

Dari latar belakang masalah diatas peneliti ingin berfokus pada bagaimana faktor dan bentuk motivasi berobat pada penderita diabetes melitus.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui faktor motivasi berobat penderita diabetes mellitus agar tidak terjadi komplikasi.

2. Untuk mengetahui bentuk motivasi berobat penderita diabetes mellitus agar terjadi komplikasi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi upaya pengembangan wawasan

keilmuan bidang Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Klinis b. Menambah referensi bagi khalayak umum akan pentingnya kesehatan

dan menjaga pola hidup. 2. Manfaat praktis

Adapun hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang berarti bagi yang menderita diabetes agar mereka termotivasi untuk sembuh.


(17)

12

E. Keaslian Penelitian

Untuk membedakan dan mendukung dalam penelitian ini peneliti telah menemukan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Salah satu penelitiannya dilakukan oleh Nurina Dewi Pratita (2012) tentang Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan pasangan dan HLOC dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita DM tipe-2 dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara HLOC, dan dukungan pasangan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita DM. HLOC memiliki sumbangan efektif yang lebih besar dibandingkan dengan dukungan pasangan. Bila dukungan pasangan dikorelasikan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada DM tanpa mengontrol HLOC maka hasilnya tidak signifikan.

Bayu Gustada Sulianto & RA Retno Kumolohadi tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motivasi Untuk Menjalani Tritmen Pada Penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi untuk menjalani tritmen pada penderita diabetes melitus dengan menggunakan metode kuantitatif yang dilakukan di kota Magelang. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara dukungan sosial keluarga dengan


(18)

13

motivasi untuk menjalani tritmen pada penderita diabetes mellitus, dan sumbangan dukungan sosial keluarga terhadap motivasi untuk menjalani tritmen sebesar 75%.

Dimas Saifunurmazah tentang Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus dalam Menjalani Terapi Olahraga Diet (Studi Kasus Pada Penderita (DM Tipe 2 di RSUD Dr. Soeselo Slawi). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kepatuhan yang dilakukan penderita DM dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita DM. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek yang diteliti berjumlah empat orang dan penunjang subjek berjumlah tiga orang. Hasil penelitian menunjukan ketiga dari empat subjek yaitu subjek HS, R, SO memiliki sikap patuh. Mereka memiliki kesadaran yang baik untuk melakukan pengobatan, komunikasi dengan petugas kesehatan berjalan lancar, dukungan sosial dari keluarga juga ketiga subjek dapatkan. Sedangkan pada subjek AI kesadaran akan pentingnya melakukan pengobatan masih tergolong rendah. Komunikasi dengan petugas kesehatan tidak berjalan dengan baik karena AI sangat jarang melakukan kontrol dan chek up. Dukungan sosial juga tidak AI dapatkan, kebiasaan pola makan serta gaya hidup yang kurang sehat belum AI rubah. Terapi yang dilakukan oleh AI secara rutin yaitu berolahraga. Sedangkan untuk pengobatan-pengobatan lain seperti pengaturan makan dan obat-obatan belum AI lakukan secara teratur.

Mala Allifni tentang Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas Terhadap Motivasi untuk Berobat pada Penderita Kanker Serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan sosial dan


(19)

14

religiusitas terdadao motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks.

Perbedaan penelitian kami dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian kali ini ingin mengetahui bagaimana bentuk-bentuk motivasi untuk berobat dan faktor-faktor yang mempengarui motivasi untuk berobat pada penderita diabetes mellitus, dan dari penelitian terdahulu belum ada yang membehas tentang motivasi untuk berobat pada penderita diabetes. Serta yang membedakan lagi adalah tempat dan subjek yang akan diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian asli, belum ada yang menliti dan bukan repikasi atau duplikasi dari penelitian terdahulu


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konseptulisasi Topik yang Diteliti

Perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang setelah mengidap penyakit DM. Ia tidak dapat mengonsumsi makan tanpa aturan dan tidak dapat melakukan aktifitas dengan bebas tanpa khawatir kadar gulanya akan naik pada saat kelelahan. Selain itu, penderita DM juga harus mengikuti tritmen dokter, pemeriksaan gula darah secara rutin dan pemakaian obat sesuai aturan. Seseorang yang menderita penyakit DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di dalam hidupnya sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh secara fisik, namun juga berpengaruh secara psikologis pada penderita.

Pengobatan diabetes memerlukan waktu yang lama (karena diabetes menurut dunia medis merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup) dan sangat kompleks (tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga perubahan gaya hidup) sehingga seringkali pasien tidak patuh dan cenderung menjadi putus asa dengan program terapi yang lama, kompleks dan tidak menghasilkan kesembuhan. Menurut Asti (2006) umumnya penderita diabetes patuh berobat kepada dokter selama ia masih menderita gejala yang subjektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari, begitu ia bebas dari keluhan-keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang (Pratiwi, 2007).


(21)

16

Karakteristik penyakit serta pengobatan yang dilakukan penderita DM berpengaruh pada dampak kesehatan penderita, penderita bisa menjadi tidak patuh dengan adanya penyakit yang lama serta proses pengobatan yang panjang, namun sekali lagi tingkat kesabaran dan penerimaan diri yang baik bisa memberikan pengaruh positif terhadap penyakit yang dirasakan, semua tergantung pada proses dinamika terbentuknya sikap positif dan baik dari penderita DM itu sendiri.

Disaat penderita DM mulai menerima kondisi tubuhnya dengan bersikap positif dan baik timbulah sutu dorongan atau motivasi pada diri penderita untuk bangkit melawan penyakit yang dideritanya. Penderita yang memiliki motivasi tinggi akan berusaha bangkit dan tidak berpasrah diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya walaupun sebenarnya penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang kronis yang membutuhkan proses pengobatan yang panjang, sedangkan penderita yang memiliki motivasi yang renda akan mudah terpuruk dan berpasrah diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.

Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi (energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Widyatamma (2011) menyatakan bahwa obat adalah senyawa atau campuran senyawa yang berkhasiat mengurangi, menghilangkan gejala, atau menyembuhkan penyakit. Jadi motivasi untuk berobat adalah suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku individu untuk bertindak melakukan pengobatan sehingga mencapi hasil atau tujuan


(22)

17

tertentu seperti mengurangi, mengilangkan, atau menyembuhkan penyakit untuk mempertahankan hidupnya.

Menurut Woolfolk (2004) terdapat dua faktor motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan individu merasa tidak terpaksa dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang muncul murni berasal dari dalam individu itu sendiri. Pada penderita DM yang memiliki motivasi intrinsik melakukan tritmen atau pengobatan secara rutin karena penderita berusaha semampunya untuk mengendalikan penyakitnya agar tidak semakin parah sehingga menyebabkan komplikasi diabetes yang terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri pembulu darah kecil dan besar dengan menyebabkan kematian 50% akibat jantung coroner dan 30% akibat gagal ginjal. Diabates juga menyababkan kecacaran akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi tulang kaki, bahkan diabetes membunuh lebih banyak dibangdingkan dengan HIV/AIDS (Soegiono, 2008). Sedangkan motivasi ekstrinsik lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh strimulus dari luar. Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan serangkaian pengobatan didorong oleh stimulus eksternal, sebagai contohnya karena dengan adanya dukungan atau motivasi serta kritikan yang membangun dari orang disekitarnya. Dukungan tersebut bisa berasal dari keluarga atau tenaga medis yang menanganinya. Dukungan dari keluarga yang baik adalah keluarga yang memberi dukungan penuh, serta memberikan perhatian kepada penderita, sehingga penderita lebih


(23)

18

bersemangat serta termotivasi untuk melakukan pengobatan yang akan menjadikan kearah yang lebih baik.

Tujuan utama pengobatan segala bentuk diabetes adalah untuk mencapai serta mempertahankan glukosa darah dalam keadaan normal (normoglikemi) dengan harapan dapat mencegah komplikasinya. Motivasi memperbaiki perilaku pasien terhadap pengobatan karena dalam hal ini menanamkan kesadaran individu untuk menaati pengobatan yang didasari dengan adanya keinginan yang timbul dari dirinya sendiri dan dukungan dari orang sekitar.

B. Prespektif Teoitis 1. Diabates

a. Pengertian Diabetes

Penyakit diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi atau hiperglikemia. kadar gula yang tinggi desebabkan oleh jumlah hormone insulin yang kurang atau mungkin jumlah insulin cukup atau bahkan berlebih namun fungsinya kurang efektif (resisten insulin). (Waspadji, 2007)

Menurut Taylor (1995) DM adalah gangguan kronis dimana tubuh tidak dapat membuat atau menggunakan insulin dengan semestinya. Insulin adalah hormon yang disekresikan oleh pankreas yang mengontrol pergerakan glukosa ke dalam sel-sel dan metbolisme JOXNRVD´Ketika terjadi disfungsi insulin, maka akan terjadi kelebihan


(24)

19

insulin dalam darah dan hal ini akan dilepaskan atau dikeluarkan melalui urine. Diabetes dapat juga didefinisikan sebagai gangguan yang ditandai oleh berlebihnya gula dalam darah (hyperglycemia) serta gangguan-gangguan metabolisme karbonhidrat, lemak dan protein, yang bertalian dengan definisi absolut atau sekresi insulin.

Diabetes Mellitus adalah sekelompok metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Gustaviani, 2006).

Lanywati ((2001) dalam Ika, 2008) menyatakan diabetes mellitus atau penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi hormone insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta lemak. Kondisi yang demikian mengakibatkan terjadinya hierglikemia (meningkatnya kadar gula dalam darah).

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Taylor (1995) penyakit DM dibagi kedalam dua tipe utama, yaitu:

1) DM Tipe 1 (DM tergantung insulin)

DM tipe ini disebabkan karena kekurangan insulin, biasanya berkembang relatif pada usia muda, lebih sering pada anak wanita daripada anak laki-laki dan diperkirakan timbul antara


(25)

20

usia enam dan delapan atau 10 dan 13 tahun. Gejalanya yang tampak sering buang air kecil, merasa haus. Terlalu banyak minum, letih, lemah, cepat marah. Gejala-gejala tersebut tergantung dari usaha tubuh untuk menemukan sumber energi yang tepat yaitu lemak dan protein. DM tipe ini bisa di kontrol dengan memberikan suntikan insulin.

2) DM tipe 2 (DM tidak tergantung insulin)

Tipe ini biasanya terjadi setelah usia tahun 40 tahun. DM ini disebabkan karena insulin tidak berfungsi dengan baik. Gejalanya antara lain: sering buang air kecil, letih atau lelah, mulut kering, impoten, menstruasi tidak teratur pada wanita, infeksi kulit, sariawan, gatal-gatal hebat, lama sembuhnya jika terluka. Sebagian besar penderita DM tipe ini mempunyai tubuh gemuk dan sering terjadi pada wanita berkulit putih.

Dalam Bustan (2007) dijelaskan terdapat beberapa perbandingan antara ciri-ciri DM Tipe 1 dan Tipe 2:

Perbandingan keadaan DM Tipe 1 dan Tipe 2

DM Tipe 1 DM Tipe 2

x Sel pembuat insulin Rusak x Mendadak, berat dan fatal x Umumnya usia Muda,

x Insulin Absolut dibutuhkan seumur hidup

x Bukan turunan tapi Auto imun

x Lebih sering dari tipe 1 x Faktor turunan positif x Muncul saat dewasa

x Biasanya diawali dengan Kegemukan.


(26)

21

Sedangkan menurut American Diabetes Association 2005 Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi :

1. Diabetes mellitus tipe I :Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik dan idiopatik.\

2. Diabetes Mellitus tipe II: Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

3. Diabetes Mellitus tipe lain : a. Defek genetic fungsi sel beta

b. Defek genetic kerja insulin : resisitensi insulin tipe A, leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.

c. Penyakit eksokrin pankrean: pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya. d. Endokrinopati : akromegali, sindroma cushing,

feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.

e. Karena obat/zat kimia


(27)

22

g. ,PXQRORJLMDUDQJVLQGURP³6WLII-PDQ´DQWRERGLDQWL reseptor insulin, lainnya.

h. Sindrom genetk lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, Sindrom :ROIUDP¶D DWDNVLD )ULHGUHLFK¶V FKRUHD +XQWLQJWRQ VLQGURPD Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindroma Prader Willi, lainnya

4. Diabetes mellitus Kehamilan/gestasional

Secara tradisional diabetes kehamilan merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang menderita diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah hamil.

c. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Sarwono (2002) menjelaskan bahwa gejala DM diakibatkan antara lain adanya rasa haus berlebih, sering kencing terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jaringan tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.

Gejalah dan tanda-tanda diabetes melitus dapat digolongkan menjadi gejalah akut dan gejala kronik (Tjokroprawito, 2000)

a. Gejala akut

Gejala penyakit diabetes mellitus dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu.


(28)

23

1. Pada permulaan gejala yang dirunjukkan meliputi serba banyak makan, banyak minum dan banyak kencing.

2. Bila keadaan tersebut tidak diobati maka akan menimbulkan gelaja banyak minum, banyak kecing, nafsu makan mulai berkurang berat badan dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) serta mudah lelah.

3. Bila tidak lekas diobati maka akan timbul rasa mual, bahkan penderita jatuh koma yang disebut dengan koma diabetic. b. Gejala krokin yang sering dialami oleh penderita diabetes mellitus

adalah sebagai berikut: 1) Kesemutan

2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum 3) Rasa tebal di kulit

4) Kram 5) Capek

6) Mudah mengantuk

7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata 8) Gatal disekitar kemaluan terutama wanita

9) Gigi mudah goya dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi

10)Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (Tjokropraworo, 2000)


(29)

24

Rata-rata penderita mengetahui adanya DM pada saat kontrol yang kemudian ditemukan kadar glukosa yang tinggi pada diri mereka. Berikut beberapa gambaran laboratorium yang menunjukan adanya tanda-tanda DM yaitu:

1. .DGDUJXODGDUDVHZDNWXSODVPDYHQD•PJGODWDX 2. *OXNRVDGDUDKSXDVDSODVPDYHQD•PJGOSXDVDEHUDUWL

tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir) atau

3. Kadar gOXNRVDSODVPD•PJGOSDGDMDPVHVXGDKEHEDQ glukosa 75 gr pada Test Telerance Glucosa Oral (Suyono, 2006)

d. Penyebab Diabetes Mellitus

DM disebabkan karena virus atau bakteri yang merusak pankreas serta sel-sel yang memproduksi insulin dan membuat disfungsi autoimmune atau kekebalan tubuh. Sejak obat-obatan psikosomatik ada, terdapat kecurigaan bahwa faktor-faktor psikologis juga mempengaruhi seseorang terkena DM, misalnya depresi yang berkepanjangan atau kecemasan.

Penderita DM baik tipe 1 maupun tipe 2 kelihatan sensitif. Hal tersebut merupakan dampak dari stres. Pada penderita DM tipe 1 stres mungkin akan mengendap yang berdampak pada gen. Sebuah studi melaporkan ada hubungan langsung antara stress dan kurangnya kontrol diri penderita DM.


(30)

25

e. Faktor Risiko dan Dampak Diabetes Mellitus

Seseorang yang mengidap penyakit DM akan memiliki penderitaan yang lebih berat jika semakin banyak faktor risiko yang menyertainya. Faktor risiko munculnya DM antara lain faktor keturunan, seseorang memiliki risiko untuk diserang DM sebanyak enam kali lebih besar jika salah satu atau kedua orang tuanya mengalami penyakit tersebut. Penderita DM dapat terserang dua masalah gula darah, yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia. Hipoglikemia adalah kadar gula dalam darah sangat rendah, dihasilkan ketika terdapat insulin yang terlalu banyak sehingga menyebabkan penurunan gula darah. Reaksi ini biasanya terjadi tiba-tiba kulit berubah menjadi pucat dan basah, orang tersebut merasa gelisah, mudah marah dan bingung serta gampang lapar.

Hiperglikemia adalah kadar gula darah yang sangat atau terlalu tinggi. Reaksinya terjadi secara berangsur-angsur seperti kulit kemerahan dan kering. Orang tersebut akan merasa ngantuk dan kesulitan bernafas, ingin muntah, lidah terasa kering. DM diasosiasikan dengan pengentalan pada pembuluh arteri oleh sampah-sampah atau kotoran dalam darah. Akibatnya pasien DM menunjukan tingkat yang tinggi untuk terkena resiko penyakit jantung koroner. DM juga menjadi penyebab utama kebutaan dan gagal ginjal pada orang dewasa. Selain itu, DM juga diasosiakan dengan kerusakan sistem syaraf yang meliputi kehilangan rasa sakit dan sensasi-sensai lainya.


(31)

26

Selain hal-hal di atas, DM juga akan memperburuk fungsi tubuh yang lain misalnya gangguan makan dan sistem memori karena sistem saraf yang rusak pada orang tua.

f. Pengelolaan Diabetes Mellitus

Tujuan dilakukannya terapi medis atau pengobatan adalah untuk menjaga kadar gula dalam darah pada tingkat normal. Faktor yang diperlukan adalah kontrol diri. Kontrol makanan serta olahraga dianggap sebagai kebiasaan yang sangat sulit dilakukan secara teratur. Penderita DM juga harus dapat memonitor sendiri kadar gula dalam darahnya secara pasti. Taylor (1995) mengatakan bahwa bahwa pasien DM dapat dilatih untuk mengetahui kadar glukosa darahnya secara pasti, sehingga mereka dapat belajar untuk dapat membedakan kapan kadar gula mereka perlu diubah.

Pilar utama pengelolaan DM adalah penyeluhan, perencanaan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemu (Suyono, 2006). Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah memberikan dukungan dan nasehat positif dan menghindari terjadinya kecemasan dan depresi dengan mengingat sifat penyakit DM yang menahun dan berlangsung seumur hidup (Budihalim dan Sukatman, 2003).

Kriteria pengendalian DM digunakan untuk dapat dipergunakan sebagai acuan pengendalian DM dan dapat mendeteksi terjadinya komplikasi kronik. Perjalanan penyakit DM dapat terjadi


(32)

27

komplikasi akut dan menahun. Penyakit akut terdiri dari : ketoasidosis diabetika, hiperosmolsr non ketotik, dan hipoglikemia. Penyakit menahun terdiri dari : (1) Makroangiopati : pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak, (2) Mikroangiopati : Retinopati diabetik, dan Nefropati diabetik, (3) Neuropati, (4) Rentan infeksi, (5) Kaki diabetik, dan (6) Disfungsi ereksi (Tjokroprawiro, 2003).

Tujuan pengelolahan DM dibagi menjadi dua yaitu jangka panjang dan pendek. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbagai keluhan atau gejala DM sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh darah (mikroangiopati dan makroangiopati) maupun pada susunan saraf (neuropati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortilitas.

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk mempertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah semakin berkurang. Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe II tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka teratur. Tetapi Kebanyakan penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olahraga yang teratur. Pengobatan yang baik sangat dibutuhkan dalam mempercepat proses pengobatan penyakit diabetes


(33)

28

mellitus. Ada beberapa macam tritment atau pengobatan bagi penderita diabetes mellitus yaitu, pengaturan pola makan dan makanan, olahraga yang teratur dan terukur serta pemberian obat anti diabetes dan insulin maupun cangkok pankreas Rab, (1985, dalam Rattu dkk, 2015)

Tujuan pengelolaan DM tersebut dapat dicapai dengan senantiasa mempertahankan kontrol metabolik yang baik seperti normalnya kadar glukosa dan lemak darah.

2. Motivasi untuk Berobat

a. Pengertian Motivasi untuk Berobat

Motivasi mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Motivasi berasal dari kata motif, motif merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu. Menurut Suryabrata (2005) motif adalah keadaan dalam pribadi setiap individu yang mendorong individus tersebut untuk melkukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Purwanto (1990) yang mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan yang timbul dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut mau bertindak atau melakukan sesuatu. Dari beberapa definisi mengenai motif dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas.

Berawal dari kata motif itulah maka motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku


(34)

29

individu agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga akan mencapai hasil ataupun juga tujuan tertentu.

Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi (energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang tererah untuk mencapai suatu tujuan. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006) istilah motivasi diartikan sebagai satu variable penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju sasaran. Menurut Woolfolk (2004) motivasi adalah kegiatan internal yang bersifat membangun langsung, dan menimbulkan tingkah laku yang terdiri dari kebituhan (needs), minat (interest), kesenangan (enjoyment), hadiah (reward), dan hukuman (punishment).

Menurut Handoko (1992) motivasi adalah suatu tenaga atau factor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkahlakunya.

Sedangkan motivasi menurut Sarwono (1993) adalah dorongan bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan. Dorongan itu diwujudkan dalam bentuk tindakan atau keinginan yang harus dipenuhi dan keinginan itu akan mendorong indvidu untuk melakukan suatu tindakan agar tujuan tercapai. Gerungan (1996) juga mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga


(35)

30

penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu.

Menurut Teori Ekspektasi (Expectancy Theory) oleh Vroom (dalam Pace dkk, 2006) motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai individu dan individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya, bisa juga berarti kemungkinan subjektif dari usaha yang memberkan hasil.

Menurut Rachmat (2005), motivasi diri adalah dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri manusia untuk menggerakkan dan mendorong sikap dan perubahan perilakunya. Motivasi ini didasarkan dari faktor internal individu yang bersifat psikologis dan sebagai akibat dari internalisasi dari informasi dan hasil pengamatan suatu objek yang melahirkan persepsi sehingga individu dapat terdorong untuk berbuat atau melakukan sesuatu.

Menurut Wahjosumido (1985) dalam Sarwono (2004, dalam Rattu dkk 2015) bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, dan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut dengan faktor intrinsic atau faktor di luar dirinya disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau bebagai harapan, cita-cita yang menjangkau kemasa depan. Sedangkan


(36)

31

faktor di luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber dari lingkungannya atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah motivasi untuk berobat. Dari penjabaran tentang motivasi, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang mengerakkan individu untuk bertingkah laku guna mencapai pemuasan kebutuhan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu tindakan tertentu.

Sedangkan Berobat berasal dari kata obat. Menurut Novia (2010), obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri atau menyembuhkan, sedangkan pengobatan merupakan penyembuhan; proses perbuatan yang menyembuhkan. Widyatamma (2011) menyatakan bahwa obat adalah senyawa atau campuran senyawa yang berkhasiat mengurangi, menghilangkan gejala, atau menyembuhkan penyakit.

Pengertian berobat menurut Soenarwo (2009) adalah bagian dari ikhtiar menuju sehat. Ini menandakan bahwa berobat bukanlah satu-satunya faktor penentu kesehatan, ada faktor lain yang juga ikut berperan. Walaupun demikian, tidak melakukan pengobatan pada saat sakit sangat tidak dianjurkan.

Menurut Allefni (2011) dalam penelitiannya berobat dapat diartikan sebagai pengaturan dalam diri individu untuk melawan


(37)

32

penyakitnya atau ketidak seimbangan. Atau dapat juga dikatakan sebagai kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh individu dalam rangka mencapai status seimbang bagi tubuhnya. Sedangkan motivasi berobat adalah suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku individu untuk bertindak melakukan pengobatan sehingga mencapi hasil atau tujuan tertentu seperti mengurangi, mengilangkan, atau menyembuhkan penyakit untuk mempertahankan hidupnya.

b. Teori Motivasi

1. Teori Motivasi Abraham Maslow (Teori Kebutuhan)

Maslow dalam Sobur (2003) berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk suatu hirarki atau jenjang peringkat. Dalam bukunya yang berjudul Motivation and Personality (1954), Maslow menggolongkan kebutuhan manusia itu lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs). Kelima tingkat kebutuhan iu, menurut Maslow, ialah sebagai berikut:

1) Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs)

Kebutuhan yang paling dasar, paling kuat, dan paling jelas di antara segala kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan makan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen.


(38)

33

2) Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

Kebutuhan rasa aman yang mengarah pada dua bentuk, yakni kebutuhan keamanan jiwa, dan kebutuhan keamanan harta. Kebetuhan rasa aman muncul sebagai kebutuhan yang paling penting kalau kebutuhan psikologis telah terpenuhi, kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan rasa takut, dan kecemasan. Menurut Maslow kebutuhan rasa aman sudah dirasakan individu sejak kecil ketika ia mengeksplorasi lingkungan, seperti merasa terancam oleh bunyi Guntur, kilatan lampu, dan sebaginya.

3) Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki (belongingness and love needs)

Kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi secara rutin, berafiliasi dengan otang lain, diterima, memiliki. 4) Kebutuhan penghargaan (esteem needs)

Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan tehadap diri sendiri dan perasaan dir berharga. Kebutuhan akan penghargaan sering kali diliputi frustrasi dan konflik pribadi, karea yang diinginkan orang bukan saja perhatian dan pengakuan dari kelompoknya, melainkan juga kehirmatan dan


(39)

34

status yang memerlukan standar moral, sosial, dan agama.

Maslow membagi kebutuhan penghargaan ini dalam dua jenis: Pertama, penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, penghargaan yang didasarkan atas penilaian orang lain. Penghargaan yang terakhir ini dapat dilihat dengan baik dalam usaha untuk mengapreasiasikan diri dan mempertahankan status. 5) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)

Maslow menggambarkan kebutuhan aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.

2. Teori Motivasi Dua Faktor

Menurut Herzberg (1996) (dalam Sobur, 2003) ada dua faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor ekstrinsik)

1) Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan


(40)

35

antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.

2) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat

Faktor yang mempengaruhi motivasi untuk berobat Woolfolk (2004) membedakan motivasi menjadi 2 faktor yaitu:

a) Motivasi intrinsic

Suryabrata (2005) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah suatu motif yang sudah berada dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar. Sedangkan menurut Pintrich & Sich untuk (1996) yang dimaksut dengan motivasi intrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam dalam suatu aktivitas itu sendiri. Individu yang memiliki motivasi intrinsik terdorong untuk mengerjakan suatu aktifitas atau tindakan dikarenakan adanya perasaan menyenangkan yang dirasakan. Adapun sumber motivasi intrinsik menurut Woolfolk (2004) meliputi kebutuhan (needs), minat (interest), kesenangan (enjoyment), dam rasa ingin tahu (curiosity). Sedangkan menurut Slameto (1997) tentang faktor motivasi internal adalah faktor jasmaniah, dan faktor psikologis.


(41)

36

b) Motivasi ekstrinsik

Suryabrata (2005) mengemukakan bahwa pada dasarnya motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Menurut Pintrich & Schunk (1996) yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Pada motivasi ekstrinsik ini individu melakukan aktifitas atas dasar nilai yang terkandung dalam objek yang terjadi sasaran atau tendensi tertentu. Sumber motivasi ekstrinsik menurut Woolfolk (2004) meliputi imbalan (rewards), tekanan sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman (punishment). Faktor motivasi dari luar menurt Slameto (1997) adalah dari keluarga, dan lingkungan.

d. Fungsi-fungsi motivasi

Secara umum menurut Poerwanto (2000) motivasi memiliki tiga komponen, yaitu:

a) Menggerakkan

Aspek ini menunjukkan bahwa motivasi menimbulkan kekuatan pada individu untuk mendorong individu bertindak dengan cara tertentu.

b) Mengarahkan

Aspek ini menujukkan bahwa motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku yang diarahkan terhadap sesuatu.


(42)

37

c) Menopang

Aspek ini untuk menjaga tingkah laku lingkungan sekitar yang harus menguatkan intensitas dan arah dorongan serat kekuatan individu.

Dari penjelasan diatas tentang fungsi-fungsi motivasi, tiga fungsi motivasi tersebut sangat penting peranannya bagi individu untuk mencapai apa yang diinginkan guna mencapai suatu tujuan.

3. Aspek psikologis yang terjadi pada penderita DM

Diabetes mellitus adalah penyakit yang tergolong kronis, hal ini disebabkan karena DM adalah penyakit yang menahun dan dalam dunia medis tidak bisa disembuhkan. Apabila tidak mendapat penanganan yang tepat DM bisa menyebabkan komplikasi terhadap organ tubuh seperti jantung, hati, dan organ tubuh lainnya. Taylor (2003) mengemukakan ada lima tahap reaksi emosi yang berhubungan dengan penyakit kronis yakni penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (barganing for extra), depresi (depression), dan penerimaan diri (acceptance).

a. Penyangkalang (denial)

Penyangkalan adalah sistem pertahanan yang membuat seseorang berusaha menghindari dampak yang ditimbulkan dari suatu penyakit dan biasanya berlangsung dalam beberapa hari. b. Kemarahan (anger)

3DGD WDKDSDQ LQL SDVLHQ EHUXVDKD PHPSHUWDQ\DNDQ ³PHQJDSD KDUXVVD\D\DQJPHQGHULWDSHQ\DNLWNURQL"´


(43)

38

c. Tawar-menawar untuk sesuatu yang lebih (barganing for extra) Pada tahapan ini penderita kanker mengalihkan kemarahan dengan lebih baik dan strategi yang berbeda, misalnya berjanji untuk hidup sehat dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

d. Depresi (depression)

Istilah depresi sebagai kurangnya control yang merupakan relasi dari memperburuknya suatu simtom sebagai kondisi dari penyakit yang tidak membaik. Pada tahap ini penderita DM merasa muak, sesak, letih, sulit mengontrol diri, sulit memfokuskan perhatian, megnghindar dari sakit dan juga perasaan tidak nyaman.

e. Penerimaan diri (acceptance)

Pada tahap ini penderita DM sudah tidak marah lagi dan sudah membiasakan diri dengan ide kematian yang membuatnya tertekan dan juga menghadapi pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa banyak aspek psikologis yang terjadi pada penderita DM. Namum tidak semua individu mencapai semua taraf yang diuraikan, hanya dua, tiga tahap atau bahkan satu tahap saja yang dialami, misalnya tahap marah dan depresi, atau penolokan dan depresi. Dengan semakin kompleksnya masalah psikologi


(44)

39

yang terjadi pada penderita DM tentu akan berpengaruh terhadap motivasi untuk berobat bagi penderitanya sendiri.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran yang mendalam dan terperinci mengenai faktor dan bentuk motivasi berobat pada penderita diabetes mellitus. Dengan digunakan penelitian kualitatif, maka data yang di dapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna sehingga tujuan dari penelitian ini akan tercapai. Sedangkan untuk jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu dengan menggunakan studi kasus, menurut Poerwandari (2005) studi kasus, digunakan agar peneliti dapat memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus tersebut tanpa bermaksud untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori-teori atau tanpa upaya menggeneralisasikan.

Dengan menggunakan pedekatan studi kasus peneliti dapat memperoleh gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap serta pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai faktor dan bentuk motivasi berobat pada penderita diabetes mellitus.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian subjek 1 adalah bertempat dirumah subjek itu sendiri yang berada di daerah Gresik. Dirumah tersebut


(46)

41

subjek tinggal bersama dengan suami, dan anak tunggalnya. Rumah tempat tinggal subjek tepat berada di depan rumah ketua RT.

Lokasi penelitian subjek yang ke-2 juga berada di rumah subjek sendiri yang berada Gresik. Dirumah tersebut subjek tinggal bersama dengan suami, kedua anak subjek dan ibu subjek. Rumah tempat tinggal subjek berada di sebelah barat masjid desa subjek.

C. Sumber Data

Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yaitu dengan memilik subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan dan yang memiliki informan penting terkait dengan topik penelitian yaitu individu yang telah mengidap diabetes mellitus dan mau berobat secara teratur.

Sumber data penelitian ini adalah:

1. SA (nama samaran) berumur 55 tahun. Subjek ini adalah seorang ibu

rumah tangga, pernah sakit parah akibat diabetes mellitus sehingga tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Subjek SA di diagnosa menderita diabetes pada tahun 2009 tetapi memiliki kecenderungan diabetes pada sejak tahun 2004.

2. NN (nama samaran) berumu 48 tahun. Subjek adalah seorang ibu

rumah tangga, pernah mengalami rabun mata selama beberapa bulan akibat dari penyakit diabetes yang di deritanya. Subjek NN di diagnosa diabetes pada tahun 2011.


(47)

42

Kemudian sumber data untuk significant other yaitu orang lain yang

dekat dengan subjek (mempunyai hubungan) sehingga diduga kuat mempunyai informasi tentang subjek.

Significant other subjek SA:

1. KA. KA merupakan suami dari subjek SA yang mengetahui

tentang riwayat penyakit yang diderita oleh subjek SA.

2. R. R merupakan anak tunggal subjek yang tau tentang

perkembangan SA dari sakit hingga sekarang. Significant other subjek NN:

1. RO. RO adalah suami subjek NN yang berkerja menjadi TKI di

Malaisia, walaupun jauh dari istrinya RO mengetahui tentang sakit yang di derita NN karena NN selalu memberi kabar tentang perkembangan sakitnya.

2. MU. MU adalah ibu subjek NN yang tinggal satu rumah dengan

NN dan tau aktifitas sehari-hari yang di lakukan NN serta mengetahui sakit NN.

D. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode wawancara, dan dokumentasi.

1. Wawancara (interview)

Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam. Dengan melakukan wawancara mendalam peneliti dapat menggali saja apa yang diketahui dan dialami subyek pada masa lampau ataupun masa


(48)

43

sekarang, serta hal-hal yang tersembunyi di dalam diri subyek. Dalam proses wawancara peneliti dilingkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, pedoman wawancara ini digunakan untuk mengingatkan peneliti menganai aspek-aspek yang harus dibahas sekaligus menjadi daftar pengecek apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan (Poerwandari, 2005).

Tehnik wawancaraini digunakan untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat pada penderita diabetes mellitus, serta apa saja bentuk-bentuk motivasi berobat pada penderita diabetes mellitus.

Wawancara dilakukan dengan subyek penelitian, kemudian dengan keluarga, atau pihak lain yang bisa memberikan keterangan secara benar tentang diri subjek penelitian. Wawancara dengan subjek dimaksudkan untuk memperdalam dan memperluas pemahaman atau memahami maksud suatu perilaku yang dilakukan oleh subyek.Wawancara dengan keluarga untuk mengungkap kebiasaan atau perilaku subjek yang sulit diperoleh secara langsung oleh peneliti dan sebagai bentuk triangulasi atas data-data yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan subjek.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa dokumen-dokumen yang dapat diakses oleh peneliti dari subjek yang dapat menambah informasi data bagi penelitian. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal


(49)

44

dokumen sebagai sumber data dimenfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moelong, 2009).

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah obat yang diminum oleh subjek penderita diabetes mellitus, dan hal-hal yang mendukung yang dimiliki oleh subjek dalam penelitian ini.

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Prosedur analisis dan interpretasi data pada penelitian ini menggunakan analisis data lapangan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010) Mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu, reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

Langkah pertama yaitu reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh dari lapangan dapat memberikan gambaran secara jelas bagaimana bentuk-bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat pada penderita diabetes mellitus. Kemudian langkah kedua adalah display data. Dalam mendisplay atau menyajikan data peneliti melakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks yang bersifat naratif.

Setelah dilakukan reduksi data dan didukung dengan display atau penyajian data maka proses yang terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru


(50)

45

yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah di teliti dapat menjadi jelas. Pada penelitia ini diharapkan hasil yang di peroleh dapat menggambarkan secara jelas bagaimana bentuk-bentuk dan faktor yang mempengaruhi motivasi berobat pada penderita diabetes mellitus.

F. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan atau kreadibilatas data yang telah diperoleh, maka peneliti menggunakan teknik Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2013).

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini selain istri sebagai subjek, peneliti juga melakukan penggumpulan data dengan sumber lain yaitu orang terdekat informan yang dirasa mengetahui tentang kehidupan informan.

Adapun informan pendukung atau significant other dari subjek SA

adalah suami subjek dan anak tunggal dari subjek SA. Peneliti mengambil dua informan pendukung ini dikarenakan yang dekat dengan subjek SA dan yang tinggal berada satu rumah dengan subjek SA, serta mengetahui


(51)

46

kehidupan sehari-hari subjek SA. Sedangkan untuk subjek NN yang menjadi significant other adalah suami subjek dan ibu subjek. Peneliti mengambil dua informan pendukung ini dikarenakan dua suami dan ibu subjek NN yang mengetahui kehidupan subjek NN.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. Dan untuk menguji keredibilitas data yang didapat maka data yang diperoleh dari subjek dengan menggunakan teknik wawancara, akan di cek kebenarannya dengan dokumentasi. Sebaliknya juga begitu, informasi tentang subjek yang di dapat dari hasil dokumentasi akan di cek kebenarannya dengan menggunakan wawancara.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data. Untuk itu dalam rangka pengujian kreadibilitas data peneliti melakukan pengecekan hasil wawancara dalam waktu atau situasi yang berbeda. Misalnya, Peneliti akan mengulang kembali beberapa pertanyaan dalam waktu yang berbeda, jika data yang di dapat sama maka dipastikan data tersebut adalah benar, akan tetapi jika ada perbedaan data yang di dapat pada wawancara yang pertama dan kedua maka data tersebut perlu cek lagi kebenarannya.

Dengan mengecek data yang diperoleh dengan menggunakan triangulasi sumber, teknik dan waktu, maka diharapkan penelitian ini dapat


(52)

47

menghasilkan data yang benar-benar valid dan dapat menggambarkan keadaan yang sesunggunya dilapangan, yang mana dalam penelitian ini yaitu bentuk dan faktor motivasi berobat pada penderita diabate mellitus.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Partisipan

a. Subjek SA

Nama : SA

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 55 tahun

Alamat : Gresik

Pendidikan : SD

Suku Bangsa : Jawa

Latar belakang budaya : Jawa Timur

Status pernikahan : Menikah

SA berumur 55 tahun beragama islam, bersuku jawa dan bertempat tinggal salah satu kecamatan di kabupaten Gresik. SA menikah pada tahun 1983 dengan KA yang sekarang beusia 60 tahun, pernikahan mereka di karuniai dengan 1 putra yang sekarang berusia 29 tahun. SA bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja di tambak. Putra SA sempat menikah pada tahun 2004 tetapi pada tahun 2013 bercerai dengan istrinya, dari hasil pernikahan putranya SA mempunyai 1 cucu laki-laki yang sekarang tinggal bersama ibunya. Hari-hari SA dihabiskan dirumah dengan mengurus rumahnya. Pendidikan terakhir yang dilakukan SA adalah SD suami SA juga berpendidikan terakhir SD sedangkan putra SA berpendidikan terakhir SMA.


(54)

49

Dahulu SA bertempat tinggal di kecamatan yang berada di dekat aliran sungai bengawan solo tetapi dikarenakan ada proyek pemerintah untuk membangun bendungan di bantaran sungai bengawan Solo rumah SA di gusur dan pada tahun 2003 SA pindah ke rumah yang di tempati sekarang. Awalmula SA mengalami gejala penyakit diabetes pada tahun 2004 pada saat putranya menikah, setelah pernikahan putranya berusia lima tahun tepatnya pada tahun 2009 SA dengan pola hidup yang tidak baik dan makan-makanan sembarangan SA hampir mau di opname dirumah sakit akibat gula darah yang terlalu tinggi yakni 600, pada waktu itu SA tidak bisa melakukan aktifitas apa-apa hanya berbaring dikamar. Setelah dirawat suaminya dengan pengetahuan yang dimiliki suami SA kadar gula darah SA menurun dan melakukan chek ke puskesmas serta dokter umum, pengobatan SA tidak hanya berupa medis tetapi juga herbal.

a. Subjek NN

Nama : NN

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 48 tahun

Alamat : Gresik

Suku Bangsa : Jawa

Latar belakang budaya : Jawa timur

Status pernikahan : Menikah

NN berumur 49 tahun menikah pada tahun 1989 dengan RO yang berumur 55 tahun dan bekerja sebagai TKI di Malaysia sejak tahun 1985


(55)

50

hingga sekarang. Dari penikahan dengan RO, SA dikaruniai dua anak yang pertama putra dan yang kedua putri. Putra NN berusia 23 tahun dan bekerja sebagai peternak ayam, sedangkan putri NN masih duduk di bangku kelas 2 SMP yang berada di pondok pesantren. NN bertempat tinggal di desa Dukuh Kembar, kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, rumah tersebut peninggalan dari orang tua NN. Di rumah tersebut NN tinggal bersama ibu NN, suami dan dua anaknya.

Kegiatan sehari-hari NN adalah menjadi ibu rumah tangga, tetapi setelah sakit NN mulai berusaha untuk memperbanyak aktifitasnya di luar rumah. Di lingkungan tempat tinggalnya NN ditunjuk sebagai pengurus tahlil ibu-ibu di kampunya. NN di vonis menderita diabetes pada tahun 2011 akibat pola hidup yang kurang baik dengan makan-makanan sembarangan, dari tahun 2011 hingga sekarang NN tidak pernah mengalami sakit yang parah akibat DM yang dideritanya, hanya pernah pingsan akibat gula darah yang kurang.

B. Temuan Penelitian

1. Deskripsi Temuan Penelitian

a) Subjek SA

SA sudah enam tahun menderita diabetes yakni sejak tahun 2009 dan pada tahun 2004 SA hanya mengalami gejala diabetes. Menurut SA hal ini dikarenakan faktor dari pikiran SA dan juga pola makan SA yang sembarangan yakni dengan makan mangga setiap hari tiga kali dan lupa untuk memakan nasi.


(56)

51

³Pokok e enem tahun wisan, pas cak Nur nikah iku. tahun 2004 iku lagek gejalae. Yo mbuh iku pokok,e pas cak N nikah iku, yo

sekitar 2009´ SA.220715.06)

³2004 iku wes koyok onok gejala-gejala opo yo jare doktere iku kecenderungan diabetes ngunu tapi awake iki isek enak pulae biyen ake kegiatan. iku tapi yo gak diroso ngunu. Suwe-suwe iku muikir gara-gara bojone cak R iku wani karo aku, dar-dor dar-dor ngunuku. Mari ngunu manganku salah gak tau mangan sego terus mangan pelem gadung ae bendino telu telu lak biyen iku wayae pelem gadung nang ake seng ngeteri rene apik-apik ngunu gede-gede, maringunu gula darahku mungga 600, pas iku yo gak iso lapo-lapo yo turu ae mbatang ae nang kasur tahun 2009 iku. Mari ngunu iku di rawat pitung ulan nang puskesmas iku wes mudun 400 tapi isek lemes, nang sikil iki rasane gak iso di jak gawe ngebak nginiki gudu nggawe sandal kapan ngebak suwe-suwe iku loro kabeh awak

iki´6$

³yo iku pulae gara-gara kecoro mangane. larangane dipangan gak oleh dipangan wong kenek kencing manis

iku´(KA.260715.07)

1) Faktor Motivasi Berobat

a. Faktor Intrinsik

Faktor yang membuat subjek termotivasi untuk berobat adalah karena kaki yang tidak bisa berjalan di lantai tanpa menggunakan alas kaki sehingga apabila lama-lama berjalan dilantai membuat badan SA sakit. Serta pada waktu itu SA yang mengalami gula darah yang naik cukup tinggi yakni 600 dan membuat SA tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari.

³JXOD GDUDKNX PXQJJD SDV LNX \R JDN LVR ODSR-lapo yo turu ae mbatang ae nang kasur tahun 2009 LNX«« UDZDW SLWXQJ XODQ QDQJ SXVNHVPDV LNX ZHV mudun 400 tapi isek lemes, nang sikil iki rasane gak iso di jak gawe ngebak nginiki gudu nggawe sandal kapan ngebak suwe-suwe iku loro kabeh awak iki.´SA.220715.07)


(57)

52

Selain gejala di atas SA juga mengalami gejala lain seperti nyeri pada kaki, jempol kaki yang biru seperti lebam, dan juga mata yang kabur akibat gula darah tinggi.

³ZRQJPDQJDQNDFDQJ JDNVDPSHNVDNJHJHP DHVLNLO

iku rasane cenut-FHQXWQDQJNHQHLNL´ (SA.220715.18)

³EL\HQ LNL QDQJ MHPSRO QJ NHQH LNL PXQFXO ELUX QJXQX

EXQGHUQDQJVHEHODKLNL´SA.220715.29)

³0ULSDW VHQJ NHQH LNL EL\Hn ngeblur gak sepiro ketok tapi sak iki yo wes lumayan wes enak yoan gak koyok

biyen³6$)

Subjek juga berkeinginan untuk tidak seperti dulu dan keinginan untuk sembuh agar sakit diabetes yang diderita tidak menggangu aktifitas subjek sehari-hari.

³yo puale pengen waras iku mou lis gak pengen koyok biyen drop gak iso lapo-lapo, nang kapan gak waras-waras lak piye sopo seng ngramut nang oma iki seng ngeramut nggawekno mangan cak R karo pakdhe, biyen isek onok nyai yowes tuo nang bojone cak R yo gak

jowo ngunuku´(SA.260715.10)

³Yo seng nggarai mbokdhe kepengen sehat terus yo iku mou yo gak kepengen loro maneh wong loro ngunuku

yo gak enak lis´(SA.260715.11)

Pengetahuan subjek tentang diabetes yang menyebabkan komplikasi, hal ini membuat subjek takut diabetes yang dideritanya bisa ke jaringan tubuh yang lain sehingga membuat subjek patuh untuk tidak memakan makanan yang dilarang,


(58)

53

berolahraga, serta minum obat baik dari dokter maupun obat herbal.

³Lak penyakit nginiki kan yo iso ndadekno komplikasi yoan nak, mbokdhe iki yo wedi engko mrantak nandi-nandi dadine yo gudu patuh iku mou. Yo kapan gak ole mangan ngene yo di turuti, kapan olahraga yo di milui, seng jarene obate yo tak pangan bah iku mou pait mbuh

piye yo di pangan ae nak´(SA.260715.13)

b. Faktor Ekstrinsik a) Faktor keluarga

Menurut suami subjek SA beliau tidak mengerti apabila istrinya memakan mangga sehingga membuat subjek sakit parah, apabila tau mengenai hal tersebut suami subjek SA marahi. Selain memarahi suami subjek juga mengingatkan untuk tidak memamakan makanan yang dilarang, serta menenangkan subjek untuk tidak membuat sakit yang dideritanya.

yo gak ngerti yo, ndapak ngerti lak tak ilokno gak ngerti. Pakdhe iku gak ngerti moro-moro entek

ngunu ae peleme iku.´(KA.260715.30)

³yo iyo caK³DZDVORK\RRMRNVDPSHNSDQWDQJDQH NRQSDQJDQ´WHUXVWDNNRQRNQRNDSDQJDNQJXQX\R

di masukno yo kumat mane lis´.$

³cek gak mikir nemen-QHPHQ ³RMRN PLNLU VHN JDN-JDN´³DNXPLNLUHQJNRQDNPDWL´³ZHVRMRNPLNLU

NRHQLNLWDNUDPXW´´KA.260715.47)

Suami subjek juga mencarikan obat herbal kepada subjek selain mengantar untuk kedokter..


(59)

54

³yo nurut, gak melanggar tuturanku engko nek NDFDS QJRPRQJ ³DZDNPX NRN JDN HQDN´ ³KD\R NRHQ PRX PDQJDQ RSR PRX´ WDN NRQRNQR ³JDN mangan opo-RSR NRN´ ³ZHV QJJRGRN LNL FHN QDQJ

OXQWXU´GLJRGRNGLXPEH´ KA.260715.52)

³mbokmudhe iku jarang paling setengah ulan pisan paling, setengah ulan tak cekno setengah ulan tak cekno sak ulan pisan maringunu enak kabeh yo pali dadi rong ulan pisan poke obate iku rutin diminum

pantangane barang gak di pangan´(KA.260715.31)

³yo diterno bapak, wong cacak yo ngunuku lis jarang nang oma. Kapan seng ngeterno yo bapak terus, wong kerjoe cacak yo tekoe dalu´ (R.250715.05)

b) Faktor lingkungan

Lingkungan tempat tinggal SA juga mendukung terhadap sakit yang dialami SA, seperti contoh pada waktu NN drop akibat gula darah terlalu tinggi tetangga atau teman-teman yang mengenal SA menjenguk dan membawakan makanan yang boleh dimakan olen SA seperti ubi jalar dan pisang.

³terus digawakno wong ndelok rene iku yo onok

seng nggawakno bolet, gedang.´SA.220715.11)

³yo dimasakno makdhemu Ummu (tetangga subjek) yo di masakno bubur, kadang yo di masakno tahu di

kelo bening´SA.220715.17)

Tetangga subjek juga mengingatkan kepada suami subjek untuk membawa subjek SA ke rumah sakit karena keadaan parah yang dialami subjek, tetapi suami subjek menolak dengan alasan bahwa takut subjek kepikiran dan akan berdampak pada sakit subjek yang akan semakin parah.


(60)

55

³aku sampek di lokno tonggo kok karepe ngajak nang rumah sakit diabet, ojok wong mbokdhe mu iku gak wani karo ngunuku engko tambah kepikiran tambah nemen terusan pakdhe yo isek iso

ngeramut.´.$

³yo gak tak, gelek-gelekno dewe lis jamu-jamu ngunuku tak gelek-gelekno dewe kapan herbal koyok wingi ngunuku tak tukokno dewe´ (KA.260715.52)

2) Bentuk-bentuk Motivasi Berobat

Awalnya subjek melakukan rawatjalan ke puskesmas selam tujuh bulan tetapi kemudian pindah ke dokter umum, di dokter umum tersebut subjek ganti-ganti obat karena tidak cocok.

³Iyo iku rawat jalan nang puskesmas iku nak, pitung ulan iku maringunu pindah kontrol nang dokter nang kono iku luwung obate cocok jarene kapan gak cocok kongkon

balikno dadi yo bolak-balik ganti obat´(SA.220715.09)

SA minum obat penuun gula darah selain itu SA juga meminum obat herbal seperti sarang semut, minyak zaitun, dan jintan hitam.

³Ngumbe obat penurun gula darah nak, jenenge opo lali aku. Terus yo tak tambai obat herbal SS, minyak zaitun,

NDURMLQWHQLUHQJ´(SA.220715.13)

Untuk obat dari dokter SA jarang minum resep dari dokter menyarankan untuk minum tiga kali tetapi subjek hanya meminum satu kali karena takut efek yang akan dirasakan dibadannya. Subjek selain mengkonsumsi obat herbal seperti diatas juga meminum jamu dari kunir putih, jahe merah, mengkudu dan lain-lain.


(61)

56

³Seng obat teko dokter iku yo di umbe kapan peng telu ngunuku yo di umbe peng siji sedino iku gak gelek-gelek nak engko nang awak iku gak enak terus seng herbal iku minyak zaitun, SS, karo jinten ireng iku di umbe rutin nak. Terus yo ngumbeh akeh nak yo onok kunir putih, jahe

merah, mengkudu \RDNH´(SA.220715.14)

Selain minum obat dari dokter dan helbal SA juga menghindari makanan yang dilarang walaupun makan makanan yang dirasa SA makanannya kurang enak.

³Yo enak gak enak yo di pangan ae, wong pengen waras iku mou. kapan kepengen panganan seng gak di olei ngunuku yo ngunu sak itik sak itik ae digawe tomboh kepengen, wong mangan kacang gak sampek sak gegem ae sikil iku rasane cenut-cenut nang kene iki. Kapan mangan ngunuku yo mangan sego adem ae di ler sek wong gak ole mangan sego panas-panas dadi kapan pengen mangan isuk-isuk ngunuku yo ngeler sego mobengi. Nang iku nang mejo iku tak tutupi iku, iku engko di gawe mangan engko awan. kapan mangan yo gak warek-warek kapan warek

nemen-QHPHQ\RHQJNRQGDGHNQRORUR´(SA.220715.18)

Ketika merasa lemas yang dilakukan SA langsung meminum obat dan memintak suaminya untuk memijat, serta dibawa untuk kontrol ke dokter.

³Yo langsung tak ombeni obat ngunuku mou helbal di tambai karo pil teko dokter, terus di pijeti karo pakdhe yo

di gelekno obat ramuan-ramuan

ngunuku«´(SA.220715.23)

Iyo nak biasae yo ngunu tak gowo ngontrol. (SA.220715.24)

³Masano opo iku teko wite juwet iku yo sepet nak yo tak


(62)

57

Awal berobat ke puskesmas SA melakukan kontrol atau chek gula darah seminggu sekali sampai dua bulan sekali.

³Awal-awal nang puskesmas iku yo seminggu pisan trus

kongkon balik rong minggu pisan nang doktere iku yo ngunu kadang sak ulan kadang rong ulan, sak ulan pisan pokoke kapan awake enak jare gak opo-opo gak ngechek gula darah seng penting rutin obate njogo mangan, obat

herbal karo olahraga´6$

Selain minum obat dan SA juga melakukan apa yang di sarankan oleh dokter pada waktu ia kontrol, seperti mematuhi peraturan untuk tidak memakan sembarangan, sepeti tidak makan jeroan ayam, sayur nangka muda, tidak makan-makanan yang terlalu manis. Pada waktu drop SA tidak makan nasi dan diganti dengan makan kentang, ubi jalar, singkong dan pisang, sekarang SA sudah mulai makan nasi seperti biasa tetapi tidak boleh terlalu banyak hanya secukupnya saja.

³Yo ngomong pokoke iku ngongkon njogo mangan,

kongkon olahragae obate di umbeh rutin´(SA.220715.42)

³Gak nak ndapak enak iso mangan iwak ngene-ngene (jeroan ayam) yo digawe mangan cak R karo pakdhe, wong jeroan iki senengane pakdhe karo cak R. Aku gak wani mangan nginiki-nginiki urang, kerang, bandeng, mujaer barang ngunuku yo iwak seng dikei obat-obatan ngunuku, kapan ayam nginiki yo sak itik ae gawe tomboh kepengen kapan jeroan yo gak, gak mangan blas. Kapan pakde muleh teko tambak oleh iwak gereh yo mangan iwak gereh, lah

LNX\RNHORDQJHUHK´(SA.220715.02)

³Yo tak kelo bening ae nak tak cemplungno ngunu ae, aku yo bendino simpenan nginiki terus, iku nang mburine oma onok wite uwo siji. Biyen iku nang kulone oma onok woe ketewel aku gak ngerti nek iku gak ole dipangan ngunuku yo langsung low loro kabe awak iki sikil barang iki cekot-cekot, mari ngunu yo gak mbaleni maneh gak mangan


(1)

81

dibelinya dipasar berupa kunir putih, jae merah dan kayu-kayuan, selain itu subjek sering juga di beri informasi dari suami subjek untuk meminum beberapa ramuan herbal dan subjek NN juga meminumnya. Menurut kedua subjek apa yang dikatakan obat dari diabetes kedua subjek meminumnya walaupun rasanya tidak enak.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi motivasi berobat yang dimiliki oleh subjek SA dan NN sama yakni faktor intrinsik dari jasmasniah dan psikologis. Pengalaman dari masa lalu yang perah sakit akibat diabetes membuat SA dan NN melakukan pengobatan. Faktor Ekstrinsik juga menjadi faktor untuk pendukung SA dan NN untuk melakukan pengobatan seperti mengingatkan untuk kontrol ke dokter secara rutin, minum obat secara rutin, dan mencarikan obat herbal.

Bentuk-bentuk motivasi berobat yang dilakukan oleh SA seperti mengahindari makanan yang tidak boleh untuk dimakan walaupun terkadang SA melanggar makanannya, olahraga secara teratur tetapi SA sekarang tidak bisa teratur untuk berolahraga, dan kontrol gula darah dua bulan sekali tetapi tidak minum obat dari dokter dan minum herbal. Bentuk motivasi berobat NN dengan mematuhi peraturan oleh dokter dari makan dan olahraga, pengobatan NN biasanya satu bulan sekali secara teratur tetapi ketika sudah merasa dirinya lemas walaupun tidak ada dorongan dari lingkungan atau keluarga NN kontrol sendiri.


(3)

83

B. Saran

Sebagai akhir dari laporan penelitian ini, akan disampaikan atau direkomendasi yang ditujukan untuk:

1. SA dan NN sebagai subjek penelitian, jangan pernah menyerah dalam kondisi apapun untuk tetap mematuhi apa yang dilakukan di sarankan oleh dokter.

2. Keluarga yang memiliki anak, saudara, tetangga yang memiliki latar belakang seperti yang dialami SA dan NN agar selalu memberikan dukungan yang positif untuk selalu termotivasi berobat walaupun dalam dunia medis DM tidak bisa di sembuhkan tetapi bisa di kontrol agar gula darah tidak naik dan menyebabkan komplikasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih menggali lagi tentang motivasi berobat pada penderita diabetes. Selain itu, significant others dalam penelitian berikutnya diberbanyak serta waktu untuk melakukan penelitian diperbanyak lagi.


(4)

84

Daftar Pustaka

Allifni, Mala. (2013) Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas Terhadap Motivasi untuk Berobat pada Penderita Kanker Serviks.

Asti, T. (2006). Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. Majalah infopom

Asti, T., (2006). Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. Majalah infopom

Bustan. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT Rineka Cipta. Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Conger, J. (1977). Adolesence and Youth. New York: Harper and Row Ind.

Ernawati. (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu Dengan Penerapan Teori Keperawatan Self Care Orem. Jakarta: Mitra Wacana Media

Francis, S., Satiadarma, M.P. 2004. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kesembuhan Ibu yang Mengidap Penyakit Kanker Payudara. Jurnal Ilmiah Psikologi “ARKHE”, Th.9 no.1.

Gerungan. W.A. (1996). Psikologi Sosial: cetakan ke-15. Bandung: Refika Aditama.

Handoko, M. (1992). Motivasi DAYA Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius

Mangkunegara, Prabu. (2000). Perencanaan dan Pengembangan SDM. Bandung: Refika Utama

MC. Gie, A. (1996). Applied Psychology to Nursing Penerapan Psikologi dalam Perawatan. Ahli Bahasa: Pettinasarany, I. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica dan Andi.

Moleong, J. Lexy. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta


(5)

85

Novia. W. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Kashiko

Pace, R. W & Faules, D.F. (1998). Komunikasi organiasai: strategi meningkatkan application 3nd ed. New Jersey: Pearson Education Inc

PARKENI. (2006). Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia

Pratita, N. D. (2005) Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Jurbal Ilmiah Uneversitas Surabaya (Vol. 1 No. 1)

Pintrich, P. R & Schunk, D. H. (1996). Motivasi in education : Theory, research and application 3nd ed. New Jersey: Pearson Education Inc

Poerwandari. (2001). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Poerwanto. (2001). Mengenal dan Mencegah Bahaya Narkoba. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Pratiwi, A.D. (2007). Epidemiologi, Program Penanggulangan dan Isu Mutakhir Diabetes Mellitus. Skripsi. Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Saifunurmazah, Dimas. (2013). Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus dalam

Menjalani Terapi Olahraga Diet (Studi Kasus Pada Penderita (DM Tipe 2 di RSUD Dr. Soeselo Slawi

Sarwono, S.W. (1993). Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Serta Aplikasinya. Cetakan Pertama Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Slameto. (1997). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Ganesa Sobur, Alex. (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Soegondo, S. (2008). Hidup Secara Mandiri Dengan Diabetes Mellitus. Jakarta: FKUI


(6)

86

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sulianto, G. B & Kumolohadi. RA. R. (2008). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Motivasi untuk menjalani Tritmen Pada Penderita Diabetes Mellitus. Naska Publikasi

Suryabrata, Sumadi. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Taylor, E Shelly. (1995). Healthy Psychology. Singapura : Mc Graw-Hill inc.

Rattu, A. J., Tilaar, Ch. R., Tombokan, Vera. (2015). Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Diabetes Mellitus pada Praktek Dokter Keluarga di Kota Tomohon. Vol. 5, No. 2

Waspadji, S. (2007). Diabetes Mellitus : Apakah Itu? Dalam Soewondo Pradana (Ed), Hidup Sehat Dengan Diabetes Bagi Penyadang Diabetes, Keluarganya Dan Petugas Kesehatan (pp.1-6). Jakarta Balai Penerbit FKUI

Widyatamma. (2011). Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta : PT. Widyatamma. Woolfolk, Anita. (2004). Educational Psychology ed. 9. Pearson Education.

http://www.kompasiana.com/irsyalrusad/diabates-mellitus-dm-penyakit-mematikan-tapi-kita-lengah_550085e4a333119f6f5114ad diakses tanggal 12/05/2015

http://www.bacaapa.com/go/lalai-berobat-pasien-diabetes-bisa-cuci-darah diakses tanggal 12/05/2015