Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN

TAHUN 2013-2014

SKRIPSI

Oleh :

SITI MUTHI’AH ELSANDI

NIM. 111000024

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN

TAHUN 2013-2014

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SITI MUTHI’AH ELSANDI

NIM. 111000024

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI

RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN TAHUN 2013-2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Oktober 2015


(4)

(5)

ABSTRAK

Penyakit Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya terus meningkat. Berdasarkan International Diabetes Federation Atlas (IDF Atlas, 2014) prevalensi DM di Indonesia sebesar 5,8%. Berdasarkan Kemenkes Tahun 2013 proporsi DM di Sumatera Utara sebesar 2,3%. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang di rawat jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014.

Dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi penelitian ini sebanyak 433 kasus penderita DM yang di rawat jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014. Sampel diambil dengan menggunakan metode simple random sampling sebanyak 207 kasus. Jenis data yang diambil adalah data sekunder dengan menggunakan uji Chi-Square dan Exact Fisher.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita DM paling besar pada kelompok umur 55-63 tahun yaitu laki-laki (10,6%) dan perempuan (19,8%), Agama Islam (74,4%), tidak bekerja (37,7%), luar Kecamatan Medan Maimun (67,1%) dan kawin (86,5%), ada riwayat anggota keluarga (64,7%), DM Tipe 2 (97,6%), 6 kali kunjungan dalam setahun (78,7%), ada komplikasi (59,4%), komplikasi neuropati diabetik (41,9%), 5 tahun (55,2%), OHO (75,4%) dan KGD akhir buruk (86,7%). Hasil uji statistik dengan Exact Fisher terdapat perbedaan bermakna antara umur berdasarkan tipe DM (p=0,000). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin berdasarkan tipe DM (p=1,000), jenis komplikasi berdasarkan tipe DM (p=0,155), umur berdasarkan jenis komplikasi (p=0,099),jenis kelamin berdasarkan jenis komplikasi (p=0,521), pekerjaan berdasarkan jenis komplikasi (p=0,334) dan jenis komplikasi berdasarkan lama riwayat DM (p=0,051). Hasil uji statistik dengan Chi-Square antara KGD akhir berdasarkan lama riwayat DM dan KGD akhir berdasarkan jumlah kunjungan dalam setahun tidak dapat dilakukan karena terdapat 4 sel (66,7%) dengan expected count kurang dari 5.

Diharapkan kepada pihak Klinik Alifa agar menggunakan metode tes HbA1C untuk melakukan kontrol kadar gula darah pada pasien DM. Kepada pasien DM di Klinik Alifa agar memberlakukan pola makan dan pola hidup yang sehat dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah dan lingkungan sekitar.


(6)

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is the degenerative disease which the prevalence keeps increasing. Based on International Diabetes Federation Atlas (IDF Atlas, 2014) the prevalence of DM in Indonesia reached 5,8%. Based on Kemenkes in 2013, the proportion of DM in North Sumatra reached 2,3%. The aim of this research is to find out the characteristics of the DM outpatients at Alifa Diabetic Centre Clinic Medan from 2013 to 2014.

This study is descriptive by using case series design. The population were 433 outpatients of DM in Alifa Diabetic Centre Clinic Medan from 2013 to 2014. The sample size were 207 cases by using simple random sampling. The data analysis uses a secondary data by using Chi-Square and Fisher’s Exact.

The results of this research showed that the highest proportion of patient with DM was at the age group 55-63 years is male (10,6%) and women (19,8%), Muslim (74,4%), unemployee (37,7%), staying of Medan Maimun district (67,1%), married (86,5%), the family history of disease (64,7%), type 2 DM (97,6%), ≤6 visits in a year (78,8%), with complications (59,4%), complication of diabetic neuropathy (41,9%), ≤5 year (55,2%), OHO (75,4%) and the bad end of KGD (86,7%). According to the statistical test with Exact Fisher, there was significant differences between age by the type of DM (p = 0,000). There was no significant differences between the gender by the type of DM (p = 1,000), the types of complications by the type of DM (p = 0,155), the age by the types of complications (p = 0,099), gender by the types of complications (p = 0,521), occupation by the types of complications (p = 0,334) and the type of complications by the long history of diabetes (p = 0,051). The results of statistical test by Chi-Square between KGD end by long history of diabetes and KGD end based on the number of visits in a year could not be done because there were 4 cells (66,7%) with expected counts which were less than 5.

It is expected for the clinic to use HbA1C test methods to control blood sugar levels in diabetic patients. The patients with DM in the clinic should have a healthy diet and lifestyle in their daily life at home and environment around. Keywords : Diabetes Mellitus, Characteristic, Alifa Diabetic Centre Clinic


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul, “ Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang di rawat jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014”

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta,

“Ayahanda Drs. H. Ahmad Sanadi Sitorus dan Ibunda Hj. Eliza, S.Ag”, yang selalu setia membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kesabaran, setia membimbing, memberi semangat do’a dan dukungan serta rela berkorban materi maupun moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Jemadi M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah mendidik, membimbing dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku ketua Departemen Epidemiologi FKM USU. 3. Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku dosen Pembimbing Akademik.


(8)

4. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Ibu Ratna staff Departemen Epidemiologi yang selalu membantu penulis dalam hal prosedur selama perkuliahan peminatan Epidemiologi dan selama penelitian ini berlangsung.

6. Ibu Pemimpin Alifa Diabetic centre Medan dr. Rifwani Gumulya, MARS yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

7. Bapak Sugianto ST. M.Kom selaku manajer marketing Alifa Diabetic centre Medan yang telah banyak memberikan pertolongan dan saran kepada penulis. 8. Abang Muhammad Nurhadi, S.PdI dan adik Najmi Maulidina Elsandi yang

tersayang yang telah memberikan dukungan dan doa.

9. Kepada temanku tersayang Rempah-rempah Member (RRM), teman peminatan Epidemiologi, teman satu bimbingan skripsi, teman-teman stambuk 2011, kak Izzah Dienillah dan masih banyak lagi, terima kasih atas saran, penilaian, kritikan yang membangun, doa dan semangatnya. Terima kasih juga atas kebersamaannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya, dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Oktober 2015


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

RIWAYAT HIDUP ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Defenisi Diabetes Mellitus ... 6

2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus... 7

2.3 Gejala Penyakit Diabetes Mellitus ... 8

2.4 Diagnosis Diabetes Mellitus ... 10

2.5 Pemantauan Kendali Diabetes Mellitus ... 13

2.6 Epidemiologi Diabetes Mellitus ... 15

2.6.1 Distribusi dan Frekuensi Diabetes Mellitus... 15

2.6.2 Faktor Risiko Diabetes Mellitus ... 17

2.7 Komplikasi Diabetes Mellitus ... 19

2.7.1 Komplikasi Akut Diabetes Mellitus ... 19

2.7.2 Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus ... 22

2.8 Pencegahan Diabetes Mellitus ... 23

2.8.1 Pencegahan Primordial ... 26

2.8.2 Pencegahan Primer ... 26

2.8.3 Pencegahan Sekunder ... 28

2.8.4 Pencegahan Tersier ... 31


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.4 Metode Pengambilan Sampel ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5 Teknik Analisa Data ... 35

3.6 Defenisi Operasional ... 36

BAB IV HASIL ... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 40

4.1.1 Sejarah Singkat dan Latar Belakang Klinik Alifa Diabetic Centre ... 40

4.1.2 Falsafah Klinik Alifa Diabetic Centre... 40

4.1.3 Visi dan Misi Klinik Alifa Diabetic Centre ... 41

4.1.4 Produk Unggulan Klinik Alifa Diabetic Centre ... 41

4.1.5 Struktur Organisasi Klinik Alifa Diabetic Centre ... 42

4.2 Distribusi Proporsi Penderita DM Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 Berdasarkan Sosiodemografi ... 44

4.3 Berdasarkan Riwayat Anggota Keluarga ... 46

4.4 Berdasarkan Tipe DM ... 46

4.5 Berdasarkan Jumlah Kunjungan dalam Setahun ... 47

4.6 Berdasarkan Ada atau Tidak Komplikasi ... 47

4.7 Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 48

4.8 Berdasarkan Lama Riwayat DM ... 48

4.9 Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 49

4.10 Berdasarkan KGD akhir ... 49

4.11 Analisa Statistik Penderita DM Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 50

4.11.1 Umur Berdasarkan Tipe DM ... 50

4.11.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe DM ... 50

4.11.3 Jenis Komplikasi Berdasarkan Tipe DM ... 51

4.11.4 Umur Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 52

4.11.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 53

4.11.6 Pekerjaan Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 54

4.11.7 Lama Riwayat DM berdasarkan KGD akhir ... 55

4.11.8 Lama Riwayat DM berdasarkan Jenis Komplikasi ... 55


(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 57

5.1 Sosiodemografi Pederita DM ... 57

5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin ... 57

5.1.2 Agama ... 59

5.1.3 Pekerjaan ... 60

5.1.4 Daerah Asal ... 62

5.1.5 Status Perkawinan ... 63

5.2 Riwayat Anggota Keluarga ... 64

5.3 Tipe DM ... 65

5.4 Jumlah Kunjungan dalam Setahun ... 67

5.5 Ada atau Tidaknya Komplikasi ... 68

5.6 Jenis Komplikasi ... 69

5.7 Lama Riwayat DM ... 71

5.8 Penatalaksanaan Medis ... 72

5.9 KGD Akhir ... 73

5.10 Analisis Statistik ... 74

5.10.1 Umur Berdasarkan Tipe DM ... 74

5.10.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe DM ... 76

5.10.3 Jenis Komplikasi Berdasarkan Tipe DM ... 77

5.10.4 Umur Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 78

5.10.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 79

5.10.6 Pekerjaan Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 80

5.10.7 Lama Riwayat DM berdasarkan KGD akhir ... 81

5.10.8 Lama Riwayat DM berdasarkan Jenis Komplikasi ... 83

5.10.9 Jumlah Kunjungan dalam Setahun berdasarkan KGD akhir ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Sosiodemografi di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 44 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Riwayat Anggota Keluarga di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 46 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Tipe DM di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Jumlah Kunjungan Dalam Setahun di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 47 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Komplikasi di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 47 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Jenis Komplikasi di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 48 Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Lama Riwayat DM di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 48 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan


(13)

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan Berdasarkan Kadar Gula Darah Akhir di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 49 Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Berdasarkan Tipe DM

yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 50 Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Berdasarkan Tipe

DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 50 Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi Penderita DM Berdasarkan

Tipe DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 51 Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Berdasarkan Jenis

Komplikasi yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 52 Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Berdasarkan

Jenis Komplikasi yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 53 Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita DM Berdasarkan Jenis

Komplikasi yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 54 Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Lama Riwayat DM berdasarkan Kadar Gula

Darah Akhir Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 55 Tabel 4.18 Distribusi Proporsi Lama Riwayat DM berdasarkan Jenis

Komplikasi Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 55 Tabel 4.19 Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan dalam Setahun berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Langkah-langkah diagnostik dan gangguan ... 11 Gambar 1.2 Kriterian Pengendalian DM ... 14 Gambar 5.1 Diagram Batang Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 57 Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Agama di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 59 Gambar 5.3 Diagram Batang Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Pekerjaan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 60 Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Daerah Asal di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 62 Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Status Perkawinan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 63 Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Riwayat Anggota Keluarga di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 64 Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Tipe DM di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 65 Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Jumlah Kunjungan dalam Setahun di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 67


(15)

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan Berdasarkan Komplikasi di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 68 Gambar 5.10 Diagram Batang Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Jenis Komplikasi di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 69 Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Lama Riwayat DM di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 71 Gambar 5.12 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis DM di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 72 Gambar 5.13 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang di Rawat Jalan

Berdasarkan Kadar Gula Darah Akhir penderita DM di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 73 Gambar 5.14 Diagram Batang Proporsi Tipe DM Berdasarkan Umur Penderita

DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 74 Gambar 5.15 Diagram Batang Proporsi Tipe DM Berdasarkan Jenis Kelamin

Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 76 Gambar 5.16 Diagram Batang Proporsi Tipe DM Berdasarkan Jenis Komplikasi

Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 77 Gambar 5.17 Diagram Batang Proporsi Jenis Komplikasi Berdasarkan Umur

Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 78 Gambar 5.18 Diagram Batang Proporsi Jenis Komplikasi Berdasarkan Jenis

Kelamin Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 79 Gambar 5.19 Diagram Batang Proporsi Jenis Komplikasi Berdasarkan Pekerjaan

Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 80


(16)

Gambar 5.20 Diagram Batang Proporsi Lama Riwayat DM Berdasarkan Kadar Gula Darah Akhir Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 81 Gambar 5.21 Diagram Batang Proporsi Lama Riwayat DM Berdasarkan Jenis

Komplikasi Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 83 Gambar 5.22 Diagram Batang Proporsi Jumlah Kunjungan dalam Setahun

Berdasarkan Kadar Gula Darah Akhir Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014 ... 84


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Output Simple Random Sampling Lampiran 2 Master Data

Lampiran 3 Output Master Data Lampiran 4 Surat


(18)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Muthi’ah Elsandi

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 09 Desember 1993

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Drs. H. Ahmad Sanadi Sitorus

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Hj. Eliza, S.Ag

Suku Bangsa Ibu : Minang

Pendidikan Formal :

1. SD/Tamat Tahun : SD Harapan 1 Medan/2005 2. SMP/ Tamat Tahun : Islamic School Darul Ilmi Murni

Medan/2008

3. SLTA/Tamat Tahun : SMA Harapan1 medan/2011 4. Lama Studi di FKM USU : 4 Tahun


(19)

ABSTRAK

Penyakit Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya terus meningkat. Berdasarkan International Diabetes Federation Atlas (IDF Atlas, 2014) prevalensi DM di Indonesia sebesar 5,8%. Berdasarkan Kemenkes Tahun 2013 proporsi DM di Sumatera Utara sebesar 2,3%. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang di rawat jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014.

Dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi penelitian ini sebanyak 433 kasus penderita DM yang di rawat jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014. Sampel diambil dengan menggunakan metode simple random sampling sebanyak 207 kasus. Jenis data yang diambil adalah data sekunder dengan menggunakan uji Chi-Square dan Exact Fisher.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita DM paling besar pada kelompok umur 55-63 tahun yaitu laki-laki (10,6%) dan perempuan (19,8%), Agama Islam (74,4%), tidak bekerja (37,7%), luar Kecamatan Medan Maimun (67,1%) dan kawin (86,5%), ada riwayat anggota keluarga (64,7%), DM Tipe 2 (97,6%), 6 kali kunjungan dalam setahun (78,7%), ada komplikasi (59,4%), komplikasi neuropati diabetik (41,9%), 5 tahun (55,2%), OHO (75,4%) dan KGD akhir buruk (86,7%). Hasil uji statistik dengan Exact Fisher terdapat perbedaan bermakna antara umur berdasarkan tipe DM (p=0,000). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin berdasarkan tipe DM (p=1,000), jenis komplikasi berdasarkan tipe DM (p=0,155), umur berdasarkan jenis komplikasi (p=0,099),jenis kelamin berdasarkan jenis komplikasi (p=0,521), pekerjaan berdasarkan jenis komplikasi (p=0,334) dan jenis komplikasi berdasarkan lama riwayat DM (p=0,051). Hasil uji statistik dengan Chi-Square antara KGD akhir berdasarkan lama riwayat DM dan KGD akhir berdasarkan jumlah kunjungan dalam setahun tidak dapat dilakukan karena terdapat 4 sel (66,7%) dengan expected count kurang dari 5.

Diharapkan kepada pihak Klinik Alifa agar menggunakan metode tes HbA1C untuk melakukan kontrol kadar gula darah pada pasien DM. Kepada pasien DM di Klinik Alifa agar memberlakukan pola makan dan pola hidup yang sehat dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah dan lingkungan sekitar.


(20)

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is the degenerative disease which the prevalence keeps increasing. Based on International Diabetes Federation Atlas (IDF Atlas, 2014) the prevalence of DM in Indonesia reached 5,8%. Based on Kemenkes in 2013, the proportion of DM in North Sumatra reached 2,3%. The aim of this research is to find out the characteristics of the DM outpatients at Alifa Diabetic Centre Clinic Medan from 2013 to 2014.

This study is descriptive by using case series design. The population were 433 outpatients of DM in Alifa Diabetic Centre Clinic Medan from 2013 to 2014. The sample size were 207 cases by using simple random sampling. The data analysis uses a secondary data by using Chi-Square and Fisher’s Exact.

The results of this research showed that the highest proportion of patient with DM was at the age group 55-63 years is male (10,6%) and women (19,8%), Muslim (74,4%), unemployee (37,7%), staying of Medan Maimun district (67,1%), married (86,5%), the family history of disease (64,7%), type 2 DM (97,6%), ≤6 visits in a year (78,8%), with complications (59,4%), complication of diabetic neuropathy (41,9%), ≤5 year (55,2%), OHO (75,4%) and the bad end of KGD (86,7%). According to the statistical test with Exact Fisher, there was significant differences between age by the type of DM (p = 0,000). There was no significant differences between the gender by the type of DM (p = 1,000), the types of complications by the type of DM (p = 0,155), the age by the types of complications (p = 0,099), gender by the types of complications (p = 0,521), occupation by the types of complications (p = 0,334) and the type of complications by the long history of diabetes (p = 0,051). The results of statistical test by Chi-Square between KGD end by long history of diabetes and KGD end based on the number of visits in a year could not be done because there were 4 cells (66,7%) with expected counts which were less than 5.

It is expected for the clinic to use HbA1C test methods to control blood sugar levels in diabetic patients. The patients with DM in the clinic should have a healthy diet and lifestyle in their daily life at home and environment around. Keywords : Diabetes Mellitus, Characteristic, Alifa Diabetic Centre Clinic


(21)

(22)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di Indonesia penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan, dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat. Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa, pengobatan PTM seringkali memakan waktu yang lama dan memerlukan biaya yang besar. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah kecacatan termasuk kecacatan permanen (Kemenkes, 2013).

Menurut data WHO (2014) pada tahun 2012, Crude Death Rate (CDR) atau angka kematian kasar di dunia 7,7 per 1000 penduduk, Spesific Death Rate (SDR) PTM di dunia atau angka kematian karena PTM di dunia 52,7 per 10.000 penduduk. Proportional Mortality Rate (PMR) PTM di bawah usia 70 tahun 42,1 per 100 penduduk (IDF, 2014).

Menurut data WHO (2014), proporsi penyebab utama kematian akibat PTM pada tahun 2012 adalah penyakit kardiovaskular (46,2%), kanker (21,7%), penyakit pernafasan termasuk asma dan penyakit paru obstruktif kronik (10,7%) dan Diabetes Mellitus (DM) (4%).

DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau


(23)

kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan lainnya (Sudoyo dkk, 2006).

Di Negara maju sebagian besar orang dengan DM di atas usia pensiun, sedangkan di negara-negara berkembang yang paling sering terkena adalah kelompok umur antara 35 sampai 64 tahun (WHO, 2014). Angka prevalens DM yaitu 8,5% di Wilayah Pasifik Barat (termasuk Indonesia). Berdasarkan IDF Atlas pada tahun 2014 di Wilayah Pasifik Barat pada kelompok umur 20 sampai 79 tahun prevalens kasus DM terbesar yaitu China 9,3%, Jepang 7,6% dan Indonesia 5,8% (IDF, 2014).

Menurut Kemenkes (2013), DM adalah salah satu diantara PTM jumlahnya akan meningkat di masa yang akan datang. DM sudah merupakan ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.Menurut data WHO (2014) mengungkapkan bahwa sekitar 347 juta orang di dunia mengidap DM. Jumlah kematian akibat DM diprediksikan akan terus meningkat sekitar 520 juta dalam 10 tahun ke depan.

Proporsi penduduk usia 15 tahun dengan DM adalah 6,9%. Proporsi penduduk usia 15 tahun dengan DM di perkotaan 6,8% dan di pedesaan 7%. Dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita DM pada usia 15 tahun lebih banyak terjadi di pedesaan dari pada perkotaan. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah penderita DM lebih banyak terjadi di perkotaan dari pada pedesaan (Kemenkes, 2013).


(24)

Pada tahun 2013 proporsi DM di Sumatera Utara 2,3%. Proporsi DM yang pernah di diagnosa dokter 1,8% dan proporsi yang belum pernah di diagnosa dokter, namun dalam satu bulan terakhir mengalami gejala polifagia, polidipsia, poliuria dan berat badan menurun 0,5 %. Dapat disimpulkan bahwa 0,5% orang yang mengalami gejala DM belum memeriksakan dirinya ke dokter, sehingga memiliki resiko terjadinya komplikasi akibat terlambat dalam mencari pengobatan (Kemenkes, 2013).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan, diketahui jumlah penderita DM adalah 433 orang pada tahun 2013-2014. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita DM di Alifa Diabetic Centre Medan tahun 2013-2014.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita DM yang di rawat jalan di klinik Alifa Diabetic Centre Medan tahun 2013-2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang di rawat jalan di klinik Alifa Diabetic Centre Medan tahun 2013-2014.


(25)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, daerah asal dan status perkawinan).

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan riwayat keluarga.

c. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan tipe DM.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jumlah kunjungan dalam setahun.

e. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan ada tidaknya komplikasi.

f. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jenis komplikasi.

g. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan lama riwayat DM.

h. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan penatalaksanaan medis.

i. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan kadar gula darah akhir penderita DM.

j. Mengetahui proporsi umur penderita DM berdasarkan tipe DM.

k. Mengetahui proporsi jenis kelamin penderita DM berdasarkan tipe DM. l. Mengetahui proporsi jenis komplikasi penderita DM berdasarkan tipe DM. m. Mengetahui proporsi umur penderita DM berdasarkan jenis komplikasi.


(26)

n. Mengetahui proporsi jenis kelamin penderita DM berdasarkan jenis komplikasi.

o. Mengetahui proporsi pekerjaan penderita DM berdasarkan jenis komplikasi.

p. Mengetahui proporsi lama riwayat DM berdasarkan kadar gula darah akhir penderita DM.

q. Mengetahui proporsi lama riwayat DM berdasarkan jenis komplikasi penderita DM.

r. Mengetahui proporsi jumlah kunjungan dalam setahun berdasarkan kadar gula darah akhir penderita DM.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan informasi bagi pihak Klinik Alifa Diabetic Centre Medan tentang karakteristik penderita DM.

1.4.2 Sebagai suatu pegalaman dan pengetahuan yang dapat menambah wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.

1.4.3 Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang DM.


(27)

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Diabetes Mellitus

DM adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah ataupun resistensi insulin. Keadaan ini ditandai dengan ketidakmampuan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolisme glukosa (Bustan, 2007). Seseorang akan dikatakan mengidap penyakit DM apabila ia sudah melakukan tes kadar gula darah yaitu apabila konsentrasi glukosa darah pada saat puasa >126 mg/dl dan konsentrasi glukosa darah >200 mg/dl pada 2 jam sesudah diberikan glukosa 75 gram (Sudoyo A.W. dkk, 2006).

DM merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, yang dapat berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler dan neurologis (Riyadi S., 2008). Penyakit DM juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, di mana pankreas tidak mampu lagi memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah atau kadar glukosa dalam darah (Sunar, 2012).


(29)

2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2014, DM diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu : DM Tergantung Insulin (DM tipe 1), DM Tidak Tergantung Insulin (DM tipe 2), diabetes kehamilan atau gestasional dan DM tipe lain yaitu diabetes akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati, penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta, penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin atau akibat infeksi atau sindroma genetik.

2.2.1 Diabetes Mellitus Tipe 1

DM tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas, baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang atau terhenti (Bambang T, 2010).

DM tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel beta pulau langerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Pada penderita DM tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel alpha pulau langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, namun pada penderita DM tipe 1 hal ini tidak terjadi, sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Salah satu masalah jangka panjang pada penderita DM tipe 1 adalah rusaknya


(30)

kemampuan tubuh untuk mensekresi glukagon sebagai respon terhadap hiperglikemia. (Depkes, 2005).

2.2.2 Diabetes Mellitus Tipe 2

DM tipe 2 atau NIDDM (noninsulin dependent diabetes mellitus) terjadi akibat resistensi insulin. DM tipe 2 selalu dihubungkan dengan bentuk sindrom resistensi insulin. Pada uji toleransi glukosa oral, sekresi insulin tergantung pada derajat dan lama penyakit, serta sangat bervariasi antara yang paling lambat sampai yang paling cepat (Bambang T, 2010).

DM Tipe 2 disebabkan karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Namun, tidak terjadi pengrusakan sel-sel beta langerhans sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1. Dengan demikian, defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab itu dalam penanganannya umumnya tidak memerlukan terapi insulin (Depkes, 2005).

2.3 Gejala Penyakit Diabetes Mellitus

Menurut (Mahendra dkk, 2009) gejala DM tipe 1 dan tipe 2 tidak banyak berbeda. Hanya gejalanya lebih ringan dan prosesnya lambat, bahkan kebanyakan orang tidak merasakan adanya gejala. Akibatnya, penderita baru mengetahui mengidap penyakit DM setelah timbul komplikasi, seperti penglihatan menjadi kabur, timbul penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan kulit dan saraf atau


(31)

bahkan terjadi pembusukan pada kaki atau disebut gangren. Berikut ini adalah gejala yang umumnya dirasakan penderita DM :

a. Sering buang air kecil (poliuria) disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh, maka buang air kecil menjadi lebih banyak. Bahkan pada saat tidur di malam hari kerap terganggu karena harus bolak-balik ke kamar kecil.

b. Haus dan banyak minum (polidipsia) karena banyaknya urin yang keluar, menyebabkan cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air minum meningkat.

c. Rasa lapar (polifagia) karena tidak ada jumlah insulin yang cukup, maka gula yang diasup tidak akan bisa masuk kedalam sel. Akibatnya organ tubuh akan kehabisan energi dan memicu rasa lapar yang berlebihan. d. Fatigue (lelah) muncul karena energi menurun akibat berkurangnya

glukosa dalam jaringan atau dalam sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak bisa optimal masuk ke dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin sehingga orang tersebut kekurangan energi.

e. Sakit kepala, keringat dingin, tidak bisa berkonsentrasi yang disebabkan oleh menurunnya kadar gula dalam darah. Setelah seseorang mengonsumsi gula, reaksi pankreas meningkat (produksi insulin meningkat), menimbulkan hipoglikemia.

f. Menurunnya berat badan diakibatkan karena tanpa adanya asupan energi dari gula, maka jaringan otot dan jaringan lemak akan menyusut. Namun,


(32)

terdapat beberapa orang yang mengalami peningkatan berat badan. Hal ini disebabkan terganggunya metabolisme karena hormon lainnya juga terganggu.

g. Gangguan imunitas akibat meningginya kadar glukosa dalam darah menyebabkan pasien DM sangat sensitif terhadap penyakit infeksi. Hal ini disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih. Infeksi yang sering muncul pada pasien DM ialah infeksi kandung kemih, infeksi kulit, infeksi jamur dan infeksi saluran pernapasan.

h. Gangguan mata karena penglihatan berkurang yang disebabkan oleh perubahan cairan dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang disebabkan kemampuan otot mata yang berkurang dalam memfokuskan suatu objek.

2.4 Diagnosis Diabetes Mellitus

Dahulu pemeriksaan glukosa dan keton urine adalah satu-satunya cara bagi pasien diabetes untuk mengetahui status glikemik dari hari kehari. Pengukuran kadar glukosa urine menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung dan bergantung pada ambang rangsang ginjal yang bagi kebanyakan orang sekitar 180 mg/dl. Pemeriksaan glukosa urine tidak memberikan informasi tentang kadar glukosa darah di bawah batas kemampuan tersebut, sehingga tidak dapat membedakan normoglikemia dan hipoglikemia (Soewondo, P., 2013).


(33)

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan dasar plasma vena. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler. Perbedaan antara uji diagnostik DM dan penyaringan adalah uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala atau tanda DM, sedangkan penyaringan bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai resiko DM (Soegondo, S., 2013)


(34)

gambar 2.1. Langkah-langkah diagnostik dan gangguan

Kriteria diagnosis DM dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) (Sudoyo dkk, 2006) :

a. Gejala klasik DM disertai kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS) 200 mg/dl. Pengambilan sampel gula darah sewaktu dilakukan sewaktu-waktu tanpa memperhitungkan jarak waktu terakhir makan. Gejala klasik DM adalah poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan tanpa diketahui sebabnya.

b. Gejala klasik DM disertai kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) 126 md/dl. Gula darah puasa diambil setelah tidak ada intake kalori selama minimal 8 jam.

c. Gula darah plasma 2 jam post prandial (GDPP) 200 mg/dl selama Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Cara pelaksanaan TTGO (PERKENI, 2006) :

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan dalam sehari-hari dengan karbohidrat yang cukup dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.

2. Berpuasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan. Namun, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.


(35)

4. Diberikan beban glukosa 75 gram pada orang dewasa atau 1,75 gram/kgBB (berat badan) untuk anak-anak yang dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.

5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam sesudah beban glukosa. Selama proses pemeriksaan orang yang diperiksa tetap istirahat dan tidak diperbolehkan untuk merokok.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan dibagi menjadi 3 yaitu :

a) <140 mg/dl adalah normal.

b) 140-<200 mg/dl adalah toleransi glukosa terganggu. c) 200 mg/dl adalah DM.

2.5 Pemantauan Kendali Diabetes Mellitus

Pemantauan status metabolik penyandang DM merupakan hal yang penting sebagai bagian dari pengelolaan DM. Hasil pemantauan tersebut digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani dan obat-obatan untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Untuk mengetahui status metabolik penyandang DM dapat dinilai dengan beberapa paremeter antara lain: perasaan sehat secara subjektif, perubahan berat badan, kadar glukosa darah, kadar glukosa urine, kadar keton darah, kadar keton urine, kadar hemoglobin glikat dan kadar lipid darah. Parameter inilah yang secara berkala dievaluasi pada pengelolaan DM (Soewondo, P., 2013)


(36)

Gambar 2.2. Kriteria Pengendalian DM

Berdasarkan (Soewondo, P., 2013) pada penyandang DM, glikosilasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 8-10 minggu terakhir. Bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal antara 70-140 mg/dl selama 8-10 minggu terakhir, maka hasil A1C akan menunjukkan nilai normal. Hasil pemeriksaan A1C merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Nilai A1C juga merupakan prediktor terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi diabetes. Pemeriksaan A1C ini relatif mahal dan harus dilakukan di laboratorium. Tetapi saat ini telah tersedia


(37)

konsultasi. Dengan satu kali pemeriksaan kita dapat mengukur rata-rata status glikemik dalam 5-12 minggu terakhir.

Pemeriksaan A1C dilakukan sekurangnya 2 kali dalam setahun pada pasien yang telah mencapai target tetap (kendali glukosa stabil). Pada pasien yang terapinya diubah atau yang belum mencapai target kendali glukosa, pemeriksaan A1C sebaiknya dilakukan 4 kali setahun. Pemeriksaan A1C harus dilakukan secara rutin pada seluruh penderita DM, baik saat kunjungan awal maupun sebagai bagian dari pengobatan selanjutnya (Soewondo, P., 2013).

2.6 Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.6.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Menurut Orang

Menurut laporan Global Status Report of Non communicable Disease 2014 WHO, Pada tahun 2014 prevalensi menurut usia dan jenis kelamin yang mengalami kadar glukosa saat puasa 7,0 mmol/L, dalam pengobatan dalam peningkatan kadar glukosa darah dan dengan riwayat diagnosis DM pada pria dan wanita yang berusia diatas 18 tahun sebesar 8,1-10%. Pada tahun 2012, jumlah kematian akibat penyakit DM dibawah umur 70 tahun pada pria sebesar 48,9 per 100.000 dan pada wanita 71,9 per 100.000 (WHO, 2014).

Berdasarkan Riskesdas (2013), proporsi penderita DM di Indonesia berdasarkan jenis kelamin yaitu, perempuan 7,70% dan laki-laki 5,60%.


(38)

Proporsi penderita DM berdasarkan usia yaitu, lebih banyak pada usia 65-74 tahun dan >75 tahun 13,20% dan lebih sedikit pada usia 15-24 tahun 1,10%. Proporsi berdasarkan tingkat pendidikan yaitu, lebih banyak pada tingkat tidak sekolah 10,40% dan lebih sedikit pada tingkat tamat SMA/MA 5,20%.

b. Menurut Tempat

Berdasarkan data laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2013. Prevalensi DM berdasarkan provinsi dan umur diatas 15 tahun. Provinsi tertinggi pertama adalah Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%), kedua adalah Provinsi Sulawesi Utara (3,6%) dan ketiga Provinsi Sulawesi Selatan (3,5%). Dan angka prevalensi DM di Provinsi Sumatera Utara (2,2%) (Depkes, 2013).

c. Menurut Waktu

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, Prevalensi DM di Indonesia tahun 2007 (1,1%) dan tahun 2013 (2,1%) (Depkes, 2013). Menurut laporan Global Status Report of Non communicable Disease 2014 WHO, kematian akibat penyakit tidak menular pada tahun 2012 yang terdiri dari penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis dan DM antar usia 30 sampai 70 tahun pada tahun 2010 sebesar 23,8% dan tahun 2012 sebesar 23,1% (WHO, 2014).


(39)

2.6.2 Faktor Risiko Diabetes Mellitus a. Genetik

Diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidapnya. Ini terjadi karena DNA pada orang dengan DM akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin (Riyadi, 2008). Apabila ada orangtua ataupun saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40% menderita DM (Tara, 2002).

Diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak dikaitkan dengan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan DM tipe 1. Sekitar 50% pasien DM tipe 2 memiliki orangtua yang juga menderita DM. Pada penderita DM tipe 1 hanya sekitar 3-5% saja yang mempunyai orangtua menderita DM (Tandra, 2008).

b. Umur

DM dapat terjadi akibat gangguan autoimun yang di tandai dengan kerusakan sel-sel beta langerhans. Dm tipe 1 banyak ditemukan pada anak usia muda. Sebaliknya. DM tipe 2 banyak ditemukan pada lansia, karena berhubungan dengan degenerasi atau penurunan organ yang berakibat pada menurunnya fungsi endokrin (Bustan, 2007).

DM dapat terjadi pada semua kelompok umur. DM tipe1 biasanya terjadi pada usia muda ataupun juga pada orang yang berusia 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasanya disebut DM yang terjadi pada usia


(40)

dewasa. Kebanyakan kasus DM tipe 2 terjadi sesudah umur 40 tahun (Riyadi, 2008).

c. Pola makan yang salah

Perkembangan gaya hidup seperti pola makan yang salah mempercepat peningkatan kasus DM di Indonesia. Makanan yang kaya akan kolesterol, lemak dan natrium muncul sebagai tren menu makanan dan didukung dengan meningkatnya konsumsi minuman kaya akan gula (Tara, 2002).

Pola makan di perkotaan telah bergeser dari pola makan tradisonal yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makan ke barat-baratan, dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti ini terutama terdapat pada makanan siap saji yang saat ini sedang digemari terutama oleh usia remaja dan dewasa (Sudoyo dkk, 2006).

d. Obesitas

Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh akan menyebabkan sebagian kalori disimpan dalam bentuk lemak. Pada orang yang obesitas, respon sel beta pankreas terhadap peningkatan glukosa darah berkurang. Reseptor insulin pada target sel diseluruh tubuh termasuk otot berkurang jumlah dan keaktifannya atau kurang sensitif sehingga keberadaan insulin di dalam darah kurang atau tidak


(41)

e. Faktor kehamilan

Pada saat seorang wanita hamil terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, maka dapat menyebabkan hiperglikemia. Resistensi insulin juga dapat terjadi akibat adanya hormon esterogen, progesteron, prolaktin dimana hormon-hormon tersebut dapat mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga menekan kerja insulin (Riyadi, 2008).

2.7 Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi DM dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap penyakit DM (Tjokoprawiro, 2007).

2.7.1 Komplikasi akut Diabetes Mellitus 1. Hipoglikemia.

Hipoglikemia merupakan komplikasi akut tersering pada pasien DM tipe 1. Hal ini dapat terjadi karena usaha tubuh untuk mencapai nilai normal kadar gula darah. Semakin ketat usaha untuk mencapai kadar gula darah normal, maka semakin besar risiko terjadinya hipoglikemia (Bambang T, 2010). Hipoglikemia adalah gejala yang


(42)

timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, yang ditandai dengan rasa lapar, gemetar, keringat dingin dan pusing (Tjokoprawiro, 2007). Hipoglikemia adalah penurunan kadar glukosa darah dibawah 50 mg/dl, kadar glukosa yang terlalu rendah dapat menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM Tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali perminggu (Depkes, 2005).

Gejala dan tanda hipoglikema yaitu gejala otonom dan gejala neuroglikopeni. Gejala otonom berupa gemetaran, cemas, berkeringat, jantung berdebar-debar dan lapar. Gejala neuroglikopeni berupa gangguan berpikir, lemas dan pandangan berkabut (Setiati, 2008). Faktor paling utama yang menyebabkan hipoglikemia sangat penting dalam pengelolaan DM adalah ketergantungan jaringan saraf pada asupan glukosa yang berkelanjutan (Sudoyo dkk, 2006).

2. Hiperglikemia

Peningkatan gula darah melebihi 120 mg/dl. Keadaan ini disebabkan karena gula tidak bisa ditransportasikan ke sel-sel karena kurangnya insulin. Keadaan ini memerlukan tindakan segera apabila merasakan poliuria, polidipsia, polifagia, bibir kering, kepanasan, kulit memerah sampai pada keadaan mual-muntah, kelelahan (fatigue), nafas cepat dan hipotensi (Maryunani, 2008).


(43)

Hiperglikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik yang dapat berakibat fatal dan membawa kematian (Depkes, 2005).

3. Ketoasidosis.

Ketoasidosis terbagi atas dua, yaitu : Ketoasidosis diabetik (KAD) dan Hiperosmolar non ketotik (HONK).

a. Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah saat kadar gula darah meningkat tinggi menjadi 450% akibat defisiensi insulin berat dan akut (Laporan WHO, 2000). KAD adalah keaadaan dekompensasi/kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis. KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat menyebabkan syok. Diagnosis KAD kadar glukosa >250 mg%, pH <7,35, rendah, anion gap yang tinngi dan keton serum positif (Sudoyo dkk, 2006).

Kriteria diagnostik KAD(Hermawan, 2006):

a). Klinis apabila terdapat riwayat DM sebelumnya, kesadaran menurun, nafas kussmaul dan bau aseton dan adanya tanda-tanda dehidrasi.


(44)

b). Faktor pencetus yang biasa menyertai adalah infeksi akut, infark miokard akut dan stroke.

c). Laboratorium yaitu kadar gula darah >250 mg/dl, asidosis metabolik, dan ketosis (ketonemia dan keonuria).

b. Hiperosmolar non ketotik (HONK) adalah suatu sindrom yang sering ditemukan pada penderita usia lanjut. Hampir separuh pasien mempunyai riwayat DM dengan HONK ditandai hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat dan disertai adanya menurunnya kesadaran (Laporan WHO, 2000). Perjalanan klinis HONK biasanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu (beberapa hari sampai beberapa minggu), dengan gejala khas meningkatnya rasa haus disertai poliuria, polidipsi, dan penurunan berat badan. Faktor yang memulai timbulnya HONK adalah dieresis glukosuria. Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal dalam mengkonsentrasikan urin, yang akan semakin memperberat derajat kehilangan kandungan air dalam tubuh (Sudoyo dkk, 2006).

2.7.2 Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus


(45)

a. Komplikasi yang Mengenai Makroangiopati 1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Insidens PJK meningkat pada pengidap DM dengan hiperglikemia. Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian. Faktor peningkatan risiko PJK pada pasien DM antara lain, yaitu : rokok, hipertensi, resistensi insulin yang timbul akibat kelebihan berat badan dan hiperlipidemia (Agoes, 2010).

Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu yang lama, bisa terjadi kematian pada jaringan(Misnadiarly, 2006).

2. Kaki Diabetik

Kaki diabetik merupakan masalah yang paling serius yang paling sering terjadi ketika ada kerusakan saraf atau neuropati. Pada saat kaki sudah hilang rasa, sehingga apabila kaki terluka penderta tersebut tidak terasa ada luka di kakinya (ADA, 2015). Menurut (Pusat Diabetes, 2006) kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi yang paling ditakuti, karena dapat menyebabkan gangren dan amputasi kaki. Kaki diabetik umumnya didahului oleh adanya ulkus (tukak , luka). Gejala saraf yang sering dikeluhkan yaitu :


(46)

a) Rasa nyeri pada kaki seperti rasa terbakar. b) Tidak berasa.

c) Rasa tebal pada kaki. d) Perasaan panas atau dingin.

e) Penurunan ambang rasa sakit sampai mati rasa, terhadap rasa suhu dan rasa getar.

f) Produksi keringat yang menurun, kulit yang kering dan pecah-pecah.

Penderita DM perlu waspada akan timbul bisul dan infeksi kaki, yang dapat terjadi akibat gesekan sepatu baru atau sepatu yang tidak cocok; penebalan kulit yang tidak diobati dan luka akibat berjalan tanpa alas kaki (Agoes, 2010).

b. Komplikasi yang Mengenai Mikroangiopati 1. Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik dapat terjadi akibat pecahnya bagian dalam pembuluh darah retina karena tersumbat. Retinopati yang berakibat kebutaan disebabkan kelainan pada retina (Agoes, 2010). Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun. Pasien DM memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Pada waktu diagnosis DM tipe 1 ditegakkan, retinopati diabetik DM


(47)

yang paling ringan dan sering tidak memperlihatkan gejala. Diagnosis retinopati diabetik didasarkan atas hasil pemeriksaan funduskopi. Namun, dalam klinik pemeriksaan dengan oftalmoskopi masih dapat digunakan untuk skrining (Sudoyo dkk, 2006).

2. Nefropati diabetik

Ketika tubuh kita mencerna protein yang di makan, ginjal dengan jutaan pembuluh darah kecil atau kapiler bertindak sebagai filter. Saat darah mengalir melalui pembuluh darah, molekul protein disaring oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urin. Tingginya kadar gula darah membuat ginjal menyaring terlalu banyak darah. Setelah bertahun-tahun ginjal mengalami kerusakan sehingga protein yang berguna bagi tibuh hilang bersama urin yang dikeluarkan tubuh (ADA, 2013).

Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan kadar albumin 30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan (PB PAPDI, 2006). Hampir 20-30% penderita DM akan mengalami kelainan ginjal dalam perjalanan penyakitnya (Laporan WHO, 2000).

3. Neuropati diabetik

Neuropati adalah komplikasi saraf tepi yaitu terasa tebal atau terbakar pada kaki atau tangan (PERKENI, 2014). Ketika glukosa darah dan tekanan darah yang terlalu tinggi, DM dapat memicu terjadinya kerusakan di seluruh tubuh. kerusakan ini dapat


(48)

menyebabkan masalah pencernaan dan buang air kecil, disfungsi ereksi dan sejumlah fungsi lainnya. Daerah yang paling sering terkena adalah ekstremitas, terutama kaki (PB PAPDI, 2006).

2.8 Pencegahan Diabetes Mellitus 2.8.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan untuk mencegah munculnya faktor predisposisi terhadap penyakit DM. sasaran dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki risiko tinggi, agar berperilaku positif mendukung kesehatan umum dan upaya menghindari diri dari risiko DM. misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makan makanan bergizi dan seimbang, melakukan kegiatan jasmani yang memadai (Bustan, 2007). Tujuan dari pencegahan primordial adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit. Upaya ini terutama ditujukan kepada masalah penyakit menular yang menunjukkan peningkatan termasuk DM (Laporan WHO, 2000).

2.8.2 Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer DM adalah untuk menurunkan angka kejadian dari penyakit DM. pencegahan primer dilakukan secara menyeluruh pada masyarakat, tetapi diutamakan kepada orang yang sudah mempunyai


(49)

dan pengobatan DM. Selain itu, aktifitas fisik yang cukup dan perencanaan pola makan yang baik juga menjadi pencegahan yang tepat bagi orang yang mempunyai risiko terkena DM (Bustan, 2007).

a. Penyuluhan

Tujuan pendidikan kesehatan bagi penyandang DM adalah meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Materi penyuluhan yang disampaikan kepada penderita DM adalah defenisi DM, faktor risiko DM, pengenalan komplikasi DM, upaya menekan DM, pengelolaan DM dan pencegahan DM (Soegondo, 2004).

b. Latihan jasmani

Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang peranan penting dalam pencegahan primer. Orang yang tidak berolahraga memerlukan insulin 2 kali lebih bayak untuk menurunkan kadar glukosa darahnya dengan orang yang berolahraga. Manfaat latihan jasmani bagi penderita DM adalah membantu penurunan kadar glukosa darah (Soegondo, 2004). c. Perencanaan pola makan

Perencanaan makan merupakan kunci utama pengelolaan DM disamping edukasi dan latihan jasmani. Perencanaan makan bagi penderita DM bila tidak berpuasa pada umumnya adalah 3 kali makan utama dan 2 kali makan selingan, sedangkan bagi penderita yang berpuasa pada umumnya adalah 2 kali makan utama dan 2 kali


(50)

makan selingan. Tujuan perencanaan makan pada penderita DM adalah untuk mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal, mengendalikan dan mencapai berat badan normal, mencegah timbulnya komplikasi dan menjadikan keadaan sehat dan nyaman (Soegondo, 2004).

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronik yang pengelolaannya perlu dilaksanakan secara holistik dan pemeliharaan seumur hidup. Perencanaan pola makan merupakan slah satu pilar pengelolaan DM, meski sampai pada saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang dianjurkan, yaitu makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat, protein, lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut : Karbohidrat = 60-70%, protein = 10-15% dan lemak = 20-25% (Soegondo, 2004).

2.8.3 Pencegahan Sekunder

Individu yang sudah diketahui mengidap penyakit DM harus diberi kemudahan untuk memperoleh penyuluhan kesehatan tentang penyakit DM, dukungan diet, sistem pendukung sosial, asuhan medis dan asuhan keperawatan. Dengan demikian, deteksi awal terhadap komplikasi dapat diketahui dan dapat diberi tindakan yang tepat agar perkembangan komplikasi dapat dicegah. Program untuk mendeteksi dan mengendalikan hipertensi,


(51)

Jika DM sudah menyerang, maka komplikasi segera mengancam. Oleh karena itu, segera dilakukan upaya pencegahan terhadap kemungkinan komplikasi pada berbagai organ target. Terhadap kemungkinan komplikasi pada mata, dilakukan pemeriksaan mata secara teratur, dan jika dapat dilakukan pengobatan dengan cepat dan tepat dapat mencegah 90% kemungkinan komplikasi kebutaan. Perawatan yang tepat terhadap kaki, dengan pemeriksaan dan pendidikan pasien dapat mencegah 85% kemungkinan diamputasi. Pengendalian dan pengobatan hipertensi dapat mengurangi komplikasi penyakit jantung dan stroke sekitar 33-50% dan 33% kegagalan ginjal (Bustan, 2007).

a. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus

Diagnosa awal dapat dilakukan dengan melakukan penyaringan atau screening, yaitu pemeriksaan kadar gula darah para kelompok beresiko. Pada dasarnya DM mudah didiagnosis, dengan bantuan pemeriksaan sederhana, terlebih dengan teknologi yang canggih. Hanya saja keinginan masyarakat untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan masih kurang (Bustan, 2007).

Penyaringan atau screening dikerjakan pada semua individu dewasa dengan IMT 25 kg/m2 dengan faktor resiko lain sebagai berikut : aktivitas fisik kurang, riwayat keluarga mengidap DM, wanita dengan riwayat melahirkan bayi yang beratnya 400 gr, Hipertensi, Kolesterol, Wanita dengan riwayat menderita PCOS, riwayat toleransi glukosa terganggu atau


(52)

glukosa darah puasa terganggu dan keadaan lain yang berhubungan dengan resistensi insulin. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaa penyaringnya negatif, penyaringan ulangan dilakukan tiap tahun. Bagi kelompok usia >45 tahun tanpa faktor resiko, penyaringan dapat dilakukan setiap 3 tahun atau lebih cepat tergantung dari klinis masing-masing orang (Sudoyo dkk, 2006).

a. Penatalaksanaan Medis

Intervensi famakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makanan. Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan, yaitu pemberian obat secara oral atau disebut juga Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. Selain dua macam pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah masih belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi OHO dengan insulin apabila kegagalan pemakaian OHO baik tunggal maupun kombinasi (PB PAPDI, 2006).

Pengobatan OHO memiliki beberapa golongan obat, yaitu golongan sulfoniluria untuk merangsang sel beta pankreas mengeluarkan insulin, golongan biguanid untuk menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan tidak menyebabkan hipoglikemia, golongan glukosidase inhibitor untuk menghambat kerja insulin dalam saluran cerna agar menurunkan penyerapan


(53)

masalah akibat resitensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Pengobatan Insulin memiliki tiga jenis berdasarkan cara kerjanya, yaitu insulin dengan cara kerja cepat, sedang dan lambat (Riyadi, 2008).

2.8.4 Pencegahan Tersier

Komplikasi kronis dan akut sering kali timbul, maka perawat perlu mengenal dan terampil melakukan pencegahan tersier agar komplikasi dapat dikurangi (Baradero, 2005). Untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti kecacatan organ tubuh lainnya maka harus dilakukan deteksi dini penyulit DM agar kemudian penyulit tersebut dapat dikelola dengan baik disamping pengelolaan dalam usaha pengendalian kadar glukosa darah (Soegondo, 2004).

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penderita penyakit DM yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi penderita penyakit DM yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal . Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal,


(54)

mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll.) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (PB PAPDI, 2006).

2.9 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita DM 1. Sosiodemografi

 Umur

 Jenis kelamin  Agama  Pekerjaan  Daerah Asal  Status Perkawinan 2. Riwayat keluarga 3. Tipe DM

4. Jumlah Kunjungan dalam Setahun 5. Komplikasi

6. Jenis komplikasi 7. Lama Riwayat DM 8. Penatalaksanaan Medis 9. Kadar Gula Darah Akhir


(55)

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain case-series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di klinik Alifa Diabetic Centre Medan. Pemilihan lokasi ini didasari atas pertimbangan bahwa klinik Alifa Diabetic Centre adalah satu-satunya pelayanan kesehatan yang berfokus pada penyakit DM. Klinik Alifa Diabetic Centre melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada masyarakat. Pasien yang datang berobat ke klinik ditangani langsung oleh dokter dan perawat yang sangat berdedikasi terhadap penyakit DM.

3.2.2 Waktu Penelitian


(57)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita DM di Alifa Diabetic Centre Medan pada tahun 2013-2014 yaitu sebanyak 433 data penderita DM.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah data penderita DM di Alifa Diabetic Centre Medan tahun 2013-2014. Besar sampel yang diambil adalah berdasarkan perhitungan dengan rumus penentuan sampel, sebagai berikut (Isgiyanto, A.,2009) :

Keterangan :

N = total populasi

n = besar sampel yang dibutuhkan

= nilai sebaran baku normal yang besarnya tergantung

d = derajat ketepatan yang diinginkan (0,1) P = proporsi kejadian =0,023

Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 data penderita DM.


(58)

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling, dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Sampel diambil dari populasi yang diacak oleh komputer, dan sebelumnya seluruh nomor kartu status penderita DM pada tahun 2013-2014 dicatat dan diberi nomor dari 1-433, dengan menggunakan program SPSS maka diperoleh nomor yang menjadi sampel sebanyak minimal 8 data yaitu 207 data.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diambil dari data sekunder yang diperoleh dari buku rekam medik dan kartu status penderita DM yang di rawat jalan di klinik Alifa Diabetic Center Medan tahun 2013-2014 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diperlukan.

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan komputer menggunakan program SPSS, lalu dianalisa secara deskriptif dan dengan menggunakan uji Chi-Square dan Exact Fisher. Dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi dan diagram (pie dan bar).


(59)

3.7 Defenisi Operasional

3.7.1 Penderita DM adalah semua pasien yang dinyatakan menderita DM yang di rawat jalan di klinik Alifa Diabetic Center Medan Tahun 2013-2014 berdasarkan diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.7.2 Umur adalah usia penderita DM yang dirawat inap sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan sebagai berikut :

1. 28-36 tahun 2. 37-45 tahun 3. 46-54 tahun 4. 55-63 tahun 5. 64-72 tahun

Jenis komplikasi diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas :

1. 40 tahun 2. >40 tahun

3.7.3 Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dibedakan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan


(60)

3.7.4 Agama adalah epercayaan atau keyakinan yang dianut penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dibedakan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Budha

5. Hindu

3.7.5 Pekerjaan adalah kegiatan aktif sehari-hari yang dilakukan penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. PNS

2. TNI/POLRI

3. Wiraswasta/pedagang 4. Pegawai swasta 5. Petani

6. Tidak bekerja

Pekerjaan diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas : 1. Bekerja

2. Tidak bekerja

3.7.6Daerah asal adalah wilayah atau tempat tinggal dimana penderita DM berasal atau bertempat tinggal sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dibedakan atas :

1. Kecamatan Medan Maimun 2. Luar Kecamatan Medan Maimun


(61)

3.7.7 Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan status pernikahan penderita DM yang terdapat di kartu status, dikategorikan atas :

1. Belum kawin 2. Kawin 3. Janda/duda

3.7.8 Riwayat keluarga adalah ada atau tidaknya anggota keluarga yang menderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas :

1. Ada 2. Tidak Ada

3.7.9 Tipe DM adalah klasifikasi DM berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien yang dikelompokkan atas : 1. DM tipe 1

2. DM tipe 2

3.7.10 Jumlah Kunjungan adalah jumlah kunjungan pasien DM ke klinik untuk melakukan kontrol DM dalam satu tahun, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dibedakan atas :

1. <6 kali kunjungan 2. >6 kali lunjungan

3.7.11 Komplikasi adalah penyakit lain yang timbul akibat penyakit DM atau penyulit DM pada penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dikelompokkan atas :

1. Ada 2. Tidak Ada


(62)

3.7.12 Jenis komplikasi adalah jenis komplikasi yang diderita sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas :

1.Komplikasi akut : Hipoglikemia, Hiperglikemia, Ketoasidosis diabetik, dan Hiperosmolar non Ketotik.

2.Komplikasi kronik : Jantung koroner, Retinopati diabetik, Nefropati diabetik, Neuropati diabetik, dan kaki diabetik Jenis komplikasi diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas :

1.Komplikasi Akut 2.Komplikasi Kronik

3.7.13 Lama riwayat DM adalah lama pasien menderita penyakit DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas :

1. 5 tahun 2. >5 tahun

3.7.14 Penatalaksanaan medis adalah tindakan medis yang diberikan kepada penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dibedakan atas :

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 2. Insulin

3. OHO+Insulin

3.7.14 Kadar gula darah akhir adalah hasil pemeriksaan kadar gula darah kunjungan terakhir yang tercatat pada kartu status yang dibedakan atas : 1. Baik : 80- 100

2. Sedang : 100-125 3. Buruk : 126


(63)

(64)

BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat dan Latar Belakang Klinik Alifa Diabetic Centre

Klinik Alifa Diabetic Centre berlokasi di jl. Brigjend Katamso no.454/51-C Medan, dibangun diatas tanah seluas 450 dan luas bangunan sebesar 300 , didirikan oleh Ibu dr. Rifwani Gumulya, MARS. Klinik Alifa ini didirikan untuk menjawab tantangan kedua orang tua agar dapat memberikan suatu pelayanan kesehatan khususnya untuk masyarakat setempat, pada akhirnya diputuskan fokus untuk memberikan pelayanan khusus bagi penderita DM. Klinik Alifa sudah memiliki surat izin DEPKES nomor 448/0452/I/2011.

4.1.2 Falsafah Klinik Alifa Diabetic Centre

Klinik Alifa dirancang agar memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi pasien. Desain interior bergaya modern dan hangat. Tenaga ahli di Klinik Alifa adalah tenaga yang berkompeten dalam menangani pasien DM dan komplikasi yang ditimbulkan pada DM tipe 1, DM tipe 2, pre DM dan diabetes gestasional. Tujuannya adalah melayani secara menyeluruh, mengevaluasi tiap pasien untuk membuat program jangka panjang yang bersifat individual, memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit DM, memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.


(65)

4.1.3 Visi dan Misi Klinik Alifa Diabetic Centre

Visi : Klinik yang berorientasi pada kepuasan pelayanan dan kenyamanan pasien.

Misi : 1. Membebaskan masyarakat dari keterbatasan yang diakibatkan oleh penyakit DM, sehingga kualitas hidup mereka menjadi lebih baik. 2.Melaksanakan pelayanan cepat, tepat, aman, mudah dan nyaman. 3.Memberikan pelayanan tindakan preventif agar terhindar dari

penyakit DM serta mengendalikan faktor resiko DM.

4.1.4 Produk Unggulan Klinik Alifa Diabetic Centre

1. Konsultan ahli DM yang berpengalaman dan merupakan staff ahli pilihan yang terbaik di Kota Medan. 2. Edukator DM adalah dokter khusus yang telah mengikuti pelatihan dalam menangani DM dan komplikasi DM. 3. Konsultan gizi professional lulusan dari Institute Pertanian Bogor yang akan memberikan konsultasi gizi dan diet praktis bagi penderita DM. 4. Foot Therapy atau perawatan kaki dengan fisioterapi kaki. Kaki penderita DM memerlukan perhatian khusus oleh karena itu Klinik Alifa menyediakan salon kaki, perwatan kaki dengan sarana refleksi kaki dan fisioterapi. 5. Sarana Exercise atau olahraga yang nyaman. Klinik Alifa menyediakan sarana dalam melakukan senam kesehatan DM yang dipandu oleh instruktur senam DM yang berpengalaman 6. Cafe Sehat menyediakan free welcome drink berupa juice sehat untuk pasien DM dan pasien yang mendaftar di Klinik Alifa. 7. Catering khusus diet pasien DM yang akan segera di berlakukan oleh Klinik Alifa. 8. Poli Gigi merupakan salah


(66)

satu poli pelayanan pasien rawat jalan. Poli gigi disediakan guna menambah keterpaduan pelayanan pasien DM. Penyakit DM erat kaitannya dengan penyakit atau kerusakan jaringan penyokong gigi. 9. Ruang rawat inap yang sudah memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan harapan dan kepuasan masyarakat. 10. Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan rangkaian dari upaya penanggulangan penderita gawat darurat selama 24 jam dengan fokus utama mencegah kecatatan dan kematian. 11. Apotek 24 jam menyediakan pelayanan yang berintegrasi terjangkau dan fokus pada kebutuhan farmasi sesuai dengan kebutuhan pasien rawat jalan dan rawat inap di Klinik Alifa serta masyarakat sekitar.

4.1.5 Struktur Organisasi Klinik Alifa Diabetic Centre

Pimpinan/ CEO (Chief Executive Officer)

Direktur

Penasehat/ Konsultan Klinik Keuangan & Umum

Administrasi Keuangan

Manager Marketing & Quality Control

Marketing & Humas Kepala Perawat

Poli Spesialis Poli Edukasi & Poli Gigi

Sarana Exercise

Apotek

UGD Rawat Inap Laboratorium


(67)

1. Pimpinan : dr. Rifwani Gumulya, MARS 2. Direktur : -

3. Penasehat/Konsultan Klinik : dr. Mardianto, Sp.PD,KEMD,FINASIM 4. Keuangan & Umum : Ismi Shaila Muzar Sagala

5. Manager Marketing & Quality Control : Sugianto ST, M.Kom 6. Marketing dan Humas : Ari Purnomo,SKM

7. Kepala Perawat : Siti Kriandayani S.Kep, Ns 8. Administrasi Keuangan : -

9. Poli Dokter Spesialis : 1. dr. Mardianto, Sp.PD,KEMD,FINASIM 2. dr. Melati Sylvani, M.Ked (PD), SP.PD 3. dr. Faisal Parlindungan, M.Ked (PD) 10.Poli Edukasi/UGD 24 jam : 1. dr. Pebri Warita Pulungan

2. dr. Apriandeny Haithami 3. dr. Donna Rumondang Nst 4. dr. Naziffuadi Noer

5. dr. Hendra Sutysna 11.Poli Gigi : drg. Hasbina Wildani

12.Apoteker : - 13.Kepala Perawat : - 14.Resepsionis : Nila Rosari


(1)

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI * KATEGORI UMUR Crosstabulation

KATEGORI UMUR Total <=40 Tahun >40 Tahun

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI

Komplikasi Akut

Count 2 8 10

Expected Count .6 9.4 10.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 20.0% 80.0% 100.0%

% within KATEGORI UMUR 28.6% 6.8% 8.1%

% of Total 1.6% 6.5% 8.1%

Komplikasi Kronik

Count 5 109 114

Expected Count 6.4 107.6 114.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 4.4% 95.6% 100.0%

% within KATEGORI UMUR 71.4% 93.2% 91.9%

% of Total 4.0% 87.9% 91.9%

Total

Count 7 117 124

Expected Count 7.0 117.0 124.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 5.6% 94.4% 100.0%

% within KATEGORI UMUR 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 5.6% 94.4% 100.0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 4.208a 1 .040

Continuity Correctionb 1.787 1 .181 Likelihood Ratio 2.785 1 .095

Fisher's Exact Test .099 .099

Linear-by-Linear Association 4.174 1 .041 N of Valid Cases 124

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .56. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI * JENIS KELAMIN Crosstabulation

JENIS KELAMIN Total Laki-laki Perempuan

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI

Komplikasi Akut

Count 6 4 10

Expected Count 4.8 5.2 10.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 60.0% 40.0% 100.0%

% within JENIS KELAMIN 10.0% 6.2% 8.1%

% of Total 4.8% 3.2% 8.1%

Komplikasi Kronik

Count 54 60 114

Expected Count 55.2 58.8 114.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 47.4% 52.6% 100.0%

% within JENIS KELAMIN 90.0% 93.8% 91.9%

% of Total 43.5% 48.4% 91.9%

Total

Count 60 64 124

Expected Count 60.0 64.0 124.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 48.4% 51.6% 100.0%

% within JENIS KELAMIN 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 48.4% 51.6% 100.0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .587a 1 .443

Continuity Correctionb .190 1 .663 Likelihood Ratio .590 1 .443

Fisher's Exact Test .521 .331

Linear-by-Linear

Association .583 1 .445

N of Valid Cases 124

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.84. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI * KATEGORI PEKERJAAN Crosstabulation

KATEGORI PEKERJAAN Total Bekerja Tidak Bekerja

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI

Komplikasi Akut

Count 7 3 10

Expected Count 5.3 4.7 10.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 70.0% 30.0% 100.0%

% within KATEGORI

PEKERJAAN 10.6% 5.2% 8.1%

% of Total 5.6% 2.4% 8.1%

Komplikasi Kronik

Count 59 55 114

Expected Count 60.7 53.3 114.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 51.8% 48.2% 100.0%

% within KATEGORI

PEKERJAAN 89.4% 94.8% 91.9%

% of Total 47.6% 44.4% 91.9%

Total

Count 66 58 124

Expected Count 66.0 58.0 124.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 53.2% 46.8% 100.0%

% within KATEGORI

PEKERJAAN 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 53.2% 46.8% 100.0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.229a 1 .268

Continuity Correctionb .606 1 .436

Likelihood Ratio 1.270 1 .260

Fisher's Exact Test .334 .220

Linear-by-Linear Association 1.219 1 .269 N of Valid Cases 124

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.68. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

KATEGORI KGD AKHIR * KATEGORI LAMA RIWAYAT DM Crosstabulation KATEGORI LAMA

RIWAYAT DM

Total

<=5 Tahun >5 Tahun

KATEGORI KGD AKHIR

BAIK

Count 2 0 2

Expected Count 1.0 1.0 2.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 100.0% 0.0% 100.0% % within KATEGORI LAMA RIWAYAT DM 13.3% 0.0% 6.9%

% of Total 6.9% 0.0% 6.9%

SEDANG

Count 1 1 2

Expected Count 1.0 1.0 2.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 50.0% 50.0% 100.0% % within KATEGORI LAMA RIWAYAT DM 6.7% 7.1% 6.9%

% of Total 3.4% 3.4% 6.9%

BURUK

Count 12 13 25

Expected Count 12.9 12.1 25.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 48.0% 52.0% 100.0% % within KATEGORI LAMA RIWAYAT DM 80.0% 92.9% 86.2%

% of Total 41.4% 44.8% 86.2%

Total

Count 15 14 29

Expected Count 15.0 14.0 29.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 51.7% 48.3% 100.0% % within KATEGORI LAMA RIWAYAT DM 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.008a 2 .366

Likelihood Ratio 2.778 2 .249

Linear-by-Linear Association 1.588 1 .208

N of Valid Cases 29

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .97.


(5)

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI * KATEGORI LAMA RIWAYAT DM Crosstabulation KATEGORI LAMA RIWAYAT DM Total

<=5 Tahun >5 Tahun

KATEGORI JENIS KOMPLIKASI

Komplikasi Akut

Count 4 0 4

Expected Count 1.9 2.1 4.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 100.0% 0.0% 100.0%

% within KATEGORI LAMA

RIWAYAT DM 11.8% 0.0% 5.7%

% of Total 5.7% 0.0% 5.7%

Komplikasi Kronik

Count 30 36 66

Expected Count 32.1 33.9 66.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 45.5% 54.5% 100.0%

% within KATEGORI LAMA

RIWAYAT DM 88.2% 100.0% 94.3%

% of Total 42.9% 51.4% 94.3%

Total

Count 34 36 70

Expected Count 34.0 36.0 70.0

% within KATEGORI JENIS

KOMPLIKASI 48.6% 51.4% 100.0%

% within KATEGORI LAMA

RIWAYAT DM 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 48.6% 51.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 4.492a 1 .034

Continuity Correctionb 2.574 1 .109

Likelihood Ratio 6.034 1 .014

Fisher's Exact Test .051 .051

Linear-by-Linear Association 4.428 1 .035 N of Valid Cases 70

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.94. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

JUMLAH KUNJUNGAN Total <=6 Kunjungan >6 Kunjungan

KATEGORI KGD AKHIR

BAIK

Count 2 0 2

Expected Count 1.1 .9 2.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 100.0% 0.0% 100.0% % within JUMLAH KUNJUNGAN 5.9% 0.0% 3.3%

% of Total 3.3% 0.0% 3.3%

SEDANG

Count 3 3 6

Expected Count 3.4 2.6 6.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 50.0% 50.0% 100.0% % within JUMLAH KUNJUNGAN 8.8% 11.5% 10.0%

% of Total 5.0% 5.0% 10.0%

BURUK

Count 29 23 52

Expected Count 29.5 22.5 52.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 55.8% 44.2% 100.0% % within JUMLAH KUNJUNGAN 85.3% 88.5% 86.7%

% of Total 48.3% 38.3% 86.7%

Total

Count 34 26 60

Expected Count 34.0 26.0 60.0

% within KATEGORI KGD AKHIR 56.7% 43.3% 100.0% % within JUMLAH KUNJUNGAN 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 56.7% 43.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.655a 2 .437

Likelihood Ratio 2.397 2 .302

Linear-by-Linear Association .577 1 .447

N of Valid Cases 60

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .87.