Pengaruh Psikososial Terhadap Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

(1)

PENGARUH PSIKOSOSIAL TERHADAP POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

T E S I S

Oleh

MUHAMMAD HENDRO 077032003/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

2

PENGARUH PSIKOSOSIAL DENGAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD HENDRO 077032003/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

3

PENGARUH PSIKOSOSIAL DENGAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

TESIS

Oleh

MUHAMMAD HENDRO 077032003/IKM

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 23 Maret 2010


(4)

4

Judul Tesis : PENGARUH PSIKOSOSIAL DENGAN

POLA MAKAN PENDERITA DIABETES

MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Muhammad Hendro Nomor Induk Mahasiswa : 077032003

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Dra. Jumirah, Apt, M.Kes)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)


(5)

5

Telah diuji

Pada Tanggal : 08 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

2. Dr. Ir. Evawani Y. Aritonang, M.Kes 3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes


(6)

6

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Faktor risiko terjadinya penyakit DM adalah pola makan tidak seimbang dan faktor individu lainnya. Salah satu faktor penting dalam pola makan penderita DM adalah faktor psikososial yang terdiri dari motif atau motivasi diri, kepercayaan diri, dukungan keluarga dan persepsi tentang pola makan seimbang bagi penderita DM. Kasus DM di Propinsi Sumatera Utara terjadi di seluruh Kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang selama 3 tahun terakhir (2005-2007) terjadi peningkatan kasus DM.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan desain cross sectional study yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh psikososial terhadap pola makan penderita DM di RSUD Kabupaten Deli Serdang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DM rawat jalan di RSUD Kabupaten Deli Serdang tahun 2008, dan sampel diambil sebanyak 75 orang yang diambil secara acak sistematik. Metode pengumpulan data melalui wawancara berpedoman pada kuesioner dan food recall 24 jam serta studi dokumentasi dari Dinas Kesehatan dan RSUD Kabupaten Deli Serdang. Analisis data menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan 88,0% pola makan penderita DM termasuk kategori tidak sesuai. Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor psikososial paling berpengaruh signifikan terhadap pola makan penderita DM rawat jalan di RSUD Kabupaten Deli Serdang adalah variabel motivasi diri (p=0,010);B (exp) = 9,955).

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar meningkatkan motivasi penderita DM untuk rutin berobat, memeriksakan kesehatannya dan mengikuti program diet dalam pengobatan DM melalui upaya program promosi kesehatan bagi penderita DM. Disarankan kepada RSUD Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan konseling dan penyuluhan yang bersifat kontinu terhadap seluruh pasien DM rawat jalan maupun rawat inap tentang program diet bagi penderita DM dan berbagai upaya pencegahan risiko peningkatan kadar gula darah serta risiko kecacatan bagi penderita DM.


(7)

7

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is one of the degenerative diseases which has been still as common health problem in Indonesia. The risk factors to the occurrence of the DM are unbalanced eating pattern and other individual factors. One of the important factors in eating pattern for the patients of DM is psychosocial factors consisting of motive and self-motivation, self-reliance, family‘s support and the perception about the balanced eating pattern for the patients of DM. In North Sumatera Province, DM happen in all district, and one of them is Deli Serdang District. The health profile of Deli Serdang District showed that DM was increased for the last three years (2005-2007).

This cross sectional study intended to analyze the influence of psychosocial on eating pattern for the patients of DM at Regional Hospital Deli Serdang District. The population were all pattients of DM staying in Regional Hospital Deli Serdang District in 2008, and the sample were 75 persons which took with systematic random sampling. Data were collected through interview referring to the questionnaire and food recall 24 hours as well as documentation study from Deli Serdang District of Health and Regional Hospital Deli Serdang District. Data were analyzed by using logistics regression.

The result of research showed that 88.0% of the eating pattern for the patients of DM were inappropriate categorized. Logistic regression test results showed the most influential psychosocial factors significantly on the eating pattern of the patients of DM Hospitalized at Regional Hospital Deli Serdang District was the variable of self-motivation (p=0.010);B (exp) = 9.955).

It is suggested to Deli Serdang District of Health to increase the motivation of DM patient to check and follow diet program in the treatment of DM through health promotion program for DM patien. It is also suggested Regional Hospital Deli Serdang District to give continual counseling for all patient of DM related and varios attempts for the prevention of the risk for the increase sugar blood degree and the deformity risk for the patient of DM.

Key word : Psychosocial, Eating Pattern, The Patients of Diabetes Mellitus.


(8)

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah. S.W.T, berkat rahmat dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Psikososial Terhadap Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009”.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.


(9)

9

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, pemikiran, dan bimbingan kepada penulis.

4. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si dan Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan berupa saran dan kritikan demi peningkatan kualitas dan esensi penelitian ini.

5. Secara khusus buat keluarga besar: Ayahanda Drs. H.M. Ali Halim, Ibunda tercinta Sumiyati, Ama.Pd, abang,kakak, adik yang penulis sangat sayangi, terima kasih atas doa, perhatian, semangat, dukungan material dan moral yang tidak terbalaskan, semoga Allah.S.W.T, yang membalas semuanya dengan kebahagiaan dan sukacita.

6. Istriku tercinta Citra Listia, Am.Ak, dan Anandaku terkasih Muhammad Arkana Daim yang begitu banyak memberikan motivasi. Keluarga besar di Kabupaten Batubara, terima kasih atas doa, perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

7. Rekan-rekan satu stambuk di PPS-AKGm USU 2007 (Fatma Deri,SKM,M.Kes, Saiffuddin,SKM, M.Kes, Elmina Tampubolon, SKM,M.Kes, Saifullah, SE,M.Kes dan Sri Lestari) terima kasih atas semangat kebersamaan selama menjalani perkuliahan dan juga terima kasih buat rekan-rekan PPS-AKKm/Epidemiologi USU 2007.

8. Semua pihak termasuk responden yang sudah bersedia diwawancarai, terima kasih atas informasi dan kerjasama yang baik selama di lapangan.


(10)

10

Kiranya penelitian ini mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, Penulis juga sangat terbuka pada saran dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak demi peningkatan kualitas penelitian ini.

Medan, 23 Maret 2010 Penulis,


(11)

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhammad Hendro yang dilahirkan pada tanggal 01 Agustus 1980 di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara, anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs. M. Ali Halim dan Ibunda Sumiyati, Ama.Pd.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Swakarya Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1988 dan diselesaikan pada tahun 1994, Sekolah Menengah Pertama Pahlawan Nasional Kota Medan pada tahun 1994 dan diselesaikan pada tahun 1997, Sekolah Menengah Analis Kesehatan Dharma Analitika Kota Medan pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 1999, program Diploma Tiga (D-III) di Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Kota Medan pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2002, Strata Satu (S-1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Sumatera Utara dengan minat Studi Gizi Kesehatan Masyarakat pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2005, Strata Dua (S-2) di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas sumatera Utara dengan Minat Studi administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada tahun 2007.

Pada tahun 2003 sampai saat ini menjadi Ass. Dosen Universitas Negeri Medan dipekerjakan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan.


(12)

12

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Diabetes Mellitus ... 10

2.2 Psikososial... 21

2.3 Pengaruh Psikososial terhadap Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus ... 29

2.4 Kepatuhan Penderita DM Mengikuti Anjuran Program Diet ... 33

2.5 Landasan Teori... 36

2.6 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

4.2. Karakteristik Responden ... 51

4.3. Motivasi Diri Responden ... 52

4.4. Persepsi Respoden... 53

4.5. Kepercayan Diri Responden ... 53

4.6. Dukungan Keluarga Responden ... 54


(13)

13

4.8. Hubungan Motivasi Diri dengan Pola Makan Responden ... 61

4.9. Hubungan Persepsi dengan Pola Makan Responden ... 62

4.10.Hubungan Kepercayaan Diri dengan Pola Makan Responden ... 63

4.11.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pola Makan Responden ... 63

4.12.Analisis Multivariat ... 64

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Pola Makan Responden Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Deli Serdang ... 66

5.2. Pengaruh Motivasi Diri Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM... 69

5.3. Pengaruh Persepsi Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM . 72 5.4. Pengaruh Kepercayaan Diri Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM... 75

5.5. Pengaruh Dukungan Keluarga Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM... 78

5.6. Keterbatasan Penelitian ... 83

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 85

6.2. Saran ... 85


(14)

14

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori ... 12

2.2. Kebutuhan Kalori pada Pasien DM ... 13

2.3. Jumlah Total Zat Makanan yang Dikonsumsi ... 16

2.4. Bahan Makanan Penukar Karbohidrat... 17

2.5. Bahan Makanan Penukar Protein Hewani ... 18

2.6. Bahan Makanan Penukar Protein Nabati... 19

2.7. Bahan Makanan Penukar Sayuran A dan B... 19

2.8. Bahan Makanan Penukar Buah... 20

2.9. Bahan Makanan Penukar Susu ... 20

2.10. Bahan Makanan Penukar Minyak... 20

2.11. Jadwal makan penderita DM ... 21

3.1. Perhitungan Kebutuhan Energi... 43

4.1. Distribusi Karakteristik Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 51

4.2. Distribusi Motivasi Diri Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 52

4.3. Distribusi Persepsi Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 53


(15)

15

4.4. Distribusi Kepercayaan Diri Responden di RSUD Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2008 ... 54

4.5. Distribusi Dukungan Keluarga Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 54

4.6. Kebutuhan dan Asupan Energi Responden ... 55

4.7. Distribusi Frekuensi Asupan Energi Responden ... 58

4.8. Distribusi Responden Menurut Jadwal makan ... 58

4.9. Distribusi Responden Menurut Jadwal Makan Selingan... 59

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Jadwal Makan... 60

4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan ... 60

4.12. Pola Makan Responden... 61

4.14. Hubungan Motivasi Diri dengan Pola Makan Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008... 61

4.15. Hubungan Persepsi dengan Pola Makan Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 62

4.16. Hubungan Kepercayaan Diri dengan Pola Makan Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 63

4.17. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pola Makan Responden di RSUD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 64


(16)

16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 91

2. Standar Pembagian Jenis Makanan Sehari Penderita Diet DM ... 96

3. Hasil Penilaian Validitas dan Reliabilitas ... 97

4. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 99

5. Surat Izin Survey Pendahuluan ... 117


(17)

6

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Faktor risiko terjadinya penyakit DM adalah pola makan tidak seimbang dan faktor individu lainnya. Salah satu faktor penting dalam pola makan penderita DM adalah faktor psikososial yang terdiri dari motif atau motivasi diri, kepercayaan diri, dukungan keluarga dan persepsi tentang pola makan seimbang bagi penderita DM. Kasus DM di Propinsi Sumatera Utara terjadi di seluruh Kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang selama 3 tahun terakhir (2005-2007) terjadi peningkatan kasus DM.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan desain cross sectional study yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh psikososial terhadap pola makan penderita DM di RSUD Kabupaten Deli Serdang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DM rawat jalan di RSUD Kabupaten Deli Serdang tahun 2008, dan sampel diambil sebanyak 75 orang yang diambil secara acak sistematik. Metode pengumpulan data melalui wawancara berpedoman pada kuesioner dan food recall 24 jam serta studi dokumentasi dari Dinas Kesehatan dan RSUD Kabupaten Deli Serdang. Analisis data menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan 88,0% pola makan penderita DM termasuk kategori tidak sesuai. Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor psikososial paling berpengaruh signifikan terhadap pola makan penderita DM rawat jalan di RSUD Kabupaten Deli Serdang adalah variabel motivasi diri (p=0,010);B (exp) = 9,955).

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar meningkatkan motivasi penderita DM untuk rutin berobat, memeriksakan kesehatannya dan mengikuti program diet dalam pengobatan DM melalui upaya program promosi kesehatan bagi penderita DM. Disarankan kepada RSUD Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan konseling dan penyuluhan yang bersifat kontinu terhadap seluruh pasien DM rawat jalan maupun rawat inap tentang program diet bagi penderita DM dan berbagai upaya pencegahan risiko peningkatan kadar gula darah serta risiko kecacatan bagi penderita DM.


(18)

7

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is one of the degenerative diseases which has been still as common health problem in Indonesia. The risk factors to the occurrence of the DM are unbalanced eating pattern and other individual factors. One of the important factors in eating pattern for the patients of DM is psychosocial factors consisting of motive and self-motivation, self-reliance, family‘s support and the perception about the balanced eating pattern for the patients of DM. In North Sumatera Province, DM happen in all district, and one of them is Deli Serdang District. The health profile of Deli Serdang District showed that DM was increased for the last three years (2005-2007).

This cross sectional study intended to analyze the influence of psychosocial on eating pattern for the patients of DM at Regional Hospital Deli Serdang District. The population were all pattients of DM staying in Regional Hospital Deli Serdang District in 2008, and the sample were 75 persons which took with systematic random sampling. Data were collected through interview referring to the questionnaire and food recall 24 hours as well as documentation study from Deli Serdang District of Health and Regional Hospital Deli Serdang District. Data were analyzed by using logistics regression.

The result of research showed that 88.0% of the eating pattern for the patients of DM were inappropriate categorized. Logistic regression test results showed the most influential psychosocial factors significantly on the eating pattern of the patients of DM Hospitalized at Regional Hospital Deli Serdang District was the variable of self-motivation (p=0.010);B (exp) = 9.955).

It is suggested to Deli Serdang District of Health to increase the motivation of DM patient to check and follow diet program in the treatment of DM through health promotion program for DM patien. It is also suggested Regional Hospital Deli Serdang District to give continual counseling for all patient of DM related and varios attempts for the prevention of the risk for the increase sugar blood degree and the deformity risk for the patient of DM.

Key word : Psychosocial, Eating Pattern, The Patients of Diabetes Mellitus.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan globalisasi dan perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun terakhir di Indonesia masyarakat Indonesia mengalami perkembangan dan peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit non infeksi seperti hipertensi, kanker dan Diabetes Mellitus.

Salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita oleh penduduk dunia adalah penyakit Diabetes Mellitus (DM). Hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan penyakit tersebut (Depkes RI, 2006).

Penyakit DM sering disebut The Great Imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan bermacam keluhan. Gejala sangat bervariasi yang secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun (Winardi, 1997).

Penderita DM akan mengalami cacat seumur hidup, dan berisiko terhadap terjadinya penyakit lain yaitu 24 kali berisiko terjadi penyakit jantung, 25 kali berisiko terjadi kebutaan, 17 kali terjadi gagal ginjal, 5 kali terjadi gangren dan 2 kali gangguan pembuluh darah di otak. Dampak lain dari penyakit DM adalah terjadinya gangguan secara psikologis akibat rendahnya penerimaan penderita di masyarakat.


(20)

Hal ini terjadi karena masih ada stigma masyarakat yang menganggap penyakit DM merupakan penyakit menular (Soegondono, 2004).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, bahwa dari 14 juta orang menderita DM, 50 persen diantaranya sadar telah mengidapnya (30% diantaranya yang mau berobat teratur dan 70% lainnya belum mengikuti pengobatan secara teratur), selain itu masih ada 50% lainnya yang tidak menyadari dirinya menderita DM. Keadaan ini mencerminkan bahwa pemahaman masyarakat tentang penyakit DM dan upaya pencegahannya masih rendah.

Menurut Bustan (2000), faktor risiko secara umum terhadap kejadian DM adalah a) unchangeable risk factor yang meliputi umur, jenis kelamin dan genetik, dan b) changable risk factor yang meliputi kebiasaan atau pola makan, kebiasaan merokok dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Soegondono (2004), bahwa faktor risiko utama yang mempengaruhi terjadinya DM adalah akibat pola makan yang tidak sehat, dimana mereka cenderung secara terus menerus mengkonsumsi karbohidrat dan makanan sumber glukosa secara berlebihan, ditambah lagi akibat kurang aktivitas fisik.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa diabetes mellitus terjadi akibat tidak seimbangnya asupan energi , karbohidrat dan protein. Penelitian Juleka (2005) pada penderita DM rawat inap di RSU Gunung Jati Cirebon menemukan bahwa pengidap yang memiliki asupan energi melebihi kebutuhan mempunyai risiko 31 kali lebih besar untuk mengalami kadar glukosa darah tidak terkendali dibandingkan dengan pengidap yang asupan energi nya sesuai kebutuhan.


(21)

Hasil penelitian Soebadri, dkk (2003) menemukan bahwa 75% penderita DM tidak mentaati diet yang dianjurkan dan 50% mempunyai kontrol glukosa darah yang buruk. Selain itu dilihat dari faktor individu, menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (1998), bahwa kepatuhan penderita DM terhadap pengobatan terkait dengan pengetahuan dan manfaat yang diperolehnya dari pengobatan.

Hasil penelitian Rachmawaty (2005) menemukan bahwa lebih dari 50% penderita DM tipe 2 tidak mengetahui penyakit dan komplikasi lanjut, sehingga datang ke rumah sakit dengan glukosa darah yang tinggi disertai komplikasi.

Penderita DM akan menerapkan pola makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola makan sehat. Hal ini senada dengan pendapat Suyono (2002) bahwa dalam rangka pengendalian kadar glukosa darah 86,2% penderita DM mematuhi pola diet DM yang diajurkan, namun secara faktual jumlah penderita DM yang disiplin menerapkan program Diet hanya berkisar 23,9%. Hal ini menjadi salah satu faktor risiko memperberat terjadinya gangguan metabolisme tubuh sehingga berdampak terhadap keberlangsungan hidup penderita DM.

Pola makan bagi penderita DM merupakan salah satu wujud nyata dari perilaku kesehatan. Menurut Sarwono (2003) yang mengutip pendapat Rosentock (1981) tentang Health Belief Model (HBM), bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif, kepercayaannya, tanpa mempedulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut.


(22)

Pola makan penderita DM dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri penderita DM maupun dari luar diri penderita DM. mengutip pendapat Menurut Rowley (1999) kepatuhan atau yang dikenal dengan adherensi adalah tindakan nyata untuk mengikuti aturan atau prosedur dalam upaya perubahan sikap dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan, sosiodemografi, faktor psikososial berbentuk kepercayaan terhadap perubahan perilaku, dan gaya hidup termasuk pola makan.

Faktor penting yang perlu diperhatikan adalah faktor Psikososial penderita DM yang merupakan faktor yang berasal dari dalam diri penderita DM. Psikososial didefinisikan sebagai hubungan yang dinamis antara psikologis dan pengaruh sosial dan di antara keduanya saling mempengaruhi. Kedua komponen tersebut merupakan hal yang penting untuk proses perkembangan individu. Gangguan psikososial terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara kedua komponen di atas yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan, sehingga penderita DM harus beradaptasi untuk menghadapi perubahan tersebut.

Perubahan-perubahan yang dialami oleh penderita DM biasanya mengalami fluktuasi berat badan, terjadinya komplikasi dengan penyakit-penyakit lain, gatal-gatal dan sering kesemutan (Depkes RI, 2003). Selain itu terjadinya perubahan sosial misalnya adanya stigma negatif dari lingkungan bahwa penyakit DM merupakan salah satu penyakit keturunan, sehingga penderita pesimis dan merasa rendah diri (Suminarti, dkk 2002)


(23)

Menurut Seogondono (2004), penyakit DM dapat dicegah bahkan dapat disembuhkan jika mereka mengatur pola makannya dan secara rutin melakukan pengobatan, berolah raga dan melakukan aktivitas gerak lainnya serta melakukan pemeriksaan glukosa darah dan terapi secara rutin, serta perlu adanya terapi psikologi melalu kepedulian keluarga, lingkungan sosial serta peran aktif petugas kesehatan untuk memberikan dorongan untuk disiplin melakukan program diet.

Menurut Waspadji (2007), DM merupakan penyakit metabolisme kronik, maka penting dilakukan pengaturan atau perencanaan pola makan, dan dalam kepatuhan dalam pelayanan kesehatan cenderung sulit untuk diprediksikan, tergantung pengawasan dari petugas kesehatan atau keluarga.

Menurut Marimis (2006), perubahan psikologis dalam diri seseorang dilakukan dengan memperhatikan masalah emosional dengan maksud menghilangkan, mengubah gejala yang ada dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian yang positif. Kaitannya dengan kepatuhan perubahan pola makan, maka dapat dilakukan dengan memberikan stimulan secara terpadu terhadap manfaat dari pola makan yang dianjurkan yang berhubungan dengan penanganan penyakit DM

Berdasarkan laporan Centers for Disease and Prevention (CDP) Tahun 2007, bahwa prevalensi DM mencapai 4% di seluruh dunia yang diprediksi mencapai 5,4% pada tahun 2025. Jumlah penderita DM di Cina dan India mencapai 50 juta orang. Sedangkan di Amerika Serikat merupakan jenis penyakit peringkat ke-enam penyebab kematian di Amerika Serikat. Selanjutnya dinyatakan bahwa 10% jenis DM type 1 dan 90% jenis DM type II dapat menyerang semua kelompok umur, biasanya


(24)

menyertai penyakit-penyakit lainnya seperti jantung koroner, infeksi pankreas, dan jenis penyakit degeneratif lainnya.

Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat. Tahun 2000 di Indonesia diperkirakan minimal terdapat 4 juta penderita DM dan di seluruh dunia diperkirakan 175,4 juta penderita. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita (Depkes RI,2006)

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, menurut diagnosis tenaga kesehatan diketahui 1% penduduk usia 15 tahun ke atas pernah menderita DM, yang merupakan penyakit nomor delapan terbanyak (2,13%) pada pasien rawat jalan di setiap rumah sakit tahun 2005 dan peringkat sembilan penyakit tidak menular (2,16%) penyebab kematian (Depkes RI, 2007).

Salah satu propinsi yang juga mengalami peningkatan kasus DM adalah propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan profil Kesehatan propinsi Sumatera Utara tahun 2007, proporsi penderita DM rawat inap menurut kelompok umur 15-44 tahun terdapat 3,6% dan >45 tahun terdapat 96,4% (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007).

DM di propinsi Sumatera Utara terjadi di seluruh Kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang selama 3 tahun terakhir (2005-2007) terjadi peningkatan kasus DM. Jumlah kasus tahun 2005 adalah sebanyak 159 kasus, kemudian meningkat menjadi 281


(25)

kasus pada tahun 2006 dan tahun 2007 menjadi 593 kasus. 73,9% terjadi pada kelompok umur 45 tahun ke atas. Kemudian berdasarkan laporan pola penyakit Rumah Sakit Umum Deli Serdang pada tahun 2008, diketahui penyakit DM menempati urutan nomor 5 dari 10 kunjungan penyakit degeneratif. Jumlah kunjungan penderita DM selama kurun waktu satu tahun terakhir sebanyak 669 kunjungan, yang terdiri dari 318 kasus DM (47,5%) rawat inap dan 351 kasus DM (52,2%) rawat jalan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa penyakit DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius untuk ditanggulangi. Selain itu secara demografis dan sosial penduduk kabupaten Deli Serdang 63,8% merupakan daerah pertanian yang dinilai sangat cukup menyediakan sumber makanan seimbang, namun diperkirakan berfluktuasinya kasus DM tersebut akibat pola makan yang tidak seimbang.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan studi tentang pengaruh psikososial yang meliputi motivasi diri, persepsi, kepercayaan diri, dan dukungan keluarga serta pengaruhnya terhadap pola makan penderita DM di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Permasalahan

DM merupakan jenis penyakit degeneratif yang disebabkan oleh ketidak seimbangan pola makan yang mengakibatkan terjadi cacat seumur hidup, dan gangguan psikologis bagi penderitanya. Selama kurun waktu 2005-2008 terjadi peningkatan kasus DM di Kabupaten Deli Serdang, dan data tahun 2008 mencapai


(26)

669 kasus baik rawat inap maupun rawat jalan. Penyakit DM ini menjadi salah satu prioritas program kesehatan di Kabupaten Deli Serdang dengan arah kebijakan utama peningkatan gizi masyarakat, penanggulangan dan pencegahan terjadinya cacat pada penderita DM. Perubahan pola makan penderita DM salah satunya dipengaruhi oleh psikososial penderita DM. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor psikososial meliputi motivasi diri, persepsi, dan kepercayaan diri, dan dukungan keluarga berpengaruh terhadap pola makan penderita DM di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh psikososial meliputi motivasi diri, persepsi, kepercayaan diri, dan dukungan keluarga terhadap pola makan penderita DM di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Hipotesis

1. Ada pengaruh motivasi diri terhadap pola makan penderita DM di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

2. Ada pengaruh persepsi terhadap pola makan penderita DM di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

3. Ada pengaruh kepercayaan diri terhadap pola makan penderita DM di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

4. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pola makan penderita DM di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.


(27)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli serdang dalam perencanaan peningkatan penyuluhan bagi penderita Diabetes Mellitus.

2. Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Deli Serdang dalam perencanaan peningkatan penyuluhan, konseling dan berbagai upaya pencegahan resiko komplikasi bagi penderita DM.

3. Memberikan masukan bagi Puskesmas untuk meningkatkan pemantauan dan penyuluhan terhadap penderita DM di wilayah kerjanya.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Diabetes Mellitus 2.1.1 Pengertian DM

Diabetes mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh adanya hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Waspadji, 2007).

2.1.2 Jenis DM

Istilah diabetes mellitus sebenarnya mencakup 4 kategori yaitu tipe I (insulin dependent diabetes mellitus atau IDDM), tipe II (non insulin dependent diabetes mellitus atau NIDDM), diabetes mellitus sekunder dan diabetes mellitus yang berhubungan dengan nutrisi. Selain itu terdapat dua kategori lain tentang abnormalitas metabolisme glukosa yaitu kerusakan toleransi glukosa (KTG) dan diabetes mellitus gestasional (DMG) (Waspadji, 2007) .

2.1.3 Gejala DM

Penderita DM dengan diabetes mellitus tipe II mengalami penurunan sensitivitas terhadap kadar glukosa, yang berakibat pada pembentukan kadar glukosa yang tinggi. Keadaan ini disertai dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa, sehingga mekanisme ini menyebabkan meningkatnya resistensi insulin perifer (Adnyana, dkk, 2003).


(29)

Gejala klasik diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil terutama malam hari, dan berat badan turun cepat, kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun dan luka sukar sembuh (Waspadji, 2007). 2.1.4 Penatalaksanaan DM

Tujuan penatalaksanaan diet secara umum pada penderita DM diabetes mellitus adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal, mencapai dan mempertahankan lemak mendekati kadar yang optimal, mencegah komplikasi akut/kronik dan meningkatkan kualitas hidup (Waspadji, 2007).

Menurut Waspadji (2007) mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical Centre Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga) J yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Berikut ini uraian mengenai ketiga hal tersebut:

1) Jumlah makanan

Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang disarankan berkisar antara 1100-2900 KKal.


(30)

Sebelum menghitung berapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca : Berat Badan Idaman : 90% X (tinggi badan dalam cm = 100) X 1 kg.

Tabel 2.1. Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori

Ringan Sedang Berat

Mengendarai mobil Memancing

Kerja Lab Kerja sekretaris

Mengajar

Kerja rumah tangga Bersepeda

Bowling Jalan cepat

Berkebun

Aerobik Bersepeda

Memanjat Menari

Lari

Sumber : Waspadji, 2007

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes :

1. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan idaman dengan sejumlah kalori :

- Berat badan idaman dalam kg x 30 Kkal untuk laki-laki - Berat badan idaman dalam kg x 25 Kkal ntuk perempuan

Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari (lihat tabel 1). Tampak pada tabel itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan sampai yang berat.

- Kerja ringan : tambah 10 % dari kalori basal - Kerja sedang : tambah 20 % dari kalori basal


(31)

- Kerja berat : tambah 40-100% dari kalori basal - Tambahkan kalori sekitar 20-30% pada keadaan sbb:

a. Pasien kurus

b. Pasien masih tumbuh kembang

c. Ada stres misalnya infeksi, hamil atau menyusui

- Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung tingkat kegemukannya.

2. Cara lain tertera pada tabel 2.2 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada tabel itu bahwa seseorang dengan dengan berat badan normal yang bekerja santai memerlukan 30 Kkal/kg BB idaman. Bagi orang yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 Kkal/kg BB idaman. Dengan cara ini tidak perlu ditambah-tambahkan lagi.

3. Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sbb : - Pasien kurus : 2300-2500 Kkal

- Pasien berat normal : 1700-2100 Kkal - Pasien gemuk : 1300-1500 Kkal


(32)

Dewasa Kkal/kg BB kerja satai Kerja sedang Kerja berat Gemuk

Normal kurus

20-25 30 35

30 35 40

35 40 40-50

Sumber : Waspadji, 2007

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PARKENI) telah menetapkan standar jumlah gizi pada diet diabetes mellitus, dimana telah ditetapkan proporsi yang ideal untuk zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat, garam dan pemanis dalam satu porsi makanan utama. Menurut Moehyi (1996) ketentuan mengenai pengaturan jumlah zat makanan yang harus dikonsumsi oleh penderita DM diabetes mellitus adalah sebagai berikut:

a. Karbohidrat

Sampai saat ini sebagian orang berpendapat bahwa pasien diabetes mellitus harus mengkonsumsi makanan rendah karbohidrat. Namun belakangan banyak dilakukan penelitian dan ditemukan bahwa justru diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak lebih unggul daripada diet rendah karbohidrat. Didapatkan pula bahwa diet tinggi karbohidrat menimbulkan perbaikan glukosa terutama pada pasien diabetes mellitus yang tidak terlalu berat, apalagi pada pasien yang gemuk. Tetapi harus diingat, walaupun pasien dianjurkan diet tinggi karbohidrat, pasien tersebut harus menghindari karbohidrat yang mudah diserap tubuh seperti sirup, gula, sari buah dan makanan lain yang manis atau mengandung gula. Selain itu penderita DM harus mengetahui bahwa jumlah karbohidrat dalam makanan untuk setiap kali makan harus


(33)

diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hidrat arang sepanjang hari.

b. Protein

Protein merupakan bahan dasar untuk zat pembangun, pertumbuhan, hormon dan antibodi. Pada penderita diabetes mellitus, kebutuhan protein akan meningkat akibat digunakannya protein sebagai energi. Sedangkan karbohidrat sendiri tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga penderita merasa lemas. Berdasarkan hal tersebut, maka seorang penderita DM diabetes mellitus memerlukan protein sebanyak 10-15% untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya.

c. Lemak

Pada penderita diabetes mellitus penggunaan lemak dibatasi, terutama lemak jenuh yang secara tidak langsung dengan mekanisme tertentu dapat mempengaruhi kenaikan kadar gula darah. Makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain minyak kelapa, margarin, santan, keju dan lemak hewan. Sedangkan lemak tidak jenuh efeknya jauh lebih kecil terhadap kadar gula darah daripada lemak jenuh. d. Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan hiperkolesterolemia yang berkaitan dengan terjadinya aterosklerosis. Pada penderita diabetes mellitus, kadar kolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya. Oleh karena itu konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi, dengan perkiraan jumlah yang dibutuhkan <300 mg per hari.


(34)

Serat yang dikonsumsi sebanyak 25 gram per hari akan mempercepat pergerakan makanan di saluran pencernaan dan pembentuk massa sehingga absorbsi glukosa dan lemak di usus akan berkurang.

f. Garam

Penggunaan garam yang tinggi dalam makanan dapat meningkatkan kerja jantung. Oleh karena itu pada penderita diabetes mellitus dengan hipertensi, pemakaian garam dibatasi.

g. Pemanis

Selama ini pemanis yang ada di pasaran adalah sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylol, sakkarin, siklamat dan aspartam. Pemanis yang mengandung kalori adalah sukrosa dan fruktosa. Berikut ini tabel perbandingan jumlah total zat makanan yang terdapat dalam satu porsi makanan utama penderita DM

Tabel 2.3. Jumlah Total Zat Makanan yang Dikonsumsi

Jenis Zat makanan Jumlah

Karbohidrat 60-70%

Protein 10-15%

Lemak 20-25%

Kolesterol <300 mg/hari

Serat 25 g/hari

Garam Dibatasi terutama bila ada hipertensi

Pemanis Gunakan secukupnya

2) Jenis makanan

Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan


(35)

makanan apa yang harus dibatasi secara ketat. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit dan bayam harus dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang, pepaya, mangga, sawo, rambutan, apel, duku, durian, jeruk dan nanas juga dibatasi. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol, labu air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat (Waspadji, 2007).

Cukup banyak pasien DM mengeluh karena makanan yang tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi sehingga sering terasa membosankan. Untuk itu agar ada variasi dan tidak menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan makanan penukar lain. Perlu diingat dalam penggunaan makanan penukar, kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya (Suyono, 1996). Contoh-contoh bahan makanan penukar adalah sebagai berikut:

(1) Golongan I: Sumber Karbohidrat

Sumber bahan makanan penukar karbohidrat mempunyai takaran 1 satuan penukar = 175 Kal, 4 gr protein, 40 gr karbohidrat. Adapun daftar bahan makanan penukar tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3


(36)

Bahan makanan URT Berat (gr)

1. Bihun ½ gelas 50

2. Havermount 6 sendok makan 50

3. Kentang 2 biji sedang 200

4. Krekers 5 buah besar 50

5. Mi kering ½ bungkus 50

6. Nasi ¾ gelas 100

7. Roti putih 2 potong sedang 80

Sumber : Suyono, 1996

(2)Gol. II: Sumber Protein Hewani

Sumber protein hewani ini dapat diperoleh dari bahan makanan yang lazim dikonsumsi sehari-hari dengan takaran 1 satuan penukar = 95 Kal, 10 gr protein, 6 gr lemak. Adapun jenis makanan penukar protein hewani dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5. Bahan Makanan Penukar Protein Hewani

Bahan makanan URT Berat (gr)

1. Ayam 1 potong sedang 50

2. Daging sapi 1 potong sedang 50 3. Hati sapi 1 potong sedang 50 4. Ikan segar 1 potong sedang/1 ekor 50 5. Ikan asin 1 potong kecil 25

6. Telur ayam 1 butir 50

7. Telur bebek 1 butir 60

8. Udang segar ¼ gelas 50

9. Keju 1 potong kecil 30

Sumber : Suyono, 1996


(37)

Sumber protein nabati mempunyai takaran 1 satuan penukar = 80 Kal, 6 gr protein, 3 gr lemak, 8 gr karbohidrat. Adapun jenis bahan makanan penukar protein hewani dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Bahan Makanan Penukar Protein Nabati

Bahan makanan URT Berat (gr)

1. Kacang hijau 2 sendok makan 20

2. Kacang merah segar 2 ½ sendok makan 25

3. Kacang tanah 2 sendok makan 20

4. Keju kacang tanah 2 sendok makan 20

5. Tahu 1 biji besar 100

6. Tempe 2 potong sedang 50

7. Susu kedelai 1 gelas 100

Sumber : Suyono, 1996

(4) Gol. IV: Sayuran

Jenis sayuran yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan penukar adalah sayuran A dan sayuran B, bebas dimakan, seperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Bahan Makanan Penukar Sayuran A dan B Bahan Makanan Penukar

Sayuran A Sayuran B

Kangkung Ketimun Bayam Nangka muda

Tomat Kol Buncis Jagung putren

Toge Rebung Daun singkong Kacang panjang

Terong Sawi Jagung muda

Jamur segar Oyong Labu siam

Sumber : Suyono, 1996


(38)

Sumber bahan makanan bersumber buah-buahan mempunyai takaran 1 satuan penukar = 40 Kal, 40 g karbohidrat, seperti pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Bahan Makanan Penukar Buah

Bahan makanan URT Berat (gr)

Pisang 1 buah 50

Pepaya 1 potong 100

Apel ½ buah 75

Jeruk 2 buah 100

Duku 15 buah 75

Sumber : Suyono, 1996

(6)Bahan Makanan Golongan Susu

Sumber bahan makanan golongan susu mempunyai takaran 1 satuan penukar= 130 Kal, 7 gr protein, 7 g lemak, 9 gr karbohidrat, seperti pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Bahan Makanan Penukar Susu

Bahan makanan URT Berat (gr)

Susu sapi 1 gelas 200

Tepung susu whole 5 sendok makan 25

Yogurt 1 gelas 200

Sumber : Suyono, 1996

(7)Gol. VII: Minyak

Bahan makanan penukar minyak mempunyai takaran 1 satuan penukar = 45 Kal, 5gr lemak, seperti pada Tabel 2.10.


(39)

Tabel 2.10. Bahan Makanan Penukar Minyak

Bahan makanan URT Berat (gr)

Minyak kelapa ½ sendok makan 5

Margarin ½ sendok makan 5

Minyak kacang / kedelai/ Jagung ½ sendok makan 5

Kelapa parut 5 sendok makan 30

Santan ½ gelas 50

Sumber : Suyono, 1996

3) Jadwal makan

Penderita diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM diabetes mellitus (Waspadji, 2007) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.11. Jadwal Makan Penderita DM

Waktu Jadwal Total kalori

Pukul 7.00 Makan pagi 20%

Pukul 10.00 Selingan 10%

Pukul 13.00 Makan siang 30%

Pukul 16.00 Selingan 10%

Pukul 19.00 Makan malam 20%

Pukul 21.00 Selingan 10%


(40)

2.2 Psikososial

Menurut Smet (1994) Psikososial didefinisikan sebagai hubungan yang dinamis antara psikologis dan pengaruh sosial dan di antara keduanya saling mempengaruhi. Kedua komponen tersebut merupakan hal yang penting untuk proses perkembangan individu. Gangguan psikososial terjadi apabila terdapat ketidak seimbangan antara kedua komponen di atas yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan, sehingga penderita DM harus beradaptasi untuk menghadapi perubahan tersebut.

Menurut WHO (2002), Psikososial didefinisikan sebagai hubungan yang dinamis antara psikologis dan pengaruh sosial dan di antara keduanya saling mempengaruhi. Kedua komponen tersebut merupakan hal yang penting untuk proses perkembangan, hal tersebut akan beriringan dengan proses pertumbuhan dan maturasi, sehingga psikososial akan berubah sesuai dengan perubahan pertumbuhan dan perkembangan individu.

Menurut Sarwono (2002) beberapa faktor yang termasuk dalam Psikososial antara lain persepsi, motivasi (motif), kepercayaan dan adanya interaksi sosial. Ke empat faktor tersebut merupakan unsur-unsur yang tidak terlepas dalam diri individu selama proses perkembangan dan perilakunya, termasuk dalam perilaku kesehatan yaitu dalam mengatur pola makan seimbang dan sehat.

Menurut Rachmat (2002), unsur-unsur yang termasuk dalam psikososial (psikologi sosial) adalah unsur persepsi, motif atau motivasi diri, kepercayaan diri dan dukungan keluarga dan dukungan sosial serta norma-norma yang berlaku dalam


(41)

masyarakat. Unsur-unsur psikososial secara umum dapat dimodifikasikan dari teori Model Kepercayaan yang dikemukakan oleh Rosenstock (1982), maka unsur psikososial merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan dan kepercayaan individu terhadap perilaku kesehatan dan salah satu bentuk perilaku kesehatan tersebut adalah pola makan seimbang bagi penderita DM. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1. Motivasi Diri

Menurut Sherif, dkk (1956) dalam Gerungan (2002) motif adalah bagian integral dari motivasi diri adalah istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.

Menurut Rachmat (2005), motivasi diri adalah dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri manusia untuk menggerakkan dan mendorong sikap dan perubahan perilakunya. Motivasi ini didasarkan dari faktor internal individu yang bersifat psikologis dan sebagai akibat dari internalisasi dari informasi dan hasil pengamatan suatu objek yang melahirkan persepsi sehingga individu dapat terdorong untuk berbuat atau melakukan sesuatu.

Perilaku kesehatan individu juga dipengaruhi oleh motivasi diri individu untuk berperilaku yang sehat dan menjaga kesehatannya. Menurut Wahjosumido (1985) dalam Sarwono (2004) bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang


(42)

terjadi pada diri seseorang, dan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut dengan faktor intrinsik atau faktor di luar dirinya disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau bebagai harapan, cita-cita yang menjangkau kemasa depan. Sedangkan faktor di luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber dari lingkungannya atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks.

Menurut Hordget (2000) motivasi adalah psikologis yang mendorong sekaligus mengendalikan seseorang secara langsung. Makna yang terkandung didalamnya yaitu dorongan dan motif dimana motif ini yang memegang peranan penting karena motif berisikan perilaku, artinya dalam konteks perubahan pola makan bagi penderita DM didasarkan pada keinginan penderita untuk sembuh dan mengurangi kecatatan akibat menderita DM sehingga mereka termotivasi untuk mengikuti program diet yang dianjurkan oleh dokter.

2.3.1. Persepsi

Menurut Rachmat (1998), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch (1967) dalam Rachmat (1998) persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.


(43)

Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991) dalam Sarwono (2004) bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera.

Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986).

Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi dalam Gibson (1986) sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan

"interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan


(44)

yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.

Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rachmat 1998). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986).

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Rachmat (2005), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Kaitannya dengan pola makan penderita DM, perbedaan penderita maka perbedaan terhadap persepsi mereka terhadap pencegahan penyakit DM dalam konteks konsumsi makanan. Menurut Ismael (2001), bahwa penderita DM mempunyai perbedaan persepsi terhadap dirinya dan kehidupannya termasuk dalam pola makan karena adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh, seperti sering kencing, perubahan pola tidur, dan stres.


(45)

2.3.2.Kepercayaan Diri

Kepercayaaan merupakan suatu keyakinan yang diyakini oleh individu terhadap sesuatu fenomena. Kepercayaan tersebut didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat. Kepercayaan tersebut secara tidak langsung berimplikasi terhadap keseluruhan tata cara kehidupan masyarakat, dan erat kaitannya dengan kebudayaan suatu kelompok masyarakat.

Menurut GM Foster (1973) aspek kepercayaan mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan seseorang. Kepercayaan tersebut secara psikologis bersumber dari dalam diri individu terhadap suatu objek atau informasi yang diyakininya bermanfaat dan dapat diadopsi.

Menurut G.M.Foster, (1973) untuk mempelajari dinamika dari proses proses perubahan dari sudut individu, maka perlu sekali mengetahui kondisi dasar dari individu agar mau mengubah tingkah lakunya, yaitu : (1) individu harus menyadari adanya kebutuhan untuk berubah, (2) harus mendapat informasi bagaimana kebutuhan ini dapat dipenuhi, (3) mengetahui bentuk pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhannya dan biayanya, (4) tidak mendapat sanksi yang negatif terhadap individu yang akan menerima inovasi.

Selanjutnya Foster (19873) menyatakan bahwa untuk membantu individu mau mengubah perilakunya, maka yang perlu diperhatiakan adalah : 1) mengidentifikasi individu, masyarakat yang menajadi sasaran perubahan, 2) mengetahui motif yang mendorong perubahan, antara lain adalah motif ekonomi, religi, persahabatan, prestise, 3) mengetahui faktor-faktor lain misalnya : kekuatan sosial dan nilai-nilai


(46)

yang ada dalam masyarakat, kebutuhan masyarakat, waktu yang tepat, golongan dalam masyarakat yang mudah diterima ide baru, serta golongan yang berkuasa. 2.3.3.Dukungan Keluarga

Variabel psikososial yang erat kaitannya dengan perilaku kesehatan adalah adanya interaksi sosial dalam bentuk dukungan baik dukungan kelompok maupun dukungan secara sosial. Interaksi sosial adalah keterlibatan secara individu penderita DM dalam suatu kelompok masyarakat dan keluarga, artinya adanya dukungan sosial atau dukungan keluarga dalam memperhatikan pola makan penderita DM merupakan suatu interaksi sosial.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Secara prinsip keluarga adalah unit terkecil masyarakat,terdiri atas dua orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga, berinteraksi di antara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.


(47)

Berdasarkan pendapat Rusli (2007), dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja sangat diperlukan, menyusui merupakan aktifitas keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah (Sudiharto, 2007).

Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.

2.3. Pengaruh Psikososial terhadap Pola Makan Penderita DM

Secara epidemiologi faktor risiko terhadap terjadinya penyakit DM antara lain karakteristik individu dan perilaku yang berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup karakteristik adalah segala sesuatu yang merupakan ciri-ciri biologis dan sosial yang terdapat pada penderita DM. Perbedaan ciri-ciri dapat menyebabkan perbedaan prevalensi DM dan perbedaan pola makan. Karakteristik tersebut seperti karakteristik sosiodemografi misalnya tempat/daerah, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, dan perilaku (pengetahuan dan sikap) serta sosial budaya dan pola


(48)

makan. Penelitian Suryono (2004) prevalensi DM di Jakarta berkisar 2,8%, dan umumnya terjadi pada penduduk dewasa.

Menurut Marimis (2006). Perubahan psikologis seseorang dalam dilakukan dengan memperhatikan masalah emosional dengan maksud menghilangkan, mengubah gejala yang ada dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian yang positif. Kaitannya dengan kepatuhan perubahan pola makan, maka dapat dilakukan dengan memberikan stimulan secara terpadu terhadap manfaat dari pola makan yang dianjurkan yang berhubungan dengan penanganan penyakit DM.

Unsur psikososial adalah salah satu unsur yang terdapat dalam diri individu yang berdampak terhadap perubahan metabolisme tubuh yang menyebabkan terjadinya sakit. Mengutip teori determinan derajat kesehatan masyarakat yang dikemukakan oleh H.L Blum (1974) bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor

agent yaitu segala sesuatu penyebab terjadinya suatu penyakit, dalam hal ini berhubungan dengan ketidak seimbangan asupan makanan penderita DM, faktor host,

yaitu faktor yang bersumber dari individu seperti karakteristik individu dan perilaku individu serta faktor environment yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan, seperti lingkungan fisik dan sosial.

Berkaitan dengan konsep psikososial, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh persepsi penderita DM terhadap pola makan seimbang seperti penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Heilbronn, dkk (2002) bahwa pemberian diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik rendah


(49)

dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pengidap DM tipe 2 yang memiliki kadar glukosa darah tidak terkendali.

Faktor penyebab utama terjadinya kegagalan pengobatan diabetes mellitus adalah ketidak-disiplinan atau ketidak-tahuan klien diabetes mellitus tentang penyakit, program pengobatan dan perawatan. Informasi mengenai program diet yang diberikan pada klien diabetes mellitus adalah intervensi penting dalam meningkatkan kepatuhan klien pada program diet (Travis, 1997).

Menurut model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model) yang dikembangkan oleh Rosenstock (1982) dalam Sarwono (2004) bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya. Tanpa mempedulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Model kepercayaan kesehatan ini mencakup 5 unsur utama, sebagai berikut:

a. Persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit (perceived susceptibility). Mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam.

b. Pandangan individu tentang beratnya penyakit tersebut (perceived seriousness), yaitu risiko dan kesulitan apa saja yang akan dialaminya dari penyakit itu.

c. Makin berat risiko suatu penyakit dan makin besar kemungkinannya bahwa individu tersebut terserang penyakit tersebut, makin dirasakan besar ancamannya (perceived threats). Ancaman ini mendorong individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit. Namun ancaman yang terlalu besar


(50)

malah menimbulkan rasa takut dalam diri individu yang justru malah menghambatnya untuk melakukan tindakan karena individu tersebut merasa tidak berdaya melawan ancaman tersebut. Guna mengurangi rasa terancam tersebut, ditawarkanlah suatu alternatif tindakan oleh petugas kesehatan. Apakah individu akan menyetujui alternatif yang diajukan petugas tergantung pada pandangannya tentang manfaat dan hambatan dari pelaksanaan alternatif tersebut. Individu akan mempertimbangkan apakah alternatif tersebut memang dapat mengurangi ancaman penyakit dan akibatnya yang merugikan.

d. Namun sebaliknya, konsekuensi negatif dari tindakan yang dianjurkan tersebut (biaya yang mahal, rasa malu, takut akan rasa sakit, dan sebagainya) seringkali menimbulkan keinginan individu untuk justru menghindari alternatif yang dianjurkan petugas kesehatan. Ini merupakan perceived benefits and barriers dari tindakan yang dianjurkan. Untuk akhirnya memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan tersebut.

e. Faktor pencetus (cues to action) bisa datang dari dalam diri individu (munculnya gejala-gejala penyakit itu) ataupun dari luar (nasihat orang lain, kampanye kesehatan, seorang teman atau anggota keluarga terserang oleh penyakit yang sama, dan sebagainya). Bagi mereka yang memiliki motivasi yang rendah untuk bertindak (misalnya yang tidak percaya bahwa dirinya akan terserang penyakit tersebut, yang menganggap remeh akibat penyakit tersebut atau yang takut menerima pengobatan) diperlukan rangsangan yang lebih intensif untuk mencetuskan respon yang diinginkan, sebab bagi kelompok semacam ini


(51)

penghayatan subjektif terhadap hambatan/risiko negatif dari pengobatan penyakitnya jauh lebih kuat dari pada gejala objektif dari penyakit tersebut ataupun pandangan/saran profesional petugas kesehatan. Tetapi bagi mereka yang sudah termotivasi untuk bertindak, maka rangsangan sedikit saja sudah cukup untuk menimbulkan respon tersebut (Sarwono, 2004).

2.4. Kepatuhan Penderita DM Mengikuti Anjuran Pogram Diet

Kepatuhan yaitu tingkat/derajat dimana penderita DM mampu melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau tim kesehatan lainnya (Smet, 1994). Kepatuhan merupakan tingkat dimana perilaku seseorang sesuai dengan saran praktisi kesehatan. Shillinger (1983) yang dikutip Travis (1997) bahwa kepatuhan mengacu pada proses dimana seorang penderita DM mampu mengasumsikan dan melaksanakan beberapa tugas yang merupakan bagian dari sebuah regimen terapeutik. Kepatuhan seseorang terhadap suatu regimen terapi bergantung pada berbagai variabel seperti umur, pendidikan, tingkat ekonomi, kompleksitas terapi dan kesesuaian penderita DM dengan program tersebut serta nilai-nilai penderita DM mengenai kesehatan. Trekas (1984) dalam Ratanasuwan, dkk (2005) bahwa kemampuan penderita DM untuk mengontrol kehidupannya dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan. Seseorang yang berorientasi pada kesehatan cenderung mengadopsi semua kebiasaan yang dapat meningkatkan kesehatan dan menerima regimen yang akan memulihkan kesehatannya. Orang yang melihat


(52)

penyakit sebagai kelemahan akan menyangkal penyakit atau hadirnya penyakit itu. Pengingkaran ini dapat mempengaruhi terjadinya ketidakpatuhan.

Taylor (1990) dalam Sarwono (2004), bahwa ketidakpatuhan merupakan salah satu masalah yang berat dalam dunia medis, dan oleh karena itu sejak tahun 1960-an sudah mulai diteliti di negara-negara industri. Secara umum, ketidakpatuhan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan dan dapat berakibat memperpanjang atau memperburuk penyakit yang sedang diderita (Smet, 1994).

Mematuhi program diet/pola makan adalah hasil dari proses perubahan perilaku. Perilaku yang menetap memerlukan motivasi dan keyakinan yang kuat (Marimis, 2006). Penderita DM mungkin saja memiliki pengetahuan mengenai suatu prosedur pengobatan, tetapi tidak berkemauan dan tidak mampu melaksanakannya karena adanya reaksi negatif terhadap kondisi/cara perawatan penyakit (Rowley, 1999).

Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dalam meningkatkan kepatuhan penderita DM diabetes mellitus untuk melaksanakan program diet diantaranya dengan membimbing penderita DM dalam menerapkan program diet tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengidentifikasi pengetahuan dan kepercayaan penderita DM terhadap program diet secara mendalam terlebih dahulu. Ciptakan juga komunikasi yang terbuka dengan penderita DM dan berikan suatu perhatian dalam komunikasi tersebut. Tenaga kesehatan mungkin akan membutuhkan waktu yang lama ketika menghadapi penderita DM yang lanjut usia, penderita DM dengan pengetahuan yang kurang atau penderita DM dengan latar belakang budaya


(53)

yang berbeda, sehingga tercipta rasa percaya di dalam diri penderita DM untuk melaksanakan program diet dan tetap melakukan kontrol. Tenaga kesehatan juga perlu untuk memonitor perkembangan kepatuhan penderita DM misalnya melalui pesawat telepon bila penderita DM sulit untuk mendatanginya. Tenaga kesehatan juga harus lebih terfokus pada perkembangan motivasi penderita DM dan berupaya mengintegrasikan penyakit ke dalam konsep diri penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan secara jangka panjang, serta membantu penderita DM melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dengan anjuran kesehatan (Rowley, 1999).

Hasil penelitian Soebadri, dkk (2003), bahwa 75% penderita DM tidak mentaati diet yang dianjurkannya dan 50% mempunyai control glukosa darah yang buruk. Selain itu dilihat dari faktor individu, menurut PARKENI (1998), bahwa kepatuhan penderita DM terhadap pengobatan terkait dengan pengetahuan dan manfaat yang diperolehnya dari pengobatan.

Kepatuhan penderita DM tipe 2 pada terapi diet merupakan masalah yang sulit dikendalikan. Beberapa penelitian menunjukkan 75% penderita tidak mentaati diet yang dianjurkan (Basuki, 2000) dan 53% mempunyai kontrol glukosa darah yang buruk. Ketidakpatuhan ini mengakibatkan penderita memperoleh pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan, sehingga biaya perawatan menjadi semakin mahal. Setiap peningkatan 1% HbA1c akan meningkatkan ongkos perawatan medik di atas 7%. Kepatuhan penderita terhadap pengobatan terkait dengan beberapa faktor, salah satunya adalah pengetahuan terhadap penyakit dan manfaat yang diperoleh dari pengobatan. Menurut PARKENI (1998) melaporkan bahwa lebih dari 50% penderita


(54)

DM tipe 2 tidak mengetahui penyakit dan komplikasi lanjut, sehingga datang ke rumah sakit dengan glukosa darah yang tinggi disertai berbagai komplikasi.

Telah diketahui bahwa konseling dapat mengatasi ketidakpatuhan penderita DM. Edukasi yang baik dan tepat akan menggugah kesadaran penderita untuk mau mengubah dan menjalankan diet yang dianjurkan, sehingga kadar glukosa darah terkendali dengan baik dan mencegah timbulnya komplikasi. Nicolucci et al (1996) melaporkan bahwa penderita DM yang tidak mendapatkan edukasi memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena komplikasi dibandingkan yang mendapatkan edukasi. Untuk upaya pencegahan primer, materi yang disampaikan saat konseling ditekankan pada faktor penyebab timbulnya DM dan usaha mengurangi faktor risiko, tujuan utama menjalankan diet, perencanaan makan, serta komplikasi DM (Waspadji, 2007).

2.5. Landasan Teori

DM merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai insulin. Beberapa faktor risiko terjadinya penyakit DM adalah sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, perilaku kesehatan serta sosio budaya masyarakat khususnya dalam perubahan pola makan mereka (Waspadji, 2007).

Menurut Smet (1994), psikososial adalah hubungan yang dinamis antara psikologis dan pengaruh sosial dan di antara keduanya saling mempengaruhi. Gangguan psikososial terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara kedua komponen di atas yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan, sehingga


(55)

penderita DM harus beradaptasi untuk menghadapi perubahan tersebut. Menurut Sarwono (2002) beberapa faktor yang termasuk dalam Psikososial antara lain persepsi, motivasi (motif), kepercayaan dan adanya interaksi sosial. Ke empat faktor tersebut merupakan unsur-unsur yang tidak terlepas dalam diri individu selama proses perkembangan dan perilakunya, termasuk dalam perilaku kesehatan yaitu dalam mengatur pola makan seimbang dan sehat.

H.L Blum (1974) bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor agent yaitu segala sesuatu penyebab terjadinya suatu penyakit, dalam hal ini berhubungan dengan ketidakseimbang asupan makanan penderita DM, faktor host, yaitu faktor yang bersumber dari individu seperti karakteristik individu dan perilaku individu serta faktor environment yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan, seperti lingkungan fisik dan sosial.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan kerangka konsep penelitian serta variabel-variabel yang diteliti berikut ini:

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Psikososial

1. Motivasi Diri 2. Persepsi

3. Kepercayaan Diri 4. Dukungan Keluarga


(56)

Berdasarkan Gambar 2.1, diketahui bahwa variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel psikososial yang terdiri dari variabel motivasi diri, persepsi, kepercayan diri dan dukungan keluarga. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel pola makan penderita DM yang dilihat dari jumlah asupan energi,jadwal makan dan jenis makanan yang dikonsum


(57)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional bertujuan untuk menganalisis pengaruh psikososial terhadap pola makan pada penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan ditemukannya masalah penyakit Diabetes Mellitus dan terjadinya fluktuasi kasus setiap tahunnya di lokasi penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan terhitung Januari 2009 sampai dengan Oktober 2009.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita DM yang rawat jalan di RS Deli Serdang pada tahun 2008 yaitu sebanyak 351 kasus, yang sudah dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Merupakan penduduk yang berdomisili di Kabupaten Deli Serdang.

b. Merupakan pasien yang sudah pernah berobat ke RSU Deli Serdang dan dinyatakan menderita DM.


(58)

d. Bukan pasien DM dengan komplikasi penyakit lain. 3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari 351 penderita DM yang dirawat jalan di RS Deli Serdang berjumlah 75 orang yang mana besar sampel dihitung menggunakan rumus Lamenshow, dkk. (1990) seperti di bawah ini:

q p Z N d q p Z N n . . 2 / 1 ) 1 ( . . 2 / 1 . 2 2 2 α α − + − − = Keterangan:

n = besar sampel

Zα/2 = tingkat kemaknaan (α=0,05=Z1-α/2=1,96)

p = proporsi penderita DM rawat jalan di RS Deli Serdang Î p0=52,2%=0,52

q = 1- po = (1-0,52=0,48)

d = presisi absolut

N = jumlah populasi = 351 pasien

dengan perhitungan: 48 . 0 52 . 0 ) 96 , 1 ( ) 1 351 ( ) 1 . 0 ( 48 . 0 52 . 0 ) 96 , 1 ( 351 2 2 2 x x x x x n + − = 48 , 75 45 , 4 56 , 336 = = = n n

n = 75 penderita DM

Metode pengambilan sampel menggunakan pengambilan sampel acak sistematik ( sistematic random sampling ), yaitu sampel diambil acak secara berurutan dengan interval tertentu (Budiarto, 2002). Pada penelitian ini, pemilihan interval dilakukan dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel, yaitu: 351/75= 4,68 dengan pembulatan menjadi 4.

Mengacu dari interval tersebut, maka seluruh populasi yang didata berdasarkan data populasi terpilih dan masing-masing diberi nomor urut. Sampel terpilih diambil


(59)

dari setiap inverval 4 dari nomor urut pertama hingga nomor urut terakhir, yang pada akhirnya hingga berjumlah 75 orang responden.

Pelaksanaan pemilihan sampel di lokasi penelitian dilakukan dengan cara peneliti menunggu kehadiran pasien yang telah terpilih berdasarkan interval, sehingga saat pasien tersebut datang berkunjung, maka peneliti akan melakukan wawancara dengan menggunakan instrumen penelitian (kuesioner).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dihimpun melalui metode wawancara dengan tipe wawancara langsung berpedoman pada kuesioner penelitian. Data primer tersebut meliputi data karakteristik individu penderita DM seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan, data pola makan melalui metode food recall 24 jam selama 3 hari berturut-turut serta variabel psikososial yaitu motivasi diri, persepsi, kepercayaan diri dan dukungan keluarga.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dihimpun melalui pencatatan dokumen yang diperoleh dari RSU dan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Dinas Kesehatan propinsi Sumatera Utara, Departemen Kesehatan RI dan BPS Deli Serdang. Data tersebut berupa data jumlah kunjungan pasien DM, jumlah kasus rawat jalan dan rawat inap serta data profil dan laporan penyakit di RSU Deli Serdang.


(60)

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data maka dilakukan uji coba pada 20 penderita DM lainnya guna mendapatkan validitas dan reliabilitas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total variabel yang dilihat dari nilai correcteditem total correlation pada hasil reability. Adapun nilai r-Tabel untuk responden 20 orang adalah r=0,576dengan ketentuan:

1. Jika nilai r hitung > r tabel (>0,576), maka dinyatakan valid 2. Jika nilai r hitung < r tabel (<0,576), maka dinyatakan tidak valid

Sedangkan reliabilitas data diukur dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, dengan nilai r-Tabel=0,60, dengan ketentuan:

1. Jika nilai r hitung > r tabel (>0,60), maka dinyatakan reliabel 2. Jika nilai r hitung < r tabel (<0,60), maka dinyatakan tidak reliabel

Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur secara keseluruhan dinyatakan valid dan reliabel (lampiran 1).


(61)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

1. Pola makan adalah konsumsi makanan sehari-hari penderita DM dilihat dari konsumsi makanan yang sesuai berdasarkan 3J diet penderita DM yaitu jumlah energi, jadwal dan jenis makan yang ketiganya harus sesuai.

2. Motivasi diri adalah dorongan yang timbul dari dalam diri penderita DM untuk mengkonsumsi makanan seimbang yaitu makanan yang tidak berisiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah.

3. Kepercayaan diri adalah adanya keyakinan dari dalam diri penderita DM untuk mengkonsumsi makanan seimbang yaitu makanan yang tidak berisiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah dan mau beraktivitas sebagaimana mestinya. 4. Persepsi adalah tanggap atau respon penderita DM terhadap pola makan

seimbang untuk mencegah risiko memperparah terjadinya penyakit DM.

5. Dukungan keluarga adalah bentuk interaksi dari anggota keluarga dalam mendukung penderita DM untuk mengkonsumsi makanan sesuai anjuran.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu pola makan yang mencakup jumlah,jadwal dan jenis makanan yang dikonsumsi responden. Cara mengetahui pola makan responden yang meliputi jumlah asupan energi, jadwal dan jenis yaitu melalui metode recall 24 jam selama 3 hari berturut-turut. Dengan catatan formulir food recall 24 jam diberikan/ ditinggalkan kepada responden untuk diisi, sebelumnya terlebih dahulu diberitahukan


(62)

tata cara pengisian formulir tersebut,hal ini dikarenakan responden yang umumnya tergolong lanjut usia, kemungkinan daya ingat sudah menurun dan akan kesulitan mengingat jadwal/waktu makannya. Selanjutnya dikonversi dengan menggunakan software nutrisurvey untuk mengetahui jumlah asupan energi. Sebelum mengidentifikasi pola makan responden, maka terlebih dahulu dihitung energi basal, kebutuhan energi sesuai berat badan, tinggi badan dan jenis pekerjaan responden berdasarkan rumus brocca (Waspadji, 2007), seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Perhitungan Kebutuhan Energi

Kebutuhan Energi Basal Perhitungan

BB Idaman =90% x ( tb (cm)-100) x 1 Kg

1. Energi Basal bagi Laki-laki BB Idaman (Kg) x 30 Kkal

2. Energi Basal Bagi Perempuan BB idaman (Kg) x 25 Kkal

Kebutuhan Energi menurut Pekerjaan Perhitungan

1. Kerja Ringan (Tidak Bekerja /IRT) : Ditambah 10% dari Energi Basal

2. Kerja Sedang (PNS/Swasta) : Ditambah 20% dari Energi Basal

3. Kerja Berat (Buruh,dan Tani) : Ditambah 40%-100% dari Energi Basal

Hasil pengukuran jumlah asupan energi yang dikonsumsi oleh responden dari recall 24 jam selama 3 hari berturut-turut dan diolah dengan menggunakan software nutrisurvey kemudian dirata-ratakan untuk asupan jumlah energi perhari, dibandingkan dengan kebutuhan jumlah energi perhari masing-masing responden dan dikategorikan menjadi:

1. Sesuai, jika jumlah energi yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan energi individu dengan batas toleransi ±10%.


(1)

Crosstabs

Motivasi Diri Penderita DM * Pola Makan

Crosstab

2 45 47

5.6 41.4 47.0

22.2% 68.2% 62.7%

2.7% 60.0% 62.7%

7 21 28

3.4 24.6 28.0

77.8% 31.8% 37.3%

9.3% 28.0% 37.3%

9 66 75

9.0 66.0 75.0

100.0% 100.0% 100.0%

12.0% 88.0% 100.0%

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Kurang

Baik Motivasi Diri Penderita DM

Total

Sesuai Tidak Sesuai Pola Makan

Total

Chi-Square Tests

7.151b 1 .007

5.321 1 .021

7.006 1 .008

.011 .011

7.055 1 .008

75 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.36.


(2)

Persepsi Penderita DM * Pola Makan

Crosstab

3 20 23

2.8 20.2 23.0

33.3% 30.3% 30.7%

4.0% 26.7% 30.7%

6 46 52

6.2 45.8 52.0

66.7% 69.7% 69.3%

8.0% 61.3% 69.3%

9 66 75

9.0 66.0 75.0

100.0% 100.0% 100.0%

12.0% 88.0% 100.0%

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Kurang

Baik Persepsi Penderita

DM

Total

Sesuai Tidak Sesuai Pola Makan

Total

Chi-Square Tests

.034b 1 .853

.000 1 1.000

.034 1 .854

1.000 .563

.034 1 .854

75 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.76.


(3)

Kepercayaan Diri * Pola Makan

Crosstab

3 40 43

5.2 37.8 43.0

33.3% 60.6% 57.3%

4.0% 53.3% 57.3%

6 26 32

3.8 28.2 32.0

66.7% 39.4% 42.7%

8.0% 34.7% 42.7%

9 66 75

9.0 66.0 75.0

100.0% 100.0% 100.0%

12.0% 88.0% 100.0%

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Kurang

Baik Kepercayaan Diri

Total

Sesuai Tidak Sesuai Pola Makan

Total

Chi-Square Tests

2.408b 1 .121

1.422 1 .233

2.393 1 .122

.159 .117

2.376 1 .123

75 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.84.


(4)

Dukungan Keluarga * Pola Makan

Crosstab

9 34 43

5.2 37.8 43.0

100.0% 51.5% 57.3%

12.0% 45.3% 57.3%

0 32 32

3.8 28.2 32.0

.0% 48.5% 42.7%

.0% 42.7% 42.7%

9 66 75

9.0 66.0 75.0

100.0% 100.0% 100.0%

12.0% 88.0% 100.0%

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Count

Expected Count % within Pola Makan % of Total

Baik

Kurang Dukungan

Keluarga

Total

Sesuai Tidak Sesuai Pola Makan

Total

Chi-Square Tests

7.611b 1 .006

5.758 1 .016

10.918 1 .001

.008 .004

7.510 1 .006

75 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.84.


(5)

Logistic Regression

Case Processing Summary

75 100.0

0 .0

75 100.0

0 .0

75 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

Sesuai Tidak Sesuai

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 9 .0

0 66 100.0

88.0 Observed

Sesuai Tidak Sesuai Pola Makan

Overall Percentage Step 0

Sesuai Tidak Sesuai

Pola Makan Percentage

Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

1.992 .355 31.441 1 .000 7.333

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

7.748 1 .005

2.408 1 .121

7.611 1 .006

16.143 3 .001

MOTIVASI KPERCAYN DUKUNGAN Variables

Overall Statistics Step

0


(6)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

21.346 3 .000

21.346 3 .000

21.346 3 .000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

33.693 .248 .476

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Hosmer and Lemeshow Test

1.615 5 .899

Step 1

Chi-square df Sig.

Classification Tablea

4 5 44.4

4 62 93.9

88.0 Observed

Sesuai Tidak Sesuai Pola Makan

Overall Percentage Step 1

Sesuai Tidak Sesuai

Pola Makan Percentage

Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

2.298 .887 6.712 1 .010 9.955 1.750 56.641

.730 .828 .777 1 .378 2.076 .409 10.523

-1.618 .963 2.822 1 .093 .198 .030 1.310

.280 1.903 .022 1 .883 1.323

MOTIVASI KPERCAYN DUKUNGAN Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: MOTIVASI, KPERCAYN, DUKUNGAN. a.