Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RSU HERNA MEDAN

TAHUN 2009-2010

SKRIPSI

Oleh:

LIA ANDRIANI TARIGAN NIM. 071000138

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RSU HERNA MEDAN

TAHUN 2009-2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

LIA ANDRIANI TARIGAN NIM. 071000138

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

(4)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif seperti halnya penyakit kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kematian di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2007) jumlah penderita DM di dunia 246 juta orang. Di Indonesia diperkirakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi pada penelitian ini sebanyak 134 orang, sampel sama dengan jumlah populasi (Total Sampling).

Hasil penelitian menunjukkan proporsi karakteristik penderita DM dengan komplikasi tertinggi pada kelompok umur ≥ 40 tahun (95,5%), jenis kelamin perempuan (59,7%), suku Batak (64,1%), agama Kristen Protestan (45,5%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (43,3%), asal kota Medan (70,1%), jenis komplikasi Ulcus-Gangren (26,1%), komplikasi kronik (85,1%), lama rawatan rata-rata 6,82 hari (7 hari), pengobatan OHO (59,7%), sumber biaya sendiri (76,9%), pulang berobat jalan (64,2%) dan CFR tahun 2010 (22,1%). Dari hasil uji statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan kategori komplikasi (p=1,000), jenis kelamin berdasarkan kategori komplikasi (p=0,146), lama rawatan berdasarkan kategori komplikasi (p=0,224), dan ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,030).

Kepada pihak RSU Herna Medan diharapkan agar meningkatkan pemberian informasi kepada penderita DM yang pulang berobat jalan agar melakukan kontrol kesehatan secara teratur, menerapkan pola hidup sehat, mengikuti klub-klub kesehatan, dan mengkonsumsi obat secara teratur. Kepada penderita DM dengan komplikasi dan yang belum terkena komplikasi untuk memeriksakan kadar glukosa darah, mematuhi daftar menu yang disajikan, dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar gula darah bisa terkontrol.


(5)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is degenerative disease like cardiovascular disease that can cause death througt out the world including Indonesia. According to data of World Health Organization (WHO, 2007) sufferers of DM in world was 246 million people. In Indonesia is estimated that prevalance of Diabetes Mellitus will reach 21,3 million people in year 2030.

This research was a descriptive study with case series design. Population on this research of 134 people, sampel was as same as population (Total Sampling).

Result of research shows the highest proportion of DM sufferer’s characteristics at the age group ≥ 40 years old (95,5%), women (59,7%), Batak ethnic (64,1%), christian (45,5%), housewife (43,3%), in Medan (70,1%), Ulcus-Gangren complication (26,1%), chronic complication (85,1%), average length of stay 6,82 days (7 days), Hypoglycemic Oral Medicine (59,7%), own expense (76,9%), becoming outpatient (64,2%), and CFR in year 2010 (22,1%). According to statistics, there was no difference between age based on category complication (p=1,000), sex based on category complication (p=0,146), average length of stay based on category complication (p=0,224), and there was difference between average length of stay based on expense sources (p=0,030).

RSU Herna Medan can give information to the DM patient which discharge and becoming outpatient to do routine control their health, apply healthy lifestyle, follow healthy clubs, and taking medication on a regular basis. DM patient and DM patient with complication can examinate blood glucose levels, comply with the menu list presented, and taking medication on a regular basis so that blood glucose levels can be control.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lia Andriani Tarigan

Tempat/ Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 01 Juli 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Halilintar No. 2a, Padang Sambo Kelurahan Siopat Suhu, Pematangsiantar Riwayat Pendidikan

Tahun 1994-1995 : TK Swasta Methodist Pematangsiantar Tahun 1995-2001 : SD Swasta Methodist Pematangsiantar

Tahun 2001-2004 : SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar Tahun 2004-2007 : SMA Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar Tahun 2007-2011 : FKM USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU 3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dr. Heldy B. Z., MPH selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

7. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Direktur RSU Herna Medan, Ibu Kepala Bagian Rekam Medik RSU Herna Medan beserta seluruh staf yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

9. Orang tuaku tercinta ayahanda Kimpo Tarigan dan ibunda Tioman Napitupulu yang telah memberikan motivasi dan dukungan doa kepada penulis dan juga kepada saudaraku ; Jansihar, Irmawati, Oli Hendri, Domenna Karina, Boymo, Kiki, Rotua, atas kasih sayang, perhatian, dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman KTB “Ta Idia Probata” (Kak Decy, Margaret, Eriama, dan Melda) dan teman-teman akrab (Tini, Berlina, May, Arda, Ester, Rani, Kak Lusi, dll) yang telah memberikan semangat dan dukungan doa kepada penulis dalam menyesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman peminatan epidemiologi yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi serta berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Definisi Diabetes Mellitus ... 8

2.2. Sejarah Diabetes Mellitus... 9

2.3. Patogenesis Diabetes Mellitus ... 9

2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 11

2.4.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin ... 11

2.4.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin ... 12

2.5. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus ... 13

2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus ... 13

2.7. Epidemiologi Diabetes Mellitus ... 15

2.7.1. Distribusi dan Frekuensi ... 15

2.7.2. Determinan ... 17

2.8. Komplikasi Diabetes Mellitus ... 19

2.8.1. Komplikasi Metabolik Akut... 19

2.8.2. Komplikasi Metabolik Kronik ... 22

2.9. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus ... 26

2.9.1. Pencegahan Primordial ... 27

2.9.2. Pencegahan Primer ... 27

2.9.3. Pencegahan Sekunder ... 28

2.9.4. Pencegahan Tersier ... 30

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 32

3.1. Kerangka Konsep... 32


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 36

4.1. Jenis Penelitian ... 36

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

4.2.2. Waktu Penelitian ... 36

4.3. Populasi dan Sampel ... 36

4.3.1. Populasi ... 36

4.3.2. Sampel ... 37

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

4.5. Analisis Data ... 37

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 38

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

5.2. Sosiodemografi Penderita DM dengan Komplikasi ... 39

5.3. Lama Menderita DM Rata-Rata ... 41

5.4. Jenis Komplikasi DM ... 41

5.5. Kategori Komplikasi DM ... 42

5.6. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi .... 42

5.7. Pengobatan Penderita DM dengan Komplikasi ... 43

5.8. Sumber Biaya Penderita DM dengan Komplikasi ... 43

5.9. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM dengan Komplikasi .... 44

5.10. Case Fatality Rate (CFR) DM ... 45

5.11. Analisis Statistik ... 45

5.11.1. Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi DM ... 45

5.11.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi DM ... 46

5.11.3. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Kategori ... Komplikasi DM ... 47

5.11.4. Kategori Komplikasi Berdasarkan Pengobatan ... 48

5.11.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 49

BAB 6 PEMBAHASAN ... 50

6.1. Sosiodemografi Penderita DM dengan Komplikasi ... 50

6.1.1. Umur Penderita DM dengan Komplikasi ... 50

6.1.2. Jenis Kelamin Penderita DM dengan Komplikasi ... 51

6.1.3. Suku Penderita DM dengan Komplikasi ... 52

6.1.4. Agama Penderita DM dengan Komplikasi ... 54

6.1.5. Pekerjaan Penderita DM dengan Komplikasi ... 55

6.1.6. Daerah Asal Penderita DM dengan Komplikasi ... 56

6.2. Jenis Komplikasi DM ... 57

6.3. Kategori Komplikasi DM ... 59

6.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi .... 60

6.5. Pengobatan Penderita DM dengan Komplikasi ... 61

6.6. Sumber Biaya Penderita DM dengan Komplikasi ... 62


(11)

6.9. Analisis Statistik ... 67 6.9.1. Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi DM ... 67 6.9.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi DM ... 68 6.9.3. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Kategori

Komplikasi DM ... 70 6.9.4. Kategori Komplikasi Berdasarkan Pengobatan ... 71 6.9.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 72 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 74 7.1. Kesimpulan ... 74 7.2 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Penegakan Diagnosis DM ... 14 Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat

Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 39 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat

Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 41 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat

Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan

Tahun 2009-2010 ... 42 Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 42 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat

Inap Berdasarkan Pengobatan di RSU Herna Medan Tahun

2009-2010 ... 43 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat

Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 44 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat

Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 44 Tabel 5.8. Case Fatality Rate (CFR) Diabetes Mellitus dengan Komplikasi

di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 45 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Penderita DM dengan Komplikasi yang

Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 46 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM dengan Komplikasi

Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 47


(13)

Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi DM di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 47 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM dengan

Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di

RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 48 Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi yang

Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 49


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di RSU Herna Medan

Tahun 2009-2010 ... 50 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 51 Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku di RSU Herna Medan

Tahun 2009-2010 ... 53 Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 54 Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 55 Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Daerah Asal di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 56 Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 58 Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU

Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 59 Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RSU Herna

Medan Tahun 2009-2010 ... 61 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 63


(15)

Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di

RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 64 Gambar 6.12. Diagram Bar Case Fatality Rate (CFR) Diabetes Mellitus dengan

Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 66 Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita DM dengan

Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 67 Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM

dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori

Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 69 Gambar 6.15. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi yang

Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi DM di

RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 70 Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita

DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan

Pengobatan di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 71 Gambar 6.17. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi

yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 ... 72


(16)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif seperti halnya penyakit kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kematian di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2007) jumlah penderita DM di dunia 246 juta orang. Di Indonesia diperkirakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi pada penelitian ini sebanyak 134 orang, sampel sama dengan jumlah populasi (Total Sampling).

Hasil penelitian menunjukkan proporsi karakteristik penderita DM dengan komplikasi tertinggi pada kelompok umur ≥ 40 tahun (95,5%), jenis kelamin perempuan (59,7%), suku Batak (64,1%), agama Kristen Protestan (45,5%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (43,3%), asal kota Medan (70,1%), jenis komplikasi Ulcus-Gangren (26,1%), komplikasi kronik (85,1%), lama rawatan rata-rata 6,82 hari (7 hari), pengobatan OHO (59,7%), sumber biaya sendiri (76,9%), pulang berobat jalan (64,2%) dan CFR tahun 2010 (22,1%). Dari hasil uji statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan kategori komplikasi (p=1,000), jenis kelamin berdasarkan kategori komplikasi (p=0,146), lama rawatan berdasarkan kategori komplikasi (p=0,224), dan ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,030).

Kepada pihak RSU Herna Medan diharapkan agar meningkatkan pemberian informasi kepada penderita DM yang pulang berobat jalan agar melakukan kontrol kesehatan secara teratur, menerapkan pola hidup sehat, mengikuti klub-klub kesehatan, dan mengkonsumsi obat secara teratur. Kepada penderita DM dengan komplikasi dan yang belum terkena komplikasi untuk memeriksakan kadar glukosa darah, mematuhi daftar menu yang disajikan, dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar gula darah bisa terkontrol.


(17)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is degenerative disease like cardiovascular disease that can cause death througt out the world including Indonesia. According to data of World Health Organization (WHO, 2007) sufferers of DM in world was 246 million people. In Indonesia is estimated that prevalance of Diabetes Mellitus will reach 21,3 million people in year 2030.

This research was a descriptive study with case series design. Population on this research of 134 people, sampel was as same as population (Total Sampling).

Result of research shows the highest proportion of DM sufferer’s characteristics at the age group ≥ 40 years old (95,5%), women (59,7%), Batak ethnic (64,1%), christian (45,5%), housewife (43,3%), in Medan (70,1%), Ulcus-Gangren complication (26,1%), chronic complication (85,1%), average length of stay 6,82 days (7 days), Hypoglycemic Oral Medicine (59,7%), own expense (76,9%), becoming outpatient (64,2%), and CFR in year 2010 (22,1%). According to statistics, there was no difference between age based on category complication (p=1,000), sex based on category complication (p=0,146), average length of stay based on category complication (p=0,224), and there was difference between average length of stay based on expense sources (p=0,030).

RSU Herna Medan can give information to the DM patient which discharge and becoming outpatient to do routine control their health, apply healthy lifestyle, follow healthy clubs, and taking medication on a regular basis. DM patient and DM patient with complication can examinate blood glucose levels, comply with the menu list presented, and taking medication on a regular basis so that blood glucose levels can be control.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselengarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.1 Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.2

Perhatian terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM) makin hari makin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat.3 Pada tahun 2002, World Health Organization (WHO) menyatakan PTM menyebabkan hampir 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Pada tahun 2020 angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 73% kematian dan 60% kesakitan di seluruh dunia.4

Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup bermakna, hal ini menandakan adanya double burden.5 Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Hipertensi, Hiperlipidemia, Diabetes Mellitus (DM), dan lain-lain.6


(19)

sebagai The Great Imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.7

Diabetes Mellitus biasanya berjalan lambat dengan gejala-gejala yang ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat baik komplikasi akut maupun kronis.8 Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius.9

Komplikasi kronis paling utama adalah Penyakit Kardiovaskuler, Stroke, Diabetic foot, Retinopati, serta Nefropati Diabetika. Dengan demikian, kematian DM terjadi tidak secara langsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang terjadi. Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM lima kali lebih besar untuk timbul gangren, tujuh belas kali lebih besar untuk menderita kelainan ginjal, dan dua puluh lima kali lebih besar untuk terjadinya kebutaan.8

Secara global, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2004 terdapat 1,1 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi sekitar 1,9 % dan pada tahun 2007 dilaporkan bahwa terdapat 246 juta penderita diabetes, 6 juta kasus baru DM dan 3,5 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes.10 Dari seluruh kematian akibat DM di dunia, 70 % kematian terjadi di negara-negara berkembang.11

Pada tahun 2003, International Disease Foundation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 194 juta penduduk yang menderita diabetes melitus. Angka ini diperkirakan akan meningkat mencapai 333 juta pada tahun 2025.12 Pada tahun 2006, IDF juga


(20)

menyatakan bahwa terdapat lebih dari 250 juta penduduk menderita diabetes di seluruh dunia.13

Menurut Laporan Utah Diabetes Center bahwa jumlah penderita diabetes di dunia pada tahun 2007 terdapat 246 juta orang dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 sebesar 380 juta orang. Pada tahun 2007 prevalensi diabetes terdapat di Nauru (30,7%), Uni Emirat Arab (19,5%), Saudi Arabia (16,7%), Bahrain (15,2%.), dan Kuwait (14,4%).14

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.15

Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Diabetes Mellitus (DM) adalah penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan proporsi kematian yaitu 5,7% setelah Stroke, TB Paru, Hipertensi, Cedera, dan Perinatal. Pada tahun 2007, prevalensi DM tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Provinsi Riau (10,4%), dan Provinsi Aceh (8,5%) sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di Provinsi Papua (1,7%) dan Provinsi NTT (1,8%).2

Jumlah pasien keluar rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007 sebanyak 56.378 pasien dengan CFR 7,38% sedangkan jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan rumah sakit di Indonesia pada tahun 2007 adalah 28.095


(21)

Peningkatan jumlah penderita diabetes ini akan membawa peningkatan proporsional dengan jumlah penderita yang mengalami komplikasi diabetes.12 Proporsi komplikasi menahun Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2007 terdiri atas neuropati (60%), penyakit jantung koroner (20,5%), ulkus diabetika (15%), retinopati (10%), dan nefropati (7,1%).16

Berdasarkan laporan Poliklinik Diabetes RSUD Dr. Sutomo tahun 2000 menyatakan bahwa proporsi komplikasi menahun diabetes yang tercatat adalah penurunan kemampuan seksual (50,9%), neuropati simtomatik/ komplikasi saraf (30,6%), Retinopati Diabetik (29,3%), Katarak (16,3%), TBC Paru (15,3%), Hipertensi (12,8%), Penyakit Jantung Koroner (10%), Gangren Diabetik (3,5%), dan Batu Empedu Simptomatik (3,0%).17

Berdasarkan penelitian Roza (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 terdapat 159 penderita DM yang mengalami komplikasi. Proporsi penderita DM yang mengalami komplikasi yaitu penderita DM yang mengalami Gangren (26,4%), Hipertensi (17,6%), TBC (12,0%), PJK (9,4%), Nefropati Diabetik (8,8%), Retinopati Diabetik (8,2%), Hipoglikemia (7,5%), Koma Diabetik (5,0%), Neuropati Diabetik (3,1%), dan Infeksi Saluran Kemih (2,0%). Jenis pengobatan yang terbanyak diberikan kepada penderita DM komplikasi adalah Obat Hipoglikemik Oral dengan insulin sebanyak 82 orang (51,6%).18

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 diketahui bahwa jumlah penderita DM dengan komplikasi yaitu 134 penderita, dimana pada tahun 2009 terdapat 66 penderita dan pada tahun 2010


(22)

Melihat tendensi kenaikan prevalensi DM secara global dan komplikasi yang ditimbulkan akibat DM maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang karakteristik penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, dan daerah asal).

b. Untuk mengetahui lama menderita DM rata-rata penderita DM dengan komplikasi.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan jenis komplikasi.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.


(23)

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan pengobatan.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) DM dengan komplikasi di RSU Herna Medan tahun 2009-2010.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan kategori komplikasi.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan kategori komplikasi.

l. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi.

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi kategori komplikasi berdasarkan pengobatan.

n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak RSU Herna Medan untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat


(24)

inap sehingga dapat membuat suatu perencanaan untuk tindakan pengobatan yang lebih lanjut.

1.4.2. Menambah wawasan penulis tentang permasalahan DM komplikasi dan sarana menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.

1.4.3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya tentang penyakit DM dengan komplikasi di masa yang akan datang.

1.4.4. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh atau bisa disebutkan sebagai suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.2

Menurut International Diabetes Federation (IDF), DM adalah penyakit kronis yang digambarkan sebagai keadaan kadar glukosa darah yang meningkat (hiperglikemia) yang berhubungan dengan kematian. Penyakit ini muncul ketika sel-sel beta di pankreas gagal menghasilkan hormon insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif.19 Seseorang dapat dikatakan DM bila didiagnosis dengan kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa yaitu: kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).20


(26)

2.2. Sejarah Diabetes Mellitus

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun400 sebelum Masehi, penulis India Sushrutha memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease).

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang pertama kali memberi nama diabetes yang berarti “mengalir terus” dan mellitus yang berarti “manis”. Disebut diabetes karena selalu minum dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus berupa urine yang banyak (poliuria). Disebut mellitus karena urine penderita ini mengandung glukosa.17

Pada tahun 1921, Frederick Banting dan Charles Best berhasil membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Dengan demikian, jelas bahwa diabetes mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang disebabkan karena kekurangan insulin.21

Akhirnya, pada tahun 1945, Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia, yang kemudian temuan OHO ini berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya. 17

2.3. Patogenesis Diabetes Mellitus

Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel rusak. Di samping itu, tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada manusia bahan tersebut diperoleh dari bahan makanan


(27)

yang dimakan sehari-hari, yang terdiri dari kabohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino), dan lemak (asam lemak).

Pengolahan bahan makanan itu dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan tersebut terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, dan hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme itu, insulin memegang peranan penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.6

Hidrat arang dalam makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa. Glukosa darah dalam tubuh manusia diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh insulin. Sebaliknya, jika glikogen hati maupun otot akan digunakan, dipecah lagi menjadi glukosa oleh adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar glukosa darah akan melebihi normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia/ kadar gula darah tinggi.22

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah


(28)

meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus tipe 1.

Pada diabetes tipe 2 jumlah insulin normal atau mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan ini, jumlah insulin banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.6

2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus

2.4.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/IDDM/Tipe 1)

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan remaja.23 Pada umumnya, diabetes tipe 1 pertama kali didiagnosis pada orang yang berumur dibawah 40 tahun, tetapi adakalanya penyakit ini terjadi pada orang yang berumur di atas 40 tahun.24

Diabetes tipe 1 merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan kerusakan

sel β pankreas sehingga menimbulkan defisiensi insulin absolut. Pada DM tipe 1

merupakan gangguan poligenik dengan peran faktor genetik sebesar 30%.25

Sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan normal atau di bawah normal. Gejala klasik IDDM yang tidak diobati adalah poliuria


(29)

(peningkatan pengeluaran urine), polidipsia (peningkatan cairan yang masuk), polifagia (peningkatan makanan yang masuk), dan kehilangan berat badan.26

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet, dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diabetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.23

2.4.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/NIDDM/Tipe 2) Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan gangguan insulin yang berbeda dengan diabetes tipe 1. Kasus diabetes tipe 2 terdapat lebih dari 90% kasus di seluruh dunia dibandingkan diabetes tipe 1.27

Diabetes tipe 2 disebut juga maturity onset biasanya menyerang orang berusia sekitar 40 tahun dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).28 Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.23


(30)

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini. Sekitar 80% pasien diabetes tipe 2 mengalami obesitas karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin.29 Penyakit diabetes tipe 2 ini dapat dikendalikan dengan diet, olah raga, atau obat antidiabetes.28

2.5. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus

Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa darahnya yang normal setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbullah glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine maka pasien mengalami penurunan berat badan. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien akan mengeluh lelah dan mengantuk.29 Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.30

2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa


(31)

darah dilakukan di laboratorium terpercaya (yang melakukan program pemantauan kendali mutu secara teratur).6

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.31 Apabila ada keluhan khas DM, hasil pemeriksaan kadar glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (1,1 mmol/L) dan kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L) dapat dijadikan sebagai kriteria penegakan diagnosis DM. Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut ini:20

Tabel 2.1 Kriteria Penegakan Diagnosis DM

Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar glukosa darah

sewaktu (mg/dl)

Plasma vena < 100 100-199 ≥ 200 Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200 Kadar glukosa darah

puasa (mg/dl)

Plasma vena < 100 100-125 ≥ 126 Darah kapiler < 90 90-99 ≥ 100

Sumber : Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia, PERKENI 2011

Pemeriksaan HbA1C dapat juga dijadikan sebagai salah satu kriteria diagnosis DM. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Ketika kadar gula darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi) maka kadar gula darah akan berikatan dengan haemoglobin. Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Kadar HbA1C normal antara 4% sampai dengan 6,5%.20


(32)

2.7. Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.7.1. Distribusi dan Frekuensi a. Menurut Orang

Pada negara maju, penyakit DM cenderung diderita oleh penduduk berusia di atas 64 tahun sedangkan pada negara berkembang, penyakit DM cenderung diderita oleh penduduk berusia 45-64 tahun.32 DM tipe 1 umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja ataupun usia muda.33 DM tipe 1 pada umumnya terjadi sebelum penderita berumur 40 tahun sedangkan DM tipe 2 pada umumnya terjadi setelah berumur 40 tahun.21 Penderita DM yang memiliki usia yang sama dengan yang bukan penderita DM paling sedikit 2 kali lebih sering terkena serangan jantung dengan mereka yang tidak menderita diabetes.29

Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) terdapat 1,9 juta kasus baru diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun 2010.34 Berdasarkan penelitian Marpaung (2006) di RSUD Pematang Siantar tahun 2003-2004 menyatakan bahwa proporsi penderita DM yang berusia ≥ 45 tahun 80,8% dan proporsi penderita DM yang berusia < 45 tahun 19,2%.35

Berdasarkan penelitian Roza (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006, proporsi penderita DM berusia < 40 tahun yaitu yang menderita komplikasi akut 5,0% dan yang menderita komplikasi kronik 12,6% sedangkan proporsi penderita DM berusia ≥ 40 tahun yaitu yang menderita komplikasi akut 7,6% dan yang menderita komplikasi kronik yaitu 74,8%. Proporsi laki-laki yang menderita DM yaitu yang mengalami komplikasi akut 6,9% dan yang mengalami komplikasi


(33)

mengalami komplikasi akut 5,7% dan yang mengalami komplikasi kronik yaitu 48,4%.18

b. Menurut Tempat

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 melaporkan bahwa penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 333 juta jiwa dengan prevalensi DM yaitu 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural. Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan menunjukkan prevalensi DM di daerah urban Indonesia untuk usia di atas 15 tahun yaitu 5,7%.20

Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain Jakarta (12,8%), Surabaya (1,8%), Makassar (12,5%), dan Manado (6,7%). Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan, antara lain Tasikmalaya (1,8%) dan Tanah Toraja (0,9%). Adanya perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian DM.36

c. Menurut Waktu

Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat penyakit DM di dunia, dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan 1,5 juta kematian pada wanita. Dari semua jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta kematian terjadi di negara berkembang.37 Pada tahun 2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita


(34)

2.7.2. Determinan

a. Genetik atau Faktor Keturunan

DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Anggota keluarga Diabetes memiliki kemungkinan besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes.39

Diabetes tipe 2 lebih terkait dengan faktor genetik bila dibandingkan dengan diabetes tipe 1. Pada umumnya, anak dengan ayah penderita diabetes tipe 1 memiliki kemungkinan terkena diabetes adalah 1:7.40

b. Usia

DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama di atas 40 tahun karena risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasa terjadi pada usia ≥ 40 tahun.38

Menurut penelitian Andayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita DM tipe 2 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur di atas 40 tahun dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun dengan proporsi 48%.41 Berdasarkan penelitian Amelya (2008) di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan tahun 2002-2006, proporsi penderita DM yang berusia 20-40 tahun yaitu 4,9% dan proporsi penderita DM yang berusia > 40 tahun yaitu 65,1%.42

c. Pola makan dan obesitas

Diabetes tipe 2 sangat erat kaitannya dengan obesitas. Obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang


(35)

berlebihan dalam tubuh sehingga terjadilah obesitas. Obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gula darah meningkat. Hal ini akan memicu gangguan ginjal, penyakit jantung, stroke, dan sebagainya. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena DM daripada seseorang dengan IMT normal (22 kg/m2). Bila

IMT ≥ 35 kg/m 2, kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali lipat. Apabila

seseorang yang obesitas menderita diabetes maka akan lebih mudah terkena komplikasi.38

d. Kurangnya aktifitas fisik/ olah raga

Olah raga/ aktivitas fisik adalah merupakan salah satu cara untuk menolong mencegah terjadinya penyakit karena pola hidup seperti diabetes, serangan jantung, dan stroke atau perdarahan di otak.

Setiap berolah raga sebaiknya memeriksakan kadar glukosa darah karena kadar glukosa darah dapat turun akibat pembakaran. Hal ini terjadi karena cadangan glukosa pada otot dan hati dikeluarkan untuk dibakar. Pada aktivitas itu, kebutuhan terhadap hormon insulin menjadi berkurang sehingga dapat mencegah diabetes.38 e. Infeksi

Beberapa orang ahli diabetes percaya bahwa DM mempunyai beberapa sebab. Penyebab lain yang dicurigai adalah berbagai jenis virus. Virus yang dapat memicu DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas, virus ini menyebabkan kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan


(36)

dijumpai pada anak-anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. DM akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.33

2.8 Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi-komplikasi DM dapat dibagi 2 kategori mayor, yaitu kompliksi metabolik akut dan komplikasi metabolik kronik jangka panjang.29

2.8.1. Komplikasi Metabolik Akut

Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia).38

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan komplikasi potensial.43 Keadaan ini merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes yang menjalani terapi insulin dan terkadang pada mereka yang menjalani terapi sulfonilurea.44

Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul, dan koma). Serangan hipoglikemia sangat berbahaya dan apabila sering terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan kematian.29


(37)

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat menjadi rusak. Hipoglikemia ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu sedangkan pada penderita diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi.31

b. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, diuresis osmotik, dan dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera ditangani. Angka mortalitas dapat tinggi hingga 50%.29 Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur.31

Hiperglikemia ini antara lainnya adalah: b.1 Ketoasidosis Diabetes (DKA)

Ketoasidosis Diabetes (DKA) sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1 (IDDM). Penyakit tersebut biasanya dipercepat oleh suatu penyakit akut, misalnya penyakit infeksi, trauma, gangguan kardiovaskuler, stress emosi, dan sebagainya.21

Ketoasidosis Diabetes (DKA) adalah keadaan gawat darurat akibat hiperglikemia dimana banyak asam terbentuk dalam darah. Ketoasidosis Diabetes terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun


(38)

penyuntikan insulin berhenti atau kurang karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik. Keluhan dan gejala DKA timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah, antara lain napas cepat dan dalam, napas berbau keton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan menurun, mengantuk, kesadaran menurun sampai koma.38

b.2 Hiperosmolar Non Ketotik

Hiperosmolar Non Ketotik adalah komplikasi akut DM tipe 2.43 Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi “kental”. Kadar glukosa darah penderita bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel, selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing yang akan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.

Gejala Hiperosmolar Non Ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya pada Hiperosmolar Non Ketotik tidak dijumpai napas yang cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkainya kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang, sampai koma.38

b.3. Asidosis Laktat

Asidosis Laktat merupakan komplikasi yang sangat jarang akibat terapi dengan metformin. Pasien datang dengan gejala-gejala asidemia (malaise, anoreksia, muntah). Kadar glukosa darah biasanya normal, tidak ditemukan benda keton dalam urine, dan analisis gas darah menunjukkan adanya asidosis (berat) dengan kelebihan


(39)

basa yang tinggi. Terapi yang digunakan dapat bersifat suportif dan menghentikan penggunaan metformin.44

2.8.2. Komplikasi Metabolik Kronik

Komplikasi kronik adalah komplikasi akibat diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung sejak lama. Keadaan ini kemudian memunculkan kerusakan pembuluh darah yang selanjutnya berdampak terhadap organ-organ tubuh lain, seperti jantung, stroke, ginjal, mata, dan lainnya.38

a. Kerusakan Saraf (Neuropathy)

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Baik penderita DM tipe 1 maupun tipe 2 bisa terkena neuropati.33 Neuropati diabetik terjadi pada 60-70% penderita DM.43

Neuropati Diabetik adalah kerusakan saraf yang terjadi karena kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama yang melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat mengirim.38

Gejala-gejala neuropati yang sering muncul adalah kesemutan, rasa panas, kram, rasa tebal, dan nyeri. Bila kerusakan itu banyak terjadi pada urat saraf maka disebut polineuropati diabetik. Ini akan menyebabkan otot-otot kaki penderita akan mengecil/ atrofi. Semua kelainan saraf akibat DM dapat diatasi bila cepat ditangani. Karena penderita sering lengah biasanya kelainan urat saraf sudah parah sehingga memperlambat kesembuhan. Pencegahan dan perawatan sedini mungkin merupakan cara yang paling baik untuk mengatasinya.17


(40)

b. Kerusakan Ginjal (Nephropathy)

Komplikasi pada ginjal bukan akibat kebanyakan obat melainkan karena kontrol kadar gula darah yang buruk. Kerusakan ginjal timbul karena kadar glukosa darah yang tinggi umumnya di atas 200 mg/dl dan tekanan darah tinggi.38 Bila terjadi kerusakan ginjal yaitu pembuluh kapiler ginjal rusak/ bocor maka protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor keluar dan terdapat di dalam urine.33

Dibandingkan dengan ginjal orang normal, diabetes memiliki kecenderungan tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal. Hal ini disebabkan oleh faktor infeksi yang sering timbul pada penderita diabetes dan faktor penyempitan pembuluh darah kapiler di dalam ginjal.17

c. Kerusakan Mata

Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan. Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2% penderita DM menjadi buta dan 10% mengalami cacat penglihatan.38

Komplikasi klinis yang terjadi adalah timbulnya kerusakan retina mata (retinopati), yang dapat menyebabkan kebutaan. Gangguan mata ini sering kali berhubungan dengan tingginya kadar gula darah, lama diabetes, dan hipertensi.45 Retinopati terjadi akibat penebalan membran basal kapiler yang menyebabkan pembuluh darah mudah bocor (perdarahan) dan pembuluh darah tertutup (iskemia retina dan pembuluh darah baru).44

Gangguan mata ringan biasanya tanpa keluhan. Kerusakan yang lebih berat akan menimbulkan keluhan, antara lain tampak bayangan jaring atau sarang laba-laba


(41)

pada penglihatan mata, bayangan abu-abu, mata kabur, sulit membaca, mata terasa nyeri, sampai pada kebutaan.38

Selain menyebabkan retinopati, DM juga menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih) yang disebut katarak dan dapat menyebabkan glukoma (meningkatnya tekanan bola mata).17

d. Penyakit Jantung

DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan kurangnya suplai darah ke otot jantung, penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat, sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak. Dibandingkan dengan orang normal, diabetes dua kali lebih mudah menderita serangan jantung.17

e. Hipertensi

Hipertensi lebih banyak terjadi pada diabetes tipe 2 daripada tipe 1. Usia yang lebih tua lebih banyak terkena hipertensi daripada usia muda. Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara 35%-75% komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah.38


(42)

f. Gangguan Saluran Pencernaan

Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan lambung menjadi menggelembung sehingga proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tertinggal di dalam lambung. Keadaan ini akan menimbulkan rasa mual, perut mudah terasa penuh, kembung, makanan tidak lekas turun, kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati atau makanan terhenti dalam dada.17

g. Stroke

Diabetes sering disertai dengan hipertensi, kolesterol terutama LDL yang tinggi, obesitas, merokok, kurang olahraga, hidup santai, dan sebagainya. Hal ini akan memicu terbentuknya radikal bebas yang mendorong atau mempercepat proses aterosklerosis. Proses ini bisa menimbulkan pemyumbatan darah otak yang menyebabkan stroke. Diabetes juga mempermudah komplikasi perdarahan pada pembuluh darah otak. Stroke akibat perdarahan umumnya lebih berbahaya daripada stroke akibat penyumbatan.38

h. Ulkus/ Gangren Diabetik

Diantara komplikasi kronik DM, kelainan makrovaskuler memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah berupa ulkus maupun gangren selanjutnya disebut Kaki Diabetik. Kaki Diabetik merupakan komplikasi menahun yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk pengobatan.


(43)

Kaki Diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati yang terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Gejala yang sering dikeluhkan yaitu sering kesemutan, nyeri pada kaki seperti rasa terbakar, tidak berasa, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi, kaki menjadi atrofi, dingin, dan menebal, serta kulit menjadi kering.

Penderita Diabetes Mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi Kaki Diabetik.16

2.9. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus

Diantara penyakit degenaratif, DM termasuk salah satu penyakit yang sangat potensial untuk dapat dicegah. Jumlah penderita DM tiap tahun semakin meningkat (prevalensinya menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan penderita DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya


(44)

pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat.6

Perawatan kesehatan preventif untuk penyakit DM bisa dengan pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.43

2.9.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memiliki faktor risiko untuk terjadinya DM.6 Pencegahan primordial ditujukan kepada masyarakat yang sehat untuk berperilaku positif mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM. Misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, memakan makanan yang bergizi dan seimbang, diet, membatasi diri dengan makanan tertentu ataupun kegiatan jasmani yang memadai.3

2.9.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita DM. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi/ menghilangkan faktor-faktor tersebut.46

Usaha pencegahan primer ini dilakukan secara menyeluruh pada masyarakat tetapi diutamakan dan ditekankan untuk dilaksanakan dengan baik pada mereka yang berisiko tinggi yang berpotensi menderita DM. Tindakan yang perlu dilakukan untuk


(45)

gaya hidup sehat sedini mungkin dengan memberikan pedoman, yaitu mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang seperti meningkatkan konsumsi sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana, dan mempertahankan berat badan normal sesuai dengan umur dan tinggi badan. Selain itu yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan jasmani yang cukup dan sesuai dengan umur dan kemampuan.6

2.9.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit.6 Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal. Pengobatan sejak awal harus segera dilakukan untuk mencegah kemungkinan

terjadinya komplikasi menahun. Edukasi mengenai diabetes mellitus dan pengelolaannya

akan meningkatkan kepatuhan pasien untuk berobat.23

a. Penyuluhan

Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM. Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, tim kesehatan/ perawatan, dan orang-orang yang beraktivitas bersama-sama dengan penderita DM setiap hari.6

Penyuluhan untuk pencegahan sekunder ini ditujukan kepada mereka yang baru terdiagnosis diabetes. Kelompok penderita diabetes ini masih sangat perlu diberi pengertian mengenai penyakit diabetes supaya mereka dapat mengendalikan


(46)

penyakitnya dalam mengontrol gula darah, mengatur makanan, dan melakukan aktifitas olah raga sesuai dengan keadaan dirinya sehingga pada akhirnya penderita akan merasa nyaman karena bisa mengendalikan gula darahnya.

Materi yang dapat diberikan dalam penyuluhan adalah definisi diabetes mellitus, penatalaksanaan diabetes secara umum, obat-obat untuk mengontrol glukosa darah (tablet dan insulin), perencanaan makan dengan menggunakan bahan makanan penukar, manfaat kegiatan jasmani (olah raga). Selanjunya dapat diberikan materi penyuluhan lanjutan, yaitu mengenal dan mencegah komplikasi akut diabetes, pengetahuan mengenai komplikasi kronik diabetes, penatalaksanaan diabetes selama menderita penyakit lain, dan pemeliharaan kaki diabetes.47

b. Pengobatan

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani secara teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin.

b.1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM tipe 2. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes.31

Berdasarkan cara kerjanya, Obat Hipoglikemik Oral dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu golongan pemicu sekresi insulin (sulfonilurea dan glinid), golongan peningkat sensitivitas terhadap insulin (tiazolidindion), golongan penghambat glukoneogenesis (metformin), golongan penghambat absorpsi glukosa (glukosidase


(47)

Golongan sulfonilurea diberikan pada pasien yang tidak gemuk karena meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, misalnya Glibenklamid dengan nama obat paten Daonil atau Euglucon. Golongan glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan penekanan pada sekresi insulin fase pertama, misalnya Repaglinid dengan nama obat paten Novonorm. Golongan tiazolidindion mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, misalnya Pioglitazon dengan nama obat paten Actos. Golongan metformin berfungsi mengurangi produksi glukosa hati, misalnya Glucophage. Golongan glukosidase alfa berfungsi mengurangi absorpsi glukosa di usus halus sehingga menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan, misalnya Akarbose dengan nama obat paten Glucobay.20

b.2. Insulin

Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM tipe 1. Pada DM tipe 1, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.31

2.9.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi. Untuk mencegah terjadinya kecacatan


(48)

harus dimulai dengan deteksi dini komplikasi DM agar komplikasi DM tersebut dapat dikelola dengan baik.6

Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin sebelum kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan primer tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.20

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan sebagainya sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.46


(49)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik penderita DM dengan komplikasi 1. Sosiodemografi:

Umur

Jenis Kelamin Suku

Agama Pekerjaan Daerah Asal

2. Lama Menderita DM Rata-Rata 3. Jenis Komplikasi

4. Kategori komplikasi 5. Lama rawatan rata-rata 6. Pengobatan

7. Sumber biaya

8. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita DM dengan komplikasi adalah semua pasien yang dinyatakan menderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap, berdasarkan diagnosis dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi terdiri dari:

a. Umur adalah usia penderita DM dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien dan dikategorikan dengan kelompok umur yang berisiko untuk terjadinya DM, yaitu:6

1. < 40 tahun 2. ≥ 40 tahun


(50)

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita DM dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita DM dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. Batak 2. Tionghoa 3. Nias 4. Jawa 5. Minang 6. India

d. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh penderita DM dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu

5. Budha

e. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan penderita DM dengan komplikasi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. PNS/ BUMN 2. Pensiunan 3. Pegawai swasta 4. Wiraswasta

5. Ibu Rumah Tangga 6. Petani


(51)

f. Daerah asal adalah wilayah atau tempat dimana penderita DM dengan komplikasi berasal/tinggal sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas :

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.2.3. Lama menderita DM rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita menderita DM sebelum penderita dinyatakan terkena komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien.

3.2.4. Jenis komplikasi adalah penyakit lain yang timbul sebagai akibat dari penyakit DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas: 1. Ulcus-Gangren

2. Hipertensi 3. Hipoglikemia 4. Hiperglikemia 5. PJK

6. TB Paru 7. Stroke

8. Retinopati Diabetik 9. Nefropati Diabetik 10. Neuropati Diabetik 11. Dispepsia

3.2.5. Kategori komplikasi adalah jenis komplikasi yang dialami oleh penderita DM, dikelompokkan atas:

1. Komplikasi Akut yang meliputi: Hipoglikemia, Hiperglikemia, dan Dispepsia.

2. Komplikasi Kronik yang meliputi: Ulcus-Gangren, Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, TB Paru, Stroke, Retinopati Diabetik, Nefropati Diabetik, dan Neuropati Diabetik.


(52)

3.2.6. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita DM dengan komplikasi menjalani rawat inap yang dihitung sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien.

Lama rawatan rata-rata diperoleh dengan membagikan jumlah hari rawatan seluruh penderita dengan jumlah penderita.

3.2.7. Pengobatan adalah jenis obat-obatan yang diberikan kepada penderita DM dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 2. Suntik Insulin

3. Obat Hipoglikemik Oral + Suntik Insulin

3.2.8. Sumber biaya adalah sumber pembiayaan yang digunakan penderita DM dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. Biaya perusahaan

2. Asuransi Kesehatan (Askes) 3. Umum/ biaya sendiri

Untuk analisis statistik, sumber biaya dapat dikelompokkan atas: 1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri

3.2.9. Keadaaan sewaktu pulang adalah kondisi atau keadaan penderita DM pada waktu keluar dari rumah sakit, dikelompokkan atas:

1. Pulang berobat jalan (PBJ)

2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 3. Meninggal


(53)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Herna Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa di RSU Herna Medan adalah salah satu pelayanan kesehatan yang memiliki sistem pencatatan data rekam medik tentang kasus penyakit DM dengan komplikasi dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari sampai dengan Oktober 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan dengan jumlah penderita sebanyak 134 orang pada tahun 2009-2010.


(54)

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010, jumlah sampel adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang tercatat pada kartu status penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dan dicatat sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan komputer. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi-square dan uji t-test. Kemudian data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram pie, dan diagram bar.


(55)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSU Herna Medan berlokasi di Jl. Mojopahit No. 118 A, kelurahan Petisah Hulu, kecamatan Medan Baru dengan luas tanah 14.672 m2 dan luas bangunan 11.272 m2. RSU Herna Medan berdiri pada tanggal 20 Maret 1970.

RSU Herna Medan merupakan rumah sakit kelas utama setara B non pemerintah (SK.Dirjen.Yan.Med.Depkes.R.I.No.Y.M.0.3.3.4.4.3 tanggal 19 Januari 1998) dengan status kepemilikan swasta yayasan TD.Pardede Foundation.

RSU Herna Medan memiliki sarana dan prasarana berupa: 5.1.1. Bangunan rumah sakit terdiri dari bangunan berlantai tiga. 5.1.2. Jumlah tempat tidur

Tersedia : 238 TT Operasional : 160 TT

5.1.3. Fasilitas berupa lift 2 unit, listrik PLN dan genzet, AC, gas medis, telekomunikasi.

5.1.4. Keadaan ketenagaan

Jumlah dokter spesialis : 97 orang (part time)

Jumlah dokter umum : 9 orang (full time), 10 orang (part time) Jumlah paramedis : 318 orang


(56)

Pelayanan RSU Herna Medan dikelompokkan menjadi unit pelayanan perawatan dan unit pelayanan penunjang medis. Unit pelayanan perawatan meliputi rawat inap, rawat jalan, kamar bedah, perawatan intensif, unit haemodialisa, dan lainnya serta unit penunjang medis meliputi radiologi, laboratorium, diagnostik spesialis, rehabilitasi medik, dan unit farmasi.

5.2. Sosiodemografi Penderita DM dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

No. Sosiodemografi f %

1. Umur

< 40 tahun

≥ 40 tahun

6 128

4,5 95,5

Total 134 100,0

2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 54 80 40,3 59,7

Total 134 100,0

3. Suku Batak Tionghoa Nias Jawa Minang India 86 8 5 21 8 6 64,1 6,0 3,7 15,7 6,0 4,5

Total 134 100,0

4 Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Budha 54 61 7 5 7 40,4 45,5 5,2 3,7 5,2


(57)

Tabel Lanjutan

Pada tabel 5.1. di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah pada kelompok umur ≥ 40 tahun 95,5% sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur < 40 tahun 4,5%. Proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan 59,7% sedangkan proporsi terendah pada laki-laki 40,3%. Proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan suku yaitu suku Batak 64,1% sedangkan proporsi terendah pada suku Nias 3,7%. Proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan agama yaitu agama Kristen Protestan 45,5% sedangkan proporsi terendah adalah agama Hindu 3,7%. Proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan pekerjaan yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) 43,3% sedangkan proporsi terendah adalah petani 3,7%. Proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan daerah asal yaitu penderita yang tinggal di kota Medan 70,1% sedangkan proporsi terendah adalah di luar kota Medan 29,9%.

5 Pekerjaan

PNS/ BUMN Pensiunan Pegawai Swasta Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga Petani 13 21 17 20 58 5 9,7 15,7 12,7 14,9 43,3 3,7

Total 134 100,0

6 Daerah Asal Kota Medan Luar Kota Medan

94 40

70,1 29,9


(58)

5.3. Lama Menderita DM Rata-Rata

Lama menderita DM rata-rata penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 tidak dapat dilihat karena tidak tersedianya data pada kartu status pasien.

5.4. Jenis Komplikasi DM

Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

No Jenis Komplikasi Jumlah

f %

1 Ulcus-Gangren 35 26,1

2 Hipertensi 21 15,7

3 Hipoglikemia 9 6,7

4 Hiperglikemia 6 4,5

5 PJK 5 3,7

6 TB Paru 17 12,8

7 Stroke 9 6,7

8 Retinopati Diabetik 2 1,5

9 Nefropati Diabetik 18 13,4

10 Neuropati Diabetik 7 5,2

11 Dispepsia 5 3,7

Total 134 100,0

Pada tabel 5.2. di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan jenis komplikasi yaitu proporsi jenis komplikasi tertinggi yaitu penderita DM yang mengalami Ulcus-Gangren yaitu 26,1% sedangkan proporsi yang terendah yaitu penderita yang mengalami Retinopati Diabetik 1,5%.


(59)

5.5. Kategori Komplikasi DM

Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan kategori komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

No Kategori Komplikasi Jumlah

f %

1 Komplikasi Akut 20 14,9

2 Komplikasi Kronik 114 85,1

Total 134 100,0

Berdasarkan tabel 5.3. diatas dapat dilihat proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi tertinggi adalah penderita DM yang mengalami komplikasi kronik 85,1% sedangkan proporsi terendah adalah penderita DM yang mengalami komplikasi akut 14,9%.

5.6. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Lama rawatan rata-rata (hari) Mean

SD (Standar Deviasi) 95% Confidence Interval Minimum

Maksimum

6,82 5,449 5,89-7,75 1

26


(60)

Deviation) 5,449 hari. Lama rawatan penderita DM dengan komplikasi bervariasi, yaitu lama rawatan tersingkat adalah 1 hari dan lama rawatan terlama adalah 26 hari.

5.7. Pengobatan Penderita DM dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di

RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan pengobatan dapat dilihat pa da tabel berikut ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

No

Pengobatan Jumlah

f %

1 Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 80 59,7

2 Suntik Insulin 12 9,0

3 OHO + Suntik Insulin 42 31,3

Total 134 100,0

Dari tabel 5.5. di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi tertinggi berdasarkan pengobatan yaitu Obat Hipoglikemik Oral 59,7% dan proporsi terendah yaitu dengan suntik insulin 9,0%.

5.8. Sumber Biaya Penderita DM dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(1)

klub-klub kesehatan, dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga komplikasi DM dapat dicegah.

7.2.2. Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk memeriksakan secara rutin kadar glukosa darah, mematuhi daftar menu yaitu yang disajikan, dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar gula darah bisa terkontrol untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.

7.2.3. Kepada penderita DM yang belum terkena komplikasi agar mengontrol kadar gula darah dengan baik, mengkonsumsi obat secara teratur, menjaga pola makan dan gaya hidupnya untuk mencegah terjadinya komplikasi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

2. Depkes R.I., 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.

3. Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta.

4. WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control.

5. Depkes, R.I., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

6. Soegondo, S, dkk., 2004. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

7. UKM PIO Farmasi Unsoed, 2010. Diabetes Mellitus dan Terapinya.

8. Permana, H., 2008. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada

Diabetes

9. Rahmadiliyani, N., 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada Penderita Diabetes Melitus Dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN, Nomor 2, Volume 1, Hal 1979-2697.

10. WHO., 2004. Global Burden Disease Report

11. WHO., 2010. Global Burden of Chronic Noncommunicable Diseases.

12. International Diabetes Federation. 2005. The Diabetic Foot: Amputations are

Preventable.

13. International Diabetes Federation. 2008. IDF South East Asia Region Leads

The Way in The fight Against Type 2 Diabetes

14. Utah Diabetes Center. 2008. Prevalence of Diabetes in The United States.


(3)

15. Depkes RI,. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia

Mencapai 21,3 Juta Orang

16. Hastuti, R., 2008. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Mellitus. Tesis Mahasiswa Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro.

17. Tjokroprawiro, A., 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

18. Roza, V., 2008. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Dengan Komplikasi yang Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

19. International Diabetes Federation. 2001. Diabetes and Cardiovaskuler Disease.

20. PERKENI., 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

21. Pranadji, D., 2000. Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

22. Soehadi, K., 1996. Diabetes Mellitus Pria. Surabaya: Airlangga University Press.

23. Shadine, M., 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta: Penerbit Keenbooks.

24. Day, J., 2002. Living With Diabetes. England: British Diabetic Association. 25. Greenstein, B., 2010. At a Glance: Sistem Endokrin. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

26. Moore, M. C., 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Hipocrates.

27. Inzucchi, S., 2005. The Diabetes Mellitus Manual. Singapura: The MC Graw Hill Companies.

28. Bangun, A.P., 2005. Sehat dan Bugar Pada Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka.


(4)

29. Prince S dan Wilson L, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.

30. Waspadi, S., 2002. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

31. Depkes R.I., 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta.

32. Wild, S., 2004. Global Prevalence of Diabetes-Estimates for the year 2000 and Projection for 2030. Diabetes Care, Number 5, Volume 27, Page: 1047-1053.

33. Johnson, M., 1998. Diabetes, Terapi dan Pencegahannya. Bandung: Indonesia Publishing House.

34. ADA. 2011. Total Prevalence of Diabetes and Pre-Diabetes.

35. Marpaung, J., 2006. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Rawat Inap di

Rumah Sakit Umum Pematang Siantar Tahun 2003-2004. Skripsi

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 36. Soegondo, S, dkk, 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

37. Roglic, G. MD., 2005. The Burden Of Mortality Attributable to Diabetes. Diabetes Care, Number 9, Volume 9, Page 2130-2135.

38. Tandra, H., 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

39. Depkes RI., 2008. Diabetes Mellitus Ancaman Umat Manusia di Dunia. http://www.depkes.go.id/indeks/

40. ADA., 2008. The Genetics of Diabetes

41. Andayani, T.M., 2006. Analisis Biaya Terapi Diabetes Mellitus di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia Vol. 17. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hal: 130-135.

42. Amelya, Y., 2008. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2002-2006. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(5)

43. Baradero, M., 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

44. Davey, P., 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.

45. Wibowo, S., 2005. VCO dan Pencegahan Komplikasi Diabetes. Jakarta: Penerbit Pawon Publishing.

46. PERKENI., 2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVIII Ilmu Penyakit Dalam 2003, Surabaya.

47. Hiswani. 2001. Penyuluhan Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

48. Simanjuntak, S., 2007 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RS Advent Medan Tahun 2004-2005. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

49. Sartika, H., 2007. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Rawat Inap di RSU Sipirok Tapanuli Selatan Tahun 2004-2006. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

50. Suastika, K., 2006. Update in The Management of Obesity. Acta Medical Indonesian Journal Internasional. Vol 38. No.4.

51. Supriyanto. 2001. Hubungan Antara Derajat Kaki Diabetik dengan Neuropati Perifer dan Iskemi Perifer Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Universitas Diponegoro. 52. Agustin, D., 2009. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Rawat

Inap di RSUD. Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi Tahun 2006-2007. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

53. Haryanti, D., 2007. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Rawat Inap di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (BPK-RSUD) Kota Langsa Tahun 2006. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

54. Sinaga, M., 2009. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(6)

MASTER DATA

no umr umrk jk suku agm kerja asal LmDM jnskom Ktgorikom lmrwt obt biaya biayak KSP

1 66 2 2 4 1 5 1 . 3 1 1 1 1 3 1

2 60 2 2 5 1 2 1 . 11 1 11 1 2 1 1

3 78 2 2 1 2 5 1 . 6 2 23 3 1 3 3

4 43 2 1 3 2 1 1 . 1 2 2 3 1 3 3

5 50 2 2 3 3 5 1 . 1 2 7 1 1 3 1

6 72 2 1 4 1 2 1 . 3 1 20 3 1 3 1

7 61 2 2 1 1 5 1 . 5 2 6 3 1 3 3

8 64 2 2 4 1 5 1 . 2 2 5 1 1 3 1

9 59 2 2 1 2 5 2 . 9 2 5 1 1 3 1

10 58 2 2 1 2 5 1 . 2 2 6 3 1 3 2

11 55 2 1 1 2 4 1 . 2 2 1 1 1 3 3

12 49 2 1 1 2 1 1 . 2 2 3 1 2 2 1

13 61 2 2 2 5 5 1 . 1 2 6 1 1 3 3

14 56 2 1 4 1 2 1 . 11 1 3 1 1 3 1

15 67 2 1 2 5 4 2 . 1 2 6 3 1 3 1

16 50 2 1 5 1 3 2 . 2 2 11 1 2 1 1

17 53 2 1 1 2 3 1 . 10 2 5 3 2 1 1

18 46 2 1 1 2 5 1 . 1 2 3 3 1 3 1

19 57 2 1 4 1 2 1 . 11 1 4 3 2 1 1

20 50 2 1 2 1 3 1 . 9 2 5 2 2 1 3

21 44 2 1 1 1 1 2 . 6 2 8 2 2 2 1

22 58 2 1 5 1 1 2 . 2 2 5 1 2 1 1

23 47 2 1 1 2 4 1 . 6 2 3 3 1 3 1

24 52 2 2 4 1 5 1 . 1 2 11 3 1 3 1

25 55 2 1 1 3 6 2 . 2 2 2 1 1 3 2

26 76 2 2 4 1 5 1 . 2 2 2 1 1 3 1