Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara T2 752010008 BAB I

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Identifikasi Permasalahan

Indonesia adalah negara yang plural, dikotomi mayoritas dan minoritas kerap kali terjadi. Hal ini menimbulkan kecenderungan benturan antar golongan yang tidak hanya muncul pada aras bentuk fisik, melainkan juga dalam ideologi berkeyakinan.

Lebih rumit lagi ketika semakin bertambahnya isu-isu sara, politik, dan agama. Situasi dan kondisi pun semakin memanas, sehingga krisis kedamaian terjadi di setiap pelosok negeri ini. Pada tingkat mentalitas, kesadaran untuk menghargai kemajemukan yang ada sudah hampir tidak lagi dimiliki oleh sebagian kelompok masyarakat, sebab pemahaman mereka hanya terpusat kepada kepentingan satu kelompok saja, yaitu kelompoknya sendiri. Dengan kata lain, negeri ini nyaris merupakan negara yang sarat dengan konflik karena banyaknya perbedaan-perbedaan, baik itu dari segi suku, golongan, ras, budaya, dan agama. Pergesekan pun terjadi, bahkan berakibat pada benturan-benturan antar ideologi dan pandangan.

Kerusuhan demi kerusuhan yang bernuansa terorisme pun terjadi. Tindakan ini cenderung semakin merajalela hingga mengancam kebersamaan hubungan antar golongan. Hal ini cenderung mengakibatkan semakin hilangnya rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang ada di Indonesia. Laju perubahan sosial yang semakin cepat (rapid social change), yang terasa sejak beberapa dekade terakhir ini cenderung menimbulkan


(2)

2

keraguan atas keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara yang mempersatukan kesatuan wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Akibatnya cita-cita menjadikan Indonesia sebagai satu kesatuan sistem – baik sebagai sebuah sistem sosial

(baca: masyarakat), ataupun sistem politik (baca: negara) menjadi terancam.

Salah satu media cetak di Indonesia menorehkan pendapatnya pada tanggal 07 Februari 2011 mengenai aparat yang lemah dalam melindungi kaum minoritas. Hal ini dikarenakan timbulnya penyerangan terhadap kelompok Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten pada hari Minggu, 06 Februari 2011. Bahkan, para pelaku kekerasan pada peristiwa itu dengan leluasa melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Pada sebelah lain, banyak juga kalangan yang menuntut negara mengingat kewajibannya dalam hal kebebasan melaksanakan dan memberikan perlindungan kepada warganya untuk melaksanakan keyakinan beragama sebagaimana tercantum dalam UUD 1945.1

Pada kesempatan lain sebelum penyerangan peristiwa di atas, tokoh umat Buddha, Bhiksu Gunabhadra, mengungkapkan pendapatnya pada 24 Oktober 2010 di salah satu media cetak Indonesia yang antara lain mengatakan, bahwa semakin marak kekerasan atas nama agama di Indonesia. Hal ini membuat semakin terkikis pula batin, pemikiran, dan kepribadian di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Beliau mengangkat semboyan bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, sebagai kenyataan

1

Diunduh dari

http://nasional.kompas.com/read/2011/02/07/09014534/Aparat.Gagal.Lindungi.Kelompok.Minoritas pada 7 Februari 2011 pukul 09.11 WIB.


(3)

3

empiris bangsa yang telah diingkari karena rakyat Indonesia mulai terkotak-kotak dengan adanya banyak corak dan ragam di perbedaan yang ada di negara Indonesia.2

2. Alasan Pemilihan Judul

Bahkan baru-baru ini, semakin gencarnya isu-isu yang dinilai sebagai bentuk makar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gerakan dari apa yang

dinamakan “Negara Islam Indonesia” (NII) mulai memunculkan pergolakan-pergolakan

yang menunjukkan sikap tidak setujunya terhadap negara berdasar Pancasila. Kelompok ini berdiri atas dasar syariat Islam sebagaimana yang pernah dijalankan salah seorang nabi di kota Madinnah. Hal ini antara lain memacu kelompok fanatik untuk

meneruskan “cita-cita surgawi” yang cenderung menyimpang dari Undang-undang

Dasar (UUD) „45. Gerakan semacam ini berani tampil terang-terangan pada saat ini karena dimulai dari adanya hak otonomi daerah yang digunakan untuk menyusun dan menjalankan Peraturan-peraturan Daerah (Perda) atas dasar syariat. Ini sudah terjadi di beberapa daerah. Termasuk dalam hubungan ini beberapa wilayah kabupaten di Sulawesi Selatan yang cenderung getol membuat Perda-perda syariat. 3

Segala permasalahan di atas membawa hanyut penulis untuk melihat kembali ke permukaan tentang berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengenai kesepakatan-kesepakatan awal para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai landasan filosofis, mengingat implikasinya akan berdampak pada generasi penerus.

2

Diunduh dari

http://nasional.kompas.com/read/2010/10/24/18565056/Kekerasan..Erosi.Kepribadian.Bangsa-8 pada 24 Oktober 2010 pukul 19.00 WIB.

3

Diunduh dari http://nii-alzaytun.blogspot.com/,

http://indonesia.faithfreedom.org/forum/kebangkitan-nii-t25341/, dan

http://regional.kompas.com/read/2011/04/26/09011353/Inilah.sumpah.Bergabung.NII pada 10 Mei 2011 pukul 01.44 WIB.


(4)

4

Pembentukan Dasar Negara ini mengacu kepada kesadaran rasional yang dilakukan para pendiri negara.

Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II menjadi kesempatan baik bagi Indonesia untuk langsung memproklamirkan kemerdekaannya. Badan-badan yang sebelumnya sudah terbentuk seperti Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang diketuai oleh K.R.T. Radjiman Widyodiningrat, dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketahui oleh Soekarno, rapat-rapatnya diadakan di gedung Volksraad (Dewan Rakyat) yang sekarang menjadi Gedung Pancasila. BPUPKI dibentuk tepat pada hari ulang tahun Kaisar Hirohito tanggal 29 April 1945, sebagai upaya Jepang untuk mendapat dukungan dari Bangsa Indonesia, karena posisi Jepang pada Perang Dunia II sudah semakin terjepit. Oleh karena, rapat sidang awal BPUPKI tidak merumuskan Dasar Negara, maka terbentuklah rapat kepanitiaan yang disebut Panitia Sembilan yang beranggotakan lima orang dari kelompok Kebangsaan dan empat orang kelompok Islam yang kemudian merumuskan Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Demi mencapai konsensus itu telah banyak perdebatan (komunikasi) antar mereka (aktor).

Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana disebutkan di atas, maka penulis menutuskan untuk memilih sebagai judul tesis ini:

STUDI TENTANG ALASAN PENERIMAAN PARA PENDIRI NEGARA TERHADAP PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


(5)

5 3. Rumusan Masalah

3.1. Batasan Masalah

Pada sidang BPUPKI-PPKI membahas banyak cakupan mengenai keadaan dan kondisi negara yang mau berdiri, mulai dari cakupan ideologi, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Untuk memperoleh jawaban terhadap masalah sebagaimana dirumuskan di atas, maka penulis membatasi masalah yang hendak penulis teliti ialah seputar bahasan para pendiri negara merundingkan dasar negara yang akan digunakan. Oleh karena itu penulis akan menelitinya dengan jalan mengajukan dua pertanyaan pembantu penelitian sebagai berikut: Pertama, apa latar belakang pemikiran masing-masing para pendiri bangsa? Kedua, Apa alasan penerimaan para pendiri negara terhadap Pancasila sebagai dasar negara?

3.2. Pertanyaan Penelitian

Melalui sejumlah permasalahan sebagaimana disebutkan, yang terkait dengan judul di atas, maka pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Alasan apakah yang menyebabkan para pendiri negara sepakat untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara?

4. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan alasan para pendiri negara dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara.


(6)

6 5. Definisi Operasional

Alasan penerimaan : istilah ini memiliki arti sejauh mana alasan (reason) dalam penerimaan – ada proses dan cara di dalamnya – terhadap suatu kesepakatan.

Pancasila : merupakan lima prinsip yang diajukan oleh Soekarno pertama kali untuk menjadi dasar falsafah negara dan mengalami perjalanan historisnya melalui rapat-rapat sidang BPUPKI-PPKI.

Pendiri negara : ialah tokoh-tokoh negara yang melakukan perundingan-perundingan dalam forum sidang untuk mengambil kesepakatan mengenai hal-hal yang menyangkut dasar negara, terutama dalam kajian ini ialah kesepakatan yang berkaitan dengan keyakinan agama.

6. Signifikansi Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan Pancasila sudah pernah dilakukan. Pancasila sebagai landasan filosofis dinilai sebagai pemersatu masyarakat Indonesia yang majemuk. Dalam penulisan tesisnya, Tedi Kholiludin, misalnya, ingin melihat apakah peraturan di dalam perundangan di Indonesia sudah menggambarkan sisi Pancasila yang mengayomi dan melindungi masyarakat atau belum.4 Artinya, negara memiliki kewajiban untuk menjaga dan menerapkan kerukunan antar umat beragama.

4Tedi Kholiludin, “Agama, Negara, dan Hak

-hak Sipil (Analisis terhadap Politik Pengakuan Negara atas Agama di Indonesia)” (M.Si. Tesis, Universitas Kristen Satya Wacana, 2008), 293.


(7)

7

Selain itu ada juga salah seorang peneliti, Claudia Pattiruhu, yang antara lain mengatakan, bahwa negara Indonesia merupakan negara kebangsaan yang resmi berideologi Pancasila dengan konteks etnisitas dan religiusitas yang plural. Ia merujuk pada semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang menurutnya mempunyai makna yang dalam, terkait dengan kemajemukan yang ada di Indonesia. Bangsa Indonesia dituntut untuk menyadari akan keragaman itu dan secara bersama-sama diajak keluar dari lingkup primordial masing-masing, menuju pencapaian pemahaman bersama memandang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui Pancasila sebagai ideologi bersama.5

Melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas, penulis melengkapinya dengan melakukan penelitian terhadap alasan penerimaan para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai dasar negara. Pada sebelumnya, Kholiludin telah meneliti sejauh mana peran negara mengayomi dan melindungi warganya. Sedangkan Claudia Pattiruhu meneliti pemaknaan Pancasila dalam pidato Soekarno. Kedua hal ini akan membantu penulis untuk melihat sejauh mana, nantinya, konsistensi mengenai dasar negara ini dari kesepakatan awal yang telah dilakukan. Artinya, fokus penelitian yang telah penulis paparkan di awal tulisan, penulis mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan Pancasila sebagai dasar negara yang diusung bersama (konsensus).

B. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif untuk menganalisa konten tiap tulisan dari para pendiri negara. Jenis penelitian yang dilakukan ialah studi pustaka. Metode yang penulis lakukan ialah deskriptif. Berdasarkan tujuan penelitian deskriptif,

5Claudia Monique Pattiruhu, “Teologi Agama

-agama Soekarno dalam Pidato lahirnya Pancasila” (M.Si. Tesis, Universitas Kristen Satya Wacana, 2009), 100.


(8)

8

maka penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development/RD), karena digunakan untuk mengembangkan informasi yang ada untuk pembelajaran. Sedangkan berdasarkan pada tingkat kealamiahan tempat penelitian, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian naturalistik karena dalam mengumpulkan data berdasar pada pandangan dari sumber data.6

2. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan data primer. Data ini bersumber pada tulisan-tulisan para tokoh yang tersedia, yang menggambarkan pola pikir mereka tentang nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Selain itu, penulis menggunakan data dari Risalah Sidang BPUPKI-PPKI.

3. Teknik Analisa Data

Penulis menganalisa data melalui teori tindakan komunikatif Habermas. Setiap tindakan para tokoh yang tertuang dalam tulisan-tulisan mereka menjadi komunikatif ketika coba dipahami oleh orang kedua yang membaca tulisan mereka. Penulis melakukan kajian isi (content analysis) untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis tentang manifestasi komunikasi. Pada akhirnya menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari data atas dasar konteksnya, dengan usaha menemukan karakteristik pesan.7

4. Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan dirangkai dalam lima bab. Bab Pertama, berisikan latar belakang permasalahan penelitian, pembatasan masalah yang a.l. disusul dengan dua

6

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, cet.ke-9, 2010), 5.

7

Lexy J. Moleong, Motodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rodakarya, cet. ke-24, 2007),220.


(9)

9

pertanyaan penelitian (research questions) dan tujuan penelitian. Bab Kedua, berisikan upaya pendekatan konseptual. Bab Ketiga, berisikan data-data historis-empirik berupa ucapan para pendiri negara sebagaimana yang telah ditemukan dalam risalah persidangan BPUPKI-PPKI dari tanggal 25 Mei – 22 Agustus 1945, yang berkaitan dengan ide, pemahaman yang menggambarkan alasan mereka menerima Pancasila.

Bab Keempat, memberi ruang pada penulis untuk menganalisis data. Artinya penulis akan mengkaji kesepakatan-kesepakatan awal dalam pencapaian pemahaman bersama, sejauh mana ditanggapi oleh masing-masing tokoh. Bab Kelima, merupakan bab penutup yang menyimpulkan hasil penelitian penulis apa makna atau pesan yang ada dalam data, yang telah dianalisis, serta beberapa saran dan / atau kritik.


(1)

4

Pembentukan Dasar Negara ini mengacu kepada kesadaran rasional yang dilakukan para pendiri negara.

Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II menjadi kesempatan baik bagi Indonesia untuk langsung memproklamirkan kemerdekaannya. Badan-badan yang sebelumnya sudah terbentuk seperti Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang diketuai oleh K.R.T. Radjiman Widyodiningrat, dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketahui oleh Soekarno, rapat-rapatnya diadakan di gedung Volksraad (Dewan Rakyat) yang sekarang menjadi Gedung Pancasila. BPUPKI dibentuk tepat pada hari ulang tahun Kaisar Hirohito tanggal 29 April 1945, sebagai upaya Jepang untuk mendapat dukungan dari Bangsa Indonesia, karena posisi Jepang pada Perang Dunia II sudah semakin terjepit. Oleh karena, rapat sidang awal BPUPKI tidak merumuskan Dasar Negara, maka terbentuklah rapat kepanitiaan yang disebut Panitia Sembilan yang beranggotakan lima orang dari kelompok Kebangsaan dan empat orang kelompok Islam yang kemudian merumuskan Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Demi mencapai konsensus itu telah banyak perdebatan (komunikasi) antar mereka (aktor).

Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana disebutkan di atas, maka penulis menutuskan untuk memilih sebagai judul tesis ini:

STUDI TENTANG ALASAN PENERIMAAN PARA PENDIRI NEGARA TERHADAP PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


(2)

5

3. Rumusan Masalah

3.1. Batasan Masalah

Pada sidang BPUPKI-PPKI membahas banyak cakupan mengenai keadaan dan kondisi negara yang mau berdiri, mulai dari cakupan ideologi, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Untuk memperoleh jawaban terhadap masalah sebagaimana dirumuskan di atas, maka penulis membatasi masalah yang hendak penulis teliti ialah seputar bahasan para pendiri negara merundingkan dasar negara yang akan digunakan. Oleh karena itu penulis akan menelitinya dengan jalan mengajukan dua pertanyaan pembantu penelitian sebagai berikut: Pertama, apa latar belakang pemikiran masing-masing para pendiri bangsa? Kedua, Apa alasan penerimaan para pendiri negara terhadap Pancasila sebagai dasar negara?

3.2. Pertanyaan Penelitian

Melalui sejumlah permasalahan sebagaimana disebutkan, yang terkait dengan judul di atas, maka pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Alasan apakah yang menyebabkan para pendiri negara sepakat untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara?

4. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan alasan para pendiri negara dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara.


(3)

6

5. Definisi Operasional

Alasan penerimaan : istilah ini memiliki arti sejauh mana alasan (reason) dalam penerimaan – ada proses dan cara di dalamnya – terhadap suatu kesepakatan.

Pancasila : merupakan lima prinsip yang diajukan oleh Soekarno pertama kali untuk menjadi dasar falsafah negara dan mengalami perjalanan historisnya melalui rapat-rapat sidang BPUPKI-PPKI.

Pendiri negara : ialah tokoh-tokoh negara yang melakukan perundingan-perundingan dalam forum sidang untuk mengambil kesepakatan mengenai hal-hal yang menyangkut dasar negara, terutama dalam kajian ini ialah kesepakatan yang berkaitan dengan keyakinan agama.

6. Signifikansi Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan Pancasila sudah pernah dilakukan. Pancasila sebagai landasan filosofis dinilai sebagai pemersatu masyarakat Indonesia yang majemuk. Dalam penulisan tesisnya, Tedi Kholiludin, misalnya, ingin melihat apakah peraturan di dalam perundangan di Indonesia sudah menggambarkan sisi Pancasila yang mengayomi dan melindungi masyarakat atau belum.4 Artinya, negara memiliki kewajiban untuk menjaga dan menerapkan kerukunan antar umat beragama.

4Tedi Kholiludin, “Agama, Negara, dan Hak

-hak Sipil (Analisis terhadap Politik Pengakuan Negara atas Agama di Indonesia)” (M.Si. Tesis, Universitas Kristen Satya Wacana, 2008), 293.


(4)

7

Selain itu ada juga salah seorang peneliti, Claudia Pattiruhu, yang antara lain mengatakan, bahwa negara Indonesia merupakan negara kebangsaan yang resmi berideologi Pancasila dengan konteks etnisitas dan religiusitas yang plural. Ia merujuk pada semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang menurutnya mempunyai makna yang dalam, terkait dengan kemajemukan yang ada di Indonesia. Bangsa Indonesia dituntut untuk menyadari akan keragaman itu dan secara bersama-sama diajak keluar dari lingkup primordial masing-masing, menuju pencapaian pemahaman bersama memandang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui Pancasila sebagai ideologi bersama.5

Melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas, penulis melengkapinya dengan melakukan penelitian terhadap alasan penerimaan para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai dasar negara. Pada sebelumnya, Kholiludin telah meneliti sejauh mana peran negara mengayomi dan melindungi warganya. Sedangkan Claudia Pattiruhu meneliti pemaknaan Pancasila dalam pidato Soekarno. Kedua hal ini akan membantu penulis untuk melihat sejauh mana, nantinya, konsistensi mengenai dasar negara ini dari kesepakatan awal yang telah dilakukan. Artinya, fokus penelitian yang telah penulis paparkan di awal tulisan, penulis mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan Pancasila sebagai dasar negara yang diusung bersama (konsensus).

B. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif untuk menganalisa konten tiap tulisan dari para pendiri negara. Jenis penelitian yang dilakukan ialah studi pustaka. Metode yang penulis lakukan ialah deskriptif. Berdasarkan tujuan penelitian deskriptif,

5Claudia Monique Pattiruhu, “Teologi Agama

-agama Soekarno dalam Pidato lahirnya


(5)

8

maka penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development/RD), karena digunakan untuk mengembangkan informasi yang ada untuk pembelajaran. Sedangkan berdasarkan pada tingkat kealamiahan tempat penelitian, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian naturalistik karena dalam mengumpulkan data berdasar pada pandangan dari sumber data.6

2. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan data primer. Data ini bersumber pada tulisan-tulisan para tokoh yang tersedia, yang menggambarkan pola pikir mereka tentang nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Selain itu, penulis menggunakan data dari Risalah Sidang BPUPKI-PPKI.

3. Teknik Analisa Data

Penulis menganalisa data melalui teori tindakan komunikatif Habermas. Setiap tindakan para tokoh yang tertuang dalam tulisan-tulisan mereka menjadi komunikatif ketika coba dipahami oleh orang kedua yang membaca tulisan mereka. Penulis melakukan kajian isi (content analysis) untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis tentang manifestasi komunikasi. Pada akhirnya menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari data atas dasar konteksnya, dengan usaha menemukan karakteristik pesan.7

4. Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan dirangkai dalam lima bab. Bab Pertama, berisikan latar belakang permasalahan penelitian, pembatasan masalah yang a.l. disusul dengan dua

6

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, cet.ke-9, 2010), 5.

7

Lexy J. Moleong, Motodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rodakarya, cet. ke-24, 2007),220.


(6)

9

pertanyaan penelitian (research questions) dan tujuan penelitian. Bab Kedua, berisikan upaya pendekatan konseptual. Bab Ketiga, berisikan data-data historis-empirik berupa ucapan para pendiri negara sebagaimana yang telah ditemukan dalam risalah persidangan BPUPKI-PPKI dari tanggal 25 Mei – 22 Agustus 1945, yang berkaitan dengan ide, pemahaman yang menggambarkan alasan mereka menerima Pancasila.

Bab Keempat, memberi ruang pada penulis untuk menganalisis data. Artinya penulis akan mengkaji kesepakatan-kesepakatan awal dalam pencapaian pemahaman bersama, sejauh mana ditanggapi oleh masing-masing tokoh. Bab Kelima, merupakan bab penutup yang menyimpulkan hasil penelitian penulis apa makna atau pesan yang ada dalam data, yang telah dianalisis, serta beberapa saran dan / atau kritik.


Dokumen yang terkait

Bab 1 Berkomitmen Terhadap Pancasila Sebagai Dasar Negara

0 9 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara T2 752010008 BAB II

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara T2 752010008 BAB IV

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Alasan Penerimaan Para Pendiri Negara terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara T2 752010008 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Negara Hukum Pancasila (Analisis terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Pra dan Pasca Amandemen) T2 322010004 BAB I

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Negara Hukum Pancasila (Analisis terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Pra dan Pasca Amandemen) T2 322010004 BAB II

0 6 99

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Negara Hukum Pancasila (Analisis terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Pra dan Pasca Amandemen) T2 322010004 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno T2 752012006 BAB I

0 0 9

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA ADMINISTRASI_NEGARA ADMINISTRASI_NEGARA

0 0 7