Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB VI

Bab Enam

M engatasi Disinsentif
Kebijakan Pemerintah Daerah

Pengantar
Kegiatan pasar menjadi bagian penting dari kehidupan ekonomi
masyarakat. Pasar menjadi pusat kegiatan jual beli antara konsumen
dan penjual yang dilakukan oleh berbagai latar belakang etnis, dengan
kemampuan dan peluang yang berbeda. Pedagang mama-mama asli
Papua yang merupakan bagian dari pelaku kegiatan jual beli, berada di
antara berbagai etnis tersebut. M engingat pedagang mama-mama asli
Papua adalah penduduk asli (pribumi) yang sudah melalukan aktivitas
ini bertahun-tahun, maka seharusnya pemerintah memberi perhatian
lebih melalui kebijakan-kebijakan ekonomi rakyat agar mereka tetap
bisa mempertahankan eksistensinya. Namun dalam kenyataannya
prioritas yang diharapkan itu belum dirasakan secara maksimal oleh
pedagang mama-mama asli Papua, sehingga dikhawatirkan hal ini akan
mempengaruhi keberlanjutan eksistensi mereka di pasar. Bahkan bisa
jadi mereka akan tersingkir dari tanah kelahirannya sendiri.
Pada bagian ini penulis akan membicarakan mengenai upayaupaya yang dilakukan pedagang mama-mama asli Papua untuk

mempertahankan keberlanjutan kegiatan ekonominya di pasar. Untuk
dapat bertahan mereka memiliki strategi dalam memperoleh dan
menjual barang dagangan, serta modal usaha. Strategi pintu utama
merupakan cara yang efektif dan efisien untuk bertahan dalam melakukan kegiatan jual beli. Strategi berdagang mama-mama asli Papua ini
dijelaskan pada bagian berikut ini.
105

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

Strategi M endapatkan Barang Dagangan
Barang dagangan menjadi faktor penentu dan sekaligus ukuran
utama bagi seorang pedagang dalam melakukan kegiatan jual beli, baik
di pasar maupun di ruang-ruang kegiatan ekonomi yang lain. Setiap
kegiatan dan ruang yang berbeda akan menuntut adaptasi kreatif dari
masing-masing orang yang berkecimpung di dalamnya. Relasi menjadi
bagian yang dominan dalam sebuah kegiatan ekonomi karena melalui
relasi maka segala informasi, kerjasama, dan peluang mendapatkan
barang dagangan dapat terpenuhi dengan baik. Kegiatan ekonomi
pribumi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kondisi dan

lingkungan yang berada di sekitarnya. Seperti pernyataan Spradley
(1972) bahwa perwujudan model-model kognitif dipakai oleh manusia
untuk menghadapi lingkungannya.
Perilaku kegiatan ekonomi pribumi menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan kegiatan ekonominya. Kegiatan ekonomi
menjadi sebuah peradapan yang dimiliki oleh pedagang pribumi dalam
mengatasi kondisi lingkungan itu sendiri. Kegiatan ekonomi memunculkan sebuah relasi ketergantungan antara manusia, ekonomi dan
lingkungannya. Liliweri (2003) mengatakan bahwa setiap kebudayaan
dari anggota masyarakat mempunyai suatu keunikan yang dijadikan
sebagai identitas sosial untuk menyatakan siapa mereka dan mengapa
mereka ada, kemudian muncullah budaya material.
Relasi menegaskan sebuah interaksi antar individu dalam sebuah
kehidupan bermasyarakat dan kegiatan ekonominya. Interaksi masyarakat dan kegiatan ekonomi merupakan dua bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sosial mereka. Kondisi ini diperkuat oleh
pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang menyatakan
bahwa hubungan antara masyarakat yang di dalamnya terjadi interaksi
sosial dengan ekonomi, maka inilah yang disebut dengan sosiologi
ekonomi.
Interaksi sosial menjadi sebuah kekuatan dalam kehidupan
bermasyarakat yang menciptakan peluang-peluang yang berkaitan

dengan ketergantungan satu sama lain dalam hal kebutuhan ekonomi.
Ekonomi menjadi bagian dari aktivitas yang dilakukan oleh para
106

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

individu, baik pribumi maupun non pribumi yang mempunyai tujuan
sama yaitu untuk mencapai perubahan-perubahan maupun perbaikan
yang diinginkan.
Interaksi sosial bisa terbangun dari berbagai ruang kegiatan
ekonomi dan mampu memberi peluang bagi individu baik dalam
kelompok maupun di luar kelompok. Kekuatan relasi baik secara
interen maupun eksteren menjadi modal utama dalam mendukung
kelancaran kegiatan ekonomi yang ditekuni oleh pedagang pribumi
(pedagang mama-mama asli Papua) dan sekaligus sebagai tantangan
dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian mereka
dituntut mampu beradaptasi dan bersaing dalam merebut peluangpeluang yang terjadi dalam perkembangan kegiatan ekonomi itu
sendiri.
Persaingan merupakan bagian dari aktivitas manusia, baik dalam
kegiatan ekonomi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

ekonomi menjadi ruang yang sarat dengan suasana persaingan karena
setiap individu maupun kelompok pada ruang ini mempunyai tujuan
yang sama yaitu mencapai kesejahteraan. Dalam tataran ini pedagang
pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) berada di antara suasana
subsisten dalam kegiatan ekonomi pasar. W idjojo (2009) mengatakan
bahwa, peningkatan tahap kegiatan ekonomi dari subsisten menuju
ekonomi pasar diharapkan akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya beli, dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di
perkotaan maupun di perkampungan.
Pergeseran dari subsisten ke ruang ekonomi pasar akan memberi
peluang perubahan pada perilaku kegiatan ekonomi pribumi yang lebih
efisien dan produktif untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Pada tataran yang lebih luas perubahan dimulai dari wilayah perkotaan
dan kehidupan masyarakat kampung. Ketergantungan perubahan
antara perkotaan dan pedesaan akan memberi peluang yang lebih besar
pada kegiatan ekonomi masyarakat, karena wilayah pedesaan sebagai
sumber penyediaan bahan-bahan hasil subsisten untuk disalurkan ke
wilayah perkotaan.
107


BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

Perkotaan menjadi pusat perubahan dan perkembangan semua
aspek kehidupan masyarakat, namun wilayah pedesaan menjadi modal
bagi pedagang pribumi dalam proses mendapatkan barang dagangan.
Oleh sebab itu pedagang pribumi menggunakan tiga strategi dalam
mempertahankan kegiatan ekonominya, yaitu (1) mengandalkan hasil
kebun sendiri; (2) membeli dari pedagang lain; (3) menggunakan dua
sumber, yaitu mengandalkan hasil kebun sendiri dan membeli dari
pedagang lain. Dari ketiga strategi inilah pedagang mama-mama asli
Papua mempertahankan eksistensinya di pasar.
Pasar menjadi pertemuan antara pembeli dan penjual sebagaimana dijelaskan oleh Prianto (2008) bahwa, pasar sebagai kumpulan para
penjual dan pembeli yang saling berinteraksi, saling tarik-menarik
kemudian menciptakan harga barang di pasar. M elalui proses interaksi
akan tercipta sebuah kerjasama yang saling menguntungkan dan
melengkapi apa yang menjadi bagian dari proses kegiatan jual beli
tersebut. Keuntungan merupakan perhatian utama para pedagang baik
mama-mama asli Papua maupun pedagang pendatang. Sisi ketergantungan antara pembeli dan penjual menjadi bagian dari kegiatan
ekonomi pasar.

Pertemuan antara pedagang dengan pedagang, maupun antara
pembeli dengan pedagang memberi peluang terjadinya relasi atau
hubungan sosial yang positif, yang berdampak langsung pada situasi
kegiatan ekonomi. Hubungan sosial yang positif tentu akan memberi
konstribusi pada kegiatan ekonomi masyarakat atau pedagang, terutama pada kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Relasi terbuka bagi para
pedagang, baik pedagang lokal maupun pedagang pendatang yang
berada pada lokasi yang sama. Diharapkan dari keterbukaan tersebut
akan memberi manfaat pada posisi kegiatan ekonomi masing-masing.
Skoufias et al. (2010) menyatakan: ...”hubungan sosial memberikan
konstribusi dalam kegiatan ekonomi pada masyarakat lokal”...
Hubungan sosial dalam kegiatan ekonomi, baik di pasar maupun
di luar pasar sangat penting dari sisi konstribusi. Pedagang mamamama asli Papua (masyarakat lokal) yang juga melakukan kegiatan
ekonomi pasar diharapkan mampu menghidupkan relasi pasar, baik
108

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

antar sesama pedagang pribumi; antara pedagang pribumi dengan
pedagang pendatang; maupun dengan pembeli atau pihak lain.
Hubungan sosial di antara para pedagang mempunyai ketergantungan

dari sisi jenis barang dagangan maupun kehidupan pribadi. Pedagang
mama-mama asli Papua sebagai penduduk lokal memiliki posisi tawar
yang lebih kuat dalam hal: (1) relasi; (2) kepemilikan; dan (3) jenis
komoditi barang yang diperdagangkan. Ketiga aspek ini menjadikan
pedagang pribumi cukup disegani di antara para pedagang yang lain,
sehingga mereka memiliki peluang besar terhadap ruang-ruang pasar
yang ada. Steward 1955 dan Force 1974 (Su Ritohardoyo 2006),
mengungkapkan ...”adaptasi dalam arti luas yaitu sebagai aktivitasaktivitas manusia dalam mengelola lingkungan, dalam rangka mempertahankan kehidupannya dengan tingkat budaya yang dimiliki”...
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik secara
kelompok maupun individu memerlukan adaptasi yang tinggi baik
antara manusia dengan manusia maupun dengan lingkungan dimana
sebuah aktivitas dilakukan. Dalam beradaptasi dibutuhkan kekuatan,
keterampilan, maupun strategi. Dengan berbagai kesiapan tersebut
akan mempermudah seseorang ataupun kelompok mempertahankan
kehidupan dan aktivitasnya di lingkungan di mana mereka berada,
sehingga mereka tetap survive.

Cara M enjual Barang Dagangan
Strategi Pintu Utama


Kondisi pasar yang kompleks memunculkan situasi persaingan
yang cukup tinggi di antara para pedagang. Oleh sebab itu para
pedagang harus mampu merespon secara baik peluang-peluang yang
ada. Perilaku pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua)
mempunyai perilaku yang berbeda dalam beradaptasi dan memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Adaptasi yang menjadi perilaku
pedagang mama-mama asli Papua dalam melakukan kegiatan jual beli
adalah membangun relasi dengan sesama pedagang, pembeli, atau
dengan pihak lain. Konsumen menjadi pertimbangan utama para
pedagang mama-mama asli Papua dalam memperdagangkan barang
109

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

dagangannya. Konsentrasi pada konsumen ini dirasa paling tepat
karena memberi kepastian bagi pedagang mama-mama asli Papua
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik guna mendukung
nafkah keluarga. Nafkah menjadi sebuah tuntutan untuk mencapai
derajad pemenuhan kebutuhan yang berkelanjutan. Ellis F. (2000),
mengatakan bahwa:

Pendekatan nafkah berkelanjutan berusaha mencapai kebutuhan sosial ekonomi dan ekologi secara adil dan seimbang.
Pencapaian derajad kesejahteraan sosial didekati melalui
kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam
tata nafkah.

Pandangan Ellis tersebut berhubungan dengan nafkah yang
secara umum mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik
maupun non fisik untuk menciptakan kesejahteraan. Ketergantungan
pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) yang masih
mengandalkan konstribusi lingkungan, termasuk dalam pemenuhan
nafkah keluarganya, memposisikan mereka pada kondisi sosial ekonomi yang tidak stabil, sehingga memunculkan pemikiran dan perilaku
yang tidak responsif dalam kegiatan ekonomi pasar.
Strategi pintu utama merupakan pilihan sebagian besar pedagang
pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) yang menekuni kegiatan
jual beli baik di dalam pasar maupun di luar pasar. Posisi dekat dan di
tempat terbuka bertujuan untuk mempermudah konsumen mendapatkan barang yang diinginkan, sehingga dengan demikian proses jual beli
dapat berjalan dengan cepat dan lancar. M enurut Berman dan Evans
(M a’ruf, 2006) …”lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam
bauran eceran. Pemilihan lokasi yang tepat dan strategis pada sebuah
gerai atau toko akan lebih sukses dibandingkan gerai yang berlokasi di

tempat yang kurang strategis”...
Secara umum peluang diperhadapkan dengan tantangan dan
persaingan. Upaya mengatasi persaingan untuk mencapai peluang
tersebut diperlukan kesiapan yang baik dari segi modal (immaterial
maupun material) ataupun strategi yang digunakan. M odal menjadi

110

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

ukuran utama dan pendukung pada sektor informal sebagaimana
pernyataan Subangun (1991), bahwa sektor informal meliputi:
(a) mudah untuk dimasuki; (b) bersandar pada sumber daya
lokal; (c) usaha milik sendiri; (d) operasinya dalam skala kecil;
(e) padat karya dan teknologinya bersifat adaptif; (f) ketrampilan
dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal; dan (g) tidak
terkenal langsung oleh regulasi dan dan pasarnya bersifat
kompetitif.

Sementara Soegijono (2011) mengatakan bahwa pedagang kecil (petty

trader) merupakan salah satu sektor informal. Sebagai sektor informal
biasanya para pedagang tersebut hampir tidak memiliki aturan untuk
berdagang.
Pedagang mama-mama asli Papua yang juga menjadi bagian dari
pegiat sektor informal memanfaatkan sumber-sumber daya lokal
sebagai sarana untuk mempertahankan eksistensinya di bidang
perdagangan (jual beli). Namun sayangnya, mereka masih sangat
kurang dalam hal keterampilan dan pengetahuan formal, sehingga
mereka tidak mengalami perkembangan dalam kegiatan jual beli yang
ditekuninya. Bahkan sebagian dari mereka tidak dapat meneruskan
kegiatannya karena tidak mampu bersaing dengan pedagang pendatang
dan tidak siap menghadapi modernisasi pasar.
M odal Sosial

Strategi pintu utama bisa berjalan secara efektif dan efisien jika
didukung oleh modal sosial dan relasi yang baik dari para pedagang.
M elalui proses modal sosial yang baik akan terbuka peluang yang lebih
luas dalam kegiatan jual beli dari para pedagang tersebut. Sebagaimana
ungkapan Portes (Narayan 1999), bahwa modal sosial memiliki keunikan, karena berada pada struktur hubungan antar individu. Untuk
mendapatkan modal sosial, seseorang harus berhubungan dengan orang
lain dimana keduanya akan saling memperoleh manfaat. M enurut
Colomen (Narayan 1999), modal sosial hanya akan bermanfaat apabila
didistribusikan antara individu dalam struktur sosial yang mempunyai
sifat “barang milik umum”.
111

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

M odal sosial yang efektif akan memunculkan kondisi saling
membutuhkan di antara para pedagang maupun dengan pihak lain,
namun juga harus ditunjang oleh rasa percaya yang kuat dari masingmasing pihak sesuai kesepakatan yang sudah menjadi norma dalam
hubungan sosialnya. Putnam (Field 2010) mengatakan, bahwa modal
sosial sebagai bagian dari organisasi sosial yang meliputi kepercayaan,
norma, dan jaringan dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan
memfasilitasi tindakan yang terkoordinasi. M enurut Tonkiss (Aloysius
Gunadi Brata, 2004) modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau
dapat membantu individu atau kelompok, misalnya untuk mengakses
sumber-sumber keuangan mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi.
M odal sosial tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, baik
dalam bentuk formal maupun informal. Dalam kehidupan bermasyarakat akan tercipta sebuah relasi yang akan melahirkan kerjasama di
antara individu maupun kelompok. Di dalam relasi dan kerjasama
dituntut perilaku saling percaya yang kuat dan terbuka. Agar kerjasama
dapat berjalan dalam jangka waktu yang lama, maka kesepakatan harus
ditaati untuk menjamin keharmonisan. M enurut Geertz (1989), dalam
suatu organisasi kerja, hubungan-hubungan kerja yang stabil hanya
terdapat pada unsur-unsur yang menyangkut individu tersebut dalam
menjalin hubungan kerja sama. Kerjasama merupakan langkah strategis
untuk mempertahankan dan melanggengkan usaha, dan juga penting
untuk menjaga efektivitas kelompok dalam jangka panjang (Brodt dan
Korsgaard, 2003).
Pintu utama menjadi strategi pedagang mama-mama asli Papua
untuk mempertahankan eksistensi dagangnya. Strategi ini menjadi cara
paling tepat bagi mereka karena didukung oleh kondisi pasar secara
fisik yang masih luas dan berada pada posisi yang strategis. Dalam
proses kegiatan jual belinya telah tercipta ruang relasi yang akrab di
antara penjual maupun pembeli yang memungkinkan terjadinya tawarmenawar di antara mereka. Hal ini dikemukakan Yamato (2011)1
Sumber: Tinjauan Pustaka. Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/
bitstream/handle/123456789/55740/BAB%20I I%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=
5. Di kunjungi tanggal 20 Maret 2013.

1

112

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

bahwa kelebihan dari pasar tradisional adalah memiliki lokasi yang
strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap,
memiliki harga yang rendah, serta sistem tawar-menawar yang menunjukkan sikap kearaban antara penjual dan pembeli.
Pasar tradisional memberi peluang bagi pedagang atau penjual
lebih leluasa dalam kegiatan jual belinya. Pasar tradisional dengan
karakteristiknya memberi kesempatan yang lebih menguntungkan bagi
para pedagang terutama pada aspek lokasi yang memberi ruang gerak
yang lebih leluasa untuk kegiatan jual belinya. Dalam proses kegiatan
jual beli, pasar tradisional juga mempunyai sisi positif yang lain, yaitu
keragaman jenis barang jualan, harga barang yang terjangkau, adanya
sistem tawar-menawar, serta terjadinya keakraban antara penjual dan
pembeli. Beberapa keunggulan pasar tradisional tersebut mampu
mempengaruhi para konsumen untuk datang dan berbelanja. Basri
(2012) mengatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya pembeli yang datang ke pasar tradisional di antaranya adalah:
faktor kenyamanan (fasilitas, kebersihan, keamanan, dan lain sebagainya); ketersediaan barang dengan berbagai macam variasinya, kualitas
barang (kesegaran sayur-mayur, ikan, daging, dan lain sebagainya);
harga yang relatif lebih murah; dan adanya kesempatan untuk tawarmenawar.
Peluang-peluang strategis yang dimiliki oleh pasar tradisional
akan mendukung dan memberi konstribusi positif bagi para pedagang
terutama pada perubahan pendapatan. Kontribusi pendapatan pada
umumnya tergantung pada potensi lokal yang dimiliki oleh para
pedagang. Dengan potensi tersebut secara perlahan akan memberi
peningkatan dan perbaikan kesejahteraan, sekaligus meningkatkan
daya beli konsumen. W idjojo (2009) mengatakan bahwa, peningkatan
tahap kegiatan ekonomi dari subsisten menuju ekonomi pasar diharapkan akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya
beli, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seiring
dengan berbagai perubahan yang terjadi di perkotaan maupun di
perkampungan.

113

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

Kerjasama

Strategi pintu utama bagi pedagang mama-mama asli Papua akan
berjalan secara maksimal apabila ada kerjasama antara mama-mama
dan anggota keluarga (suami atau anak). Kerjasama di antara anggota
keluarga dalam proses kegiatan jual beli akan memperlancar kegiatan
ekonomi yang dilakukan, karena di antara suami dan istri mempunyai
peranan dan fungsi masing-masing baik menyangkut informasi, fasilitas, maupun modal-modal lain yang lebih produktif (arisan, pelatihan,
dan simpan pinjam) ke arah yang lebih efektif dan efisien. Kerjasama
diantara anggota keluarga yang dimaksudkan antara lain: pembagian
kerja antara suami, istri dan anak untuk mengurus kebun, mengambil
hasil kebun dan membawanya sampai ke Pasar. Selain itu, mereka juga
membagi kerja untuk mengurus rumah dan keluarga misalnya:
pembagian tugas menyediakan makan keluarga, tugas bersih-bersih
dan pembagian kerja lainnya di rumah. Namun harapan ini bagi
pedagang mama-mama asli Papua khususnya di Pasar Remu dirasa
kurang maksimal, karena sebagian dari anggota keluarga (terutama
suami) belum berperan secara aktif dalam kegiatan jual beli yang
dimaksud. Perilaku para suami ini dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan baik dari sisi tradisi maupun kemampuan akses terhadap
faktor-faktor penunjang tersebut.
Seperti dikemukakan Torkelsson (2007), bahwa ikatan dan
kerjasama penduduk perempuan sangat bergantung pada dukungan
penduduk laki-laki. Bentuk dukungan dapat berupa informasi dan
pemberian fasilitas bagi istri untuk melaksanakan kegiatan produktif
seperti arisan, pelatihan, simpan pinjam dan sebagainya. Sementara
Kutanegara (Irwan Abdullah, 2006), mengatakan bahwa pasar telah
memberi kesempatan kepada perempuan untuk menciptakan “dunia
baru” yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk mencari
keuntungan, tetapi juga sebagai tempat rekreasi dan memperoleh
informasi baru. Sementara Assauri (2010) menjelaskan bahwa, pada
mulanya istilah pasar dikaitkan dengan pengertian tempat pembeli dan
penjual bersama-sama melakukan pertukaran. Pengertian itu berkembang menjadi pertemuan atau hubungan antara permintaan dan
penawaran.
114

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

Ruang pasar dengan berbagai kegiatan dan perilaku dari para
pedagang akan memberi peluang positif bagi para pedagang itu sendiri.
Perilaku pedagang di berbagai kegiatan tersebut akan menciptakan
transformasi baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pedagang bukan hanya mencari
manfaat keuntungan tetapi itu sebagai bagian dari momen menyegarkan pikiran dan semangat baru. M enurut M angkunegara (2003),
perilaku konsumen adalah tindakan-tindaan yang dilakukan individu,
kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan barang-barang
atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Keterlibatan Pemerintah
Pada bagian lain yang dirasa kurang oleh pedagang mama-mama
asli Papua adalah keterlibatan pemerintah dalam hal permodalan dan
sarana prasarana. Dibutuhkan sistem perbankan yang lebih sederhana
agar pedagang pribumi (mama-mama asli Papua) lebih mudah mengakses pinjaman modal usaha, sehingga usahanya cepat berkembang dan
peningkatan pendapatan dapat tercapai secara maksimal. Di samping
modal usaha, fasilitas tempat jualan dan alat transportasi juga menjadi
hal penting dalam proses kegiatan jual beli yang dilakukan pedagang
mama-mama asli Papua. Fasilitas atau sarana distribusi barang dari dan
ke tempat jualan (pasar) yang belum lancar dan sulit secara tidak
langsung menghambat pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan eksistensinya di bidang perdagangan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus pemerintah dalam menentukan kebijakan pasar
sehingga pedagang mama-mama asli Papua mampu bertahan. Ife (2008)
mengatakan bahwa, kebijakan-kebijakan aksi afirmatif 2 atau diskriminasi positif mengakui keberadaan kelompok-kelompok yang dirugikan (kadang dinyatakan secara spesifik dalam istilah-istilah struktural),

Kebijakan aksi afirmatif berasal dari affirmative action, yaitu praktik atau prinsip,
apabila memilih orang untuk, misalnya, suatu pekerjaan atau suatu kursus pendidikan,
dengan mendahulukan orang yang sering kali diperlakukan tidak adil terutama karena
jenis kelamin atau ras; disebut sebagai diskriminasi positif (I fe, 2008).

2

115

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

dan berupaya untuk memperbaiki keadaan ini dengan ‘mengubah
aturan-aturan’ untuk menguntungkan kelompok yang dirugikan.
Kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua di ruang
pasar menghadapi persaingan yang cukup tajam. Posisi kegiatan antara
pedagang mama-mama asli Papua dengan pedagang pendatang mempunyai peluang dan kesempatan yang berbeda. Pedagang pendatang lebih
berpeluang dan menguasai sebagian besar aset pasar baik secara fasilitas
maupun posisi ruang pasar yang dianggap berpotensi untuk pengembangan kegiatan jual beli. Sementara pedagang mama-mama asli Papua
(pribumi) mempunyai peluang sangat sedikit terhadap fasilitas pasar
yang layak dan memadai untuk pengembangan ekonomi atau kegiatan
jual belinya. Pedagang mama-mama asli Papua (pribumi) merasa
kurang diuntungkan, sehingga dalam aktivitas dagangnya mereka tidak
mampu bersaing.
Gobay (2007) mengatakan bahwa, orang asli Papua selama ini
tidak menguasai modal, tetapi hanya mengandalkan hidupnya dari
usaha tradisional yang tidak mementingkan atau mengejar uang
sebagai alat yang paling berpengaruh dalam urusan perekonomian.
Karena itulah, sangat nampak adanya kesenjangan ekonomi antara
orang pendatang dan orang asli Papua. Selain itu, kegiatan jual beli
diantara para pedagang mempunyai cara masing-masing untuk
mendapatkan bahan baku dalam berkegiatan jual beli. Pada bagian ini
terjadi secara terbuka bagi para pedagang untuk berkreasi dan bekerja
keras dalam memanfaatkan situasi dan peluang yang berkaitan dengan
persediaan dan penggunaan bahan baku yang diperlukan oleh para
pedagang dan konsumen. Pada posisi ini pun para pedagang mamamama asli Papua sedikit mengalami kesulitan, dan kurang berakses
secara luas terhadap peluang ekonomi yang lain.
Sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua mengandalkan
komoditi lokal sebagai bahan baku utama dalam bertransaksi di pasar.
Dari sisi permodalan dan keterampilan yang berkaitan dengan dunia
ekonomi (bisnis), mereka kurang didukung oleh pemerintah. Padahal
modal finansial dan informasi keterampilan merupakan bagian yang
sangat penting dalam mendukung kegiatan ekonomi pedagang. Oleh
116

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

sebab itu dengan berbagai kondisi yang kurang berpihak tersebut
membuat para pedagang mama-mama asli Papua tidak dapat memanfaatkan peluang untuk pengembangan kegiatan ekonominya. Kenyataan ini menimbulkan dua kelompok yang berbeda dalam ruang
kegiatan ekonomi masyarakat, ada kelompok yang beruntung dan eksis
pada ruang ekonomi tersebut, namun ada juga kelompok yang berada
pada kondisi memprihatinkan. Kondisi ini seperti dikatakan oleh Kuba
Nelson Victoria (Abraham, 1991), bahwa:
 Makin tinggi tingkat marginalitas individu atau kelas, makin
besar dukungan gerakan-gerakan revolusioner oleh individu-individu atau kelompok-kelompok seperti itu;
 makin besar tingkat konflik terhadap sumber-sumber
ekonomi dalam kelas-kelas sosial, makin besar dukungan
mereka terhadap revolusi;
 makin rendah tingkat insititusionalisasi, makin besar
dukungan gerakan-gerakan revolusioner.

Pernyataan Kuba Nelson Victoris merupakan sebuah peringatan
dalam kehidupan bermasyarakat, baik secara ekonomi maupun non
ekonomi. Pada posisi ekonomi pedagang mama-mama asli Papua dan
masyarakat pribumi pada umumnya mengalami kondisi yang sama.
Sadar atau tidak, kenyataan ini terjadi secara terus-menerus dalam
kehidupan masyarakat pribumi. Kondisi ini cepat atau lambat akan
menimbulkan kekuatan-kekuatan baru yang menuntut sebuah perubahan pada semua aspek kehidupan masyarakat. M enurut Gobay
(2007), dominasi aset ekonomi di Papua berada di tangan para
pendatang. Dominasi aset ekonomi tersebut dapat dilihat dalam tiga hal
yaitu penguasaan modal, perampasan dan/atau penguasaan tanah dan
penguasaan pasar. Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa ketika
sebuah komunitas menguasai sumber ekonomi di wilayah tertentu,
maka merekalah yang menguasai kehidupan orang di wilayah itu. Jadi,
ketika orang pendatang menguasai atau mendominasi sumber ekonomi
melalui ketiga indikator tersebut, maka mereka sesungguhnya menguasai hidup orang asli Papua.
Persaingan akan memberi sisi positif dan negatif bagi para
pedagang. Sisi positif yang secara tidak langsung dirasakan oleh peda117

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

gang mama-mama asli Papua adalah motivasi untuk mempertahankan
dan melakukan kegiatan ekonomi di pasar. Semangat dalam mempertahankan kegiatan jual beli tentu didukung dengan cara-cara atau
strategi yang tepat yang berkaitan dengan peluang-peluang yang ada,
antara lain bagaimana cara mendapatkan barang dagangan dan
bagaimana proses mendagangkan barang dagangannya. Namun persaingan antara sesama pedagang pribumi tidak begitu nampak karena
adanya tali persaudaraan yang masih sangat kuat. Daeng (2000)
mengatakan bahwa, identitas tradisional ini dilingkari oleh batas
primordial dalam wujud ikatan keluarga, desa, suku, dan agama.
Sisi positif yang lain adalah, pedagang mama-mama asli Papua
memiliki kemampuan menarik pembeli dengan cara menurunkan
harga barang, membeli dalam jumlah banyak diberikan potongan
harga, melayani pembeli dengan baik dan sabar, serta memberi bonus
tambahan pada pembelian barang tertentu. M enurut Kotler dan
Amstrong (2001), harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk
produk atau jasa, sedangkan harga adalah jumlah dari seluruh nilai
yang konsumen tukarkan untuk jumlah, manfaat dengan memiliki atau
menggunakan suatu barang dan jasa. Sementara M owen (2002)
mengatakan, kualitas pelayanan merupakan evaluasi konsumen tentang
kesempurnaan kinerja layanan. Kualitas pelayanan bersifat dinamis
yaitu berusaha menurut tuntutan pelanggan. Beberapa cara ini
merupakan perilaku pedagang mama-mama asli Papua dalam proses
berjualan secara terbuka di pasar. Perilaku ini juga merupakan hasil
dari proses persaingan secara tidak langsung pada kegiatan jual beli di
pasar.
Sisi negatif yang terjadi adalah, munculnya kecemburuan antara
pedagang pribumi dengan pedagang pendatang dalam hal fasilitas yang
diberikan oleh pemerintah. Hal ini akan memicu potensi konflik,
karena penguasaan sumber ekonomi oleh sepihak, sehingga masingmasing pihak menggunakan caranya untuk merebut peluang-peluang
ekonomi yang ada. Siapa yang kuat, baik secara modal maupun strategi
maka dialah yang beruntung, begitu pun sebaliknya. Pada bagian ini
pedagang mama-mama asli Papua (pribumi) tentu mengalami kesulitan, karena kegiatan jual beli mereka tidak ditunjang oleh keahlian
118

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

berdagang; kurangnya dukungan kebijakan pemerintah; tidak adanya
kemampuan mengelola uang untuk tujuan produktif; jenis barang
dagangan (komoditi) yang dijual hanya hasil alam; kurangnya relasi
dengan pedagang pendatang, serta kurangnya modal yang cukup untuk
pengembangan usahanya.
Sisi negatif yang lain adalah, sebagian besar pedagang mamamama asli Papua memiliki pemikiran bahwa jenis barang dagangan
yang dijual masih dimanjakan oleh alam. Jenis barang dagangan itu
dapat diperoleh dari hasil kebun sendiri atau membeli dari orang lain
sehingga mereka hanya berpikir untuk laris terjual saja. Di sisi lain
pedagang mama-mama asli Papua merasa bahwa sebagai orang asli
Papua (pribumi), tentu tidak begitu sulit untuk memperoleh akses
terhadap kebutuhan hidup. Oleh sebab itu kegiatan ekonomi yang
dilakukan lebih berorientasi pada desakan kebutuhan hidup keluarga
saja, bukan untuk pengembangan kegiatan ekonomi di pasar.

Strategi untuk M endapatkan M odal Jualan (M odal Usaha)
Akses modal sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua
untuk menunjang kegiatan jual belinya di pasar belum maksimal.
M odal yang dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua masih
secara mandiri dengan bekerjasama secara pribadi pada penyedia jasa
pinjaman yang disebut koperasi simpan pinjam. Lembaga koperasi
simpan pinjam merupakan koperasi yang dikelola secara pribadi di luar
ketentuan perbankan, dan mempunyai sistem pengembalian yang
berbeda. Proses peminjaman modal antara koperasi simpan pinjam dan
pedagang mama-mama asli Papua dilakukan dan disepakati secara
bersama menyangkut besar pinjaman dan cara pengembaliannya.
Kesepakatan peminjaman modal pada koperasi simpan pinjam sesungguhnya sedikit memberatkan pedagang mama-mama asli Papua, karena
sistem pengembalian dilakukan per hari, dan besar pengembalian per
hari disesuaikan dengan besar pinjaman, sehingga dalam perjalanan
waktu mereka terkadang mengalami kesulitan. Apabila pada saat
pengembalian, para pedagang mama-mama asli Papua ini tidak mampu

119

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

membayar angsuran, maka diberikan kesempatan pada hari berikutnya
dengan tidak mengurangi jumlah pengembalian pada hari sebelumnya.
Secara administratif, koperasi simpan pinjam memiliki cara yang
lebih sederhana dibandingkan lembaga perbankan formal. Namun
pinjaman yang berbentuk kredit ini lebih mirip rentenir (pinjaman
jangka pendek dengan bunga tinggi), sehingga hal ini mempengaruhi
pengelolaan pendapatan hasil jualan. Antara pengeluaran dan
pendapatan tidak seimbang, sehingga pedagang tidak memiliki modal
untuk pengembangan usaha. Sebagaimana Pandu Suharto (1991),
mengatakan bahwa, lebih mudah dan cepat, sumber keuangan yang
paling sering dikunjungi adalah rentenir. Sedangkan menurut Eddy
Priyono (1998) dan Adi Sasono (1999) bahwa, ada banyak lembaga
finansial formal dan informal, namun karena operasinya bertumpu
pada regulasi dan prosedur formal dengan menggunakan aplikasi yang
hanya mampu diakses oleh masyarakat dengan pendidikan yang
rendah, maka kredit-kredit semacam ini umumnya gagal memenuhi
kebutuhan modal kerja usaha bakul (pedagang).
Sumber modal yang tidak sulit secara administrasi merupakan
pilihan utama bagi sebagian besar pedagang kecil, karena pedagang
kecil ingin memperoleh modal dengan cara mudah dan cepat. Secara
umum pedagang kecil selalu mempunyai akses yang sangat kurang
terhadap modal, hal ini dikatakan oleh Revrisond Baswir (1997),
bahwa salah satu masalah besar yang umum dihadapi oleh usaha kecil
dan mikro adalah keterbatasan akses sumber daya modal. Gunawan
Sumodiningrat (1998) mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah
pada umumnya dipandang oleh banyak pihak, tidak memenuhi
kualifikasi perbankan.
Sumber modal lain yang digunakan oleh pedagang mama-mama
asli Papua adalah modal pribadi. M odal pribadi diperoleh dengan usaha
sendiri berupa modal simpanan, pinjaman pada pihak keluarga, ataupun kerjasama dalam bentuk modal di antara para pedagang (arisan).
Sebagaimana dikatakan oleh Riza Primahendra (2001) dan Tulus
Tambunan (1998), bahwa sumber pembiayaan sangat bervariasi, bisa
dalam bentuk tabungan pribadi; pinjaman atau bantuan keuangan dari
120

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

keluarga atau kenalan; pinjaman dari pensuplai bahan baku dalam
bentuk pembayaran belakangan; uang dalam bentuk pembayaran di
muka (sebagian atau seluruhnya) dari pembeli; pinjaman dari pedagang; sampai dengan bagian keuntungan yang diinvestasikan. Dua
sumber modal usaha inilah yang digunakan oleh sebagian besar
pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan kegiatan
ekonomi di pasar dan untuk pendapatan keluarganya.
Sajogyo (1982), mengatakan bahwa alasan utama melakukan
strategi nafkah ganda pada rumah tangga berbeda pada masing-masing
lapisan. Pada rumah tangga lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan
strategi akumulasi modal dan lebih bersifat ekspansi usaha, sedangkan
pada lapisan menengah, pola nafkah ganda merupakan upaya konsolidasi untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga. Sebaliknya pada
lapisan bawah, pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan hidup
pada tingkat subsisten dan sebagai upaya untuk keluar dari kemiskinan
Strategi pintu utama dan seluruh prosesnya yang dilakukan oleh
pedagang mama-mama asli Papua lewat kegiatan jual beli baik di pasar
maupun di luar pasar merupakan sebuah kondisi yang mendorong dan
memotivasi mereka untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan
ekonomi yang dilakukan pedagang mama-mama asli Papua dengan
kekuatan strategi pintu utama menjadi sebuah alasan untuk menjawab
dan mengatasi persoalan kebutuhan keluarga. Sebagaimana dijelaskan
oleh Bagong Suyanto (1996), bahwa ada beberapa alasan mengapa
kaum perempuan banyak yang memilih menekuni pekerjaan di sektor
perdagangan atau bakulan ini. Pertama, alasan ekonomi atau karena
responden merasa bahwa selama ini penghasilan yang diperoleh suami
relatif kurang, sehingga kemiskinan ini telah mendorong wanita tidak
tinggal diam, mereka turut bekerja dengan modal terbatas atau hampir
tanpa modal sama sekali. M enjadi bakul atau berdagang kecil-kecilan
adalah salah satu cara untuk tetap survive di tengah tekanan kemiskinan yang semakin berat. Kedua, daya tarik sektor perdagangan itu
sendiri. Ciri-ciri sektor perdagangan di pasar tradisional mirip dengan
sektor perdagangan informal, di samping memiliki kapabilitas yang
besar, juga lentur dalam menyerap tenaga kerja, sehingga sektor ini

121

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

mudah dimasuki oleh mereka yang berpendidikan rendah dan tidak
memiliki keterampilan cukup. Ketiga, besar kecilnya resiko usaha.
Bidang pertanian yang menjadi andalan penduduk pedesaan sangat
tergantung pada musim yang dapat berubah-ubah dan gangguan lain
seperti hama penyakit, bencana alam dan lain sebagainya. Usaha
bakulan di pasar tradisional selain dapat dijagake (diandalkan) dan ajeg
(teratur), dari segi resiko juga relatif kecil karena bisa berdagang
hampir tanpa modal. Keempat, tekanan struktural yang berasal dari
lingkungan mereka. Karena tidak memiliki tanah yang memberi daya
dukung bagi keberlangsuangan kehidupan keluarga, menyebabkan
perempuan cenderung bekerja di sektor perdagangan daripada sektor
pertanian sebagai buruh atau petani gurem misalnya. Lagipula dengan
adanya revolusi hijau yang mendorong mekanisasi dalam bidang
pertanian mulai dari menyiapkan tanah sampai memetik hasilnya telah
menggeser sejumlah besar tenaga kerja perempuan dari sektor pertanian di pedesaan. Tenaga kerja menyiangi rumput di sawah (matun) atau
panen padi dengan ani-ani telah digantikan dengan cara-cara yang
lebih modern. Demikian juga pengolahan padi menjadi beras yang di
masa lalu dilakukan dengan ditumbuk di lesung digantikan oleh mesin
huller. Kelima, berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan pribadi
perempuan. Alasan untuk berusaha di sektor perdagangan ini adalah
keinginan kaum perempuan sendiri untuk meningkatkan bargaining
position-nya, baik dihadapan suami, anak-anaknya, ataupun sesama
perempuan.

Kesimpulan
Berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan Pedagang mamamama asli Papua merupakan sebuah cara untuk mengatasi persoalan
utama keluarga. Cara yang digunakan oleh pedagang mama-mama asli
Papua untuk mempertahankan kegiatan ekonomi pasar adalah dengan
strategi pintu utama. Strategi pintu utama ini menjadi sebuah pilihan
bagi pedagang mama-mama asli Papua agar lebih eksis dan melariskan
barang dagangan yang dijual. Strategi pintu utama ini dilakukan
dengan cara berpindah-pindah dengan pertimbangan konsentrasi
122

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

konsumen dan kondisi pasar. Di samping itu sebagian besar pedagang
mama-mama asli Papua dalam mempertahankan hidup dan kegiatan
ekonominya di pasar dilakukan secara mandiri tanpa ada keterlibatan
pemerintah, utamanya pada modal dan informasi pembinaan keterampilan yang berkaitan dengan perdagangan.
Strategi pintu utama menjadi pilihan pedagang mama-mama asli
Papua dalam upaya melariskan barang dagangannya, sedangkan proses
mendapatkan barang dagangan menggunakan tiga cara. Pertama, hasil
kebun sendiri yang dikelola secara pribadi; kedua, membeli pada orang
lain atau sesama pedagang; dan ketiga, gabungan antara keduanya.
Cara-cara tersebut dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua
untuk mempertahankan eksistesinya dalam kegiatan ekonomi di pasar.

123

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

124

Dokumen yang terkait

Prevalensi Serologi Sistiserkosis pada Babi yang dijual di Pasar Remu Kota Sorong, Papua Barat.

0 4 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wirausaha Migran Makassar di Papua T2 092010004 BAB VI

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB IV

0 1 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB V

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Migran dalam Bingkai Orang Papua T2 092011007 BAB VI

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kaya di Perantauan (Studi Kelompok Pedagang Perantau Etnis Buton di Pasar Rumah Tiga Kota Ambon) T2 092007007 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kaya di Perantauan (Studi Kelompok Pedagang Perantau Etnis Buton di Pasar Rumah Tiga Kota Ambon) T2 092007007 BAB II

0 0 18