Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB V

Bab Lima

Kegiatan Pedagang M ama-mama Asli
Papua di Pasar Remu

Pengantar
Pasar Remu menjadi salah satu tempat yang tidak pernah sepi
dari kegiatan ekonomi khususnya pembeli dan penjual. Keberadaan
para pedagang berasal dari berbagai etnis dan budaya maupun mata
pencarian yang berbeda-beda. Setiap pedagang, tak terkecuali pedagang
mama-mama asli Papua mencoba menekuni dan melakukan jual beli
dengan cara dan kebiasaannya masing-masing dengan jenis barang
dagangan yang berbeda-beda. Kegiatan jual beli dengan seluruh persoalan yang terjadi di dalamnya menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari para pedagang mama-mama asli Papua.
Berbagai tantangan dan kekurangan menjadi hambatan baik secara
interen maupun eksteren.
M engiringi proses kegiatan jual beli yang juga menjadi bagian
dari mata pencarian yang harus dipertahankan, itupun dijalani dengan
cara dan kemampuan yang mereka miliki. Olah sebab itu pada bagian
ini peneliti ingin menguraikan tentang waktu yang digunakan untuk
melakukan kegiatan jual beli, proses memperoleh barang dagangan,

dan harga barang dagangan yang dijual.

71

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

W aktu Kegiatan Pasar Pedagang M ama-mama Asli Papua
Kegiatan jual beli di Pasar Remu yang dijadwalkan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Sorong dibuka dari jam 6 pagi hingga
jam 5 sore. Pada jam-jam tersebut merupakan rentang waktu ketentuan
aktivitas Pasar Remu yang diberlakukan oleh pemerintah. M eskipun
demikian ada sebagian pedagang yang mulai mempersiapkan barang
dagangannya sekitar jam 4 pagi. Pada jam 5 pagi, mereka memulai
aktivitas jual beli secara langsung, dan kegiatan ini berakhir hingga
sekitar jam 6 sampai 7 malam. M ereka umumnya adalah pedagang
mama-mama asli Papua yang berdomisili di Kota Sorong dan di sekitar
wilayah pasar.
Kegiatan jual beli di Pasar Remu terbagi atas tiga kelompok
pedagang, yaitu pedagang pagi, pedagang siang dan pedagang sore. Ada

pedagang pagi yang melakukan kegiatan jual beli sampai sore, ada juga
yang hanya sampai siang saja. Aktivitas ini tergantung pada ketersediaan barang yang dijual. Apabila barang dagangan itu sudah habis,
maka pedagang mama-mama asli Papua itupun kembali ke rumah atau
pulang. Ada di antara pedagang mama-mama asli Papua yang hanya
berjualan pada siang hari saja, karena barang yang didagangkan
diperoleh dari kebun sendiri. M ereka butuh waktu untuk memindahkan barang dari kebun ke rumah dan itu dilakukan pada waktu pagi
hari. Ada juga yang mempunyai barang dagangan, tetapi tidak mempunyai tempat jualan sehingga dia memilih untuk melakukan kegiatan
pasarnya pada sore hari karena tempat jualannya digunakan oleh
pedagang lain pada pagi hari. Dalam istilah perusahaan kegiatan ini
disebut shift (pergantian/pergeseran). Dapat dikatakan bahwa aktivitas
pedagang di Pasar Remu ini fleksibel, kegiatan jual beli bisa berlangsung pada pagi sampai sore hari, siang sampai sore hari, atau hanya sore
hari saja, tergantung pada persediaan barang jualan yang masih ada,
begitupun sebaliknya.
Dari tiga waktu aktivitas pedagang mama-mama asli Papua di
Pasar Remu ini memiliki hambatan dan peluang tersendiri. Kegiatan
jual beli pada pagi hari bagi pedagang yang tinggal di dalam kota tidak
terlalu mengalami kesulitan dalam hal transportasi. M ereka bisa
72

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu


menggunakan jasa ojek karena pertimbangan waktu, sebab transportasi umum lebih melayani penumpang anak sekolah dan pegawai
yang berangkat pada pagi hari sekitar jam 6 sampai jam 7.30. Sedang
pedagang mama-mama asli Papua yang juga melakukan kegiatan jual
beli pada waktu yang sama (pagi) namun berposisi di daerah trans
Sorong yang jauh dari kota sedikit mengalami hambatan transportasi.
Pada umumnya transportasi dari dan ke daerah trans tidak begitu
lancar, mereka hanya beroperasi di saat ada penumpang serta mobilmobil tertentu yang membawa barang jualan para pedagang dari
daerah trans ke Pasar Remu. Dengan demikian pedagang mama-mama
asli Papua dari daerah trans hanya bisa melakukan kegiatan jual beli
pada pagi sampai siang hari.
Dua perbedaan pilihan waktu kegiatan jual beli pedagang
mama-mama asli Papua di Pasar Remu ini mempunyai alasan masingmasing. Ada yang menyesuaikan dengan batas waktu angkutan umum
ke daerah trans, ada juga yang karena kehabisan persediaan barang
dagangan. Namun kegiatan jual beli pada pagi hari menjadi pilihan
kebanyakan pedagang, baik pedagang pendatang maupun pedagang
pribumi khususnya pedagang mama-mama asli Papua, baik yang dari
kota maupun dari daerah trans. Hanya sedikit yang melakukan
kegiatan jual beli pada waktu sore hari.
Pedagang mama-mama asli Papua yang memilih melakukan

kegiatan jual belinya antara pagi sampai sore karena pertimbangan
peluang. Pertimbangan tersebut karena pada pagi hari banyak pembeli
yang berbelanja, selain itu barang jualannya masih dalam keadaan
segar, harga barang masih tetap standar pasar, dan mempunyai semangat pagi untuk beraktivitas serta terlepas dari urusan keluarga. Dari
beberapa pertimbangan inilah yang menjadi alasan pedagang mamamama asli Papua lebih memilih melakukan jual beli pada pagi hari.
Sementara sebagian pedagang mama-mama asli Papua yang memilih
melakukan kegiatan jual beli pada sore hari, karena masalah kurangnya
ketersediaan tempat jualan pada pagi hari.
Permasalahan yang dihadapi oleh pedagang mama-mama asli
Papua pada kegiatan jual beli di sore hari adalah: waktu jual beli

73

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

terbatas, harga barang bisa berubah, dan angkutan umum yang mulai
terbatas. Namun dari sisi keramain pembeli tidak jauh berbeda dengan
keramaian pada pagi hari. M enurut salah satu pedagang mama-mama
asli Papua, M ama Tina W akum1 seperti berikut ini:

Ya tergantung jualan too... tiap hari too, dari jam 6, kita dari
rumah jam 6 pagi sampe jam 5 sore. Jam 5, kadang jam 6,
pokoknya dimana tong pu jualan habis, ya tong pulang.

M aksud informan di atas bahwa:
Ya tergantung jualannya… tiap hari, kita dari rumah jam 6
pagi berjualan di pasar sampai jam 5 sore. Jam 5, kadang jam
6, pokoknya dimana kita punya jualan habis, ya kita pulang.

Penjelasan mama Tina W akum tentang waktu memulai kegiatan jual beli tidak menentu, dan kegiatan jual beli bisa selesai atau
berakhir tergantung pada barang dagangan yang terjual. Aktivitas jual
beli ini berjalan secara terus-menerus dengan cara yang tergantung
pada kondisi pasar, dan cara ini tetap dipertahankan oleh sebagian
besar pedagang mama-mama asli Papua.
Keterangan yang sama pun diungkapkan oleh Mama Salomi
2

Sesa berikut ini:
Rame itu pagi, pagi tuu yang orang masuk untuk belanja
ayam, belanja ikan, warung makan di dalam, tapi s’karang

yang kalo jam – jam begini tuu sunyi, tidak ada orang yang
belanja disini, kurang. Kalo di luar sana iya, Pagi ka, siang
ka, sore ka itu yang orang banyak, orang belanja too...
belanja banyak yang masuk keluar. tapi kita disini tarada.

Informasi di atas menjelaskan bahwa:
Ramainya pagi, pagi itu yang orang masuk untuk beli ayam,
beli ikan, terus ada warung makan di dalam lagi, tapi
1
2

Wawancara dilakukan tanggal 17 September 2013, di Pasar Remu.
Wawancara dilakukan tanggal 17 September 2013, di Pasar Remu.

74

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

s’karang sudah siang, jam-jam begini sudah sunyi, tidak ada
orang yang beli disini, pembeli kurang. Kalau diluar sana iya,

baik pagi, siang maupun sore orang banyak yang membeli.
Pembeli banyak yang masuk keluar disana. Tapi kita di sini
tidak.

Pengakuan mama Salomi Sesa berhubungan dengan perbedaan
waktu aktivitas pasar pagi dan sore hari yang terlihat ramai dan tidak
ramai, begitu pun perbedaan pada posisi pasar antara yang ada di luar
dan yang ada di dalam, sehingga pada waktu tertentu para penjual
beralih pada posisi pasar yang dianggap ramai oleh pembeli. Saat sepi
pembeli yang dirasakan oleh penjual adalah pada siang hari karena
aktivitas sebagian besar masyarakat sudah mulai berkurang dan
digunakan untuk waktu istirahat. M eskipun demikian aktivitas jual
beli di pasar masih tetap terlihat pada bagian tertentu.
Peneliti mengamati aktivitas pedagang mama-mama asli Papua
di pasar, baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum
terlihat konsentrasi kegiatan jual beli merata, baik di bagian dalam
maupun di bagian luar pasar, para pedagang tetap berada pada tempat
dan kegiatannya masing-masing. Jikalau terlihat ada kesibukan, maka
kesibukan itu dikarenakan ada sebagian pedagang mama-mama asli
Papua memilih melakukan kegiatan jual beli dengan cara berpindahpindah, kadang mereka berjualan di bagian dalam, tetapi pada waktuwaktu tertentu mereka berjualan di bagian luar pasar. Hal ini dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua karena pertimbangan

peluang mencari pembeli.
M enurut peneliti, cara ini menjadi sebuah strategi bagi
pedagang mama-mama asli Papua untuk melariskan barang dagangannya supaya bisa habis terjual, karena sebagian besar barang jualan
mereka merupakan barang dagangan yang tidak tahan lama. Fenomena
yang sama juga terlihat pada pedagang mama-mama asli Papua yang
berasal dari daerah trans Sorong. M ereka memilih berjualan di Pasar
Remu, karena pertimbangan peluang pasar sekalipun di daerah trans
sudah terdapat fasilitas pasar.

75

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

Pedagang mama-mama asli Papua yang berdagang di Pasar
Remu selalu berangkat pagi. Jam keberangkatan mereka berkisar antara
jam 05.00 sampai jam 10.00 pagi. Bagi mereka yang berangkat jam
05.00 pagi, umumnya untuk memborong (membeli) barang dagangan
langsung dari pemilik atau tengkulak. Biasanya penjualan dilakukan
dalam partai besar. Namun bagi penjual hasil kebun, umumntya

mereka berangkat dari rumah jam 05.00 pagi, tetapi ke kebun terlebih
dahulu untuk memanen hasil bumi, seperti kasbi (singkong), daun
kasbi, dan lain sebagainya barulah mereka membawanya ke Pasar
Remu.
M engenai jam berdagang mama-mama asli Papua di Pasar
Remu cukup bervariasi, tergantung situasi dan kondisi mereka. Ada
yang berdagang mulai dari pagi sampai hari, ada yang datang tidak
tentu (mulai jam 10.00, kadang siang hari, ada juga yang sore hari). Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: pertama, urusan
keluarga. Sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua yang
berdagang di Pasar Remu sudah berkeluarga, sehingga mereka harus
mengurus keluarganya terlebih dahulu sebelum berdagang di Pasar
Remu. Kedua, jarak tempuh. Jarak tempuh ini dibedakan menjadi tiga
bagian yaitu: (1) jarak tempuh dari rumah ke Pasar Remu; (2) jarak
tempuh dari kebun ke Pasar Remu; dan (3) jarak tempuh para
pedagang memperoleh barang dagangannya. Jarak tempuh ini sangat
berpe-ngaruh terhadap waktu berjualan mereka. Jika jarak tempuh
tersebut cukup jauh, maka waktu berjualan mereka menjadi semakin
sedikit, karena mereka baru bisa menggelar barang dagangannya
menjelang siang hari, atau bahkan sore hari.


Jenis dan Proses Distribusi Barang Dagangan
Jenis-jenis Komoditi

Komoditi barang dagangan yang dijual oleh pedagang mamamama asli Papua lebih banyak dari hasil kebun (bersumber dari hasil
alam atau hasil bumi). Dominasi barang dagangan tersebut merupakan
hasil kebun sendiri, mereka beli dari petani, atau dari pedagang

76

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

lainnya. Cara ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari mereka yang
sudah lama berdagang di pasar, sehingga mampu beradaptasi dengan
perkembangan pasar. Kemampuan ini dapat dilihat dari cara mereka
menangkap peluang dan kesempatan untuk menghadapi persaingan
pasar yang semakin kompleks, serta kesediaan mereka membuka diri
untuk menghadapi kehidupan dunia pasar.
Beberapa jenis komoditi yang dominan dijual pedagang mamamama asli Papua di Pasar Remu antara lain: ubi-ubian (kasbi/singkong,
petatas/ubi jalar, keladi/ubi), buah-buahan (pisang), sayur-sayuran

(kangkung, kacang panjang, sayur kasbi/singkong, sayur petatas/ubi
jalar, sayur bunga pepaya, sayur jantung pisang), rica/cabe, tomat, sere,
lengkuas, serta sagu. Jenis komoditi ini menjadi pilihan utama mereka,
karena mempunyai posisi yang sangat melekat dalam kehidupan
sehari-hari orang asli Papua. Di samping tidak mengenal musim, jenis
komoditi ini menjadi bahan pangan lokal dan banyak disuplai oleh
alam melalui usaha petani (bertani), sehingga keberadaannya tidak
pernah berakhir. Selain komoditi bahan pokok pangan, sebagian dari
mereka ada juga yang menjual komoditi yang bersifat musiman,
seperti: mangga, rambutan, jambu, pepaya, nanas, nangka, cempedak,
matoa, sirsak, durian, labu, buah merah, kedondong, dan lain-lain.
Karena keberadaannya yang bersifat musiman, maka komoditi ini tidak
selalu ada di pasar, dan itupun hanya dimiliki oleh sebagian kecil
pedagang mama-mama asli Papua.
Jenis komoditi dalam kegiatan jual beli pedagang mama-mama
asli Papua memiliki peluang yang berbeda sesuai kondisi, tingkat
kebutuhan pasar, dan ketersediaan barang. Dari sekian banyak
komoditi yang dijual hanya beberapa jenis komoditi yang laris terjual
seperti: sayur kangkung, kacang panjang, daun singkong (kasbi), daun
petatas (ubi jalar), daun dan bunga pepaya, bayam, jantung pisang,
terong, rica, tomat, lengkuas dan serei. Barang-barang ini dapat terjual
hanya dalam beberapa waktu saja. Untuk komoditi yang lain (di luar
kebutuhan pokok pangan), kadang laris terjual, kadang tidak, tergantung kebutuhan pembeli atau konsumen. Jikia komoditi tersebut tidak
terjual habis hari ini, mereka akan menjualnya kembali pada hari

77

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

berikutnya, demikian seterusnya. Namun ada juga pedagang yang
mengambil langkah untuk menghadapi siatuasi tersebut, antara lain
dengan menurunkan harga atau berpindah tempat jualan. Setidaknya
mereka bisa balik modal, sehingga dapat melakukan aktivitas jual beli
pada hari-hari berikutnya.
Untuk kegiatan jual beli komoditi buah pinang dan sirih yang
menjadi bagian dari identitas orang asli Papua, berbeda dari komoditi
lainnya. Perbedaan yang dimaksud adalah, kegiatan jual beli bisa
dilakukan di pasar, di luar pasar, di depan rumah ataupun di emperan
toko. W aktu jualnya pun dimulai dari siang sampai tengah malam, dan
anehnya komoditi tersebut justru laris terjual pada malam hari. Hal ini
disebabkan sebagian besar orang asli Papua dari berbagai kalangan
menggunakan waktu malam sebagai waktu santai.
Sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua hanya menjual hasil alam saja. Tidak pernah terlihat mereka menjual pakaian,
sepatu, tas, atau barang lain di luar hasil kebun. Kalaupun ada di luar
hasil kebun, itu berupa hasil kerajinan tangan sendiri seperti manikmanik (kalung, gelang, anting); noken (tas); sisir bambu; dan ketupat.
Hasil kerajinan tangan ini sebenarnya juga mempunyai peluang pasar
yang baik terutama pada jenis kerajinan tertentu (yang menarik para
pembeli), dan tingkat konsumennya pun lebih varian karena berasal
dari berbagai kalangan.

Proses Distribusi Barang Dagangan
Dalam hal distribusi barang dagangan, antara pedagang mamamama asli Papua yang tinggal di kota dan yang berada di daerah trans
berbeda. Pedagang mama-mama asli Papua yang tinggal di kota
melakukan distribusi barang dagangan melalui dua kali transportasi.
Pertama menggunakan jasa ojek memindahkan barang dagangan dari
kebun ke rumah, kemudian dari rumah ke pasar menggunakan
angkutan umum. Ongkos ojek berkisar antara Rp10.000,- sampai Rp.
20.000,- per satu kali angkut, sedangkan angkutan umum dari rumah
ke pasar sekitar Rp. 4.000,- satu kali jalan. Sebagaimana penuturan

78

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

salah satu informan pedagang mama-mama asli Papua, mama Sarwa3
berikut ini: ...”naik taksi kalo dari sana bawa jualan langsung itu 4 ribu.
Kalo bawa turun ke sini yoo nanti naik ojek lagi 10 ribu”...
Kalau dihitung, biaya transportasi yang digunakan mamamama asli Papua untuk mendistribusikan barang dagangannya dalam
satu hari harus mengeluarkan uang Rp. 14.000,- di luar pengeluaran
yang lain. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap pendapatan
bersih hasil jualan mereka, apalagi kalau pada hari tersebut mereka sepi
pembeli. Kondisi ini menjadi sebuah kenyataan yang harus dijalani
oleh pedagang mama-mama asli Papua dari hari ke hari. Hingga saat ini
belum ada solusi dari pemerintah untuk memecahkan persoalan yang
mereka hadapi.
Bagi pedagang mama-mama asli Papua yang berada di daerah
trans lebih buruk lagi. M ereka harus mengeluarkan biaya distribusi
(yang tidak membawa barang jualan dari kampung)4, kalau dari
M akbon dan Kuadas Rp 20.000,- per orang, dari M alaumkarta
Rp 30.000,- per-orang. Kalau dari Kampung dengan membawa barang
jualan (M akbon, Kuadas dan M alaumkarta) Rp 50.000,- per orang.
Kalau menyewa (carter) mobil dari M akbon, Kuadas dan M alaumkarta
Rp 1.000.000,- per mobil. Bagi mereka yang dari M aybrat (Sorong
Selatan), yang duduknya di luar (di bak mobil) ongkosnya Rp 150.000,per orang, bagi penumpang yang duduknya di dalam mobil Rp
250.000,- per orang. Kalau menyewa (carter) mobil dari M aybrat atau
Sorong Selatan Rp 2.500.000,- per mobil. Sebagaimana penuturan
mama M ina M obilala5 berikut ini:
Ketong yang dari kampung itu ada yang bayar 20 ribu tapi
itu cuma badan kosong saja tidak bawa barang, itu yang dari
Makbon dan Kuadas sana, kalo yang dari Malaumkarta itu 30
3
W awancara dilakukan tanggal 22 September 2013, di rumah Mama Sarwa (KPR
PEPABRI K MALANU).
4 Pada umumnya di Papua karena pengaruh medan tempuh jalan yang belum baik
sehingga harus didukung oleh jenis mobil yang digunakan. Jenis mobil yang digunakan
adalah mobil Extrada, Ford dan Linux, yang beroda besar, yang dibelakang mobil ada
baknya (mobil blakos atau mobil belakang kosong) itulah yang dijadikan sebagai
angkutan umum lintas Kabupaten.
5
Wawancara dilakukan tanggal 17 September 2013, di Pasar Remu.

79

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

ribu, belum lagi kalo bawa barang, bawa barang tuu 50 ribu.
Kalo sewa mobil itu 1 juta. Tapi kalo dari Maybrat, yang
duduk diluar itu 150 ribu satu orang, yang duduk didalam
mobil 250 ribu satu orang. Kalo carter mobil 2.500.000,- satu
kali jalan.

M aksud informan tersebut adalah bahwa:
Kita yang dari kampung Makbon dan Kuadas itu ada yang
membayar 20 ribu per orang tanpa membawa barang
apapun. Kalau dari Malaumkarta itu 30 ribu, belum lagi
kalau membawa barang, membawa barang itu 50 ribu. Kalau
menyewa mobil itu 1 juta. Tapi kalau dari Maybrat, yang
duduk di luar itu 150 ribu per orang, sedangkan yang duduk
di dalam mobil 250 ribu per orang. Kalau carter (sewa) mobil
dari Maybrat 2.500.000 untuk sekali jalan.

Dari pernyataan informan ini dapat diketahui bahwa biaya
transportasi yang dikeluarkan oleh pedagang mama-mama asli Papua
yang berada di daerah trans dengan jarak tempuh yang berbeda
mempunyai biaya transportasi yang berbeda pula. Bahkan biaya
transportasi tersebut terkadang melebihi harga jual barang dagangan
yang mereka bawa. Dengan demikian dalam satu hari bisa terjadi biaya
pengeluaran melebihi pendapatan yang diperoleh. Secara ekonomis
proses kegiatan jual beli seperti ini tidak memberi perbaikan tingkat
pendapatan pedagang, namun pada kenyataannya hal ini selalu dialami
dan harus dijalani oleh pedagang mama-mama asli Papua dalam
mempertahankan eksistensinya.
Kesulitan proses distribusi barang dagangan ke Pasar Remu ini
terutama dialami oleh pedagang mama-mama asli Papua yang bertempat tinggal di Kabupaten M akbon, Sorong Selatan, Aimas dan SP
(Satuan Pemukiman). M ereka harus rela menunggu angkutan umum
sekian lama ketika pergi ke Pasar Remu dan juga ketika pulang dari
Pasar Remu, karena letaknya yang jauh dan kondisi jalan yang
seadanya. Jenis kendaraan yang dijadikan sebagai angkutan umum pun
harus benar-benar mendukung kondisi jalan (infrastruktur), seperti
mobil dengan jenis ban yang besar dan memiliki bak penampung di
belakangnya semisal mobil Extrada, Ford dan Linux.

80

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

Perbandingan biaya distribusi barang antara pedagang mamamama asli Papua yang berada di kota dan yang berada di luar kota
(daerah trans) cukup signifikan. Dari sisi pendapatan, tentunya mereka
yang tinggal di kota memiliki peluang mendapatkan keuntungan jauh
lebih besar daripada yang tinggal di daerah trans. Namun demikian
masing-masing pedagang, baik yang ada di kota maupun yang berada di
luar kota mempunyai cara tersendiri untuk menyesuaikan dan
mengatasi kondisi yang dihadapi. Dengan cara itulah para pedagang
mama-mama asli Papua ini terlihat eksis dalam kegiatan jual beli di
Pasar Remu.
Kegiatan di Pasar Ikan Jempur (Jembatan Puri) bagi sebagian
pedagang mama-mama asli Papua mempunyai proses yang sedikit
berbeda. M ereka harus melalui proses dua tahap.
Tahap pertama, mereka berusaha mendapatkan ikan di tempat
khusus yang merupakan terminal ikan atau Pasar Ikan Jempur, yaitu di
tempat pendaratan ikan bagi para nelayan. Pada sekitar jam 04.00 pagi
para nelayan mulai berlabuh dan menurunkan hasil tangkapannya,
sementara di situ sudah berkerumun calon pembeli yang menunggu
untuk membeli berbagai ikan segar langsung dari para nelayan. Proses
jual beli ikan ini akan berakhir kira-kira sampai jam 8 pagi, dan lewat
jam itu keadaan akan sepi kembali. Sebagian besar pembeli ada yang
untuk konsumsi sendiri, tetapi ada juga yang untuk dijual kembali.
Bagi pedagang mama-mama asli Papua, mereka memilih dan membeli
berbagai ikan segar untuk kebutuhan keluarga namun sebagian ada
yang untuk dijual di Pasar Remu pada sore hari. Cara yang digunakan
pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan kesegaran
ikan menggunakan coldbox yang diisi es batu. Kemudian dalam
mendistribusi ikan yang akan dijual mereka menggunakan transportasi
darat yaitu ojek atau transportasi umum, yang tentunya mempunyai
harga yang berbeda. Apabila ikan yang dibeli dalam jumlah banyak,
mereka memilih menyewa angkutan umum sekali jalan Rp50.000,tetapi bila jumlah ikan yang dibeli tidak terlalu banyak, mereka
menggunakan ojek untuk satu kali jalan dengan harga sekitar Rp

81

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

10.000,- sampai Rp20.000,-. Pengeluaran ini hanya untuk memindahkan ikan dari Pasar Ikan Jempur ke Rumah.
Tahap kedua, setelah tiba di rumah pedagang mama-mama asli
Papua ini memilih jenis ikan yang dibeli dari Pasar Ikan Jempur,
kemudian menentukan harga dari masing-masing ikan yang akan dijual
baik secara tumpukan maupun per ekor. M ereka menggunakan transportasi darat seperti mobil atau ojek untuk membawa ikan ke Pasar
Remu dengan ongkos yang berbeda (tergantung jarak). Harga normal
untuk jasa ojek sekitar wilayah kota Rp10.000,- sampai Rp.20.000,(jika dekat Rp.5.000,- sampai Rp10.000,-), sedangkan jika menggunakan mobil, harga normal berkisar Rp.4.000,- dan apabila mereka sewa
mobil dari rumah ke Pasar Remu harganya berkisar antara Rp.30.000,sampai Rp.50.000,- sekali angkut.
Demi mendapatkan barang dagangan, sebagian pedagang
mama-mama asli Papua harus keluar kota Sorong, seperti yang
dilakukan oleh mama M anakori. Dengan menggunakan kapal laut,
mama M anakori harus ke Serui untuk membeli buah pinang dan sirih
di sana. Ketika ia pergi meninggalkan dagangannya di Pasar Remu,
tempat jualannya itu tidak dibiarkannya kosong, melainkan ada anak
perempuannya yang masih kelas tiga SM P, yang menggantikannya
untuk berjualan di Pasar Remu. M enurut mama M anakori, kalau ia
pergi meninggalkan anak-anaknya keluar Kota Sorong, anak-anaknya
harus hidup mandiri dengan menggantikannya berjualan di Pasar.
Dengan demikian anak-anaknya dapat memperoleh uang untuk
makan, untuk ongkos angkutan ke sekolah dan juga uang untuk jajan.
M ama M anakori juga menghimbau kepada anak-anaknya untuk bisa
membuat kerajinan tangan dari manik-manik dan juga memetik buah
pinang di pohon untuk dijual ke pasar. Dengan demikian, mereka dapat
memperoleh uang untuk kebutuhan hidup. Berikut pernyataan mama
M anakori 6:
Tidak jualan, sa kasih tinggal kamu tidak ada orang kasih kam
uang taksi. Kalau kam tinggal–tinggal harap mama, mama
berangkat, kam tara dapat uang, tara dapat uang jajan, kam
6

Wawancara dilakukan tanggal 11 September 2013, di Pasar Remu.

82

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

harus rajin jualan supaya biar mama berangkat juga kam ada
uang. Kam harus bikin manik–manik, tusuk halus, supaya
biar mama berangkat juga kam bisa kerja sendiri. Ada uang
makan ada. Kalo mama pergi kam harus jualan, biar pinang,
beli pinang, kasih turun pinang bawa pigi jual. Kam bisa
dapat uang taksi, uang jajan. Pagi kam su minum teh, makan
kue baro jalan. Duduk harap siapa yang mau kasih, tidak ada.

M aksud informan di atas bahwa:
Kalau tidak berjualan, saya pergi meninggalkan kalian tidak
ada orang yang akan berikan kalian ongkos angkutan umum.
Kalau kalian hanya berharap kepada mama saja, baru kalau
mama pergi keluar kota, kalian tidak dapat uang, tidak dapat
uang jajan. Kalian harus rajin jualan supaya kalau mama pergi
keluar kota kalian ada punya uang. Kalian harus membuat
kerajinan tangan dari manik-manik, menusuk halus, supaya
kalau mama pergi keluar kota, kalian bisa bekerja sendiri,
tidak usah harap mama. Ada uang untuk makan. Kalau mama
pergi keluar kota kalian harus jualan. Meskipun hanya jualan
buah pinang saja, buah pinang yang kalian beli atau yang
kalian ambil dari pohon pinang lalu dibawa ke pasar untuk
dijual. Dengan demikian kalian bisa memperoleh uang untuk
ongkos angkutan umum dan uang jajan. Kalau pagi itu kalian
sudah bisa minum teh dan makan kue barulah pergi ke
sekolah. Kalau hanya berharap siapa yang bisa memberikan
uang, tidak ada.

Informasi di atas menjelaskan tentang perjuangan seorang
pedagang mama-mama asli Papua untuk mendapatkan barang
dagangannya dengan cara pergi keluar Kota. Di sisi lain, pedagang
mama-mama asli Papua tersebut juga telah mendidik anak-anaknya
untuk bisa bertahan hidup tanpa bantuan orang lain. M ereka
memberikan pendidikan berwiraswasta dan bagaimana mengelola
pendapatan yang diperoleh. Dengan harapan, kelak anak-anaknya
dapat menggantikannya pada kegiatan yang sama yaitu berjualan.
M ama M anakori merupakan pedagang buah pinang, manik–
manik dan sisir bambu. Sambil berjualan, mama Manakori membuat
kerajinan tangan dari manik-manik dan membuat sisir bambu. Ia
merupakan salah satu pedagang mama-mama asli Papua yang menjadi
tulang punggung di keluarganya. Ia dan ketujuh anaknya ditinggalkan

83

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

suaminya saat anak-anaknya masih kecil. M elalui jualan buah pinang,
mama M anakori bisa memberi makan, menyekolahkan dan memberikan uang jajan kepada anak-anaknya. Sebab jika tidak berjualan, tidak
ada uang makan, tidak ada uang sekolah dan tidak ada uang jajan untuk
anak–anaknya. M enurut mama M anakori 7:
Kalo sa bajual begini baro dong bisa makan, dong s’kolah,
dong jalan s’kolah, dong pu uang jajan ada. Kalo sa tinggal di
rumah, kasihan nanti dong tara bisa dapat uang jajan, dong
tara bisa sekolah, jadi tiap hari sa di pasar begini. Kalo tidak di
pasar, nanti sa berangkat jualan di kapal, sa naik kapal tuu
nanti sampe di Jayapura, sa kembali.

Informasi di atas menjelaskan bahwa:
Kalau berjualan bigini barulah mereka (anak-anak) bisa
makan, mereka bisa sekolah, mereka bisa pergi ke sekolah (ada
uang angkutan umum) dan mereka ada punya uang jajan.
Tetapi kalau saya hanya tinggal di rumah saja, kasihan mereka
nanti tidak bisa dapat uang jajan, tidak bisa pergi ke sekolah,
jadi setiap hari saya berjualan di pasar seperti ini. Kalau tidak
berjualan di pasar, ketika nanti saya berangkat keluar kota,
saya jualan di atas kapal (Pelni). Saya naik kapal dari Sorong
sampai di Jayapura, kemudian saya kembali lagi.

Keterangan informan di atas merupakan pengakuan tentang
perjuangan seorang pedagang mama-mama asli Papua yang menjadi
tulang punggung keluarganya. Dengan bekerja keras dan kreativitas
yang dimiliki, pedagang mama-mama asli Papua ini dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya sekaligus berani bersaing dengan
pedagang-pedagang lainnya karena tuntutan hidup.
M ama M anakori selalu mengikuti perkembangan jadwal
keberangkatan Kapal Laut (PELNI) dengan tujuan ke Serui 8, untuk
membeli buah pinang. M enurut mama M anakori kalau cuma mengandalkan buah pinang dari Kota Sorong saja tidak cukup, oleh sebab itu
ia harus mencari ke tempat lain sampai ke luar Kota Sorong.

7
8

W awancara dilakukan tanggal 11 September 2013, di Pasar Remu.
Serui merupakan nama I bu Kota Kabupaten Kepulauan Yapen di Provinsi Papua.

84

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

Selama berada di atas kapal pun, mama M anakori tidak
menyia-nyiakan kesempatan. Ia berjualan di atas kapal bagian dek 7
yang merupakan cafe kapal. Di sana ia menggelar tikar dan berjualan
pisika (pinang, sirih, kapur) seperti biasa. M enurutnya berjualan pisika
di atas kapal jauh lebih menguntungkan dibandingkan di Pasar Remu.
Hal itu dipengaruhi oleh langkanya pisika dan sedikitnya penjual pisika
di atas kapal. Apalagi penumpang kapal yang sebagian besar adalah
orang asli Papua, maka pisika menjadi pilihan utama ketika mereka
selesai makan di cafe atau lagi bersantai dengan keluarga/teman.
Persaingan dengan Pedagang Pendatang

Di sebelah tempat jualan mama M anakori ada pedagang
pendatang yang juga menjual pisika. Namun, apabila mama M anakori
sudah datang membawa buah pinangnya untuk dijual, maka pedagang
itu pun mundur dan seakan-akan tak ingin menjual pisikanya lagi.
Seperti disampaikan oleh mama M anakori 9 berikut ini:
Di tuu khawatir saya, kalo sa duduk, kalo sa tarada pinang tuu...
di merdeka, jual pinang tuu orang beli-beli, tapi kalo sa su
datang deng pinang, orang belanja sampe su rame di sini tuu...
di su mundur... macam tadi di su mundur duduk di sana itu.

M aksud informan tersebut adalah bahwa:
Dia suka tidak enak dengan saya, karena sama-sama menjual
pisika (buah pinang). Kalau saya tidak ada buah pinang, maka
dia bisa bebas menjual pisikanya. Tetapi kalau saya datang
dengan membawa buah pinang, dan orang mulai ramai datang
membeli, maka perlahan-lahan dia mundur. Seperti tadi dia
sudah mundur duduk di sebelah sana itu.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada persaingan antara
pedagang mama-mama asli Papua dengan pedagang pendatang dalam
penjualan buah pinang. Buah Pinang mempunyai ikatan khusus yang
melekat dengan kehidupan orang asli Papua dan merupakan bagian
dari identitas orang Papua. Buah pinang juga mempunyai posisi
9

Wawancara dilakukan tanggal 11 September 2013, di Pasar Remu.

85

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

berbeda dalam sisi ekonomi. Oleh sebab itu pedagang mama-mama asli
Papua yang menjual buah pinang merasa aneh karena buah pinang pun
dibeli dan dijual oleh pedagang pendatang. Kondisi ini memunculkan
persaingan antara pedagang mama-mama asli Papua dengan pedagang
pendatang. Namun dalam posisi persaingan ini pedagang mama-mama
asli Papua mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pedagang
pendatang. Keunggulan yang dimiliki oleh pedagang mama-mama asli
Papua dalam posisi jual beli buah pinang adalah:
Pertama, pedagang mama-mama asli Papua mempunyai kekuatan identitas sebagai pribumi yang memiliki nilai lebih dibandingkan keberadaan pedagang pendatang. Pada posisi ini pedagang
pendatang pun memahami dan menyadari kondisi tersebut. Kedua,
pedagang mama-mama asli Papua lebih menguasai relasi konsumen
yang mayoritas adalah orang asli Papua dari semua lapisan konsumen,
kemudian didukung dengan kesadaran terhadap sesama orang asli
Papua dalam hal saling membantu secara tidak langsung dengan cara
memilih membeli pada sesama orang asli Papua. Ketiga, pedagang
mama-mama asli Papua ini mempunyai cara tersendiri dalam memperdagangkan buah pinang. Cara tersebut antra lain dengan memberikan
bonus tambahan beberapa buah pinang kepada pembeli atau pelanggan.
Selain itu, mereka juga menjual buah pinang yang berkualitas, bahkan
beberapa diantara mereka sudah menyediakan tempat untuk meludah.
M ereka hanya sedikit menguasai perilaku berdagang (bisnis), namun
didukung dengan pengalaman melalui keterlibatan dalam berbagai
kegiatan jual beli baik di pasar maupun di luar pasar.
M enurut pengamatan peneliti, setiap pembeli yang datang
membeli pisika pada mama M anakori, adalah orang asli Papua, yang
juga mengkonsumsi pisika tersebut. Keputusan mereka memilih
membeli pisika kepada pedagang Papua, bisa saja karena hatinya
tergerak untuk membeli barang dagangan milik pedagang itu (sesama
orang asli Papua), dengan demikian mereka dapat membantu
menambah penghasilan pedagang mama-mama asli Papua tersebut.
Namun tidak semua pembeli pisika seperti itu, karena pada dasarnya
mereka mencari buah pinang yang berkualitas baik, sehingga ketika
dimakan nantinya terasa enak dan tidak mabuk pinang. Jadi kalau ada
86

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

pedagang pendatang yang menjual buah pinang dengan kualitas baik,
tentu pembeli akan pergi untuk membelinya.
W aktu Berjualan

Sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua, khususnya
yang berada di luar kota atau di daerah trans, yang membawa barang
dagangan dengan memanen langsung dari kebun dilakukan pada waktu
jam 05.00 pagi sampai jam 09.00 pagi. Sekitar empat jam waktu yang
digunakan oleh pedagang mama-mama asli Papua untuk sampai
menjual hasil kebunnya di pasar. Untuk mendistribusikan barang
dagangannya di pasar pedagang mama-mama asli Papua menggunakan
transportasi mobil. Sebagaimana pernyataan informan10 berikut ini:
Pagi. Kami bangun jam 5 pagi langsung pergi ke kebun,
cabut kasbi, petik daun kasbi begitu jam 8 sudah kembali
tunggu mobil di jalan. Pagi, jam 8 ada mobil masih jam 9
kita sudah ada di pasar, kita jualan di pasar, jualan kalo
habis tempo, kita pulang juga tempo. Terus untuk tempat
ini, tidak, tempat ini tuu bagi siapa saja. Itu pagi orang jawa
jualan dolo, orang – orang seb’rang too... jualan pagi sampe
jam 10 kami sudah mulai muncul, mereka langsung
menyimpan pulang.

M aksud informan di atas bahwa:
Pagi. Kami bangun jam 5 pagi langsung pergi ke kebun,
cabut kasbi (singkong), petik daun kasbi (singkong) begitu
jam 8, sudah kembali tunggu mobil di jalan. Pagi, jam 8
masih ada mobil, jam 9 kita sudah ada di pasar, kita jualan
di pasar, jualan kalau habis cepat, kita pulang juga cepat.
Kemudian untuk tempat jualan ini, tidak ada yang punya,
tempat jualan ini itu bagi siapa saja. Itu pagi orang Jawa
yang jualan dulu, orang-orang seb’rang (orang pendatang).
Mereka jualan dari pagi sampai jam 10 kami sudah datang,
mereka langsung berkemas-kemas pulang.

10

Wawancara dilakukan tanggal 21 September 2013, di Pasar Remu.

87

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa proses memperoleh barang jualan dengan cara memanen dan mengambil hasil
kebun sendiri dikelola dan diusahakan oleh pedagang mama-mama asli
Papua secara mandiri. Dengan demikian mereka mempunyai peluang
lebih banyak terhadap penggunaan tempat jualan yang ada di pasar,
khususnya pada posisi belakang pasar. Di sini terjadi sebuah kebiasaan
dalam penggunaan tempat jualan yang dilakukan sesama pedagang
mama-mama asli Papua, yaitu pergantian penggunaan tempat jualan.
Antara pedagang yang berjualan lebih awal dengan pedagang yang akan
berjualan selanjutnya sudah ditentukan atau disepakati waktunya,
sehingga pada jam yang sudah ditentukan, mereka secara otomatis akan
menyerahkan tempat jualannya kepada pedagang berikutnya. Adapun
jenis barang dagangan yang diutamakan dalam beraktivitas di pasar
adalah komoditi hasil kebun dan ikan.

Cara Pedagang M ama-mama Asli Papua dalam M empertahankan Kegiatan Jual Belinya
Ada tiga cara yang digunakan oleh pedagang mama-mama asli
Papua dalam mempertahankan kegiatan jual belinya, antara lain:
Pertama, barang bersumber dari hasil kebun sendiri. Cara ini
menjadi solusi bagi sebagian pedagang mama-mama asli Papua untuk
mempertahankan esksistensinya di samping mengatasi kehidupan
dalam keluarga (untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari). Hal
mana barang dagangan tersebut tidak perlu dibeli dari orang lain yang
membutuhkan modal besar, karena dukungan modal pribadi dalam
bentuk uang masih sangat kurang. Ini merupakan faktor internal yang
dihadapi pedagang mama-mama asli Papua dalam mempertahankan
kelangsungan kegiatan jual-beli di Pasar Remu. Sementara faktor
eksternal yang juga turut berpengaruh adalah rendahnya daya saing
dan kreativitas mereka untuk membaca peluang pasar, terutama
menyangkut sumber komoditi barang dagangan. Di samping itu
minimnya campur tangan pemerintah dalam hal pemberdayaan di
bidang perdagangan terhadap pedagang mama-mama asli Papua,

88

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

membuat mereka semakin tidak mampu menghadapi persaingan pasar
yang semakin kompleks. Karena kegiatan jual beli bukan menjadi
sebuah tujuan utama dari kegiatan ekonominya, dan pendapatan dari
hasil jualan difokuskan untuk kebutuhan hidup keluarga, bukan untuk
perubahan dan peningkatan usaha, maka kegiatan jual beli ini pun
berjalan dalam suasana monoton. Kondisi ini akan diperhadapkan pada
tuntutan ekonomi pasar yang menuntut kreativitas dan inovasi tinggi.
Oleh sebab itu pedagang mama-mama asli Papua yang masih mempertahankan model kegiatan jual beli dengan cara seperti di atas, akan
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan perkembangan pasar. Bisa
jadi lama kelamaan pedagang mama-mama asli Papua ini akan
tersingkir oleh modernisasi pasar. Pedagang mama-mama asli Papua
yang menggunakan cara pertama adalah mama Sarwa11 sebagaimana
diungkapkan berikut ini;
Tarada, sa tara pernah beli barang, sa ambil dari kebun
kemari. Tapi putih yang laku, merah tuu kurang laku...
begitu sudah kalo kurang. Kemarin dari kelapa sawit
datang banyak.

Informasi di atas menjelaskan bahwa:
Tidak, saya tidak pernah beli barang, saya ambil dari
kebun bawa ke pasar. Tapi putih yang layu, merah itu
kurang laku (laris), begitu sudah kalau kurang. Kemarin
dari kelapa sawit membawa banyak.

Informasi ini menegaskan bahwa hasil jualan utamanya diperoleh dari hasil kebun sendiri (tidak membeli dari orang lain), dan
memperolehnya pun dengan cara mengambil sendiri dari kebun dan
menjualnya ke pasar. Namun kegiatan jual beli ini sedikit mengalami
persoalan terutama bila persediaan jenis barang jualannya habis atau
tidak laku karena kurang segar, dan menjadi semakin layu, maka dia
harus membuang dan menggantikannya dengan barang yang baru
dengan melalui proses yang sama.

11 W awancara dilakukan tanggal 22 September 2013, di rumah mama Sarwa (KPR
PEPABRI K MALANU).

89

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

Kedua, membeli barang dagangan terutama komoditi kebun
dan dijual. Cara kedua ini mengandalkan modal untuk mendapatkan
barang dagangan. Pilihan dari sebagian pedagang mama-mama asli
Papua pada cara kedua ini karena pertimbangan modal dan kemampuan untuk mengelola kegiatan jual belinya di pasar dengan mengutamakan barang jualan dari pihak lain melalui transaksi. Pilihan ini
menurut peneliti adalah sebuah pilihan yang rasional dan berani.
Pilihan rasional yang dimaksudkan adalah berani melepaskan potensi
yang dimiliki secara pribadi yaitu berhubungan dengan sumber barang
dagangan hasil kebun yang sebagian besar menjadi milik pribadi dalam
hal tanah. Dari sisi pendapatan, cara ini kurang memberikan kontribusi
yang lebih baik, namun mempunyai peluang bersaing lebih banyak.
M ereka lebih kreatif dalam membaca peluang dan memperhitungkan
sisi efisiensinya. Cara kedua ini banyak dipilih oleh pedagang mamamama asli Papua yang memiliki pengalaman cukup dalam kegiatan
jual-beli di pasar. M ereka umumnya berada dan tinggal di pusat kota
atau berdekatan dengan aktivitas ekonomi masyarakat. Cara kedua ini
dilakukan oleh mama Tina W akum12 seperti diungkapkan berikut ini:
Hasil kebun tong beli di orang Papua dan orang Amber,
orang jawa dong. Kalo sagu tong beli di masyarakat
Ayamaru yang tinggal di SP 2, orang – orang Moi yang
ada di Makbon dong bawa datang kasih buat ini dorang
satu karong begitu 200 kita bayar ke dorang, kita jual 20
ribu.

M aksud informan tersebut adalah bahwa:
Kita beli hasil kebun ini dari orang Papua dan orang
Amber, dari orang Jawa mereka. Kalau sagu kita beli dari
masyarakat Ayamaru yang bertempat tinggal di SP 2,
orang-orang Moi yang ada di Makbon, yang mereka bawa
ke pasar jual kepada kita, satu karung begitu 200 ribu, kita
bayar mereka, kemudian kita jual dengan harga 20 ribu
per tumpuk.

12

Wawancara dilakukan tanggal 17 September 2013, di Pasar Remu.

90

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

Informasi di atas menjelaskan tentang cara memperoleh barang
dagangan melalui orang lain tanpa tergantung pada hasil kebun usaha
sendiri dengan tujuan untuk mempertahankan kegiatan jual beli di
pasar, serta menyesuaikan dengan keadaan kegiatan pasar maupun para
penjual dan pembeli yang mensuplai komoditi pada saat kegiatan pasar.
M ereka menjual sebagian pangan lokal yang juga diperoleh dengan
cara membeli dan pada sesama orang Papua, khususnya sagu dengan
harga dan ukuran yang berbeda.
Ketiga, Gabungan antara hasil kebun dan membeli pada orang
lain atau pedagang lain. Cara ketiga ini mengandalkan dua kekuatan
untuk mendapatkan barang dagangan, yaitu dari hasil kebun sendiri
dan membeli dari orang lain. Namun gabungan kedua cara ini menurut
peneliti lebih rasionalitas untuk mempertahankan eksistensi pedagang
mama-mama asli Papua di pasar. M ereka berpeluang melakukan
perubahan pada kegiatan jual belinya maupun pendapatan yang
diperoleh. Pilihan yang ketiga ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil
pedagang mama-mama asli Papua yang berjualan di pasar, hal ini
dilakukan karena didukung oleh pengalaman, peluang, dan modal yang
dimilikinya. Selain itu, pertimbangan posisi tempat tinggal menjadi
perhatian utama dalam hal berakses, sehingga mereka lebih terbuka
dan cepat menangkap peluang yang terjadi dalam kegiatan ekonomi di
pasar. Cara ketiga ini sebagaimana diutarakan oleh salah satu informan
pedagang mama-mama asli Papua, mama Salomi Sesa13 seperti berikut
ini:
Kasbi dan kangkung ini... kitong duduk di pasar ini juga
beli... Ini beli di klamono, di SP 3. Bukan kita yang kesana
tidak, dorang itu yang bawa turun kemari baro kita hanya
tunggu di pasar. Ada lagi, ada yang kita bikin sendiri juga.
Kita punya kebun sendiri tuu di daerah malanu.

M aksud informan di atas bahwa:
Kasbi (singkong) dan kangkung ini... kita duduk jualan di
pasar ini juga ita beli... ini beli di Klamono, di SP 3. Bukan
kita yang kesana, tidak, tetapi mereka itu yang bawa ke
13

Wawancara dilakukan tanggal 17 September 2013, di Pasar Remu.

91

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

pasar sini, baru kita hanya tunggu di pasar. Ada juga yang
dari kita punya kebun sendiri, kita punya kebun sendiri
itu di daerah Malanu.

Informasi ini menjelaskan tentang cara pedagang mama-mama
asli Papua untuk memperoleh dan memilih sumber barang dagangan
dalam kegiatan jual beli. Cara ini merupakan modal utama yang
ditempuh dalam mempertahankan ekdistensinya di pasar dengan
mempertimbangkan peluang dan kondisi yang terjadi di pasar.
Selain ketiga cara seperti tersebut di atas, masih ada cara lain
yang dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua dalam rangka
mempertahankan eksistensinya di pasar, yaitu dengan membeli tanah
atau lahan pada sesama orang Papua. Hal ini dilakukan karena lahan
tersebut dianggap tepat dijadikan sebagai kebun yang dikelola untuk
mendapatkan hasil komoditi barang dagangan. Cara ini merupakan
sebuah pilihan dengan pertimbangan letak lahan dan peluang hasil
yang diperoleh dari lahan tersebut. Dengan pengorbanan modal yang
sesuai standar harga tanah yang berlaku di Papua, tanah yang menjadi
aset ini pun dikelola oleh pedagang mama-mama asli Papua untuk
mendapatkan sumber barang dagangan. Sebagaimana diutarakan oleh
salah satu informan14 berikut ini: ...”Hasil kebun sendiri. Kebun di
ladang too... di kita punya kebun, kita punya tanah yang sudah kita
garap, beli baro kita bikin kebun sendiri”...
Cara yang digunakan informan untuk mendapatkan barang
jualan dengan jalan membeli tanah atau lahan pada sesama orang
Papua ini dengan tujuan untuk mendukung kegiatan jual belinya di
pasar. Pertimbangan lain adalah karena melihat potensi lahan yang
cukup bagus untuk pengembangan hasil pertanian komoditi lokal ke
depan. Dari pertimbangan itulah pedagang mama-mama asli Papua ini
berani mengeluarkan modal besar untuk mendapatkan lahan tersebut.
M enurut pengamatan peneliti, dari beberapa cara yang dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua dalam mempertahankan

14

Wawancara dilakukan tanggal 21 September 2013, di Pasar Remu.

92

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

eksistensinya di pasar mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing.
1. Pilihan cara pertama. Para pedagang yang memilih cara pertama,
mereka bisa lebih awal meninggalkan pasar karena ketersediaan
barang yang mereka jual, meskipun ada juga yang bertahan sampai
sore hari yaitu mereka yang hanya menjual satu jenis barang
(terutama kasbi (singkong), keladi (ubi), petatas (ubi jalar), pisang,
dan sagu). Kondisi ini terjadi karena banyak pedagang baik pribumi
maupun pendatang yang menjual jenis komoditi tersebut. M ereka
yang memilih cara ini rata-rata tidak mengeluarkan uang untuk
mendapatkan barang dagangan tersebut;
2. Pilihan cara kedua. Sistem perdagangan dengan cara membeli
barang dagangan dan menjualnya kembali membuat para pedagang
terpaksa harus melakukan kegiatan jual belinya dari pagi sampai
sore. M ereka berusaha agar barang dagangannya habis terjual pada
hari itu, sehingga mereka memiliki modal untuk memasok barang
dagangan untuk esok hari. Pilihan kedua ini memiliki resiko cukup
tinggi, karena pendapatan (hasil penjualan) yang kecil akan
berpengaruh terhadap pasokan barang berikutnya. Jika hal ini
berlangsung terus-menerus dan dalam waktu lama, maka pada
akhirnya pedagang akan kehabisan modal dan mengalami kerugian;
3. Pilihan cara ketiga. Sistem perdagangan dengan cara menjual hasil
kebun sendiri dan membeli dari tengkulak (pedagang lain) menjadi
pilihan yang tepat untuk mempertahankan eksistensi (kegiatan jual
beli) di pasar. Dengan cara seperti ini pedagang tidak akan pernah
kehabisan barang dagangan, di samping tidak memerlukan modal
yang sangat besar. Sedangkan waktu berjualan pun bisa diatur
sesuai kebutuhan dan kondisi pendapatan hari itu. Namun sayangnya hanya sebagian kecil dari pedagang mama-mama asli Papua
yang memilih cara ini.
Ketiga cara di atas menjadi pilihan pedagang mama-mama asli
Papua dalam mempertahankan kegiatan jual belinya di pasar sesuai

93

BERJUANG DI ANTARA PELUANG
Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

dengan kondisi yang mereka hadapi. Pada ketiga cara dan pilihan
tersebut tersimpan potensi untuk mendapatkan perubahan yang lebih
baik bagi pedagang mama-mama asli Papua untuk melakukan kegiatan
ekonomi pasar. Namun kurangnya campur tangan dan perhatian
pemerintah dalam pengaturan kebijakan-kebijakan untuk menghidupkan dan menguatkan peluang dan potensi yang ada, membuat pedagang mama-mama asli Papua ini sulit mempertahankan keberlanjutan
hidupnya di tengah kelimpahan sumber daya alam yang ada di Papua
yang juga menjadi bagian dari kehidupannya. M ereka mengalami
kemiskinan di negerinya sendiri.

Aktivitas Pedagang dan H arga Barang
Aktivitas Pedagang

Pasar Remu terlihat ramai hanya pada waktu pagi dan sore
hari, terutama di depan Pasar. Keramaian di dalam pasar hanya pada
waktu pagi hari saja, siang sampai sore hari sepi pembeli. Salah satu
faktor yang mempengaruhi keramaian pembeli adalah lokasi tempat
dimana ikan dijual. Pada waktu pagi hari jika pembeli ingin membeli
ikan, maka ia akan masuk sampai ke dalam pasar, dan ketika pembeli
masuk sampai ke dalam pasar, barulah ia dapat melirik dan membeli
barang jualan yang ada di dalam pasar, termasuk barang jualannya
pedagang mama-mama asli Papua. Namun jika sore hari, di depan pasar
sudah ada pasar ikan milik pedagang mama-mama asli Papua. Jadi
peluang pembeli untuk masuk sampai ke dalam pasar sangatlah kecil,
kecuali kalau pembeli itu sedang mencari barang dagangan yang tidak
dijual di depan pasar. Sebenarnya aktivitas pasar ikan yang berada di
dalam pasar itu berjalan dari pagi sampai sore, tetapi karena pada sore
hari sudah ada yang berjualan ikan di luar pasar, maka di dalan pasar
menjadi sepi pembeli. Di samping itu karena keadaan di dalam pasar
sangat becek, maka pembeli malas untuk berbelanja di dalam pasar.
Seperti diutarakan oleh Bapak Antonius Kodei 15 bahwa:

15

W awancara dilakukan tanggal 13 September 2013, di Pasar Remu.

94

Kegiatan Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu

Kalo sore begini, dong su kasih keluar ikan jualan tuu di dalam
sunyi, tarada yang belanja di dalam, karna ikan su tarada semua
lari ke luar sini karna diluar nii kan hampir semua kan dekat,
dari laut datang langsung jualan disini.

Informasi di atas menjelaskan bahwa:
Kalau sore begini, mereka mengeluarkan ikan untuk dijual di
sini, sehingga di bagian dalam pasar menjadi sunyi, tidak ada
yang membeli di bagian dalam pasar, karena ikan sudah tidak
ada, semua larinya keluar sini, karena di luar sini hampir
semuanya dekat (pembeli dan akses transportasinya dekat),
dari laut datang langsung jualan disini.

Informasi di atas menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
aktivitas pembeli di pasar pada waktu pagi dan sore. W aktu pagi
kegiatan jual beli lebih terfokus di dalam pasar dan ramai oleh pembeli
karena semua keperluan pembeli tersedia, terutama ikan. Ke

Dokumen yang terkait

Prevalensi Serologi Sistiserkosis pada Babi yang dijual di Pasar Remu Kota Sorong, Papua Barat.

0 4 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wirausaha Migran Makassar di Papua T2 092010004 BAB V

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB IV

0 1 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB VI

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Migran dalam Bingkai Orang Papua T2 092011007 BAB V

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kaya di Perantauan (Studi Kelompok Pedagang Perantau Etnis Buton di Pasar Rumah Tiga Kota Ambon) T2 092007007 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kaya di Perantauan (Studi Kelompok Pedagang Perantau Etnis Buton di Pasar Rumah Tiga Kota Ambon) T2 092007007 BAB V

0 0 6