Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Metode Penyusutan Yang Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN METODE PENYUSUTAN

YANG SESUAI DENGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. COCA COLA BOTTLING COMPANY

INDONESIA MEDAN

OLEH :

NAMA : YULINDA TARIGAN

NIM : 070503059

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ” Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Metode Penyusutan Yang Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2010

Yang membuat pernyataan,

Yulinda Tarigan NIM: 070503059


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Metode Penyusutan Yang Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan”. Ucapan terima kasih tulus saya kepada kedua orang tua Drs. Zainal AT. Silangit, SE, Ak dan Rusmiati PA,dan saudara-saudara saya, Lettu Albert Kencana Tarigan S.psi, Kapten Dr. Endang Tarigan, Selvianita Tarigan, Sfarm, Apt, Leonardo Tarigan, SE dan juga Dr. Wirandi Dalimunthe dan Umawati Kencana, S.psi beserta keponakan saya terinta, Nadira Andien Dalimunthe dan Naziha Andien Dalimunthe yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Rustam, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Syahelmi, MSi, Ak selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Pimpinan dan seluruh Staff PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2010 Penulis,

Yulinda Tarigan NIM : 070503059


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapkan oleh PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian aktiva tetap tersebut dalam laporan keuangan yang sesuai metode penyusutan dan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekuder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan bagian sumber daya manusia (SDM) PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan, telah sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan antara lain (a) cara perolehan dan penentuan harga perolehan aktiva tetap, (b) metode perhitungan, penyusutan aktiva tetap, (c). pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap, (d) penarikan aktiva tetap, (e) serta penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.


(6)

ABSTRACT

This study aims to obtain a clear picture of the policy of fixed assets employed by PT Coca Cola Bottling Company of Indonesia Medan, such as how the acquisition of fixed assets, expenses after the acquisition of fixed assets, fixed assets depreciation method, the withdrawal of fixed assets, as well as the presentation of fixed assets those in the financial statements are appropriate depreciation method and the Financial Accounting Standards.

In a study conducted, the author uses descriptive method. Descriptive method is concluded, interpret and clarify the data in accordance with the actual events. The type of data used are primary data and data obtained sekuder writer from direct interviews with staff and human resources (HR) PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan.

After doing research, the authors obtained the results of research with a conclusion that PT Coca Cola Bottling Company of Indonesia Medan, in accordance with Financial Accounting Standard on fixed assets owned by companies such as (a) how the acquisition and determination of cost of fixed assets, (b ) method of calculation of depreciation of fixed assets, (c). expenditures during the use of fixed assets, (d) withdrawal of fixed assets, (e) and the presentation of fixed assets in the financial statements.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D.. Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis ... 1.Pengertian Akuntansi ... 2. Pengertian Dan Penggolongan Aktiva Tetap ... 3. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap ... 4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap... 5. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan ...

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... i ii iv v vi ix x xi 1 4 4 4 5 5 6 9 17 34 36


(8)

C. Kerangka Konseptual... BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Jenis Data Dan Sumber Data ... C.Teknik Pengumpulan Data ... D. Metode Analisis Data ... G. Jadwal Dan Lokasi Penelitian ... BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian ... 1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 3. Kegiatan Operasional Perusahaan ... 4. Jenis-Jenis Aktiva Tetap ... 5. Perolehan Aktiva Tetap ... 6. Penyusutan Aktiva Tetap ... 7. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Aktiva Tetap ... 2. Penyusutan Aktiva Tetap ...

37

39 39 40 40 41

42 42 46 53 55 58 59 60 62 62 63


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

66 67

68 70


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 3.1

Jurnal Pembelian Tunai ... Jurnal Pembelian Angsuran ... Jurnal Penerbitan Surat-Surat Berharga ... Jurnal Pemberian atau Hibah ... Penyusutan berdasarkan Metode Garis Lurus ... Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun ... Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun ... Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun Ganda ... Penyusutan berdasarkan Jam Jasa ... Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi... Penyusutan berdasarkan Metode Kelompok dan Gabungan... Penyusutan berdasarkan Metode Anuitas... Penyajian Aktiva Tetap di Neraca... Penelitian terdahulu... Jadwal Penelitian ...

10 11 15 17 22 24 25 26 28 29 30 33 35 36 41


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1

Lampiran 2

Daftar pertanyaan ... Struktur Organisasi ...

70 78


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapkan oleh PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian aktiva tetap tersebut dalam laporan keuangan yang sesuai metode penyusutan dan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekuder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan bagian sumber daya manusia (SDM) PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan, telah sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan antara lain (a) cara perolehan dan penentuan harga perolehan aktiva tetap, (b) metode perhitungan, penyusutan aktiva tetap, (c). pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap, (d) penarikan aktiva tetap, (e) serta penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.


(14)

ABSTRACT

This study aims to obtain a clear picture of the policy of fixed assets employed by PT Coca Cola Bottling Company of Indonesia Medan, such as how the acquisition of fixed assets, expenses after the acquisition of fixed assets, fixed assets depreciation method, the withdrawal of fixed assets, as well as the presentation of fixed assets those in the financial statements are appropriate depreciation method and the Financial Accounting Standards.

In a study conducted, the author uses descriptive method. Descriptive method is concluded, interpret and clarify the data in accordance with the actual events. The type of data used are primary data and data obtained sekuder writer from direct interviews with staff and human resources (HR) PT Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan.

After doing research, the authors obtained the results of research with a conclusion that PT Coca Cola Bottling Company of Indonesia Medan, in accordance with Financial Accounting Standard on fixed assets owned by companies such as (a) how the acquisition and determination of cost of fixed assets, (b ) method of calculation of depreciation of fixed assets, (c). expenditures during the use of fixed assets, (d) withdrawal of fixed assets, (e) and the presentation of fixed assets in the financial statements.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan dunia usaha umumnya, perusahaan yang berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar. Sehubungan dengan itu perkembangan perusahaan tersebut, kegiatan-kegiatan yang ada dalam perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis kegiatan maupun volume kegiatan yang dilaksanakan. Semua kegiatan di dalam perusahaan semacam ini akan merupakan kegiatan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Jika gagal melaksanakan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap kegiatan lainnya di dalam suatu bagian, maupun dengan bagian yang lainnya pula di dalam perusahaan.

Agar dapat mengetahui perusahaan berjalan sesuai dengan kriteria, maka pada saat sekarang ini setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini antara lain seperti aktiva tetap yang nilainya cukup material dalam menunjang kelancaran kegiatan perusahaan guna pencapaian tujuan. Aktiva tetap adalah salah satu bagian utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode akuntansi (accounting priod). Menurut Mulyadi (2002:179) Aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,


(16)

mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Aktiva tetap itu dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan surat berharga, dibangun sendiri, sewa guna usaha atau leasing dan donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan semua aktiva tetap yang dipergunakan di dalam perusahaan, baik yang masih baru dipakai maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar manfaat aktiva tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan, oleh karena itu maka untuk aset tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umurnya dan masa manfaatnya. Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka waktu yang panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Jika perusahaan dikelola dengan baik, maka sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut.

Aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis yaitu lebih dari satu periode akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengolahan yang efektif dan kebutuhan yang sangat tepat dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatannya. Bersamaan dengan waktu nilai ekonomis suatu aktiva tersebut sebaiknya dapat dibebankan secara tepat, dan salah satu cara menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan oleh perusahaan telah


(17)

memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap tersebut seperti yang ditulis oleh pendapat Carl S. Warren, James M. Reeve. dan Philip E. Fees (2005:395) “Penurunan harga perolehan karena menurunnya kegunaan sejalan dengan berlakunya waktu dalam penggunaan disebut penyusutan (Depreciation)”

PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia – Medan merupakan sebuah perusahaan pembotolan yang bergerak dalam bidang minuman ringan (soft drink). Minuman yang diproduksi adalah Coca Cola, Sprite, Fanta, Frestea, dan Hi-C, seperti yang kita ketahui, penjualan produk-produk ini mulai dari kota metropolitan yang maju sampai pada daerah yang terpencil sekalipun. Perusahaan ini melakukan penyusutan aktiva tetap dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan sepanjang aktiva tersebut masih bisa dipakai. Dari pengamatan penulis menilai bahwa penyusutan aktiva tetap dan penyusutan dalam akuntansi adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap contohnya (Kendaraan, pabrik, gedung, bangunan, mesin, peralatan/inventaris dan lain-lain), penerapan depresiasi akan mempengaruhi laporan keuangan termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah aktiva tetap ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Metode Penyusutan Yang Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan”.


(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Metode Penyusutan pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Perlakuan Aktiva Tetap dan Metode Penyusutan aktiva tetap pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis, perusahaan, serta pembaca.

1. Bagi penulis, memperoleh dan memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan metode penyusutan terhadap aktiva tetap.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerapan metode penyusutan terhadap aktiva tetap. 3. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk peneliti


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Akuntansi

Pengertian akuntansi banyak di definisikan para ahli akuntansi, sehingga memberikan defenisi atau pengertian yang berbeda sesuai pandangan mereka terhadap akuntansi.

Menurut Grady (2000:12) Akuntansi adalah keseluruhan pengetahuan dan yang berhubungan dengan penciptaan, pengolahan, penyimpulan, penganalisaan, penafsiran, dan penyajian informasi yang dapat dipercaya dan penting artinya secara sistematika mengenai transaksi-transaksi yang bersifat keuangan dan diperlukan oleh pimpinan untuk operasi suatu badan dan untuk laporan yang harus diajukan guna mengenai hal tadi dan guna untuk memenuhi pertanggungjawaban yang bersifat keuangan atau lainnya.

Akuntansi adalah seni untuk mencatat, mengelompokkan dan meringkaskan transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang kemudian membuat interprestasinya. Akuntansi sebagai teknologi/ perekayasaan adalah akuntansi dapat didefinisikan sebagai rekayasa informasi dan pengendalian keuangan atau accounting is a technology, a modified statistical technology. Defenisi diatas memberikan pengertian yang cakupannya lebih luas dari akuntansi dan terlihat bahwa akuntansi itu tidak berbeda dengan tata buku (book keeping) dimana tata buku hanyalah suatu teknik pencatatan, selain itu defenisi melihat semua transaksi yang bersifat keuangan, transaksi keuangan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kejadian


(20)

atau keadaan yang mempunyai nilai uang dan harus tercatat sesuai dengan transaksi.

2. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva operasional yang digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang maupun jasa.

Menurut PSAK No.16 (2004 : paragraph 5) aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, maka ada beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh penulis akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan dibawah ini yaitu Menurut Mulyadi (2002:179) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”. Menurut Soemarso (2005:20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”. Warren, (2005:492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed asset) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen”.


(21)

Dari ketiga defenisi yang dikemukakan diatas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai bentuk fisik;

2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan; 3. Dimiliki tidak sebagai investasi

4. Tidak untuk dimiliki;

5. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun);

6. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.

Aktiva tetap dapat dikelompokkan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain : dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dan dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan.

1. Dari sudut pandang substansinya

aktiva tetap dapat dibagi menjadi: Aktiva Berwujud (Tangible Assets) dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Assets).

a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang milik perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal, perusahaan sepanjang masih baik.

Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :


(22)

• Tanah • Bangunan • Kendaraan • Mesin • Peralatan • Inventaris

b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari :

Patent Copy right Goodwill Trade mark

• Hak cipta dan lain-lain

2. Dari sudut pandang disusutkan

atau tidak disusutkan dapat di bagi menjadi: Depreciated Plant Assets dan Undepreciated Plant Assets.

a. Depreciated Plant Assets

yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, dan lain-lain


(23)

b. Undepreciated Plant Assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah yang bukan lokasi tambang.

3. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap

Banyak cara yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap, harga perolehan tersebut meliputi seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Menurut Smith dan skousen (2003:443) “ Biaya atau harga perolehan aktiva tetap tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilainya setaranya tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkan agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan”.

Aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain: membeli dengan tunai, membeli dengan angsuran, pertukaran, sewa guna usaha/ leasing, penerbitam surat-surat berharga, di bangun sendiri, dan pemberian atau hibah.

a. Membeli dengan tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran utnuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai


(24)

sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.

Contoh :

Pada tanggal 21 Januari 2010, dibeli mesin dengan tunai seharga Rp.5.000.000,- ditambah biaya pengangkutan Rp.500.000,- dan biaya pemasangan Rp.100.000,- dari transaksi diatas akan dijurnal sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai

Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit

21/Jan/2010 Mesin

Kas

Rp. 5.600.000

Rp. 5.600.000

b. Membeli dengan angsuran

Perolehan aktiva tetap dengan angsuran pembayarannya dilakukan dikemudian hari secara angsuran disertai bunga angsuran. Contoh:

Pada tanggal 1 Februari 2009, dibeli Mesin dengan harga Rp.25.000.000,- pembayaran pertama Rp. 10.000.000,- dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Desember selama 3 tahun sebesar Rp.5.000.000,- dengan bunga 12% pertahun, maka akan dijurnal sebagai berikut :


(25)

Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

1/Feb/ 2009 31/Des/ 2009 31/Des/ 2010 31/Des/ 2011 Mesin Hutang Usaha Kas Hutang Usaha Beban Bunga Kas Hutang usaha Beban Bunga Kas Hutang Usaha Beban Bunga Kas Rp. 25.000.000

Rp. 5.000.000 Rp. 1. 800.000 Rp. 5.000.000 Rp. 1.200.000 Rp. 5000.000 Rp. 600.000

Rp. 15.000.000 Rp. 10.000.000

Rp.6.800.000

Rp. 6.200.000

Rp. 5.600.000

Jurnalnya akan dibuat setiap akhir tahun sampai masa angsuran aktiva yang dibeli lunas dibayar.

c. Pertukaran

Pertukaran adalah perolehan aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang dimiliki untuk dipertukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap antara lain:


(26)

• Harga aktiva yang diperoleh

• Nilai buku aktiva tetap yang dilepas; • Akumulasi penyusutan aktiva yang dilepas; • Harga pasar yang wajar;

• Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah.

Contoh : Gedung diperoleh dengan harga Rp. 500.000 dan mesin dilepas dengan harga faktur Rp. 400.000 mesin telah disusutkan 10%.

Jurnal : Gedung Rp. 500.000 A/p mesin Rp. 40.000

Mesin Rp. 400.000 Laba atas pertukaran Rp. 140.000 (selisih dihitung sebagai rugi/laba).

Dalam hal pertukaran aktiva ini Ikatan Akuntan Indonesia (2004:16.6) memberikan batasan-batasan pertukaran yaitu sebagai berikut :

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam ini diukur pada nilai wajar yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.

Berdasarkan ketentuan diatas, maka perolehan aktiva tetap dalam pertukaran pencatatannya dilakukan sebesar nilai wajar akitva


(27)

yang diperoleh atau diserahkan. Dalam hal ini, jika terdapat laba pertukaran, laba tersebut baru diakui apabila aktiva tetap tersebut dijual, sebaliknya jika terdapat kerugian atas pertukaran aktiva tetap, maka kerugian tersebut diakui sebagai kerugian.

d. Sewa guna usaha / leasing

Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk mempergunakan aktiva yang dimiliki lessor selama suatu periode waktu tertentu dengan biaya tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan Lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva tetap. Menurut Harahap (2002:170) defenisi Leasing sebagai berikut “Leasing adalah suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu”.

Sedangkan menurut Ikantan Akuntan Indonesia (2004:30.1) dalam PSAK memberikan defenisi leasing sebagai berikut :

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunkana oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati.

Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh


(28)

pembayaran ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir sewa guna usaha.

Contoh : Dibeli kendaraan dengan leasing harga Rp. 100.000.000, dipanjar Rp. 28.000.000, sisa diangsur 6 tahun atau 72 bulan, bunga 12 % dan angsuran setiap bulan.

Jurnal :

Kendaraan Rp.100.000.000

Kas Rp. 28.000.000 Hutang leasing Rp. 72.000.000 Angsuran bulan I :

Hutang leasing Rp. 1.000.000 Beban bunga Rp. 720.000

Kas Rp. 1.720.000

Angsuran bulan II :

Hutang leasing Rp. 1.000.000 Beban bunga Rp. 710.000

Kas Rp. 1.710.000 Dan seterusnya selama 72 bulan (6 tahun).

e. Penerbitan surat-surat berharga

Memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham


(29)

dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar harga pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.

Contoh :

Pada tanggal 5 februari 2009, diterbitkan 1000 lembar saham bernilai pari Rp.50.000,- untuk memperoleh, saham tersebut pada periode berjalan dijual ke pasar dengan harga Rp.55.000,- maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Jurnal Penerbitan Surat-Surat Berharga

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

5/Feb/ 2009

Bangunan

Saham Biasa Agio Saham Biasa

Rp. 55.000.000

Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000

f. Membuat sendiri

Ada saatnya perusahaan memutuskan agar membangun sendiri aktiva tetap mereka. Beberapa pertimbangan yang diambil perusahaan untuk pembangunan sendiri tersebut antara lain :

 Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai yaitu kapasitas menganggur di dalam perusahaan;

Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan perusahaan tersebut;

 Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik dari yang ada;


(30)

 Untuk memenuhi kebutuhan, karena perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi tepat pada saat diperlukan;

 Dan lain-lain.

Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan atas pertimbangan sendiri untuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa alasan seperti yang diungkapkan oleh Smith dan Skousen yaitu (2003:447) “Untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitas yang menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi. Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh biaya-biya pembuatannya yaitu mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari. Jika harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih tinggi dari harga perolehanya dicatat menurut harga pasar maka selisihnya sebagai kerugian dan sebaliknya bukan dihitung laba.

Contoh : Perusahaan membuat sendiri 3 unit kendaraan bermotor dengan total biaya Rp. 18.200.000 adapun harga pasar dari ketiga kendaraan bermotor tersebut sebesar Rp. 25.000.000.

Jurnal : Peralatan Rp. 18.200.000


(31)

g. Pemberian atau hibah

Seandainya aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai dasar penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Meskipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut, tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diperoleh: Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia (2004:16.7) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.

Contoh :

Pada tanggal 20 Maret 2009, diperoleh Tanah dan Gedung dari sumbangan dengan nilai Rp.90.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah :

Tabel 2.4 Jurnal Pemberian atau Hibah

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

20/Mar/2009 Tanah

Gedung

Modal Donasi

Rp. 90.000.00 Rp. 50.000.000

Rp. 140.000.000

4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah.


(32)

Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu: Faktor fisisk dan Faktor Fungsional.

a. Faktor fisik

Faktor fisik terjadi karena kerusakan, keausan dan karena cuaca ketika digunakan perusahaan tersebut.

b. Faktor fungsional

Faktor fungsional terjadi karena :

● Tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan;

● Perubahan modal, mutu, dan lain-lain permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan;

● Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi, atau tidak sanggup bersaing.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16.2) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.” Tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusomo (2001:509) yaitu : “tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”.


(33)

Masa manfaat menurut PSAK No.17 (2004 : 17.2) adalah :

1. “Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau 2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari

aktiva oleh perusahaan”.

Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam istilah yaitu : Penyusutan, Deplesi, dan Amortisasi. 1. Penyusutan

Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh gedung, pabrik, dan lain-lain.

2. Deplesi

Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh lokasi tambang.

3. Amortisasi

Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh paten, goodwill dan copy right.

Melihat semua keterangan diatas dapat disimpulkan ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan


(34)

yang diakui setiap periode yaitu: Harga Perolehan, Nilai Residual, dan Masa Manfaat

1. Harga Perolehan (Historical Cost)

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai; 2. Nilai Residual atau nilai sisa

Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.

3. Masa Manfaat

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.2) dalam PSAK No.17 “masa manfaat adalah: “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.

Tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang digunakan perusahaan. Ketiga istilah adalah sebagai berikut:

1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan;

2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi dikenal dengan deplesi;

3. Untuk aktiva tidak berwujud, proses alokasi biaya disebut amortisasi. Dalam buku Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004:17.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut :


(35)

a. Berdasarkan waktu

Metode garis lurus (straight-line-depreciation)

Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakinlama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.

Untuk perhitungan metode garis lurus didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun,

2. Beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode.

Untuk menentukan besarnya beban penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tahun dalam Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga d% n 100% Persentase dalam

Atau = =

Residu) Nilai -Akuisisi (Biaya x d% (D) Penyusutan =


(36)

Contoh :

PT .X membeli mesin dengan harga Rp. 20.000.000-. taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur 5 tahun, maka beban penyusutan dihitung sebagai berikut :

Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan = 5 00 Rp.2.000.0 -20.000.000 Rp. = 00,-Rp.3.600.0 =

Tabel 2.5 Penyusutan berdasarkan Metode Garis Lurus Thn Harga perolehan Beban

Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku 1 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 3,600,000 Rp.16,400,000 2 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp.12,800,000 3 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 5 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000

Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan perusahaan yang produknya dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami fluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, maka penggunaan metode ini kurang sesuai, karena penghapusan selalu sama setiap tahun. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyusutan mempengaruhi tingkat penjualan, pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah.


(37)

Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method)

Metode ini beban penyusutan akan menurun secara tetap dari tahun ke tahun, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir. Misal suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

15 2

1) (n 2

1) (n

r = + = + =

Contoh :

PT X membeli peralatan Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun, nilai sisa ditaksir sebesar Rp.2.000.000,- Harga Perolehan (Historical cost : Rp.20.000.000,- Nilai Sisa Akhir tahun ke lima : Rp. 2.000.000,- Nilai Buku : Rp.18.000.000,-


(38)

Tabel 2.6 Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun Thn Dasar

Penyusutan

Beban Penyusutan

Akumu-lasi

Penyusu-tan Nilai Buku Rp.20,000,000

1 Rp.18,000,000 Rp.6,000,000 Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000

2 Rp.18,000,000 Rp.4,800,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000

3 Rp.18,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000

4 Rp.18,000,000 Rp.2,400,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000

5 Rp.18,000,000 Rp.1,200,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000

Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda (declining/double declining-balance-method)

Metode saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :

n c s -1 r =

Keterangan :

r = persentase per tahun s = nilai sisa

n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan


(39)

Contoh :

PT.XYZ membeli mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut :

5 n

000

Rp.20.000.

00

Rp.2.000.0

-1

r

c

s

-1

r

=

=

) dibulatkan ( % 37 r 63 , 0 1 r = − =

Tabel 2.7 Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun Thn Beban Penyusutan Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 37% x (20.000.000-2.000.000) = Rp.6,660,000 Rp. 6,660,000 Rp.13,340,000 2 37% x (20.000.000-8.660.000) = Rp.4,195,800 Rp.10,855,800 Rp. 9,144,200 3 37% x (20.000.000-12.856.622) = Rp.2,643,049 Rp.13,498,849 Rp. 6,501,151 4 37% x (20.000.000-15.499.671) = Rp.1,665,121 Rp.15,163,970 Rp. 4,836,030 5 37% x (20.000.000-17.164.792) = Rp.1,049,026 Rp.16,212,996 Rp. 3,787,004

Beban penyusutan dengan metode ini maka setiap tahun akan semakin kecil demikian seterusnya sampai akhir tahun ke lima. Metode diatas tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa.

Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan cara mengalikan dua


(40)

persentase tarif penyusutan yang digunakan untuk menghitung penyusutan tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah : 2 x (100% : 5) = 2 x 20%.

Contoh :

PT. XYZ membeli mesin dengan seharga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur 5 tahun dengan penyusutan dapat dihitung sebagai berikut :

Tabel 2.8 Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun Ganda

Thn Nilai Buku Aktiva Awal Tahun

Tarif Saldo Menurun

Ganda

Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp.20,000,000

1 Rp. 20,000,000-2000.000 40% Rp.7,200,000 Rp. 7,200,000 Rp.12,800,000 2 Rp .20,000,000-7.200.000 40% Rp.5,120,000 Rp.12,320,000 Rp. 7,680,000 3 Rp. 20.000.000- 12.320.000 40% Rp.3,072,000 Rp.15,392,000 Rp. 4,638,000 4 Rp. 20.000.000-15.392.000 40% Rp.1,843,200 Rp.17,235,200 Rp. 2,764,800 5 Rp. 20.000.000-17.235.200 40% Rp.1.105,920 Rp.18,341,120 Rp. 1,658,880

Beban penyusutan pada tahun terakhir tahun ke lima terbatas hanya pada Rp. 1.105,920,- sehingga nilai buku sebesar Rp. 1,658,880 maka akumulasi penyusutan akhir tahun ke lima sebesar Rp.18,341,120 maka sebaiknya akumulasi penyusutan tahun ke lima sebaiknya dibulatkan, sehingga nilai buku ahir tahun ke lima Rp. 20.000.000 – Rp. 18.000.000 = Rp. 2.000.000.


(41)

b. Berdasarkan penggunaan :

Metode-jam-jasa (service-hour-method)

Metode diatas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam estimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode diatas adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut :

Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa Jumlah Jam Jasa

Contoh :

PT. XYZ membeli sebuah pesawat terbang dengan harga Rp.200.000.000,- nilai sisa 10%. Jumlah jam jasa pesawat terbang tersebut diestimasi sebesar 1000 jam. Beban penyusutan pesawat terbang per jam dapat dihitung sebagai berikut :

jam 180.000/ jam

1000

000 Rp.20.000.

-.000 Rp.200.000

Penyusutan= =

Jika dalam tahun pertama pesawat terbang tersebut telah bekerja selama 100 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100 jam x 180.000 jam = Rp. 18.000.000,-


(42)

Tabel 2.9 Penyusutan berdasarkan Jam Jasa Tahun Jam

kerja

Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp. 200,000,000

1 100,000 Rp. 18,000,000 Rp. 18.000.000 Rp. 182,000,000 2 200,000 Rp. 36.000,000 Rp. 54.000.000 Rp. 146,000,000 3 200,000 Rp. 36.000,000 Rp. 90.000.000 Rp. 110,000,000 4 400,000 Rp. 72.000,000 Rp. 162.000.000 Rp. 38,000,000 5 100,000 Rp. 18.000.000 Rp.180.000.000 Rp. 20,000,000

Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)

Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaanya pada metode sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi jumlah jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut :

Output Sisa Nilai -Perolehan Harga Penyusutan=

Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah produksi setahun x besarnya penyusutan per unit.

Contoh :

PT. XYZ membeli mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran produksi sebesar 1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut :

/ Unit Rp.18 Unit 1.000.000 00 Rp.2.000.0 -000 Rp.20.000.


(43)

Maka pada tahun pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18/unit = Rp.2.160.000,-

Tabel 2.10 Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn. Unit Beban

Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku Rp. 20,000,000

1 100,000 Rp. 1,800,000 Rp. 1.800.000 Rp. 18,200,000

2 100,000 Rp. 1,800,000 Rp. 3,600,000 Rp. 16,400,000

3 400,000 Rp. 7,200,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000

4 300,000 Rp. 5,400,000 Rp.16,200,000 Rp. 3,800,000

5 100,000 Rp. 1,800,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000

c. Berdasarkan kriteria lainnya :

Metode-berdasarkan kelompok dan gabungan (combaine and group method)

Pada pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa beban penyusutan dihubungkan dengan aktiva individual dengan aktiva individual dan diperlakukan sebagai unit yang terpisah. Praktik ini disebut dengan penyusutan perunit. Dari sudut pandang praktis, dimungkinkan untuk menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva seolah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut sejenis atau misalkan semua mobil van perusahaan dan penyusutan gabungan. Jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda (misalnya meja, kursi dan komputer perusahaan).


(44)

Dalam pembahasan berikut, istilah penyusutan kelompok mengacu pada kedua macam jenis penyusutan tersebut. Prosedur penyusutan kelompok memperlakukan sekumpulan aktiva sebagai satu kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif penyustan didasarkan pada masa manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut. Penyusutan kelompok biasanya dihitung sebagai adaptasi dari metode garis lurus, dan contoh ini mengasumsikan pendekatan ini. Tarif penyusutan kelompok ditentukan dengan menganalisis berbagai aktiva atau kelompok aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai rata-rata dari penyusutan garis lurus tahunan sebagai berikut :

Tabel 2.11 Penyusutan berdasarkan Metode Kelompok dan Gabungan Aktiva Harga Nilai sisa Biaya yang Estimasi yang Beban yang

Perolahan disusutkan dapat disusutkan penyusutan

Tahunan(garis lurus)

A ... $ 2.000 $ 120 $ 1.880 4 $ 70 B ... 6.000 300 5.700 6 950 C ... 12.000 1.200 10.800 10 1.080

$ 20.000 $ 1.620 $ 18.380 $ 2.500

Tarif 12,5% digunakan pada harga perolehan aktiva yang ada, yaitu sebesar $ 20.000, menghasilkan penyusutan tahunan sebesar $2.500. Penyusutan tahunan sebesar $ 2.500 akan terakumulasi menjadi $ 18.380 dalam waktu 7352 tahun : 7352


(45)

adalah umur rata-rata aktiva. Setelah tarif kelompok sebesar 12,5% ditetapkan, persentase tersebut digunakan untuk menghitung penyusutan tahunan dari seluruh aktiva dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, jika aktiva D dibeli dengan harga $ 5.000 maka total harga perolehan dalam kelompok tersebut menjadi $ 25.000 ($ 2.000 + $ 6.000 + $ 12.000 + $ 5.000) dan beban penyusutan tahunan adalah $ 3.125 ($ 25.000 x 12,5%). Persentase persen kelompok biasanya akan selalu sama jika tidak ada perubahan umur aktiva dalam kelompok tersebut. Diasumsikan bahwa jika aktiva ditarik maka akan digantikan dengan aktiva yang sejenis. Tarif kelompok perlu diperhitungkan kembali secara periodik untuk memastikan bahwa tarif tersebut masih tepat untuk digunakan atas kelompok aktiva tersebut. Karena akun akumulasi penyusutan pada prosedur kelompok ditetapkan atas seluruh aktiva dalam kelompok tersebut, maka akun itu tidak mengacu pada aktiva tertentu. Dengan demikian, tidak ada nilai buku yang dapat dihitung untuk suatu aktiva tertentu, dan tidak ada aktiva yang disusutkan secara penuh. Tidak ada laba atau rugi yang diakui pada saat aktiva ditarik.

Metode-anuitas (annuity-method)

Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang


(46)

akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut :

i , n, PVIF Sisa Nilai Value Present -Perolehan Harga Penyusutan= Contoh :

PT. X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut

10 , 5, 10 , 5, PVIF Rp.134.776 PVIF -00 Rp.1.600.0 Penyusutan= 7,581574 0,1241842 x Rp.134.776 -00 Rp.1.600.0 = 7,581574 Rp.83.668 -00 Rp.1.600.0 = 000 . 00 Rp.4 =

Melalui perhitungan diatas diketahiu bearnya beban penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. Iktisar


(47)

beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.12 Penyusutan berdasarkan Metode Anuitas

Thn Penyusutan

Implisit Interest Revenue 10%

Akumulasi Penyusutan

/tahun

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp.1,600,000

1 Rp. 400,000 Rp.160,000 Rp.240,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 2 Rp. 400,000 Rp.136,000 Rp.264,000 Rp. 504,000 Rp.1,096,000 3 Rp. 400,000 Rp.109,600 Rp.290,400 Rp. 794,400 Rp. 805,600 4 Rp. 400,000 Rp. 80,560 Rp.319,440 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 5 Rp. 400,000 Rp. 48,616 Rp.351,384 Rp.1,465,224 Rp. 134,776

Tahun I

Beban penyusutan Rp.400.000,-

Interest Revenue Rp.160.000, Akumulasi Penyusutan Rp.240.000,- Tahun II

Beban penyusutan Rp.400.000,-

Interest Revenue Rp.136.000,- Akumulasi Penyusutan Rp.264.000,- Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunkan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing.


(48)

Sistem-persediaan (inventory-system)

Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk menilai sejumlah aktiva tetap yang nilainya relatif kecil, seperti perkakas, peralatan dan lain-lain. Metode persediaan ini cukup ringkas digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak pula rasionil. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir tahun.

5. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Menurut buku Standar Akuntasi Keuangan (2002 : 1.3) laporan keuangan yang lengkap meliputi komponen-komponen berikut ini :

1. Neraca;

2. Laporan laba rugi;

3. Laporan perubahan ekuitas; 4. Laporan arus kas;

5. Catatan atas laporan keuangan.

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut penulis Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunakan oleh perusahaan adalah :

1. “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global


(49)

2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing;

3. Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.

Tabel 2.13

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT. XYZ

Neraca Per 31 Desember 20xx

(Rp)

ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS

Aset Lancar

Kas Rp. xxx Investasi Jangka Pendek Rp. xxx Piutang Rp. xxx Persediaan Rp. xxx Jumlah Aset Lancar Rp. xxx Aset Tetap

Tanah Rp. xxx Bangunan Rp. xxx

A/p bangunan Rp. xxx

Rp.xxx Kendaraan Rp. xxx

A/p kendaraan Rp. xxx

Rp. xxx Peralatan Rp. xxx

A/p peralatan Rp. xxx

Rp.xxx Invnt. Kantor Rp. xxx

A/p invnt. kantor Rp. xxx

Rp. xxx Jumlah Aktiva tetap Rp. xxx Aset Tetap Tidak Berwujud Rp. xxx Jumlah Aktiva Rp. xxx

Jumlah Aset Rp. xxxx

Kewajiban

Kewajiban Lancar Rp. xxx Kewajiban jk. Panjang Rp. xxx

Ekuitas Rp. xxx

Jumlah Kewajiban


(50)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.14 Penelitian Terdahulu Nama Judul

Penelitian

Perumusan Masalah Hasil Penelitian Ernie M. Tampubolon 2005 Ramot Nurlela. A 2004 Analisa Pengunaan, Penghentian Aktiva Tetap Dan Penyajiannya Dalam Laporan Keuangan Pada PT. Musim Mas Medan Pengakuan Dan Pengukuran Aktiva Tetap Pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Propinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No.16

Bagaimana perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap

pada perusahaan jasa angkutan darat Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan

Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.

Kebijakan perusahaan dalam menentukan capital expenditure atau renenue expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4 bagian.

Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode Garis Lurus.

Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap termasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik.

Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.


(51)

C. Kerangka Konseptual

Gambar di bawah ini adalah untuk merumuskan permasalahan sesuai dengan latar belakang masalah penelitian, penulis akan menguraikan kerangka konseptual dalam permasalahan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis, 2010

Perolehan

Aktiva Tetap Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Penyusutan Aktiva Tetap

Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

sesuai SAK

PT. COCA COLA BOTTLING COMPANY INDONESIA MEDAN

Kebijakan Akuntansi


(52)

Penjelasan kerangka konseptual :

Kebijakan akuntansi aktiva tetap yaitu kebijakan dalam pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan :

a. Cara perolehan aktiva tetap b. Pengeluaran aktiva tetap

c. Metode penyusutan aktiva tetap d. Penarikan aktiva tetap

e. Pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap f. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan

Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No.16 dan PSAK No.17.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dipergunakan adalah :

1. Data Kualitatif merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil penelitian masih berupa fakta-fakta verbal dari keterangan. Seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dan bidang-bidang kerja.

2. Data Kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala interval. Seperti laporan keuangan perusahaan.

Dalam penelitian ini, sumber data yang bersumber dari: Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan staf dan karyawan PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berupa


(54)

artikel, buku-buku dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian, data ini diperoleh di PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan yang sudah didapat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: teknik wawancara, observasi, dan kepustakaan.

1. Teknik Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung ke bagian keuangan, akuntansi dan umum di PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan.

2. Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung mengenai pelaksanaan akuntansi aktiva tetap dan metode peyusutan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

3. Teknik Kepustakaan, yaitu memperoleh data skunder yang dilakukan dengan membaca buku-buku dan bahan-bahan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang di bahas.

D. Merode Analisis Data

Metode analisis yang dipakai dalam menganalisis masalah adalah dengan menggunkan metode deskripsi dan deduksi.

1. Metode Deskripsi, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterprestasikan serta menganalisanya sehinga diperoleh gambaran masalah yang diteliti.


(55)

2. Metode Deduktif, yaitu suatu metode yang mengadakan pemikiran logika dan diterima umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang sedang diamati tersebut, kemudian memberikan saran berdasarkan kesimpulan.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung dari bulan Oktober 2010 sampai dengan selesai, dilakukan penulis di PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia-Medan, Jl. Medan-Belawan km 14, Martubung Medan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Sumber : Penulis, 2010 Tahapan Penelitian Juli 2010 Agt 2010 Sept 2010 Okt 2010 Nov 2011 Des 2011 Jan 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pengajuan Proposal Skripsi Bimbingan Proposal Seminar Proposal Skripsi Pengumpulan dan Pengolahan Data Bimbingan Skripsi Penyelesaian Laporan Penelitian Ujian Skripsi


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perjalanan sejarah dan perkembangan minuman Coca Cola ini sangat menarik untuk dikaji. Karena bukan hanya mengandung nilai-nilai historis yang dalam juga mengandung makna dan pengetahuan tentang perjalanan usaha yang merentang ke segala penjuru dunia. Minuman Coca Cola saat ini sudah berumur lebih dari satu abad atau tepatnya 117 tahun. Beredar dari 155 negara di dunia dan jumlah produksi per hari sekitar 450 juta botol.

Bermula dari seorang ahli farmasi DR. John Styth Pamberton yang menemukan ramuan khusus berupa bahan baku dasar yang pada tanggal 8 mei 1886 di kota Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Ramuan inilah yang setelah dicampur dengan gula murni dan air steril diberi nama Coca Cola oleh Frank M. Robinson seorang rekan usaha merangkap sebagai akuntan. Setahun kemudian barulah Coca Cola dijual untuk pertama kali melalui Jacob’s Pharmacy di kota yang sama. Spanduk yang bercat minyak dengan tulisan “Drink Coca Cola” dipasang di depan perusahaan Jacob’s Pharmacy.Ternyata minuman ini sangat disukai dan laris sehingga penjualannyapun makin menyebar. Minuman ini dikemas dalam guci besar dan indah yang ditempatkan pada lokasi strategis di perkantoran, pasar, taman, rekreasi, hotel, restoran, dan sebagainya. Coca Cola


(57)

melaju terus menembus batas Negara dan waktu memasuki millennium ketiga dengan menyandang predikat “Brand of Century”

Sebelum meninggal pada tahun 1888, DR. Pamberton mewariskan penemuannya kepada seorang manajer ulung Asa Candler. Empat tahun kemudian Asa Candler mendirikan perusahaan dengan nama “The Coca Cola Company” di kota yang sama. Ide cemerlang datang kemudian dari Joseph Biedenharm yang mencoba mengemas minuman tersebut ke dalam botol. Ide seorang pemilik toko di Missisipi itu kemudian disambut oleh pengusaha Tennessee dengan mendirikan pabrik minuman Coca Cola yang kali pertama di dunia pada tahun 1899. Pabrik ini membeli Concentrate atau bahan baku dasar dari The Coca Cola Company, kemudian mengolahnya dengan air steril, gula murni, gas CO2 sehingga menjadi minuman yang siap disajikan dalam botol.

Ini adalah awal dari suatu sistem dagang yang untuk dalam sejarah perdagangan dunia yang disebut Franchised System (sistem waralaba). Sistem waralaba ini adalah suatu kerjasama saling menguntungkan antara dua perusahaan (The Coca Cola Company dan Pabrik Minuman) yang sama sekali terpisah modal kepemilikan dan manajemennya. Sistem dagang yang sama berlaku untuk seluruh usaha Coca Cola di seluruh dunia yang meliputi di 200 negara dengan tingkat konsumsi lebih dari 1 miliar sajian minuman setiap hari. Pada akhir millenium kedua, tercatat 16 miliar peti atau 384 miliar sajian produk Coca Cola dikonsumsi masyarakat dunia.


(58)

a. Coca Cola di Indonesia

Coca Cola hadir di Indonesia pada tahun 1927 ketika De Nederland Mineral Water Fabriek (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkannya kali pertama di Batavia. Produksi Coca Cola lumpuh pada jaman penjajahan jepang (1942 – 1945). Namun setelah kemerdekaan Indonesia, pabrik tersebut beroperasi kembali di bawah nama The Indonesian Bottles Ltd. NV (IBL) dengan status perusahaan nasional. Pada tahun 1971 dengan pertambahan partner usaha dan modal IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang yaitu : Mitsui & Co. Ltd, Mitsui Toatsu Chemical Inc. dan Mikuni Coca Cola Bottling Co., membentuk pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT Djaya Beverages Bottling Company (DBBC). Sampai saat ini, ada 11 pabrik pembotolan Coca Cola di Indonesia. Sebelas pabrik tersebut berlokasi di : Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Bali, Lampung, Padang, Medan, Banjarmasin, Makassar, dan Menado.

b. Coca Cola di Medan

Di Medan pabrik Coca Cola terletak di Jalan K.L. Yos Sudarso Km. 14 Medan – Belawan, kelurahan Martubung, kecamatan Medan Labuhan dan menempati areal seluas 48.700 M2. Pabrik pembotolan Coca Cola di Medan mulai dirintis pada tahun 1972 oleh PT Brasseries D’el Indonesie, perusahaan PMA Prancis. Produk andalan perusahaan ini sebenarnya Bir. Coca Cola, Sprite, dan Fanta merupakan produk sampingan. Pada tahun 1980 PT Brasseries D’el Indonesie diambil alih oleh PT Multi Bintang Indonesia yang juga produsen Bir


(59)

terkenal di Indonesia. Karena ingin berkonsentrasi pada produk utama Bir, PT Multi Bintang Indonesia merelokasi pabriknya ke Tangerang dan menjual pabrik pembotolan di Coca Cola Medan kepada PT Pan Java Bottling Company. Akuisisi dilakukan pada tanggal 2 Mei 1984.

PT Coca Cola Pan Java Unit Medan mendistribusikan produknya kepada distribusi tunggal yaitu PT Coca Cola Kendalisodo yang berada dalam satu kantor dengan PT Coca Cola Pan Java. Untuk kemudian PT Coca Cola Kendalisodo Unit Medan mendistribusikannya kepada pelanggan. Karena perkembangan perusahaan begitu cepat, pada tahun 1992 perusahaan ini melakukan kerjasama dengan Coca Cola Amatil Limited, Australia (CCA), satu grup perusahaan pembotolan Coca Cola terkemuka di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur yang berkantor di Sidney, Australia dan sejak itu PT Pan Java Bottling Company berubah namanya menjadi PT Coca Cola Pan Java. Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, pada tanggal 1 Januari 2000 kesepuluh perusahaan pembotolan dan distribusi Coca Cola yang berada di bawah bendera perusahaan Coca Cola Amatil Limited, Australia berubah namanya menjadi PT Coca Cola Bottling untuk perusahaan pembotolan dan PT Coca Cola Amatil Indonesia untuk perusahaan distribusi. The Coca Cola Company merupakan perusahaan asing yang paling berhasil beroperasi di Asia karena keunikan produk dan sistem pemasaran serta pemahamannya terhadap pasar dan budaya lokal yang didukung oleh sekitar 9.000 karyawan, melayani lebih dari 400.000 pelanggan di seluruh Nusantara. Sampai saat ini PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan telah cukup berhasil dalam


(60)

menghasilkan dan mengkombinasikan serta memodifikasikan produknya dan hasil produksinya telah tersebar secara luas di berbagai daerah.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses managerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi di dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen.

Struktur organisasi bagi suatu perusahaan adalah sangat penting sebagai alat untuk menyusun fungsi-fungsi dan departemen-departemen serta posisi organisasi secara keseluruhan. Hal ini akan memudahkan pelaksanaan pekerjaan, dimana setiap individu dalam organisasi perusahaan akan mengetahui dengan jelas batas-batas wewenangnya dan kepada siapa ia bertanggung jawab. Setiap organisasi umumnya mempergunakan struktur yang berbeda-beda satu dengan lainnya sesuai dengan kebutuhan orang tersebut untuk menjalankan roda organisasi.

PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan membuat struktur organisasi yang merupakan landasan kerja bagi seluruh karyawan yang ada dalam perusahaan. Struktur organisasi yang dimiliki dan dijalankan adalah struktur


(61)

organisasi garis dan staf (Line and Staff Organization). Dalam struktur organisasi garis dan staf ini dikenal satu komando. Dimana masing- masing bawahan wajib melaksanakan instruksi dan bertanggung jawab langsung kepada atasan sesuai dengan instruksi yang diterimanya. Dengan kata lain tiap-tiap pekerjaan dikenal satu pimpinan yang langsung membawahinya sedangkan staf bekerja dan memberikan saran-saran kepada manajer.

Pembagian tugas masing-masing meliputi yaitu: General Manager, general Sales & Marketing Manager, Purchasing Manager, Finance Manager, Business Information System Manager, Technical Operation Manager, Human Resources Develpoment Manager, Cold Drink Equipment Manager, Production Manager, Engineering Manager, Water and Syrup Supervisor, dan Bottling Lines Supervisor.

a. General Manager

Sebagai puncak pimpinan di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan memiliki wewenang sebagai perencana, pengorganisasian dan pemberi nilai menyeluruh terhadap aktivitas perusahaan demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.

Tugas General Manager meliputi:

− Menentukan dan merumuskan kebijaksanaan utama dalam usaha pencapaian tujuan umum perusahaan.

− Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan pada manajer-manajer dan menjalin hubungan baik dengan mereka.


(62)

− Membuat peraturan–peraturan intern pada perusahaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan.

b. Secretary

Tugas Secretary meliputi:

− Mempersiapkan laporan bulanan untuk HO (Head Office)

− Mempersiapkan dan menghadiri rapat dan membuat waktu pertemuan distribusi

− Menyelenggarakan surat menyurat yang berhubungan dengan perusahaan − Menyusun dan menyiapkan rapat General Manager

− Menetapkan sistem file sehingga bila dibutuhkan informasi bisa ditemukan tepat pada waktunya.

− Mencatat surat–surat atau fax yang masuk dan keluar

− Mengatur tamu yang datang dari daerah maupun luar negeri, seperti akomodasi, transportasi.

c. General Sales & Marketing Manager

Tugas General Sales & Marketing Manager meliputi:

− Mengawasi pelaksanaan penjualan dan program pemasaran yang diperintahkan untuk menjamin pencapaian salah satu objektifitas perusahaan dalam bentuk volume penjualan, pertumbuhan penjualan, dan pangsa pasar menurut batas anggaran

− Mengembangkan dan memelihara hubungan dengan langganan lama dengan baik sehingga akan memberikan kepuasan bagi pelanggan


(63)

− Mengembangkan penciptaan program pengadaan produk baru, mengawasinya dan mengadakan penilaian terhadap kemajuan/hasil produk baru tersebut.

d. Purchasing Manager

Tugas Purchasing Manager meliputi :

− Menjamin semua permintaan pembelian yang telah disetujui, ditindaklanjuti sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pemakai

− Menjamin semua pembelian yang telah diterbitkan sesuai dengan harga penawaran yang disetujui bagian keuangan.

− Menjamin semua pembelian harus dilengkapi dengan paling sedikit 3 penawaran dari 3 supplier yang berbeda kepemilikan sahamnya dan bukan satu grup perusahaan (untuk menghindari monopoli)

− Menjamin semua transaksi yang bersifat urgent yang telah disetujui General Manager sebelum diproses.

− Memberikan informasi secara terbuka tentang jenis dan spesifikasi barang yang akan dibeli sebelum pemakaian dilakukan.

e. Finance Manager

Bertujuan untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan yang berkaitan dengan objektifitas perusahaan dalam hal keuangan, serta mengumpulkan data-data keuangan perusahaan sesuai dengan pelaksanaan kegiatan persiapan untuk mempersatukan atau menggabungkannya ke dalam analisa laporan keuangan.


(64)

Tugas Finance Manager meliputi :

− Membantu pencapaian sasaran keuangan perusahaan dengan mempersiapkan laporan keuangan yang terkonsolidasi secara tepat waktu, − Membantu General Manager mengumpulkan atau menyusun data untuk

rencana financial jangka pendek maupun jangka panjang,

− Membuat analisa-analisa keuangan untuk mendukung proses pengambilan keputusan,

− Mengamankan harta milik perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi intern control

− Mengembangkan dan mendukung kebutuhan sarana dan prasarana informasi bagi departemen lain

− Menetapkan kredit limit dan jangka waktu penagihan serta penjualan yang harus dilakukan secara tunai.

− Mengembangkan serta membuat dan meng–up date prosedur-prosedur yang sedang dilaksanakan yang kemudian meminta General Manager untuk menyetujuinya.

f. Business Information System Manager

Tugas Business Information System Manager meliputi :

− Menyusun strategi perusahaan dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi perusahaan dengan menggunakan sistem dan teknologi informasi

− Bertanggung jawab terhadap perawatan jaringan komputer dan sistem komunikasi


(65)

− Bertanggung jawab kepada General Manager g. Technical Operation Manager

Tugas Technical Operation Manager meliputi :

− Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pada bagian teknik dan produksi

− Merencanakan serta mengatur produksi perusahaan agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan

− Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan baku

h. Human Resources and Development Manager

Tugas Human Resources and Development Manager meliput i :

− Merencanakan dan mengorganisir semua sumber daya manusia dan program pengembangan

− Membantu General Manager dalam melaksanakan undang-undang tenaga kerja dan peraturan pemerintah serta menjalankan kebijaksanaan perusahaan dalam manajemen sumber daya.

− Mendukung pencapaian tujuan perusahaan dengan mengusahakan sebuah lingkungan kerja dimana semua pekerja dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan hasil yang memuaskan

− Menciptakan keamanan bagi perusahaan dan mengawasi berbagai situasi dan melibatkan pimpinan pekerja di dalam kegiatan yang berkaitan dengan kekuasaan hukum dan pergerakan politik


(66)

i. Cold Drink Equipment Manager

Tugas Cold Drink Equipment Manager meliputi :

− Meneliti, memeriksa dan menganalisa mutu produk baik bahan baku maupun produk jadi apakah sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan dan bertanggung jawab kepada General Manager.

j. Production Manager

Tugas Production Manager meliputi :

− Memimpin dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan dalam bidang pengolahan air, pembuatan sirup, pembotolan, pengoperasian dan perawatan mesin yang dikelolanya, memberi input untuk rencana penyusunan budget tahunan, menyusun program kerja semua seksi-seksinya dan meletakkan dasar-dasar koordinasi di antara operator-operator, mengevaluasi keadaan bulan lalu dari tiap-tiap seksi di bawahnya dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager.

k. Engineering Manager

Tugas Engineering Manager meliput i :

− Memonitor dan mengontrol aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan untuk meyakinkan agar target volume produksi dapat tercapai dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager


(67)

l. Water and Syrup Supervisor

Tugas Water and Syrup Supervisor meliputi :

− Menyimpan, menerima dan mengeluarkan bahan-bahan yang diminta oleh setiap departemen dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

m. Bottling Lines Supervisor

Tugas Bottling Lines Supervisor meliputi :

− Memonitor dan mengontrol aktivitas yang berhubungan dengan pembotolan dan perlengkapan yang diperlukan untuk meyakinkan agar target produksi dapat dicapai dan bertanggung jawab kepada Production Manager.

3. Kegiatan Operasional Perusahaan

PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan merupakan suatu perusahaan pabrikasi dalam bidang industri pembotolan minuman ringan tanpa alkohol. Perusahaan minuman bebas alkohol ini merupakan perusahaan terdepan dalam pasar minuman global terutama di Asia, karena keunikan produk dan sistem pemasaran, serta pemahamannya terhadap pasar dan budaya lokal. Hasil produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan terdiri dari Coca Cola, Fanta, Sprite, Frestea,dan Hi-C, yang dibuat dari bahan baku yang terpilih dikemas secara higienis dengan berbagai–bagai ukuran seperti kemasan botol, kaleng, plastic PET (Poly Ethylene Therephlate). Produk Coca Cola jenis kaleng (scanning) dan jumbo (PET) diproduksi hanya di Semarang dan Padang. Coca


(68)

Cola Bottling Indonesia Sumatera Bagian Utara menyediakan Promix, yaitu tabung yang berisi sirup Coca Cola yang digunakan oleh pelanggan khusus yang memiliki mesin pencampur Coca Cola seperti : California Fried Chicken, New York Fried Chicken, Pizza Hut dan Dunkin Donuts.

Proses Produksi :

Minuman ringan tanpa alkohol seperti Coca Cola, Sprite, Fanta dibuat dari bahan baku yang terpilih, dikemas secara higienis dalam kemasan botol, kaleng,dan PET. Proses pengolahan minuman ringan Coca Cola dilakukan dalam satu departemen produksi yang terdiri dari bagian-bagian dimana beberapa kegiatan dilaksanakan hampir bersamaan. Proses produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan secara sederhana dapat dijelaskan mealui proses sebagai berikut: pengolahan air, pembuatan syrup dan pencampuran.

Pengolahan air

Pada proses pengolahan air, air yang dipompa dari sumur bor perusahaan akan dipompakan ke tangki reaksi, untuk direaksikan dengan bahan – bahan kimia seperti kaporit, kalsium klorida, kapur dan ferro sulfat. Kemudian air tersebut berturut-turut dialirkan ke pressure tank, sand filter dan carbon filter hingga diperoleh air bermutu tinggi (steril).

Pembuatan sirup

Pada proses pembuatan sirup gula murni dilakukan dengan air olahan bermutu tinggi dan dipanaskan serta diaduk sampai campuran menjadi homogen, kemudian disaring dengan alat penyaring khusus sehingga menjadi simple sirup.


(1)

pengeluaran yang terjadi sampai aktiva tetap tersebut berfungsi atau dapat dipakai.

b. Membuat sendiri

Aktiva tetap di perusahaan yang dibangun sendiri adalah bangunan dan kelengkapan halaman. Ini dilakukan perusahaan untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitas yang menganggur atau untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi.

Nilai perolehan aktiva tetap adalah sebesar jumlah seluruh biaya-biaya dan beban-beban yang diperlukan untuk membangun sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam operasi perusahaan.

c. Diterima dari cabang PT. Coca Cola Bottling lain

Sebagian aktiva tetap yang dimiliki perusahaan diterima dari cabang PT. Coca Cola lain yang terdiri dari mesin mesin peralatan/inventaris, kendaraan, bahan baku dan lain-lain. Nilai perolehannya adalah sebesar jumlah nilai perolehan semula seperti yang telah tercatat dalam perusahaan PT. Coca Cola Company serta penyusutannya dan biaya-biaya sehubungan dengan pemindahan aktiva tetap tersebut, misalnya biaya pengangkutan dan pengolahan tidak menambah nilai, tetapi biaya tersebut bibebankan sebagai biaya operasi.

d. Pemberian atau hibah

Perusahaan pernah menerima hibah dari pihak lain yaitu tanah. nilai perolehan aktiva tersebut adalah menurut harga pasar yang layak untuk


(2)

aktiva tetap yang bersangkutan ditambah pajak pertambahan nilai (Ppn) sebesar 10 % sesuai dengan ketentuan Dirjen Pajak. Jika harga pasarnya tidak ada atau sulit diketahui, maka ditetapkan berdasarkan penilaian dan penaksir yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

4. Berapa lama umur masa aktiva tetap ?

Jawab

5. Bagaimana penyusutan aktiva tetap yang diperoleh setelah hasil penelitian?

:

Aktiva tetap yang dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, keausan dan susut, baik karena dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka terhadap aset tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya. Aktiva Tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.

Jawab :

PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan-Belawan dalam prakteknya hanya menetapkan satu metode penyusutan saja untuk semua jenis aktiva tetap, yang dimiliki yakni metode garis lurus dengan mengabaikan nilai residu atau menganggap nilai residu sama dengan nol. Metode ini telah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun dan telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan.


(3)

6. Apakah dalam penelitian PT. Coca Cola Bottling Indonesia sudah sesuai dengan Standar akuntansi Keuangan (SAK) ?

Jawab

7. Apa saja penggolongan aktiva tetap ?

:

Iya, karena menurut yang kita ketahui perusahaan besar seperti PT. Coca Cola Bottling ini merupakan perusahaan unilever yang sudah akrab ditelinga masyarakat, dan dalam melakukan penelitian tidak ditemukan hal yang menyimpang yang melanggar dan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Jawab

• Tanah

:

Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain :

1. Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi menjadi: Aktiva Berwujud (Tangible Assets) dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Assets).

a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.

Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi lima bagian, antara lain :

• Bangunan


(4)

• Mesin

• Peralatan

• Inventaris

b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari :

Copy right

Patent

Trade mark

Goodwill

• Hak cipta dan lain-lain

2. Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan dapat di bagi menjadi: Depreciated Plant Assets dan Undepreciated Plant Assets.

a. Depreciated

plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain

b. Undepreciated

plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah.

8. Apakah penyusutan termasuk dalam aktiva tetap ? metode apa yang digunakan dalam penyusutan ?


(5)

Penyusutan termasuk dalam aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus setiap bulannya.

9. Bagaimana hasil penelitian aktiva tetap pada PT. Coca Cola Bottling indonesia ?

Jawab :

10. Bagaimana Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan PT. Coca Cola Bottling Indonesia ?

Aktiva tetap milik PT. Coca Cola seperti tanah, bangunan, peralatan, gudang, pabrik, mesin, kendaraan bermotor, perumahan, mess dan lainnya. Semuanya dibeli pada saat membeli perusahaan kecuali ada beberapa aktiva yang dibeli baru seperti kendaraan angkutan, kendaraan pimpinan, komputer, meja, kursi (perlengkapan kerja) atau semua aktiva yang umurnya dibawah 5 tahun dibeli baru. Sedangkan aktiva umur 40 tahun seperti gedung, bangunan, pabrik, mesin merupakan pembelian yang ikut pada saat membeli perusahaan dari PT. Multi Bintang Indonesia.

Jawab :

Penyajian aktiva tetap pada PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medana telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan. Aktiva tetap disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca di dalam neraca dicantumkan nilai buku dan akumulasi penyusutan aktiva tetap, dan memakai metode garis lurus (straight line method) dan telah dijelaskan di pembahasan hasil penelitian.


(6)

GENERAL MANAGER SECRETARY SOFYA FINANCE MANAGER FINANCIAL ACCOUNTING MGR MGT ACCOUNTING MANAGER

HEAD OF EXAMINER INDRA GUNAWAN

PURCHASING MANAGER

GENERAL SALES MGR

AREA SALES MANAGER MEDAN

AREA SALES MANAGER OUTER

AREA SALES MANAGER BD CSS MANAGER BRURI MARANTIKA AREA MARKETING MANAGER ASM MODERN FOODSTORE ASM BATAM HANAFI ASM HORECA SYAMSUL BAHRI NST

TECHNICAL OPERATION MGR PRODUCTION MANAGER MAINTENANCE ENG MANAGER WAREHOUSE&TRANS ORT MGR DEMAND&OP PLANNING MGR QA MANAGER M. YUSUF QMS MANAGER RIZKA KHAIRIYAH