Kesamaan Komunitas antara Berbagai Kondisi Hutan Hubungan Asosiasi antar Jenis Merbau dan Asosiasi Merbau dengan

yang sama dengan LOA 15 tahun. Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh posisi LOA berumur 11 tahun yang berada di tepi hilir Sungai Mamberamo sehingga keberadaaan I. palembanica akan benar-benar mengelompok di tepi sungai tersebut. Pola sebaran merbau yang berbeda-beda pada masing-masing lokasi tersebut menunjukkan bahwa kehadiran merbau sangat bergantung terhadap kondisi tapaknya. Oleh karena itu untuk menjaga regenerasi merbau, kegiatan penebangan pada lokasi-lokasi yang lebih tinggi atau di hulu sungai terutama di sekitar lokasi penyebaran merbau sebaiknya dilakukan dengan perencanaan yang matang guna mencegah kerusakan tempat tumbuh merbau. Selain itu, regenerasi buatan jenis merbau di lokasi ini perlu dilakukan dengan lebih intensif guna menjaga keberadaannya.

5.3 Kesamaan Komunitas antara Berbagai Kondisi Hutan

Kesamaan komunitas antara hutan primer dan LOA di berbagai umur dihitung menggunakan Index of Similarity Bray-Curtis. Kesamaan komunitas menunjukkan seberapa mirip suatu lokasi dengan lokasi lain berdasarkan komposisi jenisnya. Menurut Wibowo 1995, semakin tua umur tegakan hutan bekas tebangan, maka komunitasnya akan semakin menyerupai hutan primer. Tabel 13 Indeks Kesamaan Komunitas pada berbagai kondisi hutan yang diperbandingkan IS Hutan primer LOA 2 tahun LOA 5 tahun LOA 11 tahun LOA 15 tahun Hutan primer 100,00 71,570 74,149 60,208 70,428 LOA 2 tahun 100,00 78,168 61,823 58,560 LOA 5 tahun 100,00 64,783 62,473 LOA 11 tahun 100,00 64,130 LOA 15 tahun 100,00 Berdasarkan indeks kesamaan komunitas yang disajikan pada Tabel 13, lokasi bekas tebangan yang paling mirip dengan hutan primer adalah LOA berumur 5 tahun 74,149, disusul dengan LOA berumur 2 tahun 71,570, LOA berumur 15 tahun70,428 dan yang paling tidak mirip adalah LOA berumur 11 tahun 60,208. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh teknik kegiatan penebangan yang semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Akan tetapi, pada lokasi LOA yang umur tebangannya relatif berdekatan LOA 2 tahun dan 5 tahun, serta LOA 11 tahun dan 15 tahun, LOA yang lebih tua memiliki indeks kesamaan komunitas yang lebih besar. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa komposisi jenis pada masing-masing hutan bekas tebangan secara berangsur-angsur akan menyerupai hutan primer.

5.4 Hubungan Asosiasi antar Jenis Merbau dan Asosiasi Merbau dengan

Jenis Dominan Lainnya Keberadaan suatu spesies di alam dapat saja bersifat independent terhadap kehadiran atau ketidakhadiran jenis lain, namun dapat juga terjadi interaksi antara dua atau lebih spesies Krebs 1978. Hubungan asosiasi antara dua spesies tersebut dapat berbentuk positif atau negatif. Asosiasi positif terjadi apabila kedua spesies memerlukan suatu kondisi yang sama. Asosiasi negatif dapat terjadi jika keduanya memerlukan kondisi yang berbeda atau bersaing satu sama lain Southwood 1966. Hubungan asosiasi individu dengan jenis lain dapat menjadi suatu penciri untuk menentukan keberadaan individu yang bersangkutan. Jika individu A berasosiasi positif dengan individu B, maka apabila ditemukan individu A dalam suatu tempat, kemungkinan besar akan ditemukan pula individu B disekitarnya. Hal ini bisa menjadi penanda untuk menemukan jenis-jenis yang relatif langka. Tabel 14 Pola hubungan asosiasi antara Intsia bijuga dan Intsia palembanica Kondisi Hutan a X 2 Ea OI Pola hubungan asosiasi Hutan primer 3 4,336 0,853 0,375 asosiasi positif LOA umur 15 tahun 3,168 0,080 0,000 tidak berasosiasi LOA umur 11 tahun 0,266 0,693 0,000 tidak berasosiasi LOA umur 5 tahun 3 2,004 1,520 0,281 tidak berasosiasi LOA umur 2 tahun 2 1,806 0,800 0,258 tidak berasosiasi Berdasarkan perhitungan dengan metode presence-absence atau matriks kontingensi, ternyata pada hutan primer jenis I. bijuga berasosiasi positif dengan jenis I. palembanica dengan indeks asosiasi sebesar 0,375. Kasus yang berbeda terjadi pada keempat area bekas tebangan dimana antara I. bijuga dan I. palembanica tidak memiliki hubungan asosiasi. Hal ini disebabkan di lokasi yang altitudenya lebih rendah, kedua jenis merbau dapat tumbuh dengan baik akibat kondisi tapak yang lebih kaya unsur hara serta berkumpulnya biji merbau di lokasi ini. Akibatnya kedua jenis merbau bersifat saling bebas satu sama lain. Bahkan pada pada LOA berumur 11 dan 15 tahun, walaupun kedua jenis merbau tidak berasosiasi, nilai a ≤ Ea menunjukkan adanya kecenderungan persaingan satu sama lain akibat peluang tumbuh yang besar. Selain asosiasi antara kedua jenis merbau, juga dilakukan perhitungan hubungan asosiasi dengan jenis dominan lainnya yaitu jenis yang berjumlah ≥ 20 pada masing-masing lokasi. Mahfudz 2010 menyatakan bahwa jenis Intsia spp. berasosiasi dengan jenis Hopea spp., Palaquium sp., Maniltoa sp., Myristica spp., dan Pometia spp. Menurut Thaman et al. 2006, jenis Intsia bijuga berasosiasi positif dengan jenis Pisonia grandis, Manilkara dissecta, Diospyros elleptica, Excoecaria agallocha, Cynometra, Maniltoa spp., Vavaea amicorum, Planconella grayana, Elattostachys falcata, Polyalthia amicorum, Santalum spp., Ficus spp., Neisosperma oppositifolia dan Pandanus tectoris. Pada penelitian ini ternyata di hutan primer jenis I. bijuga berasosiasi positif dengan jenis kenari Canarium hirsutum, pala hutan Horsfieldia irya, sindur Sindora sp. dan resak Vatica rassak. Indeks asosiasi tertinggi sebesar 0,463 yaitu dengan jenis Vatica rassak. Jenis I. palembanica pada lokasi ini tidak memiliki hubungan asosiasi dengan jenis lainnya. Jenis I. bijuga pada LOA berumur 2 tahun berasosiasi positif dengan jenis kenari Canarium hirsutum dengan indeks asosiasi sebesar 0,435 dan dengan jenis matoa Pometia pinnata dengan indeks asosiasi 0,396. Jenis I. palembanica tidak berasosiasi dengan jenis lainnya pada lokasi ini. Pada LOA berumur 5 tahun, I. bijuga berasosiasi positif dengan jenis kenari Canarium hirsutum, palapi Heritiera littoralis, matoa Pometia acuminata, jambu-jambu Syzygium spp. dan resak Vatica rassak. Indeks asosiasi tertinggi sebesar 0,421 pada jenis jambu-jambu. Jenis I. palembannica tidak memiliki hubungan asosiasi dengan jenis manapun. LOA berumur 11, jenis I. bijuga berasosiasi positif dengan jenis Hopea dyeri dengan nilai indeks asosiasi 0,347. Sedangkan jenis I. palembanica tidak berasosiasi dengan jenis lain. Pada LOA berumur 15 tahun, baik jenis I. bijuga maupun jenis I. palembanica tidak memiliki hubungan asosiasi dengan jenis manapun. Fakta di atas menunjukkan bahwa pada pada hutan primer, LOA berumur 2 dan 5 tahun, begitu banyak jenis yang berasosiasi dengan I. bijuga sehingga keberadaanya satu sama lain tidak saling bebas dependent. Pada area yang berada pada ketinggian tempat yang lebih rendah, I. bijuga hanya berasosiasi dengan jenis Hopea dyeri sedangkan pada LOA 15 tahun tidak berasosiasi dengan jenis apapun. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah yang lebih rendah altitudenya, jenis I. bijuga bersifat independent terhadap jenis lain. Begitupun dengan jenis I. palembanica yang hanya berasosiasi dengan I. bijuga pada hutan primer. Kondisi ini dapat menjadi penciri suatu tapak yang disukai oleh merbau atau adanya saling ketertarikan antar jenis tersebut. Dengan ditemukannya jenis-jenis yang berasosiasi positif dengan merbau pada area yang lebih tinggi ketinggian tempatnya, maka besar kemungkinan merbau juga dapat tumbuh pada area tersebut. Oleh karena itu, regenerasi buatan merbau di tempat yang lebih tinggi atau di daerah hulu sungai dapat dilakukan dengan menanam terlebih dahulu jenis-jenis yang berasosiasi positif dengan merbau. Pada lokasi yang berada pada ketinggian tempat lebih rendah, permudaan buatan jenis merbau dapat langsung dilakukan karena jenis ini tidak memiliki hubungan asosiasi dengan jenis lain.

5.5 Struktur Tegakan Horizontal