Ludwig Reynolds 1988 sendiri menyatakan bahwa terdapat tiga indeks yang paling umum digunakan dalam mengukur derajat asosiasi antara dua spesies,
yaitu Indeks Ochiai, Indeks Dice dan Indeks Jaccard. Jackson et al. 1989 menyatakan bahwa dari delapan indeks yang dia teliti, Indeks Ochiai dapat
menunjukan derajat asosiasi dengan baik dimana ukuran sampling unit dan frekuensi kejadian memiliki pengaruh yang minimum terhadap hasil
perhitungannya.
2.4 Struktur Tegakan Hutan Alam
Struktur tegakan terdiri dari struktur tegakan vertikal, horizontal dan spasial. Struktur tegakan vertikal menggambarkan susunan tegakan berdasarkan tinggi
tajuk. Struktur tegakan horizontal menyatakan distribusi pohon berdasarkan kelas diameter, sedangkan struktur spasial menunjukkan pola pengelompokan dan
distribusi jenis dalam ruang tumbuh Rusolono 2006. Diameter pohon paling umum digunakan untuk mendeskripsikan bentuk
struktur tegakan. Distribusi diameter pada hutan tidak seumur akan membentuk kurva huruf J terbalik, dengan kerapatan pohon yang tinggi pada kelas diameter
rendah dan semakin berkurang pada kelas diameter yang lebih tinggi Husch et al. 2003. Meyer 1953, diacu dalam Husch et al. 2003 menyatakan bahwa bentuk
distribusi diameter hutan normal pada hutan alam akan mengikuti persamaan eksponensial negatif N = k e
–aD
, dimana N adalah kerapatan tegakan pohonHa, a dan k adalah konstanta karakteristik distribusi diameter, serta D adalah kelas
diameter.
2.5 Gambaran Umum Jenis Merbau Intsia spp.
2.5.1 Ciri Botanis Intsia spp.
Merbau termasuk ke dalam famili Fabaceae dan merupakan nama perdagangan untuk genus Intsia spp. Merbau juga dikenal dengan nama “kwila”
di Papua New Guinea, “ipil” di Filipina, dan kayu besi di Malaysia Barat Newman Lawson 2005.
Tong et al. 2009 menyatakan bahwa terdapat 9 spesies merbau yang menyebar di beberapa belahan dunia. Terdapat tiga spesies merbau di Indoneisa
yaitu Intsia bijuga, I. palembanica dan I. acuminata. Ketiga spesies tersebut dapat ditemukan di Papua akan tetapi hanya jenis I. bijuga dan I. palembanica yang
dieksploitasi secara komersial dan diketahui dengan baik. Tong et al. 2009 juga menyatakan bahwa jenis I. bijuga adalah yang paling sering ditemukan di
Indonesia. Merbau saat dewasa memiliki tinggi 7
−40 m dengan pertambahan tinggi sebesar 1,5 m per tahun. Jenis ini termasuk pada jenis yang pertumbuhannya
lambat dan memasuki masa dewasa setelah berumur 75 −80 tahun. Pohon dewasa
memiliki banir yang lebar hingga mencapai 4 m. Batang merbau tumbuh lurus dengan tajuk yang lebar serta memiliki kemampuan self-pruning yang baik.
Bunga merbau bersifat biseksual sehingga dalam satu bunga terdapat bunga jantan dan betina, mahkota bunganya berwarna merah atau terkadang merah jambu. Jenis
ini berbunga sepanjang tahun walaupun memiliki musim berbunga puncak pada bulan tertentu yang berbeda pada setiap daerah. Buahnya berbentuk oblong
dengan ukuran 8 −23 cm x 4−8 cm. Daun merbau merupakan daun majemuk yang
biasanya terdiri dari 4 anak daun dengan panjang 8 −15 cmanak daun. Daun
berbentuk elips dan asimetris Thaman et al. 2006. Batang merbau halus berwarna agak merah jambu hingga coklat kemerahan
dan sedikit keabuan. Kulit kayu sering terkelupas berupa sisik dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Kayu gubal dan kayu teras sangat mudah dibedakan
karena sangat kontras. Kayu gubal berwarna putih sedangkan kayu teras berwarna coklat merah dan saat dipotong batang mengeluarkan cairan berwarna coklat
kehitaman Nugroho 2010.
2.5.2 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Intsia spp.