BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor Fisik Lingkungan
Faktor fisik lingkungan dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor yang berbeda nyata atau tidak berbeda nyata pada masing-masing lokasi penelitian.
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi komposisi individu yang ditemukan dalam lingkungannya. Perbedaan faktor fisik lingkungan pada kelima lokasi
penelitian Tabel 5 dapat menyebabkan pola sebaran merbau yang berbeda. Tabel 5 Kondisi fisik lingkungan pada masing-masing lokasi penelitian
Kondisi Fisik Hutan
primer LOA 2 tahun
LOA 5 tahun LOA 11 tahun
LOA 15 tahun Kelas
kelerengan datar-curam datar-sangat
curam datar-sangat
curam datar-sangat
curam datar-sangat
curam Aspek Barat-Utara
Timur-Utara Barat-Utara Timur-Selatan
Timur-Selatan Posisi bentang
lahan lembah-
punggung bukit
lembah- punggung
bukit lembah-
punggung bukit
lembah- punggung
bukit lembah-
punggung bukit
Tinggi tempat mdpl
314 ± 9,81 329 ± 26,27
75 ± 34,99 55 ± 15,25
40 ± 8,64 Suhu rata-rata
harian C
28,33 ± 0,58 27 ± 0,00
27,67 ± 0,58 28,75 ± 0,66
27 ± 0,90 Kelembapan
relatif 92,33 ± 0,58
92 ± 0,00 86,25 ± 0,43
94,33 ± 4,93 96,33 ± 0,58
Tekstur tanah 1, Pasir
12,44 ± 2,71 15,45 ± 1,63
37,62 ± 4,97 24,51 ± 12,11
23,48 ± 4,78 2, Debu
59,74 ± 5,14 55,95 ± 4,49
42,11 ± 14,39 59,28 ± 18,31
53,17 ± 6,78 3, Liat
27,82 ± 2,82 28,60 ± 3,41
20,27 ± 9,49 16,17 ± 6,23
23,35 ± 2,58 Kelas tekstur
tanah lempung liat
berdebu lempung liat
berdebu lempung lempung
berdebu lempung
berdebu Penggenangan -
- -
- -
Berdasarkan Tabel 5, topografi pada kelima lokasi relatif sama, yaitu datar hingga sangat curam dengan persen kelerengan terendah adalah 0 dan tertinggi
80. Konfigurasi kelima lokasi bergelombang dengan posisi bentang lahan setiap jalur pengamatan melewati lembah dan punggung bukit. Kondisi di atas
menunjukkan bahwa pembuatan jalur pengamatan telah mewakili semua kelas kelerengan atau memotong garis kontur sesuai dengan yang diharapkan.
Tinggi tempat pada hutan primer berbeda sangat nyata p value 0,01 dengan LOA berumur 15 tahun, 11 tahun, dan 5 tahun, serta berbeda nyata p
value 0,05 dengan LOA berumur 2 tahun. Hal ini disebabkan lokasi LOA
berumur 2 tahun dan hutan primer relatif berdekatan sedangkan dengan lokasi lainnya berjauhan. Semakin tua umur lokasi bekas tebangan akan memiliki
ketinggian tempat yang semakin rendah karena garis pantai pada areal IUPHHK- PT Mamberamo Alasmandiri memotong dari Utara-Selatan. Hasil uji t
berpasangan ketinggian tempat disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji t berpasangan untuk ketinggian tempat pada kelima kondisi
hutan
Lokasi Hutan
primer LOA 15
tahun LOA 11
tahun LOA 5
tahun LOA 2
tahun Hutan
primer 0,000 0,000 0,000 0,043
LOA 15 tahun 0,002
0,001 0,000
LOA 11 tahun 0,048
0,000 LOA 5 tahun
0,000 LOA 2 tahun
Keterangan : ns: tidak berbeda nyata p 0,05
: berbeda nyata p 0,05
: berbeda sangat nyata p 0,01
Suhu udara rata-rata harian pada kelima lokasi memiliki nilai terendah 27 ± 0,00
C pada LOA
berumur 2 tahun dan tertinggi 28,75 ± 0,66 C pada LOA
berumur 11 tahun. Semua lokasi memiliki nilai suhu harian rata-rata yang tidak berbeda nyata Tabel 7 kecuali lokasi LOA berumur 2 tahun dan 11 tahun yang
berbeda nyata p value 0,05. Tabel 7 Hasil uji t berpasangan untuk suhu rata-rata harian kelima kondisi hutan
Lokasi Hutan
primer LOA 15
tahun LOA 11
tahun LOA 5
tahun LOA 2
tahun Hutan primer
0,235
ns
0,423
ns
0,184
ns
0,057
ns
LOA 15 tahun 0,073
ns
0,513
ns
1,000
ns
LOA 11 tahun 0,238
ns
0,044 LOA 5 tahun
0,184
ns
LOA 2 tahun Keterangan :
ns: tidak berbeda nyata p 0,05 :
berbeda nyata p 0,05 : berbeda sangat nyata p 0,01
Nilai kelembaban relatif RH pada kelima lokasi bervariasi dengan nilai terendah 86,25 ± 0,43 pada LOA berumur 5 tahun dan tertinggi pada LOA
berumur 15 tahun dengan 96,33 ± 0,58. Berdasarkan Tabel 8, hutan primer memiliki nilai RH yang tidak berbeda nyata dengan LOA 2 tahun dan LOA 11
tahun, berbeda nyata dengan LOA berumur 15 tahun dan berbeda sangat nyata dengan LOA berumur 5 tahun. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai
RH adalah kerapatan penutupan tajuk, dimana semakin rapat tajuk suatu tegakan maka akan memiliki nilai RH yang semakin tinggi.
Tabel 8 Hasil uji t berpasangan untuk kelembaban relatif kelima kondisi hutan
Lokasi Hutan
primer LOA 15
tahun LOA 11
tahun LOA 5
tahun LOA 2
tahun Hutan primer
0,020 0,580
ns
0,000 0,423
ns
LOA 15 tahun 0,574
ns
0,003 0,006 LOA 11 tahun
0,115
ns
0,499
ns
LOA 5 tahun 0,002
LOA 2 tahun Keterangan :
ns: tidak berbeda nyata p 0,05 :
berbeda nyata p 0,05 : berbeda sangat nyata p 0,01
Tekstur tanah pada hutan primer dan LOA berumur 2 tahun berupa lempung liat berdebu, LOA berumur 5 tahun berupa lempung dimana komposisi
ketiga fraksinya seimbang dan tekstur tanah pada LOA berumur 11 dan 15 tahun adalah lempung berdebu. Kandungan pasir antara LOA 2 tahun dan hutan primer
relatif sama, sedangkan kandungan pasir pada LOA 5 tahun berbeda nyata dengan kedua lokasi tersebut namun tidak berbeda nyata dengan lokasi lainnya. Hutan
primer dan LOA berumur 2 tahun memiliki kandungan pasir yang lebih rendah dibandingkan ketiga lokasi lainnya.
Tabel 9 Hasil uji t berpasangan untuk kandungan pasir kelima kondisi hutan
Lokasi Hutan
primer LOA 15
tahun LOA 11
tahun LOA 5
tahun LOA 2
tahun Hutan primer
0,097
ns
0,239
ns
0,024 0,098
ns
LOA 15 tahun 0,842
ns
0,098
ns
0,097
ns
LOA 11 tahun 0,296
ns
0,298
ns
LOA 5 tahun 0,028
LOA 2 tahun Keterangan :
ns: tidak berbeda nyata p 0,05 :
berbeda nyata p 0,05 : berbeda sangat nyata p 0,01
Tabel 10 Hasil uji t berpasangan untuk kandungan debu kelima kondisi hutan
Lokasi Hutan
primer LOA 15
tahun LOA 11
tahun LOA 5
tahun LOA 2
tahun Hutan primer
0,272
ns
0,968
ns
0,243
ns
0,083
ns
LOA 15 tahun 0,456
ns
0,442
ns
0,639
ns
LOA 11 tahun 0,438
ns
0,796
ns
LOA 5 tahun 0,293
ns
LOA 2 tahun Keterangan :
ns: tidak berbeda nyata p 0,05 :
berbeda nyata p 0,05 : berbeda sangat nyata p 0,01
Tabel 11 Hasil uji t berpasangan untuk kandungan liat kelima kondisi hutan
Lokasi Hutan
primer LOA 15
tahun LOA 11
tahun LOA 5
tahun LOA 2
tahun Hutan primer
0,023 0,069
ns
0,395
ns
0,717
ns
LOA 15 tahun 0,110
ns
0,702
ns
0,161
ns
LOA 11 tahun 0,678
ns
0,131
ns
LOA 5 tahun 0,300
ns
LOA 2 tahun Keterangan :
ns: tidak berbeda nyata p 0,05 :
berbeda nyata p 0,05 : berbeda sangat nyata p 0,01
Kandungan debu pada kelima lokasi Tabel 10 tidak berbeda nyata p value 0,05 begitupun juga kandungan liat Tabel 11 kecuali antara hutan primer
dengan LOA 15 tahun yang berbeda nyata p value 0,05. Oleh karena itu, ketiga fraksi tekstur tanah yang berbeda nyata antara masing-masing lokasi
hanyalah fraksi pasir. Tokede et al. 2006 menyatakan bahwa permudaan merbau akan lebih mudah tumbuh pada lokasi yang memiliki kandungan pasir tinggi.
Berdasarkan kedelapan faktor di atas, faktor ketinggian tempat, kelembaban relatif dan kandungan pasir dalam tekstur tanah ternyata berbeda-beda antar lokasi
penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai faktor pembatas untuk menganalisis pola sebaran, sedangkan faktor-faktor lainnya seperti topografi, posisi bentang
lahan, suhu, kandungan debu dan liat relatif homogen. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap kandungan unsur hara tanah dan
penyebaran biji. Posisi ini mengakibatkan bagian yang lebih rendah memiliki unsur hara yang lebih baik akibat aliran permukaan tanah dan aliran sungai yang
membawa serta unsur-unsur hara dari hulu. Selain itu, penyebaran biji merbau yang dibantu oleh aliran sungai turut menyebabkan berkumpulnya biji merbau di
areal yang altitudenya lebih rendah.
Krebs 1978 menyatakan bahwa kelembapan udara berkaitan dengan kemampuan tumbuhan untuk menahan air serta berkaitan dengan suhu udara dan
penyinaran matahari. Area yang memiliki kelembapan relatif tinggi menunjukkan bahwa penutupan tajuk pada lokasi tersebut tinggi. Merbau yang merupakan jenis
intoleran yang membutuhkan cahaya penuh untuk pertumbuhannya, sehingga jenis ini dapat beregenerasi dengan baik pada areal yang memiliki kerapatan tajuk
rendah atau dengan kata lain yang memiliki RH rendah. Tokede et al. 2006 menyatakan bahwa merbau sering dijumpai pada
muara sungai yang berpasir. Tanah yang berpasir cenderung bertekstur kasar sehingga dapat melukai biji merbau yang berarti membantu terjadinya imbibisi.
Oleh karena itu, merbau akan mudah tumbuh pada tanah yang mengandung fraksi pasir tinggi.
5.2 Pola Sebaran Spasial Merbau