Makna Idiom 気がする`Ki ga Suru`

pelanggannya, sehingga perlahan-lahan akan membawa suasana pembicaraan berkembang lebih jauh lagi. Begitu pula dalam cuplikan kalimat yang kedua, それだけ き ,気をつかっているの に、「 きょうとじん ,京都人は しんよう ,信用 できん」などといわれてはたまらない. Tokoh utama menceritakan tentang karakter orang Kyoto yang tidak bisa dipercaya apabila ia melimpahkan perasaannya. Orang Kyoto dianggap sebagai orang yang sangat sulit mengembalikan pinjaman uang atau kredit, sehingga apabila ada seseorang yang ingin mendapatkan pinjaman kredit, maka orang-orang pemberi pinjaman akan menjawab dengan perkataan “Biarkanlah saya berpikir sejenak” yang berarti bahwa permohonan untuk meminjam tidak akan dikabulkan. Dengan kata lain, perasaan memberi perhatian menjelaskan tentang rasa memberi perhatian kepada orang lain hingga hal yang detail sekalipun`. Dalam hal ini, dalam cuplikan kalimat yang pertama, perasaan memberi perhatian digambarkan oleh seorang pekerja seks komersial yang memulai topik pembicaraan dengan pelanggannya dengan memberikan rasa perhatian agar dapat menarik perhatian pelanggannya. Begitu juga dalam cuplikan kalimat yang kedua, perasaan memberi perhatian digambarkan oleh tokoh utama yang menceritakan tentang karakter orang Kyoto yang sangat sulit mengembalikan pinjaman kredit. Sehingga, tokoh utama merasa sedikit kecewa karena telah memberikan perhatiannya kepada orang Kyoto, namun sebaliknya orang Kyoto tidak bisa menghargai perhatian yang telah tokoh utama berikan.

3.10 Makna Idiom 気がする`Ki ga Suru`

気 が する Ki ga Suru Universitas Sumatera Utara Perasaan Melakukan Idiom 気がする`Ki ga Suru` bermakna “rasanya, merasa” Contoh cuplikan dalam novel hal. 88-89 : それにしても、 いぜん ,以前から、こん な い い かた ,方 が とうきょう ,東京 に あ っ た の だ ろ う か 。 わ た し は げんごがくしゃ ,言語学者でないのでくわしいことはわからないが、この しゅ ,種の いい かた ,方は せんご ,戦後になって あらわ ,表れてきたような き ,気がする . Terjemahan teks: `Biarpun begitu, dari dahulu cara bertutur seperti ini barangkali sudah ada di Tokyo. Saya bukanlah seorang ahli linguistik, maka wajar kalau saya tidak mengetahui secara detail, namun saya merasa model bertutur ini muncul setelah masa perang`. Contoh cuplikan dalam novel hal. 126 : そ の と き は や ろ う と おも ,思 っ た が 、 めんどう ,面倒 に な っ て あ き ら め た の か 、 そ れ と も 、 むりょう ,無料 の も の を おく ,送っては、お きゃく ,客さんに わら ,笑われると おも ,思ってやめたのか。いず れ に せ よ 、 こ の こ と は きょうと ,京都 と さっぽろ ,札幌 の ぶんか ,文化 の 違 い を あらわ ,表しているような き ,気がして Terjemahan teks: ならない。 Universitas Sumatera Utara `Saat itu saya bermaksud untuk melakukannya, namun apakah karena bosan saya berputus asa saja? Ataukah saya hentikan saja karena saya pikir akan ditertawakan oleh tamu- tamu karena mengirim barang yang gratis? Yang mana pun itu, saya benar-benar merasa hal ini menunjukkan perbedaan budaya antara Sapporo dan Kyoto`. Analisis: Kata kiasan idiom 気がする dalam kalimat tersebut, jika diterjemahkan secara kata per kata mengandung arti leksikal perasaan melakukan. Namun, setelah penulis menganalisis lebih jauh, makna kiasan idiom 気がするmemiliki arti rasanya atau merasa. Dalam cuplikan kalimat pertama, こんないい かた ,方が とうきょう ,東京 にあったのだろうか。わたし は げんごがくしゃ ,言語学者でないのでくわしいことはわからないが、この しゅ ,種の いい かた ,方は せんご ,戦後 になって あらわ ,表 れてきたような き ,気 がする. Begitu pula halnya dalam cuplikan kalimat kedua, い ず れ に せ よ 、 こ の こ と は Perasaan merasa digambarkan dengan tokoh utama yang merasa kalau model bertutur, dalam hal ini perbedaan cara bertutur yang terjadi pada orang Osaka. Orang Osaka dalam hal bertanya, lebih suka bertanya ataupun menjelaskan dengan gaya berbicara yang ragu atau tidak begitu yakin. Misalnya mengatakan kalimat 「これはエンピツです」maka orang Osaka akan mengucapkan kalimat tersebut menjadi 「これはエンピツと違うか」yang memberi kesan tidak adanya keyakinan. Hal ini membuat perasaan dari tokoh utama bekerja atau bereaksi sehingga ditafsirkan merasa bahwa model bertutur seperti itu muncul setelah masa perang. きょうと ,京都 と さっぽろ ,札幌 の ぶんか ,文化 の 違 い を あらわ ,表 し て い る よう な き ,気がしてならない. Perasaan merasa digambarkan pada tokoh utama yang merasakan Universitas Sumatera Utara terjadinya perbedaan budaya antara orang Sapporo dengan orang Kyoto. Tokoh utama merasa bingung dengan hal bahwa di Kyoto, mengirimkan suatu benda yang sumbernya itu gratis, tetap saja dikenakan biaya atau masuk dalam rekening pembayaran. Dalam hal ini, benda tersebut adalah daun momiji yang telah berjatuhan di tanah yang bisa dikutip oleh siapapun yang mau, namun untuk mengirimkan daun tersebut kenapa harus dikenakan biaya. Sedangkan, kebiasaan yang terjadi pada orang Sapporo adalah sebaliknya. Mengirimkan daun momiji tidaklah dikenakan biaya. Oleh karena itu, si tokoh utama sebagai orang yang berasal dari Sapporo merasa malu akan ditertawakan oleh orang yang menerima paket seperti itu. Dengan kata lain, perasaan merasa menjelaskan tentang seseorang yang merasakan suatu hal sebagai pengaruh dari hal yang dialaminya atau hal yang dilihatnya. Dalam hal ini, perasaan merasa dalam cuplikan kalimat yang pertama digambarkan oleh tokoh utama merasa adanya perbedaan cara bertutur yang terjadi pada orang Osaka. Mereka cenderung menanyakan sesuatu hal dengan ekspresi yang tidak memiliki keyakinan seperti yang dijelaskan pada kalimat di atas. Begitu juga dalam cuplikan kalimat yang kedua. Perasaan merasa juga digambarkan oleh tokoh utama yang merasa malu dan takut ditertawakan untuk mengirimkan daun momiji yang dikenakan ongkos kirim, sebab sebagai orang yang berasal dari kota Sapporo, mengirimkan daun momiji ke suatu daerah tidaklah dikenakan ongkos kirim.

3.11 Makna Idiom 気を許す`Ki wo Yurusu`