Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

(1)

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP KONDISI

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(STUDI PADA KECAMATAN PAMATANG SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh: SRI UTARI HALOHO

110903111

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun) Nama : Sri Utari Haloho

NIM : 110903111

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Hatta Ridho ,S.sos M.SP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemekaran kecamatan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik. Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Data-data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 (seratus) responden yang terdiri dari masyarakat. Selanjutnya data yang ada diolah dengan Teknik Korelasi Product Moment, Uji signifikan, dan koefisien determinan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari perhitungan uji antara variabel X dan variabel Y, maka diperoleh rxy = 0,568 dengan harga thitung = 5,68. Hal ini menunjukkan kefisien korelasi adalah signifikan dengan nilai test ststistik thitung>ttabel yang berarti Ho ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu ada pengaruh yang positif antara pemekaran kecamatan dengan perubahan kondisi sosial ekonomi yang ada di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun. sedangkan dari perhitungan koefisien determinan dapat dilihat bahwa prmkaran kecamatan yang telah dilakukan di Kecamatan Pamatang Sidamanik berpengaruh 32,3% terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.


(3)

i

KATA PENGANTAR

Pertama- tama penulis memanjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia kesehatan dan belas kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Publik Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Pada PT Telkom Medan”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik dari sisi substansi dan redaksi. Untuk itu, penulis tidak menutup diri dari kritik atau saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Hatta Ridho S.sos M.SP selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan dengan baik.


(4)

ii

5. Bapak Drs. Husni Thamrin, M.Si selaku dosen penguji seminar yang telah menyempatkan waktu dan memberi kritik dan saran.

6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mempermudah penulis dalam mengurus berbagai keperluan administrasi selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 8. Bapak Parulian Tambunan,SE dan seluruh staf di kantor camat Pamatang Sidamanik

,Kabupaten Simalungun yang telah mendukung penelitian baik langsung maupun tidak langsung selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

9. Teristimewa rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada orang tua penulis yaitu Henry Budiaman Haloho,S.Pd dan Dra.Dewani Barus ,dan Saudara tertua penulis yaitu Otto Fauzi Haloho,S.Ikom serta adik-adik penulis yaitu

Yunia Utami Indah Haloho,Fikri Adyaksa Haloho yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10.Teman-teman dekat penulis yaitu Okida Siahaan,,Regina Yosii Pasaribu, Neena Dhilon ,dan Faradilla Tarigan yang sudah sangat membantu didalam susah dan senang kehidupan dunia perkuliahaan sampai kepada penyusunan skripsi ini selesai.


(5)

iii

11.Teman-teman dan adik-adik sejurusan yang sudah mengisi indahnya waktu perkuliahan penulis sampai pada penyelesaian tugas akhir ini yaitu, Giovanny ivo Asima,Dewi Anggiati Siregar ,Andrey Carver ,Ricky Franklin ,Monica Anastasya, Acho Pardosi , Migupudwianti Ismanto , Eka Sundari Lubis dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12.Terkhusus kepada Nota Patrit , Desy Natalia Saragih ,Guskhairina ,dan Naomi Oktriani Damanik yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 13.Seluruh teman-teman di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah memberi ilmu dalam kehidupan sehari-hari dan berbagi rasa atas kebenaran.

Akhirnya, terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini maupun selama perkuliahan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015

Penulis


(6)

iv

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Otonomi Daerah ... 7

1.5.1.1 Pengertian Otonomi Daerah ... 9

1.5.1.2 Prinsip dan Tujuan Otonomi Daerah ... 10

1.5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah...12

1.5.2 Pemerintah Daerah ... 13

1.5.3 Pemekaran Kecamatan ... 15

1.5.4 Masyarakat ... 19

1.5.5 Sosial Ekonomi 1.5.5.1 Pengertian Sosial Ekonomi ... 20

1.5.5.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 21

1.6 Hipotesis ... 23

1.7 Definisi Konsep ... 24

1.8 Definisi Oprasional ... 25

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 29


(7)

v

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi ... 29

2.3.2 Sampel ... 30

2.4 Teknik Pengumpulan Data 2.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 33

2.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 34

2.5 Teknik Penentuan Skor ... 34

2.6 Teknik Analisis Data 2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 35

2.6.2 Koefisien Determinasi ... 37

2.6.3 Analisis Regresi Sederhana ... 37

2.6.4 Pengujian Hipotesis ... 38

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis ... 39

3.2 Keadaan Demografi ... 40

3.2.1 Jumlah Penduduk ... 41

3.2.2 Jenis Kelamin dan Umur ... 42

3.2.3 Pekerjaan ... 43

3.2.4 Agama ... 44

3.2.5 Pendidikan ... 45

3.3 Fasilitas-Fasilitas Kelurahan 3.3.1 Fasilitas Rumah Ibadah ... 46

3.3.2 Fasilitas Kesehatan ... 47 3.3.3 Fasilitas Pendidikan ... 48 3.3.4 Organisasi-Organisasi Kelurahan ... 48

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Karakteristik Responden ... 52

4.2 Deskriptif Data Variabel Penelitian 4.2.1 Kuisioner Variabel Bebas (X) Pemekaran Kecamatan ... 54


(8)

vi

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Analisis Product Moment ... 73

5.2 Uji Normalitas 5.2.1 Uji Normalitas Grafik Histogram ... 76

5.2.2 Uji Normalitas P-P Plot ... 77

5.3 Uji Hipotesis Penelitian 5.3.1 Analisi Regresi Linier Sederhana ... 77

5.3.2 Uji Parsial/uji-t ... 79

5.3.3 Uji Serempak/uji-F ... 80

5.3.4 Uji koefisien Determinasi ... 82

5.4 Pembahasan ... 83

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 85

6.2 Saran ... 86


(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 30 Tabel 3.1 Data Wilayah Dan Jumlah Dusun Menurut Nagori/Kelurahan

Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 40 Tabel 3.2 Data Jumlah Penduduk Menurut Nagori/Kelurahan Di

Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 41 Tabel 3.3 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur Setiap

Nagori/Kelurahan Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 42 Tabel 3.4 Data Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis

Kegiatan/Pekerjaan Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 43 Tabel 3.5 Data Penduduk Menurut Agama Setiap Nagori/Kelurahan Di

Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 44 Tabel 3.6 Data Penduduk Menurut Nagori/Kelurahan Dan Pendidikan

Tertinggi Yang Ditamatkan Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 45 Tabel 3.7 Data Jumlah Tempat Ibadah Menurut Nagori/Kelurahan Di

Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 46 Tabel 3.8 Data Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Nagori/Kelurahan

Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 47 Tabel 4.1 Distribusi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52 Tabel 4.2 Distribusi Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53 Tabel 4.3 Distribusi Data Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan

Perbulan ... ... 54 Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran

Kecamatan Pamatang Sidamanik Adalah Suatu Kebijakan

Yang Tepat ... 55 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Potensi SDM(Sumber Daya


(10)

viii

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Potensi SDA(Sumber Daya

Alam) Menjadi Salah Satu Faktor Pendukung Pemekaran ... 56 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengaruh Pemekaran

Kecamatan Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik ... 57 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran

Kecamatan Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat ... 57 Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran

Kecamatan Mempengaruhi Pengelolaan SDA (Sumber Daya

Alam) ... 58 Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Tetang Pemekaran

Kecamatan Mempengaruhi Percepatan Pembangunan ... 58 Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran

Kecamatan Membuat Dana Bantuan Kepada Masyarakat

Menjadi Terjangkau Dan Tepat Sasaran ... 59 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Program-Program

Pemerintah Pada Pemekaran Kecamatan Menjadi Lebih

Bervariasi ... 60 Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran

Kecamatan Menambah Lowongan Pekerjaan Kepada

Masyarakat ... 60 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Setelah Pemekaran

Pemerintah Menjadi Lebih Fokus/Tanggap Terhadap

Masalah Yang Dihadapi Masyarakat ... 61 Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembuatan

Kebijakan Menjadi Lebih Efektif (Waktu,Jangkauan) Pada

Pemekaran Kecamatan ... 62 Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Setelah Pemekaran

Masyarakat Mendapatkan Usaha Sampingan ... 63 Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Setelah Pemekaran

Masyarakat Mendapatkan Bantuan Modal Usaha ... 64 Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sebelum Pemekaran


(11)

ix

Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendapatan

Masyarakat Meningkat Setelah Pemekaran ... 65

Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelayanan Adminstrasi Terhadap Masyarakat Lebih Mudah Dan Lebih Baik Setelah Pemekaran (Pengurusan KTP, KK, Dll) ... 66

Tabel 4.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sarana Pendidikan Menjadi Lebih Lengkap Setelah Adanya Pemekaran (Komputer, Internet, Dll) ... 67

Tabel 4.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Pembangunan Gedung Baru Sekolah Setelah Pemekaran ... 68

Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Renovasi Bangunan Sekolah Setelah Pemekaran ... 69

Tabel 4.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Kesehatan Menjadi Lebih Lengkap Setelah Adanya Pemekaran ... 69

Tabel 4.25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelayanan Kesehatan Kepada Masyarakat Lebih Baik Setelah Pemekaran ... 70

Tabel 4.26 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Perbaikan Rumah Warga Setelah Adanya Pemekaaran ... 71

Tabel 4.27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilits Umum Mejadi Lebih Baik Setelah Adanya Pemekaran ... 72

Tabel 5.1 ... Koefisien Korelasi Product Moment (R) ... 74

Tabel 5.2 Regresi Linier Sederhana ... 78

Tabel 5.3 Uji Secara Parsial (Uji-T) ... 79

Tabel 5.4 Uji Serempak/Simultan (Uji-F) ... 81


(12)

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun) Nama : Sri Utari Haloho

NIM : 110903111

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Hatta Ridho ,S.sos M.SP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemekaran kecamatan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik. Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Data-data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 (seratus) responden yang terdiri dari masyarakat. Selanjutnya data yang ada diolah dengan Teknik Korelasi Product Moment, Uji signifikan, dan koefisien determinan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari perhitungan uji antara variabel X dan variabel Y, maka diperoleh rxy = 0,568 dengan harga thitung = 5,68. Hal ini menunjukkan kefisien korelasi adalah signifikan dengan nilai test ststistik thitung>ttabel yang berarti Ho ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu ada pengaruh yang positif antara pemekaran kecamatan dengan perubahan kondisi sosial ekonomi yang ada di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun. sedangkan dari perhitungan koefisien determinan dapat dilihat bahwa prmkaran kecamatan yang telah dilakukan di Kecamatan Pamatang Sidamanik berpengaruh 32,3% terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah telah dimulai secara nasional pada tahun 2001, tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001, namun secara efektif otonomi daerah baru mulai berlaku pada bulan Mei 2001 dimana baik itu daerah provinsi, daerah kabupaten maupun daerah kota diberikan wewenang yang luas tetapi juga bertanggung jawab dalam mengatur, membagi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut sesuai dengan prinsip – prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi keanekaragaman daerah dimana pelaksanaan otonomi daerah ini pada hakekatnya diarahkan dan ditujukan untuk meningkatkan pelayanan Pemerintah Daerah (local government) kepada masyarakat agar lebih efisien dan responsif terhadap potensi, kebutuhan maupun karakteristik di masing-masing daerah.

Dalam rangka pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah maka kualitas sumber daya manusia dan pengadaan sarana kebutuhan masyarakat perlu ditingkatkan. Pada dasarnya, pemekaran wilayah merupakan salah satu bentuk otonomi daerah dan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan karena dengan adanya pemekaran wilayah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah. Pada UUD 1945 terkandung makna Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan wujud dari upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal bagi masyarakat.


(14)

2

Sehingga diharapkan, dengan adanya otonomi daerah masyarakat mendapatkan apa yang menjadi harapannya selama ini, karena pelayanan langsung dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Dengan semangat otonomi daerah itu pulalah muncul wacana-wacana melakukan pemekaran wilayah, yang dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan, dan memudahkan pelayanan publik kepada masyarakat, percepatan kesejahteraan masyarakat, dan sebagainya. Pemekaran wilayah harus benar-benar dilakukan untuk mendekatkan pelayanan pemerintah pada masyarakat dan memperpendek alur pelayanan sehingga akan tercipta pelayanan berkualitas yang ditunjukkan dengan kemajuan suatu daerah otonom.

Dibalik antusiasme daerah, terdapat juga anggapan bahwa pihak daerah memiliki kemampuan yang tidak kalah dibandingkan dengan pusat. Berdasarkan fakta sebagian besar sumber daya manusia yang berkualitas berasal dari daerah dimana mereka mematangkan potensinya di daerah untuk kemudian berkecimpung di pusat dan kemudian memegang peranan penting dalam memegang keputusan (decision maker).

Pada dasarnya otonomi daerah itu sendiri bermuara kepada keinginan daerah untuk memekarkan diri atau memisahkan diri dari daerah induknya dan mencoba berdiri sendiri dengan segala potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pemekaran daerah dalam tatanan filosofis dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran akan mempersingkat rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pada wilayah - wilayah yang belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan. Pemekaran daerah juga diaspirasikan untuk memperbaiki pemerataan pembangunan.

Berdasarkan pengalaman di masa lalu, daerah-daerah yang terbangun hanya daerah yang berdekatan dengan ibukota pemerintahan daerah. Pemekaran memungkinkan sumber daya mengalir ke daerah yang masih belum berkembang. Alasan lainnya yang


(15)

3

juga dikemukakan adalah bahwa pemekaran akan mengembangkan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil.

(dsfindonesia.org/userfiles/StudiEvaluasi Pemekaran Daerah/2007/01).

Kebijakan otonomi daerah telah memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk mengelola dan mengembangkan daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi dan inisiatif masing-masing daerah. Dengan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri berarti juga daerah tersebut berusaha untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengelola dan mengembangkan daerah agar dapat lebih maju dari sebelumnya.Kecamatan Pamatang Sidamanik merupakan salah satu daerah Otonom di Kabupaten Simalungun,berdasarkan Peraturan Derah Kabupaten Simalungun Nomor 9 Tahun 2002 ,Kecamatan Pamatang Sidamanik resmi untuk dimekarkan pada hari Kamis ,tanggal 16 Januari 2003 oleh Bupati Simalungun Ir.John Hugo Silalahi.

Pemekaran daerah kecamatan dapat dilakukan jika paling tidak terdiri dari 5 desa dan terdiri dari beberapa kelurahan dan dusun. Wilayah Kecamatan Pamatang Sidamanik sendiri terdiri dari 10 desa yaitu Desa Sopolha Horison, Desa Pem.Tambun Raya, Desa Sihaporas, Desa Desa Jorlang Huluan,desa Bandar Manik, desa Sait Buttu Saribu,desa Pematang Sidamanik,desa Sarimantin , desa Simantin,dan desa Gorak dan itu sudah memenuhi syarat untuk dapat memekarkan daerah kecamatan selain tentunya faktor-faktor lainnya seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memadai. Melihat kondisi sumber daya alam yang cukup baik maka sudah selayaknyalah dimekarkan, selain itu juga pemekaran ini sangat didukung penuh oleh masyarakat setempat karena dengan adanya pemekaran tentunya akan sangat membantu kehidupan


(16)

4

masyarakat setempat juga untuk mengembangkan daerah Kecamatan Pamatang Sidamanik menuju kecamatan yang lebih maju dan berkembang.

Menurut Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten Simalungun, jumlah penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik pada tahun 2011 adalah 20.842 jiwa yang terdiri dari 10.362 perempuan dan 10.480 laki-laki dan dengan 4764 kepala keluarga (KK). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk kecamatan ini terus bertambah baik itu dengan adanya kelahiran ataupun pendatang yang pada akhirnya menetap dan memilih tinggal di daerah ini. Potensi Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun sebagai salah satu daerah pemekaran memang tidaklah salah melihat dari besarnya potensi yang dimilki daerah ini untuk dapat berdiri sendiri. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah ini sangatlah besar tetapi belum efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada serta kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat.

Tulang punggung perekonomian masyarakatnya sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian, selain itu ada juga pada sektor perkebunan dan juga perikanan.Wilayah Kecamatan Pamatang Sidamanik adalah wilayah yang sangat subur untuk bercocok tani dan berkebun.Mayoritas masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik bercocok tanam padi dan berkebun Kopi.di Kecamatan Pamatang Sidamanik ini terdapat perkebunan teh PTP Nusantara IV milik BUMN sehingga minoritas penduduknya bekerja sebagai karyawan perkebunan. Sebagian desa yang berada di Kecamatan Pamatang Sidamanik juga tepat berada di tepi Danau Toba.Jadi ,apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya ini dapat menambah pemasukan bagi pemerintah daerah ataupun masyarakat setempat


(17)

5

dari sektor pariwisata.Selain itu beberapa desa yang berada tepat di pinggir Danau Toba ,penduduknya dapat berprofesi menjadi nelayan ,dengan menangkap langsung ataupun membuat keramba.

Setelah pemekaran daerah, masyarakat banyak mendapatkan pengarahan dari pemerintah daerah seperti petani diberikan penyuluhan bagimana cara bercocok tanam yang baik sehingga hasil panen melimpah ruah, apalagi kecamatan ini terkenal dengan setiap desanya penghasil kopi. Selain itu juga para nelayan digalakkan oleh pemerintah setempat bagaimana agar hasil tangkapan ikan lebih banyak lagi agar hasilnya dapat menambah perekonomian para nelayan.Setelah pemekaran pemerintahah daerah Kecamatan Pamatang Sidamanik juga banyak mendirikan organisasi dalam masyarakat seperti koperasi-koperasi dan perserikatan para petani dan buruh.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemekaran kecamatan terhadap kondisi Sosial Ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

I.2 . Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu penelitian dan untuk lebih memudahkan penelitian nantinya. Hal ini senada dengan pendapat “Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka penulis merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan apa” (Arikunto, 1998:17).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :


(18)

6

“Seberapa Besar Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Pamatang SidamanikKabupaten Simalungun?”.

I.3 . Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah mempunyai jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggarannya.Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemekaran kecamatan terhadap kondisi Sosial Ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk menambah dan meningkatkan cara berpikir positif serta mengembangkan kemampuan menganalisa permasalahan yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi Fisip USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep,teori-teori,terutama terhadap pemecahan masalah pemekaran kecamatan terhadap Sosial Ekonomi masyarakat Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.


(19)

7

1.5 Kerangka Teori

Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Otonomi Daerah

Pemberlakuan Otonomi Daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001 telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang menjadikan penyelenggaraan Pemerintahan yang sentralistik-birokratis ke arah desentralistik-partisipatoris. UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan yang telah direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004 telah melahirkan paradigma baru dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang meletakkan otonomi penuh, luas dan bertanggung jawab pada daerah kabupaten dan kota. Perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan masyarakat, menumbuhkan semangat demokratisasi dan pelaksanaan pembangunan daerah secara


(20)

8

lain. Karena dengan otonomi, pemerintahan kabupaten/ kota memiliki kewenangan yang memadai untuk mengembangkan program-program pembangunan berbasis masyarakat (ekonomi rakyat). Jika selama ini program-program pemberdayaan ekonomi rakyat didisain dari pusat, tanpa daerah memiliki kewenangan untuk “berkreasi”, sekaranglah saatnya pemerintah daerah kabupaten/kota menunjukkan kemampuannya. Tantangan, bahwa daerah mampu mendisain dan melaksanakan program yang sesuai dengan kondisi lokal patut disikapi dengan kepercayaan diri dan tanggung jawab penuh.

Penyelenggaraan otonomi daerah ini didasarkan pada isi dan jiwa yang terkandung dalam Pasal 18 UUD 1945 dengan pokok pikiran sebagai berikut :

1. Sistem ketatanegaraan wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan

berdasarkan asas dekonsentrasi dan desentralisasi dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah provinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten dan daerah kota. Daerah desntralisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

3. Pembagian daerah diluar provinsi dibagi ke dalam daerah otonom. Dengan demikian wilayah administrasi yang berada dalam daerah kabupaten dan daerah kota dapat dijadikan daerah otonom baru.

4. Kecamatan sebagai wilayah administrasi dalam rangka dekonsentrasi kedudukannya diubah menjadi perangkat kabupaten atau daerah kota.


(21)

9

1.5.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Secara etimologis, pengertian otonomi daerah menurut Situmorang (1993) dalam Shinta (2009) berasal dari bahasa Latin, yaitu “autos” yang berarti sendiri dan “nomos” yang berarti aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi daerah adalah mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Dalam bahasa Inggris, otonomi berasal dari kata “autonomy”, dimana “auto” berarti sendiri dan “nomy” sama artinya dengan “nomos” yang berarti aturan atau Undang-undang. Jadi “autonomy” adalah mengatur diri sendiri. Sementara itu, pengertian lain tentang otonomi ialah sebagai hak mengatur dan memerintah diri sendiri atas insiatif dan kemauan sendiri. Hak yang diperoleh berasal dari pemerintah pusat.

Lebih lanjut Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 tahun 2004 mendefinisikan otonomi daerah sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah mengatur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Daerah Otonom atau disebut juga dengan daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.5.1.2 Prinisip dan Tujuan Otonomi Daerah

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti, daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan.


(22)

10

Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utam dari tujuan nasional.

Seiring dengan prinsip itu, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelengaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antar daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antardaerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan. Disamping itu diberikan pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervise, pengendalian koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. Bersamaan itu pemerintah wajib memberikan fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(23)

11

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah (Widarta, I. 2005 : 69) antara lain yaitu :

1. Untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.

2. Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan, undang-undang ini menitikberatkan otonomi daerah pada daerah tingkat II dengan pertimbangan bahwa daerah tingkat II langsung berhubungan dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat.

3. Penyerahan urusan-urusan pemerintahan kepada daerah dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan. 4. Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada daerah sebagai pelaksana asas desentralisasi tetapi tanggungjawab terakhir terhadap urusan-urusan tersebut tetap berada di tangan pemerintah.

1.5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah

Banyak faktor dan variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Tidak sedikit pula pakar yang mengidentifikasikan faktor-faktor dan variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah itu.


(24)

12

Pada umumnya faktor-faktor dan atau variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan sumber daya (aparat maupun masyarakat), sumber daya alam, kemampuan keuangan (finansial), kemampuan manajemen, kondisi sosial budaya masyarakat, dan karakteristik ekologis.

Kaho (dalam Salam, 2004:108) mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi dan sangat menentukan penelenggaraan otonomi daerah antara lain dengan:

1. Sumber daya manusia dan kemampuan aparatur serta partisipasi masyarakat. 2. Keuangan yang stabil.

3. Peralatan yang lengkap.

4. Organisasi dan manajemen yang baik.

Paramitha (dalam Salam, 2004:109) membagi variabel yang memperanguhi keefektifan organisasi ke dalam dua kelompok . Pertama, kelompok variabel sumber daya yang terdiri dari varabel besarnya organisasi dan pembagian kerja.

Kedua, kelompok variabel struktural yang terdiri dari variabel struktur yang terdiri dari variabel sentralisasi, kerumitan, formalisasi, komunikasi, dan koordinasi.

Fernandez (dalam Salam, 2004:109) menyatakan bahwa tugas atau fungsi manajerial, institusi, penbiayaan atau keuangan, dan kemampuan aparat pemerintahan daerah merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah.


(25)

13

1.5.2 Pemerintah Daerah

Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah oleh DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, pemerintahan daerah meliputi : 1) Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Pemerintah daerah sebagai badan eksekutif daerah dalam PP No.8/2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah meliputi kepala daerah beserta perangkat daerah.

Kepala daerah dalam hal ini untuk kecamatan adalah Camat, untuk kabupaten adalah Bupati dimana kepala daerah ini dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakilnya dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Berhasil tidaknya seseorang yang menjabat suatu jabatan dalam menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan kepala daerah, berhasil tidaknya ia menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya serta loyalitasnya kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 8 Tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga


(26)

14

pada pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah (Nurcholis, 2007: 225).

1.5.4 Pemekaran Kecamatan

Menurut pasal 66 UU No.22 Tahun 1999, kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh Kepala Camat yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul dari sekretaris daerah kabupaten/kota dan Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Sebagai perangkat daerah organisasi Kecamatan yang dipimpin oleh Camat melaksanakan sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan Bupati dan tugastugas umum pemerintahan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah organisasi Kecamatan menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat. Hal ini disebabkan Kecamatan menjadi penyambung kebijakan pemerintah daerah dengan masyarakat luas, fungsi-fungsi koordinatif dan pembinaan pada level desa dan kelurahan menjadi tanggung jawab Kecamatan.(Poernomo, 2004 : 28) Oleh karena itu Kecamatan menerima sebagian wewenang yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah. Disamping itu Kecamatan adalah sebagai koordinator dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum.

Ada dua tugas utama Kecamatan yaitu sebagai pelayan masyarakat dan melakukan pembinaan wilayah.Tugas pembinaan wilayah dilakukan dengan melakukan koordinasi pemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintah di


(27)

15

wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban, penegakan peraturan perundangundangan, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, serta pelaksanaan tugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan desa/kelurahan dan/atau instansi pemerintah lainnya di wilayah kecamatan, sedangkan dari segi pelayan masyarakat, pihak Kecamatan menjalankan sebagian wewenang yang diberikan oleh Pemerintah daerah. Oleh sebab itu pengembangan lembaga Kecamatan menjadi hal yangurgen untuk dilaksanakan. Kebijakan otonomi daerah merupakan suatu itikad baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kecamatan sebagai unsur perangkat daerah memiliki peran vital dalam keberhasilan otonomi daerah, kecamatan dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia, merupakan ujung tombak dari pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut. Masyarakat perkotaan yang peradabannya sudah cukup maju, mempunyai kompleksitas permasalahan lebih tinggi dibandingkan pada masyarakat tradisional sehingga diperlukan aparatur pelayanan yang profesional. (Tobalilo80/2009/01).

Menurut PP No. 19 Tahun 2008 Bab I pasal (1) pembentukan kecamatan adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai kecamatan di kabupaten/kota. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 PP No.19 2008 harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.


(28)

16

Syarat administratif pembentukan kecamatan adalah: (PP No.19 Th 2008 pasal 3) :

a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;

b. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun;

c. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

d. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

e. Rekomendasi Gubernur.

Syarat fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 19 Th 2008 meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 19 Th 2008 meliputi:

1. jumlah penduduk; 2. luas wilayah;

3. rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan; 4. aktivitas perekonomian;


(29)

17

Dalam PP RI No 129 tahun 2000 pasal 2 disebutkan pembentukan daerah atau disebut juga dengan pemekaran bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melalui:

1. Pengangkatan pelayanan terhadap masyarakat 2. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi

3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah 4. Percepatan pengelolaan potensi daerah

5. Pengangkatan kecamatan dan ketertiban

6. Pengangkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

Dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurusi wilayahnya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini mengingat bahwa sebenarnya yang mengetahui segala permasalahan yang terjadi di daerah adalah pemerintah daerah, bukan pemerintah pusat.Semakin meningkatnya volume kegiatan di bidang pemerintahan, pelayanan, dan kemasyarakatan serta dengan meningkatnya komposisi jumlah penduduk, luas wilayah yang cukup, dan memiliki sarana/prasarana yang memadai sebagai prasyarat pendirian kecamatan, maka Pemerintahan Kabupaten Kerinci merasa siap untuk mengeluarkan kebijakan pemekaran kecamatan.

Menurut Kastorius Sinaga (dalam Wahyudi dkk, 2002:18) pemekaran wilayah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, diantaranya:

1. Urgensi dan Relevansi; apakah urgensi pemekaran wilayah berkaitan dengan penuntasan masalah kemiskinan dan marginalitas etnik. Jika tidak, pemekaran wilayah akan berdampak negatif dan proses pemiskinan rakyat


(30)

18

akan semakin cepat. Pertimbangan umum pemekaran wilayah biasanya didasari oleh adanya potensi sumber daya alam yang siap untuk dieksploitasi sementara kemampuan daerah, terutama menyangkut finansial dan sumber daya manusia amat terbatas. Jalan keluar yang paling mungkin adalah mengundang pihak luar menjadi investor dan ketika keputusan seperti ini diambil maka tidak lama setelah itu akan terjadi proses eksploitasi yang sangat besar terhadap kekayaan alam yang dimiliki daerah itu. Cara berfikir seperti ini yang sangat mengkhawatirkan dan berpotensi mengundang terjadinya proses pemiskinan.

2. Prosedur; apakah prosedur pemekaran wilayah ini akan berbelit-belit karena rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini juga cukup panjang.

3. Implikasi; yakni sejauhmana pemekaran wilayah memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan secara politis berimplikasi terhadap terpilihnya identitas etnik dan agama. Selain itu, potensi terjadinya konflik horizontal berkaitan dengan ide pemekaran wilayah itu. Diluar pihak yang memberikan dukungan, pasti ada pihak-pihak tertentu yang tidak menyetujui ide pemekaran itu.

1.5.5. Masyarakat

Kata masyarakat dalam bahasa Inggris adalah “society” yang berasal dari kata “socius” yang berarti kawan. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup secara bersama-sama cukup lama, yang


(31)

19

mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orangorang sekitar, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurutsistem adat istiadat, hukum, agama dan sosial budaya yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut sehingga menjadi adat istiadat. Para mahasiswa suatu akademi ataupun para pelajar suatu sekolah tidak dapat disebut sebagai masyarakat karena walaupun suatu kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, mahasiswa atupun karyawan terikat serta diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma atau aturan sekolah, tetapi system norma itu hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas.

Sementara sebagai suatu kesatuan manusia, sekolah atupun kampus itu hanya bersifat sementara atau tidak berkesinambungan. Selain ikatan adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontiunitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya Usaha mengembangkan konsep masyarakat ternyata tidak menghasilkan suatu rumusan yang seragam. Satu aspek yang tampak disepakati bersama adalah masyarakat merupakan kelompok manusia yang hidup bersama. Maka dalam usaha menyamakan pandangan tentang masyarakat ini yang paling


(32)

20

penting adalah unsur-unsur masyarakat itu sendiri. Hidup bersama dikatakan apabila mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup dalam suatu kelompok tertentu

2. Bercampur atau bersama-sama untuk kurun waktu yang lama 3. Menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan

4. Menyadari bahwa mereka bersama-sama diikat oleh perasaan diantara para anggotayang satu dengan yang lain

5. Menghasilkan suatu kebudayaan tertentu.

1.5.6 Sosial Ekonomi

1.5.6.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang berarti kawan atau teman. Dalam hal ini kawan adalah mereka atau orang-orang yang berada di sekitar tempat tinggal kita dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Salim, 2002 : 454), sedangkan dalam konsep sosiologi manusia sering disebut sebagai makhluk sosial, yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa keterlibatan orang lain disekitarnya. Dalam mengahadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan juga bergaul untuk mendatangkan kepuasan baginya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas - azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta


(33)

21

kekayaan seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian (Salim, 2002 : 379). Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari.sosial ekonomi itu sendiri merupakan gabungan dari pendidikan, pendapatan dan pekerjaan.

1.5.6.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi adalah suatu keadaan pada suatu waktu tertentu. Kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan kata ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barangserta kekayaan. Jadi kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain yaitu : pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan Selain faktor-faktor tersebut, ada juga faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh para ahli dalam melihat kondisi sosial ekonomi seseorang seperti pekerjaan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

Pendapatan merupakan penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang dikerjakan. Sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran


(34)

22

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kesehatan adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari – hari dengan baik. Sedangkan perumahan adalah bangunan tempat tinggal atau tempat berteduh bagi. Uraian tersebut diatas adalah merupakan gambarankondisi sosial ekonomi. Kehidupan sosial merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh sekelompok orang guna pemenuhan kebutuhan hidup serta menggunakan penghasilannya untuk mengarahkan produksi barang yang diperlukan. Oleh karena itu, maka perlu dikembangkan suatu strategi yang diarahkan pada tujuan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Adapun model pemenuhan kebutuhan dasar sebagai suatu strategi harus mampu memiliki 5 (lima) sasaran utama, yaitu :

1.Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan, peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh masyarakat.

2.Dibukanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai pelayanan umum,seperti : pendidikan, kesehatan, air minum dan pemukiman yang sehat.

3.Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan untuk bekerja yang produktiftermasuk kemungkinan menciptakan usaha sendiri.


(35)

23

4.Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa dengan kemampuan untuk menyisihkan tabungan bagi pembiayaan usaha selanjutnya.

5.Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan atas pelaksanaan pembangunan dan juga sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

1.6 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan sementara atau tentative answer

yang hendak dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

• Adanya pengaruh pemekaran kecamatan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

Maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini untuk mebuktikan yaitu : Hipotesis Nol (Ho) : Pernyataan yang mengatakan tidak ada hubungan pemekaran kecamatan (Variabel x) dengan kondisi sosial sosial ekonomi masyarakat (Variabel Y) yang akan diteliti ,atau Variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis Alternative (Ha) : Pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan antara pemekaran kecamatan (Variabel x) dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (Variabel Y) atau variabel independen mempengaruhi variabel dependen.


(36)

24

1.7 Defenisi Konsep

Definisi Konsep merupakan proses yang digunakan untuk menunjukan secara tepat tentang apa yang kita maksudkan bila kita menggunakan istilah tertentu. Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009 : 112).

Untuk mendapatkan batasan istilah yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti ,maka definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1 . Pemekaran Kecamatan

Pemekaran kecamatan adalah pembentukan kecamatan baru dari kecamatan yang lama berdasarkan pada syarat-syarat tertentu.

2 . Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain yaitu : pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

1. Pendapatan merupakan penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang dikerjakan.

2. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


(37)

25

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

3. Kesehatan adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari – hari dengan baik.

4. Perumahan adalah bangunan tempat tinggal atau tempat berteduh .

1.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006: 46). Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari variabel-variabel tersebut.

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitian. Adapun yang menjadi definisi operasinal dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel Independen (pemekaran kecamatan) yaitu variabel yang sering juga disebut sebagai variabel prediktor ialah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif.

Adapun indikator Variabel dependen dari penelitian ini adalah :

1.Syarat Administrasi pembentukan kecamatan

a.Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di seluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan


(38)

26

b.Keputusan Kepala Desa di seluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan

c.Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun

2. Persyaratan Teknis

a. Rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan b. Ketersediaan sarana dan prasarana.

c. Aktivitas perekonomian

b. Variabel dependen (kondisi sosial ekonomi masyarakat) yaitu variabel yang sering juga disebut variabel kriteria(criterion variable) adalah variabel yang nilai valuenya dipengaruhi oleh variabel lain.

Kondisi Sosial Ekonomi di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun indikatornya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Peningkatan sumber pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama (keluarga), dimana pendapatan ini merupakan jumlah semua hasilperolehan yang di dapat dalam bentuk uang sebagai hasil dari

pekerjaannya.Indikatornya :


(39)

27

b. Bantuan modal usaha yang diperoleh sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik. Bantuan modal usaha yang diperoleh setelah pemekaran Pamatang Sidamanik

c. Jumlah pendapatan sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik Jumlah pendapatan setelah pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik.

2) Kondisi fasilitas pendidikan

Indikatornya : a. Sarana pendidikan (seperti komputer, layanan internet) sebelum

adanya pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik Sarana pendidikan (computer, internet, dll) setelah adanyapemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

b. Jumlah bangunan sekolah sebelum adanya pemekaran daerah. Jumlah bangunan sekolah setelah adanya pemekaran daerah.

3) Kesehatan

Indikatornya : a.Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik b.Pelayanan kesehatan sebelum adanya pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

Pelayanan kesehatan setelah adanya pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik


(40)

28

Indikatornya : a.Kondisi bangunan rumah sebelum adanya pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

b.Kondisi bangunan rumah setelah adanya pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

c.Sarana MCK sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik Sarana MCK setelah pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik


(41)

29

I.9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian berupa sejarah singkat,visi,misi dan sturktur organisasi

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisa.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB VI : PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.


(42)

30

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penilitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Karena penelitian ini menghubungkan dua variabel saja, maka korelasionalnya di sebut korelasi sederhana.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1Populasi

Menurut Sugiono (2005:90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarian kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomusili di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun .


(43)

31

Tabel 1

Jumlah Penduduk di Kecamatan Pamatang Sidamanik

NO Nama Desa Jumlah Penduduk

1 Sopolha Horison 1.579 2 Pem.Tambun Raya 1.346

3 Sihaporas 1.035

4 Jorlang Huluan 1.705

5 Bandar Manik 1.859

6 Sait Buttu Saribu 5.717 7 Pematang Sidamanik 2.745 8 Sarimantin 2.049

9 Simantin 2100

10 Gorak 689

Jumlah Total 20.842

2.3.2 Sampel

Menurut Singarimbun (1995: 152), sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representative dari seluruh populasi, sehingga kesimpulannya juga berlaku bagi keseluruhan populasi.


(44)

32

Menurut Arikunto (1996:104) apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Apabila lebih dari 100 orang,maka diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan jumlah populasi yang diambil, maka untuk menentukan jumlah sampel yang representatif penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan rumus Slovin (Prasetyo, 2005:136) yakni sebagai berikut :

n = N 1 + Ne2

Keterangan : N = Populasi n = Sampel

e = Tingkat kesalahan penarikan sampel

Jumlah penduduk di Kecamatan Pamatang Sidamanik adalah tercatat sejumlah 20.842 jiwa ,sehingga jumlah sampelnya adalah :

n = 20.842 1 + 20.842(0.1)2

n = 100 orang

Kemudian jumlah sampel yang diperoleh tersebut di distribusikan ke 10 desa di kecamatan Pamatang Sidamanik dengan menggunakan rumus :

Populasi 1

Sampel 1 = x Total Sampel Jumlah populasi


(45)

33

1. Sopolha Horison

1579

Sampel 1 = x 100 20.842

= 7,57 dibulatkan menjadi 8

2. Pem.Tambun Raya

1346

Sampel 1 = x 100 20.842

= 6,45 dibulatkan menjadi 6

3. Sihaporas

1035

Sampel 1 = x 100 20.842

= 4,96 dibulatkan menjadi 5

4. Jorlang Huluan

1705

Sampel 1 = x 100 20.842

= 8.18 dibulatkan menjadi 8 5. Bandar Manik

1859

Sampel 1 = x 100 20.842


(46)

34

= 8,91 dibulatkan menjadi 9 6. Sait Buttu Saribu

5717

Sampel 1 = x 100 20.842

= 29,42 dibulatkan menjadi 29

7. Pematang Sidamanik 2745

Sampel 1 = x 100 20.842

= 13,17 dibulatkan menjadi 13 8. Sarimantin

2049

Sampel 1 = x 100 20.842

= 9,83 dibulatkan menjadi 10

9. Simantin

2100

Sampel 1 = x 100 20.842

= 10,07 dibulatkan menjadi 10 10.Gorak


(47)

35

Sampel 1 = x 100 20.842

= 3,30 dibulatkan menjadi 3

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

• Penelitian Lapangan

Dalam penelitian ini ,peneliti menggunakan teknik wawancara sistematik dan penyebaran kuesioner kepada penduduk berdasarkan kriteria penelitian.Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a . Data Primer ,yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan melalui :

Kuesioner (angket) ,adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan ,serta informasi yang dibutuhkan.

b . Data Sekunder , yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah,baik dalam bentuk angka maupun uraian yang terdapat dalam buku ,jurnal ,surat kabar ,dan lain sebagainya.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan, maka ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang bersifat kuantitatif. Teknik pengukuran skor


(48)

36

atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala Likert untuk menilai jawaban kuesioner.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk jawaban alternatif “a” diberi skor 5.

2. Untuk jawaban alternatif “b” diberi skor 4. 3. Untuk jawaban alternatif “c“ diberi skor 3. 4. Untuk jawaban alternatif “d“ diberi skor 2. 5. Untuk jawaban alternatif “e“ diberi skor 1.

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditetapkan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas intervalnya dengan perhitungan, sebagai berikut :

������������� − �����������ℎ �����������������

Maka diperoleh:

5−1 5 = 0,8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel, yaitu

Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80


(49)

37

Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42

Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00

2.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan perhitungan statistik.

2.6.1 Korelasi Product Moment

Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dan besar kecilnya hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2005:212). Cara perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:

���

=

�.∑ �� −(∑ �)(∑ �)

�{�.∑ �2−(∑ �)2}{�.∑ �2−(∑ �)2)}

Ketarangan

rxy = Koefisien korelasi antara gejala x dan y N = Jumlah Sampel


(50)

38

∑ � = Jumlah skor y

∑ � � = Jumlah hasil kali antara x dan y

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = o) berarti hubungan kedua variable yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +)berarti kenaikan nilai variable yang satu, diikuti nilai variable yang lain dan kedua variable memiliki hubungan positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) berarti kedua variable negative dan menunjukan meningkatnya variable yang satu diikuti menurunya variabel yang lain.

Interpretasi dari korelasi tersebut menurut ukuran yang konservatif adalah sebagai berikut.

Tabel 2

Pedoman untuk memberikan interprestasi Koefisien Korelasi Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi


(51)

39

Jika nilai r yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nilai r dalam table, maka nilai r yang diperoleh itu signifikan. Dan sebaliknya, jika nilai r

yang diperoleh lebih kecil dari nilai r dalam table, maka nilai r yang diperoleh tidak signifikan.

2.6.2Koefisien Determinasi

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas.Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1(0 < R2 < 1). Analisis digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel bebas (Pemekaran Kecamatan) terhadap variabel terikat (Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat) .

2.6.3 Analisi Regresi Linier Sederhana

Analisi regresi linier Sederhana dilakukan dengan bantuan Software SPSS dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Model regresi linier sederhana yaitu :

Y = a +bx Keterangan :

Y = Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat X = Variabel Pemekaran Kecamatan

a = Konstanta


(52)

40

2.6.4Pengujian Hipotesis

A . Uji T

Uji T (uji Parsial)dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu X terhadap variabel terikat yaitu Y dengan

asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan ,dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05).

Kriteria penilaian :

Terima HO jika nilai probabilitas (sig > α 0.05)


(53)

41

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Letak Geografis Kecamatan Pamatang Sidamanik

Kecamatan Pamatang Sidamanik terletak 780 m di atas permukaan laut dan mempunyai luas wilayah 137.80 km2 . Dengan luas lahan sawah 536 ha, luas lahan kering 7526 ha dan luas

halaman pekarangan 1028 ha. Kecamatan ini terletak 42 km dari kantor bupati.

Kecamatan Pamatang Sidamanik terletak di Kabupaten Simalungun dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Panei/Kecamatan Dolok Pardamean - Sebelah Selatan : Kecamatan Jorlang Hataran

- Sebelah Timur : Kecamatan Sidamanik

- Sebelah Barat : Kecamatan Girsang Simpangan Bolon

Kecamatan Pematang Sidamanik terdiri dari sepuluh nagori/ kelurahan :

1. Sipolha Horison 2. Pem.Tambun Raya 3. Sihaporas

4. Jorlang Huluan 5. Bandar Manik 6. Sait Buttu Saribu 7. Pematang Sidamanik


(54)

42

8. Sarimantin 9. Simantin 10.Gorak

Tabel 3.1

Luas Wilayah Dan Jumlah Dusun Menurut Nagori/ Kelurahan Di Kecamatan Pematang Sidamanik

No. Nagori/Kelurahan Luas(Km2) Jumlah dusun

Rasio Terhadap Luas Kecamatan(%)

1 Sipolha Horison 11,80 4 10,32 2 Pem.Tambun Raya 18,85 4 12,54 3 Sihaporas 9,00 5 3,25 4 Jorlang Huluan 18,75 3 20,70 5 Bandar Manik 12,50 5 23,87 6 Sait Buttu Saribu 21,75 7 10,63 7 Pematang Sidamanik 20,25 5 9,03 8 Sarimantin 6,00 3 3,26 9 Simantin 8,90 3 24,40

10 Gorak 10.00 4 8,91

Sumber Data : Pangulu Sekec Pamatang Sidamanik 2013

3.2 Keadaan Demografi

Menurut badan pusat statistik Kabupaten Simalungun penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik berjumlah 20.842 jiwa. Dengan jumlah laki-laki 10.480 jiwa dan jumlah perempuan 10.362 jiwa.Dengan demikian komposisi penduduk kecamatan Pamatang Sidamanik hampir seimbang antara jumlah laki-laki dan jumlah perempuan.mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani yaitu sebesar 57,62% ,dan penduduk Kecamatan Pematang Sidamanik mayoritas menganut agama Kristen Protestan sekitar 55,82%,agar lebih jelas komposisi penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin ,mata pencarian pendidikan dan agama.


(55)

43

3.2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Nagori(Desa)/Kelurahan di Kecamatan Pamatang Sidamanik

No Nagori/Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Sopolha Horison 799 780 1.579 2 Pem.Tambun Raya 680 666 1.346 3 Sihaporas 547 488 1.035 4 Jorlang Huluan 841 864 1.705 5 Bandar Manik 958 901 1.859 6 Sait Buttu Saribu 2.870 2.847 5.717 7 Pematang Sidamanik 1.365 1.380 2.745 8 Sarimantin 1.016 1.033 2.049 9 Simantin 1.039 1.061 2100

10 Gorak 347 342 689

Total 10.480 10.362 20.842

Sumber Data : Pangulu Sekec Pamatang Sidamanik

Dari Tabel 3.2 diatas dapat kita lihat jumlah penduduk di Kecamatan Pamatang Sidamanik .Menurut data statistik yang terakhir diketahui jumlah penduduk 20.842 jiwa yang tersebar di sepuluh nagori/kelurahan yang ada. Jika dilihat dari faKtor jenis kelamin, maka penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik terdiri dari 10.480 jiwa laki-laki dan 10.362 jiwa perempuan. Dengan demikian komposisi penduduk kecamatan Pamatang Sidamanik hampir seimbang antara jumlah laki-laki dan jumlah perempuan.

Komposisi persebaran penduduk di setiap desanya kurang merata ,dapat kita lihat pada tabel diatas nagori/kelurahan yang menjadi pusat kegiatan dia Kecamatan Pamatang Sidamanik memiliki jumlah populasi terbesar.sedangkan desa-desa yang berada cukup jauh dari pusat kegiatan Kecamatan Pamatang Sidamanik memiliki jumlah populasi yang lebih sedikit.


(56)

44

3.2.2. Jenis Kelamin dan Umur

Tabel 3.3

Penduduk Menurut Kelompok Umur Setiap Nagori(Desa)/Kelurahan di Kecamatan Pamatang Sidamanik

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 00-04 940 903 1.843 2 05-09 928 859 1.787 3 10-14 841 838 1.697 4 15-19 913 932 1.845

5 20-24 436 361 797

6 25-29 1237 1333 2.570 7 30-34 585 562 1.147 8 35-39 592 561 1.153 9 40-44 585 801 1.386 10 45-49 932 960 1.892 11 50-54 457 561 1.018

12 55-59 371 453 824

13 60-64 556 694 1250

14 65-69 174 233 407

15 70-74 509 447 956

16 75+ 91 197 288

Total 10.480 10.362 20.842

Sumber data : BPS SIMALUNGUN

Menurut data statistik yang terakhir di kantor Kecamatan Pamatang Sidamanik diketahui jumlah penduduk sebanyak 20.842 jiwa yang tersebar diseluruh nagori/kelurahan yang ada. Jika dilihat dari faktor usia, maka penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik lebih banyak usia dewasa dibandingkan anak-anak ataupun kelompok orang tua. Hal ini menunjukkan Kecamatan Pamatang Sidamanik mempunyai modal tenaga kerja yang cukup.

3.2.3 Pekerjaan

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pematang Sidamanik cukup bervariasi. Masyarakat di Kecamatan Pematang Sidamanik mayoritas pekerjaannya adalah petani,


(57)

45

selebihnya pekerja di sekolah, industri , konstruksi, perdagangan, trasportasi,jasa pemerintahan dan lain-lain. Klasifikasi penduduk berdasarkan pekerjan dapat dilihat pada tabel nomor tiga berikut :

Tabel 3.4

Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut jenis Kegiatan/ Pekerjaan Di Kecamatan Pamatang Sidamanik

No Jenis

Pekerjaan/Bidang

Jumlah Persentase

1 Sekolah 3.337 21,06 2 Pertanian 9231 57,62 3 Industri 158 14,33 4 Konstruksi 31 0,98 5 Perdagangan 418 2,60 6 Transportasi 82 0,511 7 Jasa Pemerintahan 794 4,95 8 Karyawan Perkebunan 4274 26,67

Jumlah 16.020 100

Sumber : Profil Kecamatan Pamatang Sidamanik Oktober tahun 2013

Dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja, terhitung 16.020 yang bekerja dari 20.842 jumlah penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik. Dengan demikian, penduduk yang bekerja sebesar 76,86% dari seluruh jumlah penduduk yang berarti masyarakat Kecamatan Pamatang Sidamanik cukup produktif dalam bekerja. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa masyarakat Kecamatan Pamatang Sidamanik mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebesar 57,62% dari seluruh jumlah masyarakat yang bekerja.Karena Kecamatan Pamatang Sidamanik merupakan wilayah yang subur untuk bercocok tanam.Sisanya masyaraatnya bekerja sebagai karyawan perkebunan ,karena beberapa desa di kecamatan ini merupaakan wilayah dari PTP Nusantara IV.


(58)

46

Penduduk Kecamatan Pematang Sidamanik mayoritas menganut agama Kristen Protestan sekitar 55,82%, kemudian diikuti agama Islam, Katolik, Budha dan Hindu.Mayoritas penduduk di setiap desa di kecamatan Pamatang Sidamanik ini .

Tabel 3.5

Penduduk Menurut Agama Setiap Nagori(Desa)/Kelurahan di Kecamatan Pamatang Sidamanik

No Kelurahan Islam Khatolik Protestan Hindu Budha Jumlah

1 Sipolha Horison

776 11 698 0 5 1490 2 Pem.Tambun

Raya

258 9 1341 0 1 1609 3 Sihaporas 210 298 970 3 12 1503 4 Jorlang

Huluan

1480 13 793 5 0 2291 5 Bandar

Manik

1212 50 324 0 0 1586 6 Sait Buntu

Saribu

1133 161 1822 0 0 3116 7 P.Sidamanik 323 162 1534 0 1 1939 8 Sarimattin 1037 140 1129 0 0 2306 9 Simantin 686 105 1045 0 0 1837 10 Gorak 37 18 524 0 0 558

5.955 1.962 10.180 9 19 17092

Sumber : Profil Kecamatan Pamatang Sidamanik Oktober 2013

3.2.5 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu factor yang paling penting dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk. Dengan adanya sarana pendidikan yang cukup memadai maka nantinya akan membantu masyarakat setempat untuk meningkatkan mutu pendidikan karena kemajuan


(59)

47

masyarakat sangat tergantung pada mutu pendidikan yang diterima generasi muda. Komposisi masyarakat berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Penduduk Menurut Nagori/ Kelurahan Dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Kecamatan Pamatang Sidamanik.

No Nagori/ Kelurahan

Tidak Sekolah

SD SMP SMU Dip

III

S1 S2- S3

Jlh

1 Sipolha Horison

209 133 265 588 18 29 2 1490 2 Pem.

Tambun Raya

363 337 252 272 8 6 0 1609

3 Sihaporas 114 310 230 114 38 47 0 1219 4 Jorlang

Huluan

302 521 458 636 38 71 0 2291 5 Bandar

Manik

201 396 385 305 0 1 0 1586 6 SaitBuntu

Saribu

514 760 729 320 1 2 1 3185 7 Pamatang

sidamanik

292 303 582 639 17 23 0 2329 8 Sarimattin 343 497 419 435 4 7 0 2306 9 Simantin 384 511 360 200 3 4 0 1837 10 Gorak 21 320 104 8 3 2 1 986

2.722 4.088 3.545 3.517 130 192 4 17.825

Sumber : Profil Kecamatan Pamatang Sidamanik Oktober 2013

Dapat dilihat pada tabel 3.6 bahwa masyarakat sudah berpendidikan di sekolah, hal ini dimungkinkan karena masyarakat Kecamatan Pematang Sidamanik sudah menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting untuk masa depan. Berarti tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan ini baik.


(60)

48

3.3. Fasilitas - Fasilitas Kelurahan Kecamatan Pamatang Sidamanik

Fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat secar bersama-sama merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Fasilitas rumah ibadah, fsilitas kesehatan, fasilitas olah raga dan fasilitas pendidikan harus dimiliki oleh sebuah kecamatan karena keempat hal tersebut merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Fasilitas yang ada di Kecamatan Pamatang Sidamanik adlah sebagai berikut:

3.3.1 Fasilitas Rumah Ibadah

Rumah ibadah merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua umat manusia untuk dapat beribadah bersama-sama. Dan di Kecamatan Pematang Sidamanik sudah terdapat rumah ibadah yang mendukung setiap umat beragama untuk dapat melakukan ibadahnya dengan baik. Agar lebih jelas dapat dilihat dalam tabel nomor tujuh.rumah ibadah yang mendukung setiap umat beragama untuk dapat melakukan ibadahnya dengan baik.

Tabel 3.7

Jumlah Tempat Ibadah Menurut Nagori/ Kelurahan Di Kecamatan Pamatang Sidamanik No Nagori/Kelurahan Masjid/Musholla Gereja Pura Vihara

1 Sipolha Horison - 2 - - 2 Pem.Tambun Raya 1 1 - -

3 Sihaporas - 2 - -

4 Jorlang Huluan - 3 - - 5 Bandar Manik 1 1 - - 6 Sait Buntu Saribu 5 6 - - 7 Pam.Sidamanik 1 2 - - 8 Sarimattin 1 1 - -

9 Simantin 1 2 - -

10 Gorak - 1 - -

10 21 0 0


(61)

49

3.3.2 Fasilitas Kesehatan

Kecamatan Pamatang Sidamanik dapat dikatakan telah peduli tentang kesehatan. Dapat dilihat melalui penyediaan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah walaupun rumah sakit belum terdapat di kecamatan ini, namun telah terdapat puskesmas, puskesmas pembantu dan beberapa klinik, semakin lama jumlah sarana kesahatan di Kecamatan Pamatang Sidamanik semakin merata di setiap nagori/keluran.dapat dilihat dalam tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Nagori/ Kelurahan Di Kecamatan Pamatang Sidamanik

No Nagori/Kelurahan Rumah Sakit

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Klinik Tenaga Medis

1 Sipolha Horison - - 1 1 4 2 Pem.Tambun Raya - - 1 1 3

3 Sihaporas - - 1 1 2

4 Jorlang Huluan - - 1 1 3 5 Bandar Manik - - 1 1 3 6 Sait Buntu Saribu - 1 1 1 4 7 Pam.Sidamanik - 1 - 1 4

8 Sarimattin - - 1 1 3

9 Simantin - - 1 1 3

10 Gorak - - 1 - 2

0 2 9 9 31

Sumber : Profil Kecamatan Pamatang Sidamanik Oktober 2013 3.3.3 Fasilitas Pendidikan

Dari segi sarana pendidikan pada Kecamatan Pamatang Sidamanik, sekolah dari tingkat TK sampai SMU, meskipun belum terdapat perguruan tinggi. Adapun prasarana pendidikan sebagai berikut :

1. Perguruan Tinggi - unit 2. SMU/ Sederajat 3 unit


(62)

50

3. SMP/ Sederajat 4 unit 4. SD/ Sederajat 23 unit 5. TK 3 unit 6. Kursus Bahasa 3 unit 7. Kursus Komputer - unit

3.3.4 Organisasi-Organisasi Kelurahan

Kebutuhan akan organisasi pada dasarnya adalah kebutuhan terhadap adanya intreraksi sosial yang menyatu dalam kelompok. Selain masyarakat itu sendiri sebagai sebuah organisasi yang terbesar, ada juga organisasi lain yang terdapat dalam suatu masyarakat yang lahir dari adanya kebutuhan yang beranekaragam.

Organisasi masyarakat yang terbentuk dalam lembaga kemasyarakatan di Kecamatan Pamatang Sidamanik adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan jumlah 10 Organisasi.

2. Organisasi Pemuda Sebanyak 7 Organisasi.

3. Organisasi karang taruna dengan jumlah 7 organisasi.

4. Kelompok gotong royong sebanyak 6 kelompok.

5. Kelompok tani 10 kelompok.

6. LPM dengan jumlah 10 lembaga.

Organisasi yang terbentuk dalam kelembagaan politik yaitu Partai-Partai Politik yang memiliki pengurus cabang di Kecamatan Pamatang Sidamanik maupun pengurus ranting di


(63)

51

Kelurahan-Kelurahan yang ada di Kecamatan Pamatang Sidamanik sebagai berikut: Partai Golongan Karya (GOLKAR), partai demokrasi indonesia perjuangan (PDI-P), partai hati nurani rakyat (HANURA), partai damai sejahtera (PDS), partai kesejahteraan sosial (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Organisasi yang terbentuk dalam kelembagaan ekonomi yaitu lembaga yang meningkatkan perekonomian di Kecamatan Pamatang Sidamanik adalah sebagai berikut:

1. Koperasi dengan jumlah 18 unit. 2. Industri makanan sebanyak 18 unit. 3. Industri kerajinan sebanyak 98 unit. 4. Usaha perdagangan sebanyak 10 unit. 5. Warung makan 120 unit.

6. Kios klontong sebanyak 540 unit. 7. Bengkel sebanyak 80 unit.

8. Toko/swalayan sebanyak 10 unit. 9. Percetakan sablon sebanyak 10 unit.

Organisasi yang terbentuk dalam kelembagaan keamanan yaitu lembaga yang mengawasi/ memperhatikan keamanan di Kecamatan ataupun Kelurahan/ nagori yang ada di Kecamatan Pamatang Sidamanik sebagai berikut:

1. Siskamling sebanyak 29 siskamling.


(64)

52

BAB IV PENYAJIAN DATA

Penyajian data pada bab ini adalah hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada 10 Nagori/Kelurahan di Kecamatan Pamatang Sidamanik dengan cara menyebarkan kuesioner pada responden sebanyak 100 orang masyarakat sebagai sampel dalam penelitian ini. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari data yang diperoleh dari kuesioner tersebut, di bawah ini disajikan data dalam tabel-tabel distribusi yang kemudian di distribusikan sebagai berikut:

4.1. Karakteristik Responden

Data identitas responden mencakup distribusi data responden menurut jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan perbulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka identitas responden dapat diuraikan sebagai berikut ini :

4.1.1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Distribusi Data Responden Bedasarkan Jenis Kelamin

NO Responden Jumlah Presentase

1 Laki-Laki 51 51%

2 Perempuan 49 49%

Jumlah 100 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2015

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 100 orang, 51 orang (51%) adalah laki-laki dan sisanya 49 orang (49%) adalah perempuan.Jadi responden pada penelitian ini antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang.


(65)

53

4.1.2. Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2

Distribusi Data Responden Bedasarkan Pendidikan

NO Responden Jumlah Presentase

1 SD 6 6%

2 SMP/Sederajat 10 10% 3 SMA/Sederajat 46 45% 4 Sarjana Muda (D-3) 14 14% 5 Sarjana (S1) 24 24% 6 Pasca Sarjana 0 0

Jumlah 100 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2015

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat yang menjadi responden mempunyai pendidikan terakhir SMA yang berjumlah 46 orang (46%), kemudian diikuti masyarakat yang berpendidikan terakhir Sarjana (S1) yang berjumlah 24 orang (24%), lalu sebanyak 14 orang (14 %) masyarakat mempunyai pendidikan terakir Sarjana Muda (D-3). Pada tingkat pendidikan terakhir SMP berjumlah 10 orang (10%) dan yang terakhir pada tingkat pendidikan SD berjumlah 6 orang (6%).

Di dalam dunia pendidikan, penduduk di Kecamatan Pamatang Sidamanik terbilang cukup baik ,sesuai dengan tabel 2 diatas meskipun mayoritas pendidikan terakhir masyarakatnya SMA/sederajat ,tetapi bila kita lihat pendidikan terakhir Sarjana(S1) dan Sarjana Muda (D3) terbilang lumayan, karena semakin tinggai kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan maka semakin baik pula kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).


(66)

54

4.1.3. Berdasarkan Penghasilan Perbulan Tabel 4.3

Distribusi Data Responden Bedasarkan Jumlah Penghasilan Perbulan

NO Responden Jumlah Presentase 1 <1 Juta 17 17% 2 1 - 2 Juta 43 43%

3 2 – 3Juta 26 26%

4 3 – 4 Juta 12 12%

5 >4 Juta 2 2%

Jumlah 100 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2015

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat yang menjadi responden berpenghasilan 1-2 juta perbulannya yaitu berjumlah 43 orang (43%), kemudian diikuti masyarakat berpenghasilan 2-3 juta yang berjumlah 26 orang (26%), lalu sebanyak 17 orang (17 %) masyarakat berpenghasilan <1 juta. Pada tingkat pendapatan perbulan yang tergolong lumayan tinggi terdapat 12 orang (12%) berpenghasilan 3-4 juta ,dan terdapat 2 orang yang berpenghasilan >4 juta.Dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Pamatang Sidamanik berpenghasilan sedang.

4.2. Deskripsi Data Variabel Penelitian

4.2.1. Kuisioner Variabel Bebas (X) Pemekaran Kecamatan

Untuk mengukur variabel Pemekaran Kecamatan digunakan 2 indikator yang kemudian diubah menjadi 12 pernyataan. Pada setiap pernyataan terdapat 5 pilihan jawaban, dimana reponden diharuskan memilih salah satu pilihan jawaban yang disediakan.Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang telah disebarkan kepada masyarakat, maka di peroleh jawaban sebagai berikut :


(1)

101

Lampiran Korelasi Product moment

Correlations

Perubahan Sosial Ekonomi

Pemekaran Kecamatan Pearson Correlation Perubahan Sosial Ekonomi 1.000 .568

Pemekaran Kecamatan .568 1.000

Sig. (1-tailed) Perubahan Sosial Ekonomi . .000

Pemekaran Kecamatan .000 .

N Perubahan Sosial Ekonomi 100 100

Pemekaran Kecamatan 100 100

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Pemekaran

Kecamatanb . Enter

a. Dependent Variable: Perubahan Sosial Ekonomi b. All requested variables entered.


(2)

102

Lampiran Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1

1 .568a .323 .316 2.85305 .323 46.754 1

Model Summaryb

Model

Change Statistics

df2 Sig. F Change

1 98 .000

a. Predictors: (Constant), Pemekaran Kecamatan b. Dependent Variable: Perubahan Sosial Ekonomi

Lampiran Uji T

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 380.575 1 380.575 46.754 .000b

Residual 797.707 98 8.140

Total 1178.282 99

a. Dependent Variable: Perubahan Sosial Ekonomi b. Predictors: (Constant), Pemekaran Kecamatan


(3)

103

Lampiran Analisis Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 15.953 2.858 5.582 .000

Pemekaran Kecamatan .538 .079 .568 6.838 .000

Coefficientsa

Model

Correlations Collinearity Statistics Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant)

Pemekaran Kecamatan .568 .568 .568 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Perubahan Sosial Ekonomi

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant)

Pemekaran Kecamatan

1 1 1.995 1.000 .00 .00

2 .005 19.987 1.00 1.00


(4)

104

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 28.9251 39.3627 35.4000 1.96066 100

Std. Predicted Value -3.302 2.021 .000 1.000 100

Standard Error of Predicted

Value .285 .989 .386 .119 100

Adjusted Predicted Value 28.9245 39.7128 35.4122 1.97248 100

Residual -9.89711 7.77649 .00000 2.83860 100

Std. Residual -3.469 2.726 .000 .995 100

Stud. Residual -3.538 2.744 -.002 1.007 100

Deleted Residual -10.29782 7.88240 -.01224 2.90875 100

Stud. Deleted Residual -3.769 2.841 -.008 1.031 100

Mahal. Distance .000 10.906 .990 1.491 100

Cook's Distance .000 .253 .012 .035 100


(5)

(6)