Pengertian Word of Mouth
42 Sedangkan menurut Kotler dan Keller 2012:478
“Word of mouth relate marketing is people oral, written or electronic communication that relate the
merits or experiences of purchasing or usin g product or service.” Word of
mouth merupakan salah satu bentuk marketing communication mixyang tentu diharapkan dapat mengkomunikasikan sesuatu kepada konsumen lainnya baik
secara langsung melakukan perbincangan, tulisan dan bahkan melalui alat komunikasi elektronik.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa word of mouth merupakan sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh
individu non-organisasi atau perusahaan yang telah menggunakan produk dan mengalami kepuasan, lalu memberikan saran, membicarakan, mempromosikan
dan menjual suatu merek kepada orang lain. Dalam Kotler dan Keller 2009:255 pemasaran dari mulut ke mulut
memiliki dua bentuk khusus antara lain buzz dan viral. Pemasaran buzz gossip atau perbincangan fungsinya dapat menghasilkan ketertarikan, menciptakan
publisitas dan mengekspresikan informasi relevan baru yang berhubungan dengan merek melalui sarana yang tidak terduga atau bahkan mengejutkan.
Sedangkan pemasaran viral menular seperti virus adalah bentuk lain berita dari mulut ke mulut yang mendorong konsumen untuk menceritakan produk
dan jasa yang dikembangkan perusahaan atau informasi audio, video dan tertulis kepada orang lain secara online.
43 Pemasaran buzz dan viral mencoba menciptakan publikasi di pasar untuk
memamerkan merek dan fitur berharganya. Sebagian orang percaya bahwa pemasaran buzz dan viral lebih banyak digerakkan oleh peraturan hiburan
daripada peraturan penjualan. Kampanye viral yang berhasil ditentukan kar
akternya sebagai “iklan hiburan yang adiktif, propaganda sendiri yang hidup di situs Web, blog, telepon seluler, papan pesan dan aksi di dunia nyata
” Kotler 2009:257.
Menurut Rosen 2004:16 ada tiga alasan yang membuat Word of Mouth menjadi begitu penting, yaitu:
1 Kebisingan noise. Para calon konsumen hampir tidak dapat mendengar banyaknya kebisingan yang dilihatnya di berbagai media setiap
hari. Mereka bingung sehingga untuk melindungi diri, mereka menyaring sebagian pesan yang berjejalan dari media massa. Sebenarnya mereka
cenderung lebih mendengarkan apa yang dikatakan orang atau kelompok yang menjadi rujukan seperti teman-teman atau keluarga.
2 Keraguan skepticism. Para calon konsumen umumnya bersikap skeptis atau meragukan kebenaran informasi yang diterimanya. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya kekecewaan yang dialami konsumen saat harapannya ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di saat mengkonsumsi
produk. Dalam kondisi ini konsumen akan berpaling ke teman atau orang yang
44 bisa dipercaya untuk mendapatkan produk yang mampu memuaskan
kebutuhannya. 3 Keterhubungan connectivity. Kenyataan bahwa para konsumen selalu
berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lain, mereka saling berkomentar mengenai produk yang dibeli ataupun bahkan bergosip mengenai
persoalan lain. Dalam interaksi ini sering terjadi dialog tentang produk seperti pengalaman mereka menggunakan produk.
Menurut Kotler dan Amstrong 2007:206 konsumen menerima dan menanggapi word of mouth pada kondisi dan situasi dalam:
1 Konsumen kurang dapat informasi yang cukup untuk membantu dalam melakukan pilihan.
2 Produknya sangat kompleks dan sulit dinilai dengan menggunakan penilaian kriteria.
3 Seseorang kurang mampu untuk dapat menilai produk, tidak penting bagaimana informasi disebarkan dan ditunjukkan.
4 Sumber lain mempunyai kredibilitas rendah. 5 Pengaruh orang lain lebih mudah dijangkau daripada sumber lain dan
karena dapat dikonsultasikan dengan menghemat waktu dan tenaga.
45 6 Kuatnya ikatan sosial yang ada antara penyebar dan penerima
informasi. 7 Individu mempunyai kebutuhan yang tinggi pada persetujuan
lingkungan sosial.