Pengaruh Kelembaban Udara terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2010-2012

Ririh 2005, menyatakan bahwa temperatur udara tidak ada hubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk adalah serangga berdarah dingin dan karenanya proses-proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada temperatur lingkungan. Nyamuk tidak dapat mengatur temperaturnya sendiri terhadap perubahan di luar tubuhnya. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali kurang dari 10 C atau lebih dari 40 C. Penularan virus pada umumnya terjadi di daerah tropis dan subtropis karena temperatur yang dingin selama musim dingin membunuh telur dan larva Ae.aegypti Depkes dalam Dani, 2011. Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35 C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis, rerata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 C – 27 C Suroso, 1983. Menurut Sukamto 2007, Nyamuk Ae. aegypti akan meletakkan telurnya ada temperatur udara sekitar 25–30 C. Telur yang diletakkan dalam air akan menetas pada waktu 75 jam sebanyak 3 sampai 4 buah, tetapi pada temperatur -17 C hanya dapat bertahan selama 1 jam telur nyamuk tersebut.

5.2.3. Pengaruh Kelembaban Udara terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2010-2012

Berdasarkan hasil analisis bivariat di Kecamatan Medan Barat diketahui bahwa p 0,05 p=0,058 artinya tidak ada hubungan antara kelembaban udara Universitas Sumatera Utara dengan kejadian Demam Berdarah Dengue. Di Kecamatan Medan Perjuangan ada hubungan kelembaban udara dengan kejadian Demam Berdarah Dengue yaitu p0,05 p=0,007, sedangkan di Kecamatan Medan Tuntungan tidak ada hubungan antara kelembaban udara dengan kejadian Demam Berdarah Dengue yaitu p0,05 p=0,161. Berdasarkan kelembaban udara ideal antara 40-70 Depkes, 1992, diketahui bahwa rerata temperatur udara di wilayah Kecamatan Medan Barat adalah sebesar 79 per bulan, di Kecamatan Medan Perjuangan rerata temperatur udara adalah 83,2 per bulan dan di Kecamatan Medan Tuntungan memiliki temperatur udara rerata 84,3 per bulan sehingga kelembaban udara tersebut tidak termasuk dalam kelembaban udara ideal perkembangbiakan vektor Demam Berdarah Dengue. Menurut asumsi peneliti selain kelembaban udara masih banyak faktor lain yang memengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue diantaranya vektorlingkungan, hospes manusia dan virus dengue di Kecamatan Medan Barat, dan Medan Tuntungan. Faktor kelembaban udara berhubungan dengan masa hidup nyamuk. Kelembaban udara merupakan salah satu faktor yang berperan dalam siklus kehidupan nyamuk Ae. Aegypti. Kelembaban udara dapat memengaruhi transmisi vector borne diseases terutama vektor serangga Depkes, 1992. Menurut Sukowati 2008, kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk Ae.aegypti terutama pada siklus telur. Bila kelembaban udara kurang, telur dapat menetas dalam waktu yang lama bisa mencapai tiga bulan. Universitas Sumatera Utara Kalau lebih dari waktu tersebut telur akan mengalami penurunan fekunditas tidak mampu menetas lagi. Penelitian ini di sejalan dengan hasil penelitian Harianto 2006 dalam Roose 2008 yang menyatakan bahwa nyamuk Ae.aegypti dengan kelembaban udara di bawah 60 umurnya akan menjadi lebih pendek tidak bisa menjadi vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jughan Sitorus 2003, hasilnya memperlihatkan bahwa curah hujan, temperatur dan kelembaban udara mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan kasus DBD. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil penelitan yang dilakukan oleh Ethiene Pedrosa 2010 mengenai dampak variasi suhu dan kelembaban terhadap kegiatan reproduksi dan kelangsungan hidup nyamuk Ae. aegypti, hasil yang didapat bahwa pada suhu 35 C dan kelembaban relatif sebesar 60 maka akan menurunkan tingkat oviposisi nyamuk sedangkan pada suhu 25 C dan kelembaban relatif 80 maka potensial untuk tingkat oviposisi nyamuk. Menurut Gobler dalam Awida Roose 2008, kelembaban udara memengaruhi umur nyamuk. Pada suhu 20 C kelembaban nisbi 27 umur nyamuk betina 101 hari dan umur nyamuk jantan 35 hari, kelembaban nisbi 55 umur nyamuk betina 88 hari dan nyamuk jantan 50 hari. Pada kelembaban nisbi kurang dari 60 umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak dapat menjadi vektor, karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah. Oleh karena itu, kelembaban udara Universitas Sumatera Utara lebih dari 60 membuat umur nyamuk Ae. aegypti menjadi panjang serta potensial untuk perkembangbiakkan nyamuk Ae. aegypti. Kelembaban udara memengaruhi usia nyamuk, masa kawin, penyebaran, kebiasaan makan dan kecepatan virus bereplikasi. Pada kelembaban yang tinggi umumnya nyamuk hidup lebih lama dan cepat menyebar. Oleh karena itu nyamuk mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk makan pada orang yang terinfeksi dan menularkan virusnya kepada orang lain Pemprou, 2005. 5.2.4. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2010-2012 Berdasarkan hasil bivariat di Kecamatan Medan Barat dapat diketahui bahwa kejadian Demam Berdarah Dengue tidak ada hubungan yaitu p0,05 p=0,165, di Kecamatan Medan Perjuangan tidak ada hubungan kecepatan angin dengan kejadian Demam Berdarah Dengue yaitu p0,05 p=0,875, di Kecamatan Medan Tuntungan tidak ada hubungan antara kecepatan angin dengan kejadian Demam Berdarah Dengue yaitu p0,05 p=0,283. Berdasarkan kecepatan angin 8,05 kmjam atau 2,2 mdetik, diketahui bahwa rerata kecepatan angin di wilayah Kecamatan Medan Barat adalah sebesar 2,48 mdet per bulan, di Kecamatan Medan Perjuangan rerata kecepatan angin adalah 0,93 mdet dan di Kecamatan Medan Tuntungan memiliki kecepatan angin rerata 0,50 mdet sehingga kecepatan angin di Kecamatan Medan Barat termasuk dalam kecepatan angin yang memengaruhi aktivitas nyamuk Ae.aegypti. Universitas Sumatera Utara Menurut asumsi peneliti selain kecepatan angin masih banyak faktor lain yang memengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue diantaranya vektorlingkungan, hospes manusia dan virus dengue di Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan. Menurut Nelson dan Pnat yang dikutip oleh Sitio 2008, menyatakan bahwa secara tidak langsung angin akan memengaruhi evaporasi atau penguapan air dan suhu udara atau konveksi. Angin berpengaruh terhadap jarak terbang nyamuk. Kecepatan angin kurang dari 8,05 kmjam tidak mempengaruhi aktivitas nyamuk dan aktivitas nyamuk akan terpengaruh oleh angin pada kecepatan mencapai 8,05 kmjam 2,2 meterdetik atau lebih. Bila kecepatan angin 11-14 mdetik atau 22-28 knot per jam akan menghambat penerbangan nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian Boewono dan Boesri 2008, diperoleh di daerah Mangunsari, Kutowinangun, Krajan dan Sidorejo Lor masih potensial sekali akan terjadinya penularan Demam Berdarah Dengue, hal ini didukung oleh faktor lingkungan, temperatur, kelembaban, kecepatan angin, dan pH air semua faktor ini sesuai dengan perkembangan nyamuk Ae. aegypti. Kecepatan angin akan memengaruhi daya jangkau terbang nyamuk Ae. Aegypti. Semakin luas daya jangkau nyamuk maka semakin banyak kesempatan untuk kontak dengan manusia sehingga umur dan masa reproduksi nyamuk akan semakin panjang. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan