dan morbiditas dikatakan bervariasi atas dasar iklim dan penyakitpun banyak yang musiman. Tidak hanya penyakit atau agennya yang dipengaruhi musim tetapi ternyata
manusia juga berperilaku sesuai dengan musim yang ada. Iklim sampai saat ini belum bisa dikelola yang dapat hanya dimonitor dan diprediksi sehingga orang dapat
mengambil tindakan preventif apabila diperlukan Soemirat, 2005.
2.8.4.1 Curah Hujan dengan Demam Berdarah Dengue
Menurut Iriani 2012 dalam penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan curah hujan akan meningkatkan kejadian DBD di Kota Palembang. Curah hujan
dapat meningkatkan transmisi penyakit yang ditularkan oleh vektor dengan cara memacu proliferasi tempat berkembangbiak tetapi dapat juga mengeliminasi tempat
berkembangbiak dengan cara menghanyutkan vektor. Curah hujan yang tinggi berpengaruh terhadap tempat perkembangbiakan breeding place nyamuk Ae.
aegypti. Curah hujan yang tinggi memungkinkan banyak bermunculan breeding place, namun demikian curah hujan yang tinggi dapat menyapu breeding place yang
ada. Perbedaan datangnya musim hujan dan musim kemarau serta perbedaan lamanya musim hujan dan kemarau menyebabkan pengaruh pada perubahan bionomik nyamuk
Ae. aegypti. Menurut Sintorini 2007 yang mengutip dari Burke et al., 2001 bahwa
banyak yang menduga KLB Demam Berdarah Dengue yang terjadi setiap tahun hampir seluruh di Indonesia terkait erat dengan pola cuaca di Asia Tenggara. Tingkat
penyebaran virus diperkirakan mengalami peningkatan pada peralihan musim yang ditandai oleh curah hujan dan suhu udara yang tinggi. Berdasarkan penelitian
Universitas Sumatera Utara
Sintorini 2007 menyatakan bahwa curah hujan mempengaruhi angka hinggap per jam nyamuk Aedes AHJ. Curah hujan dan AHJ bersama-sama mempengaruhi
jumlah kasus DBD di DKI Jakarta.
2.8.4.2 Kelembaban dengan Demam Berdarah Dengue
Musim hujan dan musim kemarau memiliki pengaruh pada tingkat suhu lingkungan. Pengaruh ini cenderung bersifat lokal dengan periode waktu tertentu hal
ini dikarenakan tingkat suhu dan kelembaban lebih kompleks dan dipengaruhi oleh fenomena global, regional dan topografi serta vegetasi. Saat pergantian musim
penghujan ke musim kemarau suhu udara berkisar antara 23-31 C, ini merupakan
range suhu yang optimum untuk perkembangbiakan nyamuk 24-28 C akan
menstimulus nyamuk untuk menjadi lebih agresif dalam mancari mangsa dan menimbulkan frekuensi gigitan nyamuk semakin meningkat yang pada akhirnya tentu
akan meningkatkan probabilitas tertular penyakit Achmadi, 2008. Apabila kelembaban terlampau rendah yaitu dibawah suhu 2
C sampai 42 C maka telur akan
menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan optimal perkembangan telur sampai nyamuk dewasa berlangsung selama sekurang-kurangnya 9 hari Soedarmo, 2009.
2.8.4.3 Kecepatan Angin dengan Demam Berdarah Dengue